TANJUNG FIELD
Disusun Oleh:
FAKULTAS TEKNIK
BANJARBARU
2017
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN
OVERVIEW PT. PERTAMINA ASSET 5
TANJUNG FIELD
Disusun Oleh:
Ahmad Rifani
i
KATA PENGANTAR
1. Bapak dan Ibu saya yang ini selalu mendo’a kan, mendukung saya, dan
kasih sayang yang tiada henti-hentinya bagi kami selama Kerja Praktek
dan selama penulis mengerjakan laporan ini.
2. Bapak M. Rizali, MT, Abdul Ghofur, M.T dan Akhmad Syarief, MT
selaku Dosen Pembimbing Universitas Lambung Mangkurat dan Bapak
Arif Marwanto, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing Universitas Negeri
Yogyakarta yang telah memberikan waktu, diskusi dan bimbingan
terbaiknya dengan sabar selama penulis mengerjakan laporan ini.
3. Bapak Ach. Kusairi S, M.T., M.M selaku ketua Program Studi Teknik
Mesin Universitas Lambung Mangkurat dan Bapak Dr. Sutopo, S.Pd.,
M.P selaku ketua Program Studi Teknik Mesin Universitas Negeri
Yogyakarta.
4. Human Resources PT. Pertamina EP Asset 5 Tanjung Field,
terimakasih atas kesempatan kerja praktek yang diberikan
ii
menyempatkan mengajari kami dan memberikan ilmu tambahan yang
sangat bermanfaat bagi kami.
7. Semua Staff, Well Checker, Driver dan Operator Crew PT. Pertamina
EP Asset 5 Tanjung Field, terima kasih atas bimbingannya di lapangan.
8. Seluruh pihak yang sudah membantu hingga tersusunnya laporan ini
Penulis
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
BAB I PENDAHULUAN
iv
3.7 HSSE (Healty, Safety, Security and Environment) ............. 60
BAB IV PEMBAHASAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Peta wilayah Kerja Praktek Pertambangan Tanjung Field ...... 6
vi
Gambar 3.24 Casing..................................................................................... 25
vii
Gambar 3.51 Diagram Alir P3 Manunggul .................................................... 42
viii
1
BAB I
PENDAHULUAN
perusahaan nantinya
4
BAB II
Lalu pada tahun 1965 lapangan tersebut diambil alih oleh Permina
yang kemudian berubah nama menjadi Pertamina. Selama dikelola oleh
Pertamina kembali dilakukan usaha-usaha pencarian lapangan minyak yang
baru dan berhasil menemukan struktur Tapian Timur pada tahun 1967 dan
mulai diproduksikan pada tahun 1977 setelah melakukan pemboran di lima
buah sumur. Lapangan Tanjung memiliki luas 9 x 3 km dan akumulasi
utamanya adalah minyak, jumlah gasnya sedikit, gas yang ditemukan hanya
berupa asosiasi dan gas bebas.
Kontrak Enhanced Oil Recovery (EOR) Tanjung Raya antara
PERTAMINA dan mitra : Southern Cross (Tanjung) Ltd dan Bonham
(Tanjung) Ltd ditanda-tangani tanggal 11 Nopember 1989. Masa kontrak
selama 15 tahun berakhir tahun 2004. Pada tahun 1992 terjadi pengalihan
hak dan kewajiban mitra kepada Bow Valley (Tanjung) Ltd dan selanjutnya
sejak Agustus 1994 beralih kepada Talisman (Tanjung) Ltd. Dimana
participating interest masing-masing pihak: PERTAMINA 50% dan Talisman
Energy – Canada 50%.
Lapangan Tanjung disetujui untuk komersial dengan S.K. Dirut No.
0248/c0000/92-B1, tanggal 18 Februari 1992. LOU (Later Off
Understanding) tanggal 27 April 1993 pengoperasian 4 lapangan (Tapian
Timur, Warukin Selatan, Warukin Tengah dan Kambitin) diserahkan ke JOB
dan biaya yang timbul menjadi beban PERTAMINA sesuai actual cost of
operation.
Persetujuan pengembangan Lapangan Tanjung proyek EOR mulai
tanggal 20 Mei 1993 dengan SK Dir. EP No. 689/D0000/93-B1, tanggal 17
Mei 1993. Pada 11 November 2004 berdasarkan SK Dirut No.Prin-
848/C00000/2004–S1 tgl 3 November 2004 tentang pelaksanaan alih kelola
Block Tanjung pasca kontrak EOR dari JOB PERTAMINA - Talisman
(Tanjung) Ltd ke PT. PERTAMINA Unit Bisnis EP (Tanjung).
