Anda di halaman 1dari 135

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat-Nya sehingga
buku Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017 dapat diselesaikan.
Buku Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017 ini dapat diselesaikan
berkat bantuan banyak pihak yang terlibat di dalamnya khususnya dalam pengisian
data-data yang diperlukan dalam profil ini. Sumber data dalam penyusunan buku profil
ini dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kalimantan Tengah, BKKBN Provinsi Kalimantan
Tengah, Biro pemerintahan Setda Provinsi Kalimantan Tengah dan Buku Profil
Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2017 serta data dari bidang-bidang di Lingkungan
Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah.
Hasil Pembangunan kesehatan pada tahun 2017 di Provinsi Kalimantan Tengah
menunjukan hasil yang cukup bagus. Namun beberapa indikator MDGs dan Renstra
yang belum mencapai target seperti AKI, AKB dan AKABA, prevalensi masalah gizi serta
penanganan masalah TB, Malaria dan HIV/AIDS. Selain itu masalah penyehatan
lingkungan seperti rumah sehat, MTBS, sumber air minum yang layak perlu
mendapatkan perhatian yang serius dari semua komponen yang terlibat, hal ini
mengindikasikan perlu adanya kerja keras dari semua pemangku kebijakan di bidang
kesehatan.
Buku Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017 ini bertujuan m-
emberikan informasi dan gambaran tentang derajat kesehatan dan upaya kesehatan
serta hasil-hasil yang telah dicapai dalam pembangunan kesehatan kabupaten/kota di
Provinsi Kalimantan Tengah berdasarkan gender yang tergambar dalam data tabel,
grafik, peta dan indikator dan Standar Pelayanan Minimal (SPM). Data kesehatan yang
terpilah menurut jenis kelamin dapat dijadikan data pembuka wawasan yang dapat
menggambarkan kondisi, kebutuhan dan persoalan yang dihadapi laki-laki dan
perempuan terkait dengan akses, partisipasi, kontrol dan manfaat dalam pembangunan
bidang kesehatan. Data yang responsif gender ini juga akan membantu dalam proses
penyusunan rencana dan penganggaran program pembangunan kesehatan di pusat
dan daerah.
Buku Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017 ini disajikan
dalam bentuk cetakan dan soft copy (CD) serta dapat diunduh di website

i Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017


www.dinkeskalteng.go.id Semoga publikasi ini dapat berguna bagi semua pihak, baik -
pemerintah, organisasi profesi, akademisi, sektor swasta dan masyarakat serta
berkontribusi secara positif bagi pembangunan kesehatan di Indonesia. Kritik dan saran
kami harapkan sebagai penyempurnaan profil yang akan datang.
Kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam penyusunan buku ini,
oleh karena ini saran, kritik serta masukan pemikiran sangat kami harapkan guna
meningkatkan kualitas Profil Kesehatan Kalimantan Tengah di masa mendatang.
Kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan buku profil ini,
diucapkan terima kasih. Harapan kami, semoga profil ini dapat bermanfaat bagi
khalayak yang memerlukan informasi dan dapat dipergunakan sebagai salah satu
bahan acuan untuk mendukung perencanaan kesehatan yang berdasarkan fakta
(evidance based) serta bahan masukan dalam penyusunan kebijakan program maupun
pengambilan keputusan.
Palangka Raya, Agustus 2018

Plt. Kepala Dinas Kesehatan


Provinsi Kalimantan Tengah

Drg. Yayu Indriaty, Sp.KGA


Pembina Tk. I
NIP. 19710927 200003 2 003

ii Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017


DAFTAR ISI

1. KATA PENGANTAR i
2. DAFTAR ISI iii
3. DAFTAR GAMBAR Vi
4. DAFTAR TABEL ix
5. BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Sistematika Penyajian 3
6. BAB II GAMBARAN UMUM PROVINSI KALIMANTAN TENGAH 5
A. Keadaan Geografis 5
B. Kependudukan 8
C. Pendidikan 9
7. BAB III SARANA KESEHATAN DAN JAMINAN KESEHATAN 11
A. Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) 11
B. Rumah Sakit 16
1. Jumlah dan Jenis Rumah Sakit 16
2. Rasio Jumlah Tempat Tidur di Rumah Sakit 17
C. Sarana Kefarmasian Dan Alat Kesehatan 17
1. Sarana Produksi dan Distribusi Sediaan Farmasi dan Alat 17
Kesehatan
2. Ketersediaan Obat dan Vaksin 19
D. Sarana Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat 20
1. Posyandu menurut Strata 20
2. Pos Kesehatan Desa 21
3. Desa Siaga 22
E. Cakupan Jaminan Kesehatan Penduduk 23
F. Pemanfaatan Sarana Puskesmas dan Rumah Sakit 24
1. Jumlah Kunjungan Rawat Jalan, Rawat Inap di Sarana 24
Pelayanan Kesehatan
2. Angka Kematian Umum Penderita Yang Dirawat di 25
RS/Gross Death Rate (GDR)
3. Angka Kematian Penderita Yang Dirawat < 48 Jam / Net 26
Death Rate (NDR)
4. Pemakaian Tempat Tidur/Bed Occupancy Rate (BOR) 26
5. Rata-rata Lama Rawat Seorang Pasien/Average Length of 27
Stay (ALOS)
6. Rata-rata Hari Tempat Tidur Tidak Ditempati / Turn Of 27
Interval (TOI)
8. BAB IV PEMBIAYAAN KESEHATAN 28

iii Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017


9. BAB V KESEHATAN IBU DAN ANAK 31
A. Kesehatan Ibu 31
1. Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil 32
2. Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan 36
3. Cakupan Pelayanan Nifas 39
4. Cakupan Pemberian Vitamin A pada Ibu Nifas 40
5. Persentase Ibu Hamil yang Mendapatkan Tablet Fe 41
6. Cakupan Komplikasi Kebidanan yang Ditangani 42
7. Angka Kematian Ibu (AKI) 43
8. Pelayanan Keluarga Berencana 45
B. Kesehatan Anak 49
1. Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) 50
2. Penanganan Komplikasi Neonatal 51
3. Kunjungan Neonatus 53
4. Jumlah Bayi Yang Diberi ASI Ekslusif 55
5. Pelayanan Kesehatan Bayi 56
6. Imunisasi 57
7. Cakupan Pemberian Vitamin A pada Bayi 62
8. Cakupan Pemberian Vitamin A pada Anak Balita 63
9. Cakupan Penimbangan Baduta di Posyandu (D/S) 64
10. Pelayanan Kesehatan Anak Balita 66
11. Penjaringan Kesehatan Pada Siswa SD dan Setingkat 67
12. Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut 69
13. Pelayanan Kesehataan Usia Lanjut 72
14. Angka Kematian Bayi (AKB) 72
C. Status Gizi 74
1. Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan 75
2. Balita Bawah Garis Merah (BGM) 77
10. BAB VI PENGENDALIAN PENYAKIT DAN PENYEHATAN 79
LINGKUNGAN
A. Pengendalian Penyakit 79
1. Penyakit Menular 79
2. Penyakit Tidak Menular 96
B. Kesehatan Lingkungan 100
1. Persentase Rumah Sehat 101
2. Penduduk Yang Memiliki Akses Air Minum Yang Layak 102
3. Penduduk yang Memiliki Akses Sanitasi Layak (jamban 105
sehat)
4. Desa Yang Melaksanakan Sanitasi Total Berbasis 107
Masyarakat
5. Persentase Tempat-tempat Umum Yang Memenuhi 109
Syarat Kesehatan
C. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat 110
11. BAB VII TENAGA KESEHATAN 112
A. Jumlah Tenaga Kesehatan 113
1. Tenaga Kesehatan di Puskesmas 113
2. Tenaga Kesehatan di Rumah Sakit 114

iv Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017


B. Rasio Tenaga Kesehatan 115
1. Dokter spesialis 115
2. Dokter Umum 116
3. Dokter Gigi 116
4. Bidan 116
5. Perawat 116
6. Apoteker 117
7. Sarjana Kesehatan Masyarakat 117
8. Tenaga Sanitarian 117
9. Tenaga Gizi 117
10.Keterapian Fisik 118
11.Keterapian Medis 118

12. BAB VII PENUTUP 119


13. LAMPIRAN

v Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017


DAFTAR GAMBAR

1 Gambar 2.1 Peta Provinsi Kalimantan Tengah 7


2 Gambar 2.2 Persentase Ijazah Tertinggi yang Diperoleh Penduduk 10
Berumur 10 Tahun keatas Provinsi Kalimantan Tengah
Tahun 2017
3 Gambar 3.1 Jumlah Puskesmas Tahun 2009 – 2017 13

4 Gambar 3.2 Rasio Puskesmas Per 30.000 Penduduk Di Provinsi 14


Kalimantan Tengah Tahun 2017
5 Gambar 3.3 Jumlah Puskesmas Rawat Inap dan Non Rawat Inap 15
Tahun 2011 – 2017 Di Provinsi Kalimantan Tengah Tahun
2017
6 Gambar 3.4 Jumlah Poskesdes dan Desa/Kelurahan di Provinsi 22
Kalimantan Tengah Tahun 2017
7 Gambar 3.5 Distribusi Desa/Kelurahan dan Desa Siaga di Provinsi 23
Kalimantan Tengah Tahun 2017
8 Gambar 5.1 Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4 Tahun 2017 Per 33
Kabupaten Kota di Provinsi Kalimantan Tengah
9 Gambar 5.2 Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K1 Tahun 2017 Per 32
Kabupaten Kota di Provinsi Kalimantan Tengah
10 Gambar 5.3 Cakupan Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil K1 Dan K4 Di 35
Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2008 – 2017
11 Gambar 5.4 Cakupan Pertolongan Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan 37
Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2010 – 2017
12 Gambar 5.5 Cakupan Linakes tahun 2017 di Kabupaten Kota di Provinsi 38
Kalimantan Tengah
13 Gambar 5.6 Cakupan Pemberian Vitamin A pada ibu nifas di Provinsi 41
Kalimantan tahun 2010 – 2017
14 Gambar 5.7 Persentase Ibu Hamil yang Mendapatkan Tablet Fe di 42
Provinsi Kalimantan tahun 2010 – 2017
15. Gambar 5.8 Cakupan Komplikasi Kebidanan Yang Ditangani di Provinsi 43
Kalimantan tahun 2010 – 2017
16 Gambar 5.9 Jumlah Kematian Ibu Maternal di Provinsi Kalimantan 45
Tengah tahun 2008 – 2017
17. Gambar 5.10 Persentase Pemakaian Kontrasepsi Peserta KB Baru 47
Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017
18 Gambar 5.11 Persentase Peserta KB Aktif Menurut Kabupaten/Kota di 48
Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017
19 Gambar 5.12 Cakupan Peserta KB Aktif Provinsi Kalimantan Tengah 49
Tahun 2009 – 2017
20 Gambar 5.13 Perkembangan Kasus BBLR Di Provinsi Kalimantan Tengah 51
Tahun 2008 s.d 2017
21 Gambar 5.14 Cakupan Penanganan Komplikasi Neonatal Menurut 52
Kabupaten/ Kota Tahun 2017
22 Gambar 5.15 Cakupan Kunjungan Neonatal Pertama (KN1) Menurut 53

vi Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017


Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017
23 Gambar 5.16 Cakupan Kunjungan Neonatal Lengkap Menurut 54
Kabupaten/Kota Tahun 2017
24 Gambar 5.17 Jumlah Bayi Yang Diberi ASI Ekslusif Pada Tahun 2017 di 55
Provinsi Kalimantan Tengah
25 Gambar 5.18 Cakupan Pelayanan Kesehatan Bayi Pada Tahun 2017 di 57
Provinsi Kalimantan Tengah
26 Gambar 5.19 Cakupan Desa/Kelurahan UCI Menurut Kabupaten/Kota 59
Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017
27 Gambar 5.20 Perkembangan Cakupan Desa/Kelurahan Universal Child 60
Immunization (UCI) 2010 – 2017
28 Gambar 5.21 Persentase Cakupan Imunisasi Campak Provinsi 61
Kalimantan Tengah Tahun 2017
29 Gambar 5.22 Persentase Cakupan Imunisasi Dasar Lengkap Provinsi 62
Kalimantan Tengah Tahun 2017
30 Gambar 5.23 Cakupan Pemberian Kapsul Vit. A pada Balita di Provinsi 64
Kalimantan Tengah Tahun 2010–2017
31 Gambar 5.24 Persentase Baduta di timbang D/S Tahun 2017 di Provinsi 65
Kalimantan Tengah
32 Gambar 5.25 Cakupan Pelayanan Kesehatan Anak Balita Menurut 67
Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Tahun 2017
33 Gambar 5.26 Cakupan Sekolah Dasar/Setingkat Yang Melaksanakan 69
Penjaringan Siswa SD/Setingkat Kelas 1 Menurut
Kabupaten/Kota Tahun 2017
34 Gambar 5.27 Trend Cakupan Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di 70
Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2010-2017
35 Gambar 5.28 Tren data angka kematian bayi (AKB) Provinsi Kalimantan 73
Tengah 2003 – 2017 Berdasarkan SDKI dan SUPAS 2017
36 Gambar 5.29 Jumlah Kasus Kematian Bayi di Kalimantan Tengah Tahun 74
2017
37 Gambar 5.30 Cakupan balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan tahun 76
2010 – 2017
38 Gambar 5.31 Balita dengan Berat Badan di Bawah Garis Merah (BGM) 78
Tahun 2017 di Provinsi Kalimantan Tengah
39 Gambar 6.1 Proporsi Pasien Baru BTA Positif Diantara Semua Kasus TB 80
Di Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017
40 Gambar 6.2 Proporsi Pasien Baru TB Paru Terkonfirmasi Laboratorium 81
Diantara Terduga TB Di Provinsi Kalimantan Tengah
tahun 2017
41 Gambar 6.3 Angka CNR Kasus Baru TB BTA+ dan CNR Seluruh Kasus 82
TB Per 100.000 Penduduk di Provinsi Kalimantan Tengah
Tahun 2011 – 2017
42 Gambar 6.4 Angka Keberhasilan Pengobatan Pasien Tuberkulosis di 83
Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2012 – 2017
43 Gambar 6.5 Angka Keberhasilan Pengobatan (Succes Rate) TB Paru 83
Per Kabupaten/Kota Di Provinsi Kalimantan Tengah Tahun
2017

vii Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017


44 Gambar 6.6 Perkembangan Jumlah Kasus HIV Positif dan Kasus AIDS 85
di Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2011 - 2017
45 Gambar 6.7 Proporsi Penderita AIDS Menurut Jenis Kelamin Tahun 85
2017 Di Provinsi Kalimantan Tengah
46 Gambar 6.8 Proporsi Penderita AIDS Menurut Kelompok Umur Tahun 86
2017 di Provinsi Kalimantan Tengah
47 Gambar 6.9 Jumlah Penderita Pnemonia Balita Provinsi Kalimantan 87
Tengah Tahun 2011 – 2017
48 Gambar 6.10 Persentase Kasus Diare yang Ditangani di Fasilitas 88
Pelayanan Kesehatan Dasar Di Provinsi Kalimantan
Tengah Tahun 2017
49 Gambar 6.11 Incidence Rate Kasus DBD di Provinsi Kalimantan Tengah 94
Tahun 2017
50 Gambar 6.12 Angka Kesakitan Malaria (Annual Paracite Incidence/API) 95
Per 1.000 Penduduk Berisiko di Provinsi Kalimantan
Tengah Tahun 2008 – 2017
51 Gambar 6.13 Situasi Rabies di Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2011 96
– 2017
52 Gambar 6.14 Persentase Rumah Sehat Menurut Kabupaten/Kota di 101
Provinsi Kalinatan Tengah Tahun 2017
53 Gambar 6.15 Jumlah Penduduk dengan Akses Berkelanjutan Terhadap 102
Air Minum Berkualitas di Provinsi Kalimantan Tengah
tahun 2017
54 Gambar 6.16 Persentase Penduduk dengan Akses Berkelanjutan 103
Terhadap Air Minum Berkualitas Per Kabupaten/Kota di
Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2017
55 Gambar 6.17 Persentase Kualitas Air Minum Di Penyelenggaraan Air 104
Minum Syarat Kesehatan Per Kabupaten/Kota Di Provinsi
Kalimantan Tengah Tahun 2017
56 Gambar 6.18 Jumlah Penduduk yang Memiliki Akses Sanitasi Layak 106
(jamban sehat) Berdasarkan Jenis Sarana Jamban Per
Kabupaten/Kota Tahun 2017
57 Gambar 6.19 Persentase Penduduk dengan Akses Sanitasi Layak 107
(Jamban Sehat) Per Kabupaten Kota di Provinsi
Kalimantan Tengah tahun 2017
58 Gambar 6.20 Jumlah Desa Melaksanakan STBM Per Kabupaten Kota Di 108
Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017
59 Gambar 6.21 Trend Persentase Rumah Tangga Ber-PHBS Provinsi 110
KalimantanTengah Tahun 2009 s/d 2017
60 Gambar 6.22 Persentase Rumah Tangga Ber-PHBS Provinsi 111
KalimantanTengah Tahun 2017

viii Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017


DAFTAR TABEL

1 Tabel 2.1 Tabel 1. Wilayah Fisiografi di Provinsi Kalimantan Tengah 6


2 Tabel 2.2 Nama Kabupaten/Kota, Ibukota, dan Luas Kabupaten/Kota di 7
Provinsi Kalimantan Tengah.
3 Tabel 2.3 Jumlah Penduduk, Rasio Jenis Kelamin dan Kepadatan 8
Penduduk Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan
Tengah 2017
4 Tabel 6.1 Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu) Dan Puskesmas 97
dengan Pelayanan PTM Di Provinsi Kalimantan Tengah
Tahun 2017
5 Tabel 6.2 Produk Hukum Tentang Kawasan Tanpa Rokok Provinsi 98
Kalimantan Tengah

ix Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017


DAFTAR LAMPIRAN

1 Resume Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun


2017
2 Tabel 1 Luas Wilayah, Jumlah Desa/Kelurahan, Jumlah Penduduk,
Jumlah Rumah Tangga, Dan Kepadatan Penduduk Menurut
Kecamatan Kabupatenn/Kota Provinsi Kalimantan Tengah
Tahun 2017
3 Tabel 2 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Dan kelompok Umur
Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017
4 Tabel 3 Penduduk Berumur 10 Tahun Ke Atas Yang Melek Huruf dan
Ijazah Tertinggi Yang Diperoleh Menurut Jenis Kelamin
Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017
5 Tabel 4 Jumlah Kelahiran Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan Dan
Puskesmas Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah
Tahun 2017
6 Tabel 5 Jumlah Kematian Neonatal, Bayi, Dan Balita Menurut Jenis
Kelamin, Kecamatan Dan Puskesmas Kabupaten/Kota Provinsi
Kalimantan Tengah Tahun 2017
7 Tabel 6 Jumlah Kematian Ibu Menurut Kelompok Umur, Kecamatan
Dan Puskesmas Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah
Tahun 2017
8 Tabel 7 Kasus TB, Kasus TB Pada Anak, Dan Case Notification Rate
(CNR) Per 100.000 Penduduk Menurut Jenis Kelamin,
Kecamatan, Dan Puskesmas Kabupatebn/Kota Provinsi
Kalimantan Tengah Tahun 2017
9 Tabel 8 Jumlah Kasus Dan Angka Penemuan Kasus TB Paru TBA+
Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan Dan Puskesmas
Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017
10 Tabel 9 Angka Kesembuhan Dan Pengobatan Lengkap TB Paru BTA+
Serta Keberhasilan Pengobatan Menurut Jenis Kelamin,
Kecamatan Dan Puskesmas Kabupaten/kota Provinsi
Kalimantan Tengah Tahun 2017
10 Tabel 10 Penemuan Kasus Pneumonia Balita Menurut Jenis Kelamin,
Kecamatan Dan Puskesmas Kabupaten/Kota Provinsi
Kalimantan Tengah Tahun 2017
11 Tabel 11 Jumlah Kasus HIV, AIDS, Dan Syphilis Menurut Jenis Kelamin
kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017
12 Tabel 12 Persentase Donor Darah di Skrining Terhadap HIV Menurut
Jenis Kelamin Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah
Tahun 2017
13 Tabel 13 Kasus Diare Yang Ditangani Menurut Jenis Kelamin,
Kecamatan Dan Puskesmas Kabupaten/Kota Provinsi
Kalimantan Tengah Tahun 2017

x Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017


14 Tabel 14 Kasus Baru Kusta Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan Dan
Puskesmas Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah
Tahun 2017
15 Tabel 15 Kasus Baru Kusta 0-14 Tahun dan Cacat Tingkat 2 Menurut
Jenis Kelamin, Kecamatan Dan Puskesmas Kabupaten/Kota
Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017
16 Tabel 16 Jumlah Kasus Dan Angka Prevalensi Penyakit Kusta Menurut
Tipe/Jenis, Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas
Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017
17 Tabel 17 Persentase Penderita Kusta Selesai Berobat (Release From
Treatment/RFT) Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan Dan
Puskesmas Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah
Tahun 2017
18 Tabel 18 Jumlah Kasus AFP (Non Polio) Menurut Kecamatan Dan
Puskesmas Provinsi Kalimantan Tengah 2017
19 Tabel 19 Jumlah Kasus Penyakit Dapat Dicegah Dengan Imunisasi
(PD3I) Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan Dan Puskesmas
Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017
20 Tabel 20 Jumlah Kasus Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan
Imunisasi (PD3I) Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan Dan
Puskesmas Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah 2017
21 Tabel 21 Jumlah Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) Menurut Jenis
Kelamin, Kecamatan Dan Puskesmas Kabupaten/Kota Provinsi
Kalimantan Tengah Tahun 2017
22 Tabel 22 Kesakitan Dan Kematian Akibat Malaria Menurut Jenis
Kelamin, Kecamatan Dan Puskesmas Kabupaten/Kota Provinsi
Kalimantan Tengah Tahun 2017
23 Tabel 23 Penderita Filariasis Ditangani Menurut Jenis Kelamin,
Kecamatan Dan Puskesmas Kabupaten/Kota Provinsi
Kalimantan Tengah Tahun 2017
24 Tabel 23 Jumlah Kasus DBD Menurut Jenis Kelamin Dan
Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017
25 Tabel 24 Pengukuran Tekanan darah Penduduk ≥ 18 Tahun Menurut
Jenis Kelamin, Kecamatan Dan Puskesmas Kabupaten/Kota
Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2017
26 Tabel 25 Pemeriksaan Obesitas Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan
Dan Puskesmas Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah
Tahun 2017
27 Tabel 26 Cakupan Deteksi Dini kanker Leher Rahim dengan Metode
IVA Dan Kanker payudara Dengan Pemeriksaan Klinis (CBE)
Menurut Kecamatan Dan Puskesmas Kabupaten/Kota Provinsi
Kalimantan Tengah Tahun 2017
28 Tabel 27 Jumlah Penderita Dan Kematian Pada KLB Menurut Jenis
Kejadian Luar Biasa (KLB) Kabupaten/Kota Provinsi

xi Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017


Kalimantan Tengah Tahun 2017
29 Tabel 28 Kejadian Luar Biasa (KLB) Di Desa/Kelurahan Yang Ditangani
< 24 Jam Provinsi Kalimantan Tengah 2017
30 Tabel 29 Cakupan Kunjungan Ibu Hamil, Persalinan Ditolong Tenaga
Kesehatan Dan Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas Menurut
Kecamatan Dan Puskesmas Kabupaten/Kota Provinsi
Kalimantan Tengah Tahun 2017
31 Tabel 30 Persentase Cakupan Imunisasi TT Pada Ibu Hamil Menurut
Kecamatan dan Puskesmas Kabupaten/Kota Provinsi
Kalimantan Tengah Tahun 2017
32 Tabel 31 Persentase Cakupan Imunisasi TT Pada Wanita Usia Subur
Menurut Kecamatan Dan Puskesmas Kabupaten/Kota Provinsi
Kalimantan Tengah Tahun 2017
33 Tabel 32 Jumlah Ibu Hamil Yang Mendapatkan Tablet Fe1 Dan Fe3
Menurut Kecamatan dan Puskesmas Kabupaten/Kota Provinsi
Kalimantan Tengah Tahun 2017
34 Tabel 33 Jumlah Dan Persentase Penanganan Komplikasi Kebidanan
dan Komplikasi Neonatal Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan
Dan Puskesmas Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah
Tahun 2017
35 Tabel 34 Proporsi Peserta KB Aktif Menurut Jenis Kontrasepsi,
Kecamatan Dan Puskesmas Kabupaten/Kota Provinsi
Kalimantan Tengah Tahun 2017
36 Tabel 35 Proporsi Peserta KB Baru Menurut Jenis Kontrasepsi,
Kecamatan Dan Puskesmas Kabupaten/Kota Provinsi
Kalimantan Tengah Tahun 2017
37 Tabel 36 Jumlah Peserta KB Aktif Menurut Kecamatan Dan Puskesmas
Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017
38 Tabel 37 Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) Menurut Jenis
Kelamin, Kecamatan Dan Puskesmas Kabupaten/Kota Provinsi
Kalimantan Tengah Tahun 2017
39 Tabel 38 Cakupan Kunjungan Neonatal Menurut Jenis Kelamin,
Kecamatan Dan Puskesmas Kabupaten/Kota Provinsi
Kalimantan Tengah Tahun 2017
40 Tabel 39 Jumlah Bayi Yang Diberi ASI Ekslusif Menurut Jenis Kelamin,
Kecamatan Dan Puskesmas Kabupaten/Kota Provinsi
Kalimantan Tengah Tahun 2017
41 Tabel 40 Cakupan Pelayanan Kesehatan Bayi Menurut Jenis Kelamin,
Kecamatan Dan Puskesmas Kabupaten/Kota Provinsi
Kalimantan Tengah Tahun 2017
42 Tabel 41 Cakupan Desa/Kelurahan Universal Child Immunization (UCI)
Menurut Kecamatan dan Puskesmas Provinsi Kalimantan
Tengah 2017

xii Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017


43 Tabel 42 Cakupan Imunisasi Hepatitis B < 7 Hari dan BCG Pada Bayi
Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan Dan Puskesmas
Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017
44 Tabel 43 Cakupan Imunisasi DPT-HB/DPT-HB-Hib, Polio, Campak Dan
Imunisasi Dasar Lengkap Pada Bayi Menurut Jenis Kelamin,
Kecamatan Dan Puskesmas Kabupaten/Kota Provinsi
Kalimantan Tengah Tahun 2017
45 Tabel 44 Cakupan Pemberian Vitamin A Pada Bayi Dan Anak Balita
Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan Dan Puskesmas
Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017
46 Tabel 45 Jumlah Anak 0-23 Bulan Ditimbang Menurut Jenis Kelamin,
Kecamatan Dan Puskesmas Kabupaten/Kota Provinsi
Kalimantan Tengah Tahun 2017
47 Tabel 46 Cakupan Pelayanan Anak Balita Menurut Jenis Kelamin,
Kecamatan Dan Puskesmas Kabupaten/Kota Provinsi
Kalimantan Tengah Tahun 2017
48 Tabel 47 Jumlah Balita Ditimbang Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan
dan Puskesmas Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah
Tahun 2017
49 Tabel 48 Cakupan Kasus Balita Gizi Buruk Yang Mendapat Perawatan
Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan Dan Puskesmas
Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017
50 Tabel 49 Cakupan Pelayanan Kesehatan (Penjaringan) Siswa SD &
Setingkat Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan Dan Pusksmas
Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017
51 Tabel 50 Pelayanan Kesehatan Gigi Dan Mulut Menurut Kecamatan Dan
Puskesmas Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017
52 Tabel 51 Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut Pada Anak SD Dan
Setingkat Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas
Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017
53 Tabel 52 Cakupan Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut Menurut Jenis
Kelamin, Kecamatan Dan Puskesmas Kabupaten/Kota Provinsi
Kalimantan Tengah Tahun 2017
54 Tabel 53 Cakupan Jaminan Kesehtan Penduduk Menurut Jenis Jaminan
Dan Jenis Kelamin Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan
Tengah Tahun 2017
55 Tabel 54 Jumlah Kunjungan Rawat Jalan, Rawat Inap Dan Kunjungan
Gangguan Jiwa Di Sarana Pelayanan Kesehatan
Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017
56 Tabel 55 Angka Kematian Pasien Di rumah Sakit Kabupaten/Kota
Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017
57 Tabel 56 Indikator Kinerja Pelayanan Di Rumah Sakit Kabupaten/Kota
Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

xiii Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017


58 Tabel 57 Persentase Rumah Tangga Berperilaku Hidup Bersih Dan
Sehat (Ber-PHBS) Menurut Kecamatan dan Puskesmas
Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tenngah Tahun 2017
59 Tabel 58 Persentase Rumah Sehat Menurut Kecamatan Dan Puskesmas
Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017
60 Tabel 59 Penduduk Dengan Akses Berkelanjutan Terhadap Air Minum
Berkualitas (Layak) Menurut Kecamatan Dan Puskesmas
Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017
61 Tabel 60 Persentase Kualitas Air Minum Di Penyelenggara Air Minum
Yang Memenuhi Syarat Kesehatan Kabupaten/Kota Provinsi
Kalimantan Tengah Tahun 2017
62 Tabel 61 Penduduk Dengan Akses Terhadapa Fasilitas Sanitasi Yang
Layak (Jamban Sehat) Menurut Jenis Jamban, Kecamatan
Dan Puskesmas Kavbupaten/Kota Provinsi KalimantanTengah
Tahun 2017
63 Tabel 62 Desa Yang Melaksanakan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017
64 Tabel 63 Persentase Tempat-Tempat Umum Memenuhi Syarat
Kesehatan Menurut Kecamatan dan Puskesmas
Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017
65 Tabel 64 Tempat Pengelolaan Makanan (TPM) Menurut Status Higienis
sanitasi Kabupaten/Kota Provinsi Kalimanta Tenmgah Tahun
2017
66 Tabel 65 Tempat Penglolaan Makanan Dibina Dan Diuji Petik
Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017
67 Tabel 66 Persentase Ketersediaan Obat Dan Vaksin Kabupaten/Kota
Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017
68 Tabel 67 Jumlah Sarana Kesehatan Menurut Kepemilikan
Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017
69 Tabel 68 Persentase Sarana Kesehatan (Rumah Sakit) Dengan
Kemampuan Pelayanan Gawat Darurat (Gadar) Level I
Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017
70 Tabel 69 Jumlah Posyandu Menurut Strata, Kecamatan dan Puskesmas
Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantahn Tengah Tahun 2017
71 Tabel 70 Jumlah Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM)
Menurut Kecamatan Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan
Tengah Tahun 2017
72 Tabel 71 Jumlah Desa Siaga Menurut Kecamatan Kabupaten/Kota
Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017
73 Tabel 72 Jumlah Tenaga Medis Di Fasilitas Kesehatan Kabupaten/Kota
Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017
74 Tabel 73 Jumlah Tenaga Keperawatan Di Fasilitas Kesehatan
Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

xiv Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017


75 Tabel 74 Jumlah Tenaga Kefarmasian Di Fasilitas Kesehatan
kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017
76 Tabel 75 Jumlah Tenaga Kesehatan Masyarakat Dan Kesehatan
Lingkungan di Fasilitas Kesehatan Kabupaten/Kota Provinsi
Kalimantan Tengah Tahun 2017
77 Tabel 76 Jumlah Tenaga Gizi Di Fasilitas Kesehatan Kabupaten/Kota
Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017
78 Tabel 77 Jumlah Tenaga Keterapian Fisik Di Fasilitas Kesehatan
Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017
79 Tabel 78 Jumlah Tenaga Keteknisian Medis Di Fasilitas Kesehatan
Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017
80 Tabel 79 Jumlah Tenaga Kesehatan Lain Di Fasilitas Kesehatan
Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017
81 Tabel 80 Jumlah Tenaga Penunjang/Pendukung Kesehatan Di Fasilitas
Kesehatan Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah
Tahun 2017
82 Tabel 81 Anggaran Kesehatan Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan
Tengah Tahun 2017

xv Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan Kesehatan pada hakikatnya adalah upaya yang


dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk
meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap
orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setingi-tingginya
dapat terwujud, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia
yang produktif secara sosial dan ekonomi. Pembangunan kesehatan tersebut
perlu ditingkatkan akselerasi dan mutunya dengan melandaskan pada
pemikiran dasar pembangunan kesehatan sebagai makna dari paradigma sehat
dan dengan menguatkan penyelenggaraan pembangunan kesehatan tersebut.
Untuk menyelenggarakan upaya kesehatan yang efektif dan efesien
diperlukan Informasi Kesehatan. Informasi Kesehatan digunakan sebagai
masukan pengambilan keputusan dalam setiap proses manajemen kesehatan
baik manajemen pelayanan kesehatan, manajemen institusi kesehatan, maupun
manajemen program pembangunan kesehatan atau manajemen wilayah. Di
samping itu, dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat,
Pemerintah memberikan kemudahan kepada masyarakat untuk memperoleh
akses terhadap Informasi Kesehatan.
Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah melalui Dinas Kesehatan
sebagai salah satu Perangkat Daerah (PD) yang bertanggung jawab di bidang
Kesehatan berkomitmen untuk mewujudkan Pembangunan kesehatan
diselenggarakan untuk mewujudkan kualitas hidup manusia Provinsi Kalimantan
Tengah sesuai dengan visi dan misi Gubernur Kalimantan Tengah.
Pembangunan kesehatan diselenggarakan untuk meningkatkan kesadaran,
kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Efektivitas dan efisiensi serta
pelaksanaan pembangunan kesehatan sangat dipengaruhi oleh kebijakan dan
strategi program, pendekatan yang tepat serta sasaran yang jelas. Dukungan
data dan informasi kesehatan yang akurat, tepat, dan cepat sangat

