019K PDF
019K PDF
ABSTRAK
Konteks persaingan dalam bisnis konstruksi saat ini sangat ketat dan melatarbelakangiusaha suatu
proyek konstruksi untuk melakukanpengawasan kinerja proyek tersebut.Namun disisi lain
pengukuran kinerja dalam proyek konstruksi masih sangat jarang ditemukan sehingga perlu
dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengawasan kinerja dalam proses konstruksi.Banyaknya
sistem pengawasan kinerja dalam dunia manajemen proyek memungkinkan proyek mengadaptasi
salah satu dari sistem tersebut. Penelitian ini menggunakan sistem pengawasan dengan pendekatan
BalancedScorecard yang akan dicoba untuk diaplikasikan dalam proyek apartemen “The Kencana”
di Jakarta Selatan. Dalam pendekatanBalanced Scorecard, penjabaran strategi perusahaanmenjadi
menjadi pekerjaan merupakan masalah penting. Strategi ini akan menghasilkan Key Performance
Factor(KPF) yang kemudian menghasilkan Key Performance Indicator(KPI). Untuk mengatasi
kesulitan mengimplementasikan strategi menjadi pekerjaan, kemudian digunakan kuisioner yang
diberikan kepada Project Manager. Dari hasil kuisioner, diperoleh faktor yang dianggap penting
untuk proyek “The Kencana” dan merumuskan indikator yang penting. KPF dan KPI yang
dirumuskan, diukur dan dihitung dalam bentuk persentase. Persentase bobot tiap KPF dan KPI
menjadi tools pengukuran kinerja pelaksanaan konstruksi. Hasil penelitian ini menunjukkan peran
pengawasan berperan penting dalam mendukung proses konstruksi yang berkualitas.
Kata Kunci : Pengawasan kinerja, Balanced Scorecard, Key Performance Factor,Key Performance
Indicator
1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Permasalahan
Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terluas di dunia. Seiring dengan berkembangnya jaman maka
diperlukan pembangunan infrastruktur yang memadai, agar menjadi salah satu pelopor untuk memajukan
perekonomian bangsa. Sebagai negara yang sedang berkembang, didukung dengan sumber daya alam dan manusia
yang memadai, menjadikan pembangunan infrastruktur sebagai salah satu aspek ekonomi yang berkembang dengan
sangat pesat. Berkembangnya banyak kota besar sebagai kota metropolitan serta pembangunan di daerah-daerah,
ditunjang perkembangan penduduk menjadikan pembangunan di Indonesia sebagai salah satu motor kemajuan
bangsa.
Dengan banyak proyek pembangunan infrastuktur, menjadikan persaingan antar pihak-pihak terkait (pemberi tugas,
konsultan, kontraktor) semakin tumbuh dan berkembang sehingga mengakibatkan persaingan yang ketat. Adanya
persaingan yang ketat tersebut menghasilkan suatu seleksi alam dimana semua pihak berusaha untuk tetap eksis
dalam bidangnya. Dalam persaingan yang ketat tersebut diperlukan nilai lebih yang diberikan dari pembangunan
sebuah proyek infrastuktur termasuk gedung bertingkat. Nilai tambah tersebut dapat bervariatif, tetapi bila ditinjau
dari sudut pandang manajemen konstruksi, sebuah proyek yang bernilai tambah adalah proyek yang memiliki
kinerja yang baik, bila dikaitkan dengan 3 aspek yaitu biaya (cost), mutu (quality), dan waktu (time).
Proyek memiliki kinerja yang baik bila memiliki biaya yang rendah, mutu yang sesuai dengan spesifikasi pemberi
tugas, dan diselesaikan dalam waktu yang sesuai dengan jadwal. Agar tercapainya ketiga hal tersebut maka
dibutuhkan mekanisme yang selaras antara semua komponen yang terkait dan terlibat dalam proyek tersebut.
