Anda di halaman 1dari 27

kumpulan puisi

Jumat, 09 Agustus 2013

puisi bencana alam


Bencana Alam

Alam,
Banyak yang telah kau beri
Kayu, Minyak, Batubara
Dan segalanya

Namun, kini tlah tiada


Setelah bencana di mana-mana
Bangunan, Pohon dan segalanya
Rusak sudah

Maafkan kami manusia


Yang telah merusakmu
Kami kan berjanji akan merawatmu
BENCANA GEMPA BUMI DAN GUNUNG MERAPI

Mereka tak menduga


mala petaka menimpa
meratap pedih
kehilangan segala yang mereka punya
jiwa
keluarga
kerja
sanak-keluarga
harta benda? pabila ada
seorang perempuan lari, tak sempat membawa yang ia miliki
kecuali dalam pelukan gendongan
seorang anak satu-satunya, bagai biji-mata ibu-bapak

Kini tlah terjadi


apa yang dipikiri
penyembuhan diri
penguatan hati
pikir dulu hari ini

Harapan
'tuk Penguasa Negara
bantuan dari beberapa negara yang tiba
terima dengan tangan terbuka
bijak - tepat - cepat pelaksanaan mulia
tak pandang bulu
tak pandang suku
tuk kepentingan mereka yang sedang pilu
bagai diiris dengan sembilu

Pabila mereka pulang ke kampung halaman


anak-anak bisa bermain riang
dengan harapan
ada tempat berteduh
'tuk hidup
kerja mereka butuh

Semoga
Semua keluarga yang tertimpa musibah
cepat sembuh
jasmani - rohani
tabahkan hati
naluri anak ibu Pertiwi.

Situ Gintung
Mereka yang berlari
Menghindari Mati
Berharap napas kan terpanjang
Walau hanya sedetik, lagi
Mereka lalu terdiam
Tersesak, Tertangis
Dan Mereka ditanya
Aku terdiam menanya
Kenapa
Saat ku duduk
Lalu melihat keatas
Mereka Tersenyum
Minta diri
Untuk hari ini
Dan kita yang masih bernapas
Untuk Esok
Akankah kita belajar dan bernapas demi diri sendiri?

Bencana Untuk Negriku


Pohon beterbangan air laut tumpah
Bak air yang di tumpahkan
Karena…. karena kemarahan pencipta
Semua orang berlari
Berlari tanpa melihat ke belakang
Tak perduli dengan orang yang mereka cintai
Menangis-menangis yang ada
Tanpa ada perubahan
BuKan hanya letusan gunung merapi
Banyak bencana- bencana sekarang yg terjadi
Aku hanya bisa terpaku dan terdiam

Laut marah
Gunung gelisah
Indonesia pun resah
.
Kami mohon padamu Tuhan
Jangan lah ini terjadi lagi ..
Segala cobaan kau lemparkan
Dengan sekuat hati menerima kenyataan ini
.
Kami hanya manusia biasa
Dan tak luput dari dosa
Berilah kami kedamaian
Ohh .. engkau yang kuasa ..
.
Langkah demi langkah hati ini bergetar
Apakah ini teguran yang kuasa ??
Teguran yang tidak bisa ditawar..
Semoga perjuangan hidup ini tidak sia-sia.

Puisi bencana
Ketika tuhan memberi pertanda
Kami tak peka terhadapnya
Ketika tuhan memberi peringatan
Kami pun acuh karenanya
Lalu kau porak porandakan isi dunia
gunung – gunung menghamburkan baranya
Lautan menumpahkan cairannya
Bumi menggoyangkan perutnya
Kami meronta – ronta dan merintih
Menggoreskan kabar kelam dalam hati
Tak banyak mahklukmu yang sadar
Bahkan mereka masih tetep melawanmu
Tuhan…
Saat kerlip bintang menghampiriku
ku tak sanggup menemuinya
karena aku tak sesuci dirimu
Tuhan…
Ketika aku bersimpuh menghadapmu
kuberharap hentikan amarahmu
karena aku tak sekuat dirimu
Tuhan…
Aku sadar cahayamu selalu menyertaiku
diatas puing-puing menimpaku
aku mohon berikan yang terbaik bagiku
Tuhan…
Ku-lantunkan asmamu terakhir kalinya
sebelum aku menutup mataku
agar aku tetap disisimuu

Oh. Tuhan

Pagi hari, kupandang langit cerah


Hamparan langit hijau sang mega
Paparan hangat sanga mentari
Memberi kehangatanku pagi ini
Ku ayunkan langkah ke jendela hidup
Tersiar berita lagi dan lagi
Bencana dan bencana itu lagi
Oh.. Tuhan sampai kapan semua ini terhenti

