Kelompok 4
Kelompok 4
1
3. S.Sundeen (1990) menyatakan bahwa hubungan terapeutik adalah
hubungan kerjasama yang ditandai tukar menukar perilaku, perasaan,
pikiran dan pengalaman dalam membina hubungan intim yang
terapeutik.
4. Kalthner, dkk (1995) mengatakan bahwa komunikasi terapeutik terjadi
dengan tujuan menolong pasien yang dilakukan oleh orang-orang
yang professional dengan menggunakan pendekatan personal
berdasarkan perasaan dan emosi
5. (Heri Purwanto, 1994)Komunikasi terapeutik merupakan komunikasi
interpersonal, artinya komunikasi antara orang-orang secara tatap
muka yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang
lain secara langsung, baik secara verbal dan nonverbal.
6. (Mulyana, 2000)Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang
direncanakan secara sadar, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan
untuk kesembuhan pasien.
7. (Indrawati, 2003 48).Komunikasi terapeutik termasuk komunikasi
interpersonal dengan titik tolak saling memberikan pengertian antar
perawat dengan pasien. Persoalan mendasar dan komunikasi in adalah
adanya saling membutuhan antara perawat dan pasien, sehingga dapat
dikategorikan ke dalam komunikasi pribadi di antara perawat dan
pasien, perawat membantu dan pasien menerima bantuan
8. (Indrawati, 2003 : 48)Komunikasi terapeutik bukan pekerjaan yang
bisa dikesampingkan, namun harus direncanakan, disengaja, dan
merupakan tindakan profesional.
2
yang menderita penyakit kronis ataupun terminal umumnya mengalami
perubahan dalam dirinya, ia tidak mampu menerima keberadaan
dirinya,mengalami gambaran diri, penurunan harga diri, merasa tidak
berarti dan padaakhirnya merasa putus asa dan depresi.
2. Kemampuan membina hubungan interpersonal yang tidak superfisial
dansaling bergantung dengan orang lain. Melalui komunikasi terapeutik,
orang belajar bagaimana menerima danditerima orang lain. Dengan
komunikasi yang terbuka, . jujur dan menerima klien apa adanya, perawat
akan dapat meningkatkan kemampuan klien dalammembina hubungan
saling percaya (Hibdon, 200). Rogers (1974) dalam Abraham dan Shanley
(1997) mengemukakah bahwa hubungan mendalam yang digunakan dalam
proses interaksi antara perawat dan klien merupakan area untuk
mengekspresikan kebutuhan, memecahkan masalah dan meningkatkan
kemampuan koping.
3. Peningkatan fungsi dan kemampuan untuk memuaskan kebutuhan
sertamencapai tujuan yang reistis. Terkadang klien menetapkan ideal diri
atau tujuan terlalu tinggi tanpa mengukur kemampuannya. Taylor, Lilis
dan La Mone (1997) mengemukakan bahwa individu yang merasa
kenyataan dirinya mendekati ideal dirimempunyai harga diri yang tinggi
sedangkan individu yang merasa kenyataan hidupnya jauh dari ideal
dirinya akan merasa rendah diri.
4. Peningkatan fungsi dan kemampuan untuk memuaskan kebutuhan serta
mencapai tujuan yang reistis. Klien yang mengalami gangguan identitas
personal biasanya tidak mempunyai rasa percaya diri dan mengalami
harga diri rendah. Melalui komunikasi terapeutik diharapkan perawat
dapat membantu klien meningkatkan integritas dirinya dan identitas diri
yang jelas.
3
C. Prinsip Dasar Komunikasi Terapeutik
4
lakunya. Sehingga tumbuh makin matang dan dapat memecahkan masalah
– masalah yang dihadapi.
9. Perawat harus mampu menguasai perasaan sendiri secara bertahap untuk
mengetahui dan mengatasi perasaan gembira, sedih, marah, keberhasilan
maupun fungsi.