Dimulai dari pemberi tugas, konsultan, kontraktor, subkontraktor, pemasok, hingga pekerja, harus berkerjasama
untuk mencapai suatu produktivitas yang baik. Produktivitas inilah yang menjadi akar dari target kinerja yang akan
dicapai bersama oleh semua pihak dalam sebuah proyek, dimana tujuan akhir dari pengawasan kinerja ini adalah
peningkatan keuntungan dari proyek.
Terkait dengan kinerja, dalam ilmu dasar manajemen yang biasa diterapkan pada perusahaan manufaktur maupun
jasa, memiliki banyak sekali teori pengukuran kinerja kerja yang mengukur kinerja perusahaan, seperti Balanced
Scorecard, Integrated Performance Measurement System,Performance Prisem, dll. Semua metode pengukuran
kinerja ini sudah diterapkan oleh banyak perusahaan baik manufaktur ataupun jasa, dan teruji dalam mengukur
kemampuan dan produktivitas yang dituju dalam berbagai macam kasus. Semakin ketatnya persaingan saat ini
membuat kebutuhan akan aplikasi dan perkembangan ilmu pengukuran kinerja ini semakin besar. Setiap perusahaan
akan berusaha untuk mencari metode yang terbaik bagi perusahaan mereka agar dapat mencapai kinerja yang
tertinggi untuk dapat bertahan dalam persaingan global yang ada.
Sebaliknya dalam manajemen konstruksi pada Teknik Sipil pembahasan mengenai peningkatan kinerja proyek tidak
banyak disinggung. Padahal kinerja proyek seperti yang telah dijelaskan didepan, menentukan untuk dapat bersaing
pada persaingan global yang ketat. Oleh sebab itu maka diperlukan substitusi ilmu pengukuran kinerja dari luar
Teknik Sipil untuk dapat memonitor kinerja tersebut.
Secara umum, sistem manajemen Teknik Sipil sama dengan sistem manajemen yang biasanya dipakai dalam
perusahaan manufaktur ataupun jasa, terutama dalam hal tujuan perusahaan yaitu finansial, pelanggan, proses bisnis
internal, pembelajaran dan pertumbuhan. Keduanya memiliki kesamaan dalam hal tujuan dan proses pengolahan
data manajemen, hal ini terbukti dengan adanya salah satu bidang peminatan dalam Teknik Sipil yaitu Manajemen
Konstruksi. Dengan adanya kesamaan ini maka ingin dicapai sebuah pembelajaran mengenai penerapan salah satu
ilmu pengukuran kinerja yang ada di dalam dunia manajemen pada sebuah proyek konstruksi teknik sipil melalui
aplikasi ilmu manajemen konstruksi.
Dengan adanya kesamaan tersebut, secara hipotesis pengaplikasian salah satu teori pengukuran kinerja dari
pembelajaran manajemen dapat digunakan pada pembangunan infrastruktur termasuk gedung bertingkat. Hal ini
yang menjadi latar belakang dari Tugas Akhir, sehingga Tugas Akhir ini dapat menghubungkan aplikasi teori
monitor kinerja yang sudah sukses di dalam dunia manajemen yaitu Balanced Scoredcard ke dalam kinerja proyek
pada manajemen konstruksi Teknik Sipil.
1.2. Permasalahan Penelitian
Rumusanpermasalahan penelitian ini, yaitu:
1 Indikator kinerja proyek apa yang dipakai dalam pengukuran yang berimbang?
2 Strategi pekerjaan apa yang dapat dimengerti oleh seluruh anggota organisasi untuk pencapaian target yang
diinginkan?
3 Bagaimana menterjemahkan strategi menjadi pekerjaan?
2. LANDASAN TEORI
2.1. Siklus Proyek Konstruksi
Menurut buku Professional Construction Management oleh Donald S Barrie dan Boyd C Paulson, ada 6 tahapan
dasar dari sebuah konstruksi. Berikut adalah tahapan yang dimaksud:
1. Studi konsep dan kelayakan.
2. Rekayasa dan Desain
Pada tahap rekayasa dan desain terdapat dua tahapan yaitu: (1) rekayasa dan desain awal; (2) rekayasa dan desain
terperinci. Kedua tahapan di atas saling berkesinambungan.