2.2. Lokasi PT. PERTAMINA EP Tanjung
Secara geografis Daerah Operasi PT. Pertamina (Persero) EP ASSET
5 Tanjung Field terletak di Kabupaten Tabalong, Provinsi Kalimantan
Selatan, tepatnya sekitar 230 km Timur laut kota Banjarmasin atau berjarak
kurang lebih 240 km dari kota Balikpapan Kalimantan Timur.
6
Struktur Kambitin
Existing fields
Struktur Tanjung
Struktur Warukin
U
Tanjung Raya
Skala 1 : 375,000
2.6. Struktur
Aliran minyak pada lapangan Tanjung berasal dari struktur yang
merupakan bagian North East dari Barito Basin. Lapangan ini merupakan
lapangan terbesar dengan beberapa jebakan faulted anticlines, dengan
lapisan sedimen berupa pasir Eocene sebagai zona produksi yang utama
yang diproduksi oleh Pertamina EP Field Tanjung.
Lapisan ini mempunyai enam zona batu pasir yang produktif dengan
ketebalan maksimum sekitar 59 meter dan satu formasi patahan vulkanik
dengan ketebalan lebih dari 100 meter. Ada lima struktur yang dimiliki oleh
Lapangan Tanjung Raya PT. Pertamina EP Tanjung, diantaranya adalah:
1. Struktur Tanjung (T)
2. Struktur Warukin Selatan (WS)
3. Struktur Warukin Tengah (WCF)
4. Struktur Tapian Timur (TT)
5. Struktur Kambitin (K)
6. Struktur Tanta(TA)
7. Struktur Piraiba (PRB)
2.7. Karakteristik Reservoir
Karakteristik reservoir pada Lapangan Tanjung terdiri dari
karakteristik batuan dan fluida berdasarkan hasil interpretasi log dan
pengukuran-pengukuran lainnya yang ada dengan rata-rata kedalaman
produksi sekitar 1200 meter.
Tanjung Oil
Porositas Rata-rata 18 - 20 %
BAB III
TINJAUAN UMUM LAPANGAN
PT. PERTAMINA EP Asset 5 Tanjung Field
3.1. Tinjauan umum
Dalam industri perminyakan ada beberapa tahapan yang harus
dilakukan untuk memperoleh minyak mentah (crude oil). Adapun tahapan
tersebut bermula dari eksplorasi. Eksplorasi merupakan suatu proses
melakukan pencarian data-data untuk menentukan letak keberadaan
sumber hidrokarbon terkandung. Melalui eksplorasi juga dapat diketahui
struktur dan stratigrafi dari daerah tersebut.
Ketika tahap eksplorasi selesai dilakukan dan telah ditemukan daerah
yang berpotensi, maka tahap berikutnya adalah analisa dan pengembangan.
Dengan memperkirakan jumlah cadangan hidrokarbon dan merencanakan
pengembangannya.
Tahap selanjutnya adalah pemboran (drillling). Pemboran merupakan
proses pembuatan lubang agar crude oil dapat diproduksikan ke permukaan.
Awal produksi biasanya crude oil mengalir secara alami (natural flow),
namun ketika sumur tak dapat mengalir secara alami lagi maka produksi
harus menggunakan pengangkatan bantuan (artificial lift). Seiring
berjalannya waktu suatu sumur bisa saja mengalami kerusakan, karena
itulah juga dilakukan perawatan terhadap sumur tersebut.
3.2. Work Over and Well Service (WO/WS)
Kegiatan operasi perbaikan pada sumur produksi yang bertujuan untuk
mempertahankan dan diharapkan dapat meningkatkan produksi misalnya
dengan jalan pendalaman, penyumbatan kembali, pencabutan dan
pemasangan kembali pipa penyaringan, penyemenan, penembakan dan
pengasaman. Ada beberapa bagian dari WO/WS adalah sebagai berikut:
A. Pump Shop
Sumur baru yang baru saja dibor memiliki kemampuan mengalir
dengan sendirinya (natural flow). Seiring berjalannya waktu,
kemampuan mengalir sumur pun menurun, sehingga diperlukan suatu
mekanisme tambahan yaitu artificial lift (pengangkatan buatan). Artificial
lift memiliki macam-macam jenis diantara, Sucker Rod Pump (SRP),
Electrical Submersible Pump (ESP), Gas Lift, Cavity Pump, Plunger Lift
10
dll, namun yang digunakan pada lapangan Tanjung Raya adalah SRP
dan ESP.