Ketika bumi kau goyahkan


Lautan kau muntahkan
Badai angin pun kau tiupkan
Bukti kekuasaan juga kebesaran
Wahai Kau Tuhan Semesta Alam

Gunung-gunung merontak
Menggetarkan, memuntahkan dahak
Meluluh-lantahkan semua
Bak dentuman irama musik, berisik
Riuh, gaduh nan bergemuruh
Bukti Kau Maha Kuasa

Ketika Kau porak-porandakan


Seisi lautan tumpahkan arinya
Bumi menggoyangkan perutnya
Tanda kebesaranmu, Wahai Tuhan

Sementara para pertapa tak secuilpun beranjak


Dari kata dzikir dan ucapan syukur dipanjatkan

Tuhan…
Saat kerlip bintang menghampiriku
ku tak sanggup menemuinya
karena aku tak sesuci dirimu

Tuhan…
Ketika aku bersimpuh menghadapmu
kuberharap hentikan amarahmu
karena aku tak sekuat dirimu

Tuhan…
Aku sadar cahayamu selalu menyertaiku
diatas puing-puing menimpaku
aku mohon berikan yang terbaik bagiku - See more at:
http://www.embunsyurga.com/2013/02/puisi-tentang-bencana-
alam.html#sthash.fhTmPra4.dpuf
Oh. Tuhan

Pagi hari, kupandang langit cerah


Hamparan langit hijau sang mega
Paparan hangat sanga mentari
Memberi kehangatanku pagi ini
Ku ayunkan langkah ke jendela hidup
Tersiar berita lagi dan lagi
Bencana dan bencana itu lagi
Oh.. Tuhan sampai kapan semua ini terhenti

Ketika bumi kau goyahkan


Lautan kau muntahkan
Badai angin pun kau tiupkan
Bukti kekuasaan juga kebesaran
Wahai Kau Tuhan Semesta Alam

Gunung-gunung merontak
Menggetarkan, memuntahkan dahak
Meluluh-lantahkan semua
Bak dentuman irama musik, berisik
Riuh, gaduh nan bergemuruh
Bukti Kau Maha Kuasa

Ketika Kau porak-porandakan


Seisi lautan tumpahkan arinya
Bumi menggoyangkan perutnya
Tanda kebesaranmu, Wahai Tuhan

Sementara para pertapa tak secuilpun beranjak


Dari kata dzikir dan ucapan syukur dipanjatkan

Tuhan…
Saat kerlip bintang menghampiriku
ku tak sanggup menemuinya
karena aku tak sesuci dirimu

Tuhan…
Ketika aku bersimpuh menghadapmu
kuberharap hentikan amarahmu
karena aku tak sekuat dirimu

Tuhan…
Aku sadar cahayamu selalu menyertaiku
diatas puing-puing menimpaku
aku mohon berikan yang terbaik bagiku - See more at:
http://www.embunsyurga.com/2013/02/puisi-tentang-bencana-
alam.html#sthash.fhTmPra4.dpuf

Oh. Tuhan

Pagi hari, kupandang langit cerah


Hamparan langit hijau sang mega
Paparan hangat sanga mentari
Memberi kehangatanku pagi ini
Ku ayunkan langkah ke jendela hidup
Tersiar berita lagi dan lagi
Bencana dan bencana itu lagi
Oh.. Tuhan sampai kapan semua ini terhenti

Ketika bumi kau goyahkan


Lautan kau muntahkan
Badai angin pun kau tiupkan
Bukti kekuasaan juga kebesaran
Wahai Kau Tuhan Semesta Alam

Gunung-gunung merontak
Menggetarkan, memuntahkan dahak
Meluluh-lantahkan semua
Bak dentuman irama musik, berisik
Riuh, gaduh nan bergemuruh
Bukti Kau Maha Kuasa

Ketika Kau porak-porandakan


Seisi lautan tumpahkan arinya
Bumi menggoyangkan perutnya
Tanda kebesaranmu, Wahai Tuhan

Sementara para pertapa tak secuilpun beranjak


Dari kata dzikir dan ucapan syukur dipanjatkan

Tuhan…
Saat kerlip bintang menghampiriku
ku tak sanggup menemuinya
karena aku tak sesuci dirimu

Tuhan…
Ketika aku bersimpuh menghadapmu
kuberharap hentikan amarahmu
karena aku tak sekuat dirimu

Tuhan…
Aku sadar cahayamu selalu menyertaiku
diatas puing-puing menimpaku
aku mohon berikan yang terbaik bagiku - See more at:
http://www.embunsyurga.com/2013/02/puisi-tentang-bencana-
alam.html#sthash.fhTmPra4.dpuf
Oh. Tuhan