1. Komunikasi Verbal
Jenis komunikasi yang paling lazim digunakan dalam pelayanan
keperawatan di rumah sakit adalah pertukaran informasi secara verbal
terutama pembicaraan dengan tatap muka. Komunikasi verbal biasanya
lebih akurat dan tepat waktu. Kata-kata adalah alat atau simbol yang dipakai
untuk mengekspresikan ide atau perasaan, membangkitkan respon
emosional, atau menguraikan obyek, observasi dan ingatan. Sering juga
untuk menyampaikan arti yang tersembunyi, dan menguji minat seseorang.
Keuntungan komunikasi verbal dalam tatap muka yaitu memungkinkan tiap
individu untuk berespon secara langsung. Komunikasi Verbal yang efektif
harus:
a) Jelas dan ringkas
b) Perbendaharaan Kata (Mudah dipahami)
c) Arti denotatif dan konotatif
d) Selaan dan kesempatan berbicara
e) Waktu dan Relevansi
f) Humor
5
2. Komunikasi Tertulis
Komunikasi tertulis merupakan salah satu bentuk komunikasi yang
sering digunakan dalam bisnis, seperti komunikasi melalui surat menyurat,
pembuatan memo, laporan, iklan di surat kabar dan lain- lain. Prinsip-
prinsip komunikasi tertulis terdiri dari :
a) Lengkap
b) Ringkas
c) Pertimbangan
d) Konkrit
e) Jelas
f) Sopan
g) Benar
3. Fungsi komunikasi tertulis adalah:
a) Sebagai tanda bukti tertulis yang otentik, misalnya; persetujuan operasi.
b) Alat pengingat/berpikir bilamana diperlukan, misalnya surat yang
telahdiarsipkan.
c) Dokumentasi historis, misalnya surat dalam arsip lama yang digali
kembali untuk mengetahui perkembangan masa lampau.
d) Jaminan keamanan, umpamanya surat keterangan jalan.
e) Pedoman atau dasar bertindak, misalnya surat keputusan, surat
perintah,surat pengangkatan.
4. Keuntungan Komunikasi tertulis adalah:
a) Adanya dokumen tertulis
b) Sebagai bukti penerimaan dan pengiriman
c) Dapat meyampaikan ide yang rumit
d) Memberikan analisa, evaluasi dan ringkasan
e) menyebarkan informasi kepada khalayak ramai
f) Dapat menegaskan, menafsirkan dan menjelaskan komunikasi lisan.
g) Membentuk dasar kontrak atau perjanjian
h) Untuk penelitian dan bukti di pengadilan kerugian Komunikasi tertulis
6
5. Komunikasi Non Verbal
a) Kinesik
b) Proksemik
c) Haptik
7
d) Paralinguistik
e) Artifak
8
memberikan bantuan kepada pasien untuk mengkomunikasikan
kondisinya secara tepat
2. Empati (Empathy)
Merupakan sikap jujur dalam menerima kondisi pasien. Obyektif
dalam memberikan penilaian terhadap kondisi pasien dan tidak
berlebihan.
3. Hangat (Warmth)
Kehangatan dan sikap permisif yang diberikan diharapkan pasien dapat
memberikan dan mewujudkan ide-idenya tanpa rasa takut, sehingga
pasien bisa mengekspresikan perasaannya lebih mendalam.
9
pembicaraan klien. Misalnya: “Ooh..jadi Saudara tadi malam tidak bisa
tidur karena....”.
4. Klarifikasi
Dilakukan bila perawat ragu, tidak jelas, tidak mendengar atau klien
berhenti karena malu mengemukakan informasi, informasi yang diperoleh
tidak lengkap atau mengemukakannya berpindah-pindah. Contoh:
“dapatkah Anda menjelaskan kembali tentang....?”. Gunanya untuk
kejelasan dan kesamaan ide, perasaan, dan persepsi perawat-klien.
5. Refleksi
Refleksi merupakan reaksi perawat-klien selama berlangsungnya
komunikasi. Refleksi ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. Refleksi isi, bertujuan memvalidasi apa yang didengar. Klarifikasi ide
yang diekspresikan klien dengan pengertian perawat.