Pump shop merupakan gudang penyimpanan sekaligus tempat
perawatan rangkaian pompa yang berada di bawah permukaan. Di
tempat ini terdapat suku cadang dari pompa-pompa yang beroperasi di
lapangan Tanjung. Pompa yang dimaksud adalah sistem yang
menghasilkan gaya hisap terhadap fluida yang berada di dalam lubang
sumur. Kegiatan yang dilakukan di pump shop ialah perawatan dan
perbaikan rangkaian pompa bawah permukaan.
1. Sucker Rod Pump
Sucker Rod Pumping merupakan metode artificiallift yang paling
banyak digunakan pada lapangan di bawah naungan Pertamina
Asset 5 Tanjung Field. Sekitar 80% sumur di Lapangan Tanjung
menggunakan artificial ini. Di Pertamina Asset 5 Tanjung Field
hanya menggunakan SRP jenis THBM. Pada dasarnya komponen
dari sucker rod pump dibagi tiga bagian yaitu:
a. Surface Equipment
1) Prime Mover
Prime mover merupakan alat yang berfungsi untuk
mensuplai tenaga ke instalasi untuk diteruskan ke pompa
guna mengangkat fluida ke permukaan tanah
2) Pumping Unit
Peralatan ini berfungsi untuk merubah atau meneruskan
tenaga dari prime mover untuk memompa fluida melalui
sucker rodstring. Hal ini dilakukan dengan merubah tenaga
putaran mekanis dari prime mover menjadi gerakan naik
turun, pada sistem crank/pitman dan yang kemudian
diteruskan ke horse head melalu walking beam menjadi
gerakan naik turun vertical.
11
4) Inteke
Merupakan media untuk masuknya fluida dari dalam sumur
menuju pompa, dipasang diantara protector dan pompa.
Terdapat beberapa jenis intake berdasarkan fungsinya.
Untuk intake standar digunakan untuk sumur yang bertipe
GOR kurang dari 25 %.
Jika GOR lebih dari 25 % menggunakan Rotary gas
separator (RGS) berfungsi untuk memecahkan gelembung-
gelembung gas hingga berukuran sangat kecil, agar tidak
terjadi gas lock pada pompa dan gelembung gas yang
berukuran besar akan keluar ke annulus. Masalah gas lock
harus bisa diatasi karena dapat menyebabkan efisiensi
volumetric turun dan bisa menyebabkan sumur tidak dapat
diproduksi
5) Seal Section/Protector
Bagian dari rangkaian pompa ESP yang berfungsi untuk
melindungi motor dari kotoran-kotoran yang terbawa oleh
fluida dan juga melindungi dari fluida, agar tidak masuk ke
motor
7) Downhole Sensor
Merupakan bagian terbawah dari pompa ESP, yang
berfungsi untuk memberi informasi ke VSD tentang vibrasi,
intake temperature, intake pressure, motor temperature.
B. Gudang 3 (Drilling dan Workover Shop)
Peralatan–peralatan lainnya yang berada di drilling
workshop diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Packer
Packer adalah alat berupa karet yang digunakan untuk
mengisolasi suatu kedalaman tertentu dari lubang sumur.
Packer dapat didefinisikan sebagai peralatan bawah
permukaan yang digunakan untuk menyekat antara tubing
dengan casing, untuk mencegah aliran vertikal di sepanjang
annulus casing-tubing.
8. Centralizer
Centralizer merupakan alat yang berfungsi untuk membuat
casing terletak tetap di tengah lubang bor dengan maksud
mendapatkan cincin semen yang baik (merata).
2) Crown blocks
5. Circulating Equipment
Merupakan peralatan khusus untuk memberikan tenaga untuk
mensirkulasikan lumpur sehingga dapat masuk dan ke luar dari
kepala sumur
6. Blow Out Preventer (BOP)
Blowout Preventer (BOP) system digunakan untuk mencegah
aliran fluida formasi yang tidak terkendali dari lubang bor. Saat
bit menembus zona permeable dengan tekanan fluida melebihi
tekanan hidrostatik normal, maka fluida formasi akan
mendesak fluida pemboran. Masuknya fluida formasi ke dalam
lubang bor disebut dengan “kick”.