Pagi hari, kupandang langit cerah


Hamparan langit hijau sang mega
Paparan hangat sanga mentari
Memberi kehangatanku pagi ini
Ku ayunkan langkah ke jendela hidup
Tersiar berita lagi dan lagi
Bencana dan bencana itu lagi
Oh.. Tuhan sampai kapan semua ini terhenti

Ketika bumi kau goyahkan


Lautan kau muntahkan
Badai angin pun kau tiupkan
Bukti kekuasaan juga kebesaran
Wahai Kau Tuhan Semesta Alam

Gunung-gunung merontak
Menggetarkan, memuntahkan dahak
Meluluh-lantahkan semua
Bak dentuman irama musik, berisik
Riuh, gaduh nan bergemuruh
Bukti Kau Maha Kuasa

Ketika Kau porak-porandakan


Seisi lautan tumpahkan arinya
Bumi menggoyangkan perutnya
Tanda kebesaranmu, Wahai Tuhan

Sementara para pertapa tak secuilpun beranjak


Dari kata dzikir dan ucapan syukur dipanjatkan

Tuhan…
Saat kerlip bintang menghampiriku
ku tak sanggup menemuinya
karena aku tak sesuci dirimu

Tuhan…
Ketika aku bersimpuh menghadapmu
kuberharap hentikan amarahmu
karena aku tak sekuat dirimu

Tuhan…
Aku sadar cahayamu selalu menyertaiku
diatas puing-puing menimpaku
aku mohon berikan yang terbaik bagiku - See more at:
http://www.embunsyurga.com/2013/02/puisi-tentang-bencana-
alam.html#sthash.fhTmPra4.dpuf

Oh. Tuhan

Pagi hari, kupandang langit cerah


Hamparan langit hijau sang mega
Paparan hangat sanga mentari
Memberi kehangatanku pagi ini
Ku ayunkan langkah ke jendela hidup
Tersiar berita lagi dan lagi
Bencana dan bencana itu lagi
Oh.. Tuhan sampai kapan semua ini terhenti

Ketika bumi kau goyahkan


Lautan kau muntahkan
Badai angin pun kau tiupkan
Bukti kekuasaan juga kebesaran
Wahai Kau Tuhan Semesta Alam

Gunung-gunung merontak
Menggetarkan, memuntahkan dahak
Meluluh-lantahkan semua
Bak dentuman irama musik, berisik
Riuh, gaduh nan bergemuruh
Bukti Kau Maha Kuasa

Ketika Kau porak-porandakan


Seisi lautan tumpahkan arinya
Bumi menggoyangkan perutnya
Tanda kebesaranmu, Wahai Tuhan

Sementara para pertapa tak secuilpun beranjak


Dari kata dzikir dan ucapan syukur dipanjatkan

Tuhan…
Saat kerlip bintang menghampiriku
ku tak sanggup menemuinya
karena aku tak sesuci dirimu

Tuhan…
Ketika aku bersimpuh menghadapmu
kuberharap hentikan amarahmu
karena aku tak sekuat dirimu

Tuhan…
Aku sadar cahayamu selalu menyertaiku
diatas puing-puing menimpaku
aku mohon berikan yang terbaik bagiku - See more at:
http://www.embunsyurga.com/2013/02/puisi-tentang-bencana-
alam.html#sthash.fhTmPra4.dpuf

Diposting oleh Nazila Nazwa di 01.21


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke
Pinterest

17 komentar:
1.

Fajar Wijaya18 September 2015 02.56

terimakasih gan
Balas
Balasan

1.

Unknown16 Oktober 2018 18.25

Sama sama
Balas

2.

Fikri Firdaus1 Februari 2016 04.10

Thanks mba.. saya ijin tuk tugas adik saya yah..


Balas
Balasan

1.

Unknown16 Oktober 2018 18.25

Sama sama
Balas

3.

Syaira Ramanda17 Maret 2016 22.54

makasih yaa bisa buat referensi lomba...


Balas
4.

A sutandidj11 Januari 2017 02.59

Makasih ya berkat ada nya puisi ini saya di sekolah dapat nilai bagus
Makasih
Balas

5.

A sutandidj11 Januari 2017 02.59

Makasih ya berkat ada nya puisi ini saya di sekolah dapat nilai bagus
Makasih
Balas

6.

A sutandidj11 Januari 2017 02.59

Makasih ya berkat ada nya puisi ini saya di sekolah dapat nilai bagus
Makasih
Balas

7.