3. Pengadaan
4. Konstruksi
5. Memulai dan Penerapan
6. Operasi dan Pemanfaatan
2.2. Definisi Dasar Balanced Scorecard
Balanced Scorecard adalah sebuah perencanaan strategis dan sistem manajemen yang digunakan secara ekstensif
dalam bisnis dan industri, pemerintah, dan organisasi nirlaba di seluruh dunia untuk kegiatan usaha untuk
menyelaraskan visi dan strategi organisasi, meningkatkan komunikasi internal dan eksternal, dan memantau kinerja
organisasi terhadap strategis tujuan.Sementara menurut Anthony, Banker, Kaplan, dan Young mendefinisikan
Balanced Scorecard sebagai sebuah sistem manajemen dan pengukuran yang melihat kinerja bisnis dari empat
perspektif: finansial, pelanggan, proses bisnis internal, dan pembelajaran dan pertumbuhan.
Performance Management dampak dari pengukuran kinerja sebuah organisasi dapat diperiksa dan dianalisa untuk
In Construction : A mengindikasikan area yang berpotensi untuk dikembangkan
Conceptual Framework mengidentifikasi beberapa area yang dapat digunakan sebagai validasi proses kerangka
kerja
3. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Proses Penelitian
Dalam penelitian ini dilakukan beberapa tahapan proses guna mengarahkan penelitian agar tetap fokus pada tujuan
utama. Berikut prosesnya mulai dari awal hingga akhir:
Penentuan
Perumusan
Hipotesis pekerjaan
masalah
penelitian
Rasio/bobot Key
Key Performance Key Performance
Performance
Indicator Factor
Factor
Sistem
Kesimpulan dan
pengukuran dan
saran
pengendalian
Kuisioner I (KPF
PM)
Dengan diagram ini dijelaskan bawah dilakukan proses studi literatur untuk mencari setiap KPF yang akan
digunakan dalam penelitian kali ini, pada proses ini KPF juga dikelompokkan seperti perspektif pada teori Balanced
Scorecard, setelah proses pengumpulan KPF telah selesai maka dibuat kuisoner untuk diberikan kepada PM proyek,
ini dikarenakan setiap proyek memiliki prioritas yang berbeda-beda sehingga memiliki KPF yang berbeda pula.
Setelah diperoleh KPF yang diinginkan PM maka dilanjutkan lagi dengan studi literatur untuk KPI tiap KPF yang
telah dipilih PM, setelah terkumpul KPI akan dibuat dalam kuisioner dan kembali di berikan kepada PM untuk
dipilih, setelah selesai maka masuk ketahap penentuan rumus untuk tiap indikator yang dipilih PM, rumus yang
dihasilkan disesuaikan dengan KPI yang ditentukan. Setelah rumus selesai dibuat maka masuk kedalam tahap
pembuatan tabel atau toolsyang nantinya akan menjadi alat pengawasan dan pengukuran kinerja. Setelah tabel
selesai dibuat dengan setiap indikator dan rumus yang dipakai maka toolssiap untuk digunakan untuk melakukan
pengukuran dan pengawasan kinerja pada proyek bersangkutan.