Rangkaian peralatan sistem pencegahan semburan liar terdiri
dari dua sub komponen utama, yaitu:
a. Rangkaian BOP stack
1) Annular Preventer
Annular Preventer ditempatkan paling atas dari
susunan BOP Stack. Annular preventer berisi rubber
packing element yang dapat menjepit lubang annulus
baik lubang dalam keadaan kosong ataupun ada
rangkaian pipa bor.
E. Stimulasi
Stimulasi merupakan suatu metode workover yang dapat merubah
sifat dari formasi, dengan cara menambahkan material lain ke
reservoir untuk memperbaiki reservoir tersebut. Stimulasi terbagi
menjadi acidizing, hydraulic fracturing, dan steam simulation.
Acidizing merupakan penginjeksian zat asam ke dalam formasi
guna memperbaiki permebilitas formasi yang telah damage.
Hydraulic fracturing merupakan suatu tehnik stimulasi yang
berguna untuk memperbaiki dan meningkatkan produktivitas
sumur dengan cara membuat rekahan yang akhirnya membentuk
saluran yang menembus zona skin jauh ke dalam formasi.
Perekahan atau fracturing dilakukan dengan penginjeksian fluida
yang biasa disebut fracturingfluids.
3.3. Produksi
Fungsi produksi pada PT. Pertamina EP Asset 5 Tanjung lebih terfokus
pada kelancaran alur transportasi minyak dan gas setelah mencapai
permukaan. Dari keseluruhan sumur di lapangan Tanjung Raya, tidak semua
sumur berfungsi sebagai sumur produksi. Untuk mengaplikasikan EOR
dengan metode waterflood dan pressure maintenance, tentunya ada
beberapa sumur yang berfungsi sebagai sumur injeksi dan produce water
well.
A. Block Station
Block station merupakan tempat dikumpulkannya minyak yang telah
diproduksi dari sumur-sumur kemudian di BS akan di pisahkan antara
minyak, air, dan gas yang terkandung di dalam fluida tersebut. Block
station ini tersebar di beberapa titik di Tanjung. Karena jumlah sumur
yang ada di Lapangan Tanjung Raya tidak sedikit maka penyaluran
minyak yang diproduksi sumur ke block station ini dikelompokkan,
tergantung jarak dari sumur produksi ke block station dan kapasitas dari
block station itu sendiri. Dari BS akan di kirim ke SPU Manunggul atau
tempat penampungan terakhir.
36
2. Manifold
Manifold adalah sekumpulan pipa saluran dan choke yang
bertujuan untuk mengatur jalannya laju produksi dan
pengetesan dari masing-masing sumur ke separator.
Berdasarkan fungsinya manifold terbagi menjadi beberapa
jenis yaitu:
a. Group Manifold
Berfungsi sebagai pengumpul fluida produksi dari berbagai
sumur yang selanjutnya dikirim ke unit pemisahan untuk
suatu treatment dan pengukuran.
b. Test Manifold
Manifold ini digunakan untuk melakukan test produksi
suatu sumur tanpa menggangu produksi sumur lainnya
dimana arah aliran fluida dari sumur di arahkan ke test
separator.
c. Struck to Tank (STT)
STT ini merupakan manifold yang berfungsi sebagai
penyalur fluida dari sumur hingga ke tangki pengumpul
tanpa melewati peralatan pemisah
f. Scrubber
Scrubber adalah alat yang digunakan untuk memisahkan
cairan yang masih terikut gas, atau alat yang di gunakan
untuk pemurnian gas. Scrubber juga digunakan untuk
meyakinkan bahwa gas tidak mengandung material atau
fluida yang dapat merusak peralatan. Gas yang dihasilkan
dari scrubber ini merupakan gas kering. Scrubber ini juga
terdiri dari tipe vertical dan horizontal seperti hal nya
separator. Gas yang telah melewati scrubber akan
dialirkan menuju power plan dan kemudian digunakan
sebagai tenaga pembangkit listrik dan juga da yang
dialirkan ke scrubber mini sebagai bahan bakar dari gas
engin pada sumur yang menggunakan SRP.