Natasha Choco3 Juli 2017 10.00

RASAKAN SENSASI KEMENANGAN DENGAN MEJA HOKI DAN


KARTU BAGUS SETIAP HARINYA !!
SATU - SATU NYA SITUS TARUHAN DENGAN RATING
KEMENANGAN TERTINGGI DAN PENCARIAN BANDARQ NO. 1
DI GOOGLE!! :)
Dengan Fasilitas Exclusive :
Proses Transaksi yg jauh Lebih mudah dan Cepat!!
Minimal Depo & WD Terjangkau cuma 20 rb!!
Kartu di Meja juga Lebih Ringan..
Tidak lupa juga Menemani anda Tips & Trik yg Selalu Jitu..
Games Juga Mudah di Akses dr berbagai Gadget LHO!!!
jangan pusing lagi bos.. Bermain dengan santai dan Tenang bersama kami!!
karena tidak ada pelayanan se-mewah, se-profesional dan se-exclusive
Hobiqq,Poker!! ^^
Kembangkan Hobi anda.. Warnai kartu anda yang hobi selalu kasih QQ !!!
^^
HUB KAMI DI :
SKYPE : HOBIQQ
FACEBOOK : HOBIQQ
PIN BBM : 7770C8B4
Yahoo : Hobiqq@yahoo.com
Line : HOBIQQ
www. HOBIQQ .poker
www. HOBYQQ .com
www. HOBI99 .com
Balas

8.

Unknown1 Oktober 2018 16.43

Izin share ya
Balas

9.

Muh khalid wahid zainuddin2 Oktober 2018 01.05

Mantap
Balas

10.

Unknown4 Oktober 2018 18.20

Sertakan pengarangnya
Balas

11.

Unknown21 Oktober 2018 01.43

Sis, izin ya buat tugas


Balas

12.

Unknown26 Desember 2018 04.39

Puisinya bagus Mbk,saat baca sy jadi ingat allah, makasih mbak udah
ngingetin saya.
Balas

13.

Unknown30 Januari 2019 15.09

Teriama kasih gan


Balas
14.

Unknown30 Januari 2019 15.09

Teriama kasih gan


Balas

15.

Bibit Sudarmadi15 Februari 2019 08.34

Puisinya bagus menyentuh


Balas

Posting LamaBeranda
Langganan: Posting Komentar (Atom)
Arsip Blog
 ▼ 2013 (7)
o ▼ Agustus (7)
 puisi bencana alam
 puisi perpisahan
 puisi ibu
 puisi keindahan alam
 puisi sedih
 puisi sahabat
 pengertian puisi

Mengenai Saya

Nazila Nazwa
Lihat profil lengkapku

Tema Tanda Air. Diberdayakan oleh Blogger.

DOA KAMI

Pada sendu dan isak tangis di sekeliling kota

ada doa lamat-lamat jadi keras terdengar


menumbuhkan semangat di tengah duka

membangun keyakinan di saat nestapa.

Di seluruh pulau sama terekam

kesedihan masih tapi tak lantas patah

semangat tetap untuk bertahan

yakin Tuhan tak akan tinggalkan.

Maka kepada saudara, kepada sahabat, kepada kerabat, kepada semua yang ada di
Lombok, di Bali, di tempat-tempat terkena bencana gempa, pastikan dan yakinkan
diri, tak sendiri kalian, doa kami, tenaga kami, segalanya kami kirimkan, siap
bantu karena kita memang dan selalu bersaudara.

Bintaro Sektor IX, 5 Agustus 2018

BDHS

MANAKALA

Manakala bencana melanda dan kau masih sibuk nyinyir ke sana ke mari, tak
peduli yang kesakitan, meraung-raung dalam duka, tak peduli kau, maka kau
tentulah hanya daging berjalan, bukan lagi manusia.

Apalagi ketika bencana menghantam dan kau justru senang beroleh kesempatan
untuk menohok lawanmu, mengaitkan sikap dirinya dengan bencana yang datang,
memprovokasi masyarakat seolah bencana hadir lantaran salah lawanmu, maka
kau tentulah dan pastilah hanya seonggok sampah.

Manakala bencana datang

marilah bersatu ulurkan tangan

bantu sesama dan bukannya

justru jadikan bencana


sarana menghina dan menista.

Bintaro Sektor IX, 5 Agustus 2018

BDHS

PADA GARIS CINTA

Pada garis cinta ada kekuatan

yang mampu kalahkan garis bencana

lantaran semua bersatu

saling tolong saling bantu.

Pada garis cinta ada doa-doa

yang dipanjatkan pada Maha Kuasa

memuji selalu padaNYA

kala suka maupun duka.

Pada garis cinta ada semangat

untuk bangkit dari bencana

puing-puing ditata lagi

kehidupan dibangun kembali.

