Alam,
Banyak yang telah kau beri
Kayu, Minyak, Batubara
Dan segalanya
Harapan
'tuk Penguasa Negara
bantuan dari beberapa negara yang tiba
terima dengan tangan terbuka
bijak - tepat - cepat pelaksanaan mulia
tak pandang bulu
tak pandang suku
tuk kepentingan mereka yang sedang pilu
bagai diiris dengan sembilu
Semoga
Semua keluarga yang tertimpa musibah
cepat sembuh
jasmani - rohani
tabahkan hati
naluri anak ibu Pertiwi.
Situ Gintung
Mereka yang berlari
Menghindari Mati
Berharap napas kan terpanjang
Walau hanya sedetik, lagi
Mereka lalu terdiam
Tersesak, Tertangis
Dan Mereka ditanya
Aku terdiam menanya
Kenapa
Saat ku duduk
Lalu melihat keatas
Mereka Tersenyum
Minta diri
Untuk hari ini
Dan kita yang masih bernapas
Untuk Esok
Akankah kita belajar dan bernapas demi diri sendiri?
Laut marah
Gunung gelisah
Indonesia pun resah
.
Kami mohon padamu Tuhan
Jangan lah ini terjadi lagi ..
Segala cobaan kau lemparkan
Dengan sekuat hati menerima kenyataan ini
.
Kami hanya manusia biasa
Dan tak luput dari dosa
Berilah kami kedamaian
Ohh .. engkau yang kuasa ..
.
Langkah demi langkah hati ini bergetar
Apakah ini teguran yang kuasa ??
Teguran yang tidak bisa ditawar..
Semoga perjuangan hidup ini tidak sia-sia.
Puisi bencana
Ketika tuhan memberi pertanda
Kami tak peka terhadapnya
Ketika tuhan memberi peringatan
Kami pun acuh karenanya
Lalu kau porak porandakan isi dunia
gunung – gunung menghamburkan baranya
Lautan menumpahkan cairannya
Bumi menggoyangkan perutnya
Kami meronta – ronta dan merintih
Menggoreskan kabar kelam dalam hati
Tak banyak mahklukmu yang sadar
Bahkan mereka masih tetep melawanmu
Tuhan…
Saat kerlip bintang menghampiriku
ku tak sanggup menemuinya
karena aku tak sesuci dirimu
Tuhan…
Ketika aku bersimpuh menghadapmu
kuberharap hentikan amarahmu
karena aku tak sekuat dirimu
Tuhan…
Aku sadar cahayamu selalu menyertaiku
diatas puing-puing menimpaku
aku mohon berikan yang terbaik bagiku
Tuhan…
Ku-lantunkan asmamu terakhir kalinya
sebelum aku menutup mataku
agar aku tetap disisimuu
Oh. Tuhan
Gunung-gunung merontak
Menggetarkan, memuntahkan dahak
Meluluh-lantahkan semua
Bak dentuman irama musik, berisik
Riuh, gaduh nan bergemuruh
Bukti Kau Maha Kuasa
Tuhan…
Saat kerlip bintang menghampiriku
ku tak sanggup menemuinya
karena aku tak sesuci dirimu
Tuhan…
Ketika aku bersimpuh menghadapmu
kuberharap hentikan amarahmu
karena aku tak sekuat dirimu
Tuhan…
Aku sadar cahayamu selalu menyertaiku
diatas puing-puing menimpaku
aku mohon berikan yang terbaik bagiku - See more at:
http://www.embunsyurga.com/2013/02/puisi-tentang-bencana-
alam.html#sthash.fhTmPra4.dpuf
Oh. Tuhan
Gunung-gunung merontak
Menggetarkan, memuntahkan dahak
Meluluh-lantahkan semua
Bak dentuman irama musik, berisik
Riuh, gaduh nan bergemuruh
Bukti Kau Maha Kuasa
Tuhan…
Saat kerlip bintang menghampiriku
ku tak sanggup menemuinya
karena aku tak sesuci dirimu
Tuhan…
Ketika aku bersimpuh menghadapmu
kuberharap hentikan amarahmu
karena aku tak sekuat dirimu
Tuhan…
Aku sadar cahayamu selalu menyertaiku
diatas puing-puing menimpaku
aku mohon berikan yang terbaik bagiku - See more at:
http://www.embunsyurga.com/2013/02/puisi-tentang-bencana-
alam.html#sthash.fhTmPra4.dpuf
Oh. Tuhan
Gunung-gunung merontak
Menggetarkan, memuntahkan dahak
Meluluh-lantahkan semua
Bak dentuman irama musik, berisik
Riuh, gaduh nan bergemuruh
Bukti Kau Maha Kuasa
Tuhan…
Saat kerlip bintang menghampiriku
ku tak sanggup menemuinya
karena aku tak sesuci dirimu
Tuhan…
Ketika aku bersimpuh menghadapmu