M3 = 14740 m3
M4 = 15110 m3
M5 = 14760 m3
6. Mixing Device
Untuk mendistribusikan minyak dari PPP menuju RU V Balikpapan,
minyak didorong oleh pompa. Dalam proses pengiriman tersebut
PPP Manunggul ini didukung oleh 4 buah pompa yang digunakan
dengan turbin sebagai penggeraknya. Sebelum proses pengiriman
dilakukan minyak terlebih dahulu di campur dengan fresh water ini
dikarenakan kandungan kekentalan (viskositas) dari minyak tinggi.
Proses pencampuran antara Fresh Water dengan Oil dilakukan
dengan alat yang bernama mixing device yang bertujuan agar
minyak tidak menggumpal dan proses distribusi lebih lancar (
Perbandingan minyak dengan air yang dicampur ini adalah 60% :
40% ) untuk keperluan transportasi minyak ke bagian pengolahan
minyak selanjutnya.
pada alat – alat yan sedang bekerja. Alat ini sangat membantu operator
dalam mengontrol alat ataupun sistem di WTP.
2. Strainer
Strainer merupakan alat penyaring air sungai dari partikel-partikel
besar. Air sungai yang tersaring dari strainer ini mengalir melalui
line menuju clarified water tank.
8. Dearetor Tower
Deaerator tower merupakan proses terakhir di WTP, alat ini
berfungsi untuk menjernihkan air sebelum masuk ke pompa
transfer. Adanya pemisahan dengan menggunakan filter dan
memisahkan oksigen dengan cara water di jatuhkan.
51
9. Transfer Pump
Transfer pump merupakan pompa yang akan mendistribusikan air
dari water treatment plan ke perumahan dan water injection plan.
Terdapat 4 pompa transfer
3. Injection Pump
Berfungsi menaikan tekanan injeksi air setelah produce water dan
fresh water di campurkan. Tekanan aliran air yang awalnya 78-80
psi (setelah melewati pompa booster) dapat meningkat menjadi
1000 psi, sehingga air injeksi dapat mencapai target lapisan yang
akan diinjeksi.
53
E. Sumur Injeksi
Sumur injeksi merupakan bekas sumur produksi/sumur yang sudah
mati, sudah tidak menghasilkan minyak, atau membuat sumur baru
untuk injeksi. Sumur-sumur ini kemudian dimanfaatkan untuk water
injection ke dalam bumi. Karena pada prinsipnya air dan minyak tidak
akan dapat tercampur, maka diharapkan dengan adanya penginjeksian
ke dalam perut bumi ini minyak bumi yang masih terjebak akan
terdorong atau mengalir ke jalur sumur yang lain.
Air yang diinjeksikan sebagian merupakan air limbah hasil pemisahan
minyak yang sudah di treatment terlebih dahulu. Sehingga dengan
metode ini limbah hasil pemisahan minyak dan air (sludge) bisa dibuang
ke dalam perut bumi dan tidak menimbulkan pencemaran lingkungan.
4. Fuel Nozzel
Fuel nozzle yang digunakan adalah dual fuel nozzle untuk
menginjeksi bahan bakar berupa gas atau solar (jika gas campur
habis) ke dalam ruang bakar.
5. Turbine Section
Turbin section merupakan tempat terjadinya konversi energi
kinetik menjadi energi mekanik yang digunakan sebagai
penggerak compresor aksial dan perlengkapan lainnya. Dari daya
total yang dihasilkan kira-kira 60 % digunakan untuk memutar
kompresornya sendiri, dan sisanya digunakan untuk kerja yang
dibutuhkan.
6. Exhaust Section
Exhaust section adalah bagian akhir turbin gas yang berfungsi
sebagai saluran pembuangan panas sisa yang keluar dari turbin
gas
B. Gas Engine
Gas engine merupakan mesin pembakaran dalam (spark ingnition
combustion) yang menggunakan bahan bakar gas, dimana campuran
udara dan gas dikompresikan dan di nyalakan dengan busi. Ada
beberapa komponen utama dari gas engine sebagai berikut:
1. Fuel System
Fuel system merupakan sistem dimana bahan bakar masuk
kedalam engine dan digunakan untuk proses pembakaran.
2. Cooling System
Cooling system merupakan sistem pendinginan dimana di dalam
beroperasinya engine tentunya tidak lepas dari panas dan harus
di dinginkan. Dalam sistem air radiator masuk dipompakan oleh
water pump kemudian water coolant mengalir ke oil cooler untuk
mendinginkan oli kemudiam masuk ke water manifold melalui
coolant line kemudiam masuk ke engine block dan cylinder head,
setelah itu mengalir ke water manifold terus kembali ke radiator
untuk di dinginkan oleh udara luar dengan perantara fan.