Pada garis cinta ada

engkau, aku, dia,

kami, mereka

dan kita semua,


Bintaro Sektor, IX, 6 Agustus 2018

ADA GARIS CINTA

Pada garis cinta ada kekuatan

yang mampu kalahkan garis bencana

lantaran semua bersatu

saling tolong saling bantu.

Pada garis cinta ada doa-doa

yang dipanjatkan pada Maha Kuasa

memuji selalu padaNYA

kala suka maupun duka.

Pada garis cinta ada semangat

untuk bangkit dari bencana

puing-puing ditata lagi

kehidupan dibangun kembali.

Pada garis cinta ada

engkau, aku, dia,

kami, mereka

dan kita semua,


ADA GARIS CINTA

Pada garis cinta ada kekuatan

yang mampu kalahkan garis bencana

lantaran semua bersatu

saling tolong saling bantu.

Pada garis cinta ada doa-doa

yang dipanjatkan pada Maha Kuasa

memuji selalu padaNYA

kala suka maupun duka.

Pada garis cinta ada semangat

untuk bangkit dari bencana

puing-puing ditata lagi

kehidupan dibangun kembali.

Pada garis cinta ada

engkau, aku, dia,

kami, mereka

dan kita semua,

ADA GARIS CINTA

Pada garis cinta ada kekuatan

yang mampu kalahkan garis bencana


dan kita semua,

Alam semakin menegur kerja


Memaki setiap nafas yang ada
Mengadu pada sang pencipta
Meregang dengan ketidakmampuan menyapa
Terdiam dan hanya mampu melihat saja
Buah kerja sang perusak alam
Menyakiti jantung dan tepian kelam
Mencoba menanggung setiap beban kejam
Hanya karena manusia yang tak cinta alam
Selalu geram dan geram
Namun hanya bisa terdiam

Lingkungan ikut menangis


Melihat semuanya terkikis
Menanti turunnya gerimis
Menjadikan semuanya habis
Alam dan lingkungan kini bersedih
Tak ingin terjadi lagi tetapi semakin berlebih
Alam dan lingkungan kini bermuram durja
Tak ingin kembali luka meski sepertinya selalu saja

(Amma O’Chem, Ketika Alam Menangis)

Apa yang ada di benakmu saat membaca puisi tentang bencana alam di
atas? Bisa jadi kamu berpikiran bahwa bencana alam terjadi karena alam
ingin menegur perlakuan manusia yang semena-mena terhadapnya.
Beberapa contohnya adalah penggundulan hutan, pengerukan barang
tambang semaunya, membuang sampah plastik sembarang, dan masih
banyak lagi. Tanpa disadari, mungkin kamu juga berkontribusi atas
kemarahan alam.

Nah, lewat puisi tentang bencana alam di atas, kamu diingatkan untuk
menjaga kelestarian alam. Kamu bisa memulai langkah kecil dari dirimu
sendiri, misalnya saja dengan membuang sampah di tempatnya. Lama-
kelamaan, siapa tahu perbuatanmu itu akan menjadi contoh bagi orang-
orang terdekatmu yang masih acuh terhadap lingkungan.

TERKAIT

Selalu kukira
aku mengenalmu
tapi ternyata belum

Ketika kurasa kau tidur


gedung runtuh mendadak
surau dan sekolah terbelah
Ketika kau gerakkan tangan
untuk sekadar menggeliat
dan ribuan orang berlarian
ke sawah dan bebukitan
bayi menangis, ibu menjerit

Aku kerap merasa


bisa memahamimu
tapi kukira tidak

Ketika kau menguap


gemuruh bergelora
air tinggi bergulung-gulung
lalu berayun-ayun perahu
menghempas pantai dan batang kelapa
menenggelamkan pasir
merendam jalan-jalan tepian

Kini kutahu
aku harus terus membacamu
tiap-tiap huruf dalam buku
serta hela nafas dan gerakmu
karena kami bukan apa-apa
: sebatas debu dalam gurunmu

(Hendy Ch Bangun, Bencana)


Tidak ada seorang pun yang tahu tentang kapan datangnya sebuah
bencana, salah satu contohnya adalah gempa. Keadaan yang semula
tenang dan terlihat biasa saja, tiba-tiba akan langsung membuat gempar
ketika musibah datang. Orang-orang dengan panik akan berusaha untuk
menyelamatkan diri dan orang-orang yang dicintai dengan mengungsi ke
tempat yang lebih aman.