1 Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017


menentukan dalam pengambilan keputusan dalam menetapkan arah kebijakan
dan strategi pembangunan kesehatan yang tepat.
Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan, pasal 17 ayat 1 menyebutkan bahwa pemerintah bertanggung
jawab atas ketersediaan akses terhadap informasi, edukasi dan fasilitas
pelayanan kesehatan untuk meningkatkan dan memelihara derajat kesehatan
yang setinggi-tingginya. Selain itu pada pasal 168 menyebutkan bahwa untuk
menyelenggarakan upaya kesehatan yang efektif dan efisien diperlukan
informasi kesehatan yang dilakukan melalui system informasi dan melalui
kerjasama lintas sektor dengan ketentuan lebih lanjut akan diatur dengan
Peraturan Pemerintah. Sedangkan pada pasal 169 disebutkan pemerintah
memberikan kemudahan kepada masyarakat untuk memperoleh akses terhadap
informasi kesehatan dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
Sehingga untuk melaksanakan ketentuan pasal 168 ayat 3, UU no 36 thn 2009
tentang kesehatan, perlu menetapkan Peraturan Pemerintah tentang Sistem
Informasi Kesehatan yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah RI no 46
tahun 2015.
Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah dalam bidang kesehatan lebih
menitikberatkan kepada aksestabilitas dan peningkatan mutu pelayanan
kesehatan baik di tingkat Puskesmas dan jaringannya (Pustu, Polindes,
Poskesdes) maupun rumah sakit. Pandangan kedepan Pemerintah Daerah
provinsi Kalimantan Tengah di bidang kesehatan untuk mencapai tujuan
menjadikan masyarakat Kalimantan Tengah yang sehat dimanifestasikan
kedalam Program Pembangunan Kesehatan yang oleh Gubernur Kalimantan
Tengah digagas dan dinamai sebagai “KALTENG BERKAH”
Untuk mendukung keberhasilan pembangunan tersebut dibutuhkan
adanya ketersediaan data dan informasi yang akurat bagi proses pengambilan
keputusan dan perencanaan program. Sistem Informasi Kesehatan (SIK) yang
evidence based diarahkan untuk penyediaan data dan informasi yang akurat,
lengkap, dan tepat waktu.
Untuk meningkatkan pelayanan kesehatan yang merata, terjangkau,
bermutu dan berkeadilan serta berbasis bukti diperlukan data kesehatan yang
baik yang berbasis fasilitas maupun komunitas yang dikumpulkan secara
berkesinambungan, Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah merupakan

2 Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017


salah satu media publikasi data dan informasi yang berisi situasi dan kondisi
kesehatan yang cukup komprehensif. Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan
Tengah disusun berdasarkan ketersediaan data, informasi, dan indikator
kesehatan yang bersumber dari unit teknis di lingkungan Dinas Kesehatan
Provinsi Kalimantan Tengah dan Dinas Kesehatan Kabupaten Kota serta institusi
lain terkait seperti Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Kalimantan Tengah dan
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi
Kalimantan Tengah.
Pembuatan Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah, dimaksudkan
untuk menyediakan data dan informasi kesehatan dari cakupan pelaksanakan
program kesehatan yang lengkap, akurat dan up to date sebagai dasar
perencanaan, pengambilan keputusan, pelaksanaan kegiatan atau program
serta sebagai acuan kegiatan monitoring, pengendalian dan evaluasi dari
berbagai program.
Manfaat yang dapat diperoleh dengan adanya buku Profil Kesehatan
Provinsi adalah sebagai wahana penilaian (evaluasi) dari program maupun
permasalahan kesehatan yang ada juga sarana evaluasi keberhasilan program
kesehatan secara menyeluruh di masyarakat sebagai upaya pengendalian,
monitoring dan evaluasi program kesehatan masyarakat, diharapkan dapat
digunakan untuk pengambilan keputusan bagi stake holder.
Dengan kedudukan yang cukup strategis, maka penyusunan Profil
Kesehatan perlu mendapatkan perhatian dari berbagai pihak yang terlibat
didalamnya dan diharapkan agar data dan informasi yang terkandung
didalamnya konsisten, valid, reliabel dan dapat dipertanggung jawabkan.
B. Sistematika Penyajian
Sistematika penyajian Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017
adalah sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini berisi penjelasan tentang maksud dan tujuan Profil
Kesehatan dan sistematika dari penyajiannya.
BAB II : GAMBARAN UMUM
Bab ini menyajikan tentang gambaran umum Provinsi Kalimantan
Tengah meliputi keadaan geografis, data kependudukan dan
informasi umum lainnya.

3 Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017


BAB III : SARANA DAN JAMINAN KESEHATAN
BAB IV : PEMBIAYAAN KESEHATAN
BAB V : KESEHATAN IBU DAN ANAK
BAB VI : PENGENDALIAN PENYAKIT DAN PENYEHATAN LINGKUNGAN
BAB VII : SUMBER DAYA KESEHATAN
BAB VIII : PENUTUP
Berisi sajian garis besar hasil-hasil cakupan program/kegiatan
berdasarkan indikator-indikator bidang kesehatan untuk dapat
ditelaah lebih jauh dan untuk bahan perencanaan pembangunan
kesehatan serta pengambilan keputusan di Provinsi Kalimantan
Tengah.
Lampiran : Berisi 81 tabel data/angka pencapaian kabupaten/kota, sebagian
diantaranya merupakan Indikator Pencapaian Kinerja Standar
Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota.

4 Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017


BAB II
GAMBARAN UMUM PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

Penyelenggaraan pembangunan nasional, Sistem Kesehatan Nasional


dapat bersinergis secara dinamis dengan berbagai sistem nasional lainnya,
seperti Sistem Pendidikan Nasional, Sistem Perekonomian Nasional, Sistem
Ketahanan Pengan Nasional, Sistem Pertahanan dan Keamanan Nasional,
Sistem Ketanaga-kerjaan dan Transmigrasi, serta sistem-sistem nasional
lainnya. Keberhasilan pembangunan kesehatan tidak hanya semata-mata hasil
kerja keras sektor kesehatan tetapi sangat dipengaruhi juga oleh hasil kerja
serta kontribusi positif berbagai sektor pembangunan lainnya. Pembangunan
kesehatan ini diselenggarakan untuk mencapai Visi Kalimantan Tengah.
Visi tersebut dimaksudkan agar Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan
Tengah mampu mewujudkan kesehatan masyarakat dengan menyediakan
pelayanan kesehatan yang merata, bermutu dan terjangkau oleh seluruh
lapisan masyarakat di Kalimantan Tengah serta mendorong masyarakat untuk
mandiri dan berperan serta secara aktif dalam
mengupayakan/menyelenggarakan kesehatan guna memperoleh derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya, sebagai perwujudan hak asasi manusia
dibidang kesehatan.
A. KEADAAN GEOGRAFIS
Provinsi Kalimantan Tengah terletak antara 0045' Lintang Utara dan
3030' Lintang Selatan dan 110045’−115051’ Bujur Timur. Kalimantan tengah
merupakan provinsi dengan luas wilayah terluas kedua di Indonesia setelah
Provinsi Papua. Luas wilayah Kalimantan Tengah adalah 153.564 km2 atau 8,04
persen dari luas Indonesia. Wilayah administrasinya dibagi menjadi tiga belas
kabupaten dan satu kota.
Provinsi Kalimantan Tengah Bagian utara berbatasan dengan Kalimantan
Barat dan Kalimantan Timur, bagian timur berbatasan dengan Kalimantan
Timur dan Kalimantan Selatan, bagian selatan berbatasan dengan Laut Jawa,
dan bagian barat berbatasan dengan Kalimantan Barat.
Kalimantan Tengah memiliki sebelas sungai besar dan 33 sungai kecil
yang bermula dari utara dan mengalir ke Laut Jawa. Sungai Barito merupakan

5 Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017


sungai terpanjang di Kalimantan Tengah dengan panjang mencapai 900 km
dengan kedalaman berkisar antara 6 hingga 14 meter. Sungai merupakan
lokasi utama pemukiman dan moda transportasi yang penting di Kalimantan
Tengah.
Berdasarkan klasifikasi iklim Schmid dan Ferguson, wilayah Provinsi
Kalimantan Tengah termasuk tipe iklim A, hal ini ditandai dengan adanya
jumlah bulan basah lebih banyak dari bulan kering dan pola penyebaran curah
hujan hampir merata pada semua wilayah. Agroklimat Kalimantan Tengah
terdiri dari 4 klas, yaitu: Klas A di bagian Utara, Klas B1 di Bagian Tengah, Klas
C1 dan C2 di Bagian Selatan. Semakin ke bagian Utara curah hujan semakin
tinggi. Karakteristik iklim, tropis lembab dan panas yang tergolong ke dalam
tipe iklim A dengan suhu udara relatif konstan sepanjang tahun, yang dapat
mencapai 23°C pada malam hari dan 33°C pada siang hari, dengan penyinaran
matahari mencapai 60% per tahun. Curah hujan rata-rata 200 mm/bulan
dengan kecepatan angin rata-rata 4 knot/Km. Curah hujan rata-rata sebesar
2.732 mm/tahun dengan rata-rata hari hujan 120 hari. Sebagian besar daerah
pedalaman yang berbukit, bercurah hujan antara 2,000 - 4.000 mm per tahun.
Kondisi fisik wilayah Provinsi Kalimantan Tengah, terdiri atas daerah
pantai dan rawa yang terdapat di wilayah Bagian Selatan sepanjang ± 750 km
pantai Laut Jawa, yang membentang dari Timur ke Barat dengan ketinggian
antara 0 – 50 m diatas permukaan laut (dpl) dan tingkat kemiringan 0%-8%.
Sementara itu wilayah daratan dan perbukitan berada bagian tengah,
sedangkan pegunungan berada di bagian Utara dan Barat Daya dengan
ketinggian 50 – 100 mdpl dan tingkat kemiringan rata-rata sebesar 25%.
Provinsi Kalimantan Tengah terdiri atas 6 wilayah fisiografi, tetapi didominasi
oleh daratan dan perbukitan pedalaman. Selengkapnya disajikan pada tabel
berikut :
Tabel 2.1. Wilayah Fisiografi di Provinsi Kalimantan Tengah

No Wilayah Luas (Km2)


1 Daratan rendah pesisir 36.870
2 Undak-undak pedalaman 37.310
3 Daratan dan perbukitan pedalaman 57.124
4 Pegunungan Schwaner 9.000

6 Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017


5 Pegunungan Muller 11.000
6 Pegunungan Meratus 2.300
Sumber : Bappeda Provinsi Kalteng Tahun 2018
Berdasarkan UU No. 5 Tahun 2002 luas wilayah Provinsi Kalimantan
Tengah yaitu 153.564 km2 atau 15.356.400 hektar (ha). Dengan jumlah
kabupaten/kota yang ada di Provinsi Kalimantan Tengah saat ini sebanyak 13
(tiga belas) kabupaten dan 1 (satu) kota. Selengkapnya disajikan pada tabel
berikut.
Tabel 2.2. Nama Kabupaten/Kota, Ibukota, dan Luas Kabupaten/Kota
di Provinsi Kalimantan Tengah.
Luas Wilayah
No Nama Kabupaten/Kota Ibu Kota (%)
(Km2)
1 Kotawaringin Barat Pangkalan Bun 10.759 7,01
2 Lamandau Nanga Bulik 6.414 4,18
3 Sukamara Sukamara 3.827 2,49
4 Kotawaringin Timur Sampit 16.796 10,94
5 Seruyan Kuala Pembuang 16.404 10,68
6 Katingan Kasongan 17.500 11,40
7 Kapuas Kuala Kapuas 14.999 9,77
8 Pulang Pisau Pulang Pisau 8.997 5,86
9 Gunung Mas Kuala Kurun 10.804 7,04
10 Barito Selatan Buntok 8.830 5,75
11 Barito Timur Tamiang Layang 3.834 2,50
12 Barito Utara Muara Teweh 8.300 5,40
13 Murung Raya Puruk Cahu 23.700 15,43
14 Palangka Raya Palangka Raya 2.399.5 1,56
Kalimantan Tengah 153 564,5 100
Sumber : BPS Provinsi Kalteng Tahun 2018
Gambar 2.1. Peta Provinsi Kalimantan Tengah

Sumber: Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2017

7 Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017


B. KEPENDUDUKAN
Penduduk Kalimantan Tengah berdasarkan Sensus Penduduk 2010
sebesar 2.212.089 jiwa dan diproyeksikan mencapai 2.605.274 pada tahun
2017. Dari total proyeksi penduduk 2017, 27,8 persen berusia antara 0 dan 14
tahun, 69,01 persen antara 15 dan 64, sementara hanya 3,18 persen penduduk
Kalimantan Tengah berusia di atas 65 tahun. Rasio jenis kelamin tahun 2017
penduduk laki-laki terhadap penduduk perempuan sebanyak 109,50 Proyeksi
pertambahan penduduk tahun 2017 Provinsi Kalimantan Tengah sebesar 2,15
persen. Jumlah rumah tangga Kalimantan Tengah pada tahun 2017 sebanyak
675.690 dengan rata-rata jumlah penduduk per rumah tangga sebanyak 3-4
orang.
Kepadatan penduduk Kalimantan Tengah hanya sebesar 17 jiwa/km2
pada tahun 2017. Kepadatan penduduk di 14 kabupaten/kota cukup beragam.
Kepadatan penduduk tertinggi berada di Kota Palangka Raya sebesar 115
jiwa/km2 dan terendah di Kabupaten Murung Raya sebesar 5 jiwa/km2.
Tabel 2.3. Jumlah Penduduk, Rasio Jenis Kelamin dan Kepadatan
Penduduk Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah 2017
Penduduk Kepadatan
Jumlah Rasio Jenis
No Kabupaten/Kota Penduduk
Penduduk Laki-Laki Perempuan Kelamin
Per km2
1 Kotawaringin
295.349 156.549 138.800 113 27,45
Barat
2 Kotawaringin
446.094 235.839 210.255 112 26,56
Timur
3 Kapuas 353.844 180.742 173.102 104 23,59
4 Barito Selatan 134.543 68.719 65.824 104 15,24
5 Barito Utara 129.287 67.179 62.108 108 15,58
6 Sukamara 59.775 31.773 28.002 113 15,62
7 Lamandau 78.341 41.829 36.512 115 12,21
8 Seruyan 189.975 102.261 87.714 117 11,58
9 Katingan 165.306 86.648 78.658 110 9,45
10 Pulang Pisau 126.181 65.688 60.493 109 14,02
11 Gunung Mas 115.054 61.174 53.880 114 10,65
12 Barito Timur 120.254 61.962 58.292 108 31,37
13 Murung Raya 115.604 60.173 55.431 109 4,88
14 Palangka Raya 275.667 141.179 134.488 105 114,89
Jumlah Provinsi 2.605.274 1.361.715 1.243.559 110 17
Sumber : BPS Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2018

Data Sex ratio berguna untuk pengembangan perencanaan


pembangunan yang berwawasan gender, terutama yang berkaitan dengan
perimbangan pembangunan laki-laki dan perempuan secara adil. Hasil

8 Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017


berdasarkan data kependudukan dari BPS untuk tahun 2017 menunjukkan
bahwa sex ratio penduduk Kalimantan Tengah adalah sebesar 110 yang artinya
adalah jumlah penduduk laki-laki di provinsi ini 10.95 persen lebih banyak
dibandingkan jumlah penduduk perempuannya.
Bila dilihat menurut kelompok umur, penduduk usia 0-4 tahun paling
banyak jumlahnya di provinsi ini, yaitu sebesar 253.192 jiwa atau hampir 10
persen total penduduk Kalimantan Tengah. Penduduk usia produktif (15-64
tahun) berjumlah 1.798.040, penduduk usia muda (14 tahun ke bawah)
berjumlah 724.377 jiwa sedangkan penduduk usia tua (65 tahun ke atas)
sebanyak 82.857 jiwa, sehingga rasio ketergantungan penduduk sebesar 45
persen lebih sedikit bila dibandingkan dengan tahun 2016 sebesar 46 persen.
Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada lampiran 2.
C. Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu indikator yang kerap ditelaah dalam
mengukur tingkat pembangunan manusia suatu negara. Pendidikan
berkontribusi terhadap perubahan perilaku masyarakat. Pendidikan menjadi
pelopor utama dalam rangka penyiapan sumber daya manusia dan merupakan
salah satu aspek pembangunan yang merupakan syarat mutlak untuk
mewujudkan tujuan pembangunan nasional. Untuk peningkatan peran
pendidikan dalam pembangunan, maka kualitas pendidikan harus ditingkatkan
salah satunya dengan meningkatkan rata-rata lama sekolah.
Kemampuan baca tulis penduduk merupakan ukuran dasar untuk
menilai tingkat keberhasilan pembangunan pendidikan. Semakin tinggi tingkat
melek huruf penduduk,maka semakin berhasil pembangunan pendidikan di
suatu wilayah. Berdasarkan data profil kesehatan tahun 2017 diketahui bahwa
angka melek huruf penduduk usia 10 tahun ke atas di Provinsi Kalimantan
Tengah hanya mencapai 68.08 persen. Jika dirinci menurut jenis kelamin
terlihat ada perbedaan yang tidak begitu besar kemampuan baca tulis antara
laki-laki dan perempuan. Kemampuan baca tulis jenis kelamin laki-laki dan
perempuan usia 10 tahun ke atas di Provinsi Kalimantan Tengah sebesar
65.67% sedangkan yang perempuan sebesar 70.77% untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada Lampiran tabel 3. Namun persentase penduduk usia 10 ke
atas yang melek huruf di Provinsi Kalimantan Tengah belum mencermin angka
yang sebenarnya karena ada beberapa kabupaten yang tidak ada angka melek

9 Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017


hurup penduduk usia 10 tahun ke atas. Selain itu hampir semua kabupaten
kota tidak mencantumkan jumlah penduduk yang telah menyelesaikan
pendidikan pada jenjang S2 dan S3.
Gambar 2.2 Persentase Ijazah Tertinggi yang Diperoleh Penduduk Berumur
10 Tahun keatas Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

TINGKAT PENDIDIKAN TAHUN 2017


S2/S3 (MASTER/DOKTOR) 0.05
AKADEMI/DIPLOMA III 0.94
DIPLOMA I/DIPLOMA II 1.71

UNIVERSITAS/DIPLOMA IV 3.00
TIDAK MEMILIKI IJAZAH SD 8.39

SMA/ MA 11.95
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN 13.94
SD/MI 17.08

Sumber: Profil Kesehatan Kab/Kota Tahun 2018

Gambar diatas memperlihatkan persentase penduduk 10 tahun keatas


terkait dengan pendidikan tertinggi yang ditamatkan, persentase tertinggi
pendidikan yang ditamatkan adalah SD/MI yang mencapai 17.08 persen.
sedangkan yang terendah adalah pendidikan master dan doktoral yang hanya
mencapai 0.05 persen. Namun angka diatas belum mencerminkan angka yang
sebenarnya, hal ini disebabkan karena data profil yang dari kabupaten/kota
belum mengacu pada data yang bersumber dari leading sektor dalam hal ini
adalah Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota.
Tingkat pendidikan berkaitan dengan kemampuan menyerap dan
menerima informasi termasuk informasi kesehatan serta kemampuan dalam
berperan serta dalam pembangunan kesehatan. Masyarakat yang memiliki
pendidikan yang lebih tinggi, pada umumnya mempunyai pengetahuan dan
wawasan yang lebih luas sehingga lebih mudah menyerap dan menerima
informasi, serta dapat ikut berperan serta aktif dalam mengatasi masalah
kesehatan dirinya dan keluarganya.

10 Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017


BAB III
SARANA KESEHATAN DAN JAMINAN KESEHATAN

Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan menyatakan


bahwa fasilitas pelayanan kesehatan adalah suatu alat dan/atau tempat yang
digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif,
preventif, kuratif, maupun
rehabilitatif yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau
masyarakat.
Derajat kesehatan masyarakat pada suatu wilayah dipengaruhi oleh
keberadaan sarana kesehatan. Sarana kesehatan yang diulas pada pada bagian ini
terdiri dari fasilitas pelayanan kesehatan1. Fasilitas pelayanan kesehatan yang
dibahas pada bagian ini terdiri dari: puskesmas, Rumah Sakit, dan Upaya Kesehatan
Bersumberdaya Masyarakat (UKBM).
Pembangunan kesehatan yang telah dilaksanakan selama ini telah berhasil
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat secara bermakna walaupun masih
dijumpai berbagai masalah dan hambatan. Pembangunan kesehatan masyarakat
sangat memerlukan sumber daya kesehatan yang merupakan semua perangkat
keras dan perangkat lunak yang diperlukan sebagai pendukung penyelenggaraan
upaya kesehatan.
A. PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT (PUSKESMAS)
Pada pasal satu ayat 2 Peraturan Menteri Kesehatan 75 tahun 2014
tentang Puskesmas menyatakan bahwa Pusat Kesehatan Masyarakat yang
selanjutnya disebut Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan
perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif
dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya di wilayah kerjanya.
Pembangunan kesehatan yang diselenggarakan di Puskesmas bertujuan
untuk mewujudkan masyarakat yang:
a. Memiliki perilaku sehat yang meliputi kesadaran, kemauan dan kemampuan
hidup sehat;
b. Mampu menjangkau pelayanan kesehatan bermutu

11 Profil Kesehatan Provinsi Kalimatan Tengah Tahun 2017


c. Hidup dalam lingkungan sehat; dan
d. Hemiliki derajat kesehatan yang optimal, baik individu, keluarga, kelompok
dan masyarakat.
Dalam menjalankan fungsinya sebagai pusat kesehatan masyarakat
pada pasal 6 Permenkes no 75 tahun 2014 puskesmas berwenang untuk:
a. Melaksanakan perencanaan berdasarkan analisis masalah kesehatan
masyarakat dan analisis kebutuhan pelayanan yang diperlukan;
b. Melaksanakan advokasi dan sosialisasi kebijakan kesehatan;
c. Melaksanakan komunikasi, informasi, edukasi, dan pemberdayaan
masyarakat dalam bidang kesehatan;
d. Menggerakkan masyarakat untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan
masalah kesehatan pada setiap tingkat perkembangan masyarakat yang
bekerjasama dengan sektor lain terkait;
e. Melaksanakan pembinaan teknis terhadap jaringan pelayanan dan upaya
kesehatan berbasis masyarakat;
f. Melaksanakan peningkatan kompetensi sumber daya manusia Puskesmas;
g. Memantau pelaksanaan pembangunan agar berwawasan kesehatan;
h. Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap akses, mutu,
dan cakupan Pelayanan Kesehatan; dan i. memberikan rekomendasi terkait
masalah kesehatan masyarakat, termasuk dukungan terhadap sistem
kewaspadaan dini dan respon penanggulangan penyakit.
i. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan dasar secara komprehensif,
berkesinambungan dan bermutu;
j. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang mengutamakan upaya
promotif dan preventif;
k. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang berorientasi pada individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat;
l. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang mengutamakan keamanan
dan keselamatan pasien, petugas dan pengunjung;
m. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan dengan prinsip koordinatif dan
kerja sama inter dan antar profesi;
n. Melaksanakan rekam medis;
o. Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap mutu dan akses
Pelayanan Kesehatan;

12 Profil Kesehatan Provinsi Kalimatan Tengah Tahun 2017


p. Melaksanakan peningkatan kompetensi Tenaga Kesehatan;
q. Mengoordinasikan dan melaksanakan pembinaan fasilitas pelayanan
kesehatan tingkat pertama di wilayah kerjanya; dan
r. Melaksanakan penapisan rujukan sesuai dengan indikasi medis dan Sistem
Rujukan.
Jumlah puskesmas di Provinsi Kalimantan Tengah sampai dengan
Desember 2017 yang sudah memiliki nomor registrasi yang dikeluarkan oleh
Kementerian Kesehatan sebanyak 196 unit, jumlah tersebut lebih banyak
dengan jumlah pada tahun 2016 sebanyak 195 unit. Jumlah tersebut terdiri dari
82 unit puskesmas rawat inap dan 114 unit puskesmas non rawat inap.
Sedangkan Jumlah puskesmas yang di hitung berdasarkan keberadaan gedung
dan sudah beroperasi namun belum memiliki nomor registrasi berjumlah 202
puskesmas. Dalam kurun waktu 6 tahun terakhir, jumlah puskesmas memang
mengalami peningkatan seperti yang terdapat pada gambar berikut.
Gambar 3.1 Jumlah Puskesmas Yang Memiliki Nomor Registrasi
Tahun 2010 – 2017

Jml Puskesmas
200 196
195 195 195 195
193
195

190
183
185
179
180

175

170
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Sumber: Data Profil Kabupaten/Kota dan Bidang Yankes Tahun 2018
Gambar di atas menunjukkan peningkatan jumlah puskesmas dari tahun
2010 sampai dengan tahun 2017. Peningkatan jumlah puskesmas tidak
mengindikasikan secara langsung seberapa baik keberadaan puskesmas
mampu memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan primer di masyarakat.
Indikator yang mampu menggambarkan secara kasar tercukupinya kebutuhan
pelayanan kesehatan primer oleh puskesmas adalah rasio puskesmas terhadap
30.000 penduduk. Rasio puskesmas terhadap 30.000 penduduk di Provinsi
Kalimantan Tengah pada tahun 2017 sebesar 2.32 puskesmas per 30.000

13 Profil Kesehatan Provinsi Kalimatan Tengah Tahun 2017


penduduk lebih besar dibandingkan dengan rasio puskesmas pada tahun 2016
sebesar 2.29 puskesmas per 30.000 penduduk. Rasio puskesmas terhadap
30.000 penduduk per kabupaten/kota tahun 2017 dapat dilihat pada gambar
berikut.