#.72704*<4*74.9=*;*79.5*700*7
#.6+.:24*71*;25;.;=*2-.70*7@*70-23*7324*74.9*-*
9.5*700*7
#.70*?*;2;.<2*99.4.:3**7@*70-25*4=4*7
4.2.1. Indikator “Menentukan strategi dan rencana pekerjaan konstruksi agar dapat dilakukan
dengan lancar”
Dari tabel diketahui input yang diperlukan untuk penghitungan yaitu dokumen yang diserahkan dan total dokumen,
dengan contoh input 90 dan 100 dengan proses penghitungan:
Dengan hasil ini setelah itu hasil akan dibandingkan dengan target, target dipasang semaksimal mungkin yaitu
100%. Target akan disesuaikan dengan kebutuhan PM untuk indikator tersebut, dalam penelitian ini seluruh target
ditentukan maksimal atau 100%. Perbandingan dengan target:
Hasil penghitungan ini dilanjutkan untuk penghitungan kolom berikutnya yaitu nilai perbandingan dengan bobot
KPI.Dengan bobot yang diberikan pada tabel adalah 100%.Penentuan bobot ini diperoleh pembagian rata dengan
jumlah indikator pada faktor tersebut. Dengan hasil penghitungan:
Pada kolom ini dilihat menunjukan adanya rambu berwarna merah, rambu ini berarti adanya ketidak sesuaian
dengan target yang diinginkan. Pada rambu ini diperlukan penelitian lebih lanjut untuk tiap range yang diberikan
pada hasil penghitungan, berapakah nilai untuk rambu merah, kuning dan hijau. Dengan metode statistik pada
indikator ini setidaknya digunakan 30 kali. Pada penelitian kali ini akan dianggap setiap nilai yang tidak mencapai
target akan menghasilkan rambu merah.
Dari hasil 90% yang diperoleh sebelumnya akan dilanjutkan dengan penghitungan kolom nilai akhir dibandingkan
dengan bobot yang diberikan:
Kemudian terakhir dengan total kontribusi yang diberikan indikator:
Hasil dari penghitungan ini merupakan total kontribusi yang dihasilkan oleh indikator ”Menentukan strategi dan
rencana pekerjaan konstruksi agar dapat dilakukan dengan lancar” kepada KPF “Kesesuaian pekerjaan terhadap
laporan akhir tahap studi kelayakan” milik PM yang diukur terhadap MK. Pada proses penghitungan ini ditunjukan
penghitungan perindikator, tetapi pada tools kolom total kontribusi telah dijumlah dengan setiap indikator yang
bersangkutan dengan tim kerja yang diukur kinerjanya. Untuk contoh penghitungan total kontribusi yang dijumlah
nilainya akan dijelaskan berikutnya.
4.2.2. Indikator “Pengawasan terhadap setiap proses konstruksi yang dapat menimbulkan tindak
kriminal” dan “Berkoordinasi dengan pihak keamanan eksternal selama proses pengerjaan
konstruksi”
Dengan menggunakan contoh sama dengan tabel 4.1. hasilinput yang dihasilkan menunjukan hasil penghitungan
untuk tiap kolom yang dicari, sampai kepada kolom nilai akhir dibandingkan dengan bobot yang diberikan oleh PM,
dimana proses penghitungan merupakan gabungan dari ke-2 indikator tersebut, ini disebabkan adanya lebih dari satu
indikator dalam sebuah KPF, proses penghitungannya adalah:
Setelah diperoleh nilai perbandingan dengan bobot dari PM maka dilanjutkan dengan penghitungan total kontribusi
MK untuk KPF “Kesesuaian pekerjaan terhadap laporan akhir tahap studi kelayakan” milik PM, berikut
penghitungannya:
Dengan hasil penghitungan total kontribusi akhir bernilai 33% diberikan rambu berwarna merah karena tidak sesuai
dengan target yang diharapkan oleh PM yaitu 40%. Dengan dihasilkanya tools ini diharapkan mempermudah
pengawasan kinerja proyek konstruksi dan pengukuran kinerja, sehingga dapat diperoleh hasil kinerja yang
maksimal untuk mendukung proyek yang dikerjakan.
5. KESIMPULAN
Dari penelitian ini dapat diambil beberapa kesimpulan.Terbukti penerapan teori pengawasan kinerja menggunakan
metode Balanced Scorecard dapat dilakukan pada proyek konstruksi melalui penerapan ilmu manajemen proyek.
Metode pengawasan Balanced Scorecard adalah metode yang beracuan utama dari visi dan misi perusahaan yang
kemudian diubah menjadi strategi untuk mencapai visi misi tersebut, penterjemahan strategi kedalam pekerjaan
dalam konstruksi dapat dilakukan dengan cara pembagian kuisioner. Setiap indikator yang diperoleh memiliki
proses penghitungan yang berbeda, yang disebabkan oleh perbedaan jenis data yang di masukan kedalam
penghitungan setiap indikator tersebut dengan target yang disesuaikan dengan kebutuhan proyek tersebut.
