Anda di halaman 1dari 26

Rangkuman Biograf

“H.O.S. Tjokroaminoto”

Dan

Autobiograf “Shinta Rizki


Wulandari”

SMA NEGERI 11 KAB.TANGERANG

Jln. K.H. Hasyim Ashari KM.1 Kec. Sepatan

Kab. Tangerang Kode Pos 15520


Biografi H.O.S. Tjokroaminoto

Ia di lahirkan dengan nama Raden Mas Oemar Said Tjokroaminoto yang


dikenal sebagai Haji Oemar Said (HOS) Tjokroaminoto (lahir di ponorogo, 16
Agustus 1883). Terlahir dari perpaduan keluarga priyayi yang religious.
Tjokroaminoto adalah anak kedua dari 12 bersaudara. Kakeknya, RM Adipati
Tjokronegoro adalah seorang bupati di ponorogo, jawa timur, sedangkan ayahnya,
Raden Mas Tjokroamiseno adalah wedana distrik kleco, madiun. Ia secara formal
tak pernah nyantri, sekolah ditempuhnya dengan system pendidikan barat. Karena
itu, ia menguasai bahasa inggris dan belanda.Didalam ensiklopedi islam disebutkan
bahwasannya HOS Tjokroaminoto lahir di Bukur, Madiun 16 Agustus 1882
Yogyakarta. Oemar Said Tjokroaminoto tak pernah meletakkan gelar raden di depan
namanya. Dibesarkan dalam tradisi keluarga priyayi, ia nasionalis dan sosialis yang
menjunjung nilai-nilai islam sekaligus. Kelak, murid-muridnya – Soekarno, Musso,
Kartosoewiryo – berpisah jalan. Pertarungan mereka kemudian, sebagaimana di
catat sejarah, amat mempengaruhi perjalanan Republik. Mampu “menyirep” ribuan
orang dengan pidato tanpa pengeras suara, pemerintah kolonial menjulukinya “Raja
tanpa Mahkota”.

Pendidikan H.O.S. Tjokroaminoto

Pendidikan dasarnya ditempuh di madiun, disekolah belanda.[4] Kemudian


pendidikan lanjutnya ia tempuh di OSVIA (opleiding school voor inlandsche
ambtenaren “sekolah pendidikan untuk pegawai pribumi”) di magelang (1902). Di
OSVIA, lama pendidikan adalah 5 tahun dan bahasa pengantarnya adalah bahasa
belanda. Sekolah ini tidak saja terbuka bagi anak-anak golongan priyai, tetapi
terbuka juga bagi anak-anak golongan biasa yang ingin memasuki dinas pengreh
praja.
Setelah lulus dari OSVIA, pada tahun 1902 sampai 1905 Tjokroaminoto
menjadi gurutulis patih di ngawi (jawa timur), kemudian menjadi patih (pejabat dalam
lingkungan pegawai negara pribumi), pembantu utama pada seorang bupati
(regent). Pada bulan september 1905 ia minta berhenti dari jabatan. Alasannya,
karena ia merasa tidak puas dalam kehidupan kepegawaian, tidak banyak
menggembirakan hati dan terus-menerus berjongkok dan menyembah.[6] tak lama
setelah ia menikah dengan Suharsikin, putri dari patih ponorogo. Lalu ia pindah ke
Surabaya dan bekerja di sebuah perusahaan swasta.Sambil bekerja, Tjokroaminoto
masih menyempatkan diri untuk mengikuti sekolah lanjutan di sore hari, yaitu di BAS
(Burgerlijke Avond School). Selain sebagai pegawai swasta, dirumahnya juga tjokro
menerima kos-kosan yang dikelola oleh istrinya. Diantara anak kosnya adalah
soekarno/bung karno, yang merupakan presiden pertama RI, ketika ia duduk di HBS
Surabaya. Belakangan, soekarna adalah salah satu kader di bidang politik, dan
pernah menjadi menantunya. Di mana Netty Utari, anak Tjokro adalah merupakan
istri pertama dari bung karno. Tepatnya Tahun 1916 pemuda soekarno menjadi salah
seorang anak indekosnya.

Sesudah menyelesaikan pendidikannya, HOS Tjokroaminoto mendapat


pekerjaan pada sebuah pabrik gula (1907-1912) dan menulis di harian bintang
surabaya. Di pabrik gula ini ia mula-mula magang sebagai masinis dan kemudian
diangkat sebagai ahli kimia. Namun pekerjaannya ditekuni hanya sampai bulan mei
1912, selanjutnya ia bekerja pada sebuah biro teknik disurabaya.
Bergabungnya HOS Tjokroaminoto pada organisasi sarekat islam. Dan peranan dia
dalam menangani Sarekat islam suatu keanehan sebenarnya bahwa tokoh kita ini
berkenalan dan masuk ke dalam Sarekat Islam bukan didorong oleh keyakinan yang
diharapkan dari seorang pejuang, melainkan lebih terletak pada soal kebetulan.
Waktu Sarekat(SI) didirikan dengan nama Sarekat Dagang Islam(SDI) pada tahun
1911 di surakarta, pimpinan berada ditangan K H. Samanhoeddhi.
Dalam pandangan Samanhoedhi SDI (Sarekat Dagang Islam) mestilah diperlebar
cakupannya, tak hanya mengurusi soal –soal dagang saja, tapi juga politik dan
dakwah. Ia menyadari bahwa kader yang bisa membawa kearah cita-cita tersebut
tidaklah banyak, belum lagi soal keberanian.Maka dicarilah orang yang berani dan
punya visi kedepan. Para pencari dan pemburu bakat disebar, telinga dipasang,
informasi di gali. Maka mereka pun mendengar, bahwa di Surabaya ada seorang
pribumi, yang dididik secara barat, namun mempunyai keberanian yang memadai.
Sebagai indikasi keberaniannya itu adalah, orang tersebut berani keluar sebagai
pegawai negeri, dengan alasan tak mau terus-menerus merunduk pada pemimpin
belanda. Maka orang tersebut adalah Tjokroaminoto yang mempunyai mata elang,
kumis melintang,bicara lantang,dan punya visi dan misi dalam perjuangan hidupnya.

Dalam periode inilah, tepatnya pada bulan mei 1912, Tjokroaminoto


berhubungan dengan beberapa wakil sarekat dagang islam surakarta-solo- yang
sengaja mendatanginya. Kontraknya yang masih berjalan dengan perusahaan biro
teknik Surabaya ditebus oleh pimpinan SDI (haji samanhoeddhi), agar ia dapat
memberikan seluruh tenaganya kepada perkumpulan yang baru itu. Ia kemudian
diminta untuk menyusun anggaran dasar (statuten) sarekat dagang islam (SDI) dan
duduk sebagai komisaris. Ketika itu ia dikenal dengan sikapnya yang radikal dan
menentang kebiasaan-kebiasaan yang berlaku bagi anak jajahan. Ia dikenal sebagai
seorang yang menuntut persamaan derajat dengan pihak mana pun juga, apakah
dengan seorang belanda atau dengan seorang pejabat pemerintah. Ia berkeinginan
untuk melihat sikap ini dimiliki oleh kawan sebangsanya terutama dalam
berhubungan dengan orang-orang asing. Ia mempunyai keberanian untuk duduk di
kursi sewaktu menemui seorang belanda atau seorang pejabat pemerintah. Ia
berkata kepada atasannya tanpa menundukkan muka ke bawah. Ia duduk diatas
kursi dengan meletakkan sebelah kakinya diatas kakinya yang lain. Semua ini
adalah soal-soal kecil tetapi pada masa itu dianggap pantang dilakukan.

Pada tanggal 10 september 1912 di tangan Tjokroaminoto SDI


(Sarekatdagang islam) mengubah namanya menjadi Sarekat Islam (SI). Ia lalu
mengubah haluan, menjadikan SI sebagai kumpulan umat islam yang hendak
menegakkan islam sebagai agama dan mengilmui islam. Maka, para anggotanya
pun tak semuanya para pedagang, tetapi dari semua unsur masyarakat. Saat itulah
SI merambah ke berbagai bidang kehidupan umat, tak hanya beredar disolo dan
jawa,tetapi juga melebar ke wilayah-wilayah luat jawa.Corak Da’wah HOS
Tjokroaminoto. Sebenarnya secara formal Tjokroaminoto tidak pernah nyantri,
sehingga pemahaman dia tentang agama islam sangatlah kurang, berdasarkan
referensi yang penulis baca dan temukan bahwasannya Tjokroaminoto secara tidak
langsung belajar Islam sewaktu dia bergabung dengan Sarekat Islam. Memang
Sikap atau corak yang dimiliki oleh Tjokroaminoto tentang keberaniannya tidak dapat
diragukan lagi. Dan dengan bekal keberaniannya inilah dia dikagumi oleh
masyarakat.
Tjokroaminoto adalah seorang demagoog yang bisa memainkan perasaan
dan tingkah laku pendengarnya. Hadirin akan bergantung dibibirnya apabila
mendengar ia berpidato; tanpa mike. Dan menjaga keseimbangan di antara mereka
yang berselisih pendapat adalah salah satu kelihaiannya.
Dapat disimpulkan bahwasannya Tjokroaminoto sangat pandai dan lihai dalam
berpidato, dan tidak kalah hebatnya tulisannya juga sangat banyak dalam berbagai
buku atau artikel, salah satunya yaitu fadjar Asia, yang banyak memuat artikel-artikel
Tjokroaminoto. Adapun karya monumental Tjokroaminoto yang sampai masa tahun
1950-an tidak dapat diubah adalah tafsir program asas dan program tandhim partai
syarikat islam Indonesia, diterbitkan oleh badan pekerja PSII (Partai sarekat islam
Indonesia) tahun 1954. Di dalamnya berisi tentang arah dan gerak perlawanan
partai, antara lain :

1. Bersandarkan kepada kebersihan tauhid


2. Bersandarkan kepada ilmu, dan
3. Bersandarkan kepada siyasah (politik) yang berkaitan dengan bangsa,
tumpah darah, dan menyatukan negeri-negeri berpenduduk muslim (dikenal
dengan pan islamisme). Semangat pan islamisme yang diusung oleh
Jamaluddin al-Afghani dari timur tengah itu merebak ke india dan Indonesia.

Dalam pendahuluannya, Tjokro menulis :

Pergerakan kita yang mula-mula bernama sarekat islam atau harus ditulis syarikat
islam, kemudian diganti dengan nama partai syarekat islam india- timur pada tahun
1927, dan akhirnya pada tahun 1930 diganti lagi dengan nama partai syarekat islam
Indonesia, sesungguhnya mulai menampak betul-betul sifat, maksud, dan tujuannya
ialah ketika sudah ditetapkan program –asasnya (beginsel-program) yang pertama-
tama dan program-pekerjaannya (program Van Actie) di dalam kongresnya pada
tahun 1917 dikota Jakarta (betawi), yang kemudian program-asas dan program-
pekerjaan itu diubah di dalam kongres di kota mataram (Yogyakarta) pada tahun
1920 dan akhirnya diubah lagi di dalam kongres di mataram pada tahun 1930, di
mana program-asas itu ditambah dalam dan luas pahamnya, dan program-
pekerjaan yang biasanya hanya berlaku buat beberapa tahun saja lamanya, diganti
dengan program-tandhim (program perlawanan), yang kekuatannya hampir sama
kekalnya sebagai program-asas, sedang buat selanjutnya di mana ada perlunya,
pada tiap-tiap kongres hendaknya ditetapkan suatu program-pekerjaan yang harus
dilakukan pada tahun berikutnya.

Pergerakan kita partai syarekat islam Indonesia yang maksudnya dikatakan dengan
singkat: akan menjalankan islam dengan seluas-luas dan sepenuh-penuhnya,
supaya kita bisa mendapat sesuatu dunia islam yang sejati dan bisa menurut
kehidupan muslim yang sesungguh-sungguhnya, nyatalah perlu sekali mempunyai
suatu program-asas dan suatu program-tandhim, yang harus menjadi dasar dan
pedoman bagi segala cita-cita yang kita tuju dan bagi segala perbuatan yang kita
lakukan untuk mencapai maksud itu.

Sungguh pun islam itu agama Allah dan ialah peraturan yang sempurna-
purnanya yang diberikan oleh Allah Ta’ala kepada manusia untuk mencapai
keselamatan di dunia dan akhirat, haruslah kita ingat, bahwa manusia itulah yang
membikin riwayatnya sendiri. Oleh karena itu, maka dalam usaha kita menuju
kehidupan muslim yang sesungguh-sungguhnya itu haruslah mengetahui sifat dan
keadaan-keadaan pergaulan hidup manusia, yang kita hidup di dalamnya sekarang
ini, dan dengan sejelas-jelasnya kita harus mengetahui kecelaan-kecelaan dan
kebusukan-kebusukannya, yang harus lenyap dan mesti dilenyapkan karena
menjadi sebabnya tidak bisa ada kehidupan muslim yang sesungguh-sungguhnya
sebagai yang kita harapkan, ataupun sedikitnya menjadi rintangan bagi usaha kita
akan mencapai kehidupan muslim yang demikian itu.

Dari kutipan diatas tampak jelas apa yang dicita-citakan oleh tjokroaminoto
dengan partai yang dibesarkannya itu. Itu pula sebabnya, mengapa ia mengganti
nama dari SDI menjadi partai syarikat islam Indonesia. Islam sebagai jalan hidup
adalah pilihan yang terus diperjuangkan oleh tjokroaminoto.
Dalam salah satu artikelnya yang bejudul “pemberi ingat dan penunjuk jalan kepada
umat islam” yang ditulis pada tahun 1930-an, tjokro memberi peringatan kepada
umat islam secara tandas, yakni, untuk mencapai kebahagiaan dan keselamatan di
dunia dan akhirat, maka hendaklah seseorang itu melaksanakan agamanya (Islam)
dan berilmu. “hanya dua perkara ini saja yang bisa menghindarkan dirimu dari
kerendahan derajat dan kesengsaraan.”

Sebagai seorang aktivis yang mengilhami banyak pejuang di tanah air,


tjokroaminoto juga berkiprah dan mendorong terbentuknya organisasi-organisasi
yang bersifat keilmuan. Ia, antara lain, mendorong didirikannya Indonesische Studie
Club (ISC) yang didirikan oleh Dr. Soetomo pada juli 1924 di Surabaya. Setahun
kemudian, bersama Haji Agus Salim, membidani Jong Islamieten Bond (JIB), yang
merupakan himpunan para mahasiswa dan pelajar islam agar tak lalai dengan
agamanya, meskipun sekolah atau kuliah dengan cara barat. JIB inilah yang
merupakan cikal bakal lahirnya para cendekiawan muslim di Indonesia. Dan
mengenai bersandar kepada siyasah (politik),setelah penerbitan buku itu perkataan
siyasah dipergunakan di kalangan para pejuang bangsa khususnya dan di dalam
bangsa Indonesia pada umumnya. pemakaiannya bergandenagan dengan
perkataan politik yang diwarisi dari bahasa belanda-yunani. Karya tulisnya yang lain
di antaranya adalah islam dan sosialisme (1924), tarikh agama (1954), dan
terjemahan al-qur’an ke dalam bahasa Indonesia.

Merebahkan diri pada islam

Provokasi Semaoen mengubah strategi Tjokroaminoto menjadi miita anti


belanda. Ia pun menggalang tentara kandjeng Nabi Muhammad. Sembilan hari para
peserta kongres sibuk berdebat mengaduk- aduk habis dan kitab-kitab rujukan.
Dijakarta, partai sarekat islam indonesia (PSII) kala itu memang sedang berkongres
yang ke-19 pada 3-13 maret 1933. Debat oni menindaklanjuti seruan Hadji Oemar
Said Tjokroaminoto, presiden dewan PSII, yang di lontarkan dua bulan sebelum
kongres. Bertajuk “seruan kepada ulama-ulama” intinya, para ulama di mintai
memperhatikan instruksi sang penanda tangan seruan itu,yang tidak lain
Tjikroaminoto sendiri.

Dalam buku H.O.S Tjokroaminoto : Hidup dan perdjuangannja (djilid II),


amelz, sang penulis, melampirkan naskah asli. Tampak jelas bahwa Tjokroaminoto
ingin membumikan perjuangan bersandar pada islam sebagai basis ideologi.”...
maka sangatlah pengharapan kita kepada ulama- ulama, terlebih lagi ulama-ulama
PSII sudi apalah kiranya suka menunjukkan kepada yang bertanda-tangan di bawah
ini rupa-rupa ‘hadits’ yang sahih, yang menyatakan atau menguraikan cara
kehidupan nabi kita.