Gambar 3.2 Jumlah Puskesmas dan Rasio Puskesmas Per 30.000 Penduduk Di
Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

30 26
25 21
18 16 16 17
20 15
12 11 12 12 11 10
15
10 3.7 5 4.2 4.4 3.9
5 1.8 1.4 2.2 2.7 2.5 1.9 2.9 2.9 2.7 1.1
0

JML Puskesmas Rasio PKM

Sumber: Data Profil Kabupaten/Kota Tahun 2018


Dari gambar di atas nampak bahwa Kota Palangka Raya adalah wilayah
yang memiliki rasio puskesmas yang paling rendah yaitu 1.11 puskesmas per
30.000 penduduk, di ikuti oleh Kabupaten Kotawaringin Timur yang memiliki
rasio 1.4 puskesmas per 30.000 penduduk. Hal ini disebabkan karena jumlah
dan kepadatan populasi yang tinggi. Sedang kabupaten yang memiliki rasio
puskesmas yang tertinggi adalah Kabupaten Gunung Mas dan Lamandau
masing-masing 4.4 dan 4.2, kemudian Kabupaten murung Raya dengan rasio
3,9. Jika dilihat dari rasio terhadap jumlah penduduk, memang seluruh
kabupaten/ kota sudah sesuai dengan target, namun jika dilihat dari kondisi
geografis jumlah puskesmas belum memadai untuk memberikan kemudahan
aksetabilitas bagi penduduk yang berada di daerah terpencil. Kondisi ini harus
diperhatikan, karena kebutuhan pelayanan kesehatan dasar harus dapat
dipenuhi oleh pemerintah dan sektor swasta.
Dalam menjalankan fungsinya sebagai penyelenggara pelayanan
kesehatan dasar, puskesmas melaksanakan pelayanan kesehatan perorangan
dan pelayanan kesehatan masyarakat. Pelayanan kesehatan perorangan yang

14 Profil Kesehatan Provinsi Kalimatan Tengah Tahun 2017


diberikan terdiri dari pelayanan rawat jalan dan rawat inap untuk puskesmas
tertentu jika dianggap diperlukan. Meskipun pelayanan kesehatan masyarakat
merupakan inti dari puskesmas, pelayanan kesehatan perorangan juga menjadi
perhatian dari Pemerintah.
Berikut ini disajikan perkembangan jumlah puskesmas rawat inap dan
non rawat inap dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2017.
Gambar 3.3 Jumlah Puskesmas Rawat Inap dan Non Rawat Inap Tahun 2012 –
2017 Di Provinsi Kalimantan Tengah
Jumlah Puskesmas Rawat Inap dan Non Rawat
Inap Tahun 2012 - 2017
Rawat Inap Non Rawat Inap

123 122 118 118 114


113

73 77 77 82 82
70

2012 2013 2014 2015 2016 2017

Sumber: Data Profil Kabupaten/Kota Tahun 2018


Pada gambar di atas diketahui bahwa jumlah puskesmas non rawat inap
menurun dari 123 unit pada tahun 2012 menjadi 113 unit pada tahun 2016 dan
bertambah menjadi 114 puskesmas pada tahun 2017. Meskipun demikian,
terjadinya tersebut disebabkan karena adanya perubahan status dari
puskesmas non rawat inap menjadi puskesmas rawat inap. Perubahan jumlah
juga terjadi pada puskesmas rawat inap yaitu dari 70 unit pada tahun 2012
menjadi 82 unit pada tahun 2017.
Seperti yang termaktub pada pasal 5 Permenkes no 75 tahun 2014
tentang puskesmas disebutkan fungsi puskesmas adalah menyelenggarakan
fungsi: a. penyelenggaraan UKM tingkat pertama di wilayah kerjanya; dan b.
penyelenggaraan UKP tingkat pertama di wilayah kerjanya. Selain upaya
kesehatan wajib yang harus diberikan, puskesmas juga menyelenggarakan
upaya kesehatan pengembangan. Upaya kesehatan pengembangan puskesmas
dapat berupa berupa pelayanan obstetrik dan neonatal emergensi dasar
(PONED), pelayanan kesehatan peduli remaja (PKPR), upaya kesehatan kerja,

15 Profil Kesehatan Provinsi Kalimatan Tengah Tahun 2017


upaya kesehatan olahraga, dan tatalaksana kasus Kekerasan terhadap Anak
(KTA). Upaya kesehatan pengembangan diselenggarakan sesuai dengan
kebutuhan yang ada di wilayah kerja. Sebagai contoh upaya kesehatan kerja
dibutuhkan pada puskesmas dengan wilayah kerja yang memiliki banyak pusat
industri.
B. RUMAH SAKIT
Dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat juga
diperlukan upaya kuratif dan rehabilitatif selain upaya promotif dan preventif.
Upaya kesehatan yang bersifat kuratif dan rehabilitatif dapat diperoleh melalui
rumah sakit yang juga berfungsi sebagai penyedia pelayanan kesehatan
rujukan.
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 54 tahun 2014 tentang klasifikasi
dan Perizinan Rumah Sakit mengelompokkan rumah sakit berdasarkan
kepemilikan, yaitu rumah sakit publik dan rumah sakit privat. Rumah sakit
publik adalah rumah sakit yang dikelola Pemerintah, Pemerintah Daerah dan
Badan Hukum yang bersifat nirlaba. Sedangkan rumah sakit privat adalah
rumah sakit yang dikelola oleh badan hukum dengan tujuan profit yang
berbentuk perseroan terbatas atau persero.
1. Jumlah dan Jenis Rumah Sakit
Rumah Sakit merupakan sarana kesehatan Strata dua dan strata 3.
Indikator yang digunakan untuk menilai perkembangan sarana Rumah Sakit
(RS) antara lain dengan melihat perkembangan fasilitas perawatan yang
biasanya diukur dengan jumlah Rumah Sakit dan tempat tidurnya serta rasio
terhadap jumlah penduduk. Setiap Kabupaten memiliki rumah sakit dan jumlah
seluruh Rumah Sakit di Propinsi Kalimantan Tengah pada tahun 2017 yaitu
sebanyak 22 buah dengan rincian kepemilikan sebagai berikut : Pemerintah
Kab/Kota/Prov : 16 unit; TNI/Polri : 2 unit; rumah sakit jiwa 1 unit dan Swasta
2 unit dan rumah sakit ibu dan anak 1 unit. (Lampiran Tabel 67).
Undang-Undang No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
mengelompokkan rumah sakit berdasarkan jenis pelayanan yang diberikan
menjadi rumah sakit umum dan rumah sakit khusus. Rumah sakit umum adalah
rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan pada semua bidang dan
jenis penyakit. Adapun rumah sakit khusus adalah rumah sakit yang
memberikan pelayanan utama pada satu bidang atau satu jenis penyakit

16 Profil Kesehatan Provinsi Kalimatan Tengah Tahun 2017


tertentu berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur, organ, jenis penyakit, atau
kekhususan lainnya.
Jumlah rumah sakit khusus yang ada di Provinsi Kalimantan Tengah
pada tahun 2017 sebanyak 2 unit yang terdiri dari rumah sakit jiwa dan rumah
sakit khusus ibu dan anak.

2. Rasio Jumlah Tempat Tidur di Rumah Sakit


Terpenuhi atau tidaknya kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan
kesehatan rujukan dan perorangan di suatu wilayah dapat dilihat dari rasio
tempat tidur terhadap 1.000 penduduk. Rasio tempat tidur di rumah sakit di
Provinsi Kalimantan Tengah pada tahun 2017 adalah 0.9 per 1000 penduduk,
lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2016 sebesar 0.77 per 1.000
penduduk. Rasio tempat tidur (TT) per 1000 penduduk dalam kurun waktu 4
tahun terakhir terus mengalami peningkatan yaitu tahun 2013 0.66 per 1.000
penduduk, tahun 2014 sebesar 0.69 per 1.000 penduduk, tahun 2015 sebesar
0.75 per 1.000 penduduk, tahun 2016 sebesar 0.77 per 1.000 penduduk dan
tahun 2017 sebesar 0,9 per 1000 penduduk.
Jumlah tempat tidur rumah sakit se Kalimantan Tengah tahun 2017
sebanyak 2235 tempat tidur, lebih banyak dibandingkan 2016 sebanyak 1975
tempat tidur. Jika di lihat dari rasio tempat tidur maka di Provinsi Kalimantan
Tengah perlu di tingkat jumlah tempat tidur agar kebutuhan 1 tempat tidur bisa
melayanan 1000 orang penduduk dapat terpenuhi lebih jelasnya lihat pada
lampiran 55.

C. SARANA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN


1. Sarana Produksi dan Distribusi Sediaan Farmasi dan Alat
Kesehatan
Ketersediaan farmasi dan alat kesehatan memiliki peran yang
signifikan dalam pelayanan kesehatan. Akses masyarakat terhadap obat
khususnya obat esensial merupakan salah satu hak asasi manusia. Dengan
demikian penyediaan obat esensial merupakan kewajiban bagi pemerintah
dan institusi pelayanan kesehatan baik publik maupun privat. Sebagai
komoditi khusus, semua obat yang beredar harus terjamin keamanan,
khasiat dan mutunya agar dapat memberikan manfaat bagi kesehatan.

17 Profil Kesehatan Provinsi Kalimatan Tengah Tahun 2017


Oleh karena itu salah satu upaya yang dilakukan untuk menjamin mutu
obat hingga diterima konsumen adalah menyediakan sarana penyimpanan
obat dan alat kesehatan yang dapat menjaga keamanan secara fisik serta
dapat mempertahankan kualitas obat di samping tenaga pengelola yang
terlatih.
Salah satu kebijakan pelaksanaan dalam Program Obat dan
Perbekalan Kesehatan adalah pengendalian obat dan perbekalan kesehatan
diarahkan untuk menjamin keamanan, khasiat dan mutu sediaan farmasi
dan alat kesehatan. Hal ini bertujuan untuk melindungi masyarakat dari
bahaya yang disebabkan oleh penyalahgunaan sediaan farmasi dan alat
kesehatan atau penggunaan yang salah/tidak tepat serta tidak memenuhi
mutu keamanan dan pemanfaatan yang dilakukan sejak proses produksi,
distribusi hingga penggunaannya dimasyarakat.
Cakupan sarana produksi bidang kefarmasian dan alat kesehatan
menggambarkan tingkat ketersediaan sarana pelayanan kesehatan yang
melakukan upaya produksi di bidang kefarmasian dan alat kesehatan. Yang
termasuk sarana produksi di bidang kefarmasian dan alat kesehatan antara
lain Industri Farmasi, Industri Obat Tradisional (IOT), Industri Ekstrak
Bahan Alam (IEBA), Industri Kosmetika, Usaha Kecil Obat Tradisional
(UKOT), Usaha Mikro Obat Tradisional (UMOT), Produksi Alat Kesehatan
Produksi Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT), dan Industri
Kosmetika.
Sarana distribusi kefarmasian dan alat kesehatan yang dipantau
jumlahnya oleh Bidang Jamsarkes Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan
Tengah yaitu: Industri Farmasi , Industri Obat Tradisional, Usaha Kecil
Obat Tradisioanal, Produksi Alat Kesehatan, Pedagang Besar Farmasi
(PBF), Apotek, Toko Obat dan Penyalur Alat Kesehatan (PAK). Berdasarkan
ketersediaan sarana distribusi kefarmasian dan alat kesehatan di Provinsi
Kalimantan Tengah tahun 2017 adalah sebagai berikut: Industri farmasi,
Industri obat tradisional, Usaha kecil obat tradisional dan produksi alat
kesehatan berjumlah 0 unit, Usaha mikro obat tradisional 3 unit, Cabang
Produksi Alat kesehatan berjumlah 0 unit, Pedagang besar farmasi 6 unit,
apotek 301 unit, toko obat 140 unit dan Penyalur Alat Kesehatan berjumlah
11 unit.

18 Profil Kesehatan Provinsi Kalimatan Tengah Tahun 2017


2. Ketersediaan Obat dan Vaksin
Dalam upaya pelayanan kesehatan, ketersediaan obat dalam jenis
yang lengkap, jumlah yang cukup, terjamin khasiatnya, aman, efektif dan
bermutu dengan harga terjangkau serta mudah diakses adalah sasaran
yang harus dicapai. Kementerian Kesehatan telah menetapkan indikator
rencana strategis terkait program kefarmasian dan alat kesehatan, yaitu
meningkatnya sediaan farmasi dan alat kesehatan yang memenuhi standar
dan terjangkau oleh masyarakat. Indikator tercapainya sasaran hasil
tersebut pada tahun 2017 yaitu persentase ketersediaan obat dan vaksin
sebesar 100%. Dalam rangka mencapai target tersebut, salah satu
kegiatan yang dilakukan adalah peningkatan ketersediaan obat esensial
generik di sarana pelayanan kesehatan dasar.
Pemantauan ketersediaan obat digunakan untuk mengetahui kondisi
tingkat ketersediaan obat di berbagai unit sarana kesehatan seperti
Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota (IFK) dan puskesmas. Kegiatan ini
dilakukan untuk mendukung pemerintah pusat dan daerah dalam rangka
menentukan langkah-langkah kebijakan yang akan diambil di masa yang
akan datang. Di era otonomi daerah, pengelolaan obat merupakan salah
satu kewenangan yang diserahkan ke kabupaten/kota, akibatnya sulit bagi
pemerintah pusat untuk mengetahui kondisi ketersediaan obat di seluruh
Indonesia. Dengan tidak adanya laporan secara periodik yang dikirim oleh
provinsi, maka relatif sulit bagi pemerintah pusat untuk menentukan
langkah-langkah yang harus dilakukan. Adanya data ketersediaan obat di
provinsi atau kabupaten/kota akan mempermudah penyusunan prioritas
bantuan maupun intervensi program di masa yang akan datang.
Untuk mendapatkan gambaran ketersediaan obat dan vaksin di
Provinsi Kalimantan Tengah, dilakukan pemantauan ketersediaan obat dan
vaksin. Obat yang dipantau ketersediaannya merupakan obat indikator
yang digunakan untuk pelayanan kesehatan dasar dan obat yang
mendukung pelaksanaan program kesehatan. Jumlah item obat yang
dipantau adalah 20 item obat dan vaksin yang digunakan untuk imunisasi
dasar.

19 Profil Kesehatan Provinsi Kalimatan Tengah Tahun 2017


Indikator persentase ketersediaan obat dan vaksin tahun 2017
memiliki target sebesar ≥ 95%, dari data dan perhitungan yang dilakukan
oleh Bidang Sumber Daya Kesehatan (SDK) Provinsi Kalimantan Tengah,
persentase ketersediaan obat dan vaksin pada tahun 2017 sebesar
99,18%, lebih tinggi dibandingkan tahun 2016 dengan persentase
ketersediaan rata-rata provinsi sebesar 90%. Dengan demikian apabila
dibandingkan dengan target tahun 2016, maka capaian kinerja indikator
persentase ketersediaan obat dan vaksin sudah mencapai target yang telah
ditetapkan. Data dan informasi lebih rinci mengenai ketersediaan obat dan
vaksin terdapat pada Tabel lampiran 66.

D. SARANA KESEHATAN BERSUMBERDAYA MASYARAKAT


Pembangunan kesehatan untuk mewujudkan derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya juga memerlukan peran masyarakat.
Melalui konsep Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM),
masyarakat berperan serta aktif dalam penyelenggaraan upaya kesehatan.
Bentuk UKBM antara lain Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu), Pos Kesehatan
Desa (Poskesdes), dan desa/kelurahan siaga aktif.
1. Posyandu menurut Strata
Posyandu merupakan salah satu bentuk UKBM yang paling dikenal oleh
masyarakat. Posyandu menyelenggarakan minimal 5 program prioritas, yaitu
kesehatan ibu dan anak, keluarga berencana, perbaikan gizi, imunisasi dan
penanggulangan diare. Untuk memantau perkembangannya posyandu
dikelompokan menjadi 4 strata, yaitu posyandu pratama, posyandu madya,
posyandu purnama dan posyandu mandiri.
Jumlah posyandu di Kalimantan Tengah tahun 2017 adalah 2491 unit
lebih banyak dibandingkan tahun 2016 sebanyak 2410 unit. Rincian posyandu
berdasarkan stratanya pada tahun 2017 adalah sebagai berikut; Posyandu
Pratama 889 unit (35.69%), Posyandu Madya 1146 unit (46.01%), Posyandu
Purnama 408 unit (16.38%) dan Posyandu Mandiri 48 unit (1,93%). Sedangkan
posyandu yang masuk kategori aktif sebanyak 695 unit (27,9%). Ada
peningkatan yang signifikan jumlah posyandu yang aktif pada tahun 2017 bila
dibandingkan dengan jumlah posyandu aktif pada tahun 2016 yaitu 392
(16,27%) menjadi 695 (27,9%). Kedepannya pengembangan Posyandu adalah

20 Profil Kesehatan Provinsi Kalimatan Tengah Tahun 2017


dengan revitalisasi posyandu dan diharapkan jumlah posyandu aktif terus
meningkat. (Lampiran Tabel 69).
2. Pos Kesehatan Desa
Di samping Posyandu keberadaan Poskesdes (Pos Kesehatan Desa) juga
sangat penting dalam rangka mendukung program desa siaga, yaitu suatu
bentuk pemberdayaan masyarakat di tingkat desa yang disertai dengan
pengembangan kesiagaan dan kesiapan masyarakat untuk memelihara
kesehatannya secara mandiri khususnya kesehatan ibu dan anak.
Fungsi poskesdes adalah Sebagai wahana peran aktif masyarakat di
bidang kesehatan, meliputi : sebagai wahana kewaspadaan dini terhadap
berbagai resiko dan masalah kesehatan, sebagai wahana pelayanan kesehatan
dasar, guna lebih mendekatkan pelayanan kepada masyarakat serta untuk
meningkatkan jangkauan dan cakupan pelayanan kesehatan, sebagai wahana
pembentukan jejaring berbagai UKBM yang ada di desa. Adapun manfaatnya
antara lain : Permasalahan kesehatan di desa dapat dideteksi secara dini,
sehingga bisa ditangani dengan cepat dan diselesaikan, sesuai kondisi , potensi
dan kemampuan yang ada.; Masyarakat desa dapat memperoleh pelayanan
kesehatan dasar yang dapat dijangkau ( secara geografis ); Bagi Kader
Kesehatan mendapatkan informasi awal di bidang kesehatan; Memperluas
jangkauan pelayanan Puskesmas dengan mengoptimalkan segala sumberdaya
secara efektif dan efesien; mengoptimalkan fungsi Puskesmas sebagai pusat
penggerak pembangunan berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan
masyarakat, dan pusat pelayanan kesehatan strata pertama
Jumlah poskesdes pada tahun 2017 sebanyak 608 buah lebih banyak
dibandingkan tahun 2016 yang berjumlah 492 buah. Jumlah Pos Kesehatan
Desa (Poskesdes) di setiap kabupaten/kota tahun 2017 terlihat pada gambar
berikut.

21 Profil Kesehatan Provinsi Kalimatan Tengah Tahun 2017


Gambar 3.4 Jumlah Poskesdes dan Desa/Kelurahan di Provinsi Kalimantan
Tengah Tahun 2017

Desa/Kel Poskesdes

114
102
18
54 69 62 36 31 49 4
185 231 22 16
161
94 93 103 28 88 100 99 127 104 125 3
32 30

Sumber : Profil Kesehatan Kab/Kota Tahun 2018

3. Desa Siaga
Desa siaga adalah desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber
daya dan kemampuan serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalah-
masalah kesehatan, bencana, dan kegawatdaruratan kesehatan secara mandiri.
Sebuah desa dikatakan menjadi desa siaga apabila desa tersebut telah memiliki
sekurang-kurangnya sebuah Pos Kesehatan Desa (Poskesdes).
Pada tahun 2017 di Provinsi Kalimantan Tengah terdapat 894 desa siaga
lebih banyak dibandingkan dengan tahun 2016 sebanyak 839 desa siaga.
Jumlah desa dan kelurahan pada tahun 2017 sebanyak 1.572 desa/kelurahan.
Desa Siaga aktif adalah desa yang mempunyai Poskesdes atau UKBM lainnya
yang buka setiap hari dan berfungsi sebagai pemberi pelayanan kesehatan
dasar, penanggulangan bencana dan kegawatdaruratan, surveilance berbasis
masyarakat yang meliputi gizi, penyakit, lingkungan dan perilaku sehingga
masyarakatnya menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Distribusi
Desa Siaga dan Desa Siaga Aktif di Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2017
terlihat pada gambar berikut.

22 Profil Kesehatan Provinsi Kalimatan Tengah Tahun 2017


Gambar 3.5 Distribusi Desa/Kelurahan dan Desa Siaga di Provinsi Kalimantan
Tengah Tahun 2017
Desa/Kel Siaga
Desa/Kel
151 231
Kotawaringin Timur 171185
58 161
Gunung Mas 17 127
78 125
Barito Timur 49 104
85
12 103
Seruyan 100
18 99
Kotawaringin Barat 94
94
28 93
Lamandau 8188
2232
Palangka Raya 30
30
0 50 100 150 200 250

Sumber : Profil Kesehatan Kab/Kota Tahun 2018


Dari digambar diatas diketahui bahwa semua kabupaten telah memiliki
data desa siaga, yang paling banyak memiliki desa siaga adalah Kabupaten
Kotawaringin Timur yaitu 171 desa kemudian Kabupaten Kapuas 151 desa
siaga dan Kabupaten Kotawaringin Barat dengan 94 desa. Sedangkan
Kabupaten yang paling sedikit desa siaganya adalah Kabupaten Seruyan 12
desa, Gunung Mas 17 desa siaga dan Kabupaten Pulang Pisau dengan jumlah
desa siaga sebanyak 18 desa.
Keberadaan Desa/Kelurahan siaga menunjukkan peran pemerintah
daerah dalam hal ini dinas kesehatan kabupaten/kota sebagai leading sektor
bidang kesehatan sebagai upaya meningkatkan kemandirian masyarakat dalam
menangani masalah kesehatan yang terjadi di daerah atau wilayah masing-
masing.

E. Cakupan Jaminan Kesehatan Penduduk


Undang-Undang No. 24 Tahun 2011 juga menetapkan, Jaminan Sosial
Nasional akan diselenggarakan oleh BPJS, yang terdiri atas BPJS Kesehatan dan
BPJS Ketenagakerjaan. Khusus untuk Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) akan
diselenggarakan oleh BPJS Kesehatan yang implementasi nya dimulai 1 Januari
2014. Secara operasional, pelaksanaan JKN dituangkan dalam Peraturan
Pemerintah dan Peraturan Presiden, antara lain: Peraturan Pemerintah No.101

23 Profil Kesehatan Provinsi Kalimatan Tengah Tahun 2017


Tahun 2012 tentang Penerima Bantuan Iuran (PBI); Peraturan Presiden No. 12
Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan; dan Peta Jalan JKN (Roadmap
Jaminan Kesehatan Nasional).
Mendukung pelaksanaan tersebut, Kementerian Kesehatan memberikan
prioritas kepada jaminan kesehatan dalam reformasi kesehatan. Kementerian
Kesehatan tengah mengupayakan suatu regulasi berupa Peraturan Menteri,
yang akan menjadi payung hukum untuk mengatur antara lain pelayanan
kesehatan, pelayanan kesehatan tingkat pertama, dan pelayanan kesehatan
rujukan tingkat lanjutan. Peraturan Menteri juga akan mengatur jenis dan
plafon harga alat bantu kesehatan dan pelayanan obat dan bahan medis habis
pakai untuk Peserta Jaminan Kesehatan Nasional.
Perkembangan peserta jaminan kesehatan di Provinsi Kalimantan
Tengah cukup positif. Kepesertaan jaminan kesehatan tahun 2017 sebesar
70.20 persen lebih tinggi dibandingkan dengan dengan capaian tahun 2016
sebesar 53,88 persen. Bila dirinci adalah sebagai berikut: 1. Jaminan Kesehatan
Nasional (60.45%), 2. Jamkesda (9.14%), 3. Asuransi Swasta (0.03) dan 4
Asuransi Perusahaan (0.58%). Data terinci di setiap kabupaten/kota dapat
dilihat di lampiran (tabel 53).

F. Pemanfaatan Sarana Puskesmas dan Rumah Sakit


1. Jumlah Kunjungan Rawat Jalan, Rawat Inap di Sarana Pelayanan
Keseha-tan
Pemanfaatan pelayanan kesehatan merupakan pendayafungsian layanan
kesehatan oleh masyarakat. Menurut Levey dan Loomba (1973) yang dimaksud
dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang
dilaksanakan secara sendiri atau bersama-sama, dalam suatu organisasi untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan
penyakit serta memulihkan kesehatan seseorang, keluarga, kelompok dan
masyarakat.
Cakupan kunjungan Rawat Jalan di puskesmas dan rumah sakit pada
tahun 2017 adalah 54.7% lebih tinggi dibandingkan tahun 2016 sebesar 50,4%.
Sedangkan cakupan kunjungan rawat inap pada tahun 2017 sebesar 4.6% lebih
tinggi dibandingkan tahun 2016 sebesar 3.9%. Ada beberapa kabupaten yang
tidak memiliki data jumlah kunjungan rawat jalan dan rawat inap baik yang di

24 Profil Kesehatan Provinsi Kalimatan Tengah Tahun 2017


puskesmas maupun yang dirumah sakit, sehingga mempengaruhi jumlah
persentase rawat jalan dan rawat inap secara keseluruhan. Sedangkan bila
dilihat dari jenis kelaminnya persentase rawat jalan dan rawat inap terbanyak
adalah perempuan yaitu 58% dan laki-laki sebanyak 45%, ini berarti
pemanfaatan sarana kesehatan sudah lebih banyak oleh perempuan bila
dibandingkan laki-laki. Kunjungan Rawat Jalan terbanyak ke Puksesmas
dibandingkan ke rumah sakit sedangkan Kunjungan Rawat Inap terbanyak di
Rumah Sakit dari pada di Puskesmas. Pada tahun 2017 jumlah kunjungan
gangguan jiwa sebanyak 12.836 orang, lebih tinggi dibandingkan dengan
jumlah ganguan jiwa pada tahun 2016 sebanyak 9.398 orang. Distribusi paling
banyak di rumah sakit bila dibandingkan dengan kunjungan pada puskesams.
(Lampiran Tabel 54).
2. Angka Kematian Umum Penderita Yang Dirawat di RS / Gross Death
Rate (GDR)
Angka kematian umum penderita yang dirawat di RS/GDR (Gross Death
Rate) berguna untuk mengetahui mutu pelayanan/perawatan di Rumah Sakit.
Semakin rendah GDR, berarti mutu pelayanan rumah sakit semakin baik. Angka
yang dapat ditolerir untuk GDR ini maksimum 45.
GDR rata-rata di Provinsi Kalimantan Tengah pada tahun 2017 adalah
26.3 lebih kecil dibandingkan dengan GDR pada tahun 2016 sebesar 26,5.
Angka GDR tersebut kurang dari angka yang dapat ditolerir, ini menunjukan
bahwa sistem pelayanan di rumah sakit sudah semakin membaik. Dari 22
rumah sakit yang ada di Provinsi Kalimantan Tengah rumah sakit yang memiliki
angka GDR paling tinggi adalah Rumah Sakit Doris Sylvanus Palangka Raya
sebesar 43 lebih kecil dibandingkan tahun 2016 sebesar 50, diikuti oleh Rumah
Sakit Dr. St Imanuddin sebesar 36.9 dan Rumah Sakit Dr Murdjani Sampit
sebesar 33.6. Sedangkan rumah sakit dengan angka GDR yang paling rendah
adalah Rumah Sakit Muara Teweh dengan GDR sebesar 0.6, diikuti oleh Rumah
Sakit Polri Bhayangkara sebesar 3.8 dan Rumah Sakit Lamandau dengan nilai
GDR sebesar 4,7. Sedangkan rumah sakit tidak memiliki data GDR yaitu, Rumah
Sakit Kota Palangka Raya, Rumah Sakit TNI Denkesyah dan Rumah Sakit Jiwa
Kalawa Atei. Rendahnya angka GDR di provinsi Kalimantan Tengah menunjukan
mutu pelayanan/perawatan di RS sudah cukup baik.