2. Refleksi perasaan, yang bertujuan member respon pada perasaan klien
terhadap isi pembicaraan agar klien mengetahui dan menerima
perasaannya.
Teknik refleksi ini berguna untuk:
- Mengetahui dan menerima ide dan perasaan.
- Mengoreksi.
- Memberi keterangan lebih jelas
Kerugiannya adalah:
- Mengulang terlalu sering tema yang sama.
- Dapat menimbulkan marah, iritasi, dan frustasi.
6. Memfokuskan
Membantu klien bicara pada topik yang telah dipilih dan yang
penting serta menjaga pembicaraan tetap menuju tujuan yaitu lebih spesifik,
lebih jelas, dan berfokus pada realitas.
Contoh:
Klien : “Petugas kesehatan yang ada di rumah sakit ini kurang perhatian
pada pasiennya”.
10
Perawat : “Apakah Saudara sudah minum obat?”
7. Membagi persepsi
Meminta pendapat klien tentang hal yang perawat rasakan dan
pikirkan. Dengan cara ini perawat dapat meminta umpan balik dan
memberi informasi.
Contoh: “Anda tertawa, tetapi saya rasa Anda marah kepada saya”.
8. Identifikasi Tema
Mengidentifikasi latar belakang masalah yang dialami klien yang muncul
selama percakapan. Gunanya untuk meningkatkan pengertian dan
mengeksplorasi masalah yang penting.
Misalnya: “Saya lihat dari semua keterangan yang Anda jelaskan, Anda
telah disakiti. Apakah ini latar belakang masalahnya?”
9. Diam (Silence)
Cara yang sukar biasanya dilakukan setelah mengajukan pertanyaan.
Tujuannya untuk member kesempatan berpikir dan memotivasi klien untuk
bicara. Pada klien yang menarik diri, teknik diam berarti perawat menerima
klien.
Misalnya: Klien : “Saya jengkel kepada suami saya.”
Perawat : “Diam (memberi kesempatan klien)”
Klien : “Suami saya selalu telat pulang kerja tanpa alasAn yang
jelas, kalau saya tanya pasti marah.”
10. Informing
Teknik ini bertujuan member informasi dan fakta untuk pendidikan
kesehatan bagi lien, misalnya perawat menjelaskan tentang penyebab
panas yang dialami klien.
Klien : “Suster, kenapa suhu tubuh saya masih tinggi? Padahal saya sudah
minum obat, kira-kira kenapa ya Suster?”
11
Perawat : “Baik saya jelaskan, panas tubuh atau suhu tubuh meningkat
dapat disebabkan oleh beberapa hal diantaranya karena ada proses infeksi,
dehidrasi atau karena metabolisme tubuh yang meningkat.”
11. Saran
Memberi alternative ide untuk pemecahan masalah. Dapat dipakai pada
fase kerja dan tidak tepat pada fase awal hubungan.
Misalnya : Kita tadi sudah cukup banyak bicara tentang penyebab batuk
dan sesak nafas, salah satunya karena merokok. Kami berharap Anda dapat
mengurangi atau berhenti merokok.
12
Berdasarkan pengertian diatas kelompok menyimpulkan bahwa penyakit
kronik yang dialami oleh seorang pasien dengan jangka waktu yang lama dapat
menyebabkan seorang klien mengalami ketidakmampuan contohnya saja
kurang dapat mengendalikan kondisi tertentu atau kegiatan yang baru
dirasakan. Contoh : penyakit diabetes militus, penyakit cord pulmonal deases,
penyakit arthritis.
a. Progresif
b. Menetap
c. Kambuh
13
K. Dampak penyakit kronis dan Terminal terhadap klien
a. Dampak psikologis
b. Dampak somatik
14
c. Tersedianya support social
d. Temperamen dan kepribadian
e. Sikap dan tindakan lingkungan
f. Tersedianya fasilitas kesehatan
Tiap fase yang di alami oleh psien kritis mempunyai karakteristik yang
berbeda. Sehingga perawat juga memberikan respon yang berbeda pul. Dalam
berkomonikasi perwat juga harus memperhatikan pasien tersebut berada di fase
mana, sehingga mudah bagi perawat dalam menyesuaikan fase kehilangAn
yang di alami pasien.