kuberharap hentikan amarahmu
karena aku tak sekuat dirimu
Tuhan…
Aku sadar cahayamu selalu menyertaiku
diatas puing-puing menimpaku
aku mohon berikan yang terbaik bagiku - See more at:
http://www.embunsyurga.com/2013/02/puisi-tentang-bencana-
alam.html#sthash.fhTmPra4.dpuf
Oh. Tuhan
Gunung-gunung merontak
Menggetarkan, memuntahkan dahak
Meluluh-lantahkan semua
Bak dentuman irama musik, berisik
Riuh, gaduh nan bergemuruh
Bukti Kau Maha Kuasa
Tuhan…
Saat kerlip bintang menghampiriku
ku tak sanggup menemuinya
karena aku tak sesuci dirimu
Tuhan…
Ketika aku bersimpuh menghadapmu
kuberharap hentikan amarahmu
karena aku tak sekuat dirimu
Tuhan…
Aku sadar cahayamu selalu menyertaiku
diatas puing-puing menimpaku
aku mohon berikan yang terbaik bagiku - See more at:
http://www.embunsyurga.com/2013/02/puisi-tentang-bencana-
alam.html#sthash.fhTmPra4.dpuf
Oh. Tuhan
Gunung-gunung merontak
Menggetarkan, memuntahkan dahak
Meluluh-lantahkan semua
Bak dentuman irama musik, berisik
Riuh, gaduh nan bergemuruh
Bukti Kau Maha Kuasa
Tuhan…
Saat kerlip bintang menghampiriku
ku tak sanggup menemuinya
karena aku tak sesuci dirimu
Tuhan…
Ketika aku bersimpuh menghadapmu
kuberharap hentikan amarahmu
karena aku tak sekuat dirimu
Tuhan…
Aku sadar cahayamu selalu menyertaiku
diatas puing-puing menimpaku
aku mohon berikan yang terbaik bagiku - See more at:
http://www.embunsyurga.com/2013/02/puisi-tentang-bencana-
alam.html#sthash.fhTmPra4.dpuf
17 komentar:
1.
terimakasih gan
Balas
Balasan
1.
Sama sama
Balas
2.
1.
Sama sama
Balas
3.
Makasih ya berkat ada nya puisi ini saya di sekolah dapat nilai bagus
Makasih
Balas
5.
Makasih ya berkat ada nya puisi ini saya di sekolah dapat nilai bagus
Makasih
Balas
6.
Makasih ya berkat ada nya puisi ini saya di sekolah dapat nilai bagus
Makasih
Balas
7.
8.
Izin share ya
Balas
9.
Mantap
Balas
10.
Sertakan pengarangnya
Balas
11.
12.
Puisinya bagus Mbk,saat baca sy jadi ingat allah, makasih mbak udah
ngingetin saya.
Balas
13.
15.
Posting LamaBeranda
Langganan: Posting Komentar (Atom)
Arsip Blog
▼ 2013 (7)
o ▼ Agustus (7)
puisi bencana alam
puisi perpisahan
puisi ibu
puisi keindahan alam
puisi sedih
puisi sahabat
pengertian puisi
Mengenai Saya
Nazila Nazwa
Lihat profil lengkapku
DOA KAMI
Maka kepada saudara, kepada sahabat, kepada kerabat, kepada semua yang ada di
Lombok, di Bali, di tempat-tempat terkena bencana gempa, pastikan dan yakinkan
diri, tak sendiri kalian, doa kami, tenaga kami, segalanya kami kirimkan, siap
bantu karena kita memang dan selalu bersaudara.
BDHS
MANAKALA
Manakala bencana melanda dan kau masih sibuk nyinyir ke sana ke mari, tak
peduli yang kesakitan, meraung-raung dalam duka, tak peduli kau, maka kau
tentulah hanya daging berjalan, bukan lagi manusia.
Apalagi ketika bencana menghantam dan kau justru senang beroleh kesempatan
untuk menohok lawanmu, mengaitkan sikap dirinya dengan bencana yang datang,
memprovokasi masyarakat seolah bencana hadir lantaran salah lawanmu, maka
kau tentulah dan pastilah hanya seonggok sampah.
BDHS
kami, mereka
kami, mereka
kami, mereka
Apa yang ada di benakmu saat membaca puisi tentang bencana alam di
atas? Bisa jadi kamu berpikiran bahwa bencana alam terjadi karena alam
ingin menegur perlakuan manusia yang semena-mena terhadapnya.
Beberapa contohnya adalah penggundulan hutan, pengerukan barang
tambang semaunya, membuang sampah plastik sembarang, dan masih
banyak lagi. Tanpa disadari, mungkin kamu juga berkontribusi atas
kemarahan alam.