25 Profil Kesehatan Provinsi Kalimatan Tengah Tahun 2017


3. Angka Kematian Penderita Yang Dirawat < 48 Jam / Net Death Rate
(NDR)
Angka Net Death Rate (NDR) adalah untuk mengetahui mutu pelayanan
atau perawatan rumah sakit. Semakin rendah NDR suatu rumah sakit, berarti
bahwa mutu pelayanan/perawatan rumah sakit tersebut makin baik. Nilai NDR
yang dapat ditolerir adalah 25 per 1.000 penderita keluar. Rata-rata NDR di
Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2017 adalah 11 lebih rendah dibandingkan
dengan tahun 2016 sebesar 12.5. Data ini mengindikasikan adanya sedikit
peningkatan kualitas pelayanan di rumah sakit rumah sakit di Provinsi
Kalimantan Tengah.
Data NDR yang ada menunjukan rumah sakit yang paling tinggi NDR
nya adalah RSUD Doris Sylvanus sebesar 19,1 diikuti RSUD Dr. St. Imanuddin
sebesar 17, dan RSUD Dr. Murdjani sebesar 13,7. Ada 4 rumah sakit yang tidak
memiliki data angka NDR yaitu RSJ Kalawa Atei, Rumah Sakit TNI Denkesyah,
RSIA Yasmin dan RSUD Kota Palangka Raya. Indikator Kinerja Pelayanan di
Rumah Sakit dapat dilihat dari BOR (Bed Occupancy Rate), ALOS (Average
Length of Stay) rata-rata lama dirawat (dalam satuan hari) seorang pasien dan
TOI (Turn Over Interval). BOR adalah persentase pemakaian tempat tidur pada
satu satuan waktu tertentu; LOS adalah rata-rata lama perawatan (dalam
satuan hari) seorang pasien; dan TOI adalah lamanya pemakaian tempat tidur
oleh pasien (dalam satuan hari).
4. Pemakaian Tempat Tidur/Bed Occupancy Rate (BOR)
BOR merupakan persentase pemakaian tempat tidur pada satu satuan
waktu tertentu. Indikator ini dipergunakan untuk menilai kinerja rumah sakit
dengan melihat persentase pemanfaatan tempat tidur rumah sakit atau Bed
Occupation Rate (BOR). Angka BOR yang rendah menunjukkan kurangnya
pemanfaatan fasilitas perawatan rumah sakit oleh masyarakat. Angka BOR yang
tinggi (>85%) menunjukan tingkat pemanfaatan tempat tidur yang tinggi,
sehingga perlu pengembangan rumah sakit atau penambahan tempat tidur.
BOR yang ideal untuk suatu rumah sakit adalah antara 60% sampai dengan
80%.
BOR untuk seluruh rumah sakit yang ada di Provinsi Kalimantan Tengah
pada tahun 2017 sebesar 55% lebih rendah dibandingkan dengan tahun 2016

26 Profil Kesehatan Provinsi Kalimatan Tengah Tahun 2017


sebesar 57%. Angka BOR ini tidak berada pada range ideal terkait dengan
pemakaian tempat tidur. Dari 22 rumah sakit ada 8 (delapan) rumah sakit
mempunyai tingkat pemanfaatan bed occupancy rate yang dianggap cukup
ideal yaitu Rumah Sakit Dr. St. Imanuddin Kabupaten Kotawaringin Barat
sebesar 73,7%, Rumah Sakit Hanau sebesar 72.5%, Rumah Sakit Dr Murdjani
Kabupaten Kotawaringin Timur sebesar 76,5%, Rumah Sakit Pulang Pisau
sebesar 70,1%, Rumah sakit Muara Teweh sebesar 72,8%, Rumah Sakit Puruk
Cahu sebesar 60,7%, Rumah Sakit Dr Doris Sylvanus sebesar 65,7%, dan
Rumah Sakit Jiwa sebesar 63.8%. Ada 14 RS dengan tingkat pemanfaatannya
masih kurang. Data lengkap dapat dilihat pada tabel lampiran no 56.
5. Rata-rata Lama Rawat Seorang Pasien/Average Length of Stay
(ALOS)
Rata-rata lama rawat seorang pasien yang secara umum/Average
Length of Stay (ALOS) yang ideal adalah antara 6 – 9 hari. Rata-rata lama
rawat seorang pasien di RS di Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2017 adalah
sebesar 3.55 hari lebih besar dibandingkan dengan ALOS tahun 2016 sebesar
3.0 hari. Jumlah ALOS ini lebih rendah dari ALOS ideal. Dari 22 RS yang ada
semua RS mempunyai nilai ALOS dibawah atau diatas angka ideal kecuali RS
Muara Teweh dengan angka ALOS 6 hari. Data lengkap dapat dilihat pada tabel
lampiran no 56.
6. Rata-rata Hari Tempat Tidur Tidak Ditempati / Turn Of Interval (TOI)
TOI dan ALOS merupakan indikator tentang efisiensi penggunaan
tempat tidur. Semakin besar TOI maka efisiensi penggunaan tempat tidur
semakin jelek. Angka ideal untuk TOI adalah 1 – 3 hari. Rata-rata TOI di
Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2017 adalah sebesar 2.9 hari lebih besar
dibandingkan TOI tahun 2016 sebesar 2.7 hari. Data ini menunjukkan bahwa
pemanfaatan tempat tidur semakin efisien, karena berada pada kisaran TOI
ideal.
Dari 22 RS yang ada, 10 RS mempunyai nilai TOI yang masuk kategori
ideal yaitu Rumah Sakit Dr St Imanuddin, Rumah Sakit Dr Murdjani Kabupaten
Kotawaringin Timur, Rumah sakit Hanau Seruyan, Rumah Sakit Dr. Soemarno
SA Kapuas, Rumah Sakit Pulang Pisau, Rumah Sakit Murung Raya, Rumah Sakit
Muara Teweh Barito Utara, Rumah Sakit Dr. Doris Sylvanus Palangka Raya,
Rumah Sakit TNI Denkesyah, dan Rumah sakit Muhamadiyah Palangka Raya.

27 Profil Kesehatan Provinsi Kalimatan Tengah Tahun 2017


BAB IV
PEMBIAYAAN KESEHATAN

Pembiayaan kesehatan sendiri merupakan besarnya dana yang harus


disediakan untuk menyelenggarakan dan atau memanfaatkan berbagai upaya
kesehatan yang diperlukan oleh perorangan, keluarga, kelompok, dan
masyarakarat. Undang-Undang Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009 menyebutkan
bahwa pembiayaan kesehatan bertujuan untuk penyediaan pembiayaan kesehatan
yang berkesinambungan dengan jumlah yang mencukupi, teralokasi secara adil, dan
termanfaatkan. Secara umum, sumber biaya kesehatan dapat dibedakan menjadi
pembiayaan yang bersumber dari anggaran pemerintah dan pembiayaan yang
bersumber dari anggaran masyarakat.
Dewasa ini beban pembiayaan kesehatan semakin berat karena berkaitan
dengan pertambahan penduduk, transisi pola penyakit yang menimbulkan beban
ganda, inflasi biaya kesehatan serta inflasi ekonomi secara keseluruhan.
Pembiayaan kesehatan selain relatif kecil juga efektivitas dan efisiensi
penggunaannya belum optimal. Efektivitas dan efisiensi yang rendah tersebut
disinyalir berkaitan dengan jumlahnya yang kurang, alokasinya yang tidak sesuai
dengan prioritas kesehatan dan pola belanja yang cenderung pada investasi barang
dan kegiatan tidak langsung. Sehingg biaya operasional dan biaya untuk kegiatan
langsung menjadi kurang. Dalam teori dan pengalaman empiris kinerja suatu
program kesehatan sangat ditentukan oleh kecukupan anggaran operasional dan
anggaran kegiatan langsung.
Komitmen nasional maupun daerah kabupaten, kota dan Provinsi harus
mengalokasikan 10% anggaran untuk kesehatan dari Total APBD, untuk
pembiayaan kesehatan bagi keluarga miskin perlu diprioritaskan dan pada tahun
2016 alokasi dari pusat relatif meningkat dibanding tahun sebelumnya. Pembiayaan
untuk Dinas Kesehatan maupun UPT diperoleh dari APBD maupun APBN, PLN/BLN
dan lainnya yang sah.
Pembiayaan kesehatan harus mampu menjamin kesinambungan jumlah
yang mencukupi, teralokasi secara adil, dan termanfaatkan secara berhasil guna
dan berdaya guna sehingga pembangunan kesehatan demi meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat setinggitingginya dapat terlaksana. Sumber pembiayaan

28 Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017


kesehatan berasal dari pemerintah, pemerintah daerah, masyarakat, swasta dan
sumber lain. Sesuai Undang-Undang Kesehatan No 36 Tahun 2009 Tentang
Kesehatan, anggaran kesehatan pemerintah daerah provinsi, kabupaten/kota
memiliki alokasi minimal sepuluh persen dari total Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah (APBD) di luar gaji (belanja pegawai).
Pembiayaan Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2016 bersumber
dari dana APBD Kabupaten/Kota, APBD Provinsi, APBN (DAK (Fisik dan Non Fisik),
Dekon) dan Pinjaman/Hibah Luar Negeri (GF). Total pembiayaan kesehatan
bersumber pemerintah baik pemerintah daerah maupun pusat maupun hibah untuk
tahun 2017 sebesar 2.307.083.338.022 lebih kecil bila dibandingkan dengan jumlah
anggaran pada tahun 2016 sebesar Rp 2.413.832.392.650.
Rincian alokasi anggaran kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2017
adalah sebagai berikut:

a. APBD kabupaten/kota dan RSUD Kabupaten/Kota baik belanja langsung


maupun belanja tidak langsung sebesar Rp. 1.423.797.589.072 lebih kecil bila
dibandingkan dengan alokasi APBD pada tahun 2016 sebesar Rp.
1.696.205.655.725,-.
b. APBD Provinsi (Belanja langsung, Belanja Tidak langsung, RSUD Doris Sylvanus,
dan RSJ Kalawa Atei) sebesar Rp. 326.796.574.917 lebih besar bila
dibandingkan dengan APBD Provinsi pada tahun 2016 sebesar Rp. Rp.
304.307.704.526.
c. APBN (Tugas Pembantuan Provinsi, Tugas Pembantuan Kabupaten/Kota, Dana
Dekonsentrasi, DAK Provinsi dan DAK Kabupaten/Kota) sebesar Rp.
551.526.932.000 jauh lebih besar bila dibandingkan dengan alokasi anggaran
APBN pada tahun 2016 sebesar Rp. 408.388.580.200-.
d. Pinjaman/Hibah luar negeri (PHLN) berupa Global Found (GF) Malaria, TB dan
AIDS sebesar Rp. 4.962.242.033, lebih besar bila dibandingkan dengan tahun
sebelumnya sebesar Rp. 4.930.452.199,-.
Secara keseluruhan persen APBD kesehatan terhadap APBD kabupaten/kota
dan dan APBD Provinsi pada tahun 2017 sebesar 8,99% lebih rendah bila
dibandingkan dengan persentase APBD pada tahun 2016 sebesar 9.43%. Belum
mencapai target yang telah ditetapkan sebesar 10% per tahun dari Total APBD
diluar biaya gaji (UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan), sedangkan anggaran

29 Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017


kesehatan per kapita pada 2017 sebesar Rp. 904.670,45, lebih kecil bila
dibandingkan dengan anggaran kesehatan per kapita pada tahun 2016 sebesar
Rp.946.529,67-. Untuk lebih rincinya dapat dilihat pada lampiran Tabel 81.

30 Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017


BAB V
KESEHATAN IBU DAN ANAK

Anak dan ibu merupakan dua anggota keluarga yang perlu mendapatkan
prioritas dalam penyelenggaraan upaya kesehatan. Penilaian terhadap status
kesehatan dan kinerja upaya kesehatan ibu dan anak penting untuk dilakukan. Hal
tersebut disebabkan Angka Kematian Ibu dan Anak merupakan dua indikator yang
peka terhadap kualitas fasilitaspelayanan kesehatan. Kualitas fasilitas pelayanan
kesehatan yang dimaksud termasuk aksesibilitas terhadap fasilitas pelayanan
kesehatan itu sendiri.
Keadaan kesehatan sangat penting dalam menggambarkan profil kesehatan
masyarakat di suatu daerah. Dalam menilai derajat kesehatan masyarakat,
digunakan indikator Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Ibu (AKI).
Faktor-faktor yang memengaruhi derajat kesehatan masyarakat tidak hanya berasal
dari sektor kesehatan melainkan juga dipengaruhi oleh faktor ekonomi, pendidikan,
lingkungan sosial, keturunan, dan faktor lainnya.
Derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat antara lain dari angka kematian,
angka kesakitan dan status gizi. Pada bagian ini, derajat kesehatan di Provinsi
Kalimantan Tengah digambarkan melalui Angka Harapan Hidup (AHH), Angka
Kematian Bayi (AKB), Angka kematian Ibu (AKI), angka morbiditas beberapa
penyakit dan status gizi.
Upaya kesehatan di Propinsi Kalimantan Tengah telah diarahkan untuk dapat
meningkatkan kualitas hidup dan pelayanan kesehatan yang makin terjangkau oleh
seluruh lapisan masyarakat. Disamping itu dalam penanganan masalah kesehatan
harus dilakukan secara terarah dan terpadu dengan memperhatikan kondisi sosial,
ekonomi dan budaya.

A. KESEHATAN IBU
Pelayanan kesehatan yang diberikan kepada ibu selama masa kehamilan
sampai dengan nifas bertujuan untuk : a) menjamin kesehatan ibu sehingga
mampu melahirkan generasi yang sehat dan berkualitas b) mengurangi angka
kesakitan dan angkakematian pada ibu dan bayi yang baru dilahirkan c) menjamin
tercapaianya kualitas hidup dan terpenuhinya hak-hak reproduksi dan d)

31 Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017


Mempertahankan dan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan ibu dan bayi
baru lahir yang bermutu, aman dan bermanfaat.
Pelayanan kesehatan ibu meliputi pelayanan antenatal, pertolongan
persalinan oleh tenaga kesehatan dengan kompetensi kebidanan, pelayanan
terhadap ibu hamil risiko tinggi dirujuk, kunjungan neonatus dan kunjungan bayi.
Berikut sasaran program Ibu dan Anak yang dijalankan yaitu Meningkatnya
pelayanan antenatal terpadu berkualitas; Meningkatnya persalinan ditolong oleh
tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan tingkatpertama; Penanganan komplikasi
kehamilan, persalinan dan nifas di tingkat pertama dalam mendukung rujukan ke
tingkat lanjutan; Meningkatnya Pelayanan KB berkualitas, terutama KB pasca
persalinan; Meningkatnya pelayanan kesehatan reproduksi terpadu yang responsif
gender; Penguatan manajemen program kesehatan ibu dan reproduksi. Dengan
sasaran pelayanan adalah sebagai berikut : Ibu Hamil, bersalin dan nifas; Wanita
Usia Subur; Pasangan Usia Subur; Pengelola program kesehatan ibu dan
reproduksi; lintas program dan lintas sektor terkait serta Unsur organisasi profesi.
Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012,
angka kematian ibu (yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan, dan nifas)
sebesar 359 per100.000 kelahiran hidup. Kemudian jika mengacu pada hasil SUPAS
tahun 2015 angka kematian ibu berada pada angka 305 per 100.000 kelahiran
hidup. Angka ini masih cukup tinggi apalagi jika dibandingkan dengan negara–
negara tetangga.
1. Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil
Pelayanan kesehatan ibu hamil diwujudkan melalui pemberian
pelayanan antenatal sekurang-kurangnya 4 kali selama masa kehamilan,
dengan distribusi waktu minimal 1 kalipada trimester pertama (usia kehamilan
0-12 minggu), minimal 1 kali pada trimester kedua (usia kehamilan 12-24
minggu), dan minimal 2 kali pada trimester ketiga (usia kehamilan 24 minggu -
lahir). Standar waktu pelayanan tersebut dianjurkan untuk menjamin
perlindungan terhadap ibu hamil dan atau janin, berupa deteksi dini faktor
risiko, pencegahan dan penanganan dini komplikasi kehamilan.
Capaian pelayanan kesehatan ibu hamil dapat dinilai dengan
menggunakan indikator Cakupan K1 dan K4. Cakupan K1 adalah jumlah ibu
hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal pertama kali oleh tenaga
kesehatan, dibandingkan jumlah sasaran ibu hamil di satu wilayah kerja pada

32 Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017


kurun waktu satu tahun. Sedangkan Cakupan K4 adalah jumlah ibu hamil yang
telah memperoleh pelayanan antenatal sesuai dengan standar paling sedikit 4
kali sesuai jadwal yang dianjurkan, dibandingkan jumlah sasaran ibu hamil di
satu wilayah kerja padakurun waktu satu tahun. Indikator tersebut
memperlihatkan akses pelayanan kesehatan terhadap ibu hamil dan tingkat
kepatuhan ibu hamil dalam memeriksakan kehamilannya ketenaga kesehatan.
Pada tahun 2017 cakupan pelayanan K4 sebesar 84,1% lebih rendah
dibandingkan dengan tahun 2016 cakupan pelayanan K4 sebesar 79%. Capaian
K4 di Provinsi Kalimantan Tengah lebih tinggi bila dibandingkan dengan hasil
Survey Indikator Kesehatan Nasional (Sirkesnas) tahun 2016 sebesar 72,5%
dan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia tahun 2017 yang mencapai
77,4%. Secara umum semua kabupaten kota belum mencapai target sebesar
95%. Dari semua kabupaten capaian K4 yang paling tinggi adalah Kabupaten
Sukamara sebesar 91,5%, kemudian Kabupaten Pulang Pisau sebesar 90,9%
dan Kota Palangka Raya sebesar 90.2%. Sedangkan Kabupaten yang paling
rendah cakupan K4 nya adalah Kabupaten Barito selatan sebesar 61,4%,
diikuti oleh Kabupaten Seruyan 73,6% dan Kabupaten Murung Raya 67,3%.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik dibawah ini.
Gambar 5.1 Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4 Tahun 2017 Per
Kabupaten Kota di Provinsi Kalimantan Tengah

Sukamara 91.5
Pulang Pisau 90.9
Palangka Raya 90.2
Gunung Mas 90.0
Kapuas 89.4
Barito Utara 89.2
Kotawaringin Barat 87.2
Lamandau 86.7
KALTENG 84.1
Katingan 83.7
Barito Timur 82.6
Kotawaringin Timur 82.5
Murung Raya 75.7
Seruyan 73.6
Barito Selatan 61.4
0.0 20.0 40.0 60.0 80.0 100.0

Sumber : Profil Kesehatan Kab/Kota dan Bidang Kesmas Tahun 2018

33 Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017


Pelayanan kesehatan ibu hamil untuk K1 pada tahun 2017 telah
mencapai 91,6% lebih tinggi dibandingkan tahun 2016 yang mencapai 87,3%,
dan masih belum mencapai target yang telah ditetapkan sebesar 95%. Ada
beberapa kabupaten/kota yang telah mencapai cakupan lebih dari 95% seperti
Kota Palangkaraya (96.3%), Kabupaten Gunung Mas (95,1%), Kabupaten
Barito Utara (95,8%), Kabupaten Pulang Pisau (96,7%), Kabupaten Sukamara
(95,8%) dan Kabupaten Kapuas (98,0%). Kabupaten dengan capaian yang
paling rendah adalah Kabupaten Barito Selatan (75.4%), dan Kabupaten Barito
Timur (83,8%). Distribusi cakupan kunjungan ibu hamil K1 tahun 2017 per
kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Tengah dapat dilihat pada gambar 5.2
dibawah ini.
Gambar 5.2 Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K1 Tahun 2017 Per
Kabupaten Kota di Provinsi Kalimantan Tengah

Kapuas 98.0
96.7
Palangka Raya 96.3
95.8
Sukamara 95.8
95.1
Kotawaringin Barat 94.9
91.6
Kotawaringin Timur 91.5
86.8
Lamandau 86.6
86.6
Katingan 86.2
83.8
Barito Selatan 75.4
0.0 20.0 40.0 60.0 80.0 100.0

Sumber : Profil Kesehatan Kab/Kota Tahun 2018

Kesenjangan antara cakupan K1 dan K4 tidak terlalu besar yang berarti


banyak ibu hamil yang telah melakukan kunjungan pertama pelayanan
antenatal meneruskan hingga kunjungan ke-4 pada triwulan 3 kehamilannya.
Kondisi tersebut menutup peluang terjadinya kematian pada ibu melahirkan dan
bayi yang dikandungnya. Kondisi tersebut harus ditingkatkan dengan
penyuluhan ke masyarakat serta melakukan komunikasi dan edukasi yang
intensif kepada ibu hamil dan keluarganya agar memeriksakan kehamilannya
sesuai standar.

34 Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017


Upaya meningkatkan cakupan K4 juga makin diperkuat dengan telah
dikembangkannya Kelas Ibu Hamil. Sampai saat ini telah terdapat beberapa
Puskesmas maupun klinik dan rumah sakit yang melaksanakan dan
mengembangkan Kelas Ibu Hamil di wilayah kerjanya. Kelas Ibu Hamil akan
meningkatkan demand creation di kalangan ibu hamil dan keluarganya, dengan
meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku ibu hamil dan keluarganya
dalam memperoleh pelayanan kesehatan ibu secara paripurna.
Gambaran kecenderungan cakupan K1 dan K4 sejak tahun 2008 hingga
tahun 2017 dapat dilihat pada gambar 5.3 dibawah ini
Gambar 5.3. Cakupan Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil K1 Dan K4 Di Provinsi
Kalimantan Tengah Tahun 2008 – 2017
120
89.6
100 81.6 80.7 85.6 85.8 87.4 86.5
82.8 79 84.1

80 91.6
92 91.8 94 93 96 94.3 90.6
96.1 87.3
60

40 K1 K4

20

0
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Sumber : Profil Kesehatan Kab/Kota Tahun 2018
Pada gambar 5.3 di atas terlihat bahwa secara umum cakupan
pelayanan kesehatan ibu hamil K1 dan K4 mengalami trend sedikit peningkatan.
Cakupan K1 dan K4 yang secara umum mengalami peningkatan tersebut
menunjukkan semakin tinggi akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan
ibu hamil yang diberikan oleh tenaga kesehatan. Hal ini menjadi tugas semua
element kesehatan bagaimana meningkatkan akses ibu hamil kesarana
kesehatan untuk melakukan pemeriksaan kesehatan yang di harapkan dapat
menurunkan angka kematian ibu dan bayi yang merupakan masalah utama
yang belum terselesaikan.
Secara nasional, indikator kinerja cakupan pelayanan kesehatan ibu
hamil K4 pada tahun 2017 telah dapat mencapai target Rencana Strategis
(Renstra) Kementerian Kesehatan tahun yang sama, yakni sebesar 74%. Hasil

35 Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017


Riskesdas untuk Provinsi Kalimantan Tengah memperlihatkan perbedaan antara
hasil pencatatan rutin dan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013
yang dilakukan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Untuk
cakupan pelayanan kesehatan ibu hamil K1 ideal, data menurut pencatatan
rutin adalah 91,6%, sedangkan menurut Riskesdas 2013 sebesar 69.7%. Untuk
cakupan K4 ideal, menurut pencatatan rutin adalah sebesar 84.1%, sedangkan
menurut Riskesdas adalah 54%. Perbedaan ini dikarenakan pada Riskesdas
2013, sampel penelitian adalah ibu yang pernah hamil anak terakhir sejak 1
Januari 2010 hingga pada saat wawancara dilakukan. Selain itu, masih terdapat
perbedaan persepsi di daerah mengenai definisi operasional dari cakupan
pelayanan kesehatan ibu hamil K1 dan K4.

2. Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan


Upaya kesehatan ibu bersalin diwujudkan dalam upaya mendorong agar
setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih dan dilakukan di
fasilitas pelayanan kesehatan. Pencapaian upaya kesehatan ibu bersalin diukur
melalui indikator persentase persalinan ditolong tenaga kesehatan terlatih
(Cakupan Pn).
Upaya kesehatan ibu bersalin dilaksanakan dalam rangka mendorong
agar setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih yaitu dokter
spesialis kebidanan dan kandungan (SpOG), dokter umum, dan bidan, serta
diupayakan dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan. Pertolongan persalinan
adalah proses pelayanan persalinan yang dimulai pada kala I sampai dengan
kala IV persalinan. Indikator ini memperlihatkan diantaranya tingkat
kemampuan pemerintah dalam menyediakan pelayanan persalinan berkualitas
yang ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih.
Komplikasi dan kematian ibu maternal dan bayi baru lahir sebagian
besar terjadi pada masa di sekitar persalinan, hal ini disebabkan pertolongan
tidak dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai kompetensi kebidanan
(profesional). Pesan kunci MPS yaitu persalinan harus ditolong oleh tenaga
kesehatan yang terlatih (APN, Afiksia dan sejenisnya), keadaan ini belum
sepenuhnya dapat dilakukan di Kalimantan Tengah, karena itu dilakukan
kemitraan antara bidan dan dukun di mana dukun tidak lagi melayani
persalinan tetapi sebagai pendamping bidan dalam melayani persalinan,

36 Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017


sehingga dengan kondisi tersebut diharapkan mampu menurunkan angka
kematian ibu dan bayi.
Cakupan persalinan ditolong tenaga kesehatan yang memeliki komptensi
kebidanan di Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2017 sebesar 81,2% lebih
besar dibandingkan dengan tahun 2016 sebesar 78,15%. Data cakupan
persalinan oleh tenaga kesehatan mulai tahun 2010 sampai dengan 2017
secara keseluruhan di Provinsi Kalimantan Tengah dapat dilihat pada gambar
5.4 berikut ini:

Gambar 5.4 Cakupan Pertolongan Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan Provinsi


Kalimantan Tengah Tahun 2010 – 2017
Persalinan oleh Tenaga Kesehatan 2010 - 2017
92
90
88 89.8
86
87.4 86.7
84
82 84
80 82.49
81.2
78
76 79.05
78.15
74
72
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Sumber : Profil Kesehatan Kab/Kota Tahun 2018


Dari gambar diatas dapat diketahui bahwa secara umum cakupan
pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan di Provinsi Kalimantan Tengah
dalam kurun 5 tahun terakhir mulai 2013 sampai dengan 2016 mengalami
penurunan setiap tahunnya, namu ada peningkatan pada tahun 81,2%.
Cakupan secara provinsi pada tahun 2017 sebesar 81,2%. Adanya peningkatan
cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan bisa di sebabkan oleh berbagai hal
salah satunya adalah pelayanan tenaga kesehatan yang cukup baik,
kelengkapan sarana dan prasarana kesehatan di daerah yang lebih mudah
diakses dan pengetahuan ibu hamil yang meningkat. Namun yang perlu
mendapatkan perhatian adalah kenyamanan ibu hamil untuk melahirkan di
tenaga kesehatan atau disarana kesehatan yang masih kurang sehingga ibu

37 Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017


hamil lebih nyaman untuk melahirkan di rumah dan di tolong oleh dukun
beranak.
Penurunan persalinan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai
kompetensi kebidanan yang terjadi dalam kurun waktu empat tahun berturut-
turut perlu mendapatkan perhatian yang serius oleh pemerintah daerah baik di
Kabupaten maupun di provinsi, hal ini mengindikasikan adanya permasalahan di
level puskesmas dan jaringannya maupun di rumah sakit dan klinik swasta.
Persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan
merupakan salah satu program yang di harapkan bisa mengurangi AKI dan AKB
yang masih menjadi masalah utama kesehatan di Indonesia.
Sedangkan cakupan Linakes tahun 2017 di kabupaten kota di Provinsi
Kalimantan Tengah dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Gambar 5.5. Cakupan Linakes tahun 2017 di Kabupaten Kota di Provinsi


Kalimantan Tengah
Cakupan Linakes Per Kabupaten/Kota Tahun 2017
Palangka… 94.19
91.29
Pulang Pisau 90.08
87.62
Gunung Mas 86.73
86.59
Barito Utara 86.31
85.80
KALTENG 81.19
77.19
Barito Timur 77.07
74.68
Barito Selatan 70.79
65.27
Lamandau 55.15
0.00 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00

Sumber : Profil Kesehatan Kab/Kota Tahun 2018


Sebagian kabupaten/kota masih belum mencapai target yang telah
ditetapkan sebesar 85% untuk linakes, Kota Palangka Raya adalah Kota yang
paling tinggi capaian linakesnya yaitu 94,19%. Sedangkan kabupaten yang
paling rendah capaian linakesnya adalah Kabupaten Lamandau sebesar
55,15%. Lebih lengkapnya dapat dilihat pada tabel lampiran 29.

38 Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017


Pelayanan kesehatan ibu yang juga erat kaitannya dengan dengan
kelangsungan hidup ibu dan anak adalah pelayanan persalinan. Persentase
persalinan oleh tenaga kesehatan merupakan indikator SDGs goal ke-3. Capaian
Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2017 secara nasional
terkait persentase persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan mencapai
90,9%. Analisis kematian ibu yang dilakukan Direktorat Bina Kesehatan Ibu
pada tahun 2010 membuktikan bahwa kematian ibu terkait erat dengan
penolong persalinan dan tempat/fasilitas persalinan. Persalinan yang ditolong
tenaga kesehatan terbukti berkontribusi terhadap turunnya risiko kematian ibu.
Demikian pula dengan tempat/fasilitas, jika persalinan dilakukan di fasilitas
pelayanan kesehatan, juga akan semakin menekan risiko kematian ibu.
Oleh karena itu, Kementerian Kesehatan tetap konsisten dalam
menerapkan kebijakan bahwa seluruh persalinan harus ditolong oleh tenaga
kesehatan dan didorong untuk dilakukan difasilitas pelayanan kesehatan.
Kebijakan Dana Alokasi Khusus (DAK) Bidang Kesehatan menggariskan bahwa
pembangunan Puskesmas harus satu paket dengan rumah dinas tenaga
kesehatan. Demikian pula dengan pembangunan Poskesdes yang harus bisa
sekaligus menjadi rumah tinggal bagi bidan di desa. Dengan disediakan rumah
tinggal, maka tenaga kesehatan termasuk bidan akan siaga di tempat tugasnya
dan dapat memberikan pertolongan persalinan setiap saat.
Bagi ibu hamil yang di daerah tempat tinggalnya tidak ada bidan atau
jauh dari fasilitas pelayanan kesehatan, maka menjelang hari taksiran
persalinan diupayakan sudah berada didekat fasilitas pelayanan kesehatan,
yaitu di Rumah Tunggu Kelahiran. Rumah Tunggu Kelahiran tersebut dapat
berupa rumah tunggu khusus maupun di rumah sanak saudara yang dekat
dengan fasilitas pelayanan kesehatan.
3. Cakupan Pelayanan Nifas
Nifas adalah periode mulai dari 6 jam sampai dengan 42 hari pasca
persalinan. Pelayanan kesehatan ibu nifas adalah pelayanan kesehatan pada
ibu nifas sesuai standar, yang dilakukan sekurang-kurangnya 3 (tiga) kali sesuai
jadwal yang dianjurkan, yaitu pada 6 jam sampai dengan 3 hari pasca
persalinan, pada hari ke-4 sampai dengan hari ke-28 pasca persalinan, dan
pada hari ke-29 sampai dengan hari ke-42 pasca persalinan.