Memang, di Indonesia sudah ada sebuah lembaga yang mampu melacak


gempa dan potensi yang mengikutinya, yaitu Badan Meterologi dan
Geofisika (BMG). Namun tentu saja, bencana bisa datang lebih cepat dari
yang diduga. Dan, sebagai manusia hanya bisa pasrah dan berserah saat
itu semua terjadi karena jika dibanding dengan alam, manusia tidak ada
apa-apanya. Kira-kira seperti itulah isi dadi puisi tentang bencana alam
karya Hendy Bangun ini.

Baca juga: Kumpulan Puisi Karya Chairil Anwar yang Sangat Populer
dan Melegenda

5. Alam Bergejolak
Ada sesuatu yang rasanya mulai lepas dari tangan
dan meluncur lewat sela-sela jari kita

Ada sesuatu yang mulanya tidak begitu jelas


tapi kita kini mulai merindukannya

Kita saksikan udara abu-abu warnanya


Kita saksikan air danau yang semakin surut jadinya
Burung-burung kecil tak lagi berkicau pergi hari

Hutan kehilangan ranting


Ranting kehilangan daun
Daun kehilangan dahan
Dahan kehilangan hutan

Kita saksikan zat asam didesak asam arang dan karbon dioksida itu
menggilas paru-paru

Kita saksikan
Gunung membawa abu
Abu membawa batu
Batu membawa lindu
Lindu membawa longsor
Longsor membawa air
Air membawa banjir
Banjir air mata

Kita telah saksikan seribu tanda-tanda


Bisakah kita membaca tanda-tanda?

Allah
Kami telah membaca gempa
Kami telah disapu banjir
Kami telah dihalau api dan hama
Kami telah dihujani api dan batu
Allah
Ampunilah dosa-dosa kami

Beri kami kearifan membaca tanda-tanda

Karena ada sesuatu yang rasanya mulai lepas dari tangan


akan meluncur lewat sela-sela jari

Karena ada sesuatu yang mulanya tak begitu jelas


tapi kini kami mulai merindukannya

(Taufiq Ismail, Membaca Tanda-Tanda)

Apa yang kamu pikirkan saat membaca puisi tentang bencana alam karya
salah satu penyair legendaris Indonesia, Taufiq Ismail di atas?
Mungkinkah hatimu dibuat terenyuh saat membacanya? Nah, melalui ini,
penyair ingin mengajakmu untuk lebih peka dengan tanda-tanda
kerusakan alam yang semakin lama semakin memprihatinkan.

Alam yang dulunya asri, kini keadaannya menjadi memprihatinkan karena


ulah keserakahan manusia. Salah satu contoh nyatanya adalah
penggundulan hutan akibat penebangan liar. Dampak yang ditimbulkan
pun tidak main-main, di antara adalah banjir, longsor, kehilangan flora dan
fauna langka, dan masih banyak lagi. Semoga manusia segera menyadari
hal tersebut karena alam sudah sering menunjukkan gejala-gejalanya,
sebelum semuanya semakin terlambat.
Baca juga: Yuk, Baca Pantun Teka-Teki Ini dan Cobalah Tebak
Maknanya!

6. Ketulusan untuk Membantu


Manakala bencana melanda dan kau masih sibuk nyinyir ke sana ke
mari,
tak peduli yang kesakitan, meraung-raung dalam duka,
tak peduli kau, maka kau tentulah hanya daging berjalan, bukan lagi
manusia.

Apalagi ketika bencana menghantam


dan kau justru senang beroleh kesempatan untuk menohok
lawanmu,
mengaitkan sikap dirinya dengan bencana yang datang,
memprovokasi masyarakat seolah bencana hadir lantaran salah
lawanmu,
maka kau tentulah dan pastilah hanya seonggok sampah.

Manakala bencana datang


marilah bersatu ulurkan tangan
bantu sesama dan bukannya
justru jadikan bencana
sarana menghina dan menista.

(Berty Sinaulan, Manakala)

Kamu mungkin masih ingat mengenai bencana gempa bumi dahsyat yang
mengguncang Lombok pada bulan Juli 2018. Gempa berkekuatan 6,4
skala richter itu bahkan juga sampai dirasakan sampai ke Bali dan
Banyuwangi. Akibat musibah tersebut, ratusan orang meninggal dunia dan
puluhan ribu rumah rusak berat. Namun di tengah bencana yang terjadi,
ada oknum-oknum tertentu yang malah memanfaatkan situasi tersebut
untuk kepentingan pribadi maupun golongan politik tertentu.