15
a. Memberikan kesempatan untuk menggunakan koping yang kontruktif
dalam menghadapi kehilangan dan kematian
b. Selalu berada di dekat klien
c. Pertahankan kontak mata
2. Fase anger ( marah )
4. Fase depression
Individu fase ini sering menunjukkan sikap antara lain menarik diri,
tidak mau berbicara, kadang kadang bersikap sebagai pasien yang sangat
16
baik dan menurut atau dengan ungkapAn yang menyatakan keputus asaan,
perasaan tidak berharga. Gejala fisik yang sering di perlihatkan adalah
menolak makan, susah tidur, letih, dorongan libugo menurun.
1. Persiapan
Pahami anda sendiri sebagai perawat dan siapkan diri anda dengan
berbagai macam informasi
17
jelas dan menakutkan hendaknya di hindari seperti : “ ibu sri, datanglah
segera, saya mempunyai sesuatu yang harus saya katakan kepada anda “
Beritahukan rekan anda bahwa anda tidak bisa di ganggu selagi anda
menyampaikan berita kepada pasien. Atur suara agar anda terlihat normal,
tidak erogi atau bergetar.
2. Membuat hubungan
a. Percakapan awal
Perkenalkan diri anda dan orang ornag bersama anda, jika di sana
terdapat orang yang elum di ketahui oleh perawat maka cari tahu siapa
dia.
Kaji status resipien ( orang yang anda tuju untuk di kabrkan dengan
kabar buruk). Tanyakan kabar atau kenyamanan dan kebutuhannya. Anda
harus mengkaji tentang pemahaman resipien terhadap situasi.
18
3. Berbagi cerita
Ada kiasan bahwa kabar buruk adalah seperti bom. Yang radiasinya
akan mengenai semua yang ada lingkungannya.
a. Bicara pelan
Dan perawat bisa menyampaikan “ saya paham, hal ini sulit bagi anda.
Apa yang ada dalam pikiran anda saat ini?
Sering kali perawat merasa berat hati dan merasa stres ketika
menyampikan brita buruk. Oleh karna itu berbagi pengalaman dan
perasaan terhadap teman sejawat sangat di perlukan dan bisa sebagai
support system bagi diri anda sendiri.
19
P. Respon Klien Terhadap Penyakit Kronik
1. Kehilangan kesehatan
2. Kehilangan kemandirian
3. Kehilangan situasi
Contoh dampak kehilangan fungsi organ tubuh seperti klien dengan gagal
ginjal harus dibantu melalui hemodialisa
Dampak yang dapat ditimbulkan dari kehilangan fungsi mental seperti klien
mengalami kecemasan dan depresi, tidak dapat berkonsentrasi dan berpikir
efisien sehingga klien tidak dapat berpikir secara rasional
20
7. Kehilangan konsep diri
Klien dengan penyakit kronik merasa dirinya berubah mencakup bentuk dan
fungsi sehingga klien tidak dapat berpikir secara rasional (bodi image) peran
serta identitasnya. Hal ini dapat akan mempengaruhi idealism diri dan
harga diri rendah
3. Tahap Kerja:
21
4. Tahap Terminasi:
Tahap ini dibagi dua, yaitu terminasi sementara dan terminasi akhir.
Terminasi sementara merupakan akhir sesi pertemuan dimana perawat dan
pasien masih akan bertemu kembali di sesi pertemuan lain. Terminasi akhir
dilakukan perawat setelah semua proses keperawatan telah selesai
dilaksanakan. Dalam tahap ini perawat mengevaluasi pencapaian tujuan
interaksi, serta tindak lanjutnya (untuk terminasi sementara).
22