39 Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017


Pasca persalinan (masa nifas) berpeluang untuk terjadinya kematian ibu
maternal, sehingga perlu mendapatkan pelayanan kesehatan masa nifas
dengan dikunjungi oleh tenaga kesehatan minimal 3 (tiga) kali sejak persalinan.
Pelayanan Ibu Nifas meliputi pemberian Vitamin A dosis tinggi ibu nifas yang
kedua dan pemeriksaan kesehatan paska persalinan untuk mengetahui apakan
terjadi perdarahan paska persalinan, keluar cairan berbau dari jalan lahir,
demam lebih dari 2 (dua) hari, payudara bengkak kemerahan disertai rasa sakit
dan lain-lain. Kunjungan terhadap ibu nifas yang dilakukan petugas kesehatan
biasanya bersamaan dengan kunjungan neonatus.
Cakupan pelayanan pada ibu nifas pada tahun 2017 adalah 77,7%, lebih
rendah dibandingkan tahun 2016 sebesar 82,2%. Kondisi ini perlu
mendapatkan perhatian serius dari dinas kesehatan provinsi maupun dinas
kesehatan kabupaten/kota karena masa ibu nifas masih tergolong masa kritis
yang bisa menyebabkan kematian bayi dan ibu. Pada tahun 2016 ini hampir
semua kabupaten kota belum mencapai target yang telah ditetapkan sebesar
90%. Adapun Kabupaten/Kota yang telah mencapai target 90% adalah Kota
Palangka Raya sebesar 94,2%, Kabupaten Sukamara sebesar 92,2% dan
Kabupaten Gunung Mas sebesar 90.4%. Sedangkan Kabupaten yang terendah
capaiannya adalah Kabupaten Lamandau (57,5%), Kabupaten Kapuas (63.0%),
dan Kabupaten Barito Selatan (64.1%) lebih jelasnya dapat dilihat pada
lampiran lampiran 29.
4. Cakupan Pemberian Vitamin A pada Ibu Nifas
Ibu nifas adalah ibu yang baru melahirkan bayi baik di rumah dan atau
rumah bersalin dengan pertolongan dukun bayi dan atau tenaga kesehatan.
Suplementasi vitamin A pada ibu nifas merupakan salah satu program
penanggulangan kekurangan vitamin A. Cakupan ibu nifas mendapat kapsul
vitamin A adalah cakupan ibu nifas yang mendapat kapsul vitamin A dosis tinggi
(200.000 SI) pada periode sebelum 40 hari setelah melahirkan. Cakupan ibu
nifas mendapat kapsul vitamin A tahun 2017 sebesar 80,82% lebih besar
dibandingkan tahun 2016 sebesar 79%. Cakupan tertinggi dicapai oleh Kota
Palangka Raya sebesar 94,17%, Kabupaten Sukamara 92,24% dan Kabupaten
Gunung Mas dengan capaian (90.35%). Sementara cakupan terendah adalah
Kabupaten Seruyan sebesar (66,52%), Kabupaten Barito Selatan sebesar
(68,23%) dan Kabupaten Lamandau (72,12%). Cakupan pemberian vitamin A

40 Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017


pada ibu nifas di Provinsi Kalimantan tahun 2010 – 2017 dapat dilihat pada
gambar dibawah ini.
Gambar 5.6. Cakupan Pemberian Vitamin A pada ibu nifas di Provinsi
Kalimantan tahun 2010 – 2017

Cakupan Vitamin A 2010 - 2017

85.27 88.32 85.4


79.3 79 80.8
71.7 71.2

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Sumber : Profil Kesehatan Kab/Kota Tahun 2018

5. Persentase Ibu Hamil yang Mendapatkan Tablet Fe


Penanggulangan anemi pada ibu hamil dilaksanakan dengan
memberikan 90 tablet Fe kepada ibu hamil selama periode kehamilannya.
Cakupan ibu hamil yang mendapatkan minimal 90 tablet Fe (Fe3) di Provinsi
Kalimantan Tengah pada tahun 2017 sebesar 73,12% lebih rendah bila
dibandingkan dengan cakupan Fe 90 tablet pada tahun 2016 sebesar 76.4%.
Cakupan tertinggi dicapai Kabupaten Gunung Mas sebesar 92,54%. Sedangkan
Cakupan Fe3 yang terendah adalah Kota Palangka Raya sebesar 35,43%, diikuti
oleh Kabupaten Barito Selatan sebesar 52,54%. Untuk lebih lengkapnya dapat
dilihat pada (Lampiran 32). Trend Cakupan Ibu hamil yang mendapatkan tablet
Fe di Provinsi Kalimantan Tengah dari Tahun 2010 – 2017 dapat dilihat pada
gambar dibawah ini.

41 Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017


Gambar 5.7. Persentase Ibu Hamil yang Mendapatkan Tablet Fe di Provinsi
Kalimantan Tengah tahun 2010 – 2017
Cakupan pemberian Tablet Fe1 dan Fe3 pada
Bumil Tahun 2010 - 2016
90.3 91.7 91.3 94.0 93.3
100.0 87.0 83.1 78.4
80.0
84.3 84.6 83.0 88.0 87.0
Persentase

60.0 80.3 76.4 73.1


40.0
20.0
0.0
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
FE 1 90.3 91.7 91.3 94.0 93.3 87.0 83.1 78.4
FE 3 84.3 84.6 83.0 88.0 87.0 80.3 76.4 73.1

Sumber : Profil Kesehatan Kab/Kota Tahun 2018


Dari gambar diatas terlihat bahwa trend cakupan pemberian tablet
tambah darah pada ibu hamil mengalami penurunan dalam empat tahun
terakhir yaitu tahun 2014, tahun 2015, tahun 2016 dan tahun 2017. Ini akan
memberikan implikasi pada peningkatan resiko kematian pada ibu dan anak
serta terjadinya komplikasi kehamilan pada ibu hamil dan ibu nifas.
6. Cakupan Komplikasi Kebidanan yang Ditangani
Dalam masa kehamilan sering ditemui komplikasi kebidanan yaitu
kesakitan pada ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas yang dapat mengancam jiwa
ibu dan/atau bayi. Berdasarkan perhitungan bahwa jumlah ibu dengan
komplikasi kebidanan di suatu wilayah kerja pada kurun waktu yang sama:
dihitung berdasarkan angka estimasi 20% dari total ibu hamil disuatu wilayah
pada kurun waktu yang sama.
Komplikasi kebidanan merupakan kesakitan pada ibu hamil, ibu bersalin
dan ibu nifas yang dapat mengancam jiwa ibu dan/atau bayi. Komplikasi dalam
kehamilan diantaranya (a) Abortus, (b) Hiperemesis Gravidarum, (c)
Perdarahan per vaginam, (d) Hipertensi dalam kehamilan (preeklampsia,
eklampsia), (e) Kehamilan lewat waktu, (f) ketuban pecah dini.
Komplikasi dalam persalinan diantaranya (a) Kelainan letak/presentasi
janin, (b) Partus macet/distosia, (c) Hipertensi dalam kehamilan (preeklampsia,
eklampsia) (d) Perdarahan pasca persalinan, (e) Infeksi berat/sepsis, (f)
Kontraksi dini/persalinan premature, (g) Kehamilan ganda.

42 Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017


Cakupan penanganan ibu hamil dengan komplikasi pada tahun 2017
mencapai 36,64%, ada penurunan bila dibandingkan dengan capai penanganan
komplikasi kebidanan pada tahun 2016 yang mencapai 48.59%. Penurunan
capaian penanganan ibu hamil dengan komplikasi dibandingkan dengan tahun
2016 menunjukkan adanya penurunan pelayanan yang mendasar pada
pelayanan ibu hamil di bidan-bidan dan sarana pelayanan primer. Selain itu ada
kemungkinan karena pencatatan dan pelaporan yang kurang baik pada sarana
kesehatan baik di tingkat primer maupun sekunder. Capaian penanganan
komplikasi kebidanan yang masih jauh dari target merupakan tantangan yang
harus bisa dipecahkan bersama. Kemudian harus adanya pemahaman yang
sama terkait dengan definisi operasional mengenai komplikasi kebidanan
sehingga dalam pencatatan dan pelaporan akan lebih baik kedepannya. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada Lampiran 33.
Gambar 5.8. Cakupan Komplikasi Kebidanan Yang Ditangani di Provinsi
Kalimantan tahun 2010 – 2017

Komplikasi Kebidanan yang Ditangani


2010 - 2017
60 53.2
48.59
45.1
50 42.2 42
36.3 36.6
40
30
20 13.3
10
0
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Sumber : Profil Kesehatan Kab/Kota Tahun 2018


7. Angka Kematian Ibu (AKI)
Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk melihat
derajat kesehatan perempuan. Penurunan AKI juga merupakan salah satu
target MDGs yaitu tujuan ke 5 yaitu meningkatkan kesehatan ibu dengan
mengurangi sampai ¾ resiko jumlah kematian ibu.
Kematian ibu yang dimaksud adalah kematian seorang ibu yang
disebabkan gangguan kehamilan atau penanganannya (tidak termasuk
kecelakaan atau kasus insidentil) selama kehamilan, melahirkan dan dalam

43 Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017


masa nifas (42 hari setelah melahirkan) tanpa memperhitungkan lama
kehamilan 100.000 kelahiran hidup.
Setiap periode kehamilan hingga masa nifas berisiko mengalami
kematian maternal apabila mengalami komplikasi. AKI mengacu pada jumlah
kematian ibu yang terkait dengan masa kehamilan, persalinan, dan nifas. Angka
Kematian Ibu Maternal (AKI) merupakan salah satu indikator keberhasilan
pembangunan pada sektor kesehatan.
Untuk mengurangi AKI telah dilakukan berbagai upaya diantaranya
meningkatkan kesehatan ibu dimasyarakat dengan : (1) Program Perencanaan
Persalinan dan Pencegahan Komplikasi; (2) Kelas ibu hamil; (3) Program
kemitraan bidan dan dukun serta (4) Rumah tunggu kelahiran. Disamping itu
juga dengan meningkatkan kesehatan ibu di fasilitas pelayanan kesehatan
dasar dan rujukan dengan : (1) Pelayanan Antenatal terpadu ( HIV-AIDS, TB
dan Malaria, Gizi dan Penyakit tidak menular ); (2) Pelayanan KB berkualitas
dan berkesinambungan; (3) Pertolongan persalinan, nifas dan KB oleh tenaga
kesehatan.
AKI Kalimantan Tengah masih mengikuti angka nasional yaitu hasil
Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) Tahun 2007 sebesar 228 per
100.000 kelahiran hidup kemudian meningkat lagi angka kematian ibu (yang
berkaitan dengan kehamilan, persalinan, dan nifas) sebesar 359 per100.000
kelahiran hidup berdaarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI)
tahun 2012. Kemudian hasil SUPAS 2015 AKI mengalami penurunan menjadi
305 per 100.000 kelahiran hidup. Jumlah kasus kematian ibu maternal yang
dilaporkan di Provinsi Kalimantan Tengah pada tahun 2017 sebanyak 57 kasu
lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah kematian maternal pada tahun 2016
sebanyak 74 kasus. Trend kasus kematian ibu dalam beberapa tahun terakhir
sedikit mengalami penurunan jumlah kasus, ini menjadi tantangan bagi seluruh
stakeholder yang berkecimpung di bidang kesehatan. Jumlah kematian
terbanyak pada masa ibu bersalin dan penyebab terbanyak akibat komplikasi
dalam persalinan seperti perdarahan dan kelahiran yang sulit. Jumlah kematian
ibu maternal tertinggi di Kabupaten Kotawaringin Timur sebanyak 10 kasus,
diikuti oleh Kotawaringin Barat sebanyak 7 kasus dan Kabupaten Kabupaten
Murung Raya sebanyak 6 kasus. Jumlah kasus kematian ibu maternal pada
setiap kabupaten kota masih belum bisa menggambarkan permasalahan

44 Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017


kesehatan ibu pada suatu wilayah. Lebih jelasnya dapat dilihat pada (Lampiran,
Tabel: 6). Trend jumlah kematian ibu maternal dari tahun 2008 sampai dengan
tahun 2017 dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Gambar 5.9. Jumlah Kematian Ibu Maternal di ProvinsiKalimantan Tengah
tahun 2010 – 2017

Jumlah Kematian Ibu


120 101
100
80 80
73 73 74
80 62
57
60

40

20

0
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Sumber : Profil Kesehatan Kab/Kota Tahun 2018


Dari gambar diatas jumlah kasus kematian ibu maternal secara umum
mengalami sedikit penurunan jumlah kasus kematian. Perlu adanya upaya-
upaya yang inovatif untuk menurunkan AKI tersebut, salah satunya adalah
Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K). Program
ini menitikberatkan pada upaya perencanaan persalinan untuk mencegah
terjadinya komplikasi di tingkat masyarakat.
Penguatan primary health care (UKP dan UKM); beberapa aspek yang
saling berinteraksi dalam kematian ibu perlu mendapat perhatian, antara lain
aspek klinis, aspek pelayanan kesehatan dan faktor non kesehatan. Diperlukan
kesamaan persepsi dan pengertian semua pihak mengenai pentingnya peran
aspek klinik, aspek pelayanan kesehatan dan faktor non kesehatan dalam
penangananan masalah kematian ibu sehingga strategi untuk mengatasinya
harus merupakan integrasi yang menyeluruh dari berbagai aspek tersebut.
8. Pelayanan Keluarga Berencana
Program Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu strategi untuk
mengurangikematian ibu khususnya ibu dengan kondisi 4T; terlalu muda
melahirkan (di bawah usia 20 tahun), terlalu sering melahirkan, terlalu dekat
jarak melahirkan, dan terlalu tua melahirkan (diatas usia 35 tahun). Keluarga

45 Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017


berencana (KB) merupakan salah satu cara yang paling efektif untuk
meningkatkan ketahanan keluarga, kesehatan, dan keselamatan ibu, anak,
serta perempuan. Pelayanan KB menyediakan informasi, pendidikan, dan cara-
cara bagi laki-laki dan perempuan untuk dapat merencanakan kapan akan
mempunyai anak, berapa jumlah anak, berapa tahun jarak usia antara anak,
serta kapan akan berhenti mempunyai anak.
Baik suami maupun istri memiliki hak yang sama untuk menetapkan
berapa jumlahanak yang akan dimiliki dan kapan akan memiliki anak. Melalui
tahapan konseling pelayanan KB, pasangan usia subur (PUS) dapat
menentukan pilihan kontrasepsi sesuai dengan kondisidan kebutuhannya
berdasarkan informasi yang telah mereka pahami, termasuk keuntungan dan
kerugian, risiko metode kontrasepsi dari petugas kesehatan.
a. Peserta Keluarga Berencana Baru
Peserta Keluarga Berencana (KB) baru adalah Pasangan Usia Subur
(PUS) yang baru pertama kali menggunakan salah satu cara/alat dan/atau PUS
yang menggunakan kembali salah satu cara/alat kontrasepsi setelah mereka
berakhir masa kehamilannya.
Jumlah PUS Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2017 471.099 lebih
sedikit bila dibandingkan dengan jumlah PUS pada tahun 2016 sebanyak
471.776. Peserta KB baru pada tahun 2017 sebesar 11,4%, lebih sedikit bila
dibandingkan dengan peserta KB baru pada tahun 2016 sebesar 12,6%,.
Peserta KB baru tersebut menggunakan kontrasepsi sebagai berikut: 1)
MKJP: Tahun 2017 IUD (2,4%), MOP (0,2%), MOW (1.9%) dan Implant
(8.2%) 2) NON MKJP: Tahun 2017 Kondom (1,1%), Suntik (60,1%) dan PIL
(26,1%). Lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

46 Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017


Gambar 5.10 Persentase Pemakaian Kontrasepsi Peserta KB Baru
Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

Alat Kontrasepsi
KONDOM
Peserta KB Baru Tahun 2017
1% IUD MOP MOW IMPLAN
PIL 3% 0% 2% 8%
26%

SUNTIK
60%

Sumber : BKKBN Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2018


Sebagian besar peserta KB baru mempergunakan kontrasepsi non
MKJP yang membutuhkan pembinaan secara rutin dan berkelanjutan untuk
menjaga kelangsungan pemakaian kontrasepsi. Proporsi pemakai kontrasepsi
suntikan cukup besar yaitu 60,0% dan terendah adalah MOP yang hanya 0.2%,
hal tersebut dapat dipahami karena akses untuk memperoleh pelayanan
suntikan relatif lebih mudah, sebagai akibat tersedianya jaringan pelayanan
sampai di tingkat desa/kelurahan sehingga dekat dengan tempat tinggal
peserta KB.
Partisipasi pria (bapak) untuk menjadi peserta KB baru dengan
mempergunakan kontrasepsi MOP (hanya 0,2%) dan kondom (hanya
1,1%), karena terbatasnya pilihan kontrasepsi yang disediakan bagi pria, dan
sebagian pria masih beranggapan bahwa KB merupakan urusan ibu (istri),
sehingga ibu (istri) yang menjadi sasaran.
b. Peserta KB Aktif
Peserta KB aktif adalah akseptor yang pada saat ini memakai
kontrasepsi untuk menjarangkan kehamilan atau mengakhiri kesuburan.
Cakupan peserta KB aktif adalah perbandingan antara jumlah peserta KB aktif
dengan PUS di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Cakupan peserta
KB aktif menunjukkan tingkat pemanfaatan kontrasepsi di antara PUS.
Cakupan peserta KB aktif Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2017
sebesar 79,2% lebih besar lebih banyak bila dibandingkan dengan persentase

47 Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017


KB aktif pada tahun 2016 78,1%. Lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar
dibawah ini.

Gambar 5.11 Persentase Peserta KB Aktif Menurut Kabupaten/Kota di


Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

88.9
90.0 83.6 86.4 86.9
78.9 79.1 79.2 81.1
72.0 74.7 75.0 76.7 77.1 77.3 78.4
80.0
70.0
60.0
50.0
40.0
30.0
20.0
10.0
0.0

Sumber : BKKBN Provinsi kalimantan Tengah Tahun 2018


Gambar di atas menunjukkan bahwa Kabupaten dengan persentase
peserta KB aktif tertinggi ialah Kabupaten Sukamara sebesar 88,9%, kemudian
Kota Palangka Raya sebesar 86,9%, dan Kabupaten Murung Raya 86,4%.
Sedangkan Kabupaten dengan persentase peserta KB aktif terendah ialah
Kabupaten Kotawaringin Barat sebesar 72%, kemudian Kabupaten Gunung Mas
74,7% dan Kabupaten Barito Selatan sebesar 75,0%.
Perkembangan peserta KB aktif di Provinsi Kalimantan Tengah dalam
beberapa tahun terakhir memperlihat angka yang berfluktuasi, namun dalam
dua tahun terakhir sedikit mengalami penurunan yaitu tahun 2013 dan tahun
2014, kemudian sedikit mengalami peningkatan pada tahun2015, tahun 2016
dan tahun 2017. Tingkat prevalensi Peserta KB Aktif adalah perbandingan
antara jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) Peserta KB Aktif, dibandingkan
dengan jumlah seluruh Pasangan Usia Subur (PUS) yang terdapat di suatu
daerah/wilayah dalam suatu periode yang sama. Trend peserta KB aktif dari
tahun 2011 s.d 2017 dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

48 Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017


Gambar 5.12 Cakupan Peserta KB Aktif Provinsi Kalimantan Tengah
Tahun 2011 – 2017

Persentase KB Tahun 2011 - 2017


90.00%
80.00%
70.00% 85%
79.30% 77% 77.90% 78.10% 79.20%
60.00%
50.00%
40.00% 54.50%
30.00%
20.00%
10.00%
0.00%
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Sumber : BKKBN Provinsi kalimantan Tengah Tahun 2018

B. KESEHATAN ANAK
Upaya pemeliharaan kesehatan bayi dan anak harus ditujukan untuk
mempersiapkan generasi yang akan datang yang sehat, cerdas, dan berkualitas
serta untuk menurunkan angka kematian bayi dan anak. Upaya pemeliharaan
kesehatan anak dilakukan sejak janin masih dalam kandungan, dilahirkan, setelah
dilahirkan, dan sampai berusia 18 (delapan belas) tahun.
Upaya kesehatan anak antara lain diharapkan untuk mampu menurunkan
angka kematian anak. Indikator angka kematian yang berhubungan anak adalah
Angka Kematian Neonatal (AKN), Angka Kematian Bayi (AKB), dan Angka Kematian
Balita (AKABA). Berdasarkan hasil Survei Penduduk antar Sensus (SUPAS) tahun
2015, menunjukan hasil bahwa secara nasional AKB berada pada angka 21,80 Per
1000 kelahiran hidup, sedangkan AKABA pada angka 25,74 Per 1000 kelahiran
hidup. Hasil SUPAS 2015 untuk Provinsi Kalimantan Tengah adalah AKI 24,6 per
1000 kelahiran hidup, Angka Kematian Anak Balita 4,9 Per 1000 kelahiran hidup dan
AKABA 29,4 Per 1000 kelahiran hidup. Perhatian terhadap upaya penurunan angka
kematian neonatal (0-28 hari) menjadi penting karena kematian neonatal memberi
kontribusi terhadap 56% kematian bayi.
Hasil SDKI tahun 2017 memberikan gambaran kematian pada anak secara
nasional, belum menunjukan hasil per Provinsi. Angka Kematian anak di Indonesia
menunjukan adanya tren penurunan. Kematian neonatal turun dari 19 per 1000
kelahitran hidup menjadi 15 per 1000 kelahiran hidup, kematian bayi turun dari 32

49 Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017


per 1000 kelahiran hidup menjadi 24 per 1000 kelahiran hidup dan kematian balita
dari 40 per 1000 kelahiran hidup menjadi 32 per 1000 kelahiran hidup. Kematian
neonatal masih berkontribusi besar terhadap kematian bayi maupun kematian
balita. Angka kematian neonatal merupakan salah satu target indikator SDGs
dengan target penurunan menjadi 12 per 1000 kelahiran hidup dan Angka Kematian
Balita 25 per 1.000 pada tahun 2030.
Adapun Sasaran Nasional pada RPJMN 2015-2019 Angka Kematian Bayi yang
menjadi target yaitu 24 per kelahiran hidup pada akhir tahun 2019. Untuk mencapai
target penurunan AKB pada Renstra Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah
yaitu sebesar 23 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2020 dan 2021 maka
peningkatan akses dan kualitas pelayanan bagi bayi baru lahir (neonatal) menjadi
prioritas utama. Komitmen global dalam SDGs menetapkan target terkait kematian
anak
Data dan informasi yang akan disajikan berikut ini menerangkan berbagai
indikator kesehatan anak yang meliputi prevalensi berat badan lahir rendah (BBLR),
penanganan komplikasi neonatal, kunjungan neonatal, pelayanan kesehatan bayi,
inisiasi menyusu dini, pemberian ASI eksklusif, pemberian vitamin A, penimbangan
balita di Posyandu, imunisasi dasar, pelayanan kesehatan balita, pelayanan
kesehatan pada siswa SD/setingkat, pelayanan kesehatan peduli remaja, pelayanan
kesehatan pada kasus kekerasan anak, dan pelayanan kesehatan anak terlantar dan
anak jalanan di panti asuhan.
1. Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
BBLR terjadi karena ibu berstatus gizi tidak baik seperti KEK, anemia,
malaria dan menderita penyakit menular sexual (PMS) sebelum konsepsi atau
pada saat kehamilan. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) merupakan bayi dengan
berat lahir kurang dari 2500 gram yang ditimbang pada saat lahir sampai
dengan 24 jam pertama setelah lahir. Bayi yang lahir BBLR merupakan
manifestasi dari keadaan kurang gizi pada janin saat dalam kandungan. Bayi
yang lahir BBLR kemungkinan meninggal dunia sebelum berumur satu tahun
10-17 kali lebih besar dari bayi yang dilahirkan dengan berat badan normal.
Jadi, untuk menuju kualitas sumber daya manusia dalam arti kemampuan
intelektual yang tinggi, maka BBLR harus dicegah.
Jumlah kasus BBLR Kalimantan Tengah pada tahun 2017 sebanyak 797
kasus atau sekitar 1,9% dari total jumlah lahir hdup yang ditimbang. Jumlah

50 Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017


tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan jumlah BBLR tahun 2016 sebanyak
645 kasus atau sekitar 1,5% dari total jumlah lahir hidup yang ditimbang,.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada (Lampiran Tabel 37). Kabupaten dengan
persentase kasus BBLR paling banyak adalah Kabupaten Lamandau 7,1%,
diikuti oleh Kabupaten Barito Timur sebanyak 3,7% dan Kabupaten Gunung
Mas sebesar 2,9%. Sedangkan Kabupaten/Kota yang paling sedikit persentase
kasus BBLR nya adalah Kabupaten Barito Utara dan Kabupaten Katingan 0,0%
(Nihil) diikuti oleh Kota Palangka Raya dan Kabupaten Seruyan sebesar 0,2%,
dan Kabupaten Kotawaringin Timur dengan persentase 1,1%. Perkembangan
jumlah kasus BBLR dari tahun 2010 s/d tahun 2017 dapat dilihat pada gambar
dibawah ini.
Gambar 5.13 Perkembangan Jumlah Kasus BBLR Di Provinsi Kalimantan Tengah
Tahun 2010 s.d 2017

Kasus BBLR
1000
797
747 746
800 674 645
535 556
600 484

400

200

0
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2018


2. Penanganan Komplikasi Neonatal
Neonatal dengan komplikasi adalah neonatal dengan penyakit dan atau
kelainan yangdapat menyebabkan kecacatan dan atau kematian, seperti
asfiksia, ikterus, hipotermia, tetanus neonatorum, infeksi/sepsis, trauma lahir,
BBLR (berat lahir <2.500 gram), sindroma gangguan pernafasan, dan kelainan
kongenital maupun yang termasuk klasifikasi kuning dan merah pada
pemeriksaan dengan Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM).
Penanganan neonatal dengan komplikasi adalah penanganan terhadap
neonatal sakitdan atau neonatal dengan kelainan atau
komplikasi/kegawatdaruratan yang mendapat pelayanan sesuai standar oleh
tenaga kesehatan (dokter, bidan atau perawat) terlatih baik dirumah, sarana

51 Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017


pelayanan kesehatan dasar maupun sarana pelayanan kesehatan rujukan.
Pelayanan sesuai standar antara lain sesuai dengan standar MTBM, manajemen
Asfiksia Bayi Baru Lahir, manajemen Bayi Berat Lahir Rendah, pedoman
pelayanan neonatal essensial ditingkat pelayanan kesehatan dasar, PONED,
PONEK atau standar operasional pelayanan lainnya.
Pada gambar berikut ini disajikan gambaran cakupan penanganan
neonatal dengan komplikasi menurut Kabupaten/Kota tahun 2017.

Gambar 5.14 Cakupan Penanganan Komplikasi Neonatal Menurut


Kabupaten/ Kota Tahun 2017

Penanganan Komplikasi Neonatus 2017


Kotawaringin Barat 74.7
52.1
Pulang Pisau 36.9
30.0
Barito Timur 28.6
24.0
Barito Selatan 23.8
23.1
Lamandau 19.2
14.8
Sukamara 13.6
10.8
Kotawaringin Timur 10.2
9.3
Palangka Raya 0.5
0.0 20.0 40.0 60.0 80.0

Sumber : Profil Kesehatan Kab/Kota Tahun 2018


Capaian penanganan neonatal dengan komplikasi pada tahun 2017 di
Provinsi Kalimantan Tengah hanya sebesar 24% lebih rendah dibandingkan
tahun 2016 sebesar 32,3%. Masih jauh dari target yang telah ditetapkan dan
masih terdapat disparitas yang cukup besar antar kabupaten/kota. Capaian
tertinggi diperoleh Kabupaten Kotawaringin Barat sebesar 74.7% diikuti oleh
Kabupaten Gunung Mas sebesar 52,1% dan Kabupaten Pulang Pisau sebesar
36,9%. Capaian terendah terdapat di Kota Palangka Raya sebesar 0,5%,
kemudian Kabupaten Murung Raya sebesar 9,3% dan Kabupaten Kotawaringin
Timur sebesar 10,2%.