58
Jadi sistem kerja gas engine yaitu pada saat stert awal engine running
awal, air motor stater mendapat pressure udara dari kompresor untuk
menggerakan flywheel. Flywheel kemudian meneruskan putaran untuk
menggerakkan crankshaft dan camshaft sehingga pada ruang bakar
piston bergerak dan terjadi siklus otto yang menghasilkan power dari
hasil pembakaran. Power ini kemudian menghasilkan gerakan putar.
1. Pelanggan (Costumer)
Pada sebagian besar industri Manufakturing, Pelanggan atau
customer merupakan mata rantai pertama yang memberikan
pesanan (order), terutama pada perusahaan yang berorientasi
OEM (Original Equipment Manufacturer). Pelanggan
memutuskan untuk membeli produk yang ditawarkan oleh
perusahaan yang bersangkutan dengan menghubungi
departemen penjualan (sales) perusahaan tersebut. Informasi
penting yang terdapat dalam pesanan tersebut diantaranya
seperti Tanggal Pengiriman Produk dan Jumlah yang diinginkan
untuk Produk yang dipesannya.
2. Perencanaan (Planning)
Setelah Pelanggan membuat pesanan yang diinginkannya,
departemen Perencanaan (Planning Dept) akan mempersiapkan
Perencanaan Produksi untuk memproduksi produk yang
dibutuhkan oleh Pelanggan. Pada tahap ini, Departemen
Perencanaan juga menyadari akan adanya kebutuhan terhadap
bahan mentah dan bahan-bahan pendukungnya.
63
3. Pembelian (Purchasing)
Setelah menerima Perencanaan Produksi, dalam hal ini adalah
kebutuhan terhadap bahan mentah dan bahan-bahan
pendukungnya, Departemen Pembelian atau Purchasing
Department akan melakukan pemesanan bahan mentah dan
bahan pendukungnya serta menetapkan tanggal penerimaan dan
jumlah yang dibutuhkan.
4. Persedian (Inventrory)
Bahan mentah dan bahan pendukung yang telah diterima oleh
pabrik akan diperiksa kualitas dan ketepatan jumlahnya
kemudian disimpan di dalam Gudang untuk kebutuhan produksi.
5. Produksi
Bagian Produksi akan menggunakan bahan mentah dan bahan
pendukung yang dipasok oleh pemasok tersebut untuk
melakukan proses produksi hingga menghasilkan barang jadi
yang dibutuhkan oleh pelanggan. Barang Jadi yang telah
diproduksi ini kemudian dimasukan ke gudang dan siap untuk
dikirimkan ke pelanggan sesuai dengan jadwal yang ditentukan.
6. Transportasi
Departement Pengiriman atau Shipping Department akan
mengatur waktu keberangkatan barang jadi (Finished Products)
yang di Gudang tersebut sesuai dengan jadwal yang diinginkan
oleh pelanggan
64
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1. Pembahasan
perforated pump joint (PPJ), cavin sand trap, massure screen, wire rope
screen. Untuk pencegahan korosi padat tubing maupun pipa flowline
biasanya menggunakan penginjeksian corrosion inhibitor.
Pengiriman minyak Tanjung menuju RU V Balikpapan menempuh
jarak kurang lebih sejauh 236 km dengan bantuan 2 Station Booster SB I-
Batu Butok dan SB II-Longikis menggunakan ukuran pipa 20” dan khusus
submarine line menggunkan pipa 16” dengan ketebalan 5/8“ sepanjang 4,4
Km melewati teluk Balikpapan dari Penajam sampai RU V Balikpapan,
sebelum masuk ke RU V Balikpapan minyak masuk ke DHP (Dehydration
Plant) untuk dipisahkan antara minyak dan air dikarenakan minyak berada
pada keadaan suspensi saat di kirim setelah terpisah maka minyak di alirkan
ke RU V Balikpapan.
Dengan biaya produksi US$ 40, minyak Tanjung Raya masih bisa
eksis dalam proses produksi dan penjualannya. Serta kandungan wax pada
minyak Tanjung memberikan nilai lebih dari segi komersilnya. Selain menjadi
produk perminyakan pada umunya, kandungan wax juga dapat diolah
menjadi produk bernilai jual baik dipasaran.
67
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan