Catatan Kuliah Ke-2 Menggunakan Analisis Du Pont Untuk Memahami Karakteristik Industri PDF
Catatan Kuliah Ke-2 Menggunakan Analisis Du Pont Untuk Memahami Karakteristik Industri PDF
Pada umumnya, suatu perusahaan bisa dianalisis secara tersendiri. Anda bisa melakukan analisis
terhadap bisnisnya secara mendalam dan menghasilkan suatu kesimpulan. Walaupun begitu, ada
kalanya kita perlu untuk membandingkan kinerjanya dengan perusahaan lain terutama yang
berada di dalam industri yang sama.
Dengan begitu, kita akan mendapatkan pemahaman yang lebih lengkap mengenai bisnis suatu
perusahaan. Tidak terbatas pada hal itu saja, analisis perbandingan juga dapat dimanfaatkan
untuk mengetahui kinerja suatu perusahaan dari waktu ke waktu.
Pada tahun ‘20-an, DuPont Corporation mempelopori salah satu metoda analisis kinerja
perusahaan yang sampai dengan saat ini dikenal dengan nama analisis DuPont.
Analisis ini diciptakan oleh salah seorang karyawan keuangannya yang bernama Donaldson
Brown. Ketika pada tahun 1914 DuPont membeli saham General Motors yang pada saat itu
mengalami masalah, analisis ini memberikan kontribusi yang sangat penting. Berkat peranan
CEO DuPont saat itu, Pierre DuPont, General Motor tumbuh menjadi produsen mobil terbesar di
dunia dan dekomposisi ROI yang digunakannya menjadi populer.
Dalam perkembangannya, analisis DuPont dilakukan dengan memecah return on equity (ROE)
menjadi beberapa bagian. Mengapa ROE?. ROE menggambarkan besarnya imbal hasil yang
didapatkan oleh pemegang sahamnya. Dengan memecah perhitungan ROE, kita dapat
mengetahui bagaimana suatu bisnis mendapatkan keuntungan
Seperti yang kita ketahui, formula ROE adalah: atau dapat juga dituliskan:
Setiap bisnis memiliki karakteristik masing-masing untuk mendapatkan ROE yang tinggi. Pada
dasarnya industri dapat kita bagi menjadi 3 jenis:
Industri yang memiliki turnover tinggi salah satunya adalah retai. Persaingan pada industri ini
begitu ketatnya sehingga ROE yang tinggi tidak bisa didapatkan dengan mengenakan harga
premium kepada konsumen.Untuk mendapatkan ROE yang tinggi, mereka bermain di volume
penjualan. Ciri khas industri ini sesuai dengan analisis DuPont adalah tingginya assets turnover.
2. High margin industries
Industri tertentu bisa mendapatkan profit margin yang tinggi. Mereka tidak terlalu bergantung
pada volume penjualan. Industri jenis ini ditandai dengan tingginya net profit margin.
Industri yang tergolong high leverage adalah perbankan. Bagi bank, tabungan dari nasabah
diperlakukan Sebagai utang yang dapat dipergunakan Sebagai modal untuk menyalurkan kredit.
Keuntungan yang didapatkan oleh bank adalah selisih antara bunga kredit dengan bunga
tabungan/deposito. Industri yang masuk ke dalam golongan ini ditandai oleh tingginya equity
multiplier. Jika dinyatakan dalam rasio debt to equity (DER), maka: Equity multiplier = 1 +
DER.
Dengan mengetahui karakteristik industri, kita akan dapat mengetahui dengan lebih akurat
apabila komponen penting yang merupakan sumber keuntungannya turun, pengaruhnya akan
signifikan terhadap kinerjanya.
Sebagai contoh, kita akan mencoba untuk melakukan analisis DuPont terhadap tiga jenis industri,
yaitu ritel, perbankan, dan semen. Secara kasat mata, ketiga jenis industri itu sangat berbeda.
Kita akan melihat perbedaan karakteristik mereka berdasarkan laporan keuangannya.
Seperti yang telah diutarakan sebelumnya, penyusun ROE yang dominan bagi industri retail
adalah assets turnover. Rendahnya tingkat keuntungan pada industri ini ditutupi oleh tingginya
assets turnover. Prinsipnya, semakin banyak barang yang terjual, semakin besar keuntungan yang
didapatkan.
Kenaikan penjualan bisa didapatkan dari dua caraYang pertama adalah meningkatkan volume
dan yang kedua adalah dengan menambah jumlah gerai. Karena pada umumnya pelaku bisnis
ritel melakukan keduanya, seringkali mereka menggunakan parameter yang disebut dengan
Same Store Growth (SSG).
Parameter ini mengukur tingkat pertumbuhan penjualan seandainya jumlah gerai mereka tidak
bertambah. Dengan menggunakan SSG, mereka dapat mengetahui apakah pembukaan gerai baru
akan memberikan keuntungan tambahan bagi mereka. Ukuran lain yang digunakan adalah
Revenue per Square Metre (Penjualan per Meter Persegi). Pada umumnya, pelaku bisnis ritel
mengeluarkan biaya operasional yang tinggi untuk menyewa tempat. Oleh karena itu, revenue
per square metre sangatlah penting.
Industri perbankan sendiri tergantung pada NIM (net Interest margin). Semakin besar NIM,
maka semakin besar keuntungan yang didapatkan. Tren penurunan suku bunga belakangan ini
mengakibatkan bank mendapatkan keuntungan yang cukup besar. Tingginya profit margin
merupakan dampak dari rendahnya suku bunga. Namun perlu dicatat, profit margin yang tinggi
bukan merupakan ciri khas industri perbankan karena dapat berubah-ubah sesuai dengan tren
suku bunga.
Seiring dengan pertumbuhan ekonomi, industri semen pun mendapatkan berkahnya. Terlihat
bahwa profit margin mereka rata-rata cukup tinggi (berkisar sekitar 20%).Perputaran asetnya
biasa-biasa saja dan leverage-nya pun lelatif rendah. Dapat kita simpulkan bahwa profit margin
merupakan faktor dominan bagi tingginya ROE.
Agar analisis DuPont ini dapat bekerja lebih efektif, ada baiknya kita melihat data historis.
Dengan demikian kita akan dapat melihat apakah dominannya salah satu faktor penyusun ROE
benar-benar merupakan karakteristik suatu industri atau hanyalah tren sementara saja.
Analisis Laporan Keuangan