52 Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017


3. Kunjungan Neonatus
Kunjungan Neonatus (KN) adalah kunjungan yang dilakukan oleh
petugas kesehatan ke rumah ibu bersalin, untuk memantau dan memberi
pelayanan kesehatan untuk ibu dan bayinya. Pada Permenkes 741/Th. 2008
tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan (SPM-BK), KN dibagi
menjadi 3, yaitu: KN1 adalah kunjungan pada 0-2 hari KN2 adalah kunjungan
2-7 hari dan KN3 adalah kunjungan setelah 7-28 hari.
Pelayanan kesehatan neonatus adalah pelayanan kesehatan sesuai
standart yang di berikan oleh tenaga kesehatan yang kompeten kepada
neonatus sedikitnya 3 kali,selama periode 0 sampai 28 hari setelah lahir, baik di
fasilitas kesehatan maupun melalui kunjungan rumah. Pelayanan kesehatan
bayi adalah pelayanan kesehatan sesuai standart yang di berikan oleh tenaga
kesehatan kepada bayi sedikitnya 4 kali, selama periode 29 hari sampai dengan
11 bulan setelah bayi lahir.
Kunjungan Neonatus merupakan kunjungan bayi hingga usia kurang
dari satu bulan. Perlunya bayi usia kurang dari 1 bulan untuk melakukan
pemeriksaan karena bayi usia <1 bulan merupakan golongan umur yang paling
rentan atau memiliki resiko gangguan kesehatan paling tinggi. Dalam
melaksanakan pelayanan neonatus, petugas kesehatan di samping melakukan
pemeriksaan kesehatan bayi juga melakukan konseling perawatan bayi kepada
ibu.
Gambar 5.15 Cakupan Kunjungan Neonatal Pertama (KN1) Menurut
Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

Kotawaringin Barat 107.3


100.0
Barito Timur 99.5
98.0
Palangka Raya 96.9
96.7
Pulang Pisau 96.4
94.9
Barito Selatan 94.9
94.6
KALTENG 94.5
94.4
Murung Raya 93.5
80.0
Sukamara 75.0
0.0 20.0 40.0 60.0 80.0 100.0 120.0

Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2018

53 Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017


Dari gambar diatas diketahui capaian KN1 untuk Provinsi Kalimantan
Tengah pada tahun 2017 sebesar 94,5% sedikit lebih rendah dibandingkan
tahun 2016 sebesar 96.4%. Capaian tertinggi adalah Kabupaten Kotawaringin
Barat (107,3%), Kabupaten Barito Utara (100%), dan Kabupaten Barito Timur
dengan capaian (99,5%). Sedangkan Kabupaten yang capaian yang paling
rendah adalah Kabupaten Sukamara (75%), Kabupaten Kapuas (80%) dan
Kabupaten Murung Raya (93,5%). Secara umum capaian semua kabuapaten
kota telah mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan dengan tahun
sebelumnya. Perlu ada upaya yang lebih baik lagi agar semua kabupaten bisa
mencapai 100%.
Cakupan kunjungan KN lengkap merupakan gambaran pelayanan
kesehatan pada neonatal bulan pertama setelah kelahiran. Pelayanan
kesehatan neonatal dilaksanakan oleh dokter spesialis
anak/dokter//bidan/perawat terlatih, baik difasilitas kesehatan maupun melalui
kunjungan rumah. Setiap neonatal harus diberikan pelayanan kesehatan
sedikitnya dua kali pada minggu pertama, dan satu kali pada minggu kedua
setelah lahir. Gambaran cakupan kunjungan KN lengkap menurut Kabupaten
Kota di Provinsi Kalimantan Tengah pada tahun 2017 dapat dilihat pada gambar
berikut ini.
Gambar 5.16 Cakupan Kunjungan Neonatal Lengkap Menurut Kabupaten/Kota
Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

KN Lengkap 2017
Kotawaringin… 107.2
100.0
Barito Utara 100.0
99.5
Katingan 96.1
95.1
Palangka Raya 95.0
93.9
Kotawaringin… 92.9
92.2
KALTENG 91.8
91.0
Barito Selatan 82.4
73.6
Sukamara 68.7
0.0 20.0 40.0 60.0 80.0 100.0 120.0
Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2018

54 Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017


Pada gambar di atas terlihat bahwa pencapaian indikator KN lengkap
cukup baik di Provinsi Kalimantan Tengah pada tahun 2017 sebesar 91,8%
lebih rendah capaian KN lengkap dibandingkan tahun 2016 sebesar 93%. Capai
ini harus ditingkat pada kabuten yang capaian masing dibawah target.
Informasi lebih lanjut mengenai kunjungan neonatal dapat dilihat pada
lampiran 38.
4. Jumlah Bayi Yang Diberi ASI Ekslusif
ASI adalah hadiah yang sangat berharga yang dapat diberikan kepada
bayi, dalam keadaan miskin mungkin merupakan hadiah satu-satunya, dalam
keadaan sakit mungkin merupakan hadiah yang menyelamatkan jiwanya
(UNICEF). Oleh sebab itu pemberian ASI perlu diberikan secara eksklusif
sampai umur 6 (enam) bulan dan tetap mempertahankan pemberian ASI
dilanjutkan bersama makanan pendamping sampai usia 2 (dua) tahun.
Peningkatan pengetahuan tentang pemberian ASI ekslusif kepada
masyarakat terutama kepada ibu mulai sejak hamil sampai melahirkan.
Konseling ASI eksklusif dilakukan bertujuan peningkatan pemberian ASI
eksklusif pada bayi. Cakupan pemberian ASI ekslusif di Provinsi Kalimantan
Tengah tahun 2017 terlihat pada gambar di bawah ini.
Gambar 5.17 Persentase Bayi Yang Diberi ASI Ekslusif Pada Tahun 2017 di
Provinsi Kalimantan Tengah

ASI Eksklusif 2017


Lamandau 64.9
Kotawaringin Barat 50.4
Sukamara 33.2
Barito Utara 32.8
Barito Timur 31.3
Kapuas 23.6
Barito Selatan 21.9
Katingan 20.0
Palangka Raya 16.8
KALTENG 11.1
Pulang Pisau 6.9
Seruyan 6.4
Gunung Mas 4.7
Murung Raya 2.6
Kotawaringin Timur 0.0

0.0 10.0 20.0 30.0 40.0 50.0 60.0 70.0

Sumber : Profil Kesehatan Kab/Kota Tahun 2018

55 Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017


Gambar diatas memperlihatkan bahwa cakupan pemberian ASI Ekslusif
pada bayi rata-rata di Provinsi Kalimantan Tengah pada tahun 2017 sebesar
11,1% lebih rendah dibandingkan dengan tahun 2016 yang mencapai 20.5%.
Cakupan pemberian ASI eksklusif di Kalimantan Tengah paling tinggi di
Kabupaten Lamandau yang mencapai 64,9%, diikuti oleh Kabupaten
Kotawaringin Barat yang mencapai 50.4% dan Kabupaten Sukamara yang
mencapai 33.2%. Sedangkan yang paling rendah adalah Kabupaten Murung
Raya 2.6% persen diikuti oleh Kabupaten Gunung Mas 4,7% dan Kabupaten
Seruyan sebesar 6,4%. Kabupaten Kotawaringin Timur tidak memiliki data ASI
ekslusif pada tahun 2017.
Beberapa hal yang menghambat pemberian ASI eksklusif diantaranya
adalah:
1). Rendahnya pengetahuan ibu dan keluarga lainnya mengenai manfaat ASI
dan cara menyusui yang benar.
2). Kurangnya pelayanan konseling laktasi dan dukungan dari petugas
kesehatan.
3). Faktor sosial budaya.
4). Kondisi yang kurang memadai bagi para ibu yang bekerja.
5). Gencarnya pemasaran susu formula.
5. Pelayanan Kesehatan Bayi
Pelayanan kesehatan bayi termasuk salah satu dari beberapa indikator
yang bisa menjadi ukuran keberhasilan upaya peningkatan kesehatan bayi dan
balita. Pelayanan kesehatan pada bayi ditujukan pada bayi usia 29 hari sampai
dengan11 bulan dengan memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan
standar oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi klinis kesehatan
(dokter, bidan, dan perawat) minimal 4kali, yaitu pada 29 hari – 2 bulan, 3 – 5
bulan, 6 – 8 bulan dan 9 – 12 bulan sesuai standar di satu wilayah kerja pada
kurun waktu tertentu.
Pelayanan ini terdiri dari penimbangan berat badan, pemberian
imunisasi dasar (BCG,DPT/ HB1-3, Polio 1-4, dan Campak), Stimulasi Deteksi
Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) bayi, pemberian vitamin A pada
bayi, dan penyuluhan perawatan kesehatan bayiserta penyuluhan ASI Eksklusif,
pemberian makanan pendamping ASI (MP ASI) dan lain-lain.

56 Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017


Gambaran capaian pelayanan kesehatan bayi menurut kabupaten kota
di Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2017 dapat dilihat pada gambar berikut
ini.
Gambar 5.18 Cakupan Pelayanan Kesehatan Bayi Pada Tahun 2017 di
Provinsi Kalimantan Tengah

Pelayanan Kesehatan Bayi 2017


Pulang Pisau 101.9
Barito Utara 99.3
Palangka Raya 98.9
Kotawaringin Barat 92.6
Gunung Mas 92.4
Katingan 92.3
Seruyan 91.0
Barito Timur 86.2
KALTENG 86.1
Kapuas 84.0
Murung Raya 79.9
Kotawaringin Timur 75.5
Barito Selatan 70.5
Sukamara 67.4
Lamandau 64.9
0.0 20.0 40.0 60.0 80.0 100.0 120.0

Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota tahun 2018


Dari gambar diatas diketahui bahwa cakupan pelayanan kesehatan bayi
pada tahun 2017 untuk Provinsi Kalimantan Tengah sebesar 86,1% lebih tinggi
dibandingkan tahun 2016 sebesar 73,8%. Kabupaten dengan capaian tertinggi
adalah Kabupaten Pulang Pisau sebesar 101,9%, diikuti oleh Kabupaten Barito
Utara sebesar 99,3% dan Kota Palangka Raya sebesar 98.9%. Sedangkan
capaian terendah adalah Kabupaten Lamandau sebesar 64,9%, kemudian
Kabupaten Sukamara sebesar 67,4% dan Kabupaten Barito Selatan sebesar
70.5%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran tabel 40.
6. Imunisasi
Berbagai penyakit yang sesungguhnya dapat dicegah dengan imunisasi.
Beberapa penyakit menular yang termasuk kedalam Penyakit yang Dapat
Dicegah dengan Imunisasi (PD3I) antara lain : Difteri, Tetanus,Hepatitis B,
radang selaput otak, radang paru-paru, pertusis, dan polio. Anak yang telah
diberi imunisasi akan terlindungi dari berbagai penyakit berbahaya tersebut,
yang dapat menimbulkan kecacatan atau kematian.
Proses pembentukan antibodi untuk melawan antigen secara alamiah
disebut imunisasi alamiah. Sedangkan program imunisasi melalui pemberian

57 Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017


vaksin adalah upaya stimulasi terhadap sistem kekebalan tubuh untuk
menghasilkan antibodi dalam upaya melawan penyakit dengan melumpuhkan
“antigen” yang telah dilemahkan yang berasal dari vaksin. Imunisasi adalah
suatu cara untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif
terhadap suatu penyakit, sehingga bila kelak ia terpapar dengan penyakit
tersebut tidak akan sakit atau hanya sakit ringan.
Program imunisasi merupakan salah satu upaya untuk melindungi
penduduk terhadap penyakit tertentu. Program imunisasi diberikan kepada
populasi yang dianggap rentan terjangkit penyakit menular, yaitu bayi, anak
usia sekolah, wanita usia subur, dan ibu hamil.
a. Cakupan Desa/Kelurahan UCI
Pemerintah telah menetapkan imunisasi sebagai upaya nyata untuk
mencapai target yang telah ditetapkan, khususnya untuk menurunkan angka
kematian anak. Imunisasi dasar sangat penting diberikan sewaktu bayi (usia 0
– 11 bulan) untuk memberikan kekebalan dari penyakit-penyakit yang dapat
dicegah dengan imunisasi (PD3I). Tanpa imunisasi anak-anak mudah terserang
berbagai penyakit, kecacatan dan kematian. Indikator keberhasilan pelaksanaan
imunisasi diukur dengan pencapaian Universal Child Immunization (UCI) desa/
kelurahan, yaitu minimal 80% bayi didesa/ kelurahan telah mendapatkan
imunisasi dasar lengkap.
Sebagai salah satu indikator untuk menilai keberhasilan pelaksanaan
imunisasi adalah Universal Child Immunization atau yang biasa disingkat UCI.
UCI adalah gambaran suatu desa/kelurahan dimana ≥ 80% dari jumlah bayi (0-
11 bulan) yang ada di desa/kelurahan tersebut sudah mendapat imunisasi
dasar lengkap. Target UCI pada Renstra adalah sebesar 95%. Indikator
keberhasilan GAIN UCI mengacu pada RPJMN Tahun 2010-2014 dengan target
tahun 2012 mencapai UCI 90% dan 85% bayi mendapatkan imunisasi dasar
lengkap yaitu BCG, Hepatitis B, DPT-HB, Polio dan campak. Pencapaian UCI
desa/kelurahan di Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2017 terlihat pada gambar
berikut.

58 Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017


Gambar 5.19 Cakupan Desa/Kelurahan UCI Menurut Kabupaten/Kota Provinsi
Kalimantan Tengah Tahun 2017

UCI Per Kabupaten/Kota 2017

Lamandau 93
90
Barito Selatan 86
82
Gunung Mas 80
78
Seruyan 77
76
Sukamara 75
64
Katingan 60
55
Palangka Raya 37
32
Murung Raya 27
0 20 40 60 80 100

Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2018


Gambar diatas menunjukan bahwa capaian UCI untuk Provinsi
Kalimantan Tengah tahun 2017 adalah 64% lebih rendah dibandingkan dengan
tahun 2016 sebesar 66%. Ada 5 kabupaten dengan cakupan UCI
Desa/Kelurahan diatas 80% yaitu Kabupaten Lamandau (93%), Kabupaten
Barito Utara (90%), Kabupaten Barito Selatan (86%), Kabupaten Pulang Pisau
(82%) dan Kabupaten Gunung Mas (80%). Sedangkan capaian UCI terendah
adalah Kabupaten Murung Raya sebesar (27%), diikuti oleh Kabupaten Kapuas
(32%) dan Kota Palangka Raya (37%).
Masih banyak kabupaten kota yang belum mencapai target yang telah
ditetapkan. Kurangnya dana operasional untuk imunisasi baik rutin maupun
tambahan, dan tidak tersedianya fasilitas dan infrastruktur yang memadai.
Selain itu juga kurangnya koordinasi lintas sektor termasuk pelayanan
kesehatan swasta, kurang sumber daya yang memadai serta kurangnya
pengetahuan masyarakat tentang program dan manfaat imunisasi.
Indikator UCI akan memberikan gambar sejauh mana keterlibatan
semua pemangku kepentingan di daerah. Perkembangan UCI di Provinsi
Kalimantan Tengah dari tahun 2010 s.d 2017 dapat dilihat pada gambar
dibawah ini.

59 Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017


Gambar 5.20 Perkembangan Cakupan Desa/Kelurahan Universal Child
Immunization (UCI) 2010 – 2017
Cakupan Desa/Kelurahan Universal Child
Immunization (UCI) 2010 – 2017
100
76.5 77.3 72.8 73.9
80 70.1 68.72 66 64.3
60

40

20

0
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2018
Gambar diatas memperlihatkan bahwa pencapaian UCI desa/kelurahan
rata-rata di Provinsi Kalimantan Tengah tahun dari tahun ke tahun mengalami
penurunan. Pada tahun 2013 capaian UCI-nya mencapai 73.9% kemudian
mengalami penurunan yang terus menerus menjadi 64,3% pada tahun 2017.
Ini memberikan indikasi dan gambaran bahwa kinerja kita dalam penanganan
masalah imunisasi memerlukan inovasi yang lebih efektif agar capaian UCI akan
menjadi lebih baik di masa yang akan datang.
b. Imunisasi Dasar Lengkap pada Bayi
Cakupan Imunisasi lengkap merupakan indikator utama dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Kementerian Kesehatan (RPJMN) 2015 –
2019. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 12 tahun 2017, anak
dikategorikan menerima imunisasi lengkap apabila jika telah menerima satu
dosis vaksin BCG; tiga dosis vaksin DPT-HB atau DPT-HB-Hib; empat dosis
vaksin polio (polio 1-4) dan satu dosis vaksin campak.
Dari kelima imunisasi dasar lengkap yang diwajibkan tersebut, campak
merupakan imunisasi yang mendapat perhatian lebih yang dibuktikan dengan
komitmen Indonesia pada lingkup ASEAN dan SEARO untuk mempertahankan
cakupan imunisasi campak sebesar 90%. Hal ini terkait bahwa campak adalah
salah satu penyebab utama kematian pada balita. Dengan demikian
pencegahan campak memiliki peran signifikan dalam penurunan angka
kematian balita.

60 Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017


Cakupan imunisasi campak Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2017
sebesar 89% lebih tinggi dibandingkan capaian tahun 2016 sebesar 82,9%,.
Ada peningkatan yang cukup signifikan terkait imunisasi campak pada bayi.
Pada tingkat kabupaten/kota cakupan imunisasi campak yang mencapai >
90% sebanyak 7 kabupaten/kota yaitu Kabupaten Barito Utara (108,5%),
Kabupaten Seruyan (108,8%), Kota Palangka Raya (103,8), Kabupaten Pulang
Pisau (100,3%), Kabupaten Kotawaringin Barat (92,7%), Kabupaten Lamandau
(92,2% dan Kabupaten Sukamara (91%). Sedangkan kabupaten yang paling
rendah capaian imunisasi campaknya adalah Kabupaten Kapuas (67,3%),
Kabupaten Barito Selatan (75,6%) dan Kabupaten Gunung Mas (82,1%). Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Gambar 5.21 Persentase Cakupan Imunisasi Campak Provinsi
Kalimantan Tengah Tahun 2017

CAKUPAN CAMPAK TAHUN 2017

Barito Utara 108.5


106.8
Palangka Raya 103.8
100.3
Kotawaringin Barat 92.7
92.2
Sukamara 91.0
89.0
Katingan 87.7
87.6
Kotawaringin Timur 86.9
86.2
Gunung Mas 82.1
75.6
Kapuas 67.3
0.0 20.0 40.0 60.0 80.0 100.0 120.0

Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun


2018

Program imunisasi pada bayi mengharapkan agar setiap bayi


mendapatkan kelima jenis imunisasi dasar lengkap. Keberhasilan seorang bayi
dalam mendapatkan 5 jenis imunisasi dasar tersebut diukur melalui indikator
imunisasi dasar lengkap. Capaian indikator ini di Provinsi Kalimantan Tengah
pada tahun 2017 sebesar 86,1%. Lebih besar bila dibandingkan dengan
capaian pada 2016 sebesar 75%. Angka ini belum memenuhi target yang telah
ditetapkan sebesar 90%. Ada 8 kabupaten kota dengan cakupan imunisasi
dasar lengkap > 90%, yaitu Barito Utara (112,%), Seruyan (105,5%), Palangka

61 Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017


Raya (101,1%), Lamandau (96,1%), Sukamara (93,8%), Barito Timur (93,3%),
Pulang Pisau (93,1%) dan Kotawaringin Barat (91,4%). Sedangkan tiga
kabupaten dengan capaian terendah adalah Kabupaten Kapuas sebesar 59%,
diikuti oleh Kabupaten Barito Selatan sebesar 66.3%, dan Kabupaten Murung
Raya sebesar 78.1%. Untuk lebih lengkap mengenai data dan informasi terkait
imunisasi dasar pada bayi yang menurut kabupaten/kota tahun 2017 terdapat
pada lampiran 43.
Gambar 5.22 Persentase Cakupan Imunisasi Dasar Lengkap Provinsi
Kalimantan Tengah Tahun 2017

Imunisasi Lengkap Tahun 2017


Barito Utara 112.2
105.5
Palangka Raya 101.1
96.1
Sukamara 93.8
93.3
Pulang Pisau 93.1
91.4
KALTENG 86.1
85.9
Gunung Mas 81.1
80.8
Murung Raya 78.1
66.3
Kapuas 59.0
0.0 20.0 40.0 60.0 80.0 100.0 120.0

Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota tahun 2018


7. Cakupan Pemberian Vitamin A pada Bayi
Kurang Vitamin A (KVA) masih merupakan masalah yang tersebar
diseluruh dunia terutama di negara berkembang dan dapat terjadi pada semua
umur terutama pada masa pertumbuhan. KVA dalam tubuh dapat menimbulkan
berbagai jenis penyakit yang merupakan “Nutrition Related Diseases” yang
dapat mengenai berbagai macam anatomi dan fungsi dari organ tubuh seperti
menurunkan sistem kekebalan tubuh dan menurunkan epitelisme sel-sel kulit.
Salah satu dampak kurang Vitamin A adalah kelainan pada mata yang
umumnya terjadi pada anak usia 6 bulan – 4 tahun yang menjadi penyebab
utama kebutaan di negara berkembang.
Pemberian kapsul vitamin A dilakukan terhadap bayi (6-11 bulan)
dengan dosis 100.000 SI, anak balita (12-59 bulan) dengan dosis 200.000 SI,
dan ibu nifas diberikan kapsul vitamin A 200.000 SI, sehingga bayinya akan
memperoleh vitamin A yang cukup melalui ASI. Pemberian Kapsul Vitamin A

62 Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017


diberikan secara serentak setiap bulan Februari dan Agustus padabalita usia 6-
59 bulan.
Cakupan Pemberian vitamin A pada bayi di Provinsi Kalimantan Tengah
pada tahun 2017 sebesar 61,85% lebih rendah dibandingkan dengan tahun
2016 sebesar 84,46%. Data cakupan pemberian vitamin A pada bayi
menunjukan bahwa ada 2 kabupaten yang capaiannya masih diatas 80% yaitu
Kabupaten Kotawaringin Barat (84,77%) dan Kabupaten Barito Utara (86,13%).
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran tabel 44.
8. Cakupan Pemberian Vitamin A pada Anak Balita dan Balita
Salah satu program penanggulangan KVA yang telah dijalankan adalah
dengan suplementasi kapsul Vitamin A dosis tinggi 2 kali pertahun pada Balita
dan ibu nifas untuk mempertahankan bebas buta karena KVA dan mencegah
berkembangnya kembali masalah Xerofthalmia dengan segala manifestasinya
(gangguan penglihatan, buta senja dan bahkan kebutaan sampai kematian).
Disamping itu pemantapan program distribusi kapsul Vitamin A dosis tinggi juga
dapat mendorong tumbuh kembang anak serta meningkatkan daya tahan anak
terhadap penyakit infeksi, sehingga dapat menurunkan angka kesakitan dan
kematian pada bayi dan anak.
Balita yang dimaksud dalam program distribusi kapsul Vitamin A adalah
anak umur 12–59 bulan yang mendapat kapsul vitamin A dosis tinggi. Kapsul
Vitamin A dosis tinggi terdiri dari kapsul vitamin A berwarna merah dengan
dosis 200.000 SI yang diberikan pada anak umur 12-59 bulan dan diberikan
pada bulan Februari dan Agustus setiap tahunnya.
Cakupan pemberian kapsul vitamin A pada anak balita tahun 2017
sebesar 80,75% lebih rendah dibandingkan dengan capai tahun 2016 sebesar
84,82%. Ada 6 (enam) kabupaten yang memiliki cakupannya masih rendah
yaitu kurang dari 85 persen yaitu Kabupaten Kotawaringin Timur (77,09%),
Kabupaten Kapuas (66%), Kabupaten Sukamara (76,14%), Kabupaten Barito
Utara (78,90%), Kabupaten Seruyan (73,51%) dan Kabupaten Murung Raya
(78,33%). Lebih lengkapnya dapat dilihat pada lampiran tabel 44.
Cakupan pemberian kapsul vitamin A pada Balita tahun 2017 sebesar
79,39% lebih tinggi dibandingkan tahun 2016 sebesar 79,31%. Capaian
tertinggi pemberian vitamin A pada balita adalah Kabupaten Barito Selatan

63 Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017


sebesar 96,93%. Sedangkan yang cakupannya terendah adalah Kabupaten
Kapuas sebesar 66,79%. Lebih lengkapnya dapat dilihat pada lampiran tabel
44.
Cakupan pemberian kapsul vitamin A pada balita selama 7 tahun
terakhir (2010-2017) dapat dilihat dalam gambar berikut ini:
Gambar 5.23 Cakupan Pemberian Kapsul Vit. A pada Balita di Provinsi
Kalimantan Tengah Tahun 2010–2017

Vitamin A Pada Balita 2010 - 2017


84 81.32
82
78.89 79.31
80
78
75.16 79.39
76
74 76.24
72 73.75
70
71.32
68
66
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Sumber : Profil Kesehatan Kab/Kota Tahun 2018
Dari grafik diatas secara umum terlihat perkembangan cakupan
pemberian kapsul vitamin A pada balita dari tahun ke tahun terus mengalami
fluktuasi dan cenderung naik turun. Masih diperlukan upaya lebih untuk
meningkatkan cakupan pemberian kapsul vitamin A pada Balita. Upaya tersebut
antara lain melalui peningkatan integrasi pelayanan kesehatan anak, sweeping
pada daerah yang cakupannya masih rendah dan memaksimalkan kampanye
pemberian kapsul vitamin A. Lebih jelasnya mengenai data pemberian kapsul
vitamin A pada bayi dan anak balita dapat dilihat pada lampiran tabel 44.
9. Cakupan Penimbangan Baduta di Posyandu (D/S)
Penimbangan terhadap bayi dan balita yang dilakukan di posyandu
merupakan upaya masyarakat memantau pertumbuhan dan perkembangan
bayi dan balita yang dintegrasikan dengan pelayanan kesehatan dasar lain
(KIA, Imunisasi, Pemberantasan Penyakit). Partisipasi masyarakat dalam
penimbangan di posyandu tersebut digambarkan dalam perbandingan jumlah
baduta yang ditimbang (D) dengan jumlah balita seluruhnya (S). Semakin tinggi

64 Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017


partisipasi masyarakat dalam penimbangan di posyandu maka semakin baik
pula data yang dapat menggambarkan status gizi balita.
Kegiatan penimbangan anak baduta di Posyandu (D/S) menjadi salah
satu indikator yang ditetapkan pada Renstra Kementerian Kesehatan. Indikator
ini berkaitan dengan cakupan pelayanan gizi pada balita, cakupan pelayanan
kesehatan dasar khususnya imunisasi serta penanganan prevalensi gizi kurang
pada balita. Dengan cakupan D/S yang tinggi, diharapkan semakin tinggi pula
cakupan vitamin A, cakupan imunisasi dan semakin rendah prevalensi masalah
gizi. Cakupan penimbangan Baduta di posyandu (D/S) di Provinsi Kalimantan
Tengah pada tahun 2016 dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Gambar 5.24. Persentase D/S Baduta Yang di Timbang Per Kabupaten/Kota
Tahun 2017 di Provinsi Kalimantan Tengah

Seruyan 86
79
Pulang Pisau 78
77
Kotawaringin Barat 76
72
Barito Utara 72
72
Murung Raya 67
64
Palangka Raya 60
60
Barito Selatan 53
49
Kotawaringin Timur 47
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90

Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2018


Pada gambar diatas diketahui bahwa cakupan penimbangan baduta
pada tingkat provinsi pada tahun 2017 sebesar 64% lebih tinggi dibandingkan
tahun 2016 sebesar 57,7%. Capaian ini masih jauh dari target yang telah
ditetapkan yaitu sebesar 80%. Kabupaten yang memiliki capaian tertinggi
adalah Kabupaten Seruyan sebesar 86%, diikuti oleh Kabupaten Sukamar
sebesar 79%, dan Kabupaten Pulang Pisau sebesar 78%. Sedangkan capaian
terendah adalah Kabupaten Kotawaringin Timur sebesar 47% diikuti oleh
Kabupaten Gunung Mas sebesar 49% dan Kabupaten Barito Selatan 53%.
Lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran tabel no 45.

65 Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017


Banyak hal dapat mampengaruhi tingkat pencapaian partisipasi
masyarakat dalam penimbangan di posyandu antara lain tingkat pendidikan,
tingkat pengetahuan masyarakat tentang kesehatan dan gizi, faktor ekonomi
dan sosial budaya. Dari data yang ada menggambarkan bahwa pedesaan dan
perkotaan tidak memperlihatkan perbedaan yang menyolok dalam partisipasi
masyarakat tetapi yang sangat berpengaruh adalah faktor ekonomi dan sosial
budaya.
10. Pelayanan Kesehatan Anak Balita
Kesehatan bayi dan balita harus dipantau untuk memastikan kesehatan
mereka selalu dalam kondisi optimal. Untuk itu dipakai indikator-indikator yang
bisa menjadi ukuran keberhasilan upaya peningkatan kesehatan bayi dan balita,
salah satu diantaranya adalahpelayanan kesehatan anak balita. Adapun batasan
anak balita adalah setiap anak yang beradapada kisaran umur 12 sampai
dengan 59 bulan.
Pemantauan pertumbuhan balita meliputi perkembangan anak bawah
lima tahun (balita) perlu dilakukan karena sedang pengukuran berat badan
pertinggi/panjang badan (BB/TB). Ditingkat masyarakat pemanatauan
pertumbuhan adalah pengukuran berat badan per umur (BB/U) set
iap bulan di Posyandu, Taman Bermain, Pos PAUD (Pendidikan Anak
Usia Dini), Taman Penitipan Anak dan Taman Kanak-Kanak serta raudhatul
athfal dll.
Pelayanan kesehatan pada anak balita dilakukan oleh tenaga kesehatan
dan memperoleh:
a. Pelayanan Pemantauan pertumbuhan minimal 8 kali setahun (Penimbangan
berat
badan dan pengukuran tinggi badan minimal 8 kali dalam setahun).
b. Pemberian vitamin A dua kali dalam setahun yakni setiap bulan Februari
danAgustus
c. Stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang balita minimal 2 kali
dalam
setahun.
c. Pelayanan Anak Balita Sakit sesuai standar menggunakan Manajemen
Terpadu Balita Sakit (MTBS).

66 Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017


Cakupan pelayanan anak balita (12-59 Bulan) yang mendapat pelayanan
kesehatan (minimal 8 kali) Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2017 sebesar
71,1% lebih rendah dibandingkan tahun 2016 sebesar 63,3%. Penurunan ini
mengindikasikan kinerja pelayanan kesehatan yang kurang maksimal yang
dilakukan oleh dinas kesehatan Kabupaten/Kota dan puskesmas beserta
jaringannya dalam memberikan pelayanan kesehatan pada balita. Capaian ini
masih jauh dari target yang telah telah ditentukan. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada gambar di bawah ini.
Gambar 5.25 Cakupan Pelayanan Kesehatan Anak Balita Menurut
Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Tahun 2017

Cakupan Yankes Pada Anak Balita 2017

Kotawaringin Barat 93.6


Palangka Raya 90.2
Barito Utara 89.8
Lamandau 88.0
Murung Raya 85.4
Gunung Mas 80.3
Barito Selatan 72.4
Pulang Pisau 71.8
Kapuas 71.2
KALTENG 71.1
Sukamara 64.4
Katingan 64.1
Kotawaringin Timur 59.7
Seruyan 57.7
Barito Timur 0.0
0.0 20.0 40.0 60.0 80.0 100.0

Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2018


Dari gambar diatas terlihat ada 6 Kabupaten/kota yang memiliki capaian
melebihi 80% yaitu Kabupaten Kotawaringin Barat yang memiliki capaian
tertinggi yaitu sebesar 93,6%, diikuti oleh Kota Palangka Raya sebesar 90,2%,
Kabupaten Barito Utara sebesar 89.8%, Kabupaten Lamandau sebesar 88%,
Kabupaten Murung Raya sebesar (85,4%) dan Kabupaten Gunung Mas sebesar
80,3%. Sedangkan Kabupaten dengan capaian terendah adalah Kabupaten
Barito Timur sebesar 0 %, diikuti oleh Kabupaten Seruyan sebesar 57.7% dan
Kabupaten Kotawaringin Timur sebesar 59.7%. Data lengkap terkait pelayanan
kesehatan anak balita disajikan pada lampiran 46.

67 Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017


11. Penjaringan Kesehatan Pada Siswa SD dan Setingkat
Mulai masuk sekolah merupakan hal penting bagi tahap perkembangan
anak. Banyakmasalah kesehatan terjadi pada anak usia sekolah, seperti
misalnya pelaksanaan Perilaku HidupBersih dan Sehat (PHBS) seperti
menggosok gigi dengan baik dan benar, mencuci tanganmenggunakan sabun,
karies gigi, kecacingan, kelainan refraksi/ketajaman penglihatan danmasalah
gizi. Pelayanan kesehatan pada anak termasuk pula intervensi pada anak usia
sekolah.
Anak usia sekolah merupakan sasaran yang strategis untuk pelaksanaan
programkesehatan, karena selain jumlahnya yang besar, mereka juga
merupakan sasaran yang mudah dijangkau karena terorganisir dengan baik.
Sasaran dari pelaksanaan kegiatan ini diutamakan untuk siswa SD/sederajat
kelas 1. Pemeriksaan kesehatan dilaksanakan oleh tenaga kesehatan bersama
tenaga lainnya yang terlatih (guru UKS/UKSG dan dokter kecil). Tenaga
kesehatan disini adalah tenaga medis, tenaga keperawatan atau petugas
puskesmas lainnya yang telah dilatih sebagai tenaga pelaksana UKS/UKGS.
Guru UKS/UKGS adalah guru kelas atau guru yangditunjuk sebagai pembina
UKS/UKGS di sekolah dan telah dilatih tentang UKS/UKGS. Dokterkecil adalah
kader kesehatan sekolah yang biasanya berasal dari murid kelas 4 dan 5 SD
dansetingkat yang telah mendapatkan pelatihan dokter kecil.
Cakupan penjaringan kesehatan siswa kelas 1 SD dan setingkat yang
mendapat pelayanan kesehatan pada tahun 2017 sebesar 97,9% lebih tinggi
dibandingkan tahun 2016 sebesar 72,5%. Lebih jelasnya dapat dilihat pada
lampiran pada tabel 49.