Untuk peneliti selanjutnya ada beberapa saran yang menurut penulis bisa dijadikan sebagai bekal untuk penelitian
yang lebih baik, yaitu:
1. Penelitian dapat diperluas dengan membandingkan teori pengukuran kinerja Balanced Scorecard dengan teori
pengukuran kinerja lainnya, untuk memperoleh lebih banyak indikator yang pada akhirnya tools pengukuran
dapat digunakan secara umum.
2. Penentuan untuk range rambu diteliti lebih lanjut dengan metode statistik agar setiap rambu dapat mewakili
input yang dimasukan.
3. Melakukan pengukuran dengan tools yang telah dihasilkan pada proyek yang bersangkutan.
DAFTAR PUSTAKA
AGuide to the Project Management Book of Knowledge. Fourth Edition.
Analisis Balanced Scorecard Sebagai Alat Pengukuran Kinerja Perusahaan Studi Kasus pada PT Astra Honda
Motor, Soraya Hanuma, Endang Kiswara SE., M.Si., Akt.
Analisis Balanced Scorecard Sebagai Alat Ukur Kinerja pada PT Sepatu Asia, Agus Darmawanto, Fakultas
Ekonomi Jurusan Akuntansi, Universitas Gunadarma.
Anthony A. Atkinson, Rajiv D. Banker, Robert S. Kaplan, & S. Mark Young, Management Accounting. Second
Edition
AustralianGovernment, Department of Finance and administration. 2006. Kinerjance Indicator Resource Catalogue.
Construction Measures:Key Performance Indicators, UP-101 September 2005
Donald S. Barrie, Boyd C. Paulson. Professional Construction Management. Third Edition.
Ibid. halaman 55.
Joseph Dechiar, Time Saver Standart for Building Types
Lane K. Anderson & Donald K. Clancy, Cost Accounting, Homewood, Boston: Richard D.Irwin
Michail Kagioglou, Rachel Cooper & Ghassan Aouad, Kinerjance Management in Construction : A Conceptual
Framework,Research Institute for Design and Manufacture, University of Salford, Centenary Building, Peru
Street, Salfor.d
Mohamed A. Aboulezz, Mapping The Construction Engineering and Management Discipline, Worcester
Polytechnic Institute
Mulyadi. 2012. http://blog.pasca.gunadarma.ac.id/2012/07/24/balance-scorecard
Peraturan Daerah, nomor 7, 2010, pasal 1, ayat 8, DKI Jakarta
Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta, Nomor 38 Tahun 2012, Pasal 21
Price Water House Coopers. Communicating the Guide to Key Performance Indicators, Communicating Measures
That Matter
Robert S. Kaplan dan David P. Norton. 1996. op. cit.
Robert S. Kaplan dan David P. Norton. 2001. op. cit.
Skripsi No. 21011736/SIP/2010; Michael Artha Kusuma Jaya (21406067), Albert Valentinus Christy W.
(21406082). Universitas Kristen Petra\
Songer, A.D. dan Molenaar, K.R. 1997, Project Characteristics for Successful Public-sector
Sony Yuwono, Edy Sukarno, Muhammad Ichsan. 2002. Petunjuk Praktis Penyusunan Balance Scorecard, PT
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Soraya Hanuma, Endang Kiswara SE.,M.Si.,Akt. Analisi Balance Scorecard Sebagai Alat Pengukuran Kinerja
Perusahaan
Takim, R., Akintoye, A., Kinerjance Indicators for Successful Construction Project Kinerjance,18th Annual
ARCOM Conference
Thorsten Rodiek. 1984. Die Neue Staatsgakerie Stuttgart t. Stuttgart: Verlag Gerd Hatje, Site plan.
http://kamusbahasaindonesia.org/apartemen
http://www.balancedscorecard.org