Anda di halaman 1dari 33

Bidang Ilmu Keagamaan

Masyarakat dan Islam

ETIKA BISNIS MASYARAKAT SUKU SASAK: STUDI KASUS DI PASAR


TRADISIONAL PANCOR

Disususn oleh :

WAJIZATUL AMNIA : 10738 / XIIPA 1

ALFIANA AYUAN SARI : 10398 / XI IPA 1

MAN 1 LOMBOK TIMUR

SELONG

2018
2
ABSTRAK

Etika bisnis merupakan salah satu kajian islam yang mengatur tata cara atau aturan dalam
berbisnis yang berlandaskan Al-Qur’an dan Sunnah.Bisnis memiliki kaitan erat dengan etika.
Etika yang diterapakan oleh pebisnis juga akan membantu kelancaran bisnisnya. Seiring dengan
perkembangan zaman, dunia bisnis menjadi berkembang karena banyak faktor yang
mempengaruhinya termasuk perkembangan teknologi yang semakin canggih. Sehingga, tidak
heran apabila etika sudah menjadi hilang dan diabaikan oleh masyarakat. Banyak masyarakat
menghalalkan segala cara hanya untuk mendapatkan keuntungan semata dan melupakan tuntunan
yang sudah diajarkan baik oleh agama maupun undang-undang Negara. Pada zaman sekarang
dunia bisnis telah banyak dikotori dengan perbuatan curang seperti bohong, khianat, ingkar janji
dan sebagainya. Dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui etika bisnis yang diterapkan oleh
masyarakat SukuSasak di Lombok dengan berlandaskan ajaran islam, seperti apakah pandangan
masyarakat suku sasak mengenai bisnis dan alasan pentingnya etika yang baik untuk diterapkan
dalam bisnis. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif model deskriptif yang
menggunakan beberapa teknik pengumpulan data seperti observasi, wawancara, kuesioner dan
dokumentasi. Penelitian ini dilaksanakan selama 5 bulan dan menghasilkan suatu keadaan social
yang cukup baik. Setelah menganalisis data yang terkumpul dapat diketahui bahwa etika bisnis
masyarakat SukuSasak dapat dikategorikan telah memenuhi etika bisnis Syariah dengan
memperhatikan prinsip keadilan, kehendak bebas, tanggung jawab, kebenaran/kejujuran dan
kesopanan. Begitu juga dengan etika bisnis secara umum, masyarakat suku sasak dapat
dikategorikan telah menerapkan etika yang baik dalam bisnis, hal ini dapat diukur dari
indikatorekonomi, hokum, ajaran agama dan etika dari masing-masing pelaku bisnis.Manfaat
penelitian ini adalah masyarakat Suku sasak lebih memperhatikan etika bisnis Syariah dalam
berbisnis, menambah wawasan serta khazanah ilmu pengetahuan, khususnya mengenai etika
bisnis Syariah.

Kata Kunci: etika, bisnis, Suku sasak, islam

3
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat
rahmat-Nya lah penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah yang berjudul “ETIKA BERBISNIS
MASYARAKAT SUKUSASAK DALAM PANDANGAN ISLAM” dapat diselesaikan tepat
pada waktunya.
Karya ilmiah remaja ini disusun untuk mengikuti Lomba Madrasah Young Researcher
SuperCamp Tahun 2018 yang diselenggarakan oleh Kementrian Agama. Dalam penyusunan karya
tulis ilmiah ini, penulis mendapat banyak bantuan, masukan, bimbingan, dan dukungan dari
berbagai pihak. Untuk itu penulis menyampaikan terima kasih yang tulus kepada:

1. M. Nurul Wathoni M. Pd, selaku Kepala sekolah yang telah membimbing dan memberikan
kesempatan kepada penulis untuk menyusun karya tulis ilmiah ini.
2. Bukhori Muslim M. Pd, selaku guru pembimbing karya tulis ilmiah ini yang telah memberikan
banyak bantuan, masukan, dan dukungan terkait penyusunan karya tulis ilmiah ini.
3. Siswa-siswi dan seluruh warga MAN 1 Lombok Timur yang telah mendukung penyusunan
karya tulis ilmiah ini sehingga dapat terselesaikan tepat pada waktunya.

Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna dan perlu
pendalaman lebih lanjut. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca
yang bersifat konstruktif demi kesempurnaan karya tulis ilmiah ini. Dengan menyelesaikan karya
tulis ilmiah ini kami mengharapkan banyak manfaat yang dapat dipetik dan diambil dari karya
ini. Semoga dengan adanya karya tulis ini dapat menumbuhkan sifat kepedulian masyarakat
terhadap etika dalam pandangan Islam.
TAMBAHKAN SEDIKIT DATA TENTANG ETIKA PARA PEDAGANG

Selong, 23 Agustus 2018

Penulis

4
DAFTAR ISI
HALAMAN AWAL ........................................................................................................ 1

SURAT PERNYATAAN................................................................................................ 2

ABSTRAK ....................................................................................................................... 3

KATA PENGANTAR .................................................................................................... 4

DAFTAR ISI ................................................................................................................... 5

DAFTAR TABEL ........................................................................................................... 7

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 9


1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................ 10
1.3 Tujuan Penelitian ......................................................................................... 10
1.4 Manfaat Penelitian ....................................................................................... 11

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu.................................................................................... 12

2.2 Landasan Teori ............................................................................................ 13

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian ................................................................ 20


3.2 Waktu dan Tempat Penelitian ....................................................................20
3.3 Data dan Sumber Data................................................................................21
3.4 Subjek dan Objek Penelitian ......................................................................22
3.5 Teknik Pengumpulan Data .........................................................................22
3.6 Tahap Penelitian ......................................................................................... 23
3.7 Teknik Analisis Data .................................................................................. 23
3.8 Jadwal Pelaksanaan Penelitian ...................................................................24
3.9 Hipotesis Penelitian .................................................................................... 24

BAB IV PEMBAHASAN

4.1 Etika Berbisnis Masyarakat Suku Sasak Dalam Pandangan Islam .............25
4.2 Pandangan Masyarakat Suku Sasak Tentang Bisnis Syariah ...................... 47
4.3 Pentingnya penerapan etika bisnis yang baik dalam pandangan islam .......49

5
BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan ............................................................................................... 50

5.2 Saran .........................................................................................................50

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................51

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

6
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Waktu dan tempat penelitian ...........................................................................20

Tabel 3.2 Jadwal pelaksanaan penelitian .........................................................................24

Tabel 4.1 Data responden pedagang masyarakat Suku Sasak tentang prinsip keadilan
berdasarkan etika bisnis dalam Islam ..............................................................................26

Tabel 4.2 Data responden pembeli masyarakat Suku Sasak tentang prinsip keadilan
berdasarkan etika bisnis dalam Islam ..............................................................................27

Tabel 4.3 Data responden pedagang masyarakat Suku Sasak tentang prinsip kehendak bebas
berdasarkan etika bisnis dalam Islam ..............................................................................29

Tabel 4.4 Data responden pembeli masyarakat Suku Sasak tentang prinsip kehendak bebas
berdasarkan etika bisnis dalam Islam ..............................................................................30

Tabel 4.5 Data responden pedagang masyarakat Suku Sasak tentang prinsip tanggung jawab
berdasarkan etika bisnis dalam Islam ..............................................................................31

Tabel 4.6 Data responden pembeli masyarakat Suku Sasak tentang prinsip tanggung jawab
berdasarkan etika bisnis dalam Islam ..............................................................................33

Tabel 4.7 Data responden pedagang masyarakat Suku Sasak tentang prinsip Kebenaran /
kejujuran berdasarkan etika bisnis dalam Islam .............................................................. 35

Tabel 4.8 Data responden pembeli masyarakat Suku Sasak tentang prinsip Kebenaran /
kejujuran berdasarkan etika bisnis dalam Islam .............................................................. 36

Tabel 4.9 Data responden pedagang masyarakat Suku Sasak tentang prinsip kesopanan
berdasarkan etika bisnis dalam Islam ..............................................................................37

Tabel 4.10Data responden pembeli masyarakat Suku Sasak tentang prinsip kesopanan
berdasarkan etika bisnis dalam Islam ..............................................................................38

Tabel 4.11 Data responden pedagang masyarakat Suku Sasak tentang indikator ekonomi
berdasarkan etika bisnis secara konvensional .................................................................39

Tabel 4.12 Data responden pembeli masyarakat Suku Sasak tentang indikator ekonomi
berdasarkan etika bisnis secara konvensional .................................................................40

Tabel 4.13 Data responden pedagang masyarakat Suku Sasak tentang


indikatorHukumberdasarkan etika bisnis secara konvensional .......................................41

7
Tabel 4.14 Data responden pembeli masyarakat Suku Sasak tentang indikator Hukumberdasarkan
etika bisnis secara konvensional ...................................................................................... 42

Tabel 4.15 Data responden pedagang masyarakat Suku Sasak tentang indikator ajaran
agamaberdasarkan etika bisnis secara konvensional ....................................................... 43

Tabel 4.16 Data responden pembeli masyarakat Suku Sasak tentang indikator ajaran
agamaberdasarkan etika bisnis secara konvensional ....................................................... 44

Tabel 4.17 Data responden pedagang masyarakat Suku Sasak tentang indikatoretika dari masing-
masing pelaku bisnisberdasarkan etika bisnis secara konvensional ................................ 45

Tabel 4.18 Data responden pembeli masyarakat Suku Sasak tentang indikatoretika dari
masing-masing pelaku bisnisberdasarkan etika bisnis secara konvensional ................... 46

8
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Etika bisnis yang baik sangat penting untuk diterapkan dalam berbisnis, pebisnis harus
selalu memperhtikan etika bisnis yang diterapkannya kepada para pelaku bisnis. Dengan
memperhatikan etika yang baik dalam berbisnis, bisnis yang dijalankannya akan meraih
kesuksesan dan akan berjalan lancar dalam kurun waktu yang lama. Kesuksesan dalam bisnis
menurut islam adalah sukses di dunia dan akhirat. Etika bisnis yang baik adalah etika yang selalu
memperhatikan norma agama dan norma hukum dalam berbisnis, seperti selalu memperhatikan
kehalalan barang yang diperjualbelikan, memperhatikan riba, tolong menolong dalam berbisnis,
serta tidak memasukkan unsur-unsur kecurangan dan penipuan dalam berbisnis.Namun
kenyataannya, seiring dengan perkembangan zaman etika bisnis menjadi berkembang karena
banyak faktor yang mempengaruhinya seperti di masa modern ini. Sehingga, tidak heran apabila
etika sudah menjadi hilang dan diabaikan oleh masyarakat.Banyak masyarakat menghalalkan
segala cara hanya untuk mendapatkan keuntungan semata dan melupakan tuntunan yang sudah
diajarkan baik oleh agama maupun undang-undang Negara. Merosotnya etika dalam bisnis dapat
dilihat dari banyaknya prilaku yang menyimpang seperti tidak memperhatikan cara pengelolaan
bisnis yang secara tersirat juga termasuk haram dalam islam dan menimbulkan dosa besar,
persaingan yang tidak sehat, ingkar janji, penipuan dalam aspek apapun dan prilaku lain yang
tidak sopan serta tidak sebaiknya untuk dilakukan bagi pelaku bisnis.

Islam telah mengatur halal dan haramnya suatu pekerjaan dan salah satunya dalam
berbisnis. Bisnis akan diakatakan halal apabila cara mendapatkan dan mengelolanya baik sesuai
dengan ajaran Islam dan tidak ada unsur kecurangan. Namun, banyak sekali prilaku masyarakat
yang menyimpang dari ajaran agama. Kesadaran bahwa bisnis harus dilandasi dengan etika juga
mulai disadari oleh masyarakat muslim tetapi tidak mencakup keseluruhan. Masyarakat muslim
yang ingin terjun dalam dunia bisnis harus mengetahui terlebih dahulu aturan yang berlaku dalam
dunia bisnis serta ilmu yang berkaitan dengan bisnis, seperti muamalah sehingga akan
memudahkan masyarakat untuk mengelola bisnis tersebut.Kecanggihan teknologi dan
komunikasi menjadikan masyarakat kurang memperhatikan etika bisnis. Sebagai contoh,
maraknya bisnis jarak jauh atau online sering menimbulkan kerugian bagi pembeli atau penjual
karena bisnis seperti ini sering terjadi penipuan. Barang yang dipesan tidak sesuai apa yang
pernah disepakati.

Bisnis menjadi bagian dari kegiatan ekonomi yang berperan penting dalam kehidupan
manusia untuk memperoleh keuntungan, yang kemudian bisa dimanfaatkan untuk memenuhi
kebutuhan hidup sehari-hari. Adapun sektor ekonomi bisnis tersebut meliputi sektor pertanian,
sektor industri, jasa dan perdagangan (Norvadewi, 2015:36). Dari keempat sektor ekonomi bisnis
tersebut, masing-masing dikelola dengan cara yang berbeda-beda, dan saat ini sektor
9
perdagangan merupakan salah satu pilihan terbanyak yang dipilih masyarakat karena dianggap
mudah untuk mengelolanya.

Masyarakat suku Sasak yang beragama Islam, sebagian besar berprofesi sebagai pedagang.
Hal ini dibuktikan berdasarkan data BPS NTB yang dilangsir melalui
https://ntb.bps.go.id/pressrelease/2016 bahwa di Provinsi Nusa Tenggara Barat, jumlah usaha
non-pertanian hasil pendaftaran usaha Sensus Ekonomi 2016 (SE2016) mencapai 598,5 ribu
usaha, meningkat sebesar 10,14 persen jika dibandingkan jumlah usaha hasil Sensus Ekonomi
2006 yang tercatat sebanyak 543,4 ribu usaha.Dari sebanyak 598,5 ribu usaha hasil SE2016,
tercatat sebanyak 144,8 ribu usaha yang menempati bangunan khusus untuk tempat usaha.
Dengan demikian, sebanyak 453,7 ribu usaha tidak menempati bangunan khusus usaha, seperti
pedagang keliling, usaha di dalam rumah tempat tinggal, usaha kaki lima, dan lain
sebagainya.Dilihat berdasarkan kabupaten/kota, Kabupaten Lombok Timur merupakan
kabupaten/kota dengan jumlah usaha terbanyak yaitu 149,7 ribu. Namun dilihat dari
pertumbuhannya, Kabupaten Lombok Tengah memiliki pertumbuhan usaha terendah yaitu 3,59
persen.

Berdasarkan data PBS di atas maka dapat diketahui bahwa masyarakat Suku Sasak sudah
banyak menekuni bisnis jual beli. Namun seiring dengan perkembangan teknologi dan informasi
serta pengaruh globalisasi dan moderensisasi telah banyak mencidrai etika masyarakat Suku
Sasak dalam berbisnis (jual-beli). Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada tanggal 7 Juli
2018 di pasar tradisional Pancor maka dapat diketahui etika bisnis yang diterapkanmasyarakat
susku Sasak di Lombok Lombok Timur tidak sesuai dengan etika bisnis yang disyariatkan dalam
Islam walaupun sebagian besar masyarakat SukuSasak di Lombok Timur menganut agama Islam.
Hal ini diperkuat dengan hasil wawancara peneliti pada tanggal 7 Juli 2018 bahwa beberapa
pembeli di pasar tradisional Pancor Lombok Timur, mengatakan banyak para pedagang tidak
transparan dalam memberikan informasi mengenai kejelasan kualitas barang yang
diperjualbelikan.

Atas dasar itulah penelitian ini sangat penting untuk dilakukan guna untuk mengetahui etika
bisnis masyarakat Suku Sasak yang ada di pasar tardisional Pancor Kabupaten Lombok Timur.
Alasan peneliti menjadikan pasar tradisional Pancor sebagai tempat penelitian yang pertama
bahwa 95% para pedagang yang berjualan merupakan masyarakat Suku Sasak, alasan kedua
yakni akses dari sekolah atau rumah peneliti cukup dekat sehingga mempermudah peneliti untuk
melakukan penelitian. Selain itu, para pedangan yang ada di Pasar tardisional Pancor berasal dari
daerah Pancor dan Selong yang secara kultural memiliki tingkat religiusitas yang lebih tinggi
karena di daerah tersebut banyak tokoh-tokoh agama yang senantiasa memberikan pencerahan
kepada ummat.