Malah, ada pula yang mengaitkannya dengan hal yang tidak masuk akal,
misalnya seperti mengatakan hal tersebut merupakan sebuah azab.
Padahal dalam situasi yang seperti itu, orang-orang harus saling bahu-
membahu untuk menolong mereka yang sedang kesusahan, bukan untuk
menyalahkan orang atau golongan tertentu. Begitulah kira-kira isi dari
puisi tentang bencana alam di atas.
Baca juga: Kumpulan Cerita Rakyat Nusantara untuk Menghibur
Harimu

7. Tak Dinyana

Tak disangka tak dikira


Tak sadar dan tak menyadari
Negeriku yang tercinta
Negeri indah sang surgawi

Bumi bergoyang bak penari


Bumi bergelombang bak penyanyi
Air surgawi menerjang
Merusak bumi yang indah

Kulihat dan kudengar


Kurasa dan kujiwai
Rumah dan jalan merebah
Sujud kembali kepadaNya

Tak disangka tak dikira


Tak sadar dan tak menyadari
Negeriku yang tercinta
Negeri indah sang surgawi

Negeri menangis dan meraung


Negeri berduka dan merenung
Hanya ada satu jalan
Bersatu dan bersama

Membangun negeri surgawi


Menyatu dengan alam
Menyatu dengan jiwa
Memeluk sang Khalik

Kembali ke jalanNya
Jalan yang terbaik
Untuk negeri surgawi
Selamanya hingga akhir zaman.

(Asrul Sani Abu, Bencana di Negeri Surgawi)

Jika kamu membaca puisi bencana alam ini, bisa jadi pikiranmu akan
langsung tertuju sebuah bencana yang kerap menerjang Indonesia, yaitu
tsunami. Mungkin juga, kamu masih ingat bencana tsunami yang terjadi
pada penghujung tahun 2018 di Pantai Carita, Jawa Barat. Musibah
tersebut menewaskan ratusan orang, termasuk beberapa anggota band
Seventeen yang tengah manggung di sebuah acara yang diadakan
di pantai tersebut.

Takdir seseorang memang tidak ada yang tahu, ya. Karena tidak ada
yang bisa memprediksi kapan datangnya sebuah bencana, akhirnya
manusia hanya bisa pasrah akan takdirnya. Dengan adanya musibah-
musibah tersebut, semoga membuat manusia lebih sadar dan semakin
mendekatkan diri kepada Sang Pencipta.

Baca juga: Kumpulan Kata-Kata Pantun Cinta Romantis untuk Pacar,


Gebetan, dan Mantan
Puisi tentang Alam Manakah yang Paling
Membuatmu Terenyuh?
Itulah 7 puisi tentang bencana alam yang bisa kamu simak di KepoGaul.
Menurutmu, puisi mana yang membuat hatimu teriris pedih saat
membacanya? Mungkin juga, setelah membaca beberapa sajak tersebut,
kamu pun jadi merasa kecil dan tidak ada apa-apanya jika dibandingkan
dengan alam.

Maka dari itu, sebagai manusia yang diberi akal sudah sepantasnya untuk
menjaga alam dan tidak terus-terusan merusaknya. Apa perlu alam dibuat
sebegitu marahnya untuk menegur manusia yang masih bersikap acuh
ini? Kalau kelestarian alam terjaga, siapa lagi yang akan menikmatinya
kalau bukan kita sendiri? Semoga puisi di atas bisa dijadikan bahan
renungan, ya!

Nah, selain artikel mengenai puisi di atas, tidak ada salahnya kamu
membaca artikel lain yang tak kalah menarik di KepoGaul. Salah satunya
ada berbagai artikel yang lucudan bisa membuatmu tertawa terpingkal-
pingkal. Untuk kamu para cewek yang menyukai fashion dan makeup,
bisa juga, lho, membaca artikel seputar cewek yang informatif abis.

Lengkap banget, kan? Makanya, baca terus, ya!

Penulis: Errisha Resty


Editor: Elsa Dewint

Bencana Alam"

Dalam Hangat pelukan mentari.


Diri terbalut mendung keresahan.
Resah bila bumi tak sudi lagi dipijak.
Resah jika laut tak mampu lagi memikul airnya.
Resah jika gunung tak sanggup lagi berdiri tegak.

Air mata ini belum lagi kering.


Puing-puing derita masih tercicir disepanjang jalan.
Terdengar lagi jeritan saudaraku disana.
Terdengar lagi jeritan teman-temanku disana.
Terdengar lagi jeritan para sahabat-sahabatku disana.
Bencana, bencana dan bencana...

Tak henti-hentinya menggoreskan duka.


Apakah ini suatu cobaan?
Ataupun Peringatan?
Ataukah azab Tuhan?
Fikirkanlah..
Renungkan lah..
Dan bertaubatlah selagi mentari pagi masih memanancar sinarnya..
By: alam2010.blogspot.com

***
"Gempa Bumi dan Tsunami"

Diantara malam yang menyelimuti.