Nah, lewat puisi tentang bencana alam di atas, kamu diingatkan untuk
menjaga kelestarian alam. Kamu bisa memulai langkah kecil dari dirimu
sendiri, misalnya saja dengan membuang sampah di tempatnya. Lama-
kelamaan, siapa tahu perbuatanmu itu akan menjadi contoh bagi orang-
orang terdekatmu yang masih acuh terhadap lingkungan.
TERKAIT
Selalu kukira
aku mengenalmu
tapi ternyata belum
Kini kutahu
aku harus terus membacamu
tiap-tiap huruf dalam buku
serta hela nafas dan gerakmu
karena kami bukan apa-apa
: sebatas debu dalam gurunmu
Baca juga: Kumpulan Puisi Karya Chairil Anwar yang Sangat Populer
dan Melegenda
5. Alam Bergejolak
Ada sesuatu yang rasanya mulai lepas dari tangan
dan meluncur lewat sela-sela jari kita
Kita saksikan zat asam didesak asam arang dan karbon dioksida itu
menggilas paru-paru
Kita saksikan
Gunung membawa abu
Abu membawa batu
Batu membawa lindu
Lindu membawa longsor
Longsor membawa air
Air membawa banjir
Banjir air mata
Allah
Kami telah membaca gempa
Kami telah disapu banjir
Kami telah dihalau api dan hama
Kami telah dihujani api dan batu
Allah
Ampunilah dosa-dosa kami
Apa yang kamu pikirkan saat membaca puisi tentang bencana alam karya
salah satu penyair legendaris Indonesia, Taufiq Ismail di atas?
Mungkinkah hatimu dibuat terenyuh saat membacanya? Nah, melalui ini,
penyair ingin mengajakmu untuk lebih peka dengan tanda-tanda
kerusakan alam yang semakin lama semakin memprihatinkan.
Kamu mungkin masih ingat mengenai bencana gempa bumi dahsyat yang
mengguncang Lombok pada bulan Juli 2018. Gempa berkekuatan 6,4
skala richter itu bahkan juga sampai dirasakan sampai ke Bali dan
Banyuwangi. Akibat musibah tersebut, ratusan orang meninggal dunia dan
puluhan ribu rumah rusak berat. Namun di tengah bencana yang terjadi,
ada oknum-oknum tertentu yang malah memanfaatkan situasi tersebut
untuk kepentingan pribadi maupun golongan politik tertentu.
Malah, ada pula yang mengaitkannya dengan hal yang tidak masuk akal,
misalnya seperti mengatakan hal tersebut merupakan sebuah azab.
Padahal dalam situasi yang seperti itu, orang-orang harus saling bahu-
membahu untuk menolong mereka yang sedang kesusahan, bukan untuk
menyalahkan orang atau golongan tertentu. Begitulah kira-kira isi dari
puisi tentang bencana alam di atas.
Baca juga: Kumpulan Cerita Rakyat Nusantara untuk Menghibur
Harimu
7. Tak Dinyana
Kembali ke jalanNya
Jalan yang terbaik
Untuk negeri surgawi
Selamanya hingga akhir zaman.
Jika kamu membaca puisi bencana alam ini, bisa jadi pikiranmu akan
langsung tertuju sebuah bencana yang kerap menerjang Indonesia, yaitu
tsunami. Mungkin juga, kamu masih ingat bencana tsunami yang terjadi
pada penghujung tahun 2018 di Pantai Carita, Jawa Barat. Musibah
tersebut menewaskan ratusan orang, termasuk beberapa anggota band
Seventeen yang tengah manggung di sebuah acara yang diadakan
di pantai tersebut.
Takdir seseorang memang tidak ada yang tahu, ya. Karena tidak ada
yang bisa memprediksi kapan datangnya sebuah bencana, akhirnya
manusia hanya bisa pasrah akan takdirnya. Dengan adanya musibah-
musibah tersebut, semoga membuat manusia lebih sadar dan semakin
mendekatkan diri kepada Sang Pencipta.
Maka dari itu, sebagai manusia yang diberi akal sudah sepantasnya untuk
menjaga alam dan tidak terus-terusan merusaknya. Apa perlu alam dibuat
sebegitu marahnya untuk menegur manusia yang masih bersikap acuh
ini? Kalau kelestarian alam terjaga, siapa lagi yang akan menikmatinya
kalau bukan kita sendiri? Semoga puisi di atas bisa dijadikan bahan
renungan, ya!
Nah, selain artikel mengenai puisi di atas, tidak ada salahnya kamu
membaca artikel lain yang tak kalah menarik di KepoGaul. Salah satunya
ada berbagai artikel yang lucudan bisa membuatmu tertawa terpingkal-
pingkal. Untuk kamu para cewek yang menyukai fashion dan makeup,
bisa juga, lho, membaca artikel seputar cewek yang informatif abis.
Bencana Alam"
***
"Gempa Bumi dan Tsunami"
***
"Banjir Lagi.."
***
"Situ Gintung"
***