Penelitian tentang etika berbisnis sebelumnya telah diteliti oleh Norvadewi dalam
perspektif Islam. Dalam skripsinya, Norvadewi menjelaskan etika bisnis islam yang baik sesuai
prinsip Customer Oriented, Transparansi, Persaingan yang Sehat dan Fairness yang berlandaskan
10
Tauhid (Kesatuan), Keseimbangan (Keadilan), Kehendak Bebas dan Pertanggungjawaban.
Penelitian Norvadewi didasarkan pada Banyaknya pelaku bisnis dan beragamnya motif dan
orientasi bisnis serta semakin kompleksnya permasalahan bisnis, terkadang membuat pelaku
bisnis terjebak untuk melakukan segala cara untuk mencapai tujuannya, apalagi jika tujuannya
hanya untuk mencari laba dan keuntungan semata. Maka sering terjadi perbuatan negatif, yang
akhirnya menjadi kebiasaan dalam prilaku bisnis. Jika demikian, maka tidak jarang bisnis
diidentikkan dengan perbuatan yang kotor, karena terdapat perilaku bohong, khianat, ingkar janji,
tipu menipu dan lain sebagainya.

Dari uraian permasalahan tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih
lanjut mengenai etika bisnis yang diterapkan masyarakat Suku Sasak di pasar tradisional Pancor
dalam pandangan Islam. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada
konsep penyajian serta tempat penelitian yang menjadi fokus penelitian. Dengan adanya
penelitian ini peneliti dapat mengetahui etika berbisnis yang digunakan masyarakat SukuSasak di
Pasar Tradisional Pancor. Begitupun juga masyarakat dapat mengetahui etika yang baik untuk
diterapkan dalam berbisnis sesuai dengan ajaran Islam.

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai
berikut:

a. Bagaimana etika berbisnis yang diterapkan oleh para pedagang Suku Sasak di Pasar
tradisional pancor?
b. Mengapa dalam berbisnis sangat penting untuk menarapkan etika yang baik?
1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui etika berbisnis yang diterapkan oleh pedagang SukuSasak di Pasar
tradisional pancor.
b. Untuk mengetahui alasan pentingnya etika yang baik untuk diterapkan dalam berbisnis.

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Manfaat Teoretis
Secara teoretis manfaat penelitian ini yaitu untuk menambah khazanah ilmu pengetahuan
khususnya tentang etika bisnis berdasarkan syariat Islam. Selain itu, untuk menambah
wawasan mengenai etika masyarakat yang beragama Islam dalam berbisnis.
1.4.2 Manfaat Praktis
a. Manfaatbagi peneliti
Menambah wawasan peneliti mengenai etika berbisnis dan kaitannya dengan

11
perspektif Islam serta menumbuhkan kreatifitas penulis dalam menyelesaikan
permasalahan sekitar.
b. Manfaat bagi masyarakat
Dengan adanya penelitian ini para pebisnisSukuSasak dapat menerapkan etika
berbisnis yang baik sesuai pandangan Islam. Sehingga, masyarakat memperoleh
keberkahan dalam bisnisnya.

12
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu


2.1.1 Penelitian oleh, (Norvadewi, 2015) Bisnis dalam Perspektif Islam. Menjelaskan tentang
prilaku pelaku bisnis yang baik dan utama sebagaimana diajarkan dalam Islam. Dalam
skripsinya, Norvadewi menjelaskan etika bisnis islam yang baik sesuai prinsip Customer
Oriented, Transparansi, Persaingan yang Sehat dan Fairness yang berlandaskan Tauhid
(Kesatuan), Keseimbangan (Keadilan), Kehendak Bebas dan Pertanggungjawaban. Dalam
berbisnis pelaku bisnis harus memahami hukum-hukum dan aturan Islam yang mengatur
tentang mu’amalah. Sehingga ia bisa memilah yang halal dari yang haram, atau bahkan
yang bersifat samar-samar atau syubhat. Penelitian Norvadewi didasarkan pada
Banyaknya pelaku bisnis dan beragamnya motif dan orientasi bisnis serta semakin
kompleksnya permasalahan bisnis, terkadang membuat pelaku bisnis terjebak untuk
melakukan segala cara untuk mencapai tujuannya, apalagi jika tujuannya hanya untuk
mencari laba dan keuntungan semata. Maka sering terjadi perbuatan negatif, yang
akhirnya menjadi kebiasaan dalam prilaku bisnis. Jika demikian, maka tidak jarang bisnis
diidentikkan dengan perbuatan yang kotor, karena terdapat perilaku bohong, khianat,
ingkar janji, tipu menipu dan lain sebagainya.
2.1.2 Penelitian oleh, (Afrizal, Rahmat,2015) Etika Bisnis Islam Perspektif Muhammad
Djakfar. Menjelaskan Etika bisnis Islam perspektif Muhammad Djakfar yang merupakan
perpaduan norma-norma etika yang berbasiskan Al-Qur’an dan Hadits dengan ajaran
kearifan lokal yang sarat dengan nilai-nilai kebajikan yang harus dijadikan acuan oleh
siapapun dalam aktivitas bisnisnya. Dalam skripsinya, Rahmat Afrizal menjelaskan
bagaimana etika bisnis islam dalam perspektif Muhammad Djakfar. Didasari oleh prinsip-
prinsip etika bisnis yang meliputi jujur dalam takaran, menjual barang berkualitas,
dilarang bersumpah, ramah dan murah hati, membangun hubungan baik dengan siapa
saja, tertib administrasi dan menetapkan harga yang transparan. Etika bisnis menurut
perspektif Muhammad Djakfar memiliki keunggulan tersendiri dibanding dengan tokoh-
tokoh yang lain, karena tidak hanya dilandasi oleh persfektif normative tetapi juga
dipengaruhi oleh pemahamannya terhadap nilai-nilai kearifan local dari hasil penelitian
yang dilakukannya terhadap pedagang etis Madura dan Minangkabau di Kota Malang.
2.1.3 Penelitian oleh, (Mursidah, Umi, 2017) Penerapan Etika Bisnis Islam Dalam Transaksi
Jual Beli Di Pasar Tradisional. Menjelaskan bagaimana penerapan etika bisnis islam
dalam transaksi jual beli di pasar tradisional yang dilakukan di Pasar Betung Kecamatan
Sekincau Kabupaten Lampung Barat. Dari hasil penelitiannnya menyatakan bahwa
penerapan etika bisnis secara umum belum diterapkan dengan baik oleh para pedagang di
Pasar Betung karena hanya indikator hukum dan indikator ajaran agama saja yang sudah
diterapkan dengan baik. Sedangkan indikator ekonomi dan indikator etika dari masing-
masing pelaku bisnis belum diterapkan dengan baik oleh para pedagang di Pasar Betung.
13
Hal ini terlihat dari jawaban para pembeli dan masih banyak para pedagang yang
menimbun barang dengan tujuan untuk menaikkan harganya kepada para pembeli, dan
pedagang juga belum memberikan keterangan ketika ada kecacatan barang yang dijual
dan belum memberikan kualitas yang terbaik bagi konsumen. Begitu juga dengan etika
bisnis Islam di Pasar Betung belum diterapkan dengan baik oleh para pedagang karena
hanya prinsip tanggungjawab saja yang sudah diterapkan dengan baik oleh para pedagang
di Pasar Betung. Sedangkan prinsip keadilan, prinsip kehendak bebas, dan prinsip
kebenaran belum diterapkan dengan baik oleh para pedagang di Pasar Betung. Hal ini
terlihat dari jawaban para pembeli masih banyak para pedagang yang menawarkan barang
dagangan dengan harga yang berbeda kepada para pembeli, dan pedagang juga masih
memaksa pembeli untuk membeli barang dagangan yang dijual, selain itu pedagang di
Pasar Betung belum menerapkan sifat kejujuran dalam melakukan transaksi jual beli baik
dari segi hal menawarkan barang maupun dalam hal takaran dan timbangan.

2.2 Kajian Teori

2.2.1 Etika
Etika berasal dari bahasa Latin, Ethicus dan dalam bahasa Yunani Ethos, berarti
‘filsafat moral’ atau ‘ilmu tentang moral’, dalam bentuk jamaknya ta etha berarti ‘adat
istiadat atau kebiasaan’. Dalam bahasa Inggris ditulis ethic, jamaknya ethics. Kemudian
Kamus Besar Bahasa Indonesia menyalinnya menjadi ‘Etika’. Etika dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia diartikan: 1) ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan
tentang hak dan kewajiban; 2) kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak; 3)
nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat. Etika
menurut beberapa ahli sebagi berikut.

1. Drs. OP. Simorangkir mengemukakan etika atau etik sebagai pandangan manusia
dalam berprilaku rujukan oleh ukuran dan nilai yang baik.
2. Drs. Sidi Gajalba dalam sistematika filsafat mengartikan etika adalah teori tentang
tingkah laku perbuatan manusia dipandang dari segi baik dan buruk, sejauh yang
dapat ditentukan oleh akal.
3. Drs. H. Burhanudin Salam mengatakan etika adalah cabang filsafat yang berbicara
mengenai nilai dan norma moral yang menentukan prilaku manusia dalam hidupnya
4. Drs. Agustianto, MA berpendapat Etika adalah bagian dari filsafat yang membahas
secara rasional dan kritis tentang nilai, norma atau moralitas.