Kongres ini punya makna penting. Sejarawan Anhar Gonggo, mengutip


cendekiawan Nurcholish Madjid, menyatakan kongres gerakan bentukan Tjokro ini
merupakan awal proses bangsa kita memasuki periode politik. Tjokro menjadikan
partai sebagai kendaraan untuk mengembalikan harga diri islam berhadapan
dengan koliniallisme Belanda. Sejak menjejakan kaki di wilayah Nusantara, belanda
memang kerap di pusingkan oleh aksi umat islam. Pemberontakan yang terjadi sejak
abad ke-17 hingga ke-19 selalu di motori kaum islam. Sebut saja perang padri di
minangkabau, perag diponegoro, atau perang Aceh.

Kehadiran Tjokro mengusup konsep islam membuat sarekat islam melaju


menjadi kekuatan politik ideologis. Ia mengidam-idamkan anak bumiputra berdiri
sejajar dengan pemerintah Hindia Belanda. Kegemilangan itu bertahan hingga 1916.
Dalam kongres Central Sarekat Islam (CSI) di Bandung pada tahun yang sama,
Tjokro menyatakan akan bekerja demi kemajuan rakyat Hindia di bawah Hidia
Belanda. Gerakan Tjokro sangat mendominasi perjuangan politik hingga 14 tahun
usia Sarekat Islam. Kongres Ke II Sarekat Islam Pada tanggal 23 Maret 1913,di
Surakarta Semaoen terpilih sebagai ketua dan Tjoro wakilnya. Posisi Semaoen
sebagai ketua sarekat islam semarang membawa SI sebagai organisasi yang
memiliki anggota cukup besar. Dalam waktu setahun 1916-1917, jumlah anggota
bergerak cepat, dari 1.700 menjadi 20 ribu orang.

Ketika pengaruhnya kian diperhitungkan, lewat indie weebaar, Semaoen


mengkritik keterlibatan SI dalam Volksraad. Di sinilah awal gerakan Tjokro dinilai
kurang gerang, meski masuknya SI ke lembaga perwakilan rakyat bentukan
pemerintah kolonial itu sejatinya merupakan strategi kooperatif sang tokoh untuk
melawan secara sistematis. Tentu saja posisi Tjokro sangat dilematis. Tetap
koorperatif denga pemerintah belanda atau membuat pola gerakan menjadi radikal.
Di sisi lain, Tjokro tak bisa memungkiri bahwa SI harus tetap tegak dan anti-Belanda.

Terusik oleh aksi-aksi semaoen, dalam kongres CSI yang berlangsung pada
1917 di Batavia, Tjokro berpidato dengan nada militan. Tak berhenti disitu, semaoen
terus menggalang aksi-aksi mogok. Operasi semaoen itu mengganggu gerakan
Tjokro, yang berusaha tetap kooperatif. Mulailah Tjokro Membangun aksi sosialistis
yang tidak hanya sebatas kata-kata. Dia melancarkan gerakan Djawa Dwipa, yang di
mulai dari surabaya, di bawah komando dua pemimpin Sarekat Islam, Tirtodanoedjo
dan Tjokrosoedarmo. Gerakan itu mengubah bahasa jawa tinggi (kromo) menjadi
bahasa jawa rendah (ngoko). Tjokro juga menggalang tentara kandjeng Nabi
Muhammad untuk mempertahankan kehormatan islam. Dia juga meminta dukungan
dari keturunan arab.

Aksi terus mengeras. Tjokro mulai mengambil alih gerakan radikal yang di
bangun semaoen di semarang. Ia pun menyerukan perjuangan ekonomi dengan
mengambil alih perserikatan pegawai pegadaian boemiputra. Dalam kongres CSI
1918, gerakan buruh resmi menjadi bidang utama aktivitas CSI. Perlawanan hindia
mulai terasa. Melihat Tjokro mulai garang, semaoen bersedia ikut dalam barisan
yang sama. Aksi-aksi radikal SI membuat pemerintah kolonial marah dan
menangkapi para tokoh CSI, termasuk Tjokroaminoto. Mereka di penjarakan.

Kemauan Tjokro mengubah haluan politik kooperatif menjadi radikal tidak


semata-mata dipengaruhi aksi semaoen. Menurut sejarawan Bonnie Triyana, Tjokro
memang tekun mempelajari semua aliran. Dia membaca karl marx, sekaligus terus
menggali dasar-dasar sosialisme islam. Gerakan tjokro membara di semua wilayah.
Lewat pidato, tulisan di berbagai media massa, dan buku-bukunya, dia terus
mengumandangkan garis perjuangannya, yakni sosialisme islam. Aksi-aksi
pendidikan dan peluasan intelektualitas dikerahkan. Tjokro jugalah yang mencetak
pidato pembelaan sukarno di pengadilan bandung.

Pada 1930-an, banyak berdiri sekolah Tjokroaminoto yang di bangun cabang-


cabang PSII di semua wilayah. Silabus dan kurikulumnya di dasari buku Moeslim
National Onderwijs yang dituliskan tjokro pada 1925. Dalam tulisan yang di muat di
sendjata pemoeda surat kabar pemuda PSII, tjokro menegaskan : keutamaan,
kebesaran, kemuliaan, dan keberanian bisa tercapai lewat ilmu tauhid, ilmu tentang
ketuhanan. Keyakinan itu terus dia tiupkan hingga kongres PSII pada tahun 1933 di
jakarta, setahun sebelum wafat. Tanda tangan Tjokro dalam seruan buat para ulama
itu menjadi bukti bahwa ia yakin dan setia untuk merebahkan diri pada islam kiri.

Penyelamat Sarekat Islam

Tjokroaminoto sendirian menyusun anggaran sarekat islam dan


memperjuangkan organisasi ini hingga ke tingkat nasional. Namanya lebih
menjulang ketimbang pendiri. Hampir seabad lalu peraturan itu di lahirkan dari
tangan H.O.S Tjokroaminoto. Di kediamannya, gang peneleh VII, surabaya, Tjokro
menyelesaikan anggaran sadar sarekat islam pada tanggal 10 september 1912.
Termaktub dalam 15 pasal, isinya terdiri atas penjelasan organisasi, tujuan, syarat
pembentukan, keanggotaan, stuktur, dan mekanisme rapat. Sejarawan A.P.E korver
mencatatnya dalam Sarekat islam gerakan ratu adil.

Tjokro menulis sendirian seluruh anggaran dasar sejarawan senior anhar


gonggong meyakini hal itu setelah dia mewawancarai resoramli, seorang tokoh
sarekat islam yang dekat dengan Tjokro. “Resoranli bilang anggaran sarekat di
sususn oleh Tjokro seorang”. Kata anhar kepada tempo.

Sejatinya Tjokro bukan pendiri sarekat islam. Kiai haji Samanhoedi-lah yang
menegakkan organisasi itu di rumahnya di surakarta pada 11 november 1911.
Penulis anggaran dasar saat itu seperti tertulis dalam disertasi Deliar Noer, “Gerakan
Modern Islam di Indonesia 1900 – 1942”, di universitas cornell-raden mas tirto adhi
soerjo. Tujuan sarekat mrelindungi para saudagar batik pribumi dari persaingan
dengan pedagang cina serta tekanan kaum ningrat solo.

Setelah anggaran dasar selesai, Tjokro meminta pemerintah Belanda


mengesahkannya dan mengakui organisasi ini berlaku nasional. Permintaan ini di
tolak. Tapi Belanda, seperti ditulis Deliar Noer, membuka kemungkinan berdirinya
organisasi sarekat yang bersifat lokal. Untuk sementara, usaha menasionalkan
sarekat belum berhasil. Pendirian sarekat islam tak terbendung. Kongres
pertamanya di surabaya, empat bulan setelah Tjokro menyusun anggaran dasar,
membagi wilayah organisasi menjadi tiga : jawa barat ( termasuk sumatera), jawa
tengah (hingga kalimantan), dan jawa timur (hingga kawasan timur indonesia).
Semua cabang sarekat berada di bawah pengawasan pengurus pusat di surakarta,
yang di ketuai samanhoedi. Deliar Noer menyatakan kepemimpinan samanhoedi
berbeda dengan Tjokroaminoto. Sejarawan Bonnie Triyana menilai salah satu
keunggulan Tjokro adalah sikapnya yang egaliter. Dia tak memandang usia, status,
atau jabatan.

Dibawah kepemimpinan Tjokro, ada perjuangan konsisten untuk membawa


sarekat ke latar nasional. Pada tanggal 18 Februari 1914, dalam pertemuan di
Yogyakarta, di bentuklah pengurus pusat sarekat. Tjokroaminoto menjadi ketua,
samanhoedi ketua kehormatan, dan Raden Gunawan, karib samanhoedi, menjadi
wakil ketua. Saat inilah kecerdikan sang ketua teruji. Kepengurusan Tjokro
membentuk Central Sarekat Islam. Organisasi ini di susun pada 26 juli 1915.
Strategi ini ternyata di makan oleh belanda tak sampai setahun, 18 maret 1916,
pemerintah belanda mengakui kepengurusan Central Sarekat Islam yang di pimpin
oleh Tjokro. Gebrakan lain muncul di kongres nasional pertama di Bandung pada
1916. Dalam pidatonya, Tjokro menegaskan posisi hubungan indonesia-belanda.