68 Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017


Gambar 5.26 Cakupan Sekolah Dasar/Setingkat Yang Melaksanakan
Penjaringan Siswa SD/Setingkat Kelas 1 Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2017

Lamandau 100.0
100.0
Gunung Mas 99.4
98.0
KALTENG 97.9
95.3
Pulang Pisau 95.1
94.4
Kapuas 92.4
91.6
Palangka Raya 90.7
89.5
Sukamara 87.5
85.3
Seruyan 0.0

0.0 20.0 40.0 60.0 80.0 100.0

Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2018

Dari gambar diatas diketahui bahwa sebagian besar kabupaten kota


belum memenuhi target 95%, hanya 6 kabupaten yang telah mencapai target
yaitu Kabupaten Lamandau, Barito Selatan, Gunung Mas, Barito Utara,
Kabupaten Kotawaringin Timur dan Kabupaten Pulang Pisau. Sedangkan
capaian terendah terdapat di Kabupaten Seruyan 0%, selanjutnya adalah
Kabupaten Katingan sebesar 85,3% dan Kabupaten Sukamara sebesar 87,5%.
12. Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut
a. Rasio Tambal Cabut Gigi Tetap
Pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Puskesmas meliputi kegiatan
pelayanan dasar gigi dan upaya kesehatan gigi sekolah. Kegiatan pelayanan
dasar gigi adalah tumpatan (penambalan) gigi tetap dan pencabutan gigi tetap.
Indikasi dari perhatian masyarakat adalah bila tumpatan gigi tetap semakin
bertambah banyak berarti masyarakat lebih memperhatikan kesehatan gigi
yang merupakan tindakan preventif, sebelum gigi tetap betul betul rusak dan
harus dicabut. Pencabutan gigi tetap adalah tindakan kuratif dan rehabilitatif
yang merupakan tindakan terakhir yang harus diambil oleh seorang pasien.
Jumlah tumpatan gigi tetap tahun 2017 sebanyak 12.533 lebih sedikit
dibandingkan jumlah tumpatan gigi tetap pada tahun 2016 sebanyak 13,876.

69 Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017


Sementara jumlah pencabutan gigi tetap pada tahun 2017 sebanyak 9.538
lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah pencabutan gigi tetap pada tahun
2016 sebanyak 11.903. Data tersebut menandakan bahwa motivasi masyarakat
dalam mempertahankan gigi geliginya belum maksimal, selain itu sudah
semakin banyak masyarakat yang sadar dan melakukan pemeriksaan gigi geligi.
Walaupun sudah ada peningkatan namun harus tetap diperlukan penyuluhan
yang terus menerus agar masyarakat memeriksakan giginya secara teratur.
Sementara itu rasio tumpatan dan pencabutan gigi tetap tahun 2017
adalah 1,3 lebih tinggi dibandingkan rasio tumpatan pada tahun 2016 sebesar
1,2. Hal tersebut menunjukan bahwa masyarakat mulai mempertahankan gigi
geligi, walaupun masih banyak yang melakukan pencabutan gigi dibandingkan
melakukan tumpatan gigi tetap.
Perkembangan pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Provinsi
Kalimantan Tengah dari tahun 2010 – 2017 dapat dilihat pada gambar dibawah
ini.

Gambar 5.27 Trend Cakupan Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di Provinsi
Kalimantan Tengah Tahun 2010-2017

Pelayanan Kesehatan Gigi Tahun 2010 - 2017


16000
14000 11927 13876
12000 11903 12533
10000 8729 8474
7802 10839 9538
8000 6372 6326
6000 5933
4000 5943 6372
4521 4684
2000
0
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
Tumpatan Gigi Tetap Pencabutan Gigi Tetap

Sumber : Profil Kesehatan Kab/Kota Tahun 2018


Gambar diatas menunjukan bahwa trend jumlah pencabutan gigi pada
tahun 2017 lebih sedikit dibandingkan tumpatan gigi tetapnya (rasio tinggi),
menandakan bahwa masyarakat di kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan
Tengah sudah mulai memperhatikan kesehatan gigi dan mulut dengan melihat
rasio pencabutan gigi dibandingkan dengan tumpatan gigi tetap yang sudah
lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya. Ini dimungkinkan frekuensi

70 Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017


penyuluhan kesehatan gigi dan mulut yang dilakukan oleh petugas kesehatan di
setiap lini, baik yang dilakukan didalam maupun diluar gedung sudah semakin
baik.
b. Murid SD/MI Mendapat Pemeriksaan Gigi dan Mulut
Pelayanan kesehatan gigi dan mulut dalam bentuk upaya promotif,
preventif, dan kuratif sederhana seperti pencabutan gigi sulung, pengobatan,
dan penambalan sementara gigi sulung dan gigi tetap, yang dilakukan baik di
sekolah maupun dirujuk ke puskesmas minimal 2 kali dalam setahun. Mulut
merupakan suatu tempat yang amat ideal bagi perkembangan bakteri. Bila
tidak dibersihkan dengan sempurna, sisa makanan yang terselip bersama
bakteri akan tetap melekat pada gigi kita.
SD/MI yang mendapatkan pelayanan kesehatan gigi pada tahun 2017
sebanyak 1159 SD/MI (68%) jauh lebih tinggi dibandingkan pada tahun 2016
sebanyak 9.4%. Pada tahun 2017 ada 4 (empat) kabupaten yang tidak memiliki
data pemeriksaan kesehatan gigi pada anak SD/MI yaitu Kabupaten
Kotawaringin Barat, Kapuas, Seruyan dan Kabupaten Barito Utara. Secara
umum capaian seluruh kabupaten kota rata-rata masih sangat rendah dalam
pelayanan kesehatan gigi dan mulut pada anak SD/MI. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada lampiran Tabel 51.
Jumlah Murid SD/MI diperiksa pada tahun 2017 sebanyak 38.334 anak
(78%), jauh lehih banyak dibandingkan dengan jumlah anak yang diperiksa
giginya pada tahun 2016 yang berjumlah 7017 anak. Sedangkan yang
memerlukan perawatan kesehatan gigi dan mulut berjumlah 14.818 anak dan
yang mendapatkan perawatan gigi dan mulut murid SD/MI di Provinsi
Kalimantan Tengah tahun 2017 sebanyak 3.874 anak (26%) lebih sedikit
dibandingkan dengan tahun 2016 sebanyak 55.5%.
Masih rendahnya cakupan pelayanan kesehatan gigi dan mulut
disebabkan masih kurangnya tenaga kesehatan gigi baik itu dokter gigi maupun
perawat gigi dan anggaran pelayanan kesehatan gigi dan mulut pada anak
SD/MI sederajat yang masih minim. Sehingga perlu ada upaya peningkatan
tenaga kesehatan gigi dan peningkatan anggaran di Kalimantan Tengah baik
yang bersumber dari pusat maupun dari daerah, sehingga Upaya Kesehatan
Gigi Sekolah (UKGS) dapat dioptimalkan.

71 Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017


13. Pelayanan Kesehataan Usia Lanjut
Usia Lanjut adalah penduduk dengan usia 60 tahun ke atas. Penduduk
usia lanjut perlu diberi perhatian karena biasanya pada usia lanjut akan timbul
banyak keluhan/masalah kesehatan karena turunnya fungsi organ tubuh, oleh
karena itu baik pelayanan maupun fasilitas kesehatan juga harus
memperhatikan kebutuhan usia lanjut. Pada tahun 2017 jumlah penduduk usila
sebanyak 146.055 orang lebih banyak dibandingkan jumlah usila tahun 2016
dengan jumlah penduduk usila sebanyak 141.400 orang. Dari jumlah tersebut
yang mendapat pelayanan kesehatan pada tahun 2017 sebanyak 30,56% lebih
sedikit dibandingkan tahun 2016 sebanyak 34,62%. Lebih jelasnya dapat dilihat
pada lampiran tabel 52.
14. Angka Kematian Bayi (AKB)
Keberhasilan program pembangunan kesehatan dan perkembangan
derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat dari angka kematian pada suatu
wilayah yang dipantau dari waktu ke waktu. Angka kematian di komunitas pada
umumnya diperoleh melalui data survey sedangkan data kematian yang ada di
fasilitas kesehatan hanya memperlihatkan kasus rujukan.
Angka Kematian Bayi (AKB) atau Infan Mortality rate adalah banyaknya
bayi yang meninggal sebelum mencapai usia satu tahun per 1.000 kelahiran
hidup (KH). Sedangkan Angka Kematian Balita adalah jumlah anak yang
meninggal sebelum usia 5 tahun. AKB dan AKABA dapat digunakan untuk
menggambarkan tingkat permasalahan kesehatan anak termasuk status gizi,
sanitasi dan angka kesakitan lainnya. AKB dapat menggambarkan kondisi sosial
ekonomi masyarakat setempat, karena bayi adalah kelompok usia yang paling
rentan terkena dampak dari perubahan lingkungan maupun sosial ekonomi.
Indikator AKB terkait langsung dengan target kelangsungan hidup anak dan
merefleksikan kondisi sosial-ekonomi, lingkungan tempat tinggal dan
kesehatannya. Pneumonia dan diare merupakan penyakit infeksi yang menjadi
penyebab utama kematian bayi di Indonesia dengan lebih dari 50 ribu balita
meninggal per tahun akibat penyakit tersebut.
AKB Provinsi Kalimantan Tengah mengalami fluktuasi dari dalam kurun
waktu 2003-2017. Menurut data dari Survei Demografi dan Kesehatan
Indonesia (SDKI) yang dikeluarkan oleh BPS menunjukkan bahwa di Provinsi
Kalimantan Tengah pada tahun 2003 terdapat AKB sebesar 40/1000 kelahiran

72 Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017


hidup kemudian mengalami penurunan pada tahun 2007 sebesar 30/1000
kelahiran hidup dan kembali mengalami penurunan yang signifikan pada tahun
2010 sebesar 23/1000 kelahiran hidup. Namun berdasarkan hasil SDKI tahun
2012 angka kematian bayi mengalami peningkatan cukup besar menjadi
49/1000 kelahiran hidup, dan terakhir berdasarkan hasil SUPAS tahun 2015
menunjukan angka kematian bayi mengalami penurunan menjadi 24.6
(25)/1000 kelahiran hidup. Kemudian data SDKI tahun 2017 yang
mengeluarkan AKB secara nasional menjadi 24 per 1000 kelahiran hidup. Tren
data angka kematian bayi (AKB) Provinsi Kalimantan Tengah 2003 – 2017
terlihat pada grafik berikut.
Gambar 5.28 Tren data angka kematian bayi (AKB) Provinsi Kalimantan
Tengah 2003 – 2017 Berdasarkan SDKI dan SUPAS 2015

Tren Angka Kematian Bayi 2003 - 2017


60 49

50
40

40 30
25 24
30

20

10

0
2003 2007 2012 2015 2017

Sumber: SDKI Tahun 2003, 2012, 2017 dan SUPAS 2015

Penurunan angka kematian bayi menunjukan sudah semakin baiknya


status kesehatan ibu dan bayi baru lahir; Semakin mudahnya akses dan kualitas
pelayanan kesehatan ibu dan anak; Peningkatan pengetahuan serta perilaku
ibu hamil, keluarga, serta masyarakat yang belum mendukung perilaku hidup
bersih dan sehat.
Gambar diatas memperlihatkan bahwa Angka Kematian Bayi Provinsi
Kalimantan Tengah menunjukan penurunan yang cukup tinggi, namun
diperlukan upaya yang sangat keras lagi untuk menurunkan AKB sehingga
mencapai target. Berdasarkan perhitungan target yang ingin dicapai maka

73 Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017


Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah telah menetapkan target AKB yang
tertuang dalam RPJMD Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2016-2021 turun
menjadi 23/1000 kelahiran hidup. Disamping itu pemerintah pusat juga telah
menetapkan target yang ingin dicapai yaitu AKB turun menjadi 23/1000
kelahiran hidup.
Gambar 5.29 Jumlah Kasus Kematian Bayi di Kalimantan Tengah Tahun 2017

Jumlah Kematian Bayi Per Kab/Kota


tahun 2017
76
80
70
60 46
50 31 32 35
40 20 22 26 26
30 14 19
20 4 7 10
10
0

Sumber: Profil Kesehatan Kab/Kota Tahun 2018


Gambar diatas memperlihatkan gambaran jumlah kasus kematian bayi di
Provinsi Kalimantan Tengah pada tahun 2017. Total kematian bayi pada tahun
2017 di Provinsi Kalimantan Tengah sebanyak 368 kasus lebih sedikit
dibandingkan tahun 2016 di Provinsi Kalimantan Tengah sebanyak 392 kasus.
Kabupaten dengan jumlah kematian bayi paling sedikit adalah Kota
Palangka Raya sebanyak 4 kasus, diikuti oleh Kabupaten Barito Utara sebanyak
7 kasus dan Kabupaten Barito Timur sebanyak 10 kasus. Sedangkan Kabupaten
dengan jumlah kasus kematian paling banyak adalah Kabupaten Kotawaringin
Timur sebanyak 76 kasus, diikuti oleh Kabupaten Kotawaringin Barat sebanyak
46 kasus, dan Kabupaten Kapuas sebanyak 35 kasus. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada (lampiran 5).

C. STATUS GIZI
Isu status gizi masyarakat masih menjadi perhatian serius pemerintah.
Dampak gizi padaibu hamil, bayi, balita, dan anak merupakan investasi besar bagi
pembangunan nasional.Peningkatan status gizi masyarakat dilakukandengan
meningkatkan akses masyarakatpada pelayanan gizi.

74 Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017


Upaya perbaikan gizi masyarakat bertujuan untuk meningkatkan mutu gizi
perorangan dan masyarakat, antara lain yaitu melalui perbaikan pola konsumsi
makanan, perbaikan perilaku sadar gizi, dan peningkatan akses dan mutu pelayanan
gizi dan kesehatan sesuai dengan kemajuan ilmu dan teknologi. Upaya perbaikan
gizi dilaksanakan secara bertahap dan berkesinambungan sesuai dengan
pentahapan prioritas pembangunan nasional.
Keadaan gizi yang baik merupakan prasyarat utama dalam mewujudkan
sumberdaya manusia yang sehat dan berkualitas. Jika ditelusuri, masalah gizi terjadi
disetiap siklus kehidupan, dimulai sejak dalam kandungan (janin), bayi, anak,
dewasa, dan usia lanjut.
Status gizi seseorang mempunyai hubungan yang erat dengan permasalahan
kesehatan secara umum, disamping merupakan faktor predisposisi yang dapat
memperparah penyakit infeksi secara langsung juga dapat menyebabkan terjadinya
gangguan kesehatan individu. Status gizi pada janin/bayi sangat ditentukan oleh
status gizi ibu hamil atau ibu menyusui.
1. Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan
Kementerian Kesehatan mengeluarkan Peraturan Presiden Republik
Indonesia Nomor 42 Tahun 2013 tentang Gerakan Nasional Percepatan
Perbaikan Gizi. Gerakan Nasional ini adalah upaya penggalangan partisipasi dan
kepedulian pemangku kepentingan secara terencana dan terkoordinir. Tujuan
utamanya adalah untuk mempercepat perbaikan gizi, khususnya pada periode
usia 1000 hari pertama kehidupan atau sejak masa janin sampai usia 2 tahun.
Kekurangan gizi terutama pada anak-anak balita dapat menyebabkan
meningkatnya risiko kematian, terganggunya pertumbuhan fisik dan
perkembangan mental serta kecerdasan bila tidak ditangani dengan segera.
Cakupan balita gizi buruk mendapat perawatan pada tahun 2010
(100%), tahun 2011 (100%), tahun 2012 (100%), tahun 2013 (100 %), tahun
2014 (100%),tahun 2015 adalah (100%), tahun 2016 (100%) dan tahun 2017
(94,4%). Jumlah kasus gizi buruk pada tahun 2017 berjumlah 54 kasus lebih
sedikit dibandingkan dengan jumlah kasus gizi buruk pada tahun 2016 yang
berjumlah 69 kasus. Dari semua kasus gizi buruk yang terlacak, maupun yang
datang sendiri ke petugas kesehatan dan sarana pelayanan kesehatan
mendapat perawatan dengan pemberian bantuan MP-ASI selama
perawatan/penanganan, namun pada tahun 2017 ada 3 kasus gizi buruk yang

75 Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017


tidak mendapatkan perawatan. Selengkapnya dapat dilihat pada gambar berikut
ini. Namun perlu diperhatikan data prevalensi kasus gizi buruk yang ditemukan
melalui Pemantauan Status Gizi (PSG) yang dilakukan setiap tahun, sehingga
bisa dijadikan sebagai data pembanding untuk data rutin terkait penanganan
kasus gizi buruk yang dilakukan di sarana pelayanan kesehatan.
Gambar 5.30 Cakupan balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan tahun
2010 - 2017

Cakupan Balita Gizi Buruk Yang


Mendapat Perawatan
101 100 100 100 100 100 100 100
100
99
98
97
96 94.4
95
94
93
92
91
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Sumber: Profil Kesehatan Kab/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2018


Dalam upaya untuk terus menekan terjadinya gizi buruk dan gizi kurang
pada balita perlu dilakukan kegiatan yang efektif dalam rangka penanggulangan
gizi buruk dan gizi kurang berupa menyediakan materi-materi penunjang
berupa buku-buku pedoman, brosur-brosur maupun leaflet-leaflet, melakukan
pelacakan balita gizi buruk, memperbaiki sistem rujukan dan pasca rujukan
sehingga mengurangi risiko jatuh kembali balita ke dalam status gizi buruk,
peningkatan kegiatan pemantauan pertumbuhan diPosyandu, menyediakan
buffer stock PMT untuk balita, serta PMT pemulihan melalui dana BOK maupun
dana lain.
Selain pelatihan tata laksana gizi buruk, dilakukan juga pengembangan
Pusat Pemulihan Gizi Therapeutic Feeding Centre (TFC) dan Community
Feeding Centre/ Pemulihan Gizi Berbasis Masyarakat (CFC/PGBM) yang
merupakan bentuk upaya untuk memulihkan gizi buruk di masyarakat. Fasilitas
ini berfungsi sebagai tempat perawatan dan pengobatan anak gizi buruk (tanpa

76 Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017


penyakit penyerta) secara intensif, dan melibatkan keluarga dalam perawatan
anak tersebut.
Penyebaran kasus gizi buruk pada balita menyebar ke hampir di semua
kabupaten Kota yang ada di Kalimantan Tengah kecuali Kabupaten Lamandau
yang tidak memiliki kasus gizi buruk.
2. Balita Bawah Garis Merah (BGM)
Aspek tumbuh kembang pada masa balita juga merupakan suatu hal
yang sangat penting, yang sering diabaikan oleh tenaga kesehatan khususnya
di lapangan. Biasanya penanganan yang dilakukan lebih banyak difokuskan
pada mengatasi penyakitnya, sementara tumbuh kembangnya diabaikan.
Adapun salah satu masalah pada pertumbuhan balita yakni balita
dengan Berat Badan (BB) di Bawah Garis Merah (BGM). Balita BGM adalah
balita yang saat ditimbang berat badannya berada pada garis merah atau di
bawah garis merah pada Kartu Menuju Sehat (KMS). KMS adalah kartu yang
memuat kurva pertumbuhan normal anak berdasarkan indeks antropometri
berat atau tinggi badan menurut umur, mencatat pemberian kapsul vitamin A
serta vaksinasi.Balita dengan BGM (Bawah Garis Merah) adalah balita dengan
berat badan menurut umur (BB/U) berada dibawah garis merah pada KMS. Jika
anak berada pada BGM maka diperlukan tindakan kewaspadaan “warning” agar
anak tidak mengalami menderita gangguan pertumbuhan dan penyakit infeksi
serta perhatian pada pola asuh agar lebih ditingkatkan. BGM bukan
menunjukkan keadaan status gizi buruk tetapi sebagai peringatan untuk
konfirmasi dan tindak lanjut. Persentase kasus BGM di Kabupaten/Kota pada
tahun 2016 dapat dilihat pada gambar berikut ini. (Lampiran 47).

77 Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017


Gambar 5.31 Persentase Balita dengan Berat Badan di Bawah Garis Merah
(BGM) Tahun 2017 di Provinsi Kalimantan Tengah

BGM Pada Balita Tahun 2017

Barito Timur 2.96


2.79
Kotawaringin Barat 2.45
2.20
Barito Selatan 1.95
1.94
Murung Raya 1.73
1.72
KALTENG 1.57
1.33
Pulang Pisau 1.31
1.13
Palangka Raya 0.83
0.53
Barito Utara 0.28

0.00 0.50 1.00 1.50 2.00 2.50 3.00

Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten Kota Tahun 2018


Dari gambar diatas diketahui bahwa persentase balita yang mengalami
BGM di Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2017 sebesar 1,57% lebih rendah
dibandingkan dengan tahun 2016 sebesar 2.97%. dari total balita yang ada.
Kabupaten dengan persentase terendah adalah Kabupaten Barito Utara sebesar
0.28% diikuti oleh Kotawaringin Timur sebesar 0.53% dan Kota Palangka Raya
sebesar 0,83%. Sedangkan Kabupaten dengan persetase BGM pada balita
tertinggi adalah Kabupaten Barito Timur sebesar 2,96%, diikuti oleh Lamandau
sebesar 2,79% dan Kabupaten Kotawaringin Barat sebesar 2,45%.
Seorang balita BGM dapat disebabkan oleh karena pola asuh anak yang
tidak baik dan sosial ekonomi keluarga yang rendah. Apabila balita BGM
diberikan perhatian yang lebih dan diberikan asupan gizi yang baik, balita
tersebut tidak akan mengalami gizi kurang maupun gizi buruk. Namun, apabila
pola asuh pada balita BGM tidak baik, akan menyebabkan anak menderita gizi
kurang atau bahkan gizi buruk. Pola asuh anak sangat berperan penting dalam
menentukan status gizi balita.

78 Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017


BAB VI
PENGENDALIAN PENYAKIT DAN PENYEHATAN LINGKUNGAN

A. Pengendalian Penyakit
1. Penyakit Menular
a. Tuberkolusis (TB)
Tuberkulosis merupakan penyakit yang menjadi perhatian global. Dengan
berbagai upaya pengendalian yang dilakukan, insidens dan kematian akibat
tuberkulosis telah menurun, namun tuberkulosis diperkirakan masih menyerang
9,6 juta orang dan menyebabkan 1,2 juta kematian pada tahun 2014. India,
Indonesia dan China merupakan negara dengan penderita tuberkulosis terbanyak
yaitu berturut-turut 23%, 10% dan 10% dari seluruh penderita di dunia (WHO,
Global Tuberculosis Report, 2015).
Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh
infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis. Sumber penularan yaitu pasien TB
BTA (bakteri tahan asam) positif melalui percik renik dahak yang dikeluarkannya.
TB dengan BTA negatif juga masih memiliki kemungkinan menularkan penyakit
TB meskipun dengan tingkat penularan yang kecil. Beban penyakit yang
disebabkan oleh tuberkulosis dapat diukur dengan Case Notification Rate (CNR),
prevalensi, dan mortalitas/kematian.
1). Kasus baru BTA (+)
Pada tahun 2017 ditemukan jumlah kasus baru tuberkulosis sebanyak
2033 kasus, lebih banyak bila dibandingkan dengan jumlah penemuan kasus
pada tahun 2016 sebanyak 1580 kasus. Jumlah kasus tertinggi yang dilaporkan
terdapat di Kabupaten Kotawaringin Barat sebanyak 316 kasus, diikuti oleh
Kabupaten Kotawaringin Timur sebanyak 310 kasus dan Kabupaten Kapuas
dengan jumlah kasus sebanyak 246 kasus. Sedangkan kabupaten yang paling
sedikit jumlah kasus BTA + yang ditemukan adalah di Kabupaten Pulang Pisau
sebanyak 40 kasus, kemudian Kabupaten Lamandau sebanyak 49 kasus dan
Kabupaten Gunung Mas dengan jumlah kasus sebanyak 61 kasus.
Menurut jenis kelamin, jumlah kasus pada laki-laki lebih tinggi daripada
perempuan yaitu pada laki-laki sebanyak 1.098 kasus sedangkan pada
perempuan sebanyak 629 kasus. Pada masing-masing Kabupaten/Kota seluruh

79 Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017


Provinsi Kalimantan Tengah kasus lebih banyak terjadi pada laki-laki
dibandingkan perempuan.
2). Proporsi Pasien Baru BTA Positif diantara semua kasus TB
Persentase pasien tuberkulosis paru terkonfirmasi bakteriologis di antara
semua pasien tuberkulosis paru tercatat (bakteriologis dan klinis), merupakan
indikator yang menggambarkan prioritas penemuan pasien tuberkulosis yang
menular di antara seluruh pasien tuberkulosis yang diobati. Angka ini minimal
70%, bila jauh lebih rendah, berarti diagnosis kurang memberikan prioritas untuk
menemukan pasien yang menular.
Di Provinsi Kalimantan Tengah proporsi pasien baru BTA (+) diantara
semua kasus pada tahun 2017 adalah 57,8% lebih tinggi bila dibandingkan
dengan capaian pada tahun 2016 adalah 53.3%. Hal ini menunjukan bahwa
secara nasional target masih belum terpenuhi. Namun ada beberapa kabupaten
yang telah mencapai target adalah Kabupaten Barito Utara (100%), Barito
Selatan (89,8%) dan Kabupaten Sukamara (86,3%). Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada gambar dibawah ini:
Gambar 6.1 Proporsi Pasien Baru BTA Positif Diantara Semua Kasus TB
Di Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

Barito Utara 100.0


Barito Selatan 89.8
Sukamara 86.3
Gunung Mas 70.1
Kotawaringin Barat 66.9
Kotawaringin Timur 65.5
Katingan 61.7
Barito Timur 59.8
Kapuas 58.7
KALTENG 57.8
Seruyan 52.8
Pulang Pisau 42.1
Lamandau 41.9
Murung Raya 37.1
Palangka Raya 28.7
0.0 20.0 40.0 60.0 80.0 100.0

Sumber Data : Profil Kesehatan Kabupaten Kota dan Bidang P2P Tahun 2018
Gambar 6.1 diatas memperlihatkan bahwa tahun 2016, proporsi pasien
tuberkulosis paru terkonfirmasi bakteriologis di antara semua pasien tuberkulosis
paru tercatat/diobati di Provinsi Kalimantan Tengah belum mencapai target yang
diharapkan karena hanya mencapai 57.8%, ada sedikit peningkatan daripada
tahun sebelumnya yang hanya 53,3%. Hal itu mengindikasikan diagnosis kurang

80 Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017


memberikan prioritas untuk menemukan pasien yang menular di Provinsi
Kalimantan Tengah.

3). Proporsi Pasien Baru TB Paru Terkonfirmasi Laboratorium diantara


terduga TB
Proporsi pasien baru TB Paru Terkonfirmasi Laboratorium diantara
terduga TB menggambarkan mutu dari proses penemuan, diagnosis serta
kepekaan menetapkan kriteria terduga. Angka ini sekitar 5 – 15%. Jika
angka < 5% menunjukan bahwa penjaringan terlalu longgar dan adanya
masalah dalam pemeriksaan laboratorium (negatif palsu). Jika angka >15%
-kemungkinan disebabkan penjaringan terlalu ketat atau masalah dalam
pemeriksaan laboratorium (positif palsu).
Di Provinsi Kalimantan Tengah, proporsi pasien baru TB Paru
Terkonfirmasi Laboratorium diantara terduga TB pada tahun 2017 adalah
12,5%, lebih rendah dibandingkan dengan capaian pada tahun 2016
sebesar 13.6%. Kabupaten dengan proporsi antara 5-15% sebanyak 7
(tujuh) kabupaten, yaitu Kotawaringin Timur (15%), Murung Raya (14,8%),
Pulang Pisau (14,5%), Kotawaringin Barat (8.2%), Barito Utara (7,9%),
Sukamara (6,5%) dan Kabupaten Barito Timur (5,1%). Untuk Lebih
lengkapnya dapat dilihat pada gambar berikut ini:
Gambar 6.2 Proporsi Pasien Baru TB Paru Terkonfirmasi Laboratorium
Terduga Diantara TB Di Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2017

Katingan 63.5
22.3
Kapuas 17.6
16.8
Palangka Raya 16.2
15.6
Barito Selatan 15.6 Target 5 - 15%
15.0
Murung Raya 14.8
14.5
KALTENG 12.5
8.2
Barito Utara 7.9
6.5
Barito Timur 5.1
0.0 10.0 20.0 30.0 40.0 50.0 60.0 70.0

Sumber Data : Profil Kesehatan Kabupaten Kota dan Bidang P2P Tahun 2018

81 Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017


4). Angka Notifikasi Kasus atau Case Notification Rate (CNR)
Angka notifikasi kasus adalah angka yang menunjukkan jumlah
pasien baru yang ditemukan dan tercatat di antara 100.000 penduduk di
suatu wilayah tertentu. Angka ini apabila dikumpulkan serial akan
menggambarkan kecenderungan penemuan kasus dari tahun ke tahun di
wilayah tersebut. Angka ini berguna untuk menunjukkan kecenderungan
(trend) meningkat atau tidak.
Gambar 6.3 menunjukkan angka notifikasi kasus baru tuberkulosis
paru terkonfirmasi bakteriologis dan angka notifikasi seluruh kasus
tuberkulosis per 100.000 penduduk dari tahun 2011-2017. Angka notifikasi
kasus baru tuberkulosis paru terkonfirmasi bakteriologis pada tahun 2017 di
Provinsi Kalimantan Tengah sebesar 78,03 per 100.000 penduduk,
meningkat dibandingkan tahun 2016 yang sebesar 61.96 per 100.000
penduduk. Sedangkan angka notifikasi seluruh kasus tuberkulosis pada
tahun 2017 sebesar 135 per 100.000 penduduk meningkat dibandingkan
tahun 2016 sebesar 116 per 100.000 penduduk.
Gambar 6.3 Angka CNR Kasus Baru TB BTA + dan CNR Seluruh Kasus TB
Per. 100.000 Penduduk Di Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2011 - 2017

160 135
140 125
114.5 116.2
120 102 97
100 78
65.8 67 69.7 69.3
80 57 62
60 62.9
40
20
0
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
CNR Seluruh Kasus TB/100.000 Penduduk
CNR BTA+/100.000 Penduduk
Sumber Data : Profil Kesehatan Kabupaten Kota dan Bidang P2P Tahun 2018

5). Angka Keberhasilan Pengobatan


Salah satu upaya untuk mengendalikan TB yaitu dengan pengobatan.
Indikator yang digunakan sebagai evaluasi pengobatan yaitu angka keberhasilan
pengobatan (success rate). Angka keberhasilan pengobatan ini dibentuk dari
angka kesembuhan dan angka pengobatan lengkap. Pada tahun 2017 angka
keberhasilan pengobatan adalah 84,11% lebih tinggi bila dibandingkan dengan
capaian pada tahun 2016 sebesar 82.7%. Capaian tersebut masih belum

82 Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017


mencapai target nasional sebesar 85%. Berikut ini gambaran keberhasilan
pengobatan penderita TB dalam kurun waktu 5 tahun dari 2013 – 2017.