14
2.2.2 Bisnis

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata bisnis antara lain diartikan sebagai
usaha dagang; usaha komersial dalam perdagangan. Bisnis adalah interaksi antara dua
pihak atau lebih dalam bentuk tertentu guna meraih manfaat dan karena interaksi tersebut
mengandung risiko, maka diperlukan manajemen yang baik untuk meminimalkan sedapat
mungkin risiko itu. Dalam bahasa Arab atau istilah agama tersebut dinamai
muamalah.Bisnis merupakan suatu istilah untuk menjelaskan segala aktivitas berbagai
institusi dari yang menghasilkan barang dan jasa yang perlu untuk kehidupan masyarakat
sehari-hari (Manullang, 2002 : 8). Secara umum bisnis diartikan sebagai suatu kegiatan
yang dilakukan oleh manusia untuk memperoleh pendapatan atau penghasilan atau rizki
dalam rangka memenuhi kebutuhan dan keinginan hidupnya dengan cara mengelola
sumber daya ekonomi secara efektif dan efisien. Adapun sektor-sektor ekonomi bisnis
tersebut meliputi sektor pertanian, sektor industri, jasa, dan perdagangan (Muslich, 2004 :
46).

2.2.3 Etika bisnis

Etika berbisnis adalah memaksakan norma-norma agama bagi dunia bisnis,


memasang kode etik profesi bisnis, merevisi sistem dan hukum ekonomi, meningkatkan
keterampilan memenuhi tuntutan-tuntutan etika pihak-pihak luar untuk mencari aman, dan
sebagainya. (Afrizal,Rahmat, 2015).

Etika bisnis adalah seperangkat nilai tentang baik, buruk, benar, salah dalam dunia
bisnis berdasarkan pada prinsip-prinsip moralitas. Dalam arti lain etika bisnis berarti
seperangkat prinsip dan norma dimana para pelaku bisnis harus komit padanya dalam
bertransaksi, berprilaku, dan berelasi guna mencapai tujuan-tujuan bisnisnya dengan
selamat.(Mursidah,Umi,2017). Etika yang baik meliputi:

1. Kejujuran (Honesty): Menyatakan dan berbuat yang benar, menjunjung tinggi nilai
kebenaran.
2. Ketetapan (Reliability): Janjinya selalu tepat, tepat menurut isi, janji (ikrar), waktu,
dan syarat.
3. Loyalitas: Setia kepada janjinya sendiri, setia kepada siapa saja yang dijanjikan
kesetiaannya, setia kepada organisasinya berikut pimpinannya, rekan-rekan, bawahan,
relasi, klien anggaran dasar dan anggaran rumah tanggganya.
4. Disiplin: Tanpa disuruh / dipaksa oleh siapapun taat kepada system, peraturan,
prosedur, dan teknologi yang telah ditetapkan

2.2.4 Etika Bisnis Islam

Etika bisnis Islam adalah menentukan kebebasan manusia untuk bertindak dan
bertanggung jawab karena kepercayaannya terhadap kemahakuasaan Tuhan. Hanya saja
kebebasan manusia itu tidaklah mutlak, dalam arti kebebasan yang terbatas. Dengan

15
kebebasan tersebut manusia dapat memilih mana yang baik dan jahat, benar dan salah,
halal dan haram. (Mursidah, Umi,2017).
Etika bisnis Islam adalah serangkaian aktivitas bisnis dalam berbagai bentuk yang
tidak dibatasi jumlah kepemilikan harta (barang/jasa) termasuk profitnya namun dibatasi
dalam cara memperolehnya dan pendayagunaan hartanya karena aturan halal dan haram.
(Mursidah, Umi,2017). Etika bisnis Islami merupakan tata cara pengelolaan bisnis
berdasarkan Al-Qur’an, hadist, dan hukum yang telah dibuat oleh para ahli fiqih. Prinsip-
prinsip dasar etika bisnis Islami harus mencakup:
a. Prinsip Kesatuan
Prinsip kesatuan merupakan landasan yang sangat filosofis yang dijadikan sebagai
pondasi utama setiap langkah seorang Muslim yang beriman dalam menjalankan
fungsi kehidupannya. Landasan tauhid atau ilahiyah ini bertitik tolak pada keridhoan
Allah, tata cara yang dilakukan sesuai dengan syariah-Nya. Kegiatan bisnis dan
distribusi diikatkan pada prinsip dan tujuan ilahiyah.
b. Prinsip Keadilan
Prinsip keadilan menuntut agar setiap orang diperlakukan secara sama sesuai dengan
acuan yang adil dan sesuai dengan kriteria yang rasional objektif dan dapat
dipertanggungjawabkan. Keadilan menuntut agar tidak boleh ada pihak yang
dirugikan hak dan kepentingannya.Dalam beraktivitas didunia kerja dan bisnis, Islam
mengharuskan untuk berbuat adil, tak terkecuali pada pihakyang tidak disukai.
c. Prinsip Kehendak Bebas
Kebebasan berarti bahwa manusia sebagai individu dan kolektif mempunyai
kebebasan penuh untuk melakukan aktivitas bisnis. Dalam ekonomi, manusia bebas
mengimplementasikan kaidah-kaidah Islam karena masalah ekonomi termasuk kepada
aspek muamalah bukan ibadah maka berlaku padanya kaidah umum “semua boleh
kecuali yang dilarang” yang tidak boleh dalam Islam adalah ketidakadilan dan riba.
d. Prinsip Tanggungjawab
Dalam dunia bisnis, pertanggungjawaban dilakukan kepada dua sisi yakni sisi vertikal
(kepada Allah)dan sisi horizontalnya kepada masyarakat atau konsumen.
Tanggungjawab dalam bisnis harus ditampilkan secara transparan (keterbukaan),
kejujuran, pelayanan yang optimal dan berbuat yang terbaik dalam segala
urusan.Secara logis prinsip ini berhubungan erat dengan kehendak bebas. Ia
menetapkan batasan mengenai apa yang bebas dilakukan oleh manusia dengan
bertanggungjawab atas semua yang dilakukannya. Sebagaimana firman Allah
dalamQS. Al-Muddassir ayat 38:

ْ َ‫ُك ُّل نَ ْف ٍس ِب َما َك َسب‬


(38) ‫ت َرهِينَة‬

Artinya: “Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya” (Q.S
Al-Mudassir 74:38).

16
e. Prinsip Kebenaran
Dalam konteks bisnis kebenaran dimaksudkan sebagai niat, sikap dan prilaku benar
yang meliputi proses mencari atau memperoleh komoditas pengembangan maupun
dalam proses upaya meraih atau menetapkan keuntungan. Dalam prinsip ini
terkandung dua unsur penting yaitu kebajikan dan kejujuran. Kebajikan dalam bisnis
ditunjukkan dengan sikap kerelaan dan keramahan dalam bermuamalah, sedangkan
kejujuran ditunjukkan dengan sikap jujur dalam semua proses bisnis yang dilakukan
tanpa adanya penipuan sedikitpun. Dengan prinsip kebenaran ini maka etika bisnis
Islam sangat menjaga dan berlaku preventif terhadap kemungkinan adanya kerugian
salah satu pihak yang melakukan transaksi, kerja sama atau perjanjian dalam bisnis.
Sebagaimana firman Allah dalam QS. Al- Isra’ ayat 35:

َ ْ‫اس ْال ُم ْست َ ِق ِيم ۚ َٰذَلِكَ َخيْر َوأ َح‬


(35) ‫سنُ ت َأ ْ ِوي ًل‬ َ ‫َوأ َ ْوفُوا ا ْل َك ْي َل ِإذَا ِك ْلت ُ ْم َو ِزنُوا ِب ْال ِق ْس‬
ِ ‫ط‬

Artinya: “Dan sempurnakanlah takaran apabila kamu menakar, dan timbanglah


dengan neraca yang benar. Itulah yang lebih utama (bagimu) dan lebih baik
akibatnya” (Q.S AL-Isra’ 17:35).

2.2.6 Jual Beli


Jual beli merupakan suatu perjanjian tukar menukar benda atau barang yang
mempunyai nilai secara suka rela di antara kedua belah pihak, yang satu menerima benda
atau barang dan pihak lain menerimanya sesuai dengan perjanjian atau keterangan yang
telah dibenarkan syara’ dan disepakati. Jual beli menurut Ilmu Fiqih yaitu saling menukar
harta dengan harta melalui cara tertentu atau tukar menukar sesuatu yang diingini dengan
yang sepadan melalui cara tertentu yang bermanfaat.Menurut Jumhur Ulama’ rukun jual
beli itu ada empat, antara lain:
a. Ada orang yang berakad atau Al-muta’aqidaini (penjual dan pembeli).
b. Ada sighat (lafal jab dan qabul).
c. Ada barang yang dibeli.
d. Ada alat penukar barang (uang).
Adapun syarat-syarat jual beli yang sesuai dengan rukun jual beli yang
dikemukakan oleh Jumhur Ulama’ adalah sebagai berikut :
a. Syarat orang yang berakad
1. Berakal.
2. Orang yang melakukan akad itu adalah orang yang berbeda.
b. Syarat yang terkait dengan ijab qabul
1. Orang yang mengucapkannya telah baligh dan berakal.
2. Qabul sesuai dengan ijab.
c. Syarat barang yang diperjual belikan
17
1.Barang itu ada atau tidak ada di tempat tetapi pihak penjual menyatakan
kesanggupan untuk mengadakan barang itu.
2.Dapat dimanfaatkan dan bermanfaat bagi manusia.
3.Milik seseorang.
4.Boleh diserahkan saat akad berlangsung, atau pada waktu yang disepakati
bersama ketika transaksi berlangsung.
Adapun macam-macam jual beli dalam Islam adalah sebagai berikut :
1. Jual beli ditinjau dari segi hukum terbagi menjadi dua, yaitu:
a. Jual beli yang sah menurut hukum
b. Jual beli yang batal menurut hukum
2. Jual beli ditinjau dari segi objek
Menurut pendapat Imam Taqiyuddin jual beli terbagi menjadi 3 yaitu :
a.Jual beli benda yang kelihatan, maksudnya yaitu ketika terjadi akad benda atau
barang tersebut ada di depan penjual dan pembeli.
b.Jual beli yang disebutkan sifat-sifat benda atau barangnya dalam perjanjian,
maksudnya yaitu perjanjian yang penyerahan barang-barangnya ditangguhkan
hingga masa tertentu.
c.Jual beli benda yang tidak ada, maksudnya yaitu benda yang diperjual belikan
tersebut tidak ada.
3. Jual beli ditinjau dari segi pelaku akad (subjek), terbagi menjadi tiga :
a. Akad jual beli yang dilakukan dengan lisan.
b. Akad jual beli yang dilakukan dengan perantara, misalnya via pos, giro dan lain-
lain. Jual beli seperti ini sama halnya denga ijab kabul menggunakan ucapan,
yang membedakannya yaitu antara si penjual dan pembeli tidak berhadapan
dalam satu majelis akad.
c.Jual beli dengan perbuatan (saling memberikan) atau lebih dikenal dengan istilah
mu’athah maksudnya mengambil dan memberikan barang tanpa ijab kabul,
seperti seseorang yang membeli permen yang sudah bertuliskan label harganya.
Apabila rukun dan syarat jual beli tidak terpenuhi, jual beli dianggap tidak
sah.Adapun bentuk jual-beli yang dianggap melarang ketentuan syariah, di antaranya :
1. Membeli barang dengan harga yang lebih mahal dari harga pasar.
2. Membeli barang untuk ditahan (ditimbun) agar dapat di jual dengan harga yang lebih
mahal sedangkan masyarakat umum sangat membutuhkannya.
3. Menjual barang untuk keperluan maksiat.
4. Jual-beli dengan penipuan.
5. Menjual yang bukan atau belum menjadi miliknya dan tidak punya hak akan barang
tersebut.
18
6. Jual-beli utang, berdasarkan hadis riwayat Ibn Umar r.a. bahwa Nabi Muhammad
SAW. Melarang jual-beli kali’ dengan kali’, maksudnya utang dengan utang.
2.2.7SukuSasak

Secara etimologis, Asal nama Sasak kemungkinan berasal dari kata sak-sak yang
artinya sampan.SukuSasak merupakan Suku asli dari Nusa Tenggara Barat. SukuSasak
mendiami daerah Lombok serta menggunakan bahasa Sasak dalam kesehariannya.
Kepercayaan masyarakat SukuSasak silih berganti mengikuti keturunan-keturunan yang
datang ke daerah Lombok. Kepercayaan masyarakat SukuSasak yang pertama
adalah Boda atau “Sasak Boda”. Ada yang mengatakan bahwa Boda atau Sasak Boda
merupakan kepercayaan menyembah roh-roh para leluhur dan mereka mengakui
keberadaan Sidharta Gautama (Sang Buddha) sebagai figur utama. Kepercayaan kedua
adalah ketika Kerajaan Majapahit datang mengunjungi Lombok dan membawa serta
kebudayaannya. Kemudian SukuSasak mengenal kepercayaan Hindu-Budha Majapahit.
Baru ketika abad 16-17, SukuSasak mengenal agama Islam karena peran dari Sunan Giri.
Setelah perkembang Islam di Lombok, banyak masyarakat SukuSasak yang akhirnya
berpindah dari agama Hindu, menjadi Agama Islam.

19
BAB III

METODE PENELITIAN

1.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian

Pendekatan masalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan pendekatan
kualitatif.Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif karena data yang dihasilkan dalam
penelitian ini berupa kata-kata atau deskripsi tentang etika berbisnis para pedagang suku sasak di
pasar tradisional pancor.

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian
deskriptif adalah penelitian yang menggambarkan fenomena dengan jalan mendeskripsikan
sejumlah variabel yang berkenaan dengan masalah dan unit yang diteliti antara fenomena yang
diuji. Dengan menggunakan penelitian deskriptif data-data yang telah diperoleh mengenai suatu
permasalahan akan lebih mudah dipahami sehingga dihasilkan data yang akurat dan lengkap.

1.2 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret-Agustus 2018 dengan rincian kegiatan
sebagai berikut: ……..adapun tempat pelaksanaan penelitian yaitu di Pasar Tradisional Pancor.
Alasan peneliti menggunakan tempat tersebut karena data-data yang diperoleh dalam penelitian
ini berdasarkan hasil observasi dan wawancara mengenai etika berbisnis pedagang SukuSasak di
pasar tradisional pancor yang kemudian disusun di Gedung Sekolah MAN 1 Lombok Timur.
Selanjutnya mengenai waktu penelitian, penelitian ini dilaksanakan selama kurang dari 6 bulan
yaitu dari bulan Maret-Agustus 2018. Berikut ini tabel yang menunjukkan jadwal pelaksanaan
penelitian yang disusun peneliti secara sistematis agar penelitian yang dilakukan menjadi
terstruktur dan efisien.

Kegiatan Maret April Mei Juni Juli Agustus

Pendaftaran 11 Mei
2018

Penyusunan proposal

Pengiriman

Pengumpulan data

Penulisan laporan

Pengiriman laporan

20
1.3 Data dan Sumber Data

Dalam penelitian ini terdapat dua jenis data, yaitu data primer dan data skunder. Adapun
yang menjadi data primer dalam penelitian ini adalah kata-kata dan tindakan yang diamati
mengenai etika pedagang SukuSasak di pasar tradisional pancor. Sumber data primer tersebut
juga di dapat melalui hasil wawancara kepada para penjual dan pembeli terkait masalah yang
diteliti. Data primer yang dikumpulkan peneliti mudah diperoleh karena para pedagang di pasar
tradisional pancor bersedia untuk menjadi narasumber. Faktor lain yang menjadikan peneliti
mudah untuk memperoleh data adalah keakraban yang muncul antara peneliti dan narasumber,
baik itu sebelum dan saat berlangsungnya wawancara. Kemudahan itu tentunya diperoleh dari
sikap saling menghargai dalam menanggapi setiap pendapat dari peneliti dan jawaban dari
narasumber.

Data sekunder merupakan sumber data yang diperoleh peneliti secara tidak langsung
melalui media perantara. sumber data skunder dalam penelitian ini adalah sumber tertulis seperti
jurnal ilmiah, internet, buku, dan refrensi yang relevan dengan masalah yang terkait. Manfaat dari
data sekunder adalah lebih meminimalkan biaya dan waktu, mengklasifikasikan permasalahan-
permasalahan, menciptakan tolak ukur untuk mengevaluasi data primer, dan memenuhi
kesenjangan-kesenjangan informasi karena referensi yang banyak sangat menunjang kelengkapan
data penelitian agar penelitian ini dapat berjalan akurat dan sesuai dengan kenyataan.