Dalam upaya membawa sarekat ke level nasional, kepengurusan Tjokro


merancang delapan program untuk semakin memperjuangankan hak rakyat. Salah
satunya penghapusan kerja paksa dan sistem izin bepergian yang bertujuan
membatasi gerak-gerik orang yang di anggap berbahaya. Dalam hal polotik, sarekat
menuntut berdirinya dewan daerah dan peluasan hak Volksraad atau dewan Rakyat.
Belakangan, Tjokro di pilih pemerintah belanda sebagai perwakilan sarekat dalam
volksraad. Nama lain adalah Abdoel Moeis, yang mewakili wilayah jakarta.

Dalam bidang pendidikan, sarekat menuntut penghapusan peraturan yang


mendiskriminasi penerimaan murid di sekolah. Juga pengadaan wajib belajar untuk
semua penduduk sampai usia lima belas tahun serta pemberian beasiswa bagi
pemuda indonesia untuk belajar di luar negeri. Dalam bidang agama, sarekat
mendesak penghapusan peraturan yang menghambat penyebaran islam,
pembayaran gaji kiai dan penghulu, serta pengakuan hari besar islam. Maka jadilah
sarekat islam kian memperjuangkan kepentingan rakyat dan umat islam khususnya.
Inila menurut Bonnie Triyana, makin meneguhkan dukungan terhadap sarekat.
Anggotanya di daerah semakin banyak. Sesuai dengan kehendak Tjokro, “Harus
ada pertisipasi lebih luas untuk rakyat jajahan,”kata Bonnie.

Bonnie dan Anhar menilai kemajuan Sarekat makin melekatkan organisasi itu
dengan Tjokroaminoto. Namanya bahkan lebih menjulang ketimbang samanhoedi,
sang pendiri. Di era jaya Sarekat Islam, Tjokro malah sempat di anggap Ratu Adil
oleh sejumlah kalangan. Mengutip Anhar :”Dia diterima seakan-akan sebagai
penyelamat dalam keadaan kritis.”

Kongres Sarekat Islam (SI) kedua di Yogyakarta pada april 1914 ibarat
lonceng yang menandai akhir kejayaan samanhoedi. Usaha batiknya mulai kurang
bersinar , wibawanya sebagai ketua banyak di gerogoti oleh tokoh baru yang dua
tahun sebelumnya direkrut sendiri dari surabaya: Oemar SaidnTjokroaminoto.
Kongres kedua ini berlangsung tepat pada saat Tjokro, yang ketika itu enjadi
wakil samanhoedi di komite pusat SI, sukses mengubah tata organisasi lebih dari 60
afdeling SI menjadi SI lokal dalam waktu tak sampai setahun. Perubahan itu di
perlukan sebagai akibat dari keputusan pemerintah Hindia Belanda pada 30 juni
1913, yang menolak mengakui anggaran dasar organisasi itu sebagai perkumpulan
di level nasional. Dominasi Tjokroaminoto setelah kongres kedua ini bertahan dalam
masa perang dunia 1 hingga 1917. Pada saat bersamaan, pengaruh dan percepatan
pertumbuhan keanggotaan organisasi mengalami kemandekan. Banyak yang tidak
puas dengan cara Tjokro yang bergerak di dalam batas-batas yang di inginkan
pemerintah melalui Rinkes. Takashi memberikan contoh ketika CSI tak memberikan
pembelaannya kepada Said Aboebaakr, ketua SI Lasem, yang di tangkap setelah
memimpin perlawanan terhadap aturan baru sewa tanah di karesidenan Rembang.
Waktu itu Tjokro memang mengirim sosrokardono debagai wakil sekretaris ke lasem.
Tapi, alih-alih memprotes penangkapan said, utusan ini hana memohon kepada
residen rembang agar SI lasem tidak di larang lantaran ulah ketuanya.

Pesona pidato Tjokro, yang di awal-awal pertumbunhan SI seperti menyihir


dan menyedot banyak orang, kini di rasakan tak lagi memiliki greget.

Tapi Tjokro terus saja berkeliling jawa, walau hasilnya kurang memuaskan. Dari
pertengahan 1915 sampai akhir 1916, hanya 11 SI lokal yang dapat didirikan. Itu pun
sebenarnya perkembangan semu. Sebab, seiring dengan munculnya SI lokal baru,
banyak SI lokal lama yang mulai layu. Januari 1916, vergadering pertama di gelar
dan CSI sempalan ini di maklumkan. Duduk sebagai ketua adalah samanhoedi
sedangkan Goenawan sebagai sekretaris merangkap bendahara. Selain SI Batavia,
hadir dalam vergadering itu antara lain utusan SI Benkulen (Bengkulu) dan
kutabumi, lampung.

Perlawanan Goenawan yang disokong samanhoedi dihadapi Tjokro dengan


mengangkat Ardiwinata dari SI Batavia sebagai bendahara. Maksudnya agar setoran
uang dari SI-SI lokal sumatera bisa langsung berada di bawah pengawasannya. Tapi
upaya ini tak efektif karena Ardiwinata tak mampu menandingi pengaruh Goenawan.
Cara kedua adalah dengan melobi SI palembang yang makmur agar tak bergabung
dengan para penentangnya. Pukulan telak yang akhirnya menghentikan pamor dan
posisi Goenawan datang dari Tjipto Mangoenkusumo, salah satu pemimpin Indische
Partij yang bergabung di SI Bandung. Tjipto membeberkan penyelewengan uang
organisasi oleh Goenawan sebanyak 60 ribu gulden dalam salah satu edisi
Sarotomo. Kekalahan semakin lengkap setelah pada maret 1916 pemerintah Hindia
Belanda mengakui CSI pimpinan Tjokro secara hukum. Lalu, dalam kongres SI di
Bandung pada Juli, Tjokro yang kembali dipilih sebagai ketua menunjuk Abdoel
Moeis, yang berasal dari Bukittinggi dan mewakili SI Bandung.

Ironisnya cara-cara Tjipto dalam menghantarkan Goenawan ini pula yang di


pakai oleh kelompok SI Merah/komunis pimpinan samaoen dan darsono untuk
menyerang Tjokro saat mereka bertikai pada oktober 1920. Melalui tiga edisi harian
sinar hindia, Darsono membeberkan pemborosan uang organisasi oleh Tjokro dan
pembelian perhiasan untuk istrinya keduanya yang di nilai berlebihan.

Diungkap pula skandal fulus lainnya, yakni pinjaman 2000 gulden uang
pribadi Tjokro kepada sarekat dengan jaminan mobil SI seharga 3000 gulden, yang
di beli oleh Tjokro sebagai bendaharaan untuk kepentingan sendiri sebagai ketua.
Meski tak berlangsung lama, serangan terhadap reputasi personal ini sempat
membuat kepemimpinan juga pamor Tjokro goyah.

Di rumah Tjokroaminoto di Gang Peneleh VII, Surabaya, pemuda Sukarno, Musso,


Alimin,Semaoen, dan Kartosoewirjo di tempa. Akhirnya bersimpang jalan dengan
sang mentor. Sukarno hanyalah remaja yang gemetar saat berangkat ke Surabaya
meninggalkan kotanya, orang tuanya, kakaknya, dan teman-temannya. Dia, yang
kala itu baru berumur 15 tahun, dikirim ayahnya, Soekemi Sosrodiharjo, bersekolah
di Hogere Burger School. Soekemi menitipkannya kepala Oemar Said
Tjokroaminoto.

Sebagai ketua umum sarekat islam, Tjokro hanya digaji ala kadarnya.
Rumahnya, kata sukarno, berada di tengah-tengah perkampungan padat, hanya
beberapa puluh meter dari kali Mas yang membelah kota Surabaya. Di rumah yang
tak seberapa luas itu, Tjokro tinggal bersama istrinya, Soeharsikin, dan lima anaknya
– Oetari, Oetarjo Anwar, Harsono, Islamiyah, dan Sujud Ahmad. Sepeninggal
Tjokroaminoto pada 1934, rumah di Gang peneleh itu berulang kali berpindah
tangan kepemilikan dan sempat hilang jejak. Setelah istrinya meninggal pada 1921,
Tjokroaminoto pindah dari peneleh ke kampung plampitan,tak jauh dari rumah
pertama. Di plampitan pun dia hanya bertahan beberapa tahun. Pada tahun 1926,
Tjokro sekeluarga boyongan ke Kedung Jati, Grobogan, Jawa tengah.”Raja Jawa
Tanpa Mahkota” itu meninggal dan di makamkan di Yogyakarta.

Rumah di peneleh ini sempat di tempati Wali kota Surabaya R Soekotjo. Dari
Soekotjo, rumah itu beralih lagi kepada Soenarjo. Baru pada september 1996, Wali
kota Surabaya menetapkan rumah di Gang Peneleh itu sebagai bangunan cagar
budaya.

Tjokro jarang makan di luar rumah meski semua jenis makanan dia suka. Tak
sembarangan menerima tamu.” Badannya sedikit kurus, tapi matanya bersinar.
Kumisnya melentik ke atas. Badannya tegak dan sikapnya penuh keagungan,
sehingga, walaupun beliau tidak memperdulikan lagi titel raden mas yang tersunting
di hadapan namanya, namun masuknya ke dalam madjelis tetap membawa
kebesaran dan kehormatan.” Ini kata-kata Hamka tentang kesan yang dia dapat saat
“berguru” kepada H.O.S Tjokroaminoto di Yogyakarta pada 1924. Dalam pengantar
untuk buku amelz yang berjudul H.O.S Tjokroaminoto :hidup dan
perjuangannya,Hamka bercerita dia sengaja memalsukan umumnya – dari 17
menjadi 18 tahun agar bisa masuk Sarekat Islam saat itu, soalnya hanya anggota SI
yang boleh mengikuti kursus agama dua kali seminggu dalam kelas Tjokro. Ketika
itu, Hamka baru datang dari Sumatera dan tinggal bersama pamannya, Dja’far
Amarullah, dan marah intan, saudagar sekampungnya yang telah lama berdagang di
Yogyakarta.

Cerita Hamka menggambarkan sekelumit keseharian Tjokro di Jogyakarta.


Keluarga Tjokro menetap di Surabaya, tapi Yogyakarta boleh dibilang “rumah”
keduanya. Sepanjang keterlibatannya dengan SI, dia selalu mampir Yogyakarta,
membangun jaringan dan mengajar. Aktivis partai Sarekat Islam Indonesia (PSII),
Ismail Djaelani dia datang ke Yogyakarta pada 1950an dan sempat bertemu dengan
beberapa sahabat Tjokro mengatakan Tjokro menetap selama dua periode di kota
ini. Pertama, pada 1913-1915,dia tinggal di jalan jagalan, yang masuk kawasan
pakualam. Kedua, pada 1930 hingga meninggal pada 1934, dikampung jogonegoro.

Tjokro datang ke Yogyakarta setelah kongres SI di solo pada 1913. Tak ada
catatan jelas mengapa Tjokro memilih tinggal di Yogyakarta. Padahal, seperti yang
di tulis A.P.E. korver dalam bukunya, Sarekat Islam Gerakan Ratu Adil?, SI tak
punya banyak anggota di Jogyakarta. Mungkin karena di sana kala itu sudah ada
Muhammadiyah dan Boedi Oetomo, tapi Ismail, yang kini mengajar sejarah
pemikiran Tjokro di Universitas Cokroaminoto Yogyakarta, menduga Tjokro tinggal di
Yogyakarta karena ingin menggalang dukungan untuk menghadang gerak Alimin,
Darsono, dan Semaoen cs di Semarang, yang mau memerahkan SI. Di Yogyakarta
inilah Tjokro merekrut Abdoel Moeis, Agus salim, dan Ahmad dahlan, yang kemudian
juga jadi pengurus SI. Ada juga A.M. Sangaji dari Maluku, Kartosoewirjo, dan
Muhammad Roem. Meski lama di Yogyakarta, Tjokro tak punya rumah sendiri di
kota ini. Kebutuhan sehari-harinya pun seluruhnya ditanggung anggota SI.

Tempo mendatangi rumah-rumah yang konon pernah di tinggali Tjokro, yang


sekaligus menjadi kantor, serta ruang khusus islam dan sosialisme. Adapun rumah
yang ditinggali Tjokro sejak 1930 hingga dia meninggal terletak di jalan jogonegoro,
sebelah barat jalam Malioboro. Pemilik pertamanya Kanjeng Raden Tumenggung
Jogonegoro. Ibu Hamengku Buwono IX kabarnya pernah menempati rumah itu.
Banyak yang bilang, saat Mirza Wali Ahmad Baig berada di Yogyakarta, Tjokro
sering menemui dia untuk berdiskusi. Soebajigo I.N dalam buku Harsono
Tjokroaminoto Mengikuti Jejak Perjuangan Sang Ayah menulis Tjokro dekat dengan
Mirza karena ingin memperdalam bahasa inggris dan literatur islam.

Menurut Soebagijo, Harsono, anak ketiga Tjokro, bisa belajar ke india


lantaran di biayai seorang hartawan india yang tertarik pada gerakan PSII. Setelah
istrinya meninggal, Tjokro menikah lagi dengan wanita Yogyakarta, Rostinah. Dalam
obituari pada 18 Desember 1934, Pewarta Soerabaja menulis istri kedua Tjokro
adalah artis sebuah kelompok wayang orang. Cerita Resoramli, seperti di tuturkan
ulang oleh Ismail, Tjokro bertemu dengan istri keduanya di Pakualaman. Dia
pesinden asli Yogyakarta. Tapi mereka tidak di karuniai anak.

Sakit ginjal dan maag kronis akhirnya merenggut hidup Tjokro pada 17
desember 1934. Tjokro menghembuskan napas terakhir di pangkuan Roesramli,
yang menungguinya bersama Jumarin kader PSII yang asli padang dan Rostinah,
dia kemudian di makamkan di pemakaman umum Kuncen, Kampung Pakuncen,
Kecamatan Wirobrajan, Kota Yogyakarta merombar central sarekat islam. Semua
pemimpin SI surakarta dari masa Rekso Roemekso dihabisi, kecuali Abdoelfatah,
bendahara SI sebelumnya, yang pada periode kali ini diberi jabatan komirasis.
Jabatan ketua kehormatan yang disandang Samanhoedi sama sekali tak ada
artinya.

Kursi yang lowong diberikan kepada muka-muka baru: Achmad Sjazili dari SI
madura, Djojosoediro (malang), Soerjodipoetro (bondowoso), dan Soerjopranoto
(wonosobo). Mereka berada di kubu Tjokro ketika ia dan samanhoedi mulai
berselisih. Tak lama setelahTjokrosoedarmo bergabung dengan Tjokroaminoto,
Adiwidjojo, achmad, sosrokardono, dan Brotosoehardjo menyusul. Adiwidjojo diberi
jabatan sekretaris Jenderal setia Oesaha, sekaligus sekretaris SI surabaya. Di SI
pusat, ia menjabat ketuaa departemen jawa timur. Achmad, teman sekelah Tjokro di
OSVIA magelang, dijadikan ketua SI surabaya pada pertengahan 1913. Setelah
menjabat ketua, Tjokro benar-benar merombak Central Sarekat Islam. Semua
pemimpin SI Surakarta dari masa Rekso Roemekso dihabisi, kecuali Abdoelfatah,
bendahara SI sebelumnya, yang pada periode kali ini diberi jabatan komisaris.
Jabatan ketua kehormatan yang disandang Samanhoedi sama sekali tak ada
artinya.

Cerita Tjokro meningkirkan “musuh-musuh”nya bukan kali itu saja. Takashi


Shiraishi mencatat dalam bukunya, zaman bergerak, delapan bulan sebelum
kongres, pada Agustus 1913, ia memaksa Hasan ali soerati mundur dari setia
Oesaha- perusahaan patungan para pedagang Arab yang separuh modalnya, 25
ribu, dari kantong Soerati. Tjokro membeli saham perusahaan itu, di modali
pedagang arab yang anti-Soerati. Dengan saham mayoritas, ia menjadi direktur. Tak
lama setelah Tjokrosoedarmo bergabung dengan Tjokroaminoto, Adiwidjojo,
Achmad, Sosrokardono, dan Brotosoehardjo menyusul. Achmad, teman sekelas
Tjokro di OSVIA Magelang, dijadikan ketua SI Surabaya pada pertengahan 1913.

Sosrokardono juga tetap menjadi salah satu tangan kanan Tjokro hingga
bertahun-tahun kemudian. Sebelum kongres di Yogyakarta, Tjokro mengutusnya
untuk mengawasi afdeling-afdeling SI di Pekalongan dan Sukaraja. Ini pula cara dia
menggerus pengaruh Samanhoedi di Jawa tengan. Untuk memastikan
Brotosoehardjo sebagai redaktur. Nepotisme ini bukannya tak pernah dipersoalkan.
Tondokoesoemo dan Sosrokoernio, ketua dan wakil ketua SI Surabaya, sekali waktu
menanyakan masalah ini. Merasa terganggu, Tjokro dan orang-orangnya balik
menyerang mereka dalam setiap rapat. Belakangan, keduanya bahkan dituduh
menggelapkan uang organisasi. Mereka dicopot dan dipindahkan ke Surakarta.

Setahun sebelum wafat, Tjokro juga menyingkirkan Soekiman dan


Soerjopranoto, anggota senior SI yang menudingnya menyelewengkan uang
Persatuan Pegawai Pegadaian Hindia, Serikat buruh yang mereka ikuti. Alih-alih
menyangkal tudingan, Tjokro malah menekan kongres SI yang telah berubah
menjadi Partai Sarekat Islam Indonesia untuk memecat mereka.

Setahun sebelum wafat, Tjokro juga menyingkirkan menudingnya


menyeleweng uang persatuan pegawai pegadaian Hindia, serikat buruh yang
mereka ikuti. Alih-alih yang telah berubah menjadi partai serekat islam Indonesia
untuk memecat mereka. Tak ada dokumen tertulis, tapi diyakini dia banyak
terinspirasi ajaran ahmadiyah. Tahun 1928 partai serekat islam di ambang
perpecahan. Majelis ulama organisasi ini sampai harus menyelanggarakan kongres
dua kali dalam setahun. Salah satu pemicunya adalh niat hadji Oemar Said
Tjokroaminoto menerjemahkan tafsir AL-quran yang fenomenal, The holy quran,
karya maulana muhammad ali, tokoh dan pendiri ahmadiyah lahore.

Kongres pertama berlangsung di pakualaman, Yogyakarta, 26-29 januari


1928. Sejak dibuka , suasan langsung panas. Mr. A.k. pringgodigdo, dalam bukunya
sejarah pergerakan rakyat indonesia, mengisahkan bahwa para ulama SI menilai
kitab yang diterjemahkan Tjokro merupakan saduran dari tafsir ahmadiyah lahore.
Menurut Mulyono, jejak ketertarikan Tjokro pada ahmadiyah memang tak bisa
ditemukan dalam bentuk dokumen. Termasuk kabar bahwa Tjokro merupakan orang
pertama Indonesia yang dibaitkan menjadi anggota Ahmadiyah Lahore.

Dari beberapa Pemikiran Tjokro, yang sebagian dipengaruhi oleh ajaran


ahmadiyah, kemudian dia tularkan kepada salah satu anak didiknya, sukarno. Ketika
bekas menantunya itu ditahan belanda di Ende, flores, Tjokro mengiriminya buku
ahmadiyah, antara lain the holy quran, mohammad the proohet dari mohammad ali,
Inleiding tot de studie van den heiligen qoeran juga dari mohammad ali, dan het
evangelie van den daad dari khawadja kamaloedin. Tjokro juga dikenal dekat
dengan Mirza Wali Ahmad Baiq, yang menetap di Indonesia hingga 1937. Dia tinggal
di rumah Haji Hilal di jalan Gerjen, tak jauh dari rumah sakit PKU Muhammadiyah,
Yogyakarta. Haji Hilal adalah menantu KH Ahmad Dahlan dan penguasa batik paling
kaya di kawasan Kauman masa itu.

Sukarno menjadi penyesap pertama paham sosialisme-Islam Tjokro.


Memutuskan pernikahan karena bersimpang ideologi. Vakansi sukarno berubah jadi
malapetaka. Siswa Hogere Burger School Surabaya ini sedang pulang ke rumah
ayahnya di Blitar pada 1 Mei 1919, ketika Gunung Kelud meletus. Hari itu ia sedang
nglencer ke seorang teman sekelas di Desa Wlingi. Pemuda Sukarno tak sadar, dari
beranda rumahnya seseorang juga merasa lega memperhatikan kedatangannya.
Dialah Oemar Said Tjokroaminoto, bapak kosnya di Surabaya. Menurut Raden
Sukemi, ayah Sukarno, Tjokro harus menyetir mobil penuh untuk mencapai Blitar
guna memastikan keselamatan Sukarno. Sukarno waktu itu masih bernama Kusno
Sosrodihardjo menjadi anak kos istimewa di rumah Tjokro di Gang Peneleh VII,
Surabaya.

Sukarno mendapat perhatian lebih dari keluarga Tjokro karena ia anak


sahabat dekat keluarga itu. Secara khusus Raden Soekemi menitipkan hidup dan
pendidikan anak keduanya itu kepada Tjokro. Tjokro yang saat itu berusia 33 tahun,
sudah menjadi Ketua Sarekat Islam, Organisasi pergerakan dengan 2,5 juta
anggota. Hanya itu pekerjaan Tjokro. Menurut sejarawan Universitas Indonesia
Anhar Gonggong yang sempat mewawancarai aktivitas Sarekat Islam, Tjokro tak
terlalu hirau pada intonasi. Pidatonya lurus dan to the point. Dimata Sukarno, Tjokro
seorang yang kaku. Ia bukan tipe lelaki yang hangat kepada anak-anak. Tapi, diam-
diam Sukarno memujanya karena dari Tjokro ia belajar tentang dunia.

Waktu yang disukai Sukarno adalah sesuai makan malam. Selain anak kos,
ke rumah Tjokro juga kerap bertamu tokoh pergerakaan masa itu, anata lain alimin
dan Musso. Dari obrolan meja makan itu Sukarno kemudian paham kenapa Tjokro
mendirikan Sarekat Islam dan kenapa Alimin bersusah payah menyatukan buruh
dan tani dalam perkumpulan-perkumpulan. Tjokto dengan sabar dan tekun
menerangkan pentingnya aktivitas politik dan mencurahkan seluruh pengetahuannya
tentang pelbagai macam ideologi. Kehangatan rumah Tjokro di Peneleh terhenti
ketika pada 1921 Soehaesikin, istrinya meninggal. Tjokro kerap menyendiri dan
murung. Anak-anaknya yang masih kecil jadi tak terurus.
Suatu kali adik Tjokro, Poerwadi Tjokrosoedirdjo, Bupati Bojonegoro datang
bertamu. Ia menemui sukarno dan memintanya menjadi menantu kakaknya agar
Tjokro tak lagi murung. Sukarno hendak dijodohkan dengan Siti Oetari. Benar saja
ketika Sukarno mendatanginya dan mengajukan lamaran, Tjokro begitu gembira.
Sukarno-Oetari pun menikah. Sejak itu Sukarno seolah menjadi bayangan
mertuanya. Jika Tjokro absen dalam rapat-rapat Sarekat Islam, Sukarno yang
datang menggantikan. Jika Tjokro tak sempat menulis artikel untuk disiarkan
Oetoesan Hindia, sukarno yang tampil.

Tjokroaminoto menyingkirkan lawan-lawan politiknya. Ambisius dan


bertangan besi. Setelah menjabat ketua. Tjokro pernah hendak dibunuh mertuanya
rela meninggalkan pekerjaan dan gelar ninggratnya. Bentrok tak terhindarkan antara
Tjokroaminoto dan mertuanya wakil bupati ponorogo Raden Mas Mangoensoemo.
Dengan hati gundah,Tjokroaminoto meninggalkan rumah sang mertua menuju
semarang. Padahal istrinya Soeharsikin,tengah mengandung anak pertama.
Peristiwa menyedihkan itu terjadi pada tengah tahun 1905.

Tjokroaminoto mengambil keputusan tegas tersebut karena ia tidak setuju


dengan sikap-sikap yang dianut mertuanya. Menurut pakar sejarah Anhar
Gonggong. Tjokro yang mendapat pendidikan modern itu menggangap Raden
Mangoensoemo begitu kolot. Tjokro menganggap Raden Mangoensoemo terlalu
menghamba kepada penjajah.

Menurut Haryono Sigit,cucu Tjokro, kepada tempo, perselisihan keduanaya


pecah dipicu keputusan Tjokro berhenti sebagai birokrtat : jugu tulis patih ngawi
tindakan Tjokro kontan membuat mangoensoemo berang.Tjokro tak lama di
semarang. Sepekan kemudian,ia pindah kesurabaya. Tinggal di jalan peneleh,Tjokro
bergabung dengan firma Kooy dan Co.diperusahaan dagang ini dia menempati
bagian administrasi. Di surabaya inilah setahun kemudian dia mendengar
istrinyamelahirkan.Tjokro memutuskan pulang ke ponorogo. Kehadiran cucu
perempuan,Oetari,agaknya meluluhkan hati sang mertua

Selama dua tahun sejak 1907, dia menempuh pendidikan di Burgerlijeke


Avond School, semacam kursus tenisi. Pada 1910, Tjokro keluar dari firma. Ia
merasa makin kurang tertantang jika terus bergelut dengan dunia administrasi.
Dengan kalian barunya, Tjokro bekerja di pabrik gula rogo jampi, yang terletak di tepi
kota surabaya, sebagai teknisi. Pada awal 1912, ia berkerja pada sebuah biroteknik
di surabaya

Untuk menopang kehidupan keluarga, Tjokro membuka kos-kosan yang


dikelola istrinya. Di antara pelajaran yang tinggal di situ, ada Sukarno, Sekarmadji
Maridjan Kartosoewirjo, dan musso. Tahun itu Tjokro mulai aktif menulis kolom di
beberapa surat kabar, seperti harian Bintang Soeradbaja, mengungkap
pendapatnya, tentang cara memajukan bangsa.Karena tulisanya, nama
Tjokroaminoto mulai dikelal luas. Pada mei 1912, datang utusan SI pinpinan Haji
Saman hoedi. Namanya masuk daftar pemburu bakat yang disebar sarikat islam.
Dia dianggap pri bumi yang dididik secara barat tapi punya keberanian memadai.
Indikasinya, Tjokro berani sebagai pegawai negeri dengan alasan tak mau terus-
menurus merunduk kepada pemimpin belanda.

Dulu, dipekarangan berfondasi tadi berdiri berumah Raden Tjokroamiseno,


orang tua Tjokroaminoto. Dia lahir pada 16 agustus 1882. Ditanah ini pula Tjokro
mengenyam pendidikan dasar. Karena tabiatnya, ia beberapa kali habis pindah
sekolah. Namun, bekat kecerdasanya Tjokro berhasil menyelesaikan sekolah rakyat.
Setelah itu, dia dikirim ke magelang meneruskan belajar di Opleiding school voor in
land scheambtenaren(OSVIA) pada 1902. Ini merupakan sekolah pendidikan
pegawai pri bumi. Di OSVIA, lama pendidikanya lima tahun dengan belanda sebagi
bahasa pengantar

Setelah lulus dari OSVIA,sesuai jalur pendidikanya Tjokro menjadi juru tulis
dikepatihan ngawi. Tahun-tahun itu ia dinikahkan dengan Soeharsikin. Iantaran hati
tidak nyaman dengan tradisi di rokrasi seperti perintah jongkok dan menyembah, ia
undur diri pada 1905. Inilah letupan yang memecahkan hubungan dengan
mertuantya tadi.

Pemberontakan Tjokroaminoto terhadap gaya feodalistis jawa kemudian


mendapat ruang besar di SI. Apalagi ketika dia ditunjuk sebagai wakil ketua. Gelar
raden mas ia diganti dengan Hadji Oemar Said atau H.O.S.pada maret 1914.
Pemberontakan budaya ini dituangkan dalam sinar de jawa, harian semarang.
Tjokro rutin menuangkan ide disurat kabar. Gaya tulisanya ditiru soekarno.Ancaman
kelaparan mengusik pikiran Tjokro. Tjokro meminta perwakilan SI di jawa dan
madura menghela konferensi luar biasa membahas persoalan ini. Seruan itu tertulis
pada halaman pertama Oetoesan Hindia terbitan 18 maret 1918 dengan judul
”Central SI dan perkara kekoerangan Makanan “Inilah surat kabar syariat islam.
Diterbitkan pertamam kali pada desember 1912 di surabaya,Oetoesan Hindia
merupakan corong bagi pergerakan organisasi tersebut,seperti halnya Indische
Partij memiliki De Expres.

Dari atas mimbar Tjokroaminoto menyihir ribuan orang .gaya orasinya ditiru
bung karno. Kemunculanya meredakan riuh puluhan ribu peserta kongres SI di
surabaya, 26 januari 1913. Tjokro ahli pidato. Bicaranya lempeng, lurus, dan tegas.
Ia menguasai bahasa belanda,inggris, jawa, dan melayu. Peneliti Amelz dalam
Tjokroaminoto:Hidup dan perjuangannya mengatakan Tjokro memiliki suara
menggeledek, penuh keyakinan. Menurut Anhar gonggong, Sukarno meniru gaya
pidato Tjokroaminoto. Sukarno memang rajin mengamati teknik orasi ketua SI itu.
Anhar pengankuan dari anggota sarekat islam, Resoramli, yang pernah melihat
pidato Tjokro.dalam beberapa pidato, Tjokro membaca teks, tapi daya pikatnya tak
pudar. “kalo dia sudah bicara, tak ada orang bersuara,”kata Anhar.

Salah satu orang yang pernah berguru pada Tjokro adalah Haji Abdul Malik
Karim amrullah, biasa disapa Hamka. Ketika berusia 18 tahun, Hamk belajar kepada
Tjokro dalam kursus bagi anggota pemula dalam Sarekat Islam. Bagi kalangan
intelektual minangkabau, Tjokroaminoto bukan nama yang asing. Selama mengajar
Hamka dan kawan-kawan, Tjokro selalu meminta ruangan luas. Tjokro tak mau
terikat mimbar sempit. Ia menerangkan berbagai hal sosialisme dalam islam dan
keadaan politik dalam negeri. Hamka menilai Tjokro sebagai orator dan agitator
yang layak di tempat lebih besar, bukan hanya di ruangan kelas. “suaranya lantang
besar, memancar dari sinar jiwa dan sanubarinya,”kata Hamka.Tjokro pandai
menabuh gamelan. Sejak kecil ia menyukai tari jawa – kesenian wajib di sekolah
pegawai negeri pribumi OSVIA. Tjokro juga tertarik pada wayang.

Memimpin Sarekat Islam, Tjokroaminoto di kelilingi pengikut-pengikut setia.


Dianggap jelmaan Ratu Adil. Kuburan besar itu tampak mencolok dengan batu
penutup makan yang menyatu dengan nisan berbahan marmer putih. Lambang
Sarekat Islam dan tulisan “Pahlawan Islam Jang oetama” menjadi pembuka identitas
orang di semanyamkan di sana : H.O.S. Tjokroaminoto, 10 ramadan 1353. Lokasi
makam Tjokrominoto berada di dalam kompleks pemakaman keluarga seluas 15 X
20 meter persegi di tempat pemakaman umum kuncen, di kampung pakuncen,
wirobrajan,Yogyakarta. Makam megah untuk Tjokroaminoto untuk di hormati. Pada
1919, Sarekat Islam memiliki 2,5 juta pengikut yang umumnya muslim jawa yang
memadukan islam dan kejawen. Oleh umatnya, Tjokro dianggap juru selamat.

Di puncak popularitasnya Tjokro kerap di panggil Heru-Tjokro. Nama yang


pernah di sematkan pada pangeran diponegoro. Gelar lengkap diponegoro adalah
sultan abdul hamid herucakra kabirul mukminin sayidin panatagama kalifatul rasul
tanah jawa. Haji Agoes Salim, pemimpin sarekat islam lainnya, memberikan
kesaksian tentang Tjokroaminoto yang di eluh-eluhkan pengikutnya. Dalam sarekat
islam gerakan ratu adil? Karangan A.P.E. Korver, pada 1999 Agus salim
menceritakan suasana kongres Sarekat Islam di Situbondo Jawa Timur.

Dikultuskan pendukungnya, Tjokro merasa tak nyaman. Dalam kongres


sarekat islam di bandung 1916, Tjokro berpidato yang intinya menolak dianggap ratu
adil. “Walaupun hati kita penuh dengan harapan dan hasrat yang agung, kita tidak
boleh bermimpi akan datangnya seorang Ratu Adil atau keadaan-keadaan lainnya
yang mustahil.” Penolakan ini tak serta merta menghentikan kekaguman para
pengikut sarekat islam. Rasa takjub mereka semakin menjadi-jadi saat tersiar kabar
Tjokro bermimpi bertemu dengan Nabi. Dalam buku H.O.S. Tjokrominoto : Hidup
dan perjuangannja karya Amelz pada 1952, di ceritakan suatu hari Tjokroaminoto
sakit keras hingga tak sadarkan diri. Tak ada tabib yang mampu mengobati. Pada
suatu malam, saat terbaring lemah, sekonyongan-konyong Tjokroaminoto membaca
bacaan Al-Qur’an dengan fasih. Kesokan harinya. Ajaibnya, penyakit Tjokroaminoto
berangsur-angsur berkurang. Di sel-sela masa penyembuhan, dia meminta A.M.
Sangadji, salah satu orang dekatnya, menuliskan pengalaman itu. Kepada Sangadji,
dia mengatakan telah diberi pelajaran membaca beberapa ayat Al-Qur’an oleh
Rasulullah.

Tjokroaminoto sakit-sakitan sejak lahir 1933. Sesuai kongres Banjarnegara,


kongres Banjarnegara, dia dinasihati para rekannya supaya beristirahat dan
mengurangi aktivitas. Namun Tjokroaminoto tak mengindahkan. Pada Desember
1934 kesehatannya memburuk, dia lumpuh. Senin Kliwon, 10 Ramadan 1353 H,
atau 17 Desember 1934, Tjokroaminoto menghembuskan napas terakhir di
pangkuan aktivis partai Sarekat, Resoramli. Tentang kematian itu, Sukarno menulis
surat duka kepada mantan istrinya, Oetari, anak pertama Tjokroaminoto. Kepergian
tjokroaminoto membawa perpecahan di tubuh PSII. Ini menunjukkan bahwa
tjokroaminoto adalah faktor pemersatu. Semangat pan islamismenya memang telah
membawanya selalu mencari titik temu, bukan titik beda. Karena kondisi social
politik saat itu. Dan rupanya, tjokroaminoto tak sempat menyiapkan kader-kadernya
untuk memimpin PSII sebagaimana yang ia cita-citakan.

Autobiografi Shinta Rizki Wulandari


Nama lengkap saya Shinta rizki wulandari. Saya biasa dipanggil Shinta. Saya lahir di
Klaten, 20 November 1998. Saya adalah anak pertama dari 2 bersaudara. Ayah
saya bernama Rochani dan ibu saya bernama Supini. Ayah saya bekerja sebagai
karyawan swasta di salah satu perusahaan swasta. Sedangkan ibu saya merupakan
seorang ibu rumah tangga. Saya juga mempunyai adik laki laki yang bernama
Muhammad rafli nursyabana,jarak umur kami terpaut 7 tahun,kini adik saya sedang
menduduki kelas 5 sekolah dasar. Keluarga kami bertempat tinggal di perum
permata sepatan blok f2 no. 20 Rt 09 Rw 06.

Hobi saya membaca. Saya gemar membaca novel yang bersifat lelucon,
seperti novel karya Raditya Dika, berenang, bermain volly, dan menggambar. Saya
sangat suka menggambar, kegiatan ini selalu saya lakukan di waktu senggang.

Ketika saya masih berusia 3,5 tahun,saya mulai memasuki jenjang


pendidikan,yaitu di Taman pendidikan Al-Qur’an “AL-MUTAQIEN”. yang berada di
daerah jakarta barat. Karena sudah diajarkan membaca sejak umur 3 tahun, saat
masuk TK, saya sudah tidak kesulitan lagi untuk belajar membaca karena saya
sudah lancar membaca tanpa mengeja. Setelah saya menempuh pendidikan di TPA
selama 2 tahun, prestasi di TPA saya sudah mendapatkan peringkat 3. Walaupun
bukan sekolah formal tetapi di TPA tersebut sudah ada sistem pembagian peringkat
yang akan memacu semangat para muridnya. Dan saya juga pernah diikutsertakan
di berbagai lomba seperti, mewarnai kaligrafi dan merangkai huruf hijaiyah. Dan
pada waktu itu saya mendapatkan juara 2 lomba mewarnai kaligrafi. Selama 1
tahun lamanya, saya berhenti dari TPA.

Dan pada umur 5,5 tahun Saya melanjutkan pendidikan di TK AL-


MUTAQIEN. Prestasi saya pada saat itu, selama setahun saya mendapatkan
peringkat pertama. Di TK tersebut setiap ada ajang lomba saya selalu di
ikutsertakan, seperti mewarnai, menari, membaca puisi dan lain-lain. Pada tahun
2004 saya tamat dari TK tersebut.

Pada umur 6 tahun 8 bulan, kemudian saya melanjutkan ke jenjang yang


lebih tinggi yaitu di SDN SEMANAN 01 PAGI, saya bersekolah di sana hanya
sampai kelas 1 SD. Ketika kenaikan kelas 2 kami sekeluarga memutuskan untuk
pindah ke sepatan.Disini saya melanjutkan sekolah saya di SDN SARAKAN 3 yang
tidak jauh dari tempat tinggal saya sekarang. saya mendapat juara kelas bertahan
dari kelas 2 sampai kelas 6 selalu mendapat juara kelas pertama. Ketika saya SD,
saya mulai mengikuti eksul pramuka dan voly, di pramuka saya dipercayakan untuk
menjadi seorang ketua regu dan untuk ekskul voly banyak penghargaan yang saya
dapat ketika menang melawan dalam pertandingan antar sekolah, karena pada saat
grup voly SD saya ingin menuju tingkat kabupaten saya memutusakn untuk berhenti
dari ekskul itu karena ingin fokus pada UN. Saya lulus dari SD itu pada tahun 2015
dengan nem yang cukup memuaskan. Saya selesai pada tahun ajaran 2011/2012
jenjang SD dan mendapatkan ijazah.

Saya melanjutkan ke jenjang selanjutnya yaitu di SMP, Saat SMP Saya


bersekolah di SMP Negeri 1 Sepatan, yang berada di Jalan Raya Mauk, tepatnya
berjarak ± 2 Km dari tempat tinggal saya. Di smp tersebut selama 3 tahun saya
selalu mendapatkan peringkat pertama namun pada saat saya kelas 9 peringkat
saya menurun menjadi peringkat ke 2, dan saya juga mendapatkan juara umum,
Tapi tidak selalu yang pertama. Ketika SMP saya juga pernah diberi tanggungjawab
untuk mengikuti OSN dibidang IPS. ketika SMP saya mengikuti ekskul pramuka,
ketika ada lomba pramuka grup saya mendapatkan pringkat ke dua dalam lomba
tersebut. Setelah 3 tahun lamanya besekolah di smp tersebut pada tahun 2014 saya
lulus dengan NA yang lumayan bagus. Setelah 3 tahun tepatnya pada 2014/2015
saya menyelesaikan pendidikan di SMP dan saya mendapatkan ijazah SMP.
Selanjutnya Saya melanjutkan ke jenjang sekolah menengah atas di SMAN
11 KAB.TANGERANG. Pada tahun 2015 saya di terima di SMA tersebut. Awalnya
saya ingin sekali masuk kelas akselerasi yang sekolahnya hanya 2 tahun, tetapi
mungkin allah tidak menghendakinya, karena hasil tes iq saya kurang untuk bisa
masuk kelas tersebut. dan Allah menggantikannya dengan kelas yang baik yaitu
ketika pengumuman pembagian kelas nama saya tercantum dikelas 10 ipa 1, kelas
yang luar biasa menurut saya. Pada saat itu kami belajar menggunakan sistem k13
karena banyak yang tidak suka menggunakan k13 akhirnya diganti. kamipun
berpisah kelasnya ketika naik kelas 11. Saya masuk ke kelas 11 ipa 2 yang
merupakan kelas pengayaan. Kelas yang menjadi motivasi saya untuk selalu
berusaha lebih dan lebih. Pada saat saya kelas 10, saya mengikuti ekskul pramuka,
banyak sekali pengalaman yang saya dapat dari ekskul tersebut. Tetapi pada kelas
11 ini, saya tidak mengikuti ekskul dikarenakan tugas yang banyak sehingga takut
tidak bisa membagi waktu antara tugas dengan eskul. Sejauh ini saya masih
bertahan dengan mendapatkan peringkat pertama. Cita-cita saya ingin menjadi
seorang Dokter. Rencana saya setelah lulus dari Sekolah Menengah Pertama yaitu
bisa menjadi mahasiswa di Universitas Negeri Sebelas Maret dan mengambil
Fakultas Kedokteran. Ya kalau bisa saya ingin menjadi seorang dokter di jepang
Karena saya termotivasasi oleh om saya, karena beliau merupakan salah satu
perawat di sana. Ketika beliau pulang dari jepang,beliau suka bercerita-cerita
tentang pengalamannya selama menjadi perawat dijepang dan dari itu saya ingin
sekali pergi ke Jepang dan semoga semua cita-cita saya tercapai dengan mudah
aamiin yarobbal alamin.

Anda mungkin juga menyukai