Tenang dan damai terasa hati.
Namun hati kembali tergugah.
Mendengar negara Turki seakan musnah..

Goncangan 7,1 skala richter terjadi.


Sekian detik saja menyertai.
Namun lihatlah dampaknya.
Kerusakan dan kematian dimana-mana..

Kita tentu juga ingat beberapa bulan lalu.


Saat Jepang terkena bencana yang menyerbu..
Negara yang membanggakan kesiapannya.
Rata diguncang sekian menit saja..

Bumi kita memang seakan diam.


Namun menyimpan amarah yang terpendam.
Disaat dosa menumpuk diatasnya.
Alam bergerak selaksa murka..
Hanya beberapa menit saja.
Semua tak akan bisa lari dari hukuman-Nya..

Gempa yang mengguncang.


Dari gunung ditengah lautan.
Saat lingkup hati menjadi gamang.
Tsunami mengincar ketenangan..
Pertanda alam yang sudah renta.
Atau kita yang kian menumpuk dosa.
Mengihtiarkan jalan amanah Tuhan.
Namun tetap Saja tergoda rayuan syetan..

Lantas apa yang akan terjadi.


Jika gempa bumi meratakan negri.
Siapkah kita menghadapinya.
Atau lari dari kenyataan yang ada..

Sadari wahai kawan.


Bumi ini adalah kepunyaan Tuhan.
Yang dititipkan kepada kita manusia.
Untuk mewariskan pada generasi selanjutnya..

On: Facebook Pages

***
"Banjir Lagi.."

Lihatlah kami disini.


Berteman banjir setiap hari.
Berjalan menuju tempat pengungsian.
Mencari tempat perlindungan..

Lihatlah generasi muda bangsa.


Yang berteman banjir kesekolahnya.
Menggenangi beranda dunia.
Tapi mereka tetap merintis mimpi dunia..

Anak-anak SD yang tiada tahu apa-apa.


Akan kerakusan para pemilik kuasa.
Membabat hutan dengan jumawa.
Tertawa ditempat istananya..

Namun roda ekonomi terus berlari.


Tiada perduli akan kebanjiran ini.
Dan tetap berteman genangan air.
Dari terbit fajar hingga mentari berakhir..

Salah siapa ini terjadi.?


Para pemilir disana terus berkata.
Banjir menyebabkan kita merugi.
Sambil duduk tenang ditempat hangatnya..

Uluran tangan para penderma.


Terasa kurang dan tiada merata.
Dan pemerintah hanya berusaha.
Namun banjir tahunan tetap melanda..

Banjir yang merugikan.


Genangan air yang menyengsarakan.
Namun langkah kaki manusia.
Tetap terperosok di jalan yang sama..
Berfikir kembali dan terdiam.
Aku termangu dalam kelam..

On: Facebook Pages

***
"Situ Gintung"

Tujuh puluh sembilan tahun silam.


Engkau diciptakan oleh penguasamu.
Untuk mensejahterakan, lewat airmu.
Kini..
Engaku telah rusak.
Wajah ayumu nan sirna.
Engkau dijajah.
Dipaksa untuk muram.
Airmatamu tak kuasa kau bendung.
Murkamu kau tumpahkan pada orang yang tak berdosa..

Situ Gintung, taukah kamu..


Kau marah pada orang yang salah.
Kau murka pada orang yang tak berdosa.
walaupun aku tau itu hanya peringatanmu.
Kemurkaan dan keangkaraan manusia..

Situ Gintung, aku tau kau murka.


Karena Tuan-tuanmu hanya memikirkan kampanye.
Tuan-tuanmu hanya memikirkan kursi-kursi yang empuk.
Hingga tak memperhatikanmu..
Situ Gintung..
Pikirkan tindakanmu itu.
Sawah ladang yang kau airi telah tumbuh menjadi gedung nan tinggi.
Kini..
Kau luluh lantakkan dengan murkamu.
Puaskan dirimu situ gintung..

Sekarang kau manja.


Kau senyum-senyum, kau suka, kau puas..
Setiap umat di seluruh dunia memperhatikanmu.
Melirikmu, menyapamu, memanjakanmu..
Bahkan Presiden dan para mentrinya menyambangimu..

Semua orang ingin menengokmu, kecuali aku..


Karena aku tau.
Kau hanya SITU GINTUNG.
Sebuah bendungan yang dibuat oleh tangan-tangan manusia.
Dan wajar kalau dirusak pula oleh tangan-tangan manusia..
Cuma menyesal Tung Gintung..
Kenapa orang-orang tak berdosa menjadi korbanmu..??

By: Abdullah G.Sugiyarto > muhshodiq.wordpress.com

***

Anda mungkin juga menyukai