1.4 Fokus Penelitian

Penelitian ini difokuskan pada kedua rumusan masalah yang diangkat, yaitu etika bisnis
yang diterapkan oleh para pedagang suku sasak di pasar tradisional pancor dengan berlandaskan
norma agama dan norma hukum serta meneliti pentingnya etika bisnis yang baik untuk
kelancaran suatu bisnis. Data mengenai etika bisnis pedagang suku sasak diperoleh dari 10
narasumber yang berprofesi sebagai pedagang dan obsevasi dari transaksi antara penjual dan
pembeli serta wawancara kepada para pembeli untuk mengetahui kebenaran dari ungkapan
pedagang agar data yang diperoleh tersebut tepat dan akurat. Dengan adanya fokus penelitian,
permasalahan yang diteliti menjadi lebih terarah dan sistematis dalam penyusunan laporannya.

1.5 Teknik Pengumpulan Data

Untuk pengumpulan data dalam penelitian ini digunakan beberapa teknik berikut:

1.5.1 Observasi

Teknik observasi bertujuan untuk melakukan pengamatan langsung ke lapangan, yakni


peneliti secara langsung terjun untuk melihat bisnis yang lebih banyak dijalani oleh pedagang
21
SukuSasak serta etika yang diterapkan dalam bisnis tersebut. obyek saat observasi adalah para
penjual dan pembeli yang telah memenuhi krteria dari syarat untuk dijadikan seorang
narasumber. Adapun sasaran lokasi observasi yaitu pasar tradisional pancor.

Dari observasi yang telah dilakukan di pasar tradisional pancor, para pedagang lebih
banyak didominasi dari kalangan wanita, sedangkan para pria banyak bekerja sebagai kuli
panggul, bengkel/las, tukang ojek dan juru parkir. Pasar tradisional pancor dapat dikatakan luas
dan memiliki tiga pintu masuk yaitu depan, belakang dan samping. Pasar traisional pancor sangat
memperhatikan kebersihan lingkungannya. Pasar ini buka dari pukul 05.00 a.m sampai pukul
12.00 a.m. Pengelola pasar menempatkan para pedagang yang memiliki barang jualan sama di
tempatkan pada satu tempat, namun pengumpulannya belum secara keseluruhan dikarenakan
keadaan pasar yang baru menyelesaikan proses pembangunan.

1.5.2 Wawancara

Wawancara adalah teknik pengumpulan data dimana terjadi tatap muka atau tanya jawab
antara peneliti dengan narasumber. Teknik wawancara bertujuan untuk mengetahui lebih jauh
etika masyarakat SukuSasak dalam berbisnis secara langsung dan untuk memperoleh data yang
lebih akurat. Obyek yang diwawancararai dalam penelitian ini dominan kepada para pedagang
yang berSukuSasak yang ada di Pasar tradisional Pancor.Kriteria dari narasumber yang
diwawancarai yaitu sebagai berikut:

a. Berakal, sehat jasmani dan rohani.


b. BerSukuSasak
c. Beragama Islam
d. Memiliki Pendidikan minimal SD
e. Sudah berdagang (berbisnis) minimal 1 tahun
f. Memiliki umur minimal 17 tahun.

Pertanyaan wawancara disusun dengan tiap pertanyaanya mengacu kepada jawaban dari
rumusan masalah dan tidak secara langsung memberitahu narasumber tujuan dari tiap
pertannyaan. Hal tersebut dilakukan untuk mencegah narasumber berbohong saat menjawab
pertannyaan. Tahapan yang dilalui oleh peneliti dalam merumuskan tiap pertannyaan seperti
menyusun instrumen wawancara dan uji coba pertannyaan. Uji coba pertannyaan betujuan untuk
mencegah terjadinya kekeliruan atau kesalahan jawaban dari narasumber dan untuk memperoleh
data yang sesuai dan tepat berdasarkan pertanyaan.

Data wawancara sebagian besar diperoleh dari pedagang yang berjenis kelamin wanita,
berumur diatas 25 thn, beragama islam, menikah dan telah berdagang sejak pasar tradisional
pancor dibuka. Wawancara tersebut dilakukan pada 10 orang pedagang yang menjadi sampel
dari penelitian. Data yang diperoleh tersebut tergolong data yang sifatnya jenuh, yaitu sebagian

22
besar narasumber menjawab dengan jawaban yang sama termasuk para pedagang yang menjual
barang yang sama.

1.5.3 Dokumentasi

Teknik dokumentasi merupakan metode pengumpulan data yang diarahkan kepada


pencarian data dan informasi melalui dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, foto-foto,
gambar, maupun dokumen elektronik yang dapat mendukung dalam proses penulisan. Data yang
diperoleh dalam penelitian ini mengenai etika berbisnis dalam pandangan Islam. Alasan
menggunakan teknik studi pustaka karena peneliti mengumpulkan data menggunakan berbagai
macam referensi dan literatur, sehingga diperoleh data yang sesuai dengan permasalahan yang
akan diteliti.

1.6 Tahap Penelitian

Tahapan penelitian yang dilakukan oleh peneliti dalam penyusunan laporan adalah sebagai
berikut.

a) Tahap perencanaan
1. Menentukan tema
2. Mengidentifikasi masalah
3. Merumuskan masalah
4. Melakukan studi pendahuluan
5. Merumuskan hipotesis
6. Menentukan sampel penelitian
7. Menyusun rencana penelitian
b) Tahap pelaksanaan
1. Pengumpulan data
2. Analisis data
c) Tahap penulisan laporan (tahap akhir)

1.7 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dalam penelitian, penting untuk digunakan karena setelah peneliti
mengumpulkan data dari berbagai macam referensi kemudian peneliti akan menganalisis data
yang diperoleh satu persatu sehingga diperoleh suatu kesimpulan. Analisis data adalah proses
mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan
lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami, dan temuannya dapat
diinformasikan kepada orang lain (Bogdan dalam Sugiyono, 2013:244). Penelitian ini
menggunakan teknik analisis model deskriptif. Teknik analisis deskriptif adalah teknik analisis
data dengan cara mendeskripsikan dan menggambarkan data yang telah terkumpul.

23
24
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Etika Berbisnis Pedagang di Pasar Tradisional Pancor

Etika berbisnis masyarakat Suku Sasak dapat diketahui melalui hasil penelitian yang
dilakukan dengan menggunakan teknik observasi, wawancara dan dokumentasi yang diperoleh
dari penjual dan pembeli di pasar tradisional pancor. Berdasarkan data yang telah diperoleh
tersebut dapat diketahui etika bisnis masyarakat Suku Sasak sesuai dengan prinsip yang telah
ditentukan adalah sebagai berikut.

4.1.1 Etika berdasarkan prinsip keadilan

Prinsip keadilan adalah sebuah prinsip yang tidak membedakan subjek atau objek dalam
bisnis dan tidak merugikan pihak manapun serta saling menjaga agar hak orang lain tidak
terganggu. Keadilan kepada konsumen dengan tidak melakukan penipuan dan menyebabkan
kerugian bagi konsumen. Jika tidak ada pihak yang dirugikan maka akan terwujud kepuasan dari
masing-masing pihak, bisnis akan semakin berkembang karena mendapat kepercayaan dari
masyarakat dan masyarakat akan lebih loyal terhadap setiap solusi yang dihasilkan dari bisnis
tersebut. Nabi Muhammad SAW selalu tegas dalam menegakkan keadilan termasuk keadilan
dalam berbisnis. Islam mengharuskan untuk berbuat adil, tak terkecuali pada orang yang tidak
disukai. Sebagaimana firman Allah dalam QS. Al-Maidah ayat 8 :

ُ ‫علَ َٰى أ َ ََّل ت َ ْع ِدلُوا ۚ ا ْع ِدلُوا ُه َو أ َ ْق َر‬


‫ب‬ َ ‫َآن قَ ْو ٍم‬
ُ ‫شن‬ ِ ‫ش َهدَا َء ِب ْال ِقس‬
َ ‫ْط ۖ َو ََل يَجْ ِر َمنَّ ُك ْم‬ ُ ِ‫َيا أَيُّ َها الَّذِينَ آ َمنُوا ُكونُوا قَ َّو ِامينَ ِ َّّلِل‬
(8) َ‫َّللاَ َخبِير ِب َما ت َ ْع َملُون‬ َّ ‫ِللت َّ ْق َو َٰى ۖ َواتَّقُوا‬
َّ ‫َّللاَ ۚ إِ َّن‬
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu
menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali
kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah,
karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah
Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (QS. Al-Maidah 5:8) (di kutib dari mana?)

Dari wawancara yang dilakukan oleh peneliti dapat disimpulkan secara keseluruhan bahwa
seluruh informan dapat dikatakan adil. Tolak ukur keadilan informan, yaitu adil dalam
menentukan harga pasaran, adil dalam memberikan harga kepada setiap pembeli, adil dalam
menanggapi pembeli yang mengeluh terhadap kualitas barang, dan adil dalam memberi
kesempatan kepada setiap orang untuk berhutang. Namun, ada 2 dari 9 informan yang tidak adil
dalam hal memberikan harga kepada setiap pembeli dan dalam hal menanggapi pembeli yang
mengeluh terhadap kualitas barang.

Para pedagang suku sasak telah adil dalam menentukan harga pasar dengan mengambil
keuntungan yang tidak terlalu tinggi, di samakan dengan pedagang lain, dan tetap mengacu

25
dengan harga yang ditetapkan pemerintah. Dikatakan adil karena tidak merugikan salah satu
pihak baik itu pedagang atau pembeli. (dalil adil dalam menentukan harga atau dalil tentang tidak
merugika salah satu pihak.

N6

Tanya Jika ada pembeli yang datang secara bersamaan bagaimana ibu memberikan harga,
biasanyakan ada perbedaan harga penawaran?

Jawab Nanti mereka saling Tanya berapa harga yang diberikan, ntar kalau ini dikasi lain yang itu
lainkan kecewa mereka

Dilihat dari jawaban narasumber, bahwa ia memberikan harga yang sama kepada setiap
pembeli, kalaupun ada perbedaan harga dari tawar menawar, ia tetap meyamakan harga
barangnya. Dari sana dapat diketahui bahwa pedagang tersebut berlaku adil kepada setiap
pembeli

Berdasarkan pernyataan dari informan dapat diperoleh kesimpulan bahwa masyarakat suku sasak
(uraikan jawaban secara umum kemudian diopersingkat dengan jawaban yang paling tepat

4.1.2 Etika berdasarkan prinsip kehendak bebas

Dalam berbisnis, pelaku diberikan kebebasan dalam berkehendak menurut tujuan yang ingin
dicapainya, karena setiap orang memiliki hak tersendiri untuk mengatur kehidupannya masing-
masing. Dengan kebebasan tersebut manusia mampu memilih antara yang baik dan buruk, benar
dan salah, serta halal dan haramnya yang dapat memberikan kepuasan dan manfaat bagi dirinya.
Prinsip kehendak bebas yang bersifat baik akan berakibat baik dan begitu juga sebaliknya.
Sebagaiman firman Allah dalam QS. An-Nisa ayat 85:

Dalam bisnis Syariah kebebasan dalam berkehendak bukan bebas tanpa batas, namun
kebebasan yang sesuai dengan ajaran agama yaitu bebas menentukan jenis bisnisnya, cara
menjalankannya, selama tidak terdapat unsur haram didalamnya dan bebas berbuat apapun
selama tidak berdampak merugikan kepentingan orang lain maupun kepentingan bersama dalam
kelompok bisnis.Untuk menghindari adanya kerugian antara kedua pihak, diperlukansikap saling
menghargai harus tetap dijunjung tinggi dalam menanggapi setiap kebebasan dari masing-masing
individu, sehingga dengan kondisi yang seperti ini akan tercipta sebuah bentuk sosial yang lebih
mengedepankan aturan dalam kaitannya demi menjaga kepentingan bersama. Semua pertanggung

26
jawaban tersebut akan menghasilkan kepercayaan penuh bagi pelaku bisnis dan dapat membantu
kelancaran bisnisnya.

Berdasarkan data yang diperoleh …. Dari…. informan disimpulkan bahwa para pedagang
tersebut……

4.1.3 Etika berdasarkan Prinsip tanggungjawab

Prinsip ini berhubungan erat dengan kehendak bebas. Kebebasan dalam dunia bisnis
secara Syariah tidak akan lepas dari pertanggung jawaban atas semua yang telah diperbuat.
Dalam dunia bisnis, pertanggungjawaban dilakukan kepada dua sisi yakni sisi vertikal (kepada
Allah) dan sisi horizontalnya kepada masyarakat atau konsumen. Ketika melakukan suatu
perbuatan akan menghasilkan dampak yang baik atau buruk, maka dari itu semuanya harus
dipertanggung jawabkan. Hal ini sesuai dengan apa yang ada dalam al-Qur’an: “Tiap-tiap diri
bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya”. Kebebasan memiliki Batasan tertentu
seperti dibatasi oleh koridor hukum, norma dan etika yang tertuang dalam al-Qur’an dan sunnah
rasul yang harus dipatuhi dan dijadikan referensi atau acuan dan landasan dalam menggunakan
potensi sumber daya yang dikuasai. Dengan adanya batasan atau aturan yang jelas tentu akan
mempermudah dalam mengendalikan tanggung jawab dari masing-masing pelaku bisnis. Berikut
data hasil penelitian yang diperoleh dari penyebaran angket tentang pentingnya prinsip
tanggungjawab dalam etika bisnis menurut Islam.

4.1.4 Etika berdasarkan Prinsip Kebenaran/Kejujuran

Kejujuran atau kebenaran merupakan salah satu dari prinsip bisnis Islam yang harus
dipatuhi. Kejujuran merupakan tuntutan mutlak untuk mencapai kebenaran, jika seseorang tidak
jujur maka keputusan yang diambil dalam urusan itu dipastikan tidak benar. Dalam Islam, jujur
merupakan sikap yang mengantarkan pelakunya pada keberkahan. Sangan cocok untuk dijadikan
pedoman berbisnis, dengan berlaku jujur dapat menjadikan bisnis yang baik, halal dan berkah.
Sedangkannya dusta bisa menghilangkan keberkahan rezeki. Rasulullah saw memerintahkan kita
untuk berbuat jujur dalam segala hal, khususnya para pedagang sebagaimana sabda beliau “para
pedagang dihari kiamat nanti akan dibangkitkan sebagai seorang pendusta, kecuali orang orang
yang berlaku baik dan jujur ”( HR. Tirmizi ). Berikut data hasil penelitian yang diperoleh
daripenyebaran angket tentang pentingnya prinsip kebenaran/kejujuran dalam etika bisnis
menurut Islam.

4.1.5 Etika berdasarkan Prinsip kesopanan

Prinsip kesopanan adalah salah satu prinsip bisnis yang menunjang kelangsungan bisnis
apakah akan bertahan lama atau tidak. Kesopanan yang diterapkan dalam berbisnis akan
menimbulkan sikap kepuasan antara kedua pihak atas transaksi yang telah dilakukan. Dalam jual
beli sikap sopan seperti keramahan yang dilakukan oleh pedagang akan menimbulkan timbal
balik sikap sopan dari pembeli. Nabi Muhammad Saw mengatakan “ Allah merahmati seseorang
27
yang ramah tamah dan toleran dalam berbisnis “ (HR Bukhari dan Tirmizi). Berikut data hasil
penelitian yang diperoleh dari penyebaran angket tentang pentingnya prinsip kesopanan dalam
etika bisnis menurut Islam.

4.1.2 Etika Berbisnis Masyarakat Suku Sasak Secara Konvensional

Etika bisnis secara konvensional adalah seperangkat nilai tentang baik, buruk, benar, dan
salah mengenai etika yang berasal dari suatu prinsip atau norma-norma yang baik untuk
diterapkan dalam berbisnis yang dapat menghasilkan keuntungan yang menjadi tujuan bisnis.
Masyarakat memiliki etika yang berbeda-beda karena perbedaan budaya, norma dan agama.
Etika tersebut ada yang baik dan ada yang buruk sehingga dapat mempengaruhi keinginan
konsumen untuk memilih melanjutkan atau menghentikan transaksi bisnisnya. Untuk mengetahui
etika yang diterapkan oleh masyarakat Suku Sasak digunakan beberapa Teknik pengambilan data
sepkan erti observasi, wawancara dan penyebaran kuesioner. Dalam kuesioner terdapat indikator
yang menjadi tolak ukur etika masyarakat secara konvensional seperti indikator ekonomi, hukum,
ajaran agama dan etika yang ada pada masing pelaku bisnis. Berikut penjelasan yang lebih
mandalam mengenai indikator tersebut.

a. Indikator Ekonomi

Indikator ekonomi adalah tolak ukur yang mempengaruhi kegiatan ekonomi yang dapat
menjadikan maju tidaknya usaha atau bisnis yang dijalankan. Prekonomian yang dijalankan
dengan mengelola sumber daya bisnis dan sumber daya alam secara efisien tanpa ada pihak yang
dirugikan. Berikut data hasil penelitian yang diperoleh dari penyebaran angket tentang
pentingnya inodikator ekonomi dalam etika bisnis secara konvensional.

b. Indikator Hukum

Hukum adalah sesuatu yang sudah ditetapkan bersama untuk ditaati dan dipatuhi oleh
masyarakat. Hukum tentu mendatangkan suatu hal yang positif, dengan menaati hukum
kehidupan akan lebih terarah dan menjadi lebih baik. Prilaku buruk yang melanggar hukum akan
menyebabkan dampak buruk seperti kerugian baik bagi diri sendiri maupun orang lain. Berikut
data hasil penelitian yang diperoleh dari penyebaran angket tentang pentingnya indikator hukum
dalam etika bisnis secara konvensional.

c. Indikator Ajaran Agama

Agama merupakan sebuah kepercayaan antara manusia dengan tuhannya yang harus
dijadikan landasan atau prinsip dalam menjalani kehidupan. Agama Islam yang berlandaskan al-
Qur’an dan hadist mengatur tentang semua aspek kehidupan yang dialami manusia. Aturan dalam
agama Islam melarang seluruh perbuatan yang terdapat unsur bohong, khianat, ingkar janji, tipu
menipu dan lain sebagainya. Dalam Islam kita memiliki kewajiban untuk saling tolong-menolong
28
antar sesama untuk memperkuat persaudaraan. Berikut data hasil penelitian yang diperoleh dari
penyebaran angket tentang pentingnya indikator ajaran agama dalam etika bisnis secara
konvensional.

d. Indikator etika dari masing-masing pelaku bisnis

Setiap manusia diciptakan oleh Tuhan dengan sifat yang berbeda-beda. Sifat tersebut ada
yang baik dan buruk yang dapat merugikan atau memberikan keuntungan bagi diri sendiri, orang
lain, masyarakat, Bangsa dan Negara. Seseorang dikenal dengan sifat yang dimilikinya, sifat
tersebut akan sejalan dengan prilaku atau etika yang diterapkan dalam kehidupan. Berikut data
hasil penelitian yang diperoleh dari penyebaran angket tentang pentingnya Indikator etika dari
masing-masing pelaku bisnisdalam etika bisnis secara konvensional.

29
4.2 Pentingnya penerapan etika bisnis yang baik dalam pandangan islam

Etika merupakan pedoman yang digunakan umat islam untuk berperilaku dalam segala
aspek kehidupan. Etika bisnis islami merupakan nilai-nilai etika islam dalam aktivitas bisnis yang
telah diatur dan disajikan berdasarkan perspektif Al-Qur’an dan Hadis. Penerapan etika bisnis
islam adalah menerapkan nilai-nilai etika islam yang telah ada dan dapat melekat pada diri
pebisnis sehingga dapat mempengaruhi atau menjadi suatu bentuk ketertarikan para pebisnis lain
untuk menerapkannya. Dalam berbisnis, etika islam sangat perlu untuk diterapkan, karena
sebagaimana pentingnya penerapan etika bisnis islam dapat menjadikan bisnis yang dijalankan
dapat meraih kesuksesan dunia akhirat.

Prinsip-prinsip etika islam melarang bisnis yang dilakukan dengan cara kejahatan atau
kebatilan, tidak mengandung unsur riba, memiliki fungsi sosial baik melalui zakat maupun
sedekah, melarang mengurangi hak atas suatu barang yang didapat dengan media takaran atau
timbangan, selalu berbuat adil dan memperhatikan keselamatan konsumen, tidak berbuat zalim
(curang) baik dirinya sendiri maupun pelaku bisnis lain.

Pentingnya penerapan etika bisnis yang baik dalam pandangan islam sebagai berikut:
terciptanya kepercayaan konsumen kepada bisnis yang dijalankan, image bisnis yang dijalakan
baik dimata masyarakat atau konsumen, menghasilkan profit bagi bisnis yang dijalankan,
meningkatkan kerukunan antar pelaku bisnis lain, merasa nyaman untuk berbisnis,
memaksimalkan keuntungan, mencegah terjadinya kerugian akibat keteledoran, memiliki
motivasi kerja yang baik, terciptanya persaingan sehat dalam berbisnis, terciptanya hubungan
yang harmonis ataranggota bisnis, meningkatkan daya saing perusahaan, konsumen atau
pelanggan baru, tertarik untuk membeli produk.

Etika bisnis islam sangat penting untuk diterapkan dalam hal bermuamalah, termasuk
dalam bisnis. Karena etika yang baik merupakan perilaku yang dapat memberikan sorotan
kepada seseorang ataupun konsumen tentang etika bisnis tersebut. Dengan memperhatikan dan
menerapkan etika yang baik seperti yang telah dipaparkan, akan mampu menarik simpati
seseorang atau konsumen yang dengan sendirinya akan menimbulkan citra positif,rasa
kepercayaan serta memicu kelancaran dan keberkahan setiap bisnis.

30
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dalam kehidupan banyak sekali aktifitas yang dilakukan manusia setiap hari termasuk
bisnis. Bisnis yang berkembang di zaman modern telah merubah etika bisnis masyarakat yang
dilandasi dengan agama islam dan tidak sesuai dengan prinsip atau etika bisnis yang baik serta
menimbulkan banyak sekali kesenjangan social di masyarakat. Masyarakat Indonesia termasuk
masyarakat Suku sasak mengenai etika bisnis memang telah ikut berubah seiring dengan
perkembangan zaman. Perubahan ini banyak yang bersifat negative karena terpengaruh dengan
budaya masyarakat luar, kebanyakan hal ini terjadi karena sikap keterbukaan masyarakat dalam
menerima budaya baru tanpa menyaring prilaku dan budaya yang negative. Etika bisnis yang
bersifat negative seperti prilaku bohong, khianat, ingkar janji dan etika bisnis lainnya yang
melanggar aturan bisnis islam. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah
dilakukan dapat ditarik kesimpulan mengenai etika bisnis masyarakat Suku sasak dalam
pandangan islam sebagai berikut.

Masyarakat Suku sasak dalam menerapkan etika bisnis pandangan islam apabila diukur
dengan prinsip etika bisnis Syariah seperti prinsip keadilan, kehendak bebas, tanggung jawab,
kebenaran/kejujuran dan kesopanan menyimpulkan bahwa masyarakat Suku sasak sangat
memperhatikan etika bisnis Syariah dengan tidak melanggar aturan agama. Dan etika bisnis
masyarakat Suku sasak secara konvensional yang diukur dari indikator ekonomi, hokum, ajaran
agama dan etika dari masing-masing pelaku bisnis, semua indikator tersebut jika dilihat dari
keseluruhan data yang telah diperoleh bahwa masyarakat Suku sasak selalu menerapkan etika
baik dalam berbisnis. Dari pernyataan diatas tidak heran masyarakat Suku sasak menjunjung
prinsip etika yang baik karena masyarakat Suku sasak memang terkenal memiliki tingkat
religious yang tinggi dengan kata lain selalu taat dalam beragama.

5.2 Saran

Dari penelitian ini diharapkan masyarakat Suku Sasak dalam berbisnis mampu
mempertahankan etika bisnis Syariah yang telah diterapkan dan diharapkan masyarakat juga
tidak mudah untuk terpengaruh oleh budaya dan prilaku masyarakat luar. Untuk para pedagang
diharapkan mempelajari etika bisnis Syariah yang baik terlebih dahulu sebelum memulai bisnis
atau usaha karena etika ini juga sangat mempengaruhi kelancaran bisnis mereka. Untuk para
pembaca di luar sana diharapkan untuk ikut serta dalam menerapkan etika bisnis Syariah seperti
yang diterapkan oleh masyarakat Suku sasak, dengan begitu tidak ada unsur keharaman dalam
bisnis dan juga akan menunjang keberkahan bisnisnya. Untuk peneliti selanjutnya diharapkan
dapat melakukan penelitian yang lebih baik dan lebih mendalam tentang etika bisnis yang sesuai
dengan pandangan islam di wilayah lain.

31
32
33

Anda mungkin juga menyukai