Tabel 6.4. Angka Keberhasilan Pengobatan Pasien Tuberkulosis Di


Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2013-2017

Angka Keberhasilan Pengobatan TB Paru di


Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2013 - 2017
120
96.05
100 82.7 84.11
76.24
80
57.41
60
40
20
0
2013 2014 2015 2016 2017

Sumber Data : Profil Kesehatan Kabupaten Kota dan Bidang P2P Tahun 2018

Pada Gambar 6.4 terlihat peningkatan angka keberhasilan pengobatan pada


tahun 2016 dibandingkan 2 tahun sebelumnya dan meningkat kembali pada
tahun 2017. Pada tahun 2017 angka keberhasilan pengobatan sebesar 84,11%.
WHO menetapkan standar angka keberhasilan pengobatan sebesar 85%.
Gambar 6.5 Angka Keberhasilan Pengobatan (Succes Rate) TB Paru Per
Kabupaten/Kota Di Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

Barito Utara 205.0


Kotawaringin Barat 110.7
Murung Raya 100.0
Barito Selatan 100.0
Sukamara 97.6
Pulang Pisau 92.5
Lamandau 88.9
Kotawaringin Timur 87.7
Barito Timur 84.3
KALTENG 84.1
Kapuas 82.0
Katingan 59.1
Gunung Mas 54.0
Seruyan 50.5
Palangka Raya 29.9
0.0 50.0 100.0 150.0 200.0 250.0

Sumber Data : Profil Kesehatan Kabupaten Kota dan Bidang P2P Tahun 2018

83 Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017


Dari gambar di atas diketahui bahwa terdapat 8 kabupaten yang telah
mencapai target nasional (≥ 85%) yaitu Kabupaten Barito Utara (205%),
Kabupaten Kotawaringin Barat sebesar 110.7%, Kabupaten Murung Raya
sebesar 100%, Kabupaten Barito Selatan sebesar 100%, Sukamara sebesar
97.6%, Pulang Pisau sebesar 92.5%, Lamandau sebesar 88.9% dan Kabupaten
Kotawaringin Timur sebesar 87.7%. Keberhasilan pengobatan kasus TB yang
belum dicapai oleh semua kabupaten/kota, merupakan masalah yang perlu kita
pecahkan bersama baik Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota maupun Dinas
Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah dan juga peran serta seluruh masyarakat
serta para stakeholder yang berkepentingan terkait penanggulangan masalah TB
paru.
b. HIV, AIDS DAN SYPHILIS
HIV/AIDS merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi
Human Immunodeficiency Virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh.
Infeksi tersebut menyebabkan penderita mengalami penurunan ketahanan tubuh
sehingga sangat mudah untuk terinfeksi berbagai macam penyakit lain.
Sebelum memasuki fase AIDS, penderita terlebih dulu dinyatakan sebagai
HIV positif. Jumlah HIV positif yang ada di masyarakat dapat diketahui melalui 3
metode, yaitu pada layanan Voluntary, Counseling, and Testing(VCT), sero
survey, dan Survei Terpadu Biologis dan Perilaku (STBP).
1). Jumlah Kasus HIV dan AIDS
Jumlah kasus HIV positif yang dilaporkan pada tahun 2017 sebanyak 181
kasus lebih banyak bila dibandingkan dengan jumlah kasus pada tahun 2016
sebanyak 155 kasus. Sedangkan jumlah penderita AIDS pada tahun 2017
sebanyak 48 kasus, jauh lebih sedikit bila dibandingkan dengan jumlah kasus
pada pada tahun 2016 sebanyak 101 kasus.
Perkembangan jumlah kasus baru HIV positif per tahun sampai tahun
2017 disajikan pada Gambar 6.6 di bawah ini.

84 Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017


Gambar 6.6. Perkembangan Jumlah Kasus HIV Positif dan Kasus AIDS di
Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2011 - 2017
200 181
167
155
150 121
96 101
100 71
64
47 48
50 21 25
14 15

0
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

HIV AIDS

Sumber Data : Profil Kesehatan Kabupaten Kota dan Bidang P2P Tahun 2018
Pada gambar di atas secara umum penemuan kasus HIV positif terus
mengalami peningkatan sedangkan penemuan kasus AIDS mengalami
penurunan. Pada penemuan jumlah kasus HIV baru dari tahun 2013 sebanyak
71 kasus meningkat menjadi 121 kasus pada tahun 2014 kemudian meningkat
lagi menjadi 167 kasus pada tahun 2015 dan mengalami penurunan pada tahun
2016 menjadi 155 kasus kemudian meningkat kembali pada tahun 2017 menjadi
181 kasus. Demikian juga dengan jumlah kasus AIDS dari tahun 2011 yang
berjumlah 21 kasus mengalami peningkatan menjadi 101 kasus pada tahun
2016, kemudian turun kembali menjadi 48 kasus pada tahun 2017.
Menurut jenis kelamin, persentase kasus baru HIV AIDS tahun 2017 pada
kelompok jenis kelamin tidak terlalu berbeda jauh, persentase laki-laki lebih besar
dibandingkan pada kelompok perempuan seperti digambarkan di bawah ini.
Gambar 6.7. Proporsi penderita HIV AIDS Menurut Jenis Kelamin Tahun
2017 di Provinsi Kalimantan Tengah
Poporsi Jenis Kelamin Penderita HIV AIDS tahun 2017
56.91 52.08 47.92
43.09
60

40

20

0
Laki-Laki Perempuan

HIV AID

Sumber Data : Profil Kesehatan Kabupaten Kota dan Bidang P2P Tahun 2018

85 Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017


Proporsi penderita HIV AIDS pada tahun 2017 menurut kelompok umur
dapat dilihat pada gambar berikut ini.
Gambar 6.8. Proporsi penderita AIDS Menurut Kelompok Umur Tahun
2017 di Provinsi Kalimantan Tengah

100
81.25
80 61.88
60
40 24.31
10.42 6.634.17
20 0.552.08 1.1 2.08 5.52 0
0
≤ 4 TAHUN 5 - 14 TAHUN 15 - 19 TAHUN 20 - 24 TAHUN 25 - 49 TAHUN ≥ 50 TAHUN

HIV Positif AIDS

Sumber Data : Profil Kesehatan Kabupaten Kota dan Bidang P2P Tahun 2018

Dari gambar diatas diketahui bahwa proporsi kelompok umur yang paling
banyak pada kasus HIV positif maupun penderita AIDS pada tahun 2017 adalah
pada kelompok umur 25 – 49 tahun dengan proporsi masing-masing 61,88% dan
81.25%, diikuti oleh kelompok umur 20 – 24 tahun masing-masing sebesar
24.31% dan 10.42% dan kelompok umur ≥ 50 masing-masing sebesar 6.63%
dan 4.17%. Kelompok umur tersebut masuk ke dalam kelompok umur produktif
yang aktif secara seksual dan termasuk kelompok umur yang banyak
menggunakan NAPZA suntik.
2). Jumlah Kematian Akibat AIDS
Jumlah kematian akibat Kematian akibat AIDS pada tahun 2017
berjumlah 31 orang dengan rincian 21 laki-laki dan 10 perempuan, jauh lebih
banyak bila dibandingkan dengan jumlah kasus kematian akibat AIDS pada tahun
2016 berjumlah 26 orang. Sedangkan proporsi berdasarkan jenis kelamin 67.74%
kematian pada kelompok laki-laki sedangkan pada kelompok perempuan sebesar
32,26%.
Penderita syphilis yang dilaporkan pada tahun 2017 berjumlah 5 orang,
menurun tajam bila dibandingkan dengan jumlah kasus syphilis pada tahun 2016
yang hanya berjumlah 101 orang. Proporsi penderita syphilis berdasarkan jenis
kelamin adalah penderita laki-laki sebanyak 3 orang (60%) dan penderita
perempuan sebanyak 2 orang (40%).

86 Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017


c. Pnemonia
Pneumonia merupakan infeksi akut yang menyerang jaringan paru
(alveoli) yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, atau terhirup udara yang
tercemar. Kelompok rentan terserang pneumonia adalah balita, usia lanjut dan
yang memiliki masalah kesehatan seperti gangguan malnutrisi dan gangguan
imunologi.
Penyakit ini merupakan penyakit utama penyebab kesakitan dan
kematian bayi dan balita. Namun perhatian dunia selama ini terhadap pneumonia
sangat sedikit sehingga ISPA dikenal sebagai the forgotten pandemic. Oleh
karena itu dunia memasukan pneumonia kedalam komitmen global MDGs untuk
ditanggulangi bersama. Diperkirakan 10% dari seluruh balita pernah menderita
pneumonia.
Secara nasional penderita pnemonia balita yang ditemukan dan diobati
ditargetkan sebesar 80%. Cakupan penemuan pneumonia balita yang ditemukan
dan diobati sesuai dengan standar di Provinsi Kalimantan Tengah pada tahun
2017 sebanyak 705 kasus (2,8%) lebih banyak bila dibandingkan dengan jumlah
kasus pada tahun 2016 sebanyak 590 kasus (2.34%). Berbagai kendala yang
ditemui dalam penanggulangan pneumonia adalah cara penularannya yang lintas
udara (air borne desease), sulitnya mengidentifikasi gejala pneumonia oleh
masyarakat serta masih minimnya pelatihan tenaga kesehatan dalam tatalaksana
penderita pneumonia balita (MTBS).
Gambar 6.9 Jumlah Penderita Pnemonia Balita Provinsi Kalimantan Tengah
Tahun 2011 – 2017

Perkembangan Jumlah Kasus Pneumonia


pada Balita di Prov. Kalteng
1000 735
800 681
590
455
600 771 705
400
460
200
0
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Sumber Data : Profil Kesehatan Kabupaten Kota dan Bidang P2P Tahun 2018

87 Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017


Dari gambar diatas diketahui perkembangan jumlah kasus penderita
pnemonia pada balita Provinsi Kalimantan Tengah terus mengalami perubahan
terjadi penurunan jumlah kasus pada tahun 2011 s.d 2014 dari 765 kasus
menjadi 460 kasus, kemudian mengalami peningkatan jumlah kasus dari tahun
2014 sampai dengan tahun 2017 dengan jumlah kasus sebanyak 460 kasus
menjadi 705 kasus pada tahun 2017. Perkembangan dan perubahan jumlah
kasus pnemonia ini agar terus menjadi prioritas dan meningkatkan program
penanggulangannya sehingga jumlah kasus menjadi nol. Lebih jelasnya dapat
dilihat pada lampiran tabel 10.
d. Diare
Diare merupakan penyakit ketika terjadi perubahan konsistensi feses dan
peningkatan frekuensi buang air besar. Diare merupakan penyakit yang potensial
menimbulkan kejadian luar biasa (KLB). Kejadian diare dipengaruhi oleh berbagai
faktor, antara lain : faktor lingkungan, gizi, kependudukan, pendidikan, keadaan
sosial ekonomi dan perilaku masyarakat.
Tahun 2017, KLB Diare dilaporkan terjadi di Kabupaten Kapuas dan Kota
Palangka Raya dengan jumlah kematian sebanyak 3 orang. Penderita Diare yang
berobat dan ditangani di faslitas pelayanan kesehatan dasar pada tahun 2017
sebanyak 42.935 (61%) lebih rendah dibandingkan tahun 2016 dengan jumlah
penderita 42.988 (78,8%), dari target penemuan penderita. Sebaran persentase
diare yang ditangani di Kabupaten Kota pada tahun 2017 dapat dilihat pada
gambar berikut ini:
Gambar 6.10. Persentase Kasus Diare yang Ditangani di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan Dasar Di Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

Murung Raya 129.1


107.9
Kapuas 100.0
76.8
Pulang Pisau 73.0
70.3
Seruyan 67.3
62.7
KALTENG 61.0
43.8
Gunung Mas 37.1
35.8
Kotawaringin Timur 35.5
20.3
Barito Timur 2.6
0.0 50.0 100.0 150.0

-Sumber data : Profil Kabupenten/Kota dan Bidang P2P, Tahun 2018

88 Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017


e. Kusta
Penyebab kusta adalah Mycobacterium leprae, yang ditemukan oleh
warganegara Norwegia, G.A Armauer Hansen pada tahun 1873 dan sampai
sekarang belum dapat dibiakkan dalam media buatan. Keberadaan Kusta
terdapat dimana-mana, terutama di Asia, Afrika, Amerika Latin, daerah tropis dan
subtropis, serta masyarakat sosial ekonomi rendah, selain penyakit
menyeramkan dan ditakuti oleh karena dapat terjadi ulserasi, mutilasi dan
deformitas. Penderita kusta bukan menderita penyakitnya saja, tetapi juga
karena dikucilkan masyarakat sekitarnya, hal ini diakibatkan kerusakan saraf
besar yang irreversible diwajah dan ekstremitas, motorik dan sensoris, serta
dengan adanya kerusakan yang berulang-ulang pada daerah yang anastetik
disertai paralisis dan atropi otot.
1). Prevalensi dan Angka Penemuan Kasus Baru (NCDR/New Case
Detection Rate)

Pada tahun 2017 jumlah kasus baru kusta baik yang bertipe pausi basiler
(PB) maupun multi basiler (MB) berjumlah 100 kasus lebih tinggi dibandingkan
dengan jumlah kasus pada tahun 2016 yang berjumlah 71 kasus. Sedangkan
New Case Detection Rate (NDCR) pada 2017 sebesar 3,83/100.000 penduduk
lebih besar dibandingkan tahun 2016 sebesar 2.78/100.000 penduduk.
Sedangkan angka prevalensi kusta per 10.000 penduduk pada tahun 2017
sebesar 0,42 sama dengan angka prevalensi pada tahun 2016. dan telah
memenuhi target < 1 per 10.000 penduduk (< 10 per 100.000 penduduk).
Berdasarkan status eliminasi, kusta dibagi menjadi 2 kelompok yaitu
provinsi yang belum eliminasi dan provinsi yang sudah mencapai eliminasi.
Provinsi yang belum mencapai eliminasi jika angka prevalensi > 1 per 10.000
penduduk, sedangkan provinsi yang sudah mencapai eliminasi jika angka
prevalensi < 1 per 10.000 penduduk. Provinsi Kalimantan Tengah sudah
termasuk ke dalam Provinsi yang telah mencapai eliminasi.
2). Penderita Kusta Pada Anak dan Cacat Tingkat 2
Tingkat penularan di masyarakat menggunakan indikator proporsi anak
(0-14 tahun) diantara penderita baru. Dilaporkan bahwa proporsi anak yang
menderita kusta pada tahun 2017 sebesar 7%, lebih tinggi bila dibandingkan
dengan tahun 2016 sebesar 5.63%.

89 Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017


Pengendalian kasus kusta antara lain dengan meningkatkan deteksi kasus
sejak dini. Indikator yang digunakan untuk menunjukkan keberhasilan dalam
mendeteksi kasus baru kusta yaitu angka cacat tingkat 2. Proporsi cacat tingkat
2 yang tercatat pada tahun 2017 sebesar 14% lebih tinggi bila dibandingkan pada
tahun 2016 sebesar 2.82%, sedangkan Angka cacat tingkat 2 per 100.000
penduduk pada tahun 2017 sebesar 1 per 100.000 penduduk lebih tinggi di
bandingkan angka cacat tingkat 2 per 100.000 penduduk pada tahun 2016
sebesar 0.1 per 100.000 penduduk. Jumlah Release From Treatment / RFT PB
61,1%%, sedangkan RFT MB adalah 33%.
f. PD3I
Penyakit menular yang diupayakan pencegahannya melalui program
imunisasi di Indonesia ada 7 (tujuh) jenis penyakit, yaitu Difteri, Pertusis,
Tetanus, Hepatitis, TBC, Polio dan Campak. Di Provinsi Kalimantan Tengah
pada tahun 2017 penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) yang
dilaporkan adalah :
1) Tetanus Neonatorum
Penyakit tetanus disebabkan oleh Clostridium tetani, masuk ke tubuh
melalui luka. Penyakit ini umumnya menginfeksi bayi baru lahir pemotongan
tali pusat dengan alat yang tidak steril atau perawatan tali pusat dengan
ramuan tradisional yang terkontaminasi. Dapat menyebabkan kematian jika
penderita terlambat mendapat pertolongan. Kasus Tetanus Neonatorum
dilaporkan pada tahun 2017 sebanyak 0 kasus dengan Case Fatality Rate
sebesar 0%.
2) Pertusis
Pertusis adalah infeksi saluran pernapasan akut berupa batuk yang
sangat berat atau batuk intensif. Tersebar ditempat tempat yang padat
penduduknya dan dapat berupa endemic pada anak. Merupakan penyakit
paling menular dengan attack rate 80-100 % pada penduduk yang rentan.
Bersifat endemic dengan siklus 3-4 tahun antara juli sampai oktober sesudah
akumulasi kelompok rentan, Menyerang semua golongan umur yang
terbanyak anak umur < 1 tahun, perempuan lebih sering dari laki laki, makin
muda yang terkena pertusis makin berbahaya.
Kabupaten yang melaporkan kasus pertusis pada tahun 2017 adalah
Kabupaten Kotawaringin Timur dengan jumlah kasus 3 orang. Jadi total kasus

90 Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017


Pertusis pada tahun 2017 di Provinsi Kalimantan Tengah berjumlah 3 kasus,
jauh lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah kasus pada tahun 2016
sebanyak 21 kasus.
3) Difteri
Penyakit difteri disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diphtheriae
yang menyerang sistem pernapasan bagian atas. Penyakit difteri pada
umumnya menyerang anak-anak usia 1-10 tahun.
Jumlah kasus difteri pada tahun 2017 0 (nol) kasus, dibandingkan
dengan tahun 2016 yang berjumlah 7 kasus dengan jumlah kasus meninggal
sebanyak 2 kasus sehingga CFR difteri sebesar 28.57%. Tidak adanya kasus
difteri di Provinsi Kalimantan Tengah pada tahun 2017 menunjukan bahwa
penyakit tersebut bisa di sembuhkan dan bisa di cegah melalui imunisasi.
4) Campak
Penyakit Campak disebabkan oleh virus campak atau biasa disebut
virus measles. Virus campak termasuk genus Morbilivirus familia
Paramyxoviridae. Penyakit ini sangat menular dan akut. Sebagian besar
menyerang anak-anak. Bila mengenai balita terutama dengan gizi buruk maka
dapat terjadi komplikasi. Komplikasi yang sering adalah bronchopneumonia,
gastroenteritis, dan otitis media; ensefalitis jarang terjadi tetapi dapat
berakibat fatal, yaitu kematian. Penularan dapat terjadi melalui udara yang
telah terkontaminasi oleh sekret orang yang telah terinfeksi. Penegakan kasus
campak melalui pemeriksaan darah penderita.
Pada tahun 2017 jumlah kasus campak yang dilaporkan berjumlah 650
kasus, lebih banyak bila dibandingkan dengan jumlah kasus campak pada
tahun 2016 yang berjumlah 527 kasus. Kasus campak berasal dari 5 (lima)
kabupaten/kota yaitu Kabupaten Kotawaringin Barat 151 kasus, Kotawaringin
Timur 115 kasus, Gunung Mas 1 kasus, Kabupaten Murung Raya 101 kasus
dan Kota Palangka Raya 282 kasus.
5) Polio dan AFP (Acute Flaccid Paralysis/Lumpuh Layu Akut)
Dalam rangka eradikasi polio, seluruh negara (global) melaksanakan
surveilans AFP. AFP berbeda dengan polio, Polio disebabkan oleh infeksi virus
yang menyerang system syaraf sehingga penderita mengalami kelumpuhan.
Umumnya menyerang anak-anak yang ditandai dengan munculnya demam,
lelah, sakit kepala, mual, kaku leher dan saki ditungkai dan lengan. Sedangkan

91 Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017


AFP (Acute Flaccid Paralysis)merupakan kondisi abnormal ketika seseorang
mengalami penurunan kekuatan otot tanpa penyebab yang jelas dan berakibat
pada kelumpuhan. AFP merupakan sekumpulan penyakit yang ditandai
dengan lumpuh layuh akut. Survailans AFP difokuskan pada penyakit-penyakit
yang sifatnya akut -dan layuh (flaccid) seperti pada kasus polio. Sebagian
besar kasus polio non paralitik tidak disertai manifestasi klinis yang jelas.
Ditemukannya kasus polio paralitik menunjukan adanya penyebaran virus
polio liar di wilayah tersebut.
Surveilans AFP merupakan salah satu upaya pencegahan dan
pemberantasan penyakit polio. Kelompok rentan terhadap kasus polio adalah
anak-anak sehingga pelaksanaan program Surveilans AFP difokuskan pada
anak usia < 15 tahun yang menderita kelumpuhan mirip polio (lumpuh layuh
akut). Indikator surveilans AFP yaitu ditemukannya Non Polio AFP minimal
sebesar 2/100.000 anak usia < 15 tahun. Target ini belum terpenuhi oleh
Provinsi Kalimantan Tengah dengan jumlah penemuan 17 orang dengan Non
Polio AFP Rate sebesar 2.35/100.000 penduduk usia < 15 tahun.
6) Hepatitis B
Hepatitis B adalah suatu proses peradangan difus pada jaringan hati
yang disebabkan oleh infeksi VHB dan reaksi toksik terhadap obat-obatan
serta bahan-bahan kimia yang memberikan gejala yang khas yaitu badan
lemah, kencing berwarna seperti air the pekat, mata dan seluruh tubuh
menjadi kuning.
Virus hepatitis B umumnya tinggal dalam tubuh selama kira-kira 30-90
hari. Inilah yang dikenal sebagai hepatitis B akut. Infeksi akut ini umumnya
dialami orang dewasa. Jika mengalami hepatitis B akut, sistem kekebalan
tubuh Anda biasanya dapat melenyapkan virus dari tubuh dan Anda akan
sembuh dalam beberapa bulan.
Sedangkan hepatitis B kronis terjadi saat virus tinggal dalam tubuh
selama lebih dari enam bulan. Jenis hepatitis B ini lebih sering terjadi pada
bayi dan anak-anak. Anak-anak yang terinfeksi virus pada saat lahir berisiko
empat sampai lima kali lebih besar untuk menderita hepatitis B kronis
dibanding anak-anak yang terinfeksi pada masa balita. Sementara untuk orang
dewasa, 20% dari mereka yang terpapar virus ini akan berujung pada
diagnosis hepatitis B kronis.

92 Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017


Kasus Hepatitis B yang dilaporkan pada 2017 sebanyak 9 kasus lebih
sedikit dibandingkan tahun 2016 sebanyak 17 kasus. Kasus tersebut berasal
dari Kabupaten Gunung Mas sebanyak 1 kasus dan Kabupaten Kotawaringin
Timur sebanyak 9 kasus.
g. DBD
Demam Berdarah Dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh virus
Dengue dan ditularkan oleh vektor nyamuk Aedes Aepyty. Penyakit DBD
cenderung meningkat dan menyebar luas dan seringkali disertai kejadian luar
biasa (KLB), sehingga menimbulkan keresahan di masyarakat karena menyebar
dengan cepat dan dapat menyebabkan kematian. Penyakit DBD dapat muncul
sepanjang tahun dan dapat menyerang seluruh kelompok umur. Penyakit ini
berkaitan dengan kondisi lingkungan dan perilaku masyarakat.
Pada tahun di 2017 di Provinsi Kalimantan Tengah dilaporkan terdapat
894 kasus DBD, lebih sedikit bila dibandingkan dengan jumlah kasus DBD pada
tahun 2016 sebanyak 1762 kasus DBD, dengan jumlah kematian sebanyak 18
orang lebih sedikit dibandingkan jumlah kematian pada tahun 2016 yang
berjumlah 24 orang. Insidens Rate/Angka Kesakitan sebesar 34,3 per 100.000
penduduk dan CFR/angka kematian sebesar 2%. Target Renstra Kementerian
Kesehatan untuk angka kesakitan DBD tahun 2017 sebesar < 49 per 100.000
penduduk, dengan demikian Provinsi Kalimantan Tengah telah mencapai target
yang telah ditetapkan Kementerian Kesehatan. Berikut ini gambaran Incidence
Rate (IR) masing-masing Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Tengah tahun
2017.
Informasi rinci masing-masing Kabupaten/Kota terkait dengan penyakit
DBD dapat dilihat pada lampiran tabel 21.

93 Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017


Gambar 6.11 Incidence Rate Kasus DBD di Provinsi Kalimantan Tengah Tahun
2017

Angka Kesakitan DBD Per Kab/KotaTahun 2017

Gunung Mas 137.3


Barito Utara 91.3
Sukamara 78.6
Palangka Raya 58.0
Murung Raya 34.6
KALTENG 34.3
Kotawaringin Barat 33.5
Kotawaringin Timur 28.9
Seruyan 26.8
Katingan 13.9
Kapuas 12.7
Barito Selatan 8.9
Lamandau 6.4
Pulang Pisau 3.2
Barito Timur 2.5
0.0 20.0 40.0 60.0 80.0 100.0 120.0 140.0

Sumber data : Profil Kabupenten/Kota dan Bidang P2P, Tahun 2018

h. Malaria
Sustainable Development Goals (SDGs) menetapkan Malaria sebagai
salah satu komitmen global untuk diperangi. Pada Sustainable Development
Goals (SDGs) dengan tujuan globalnya menjamin kehidupan yang sehat dan
meningkatkan kesejahteraan seluruh penduduk semua usia, dengan target
meningkatkan eliminasi malaria di setiap kabupaten kota maupun provinsi.
Hingga saat ini Malaria masih menjadi permasalahan kesehatan masyarakat
karena mempengaruhi angka kesakitan dan kematian pada bayi dan ibu hamil
serta dapat menurunkan produktifitas kerja dan biaya untuk pengobatan. Malaria
disebabkan parasit Plasmodium yang hidup dan berkembang biak dalam sel
darah merah manusia yang ditularkan oleh nyamuk malaria (Anopheles) betina.
Menyerang semua golongan umur (bayi hingga dewasa) dan semua jenis
kelamin.
Angka kesakitan malaria selama tahun 2011 - 2014 cenderung menurun
dari 4,08 per 1.000 penduduk berisiko pada tahun 2011 menjadi 0.55 per 1.000
pada tahun 2015, kemudian pada tahun 2016 nilai API sebesar 0,19. Data
terakhir API tahun 2017 sebesar 0,15 Perkembangan nilai API dari tahun 2011 –
2017 dapat dilihat pada gambar berikut ini.

94 Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017


Gambar 6.12. Angka Kesakitan Malaria (Annual Paracite Incidence/API) Per
1.000 Penduduk Berisiko di Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2011 – 2017

API TAHUN 2011 - 2017


5
4.08 3.95

API Per 1.000 Penduduk


4

3 2.38

1 0.55 0.55
0.19 0.15
0
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Sumber data : Profil Kabupaten Kota dan Bidang P2P, Tahun 2018

i. Filariasis
Filariasis atau elephantiasis atau penyakit kaki gajah, adalah penyakit
yang disebabkan infeksi cacing filaria yang ditularkan melalui gigitan nyamuk dari
tiga spesies yaitu Wuchereria bancrofti, Brugia malayi dan Brugia timori. Dalam
tubuh manusia, cacing tersebut tumbuh menjadi cacing dewasa dan menetap di
jaringan limfe sehingga menyebabkan pembengkakan di kaki, tungkai, payudara,
lengan dan organ genital. Penyakit ini tersebar luas di pedesaan dan perkotaan.
Dapat dan menyerang semua golongan tanpa mengenal usia dan jenis kelamin.
Jumlah kasus filariasis pada 2017 sebanyak 52 kasus lebih sedikit dibandingkan
dengan jumlah kasus pada tahun 2016 sebanyak 63 kasus. Angka kesakitan per
100.000 penduduk sebesar 2. Penyebaran kasus filariasis terjadi di Kabupaten
Kotawaringin Timur sebanyak 41 kasus, diikuti oleh Kabupaten Barito Selatan
sebanyak 3 kasus, kemudian Kabupaten Barito Utara sebanyak 1 kasus,
Kabuoaten Lamandau 4 kasus dan Kabupaten Katingan 3 kasus. Informasi rinci
terkait kasus filariasis dapat dilihat pada lampiran 23.
j. Rabies
Rabies merupakan penyakit mematikan baik pada manusia maupun
hewan yang disebabkan oleh infeksi virus (golongan Rhabdovirus) yang
ditularkan melalui gigitan hewan seperti anjing, kucing, kelelawar, kera, musang
dan serigala yang di dalam tubuhnya mengandung virus.
Rabies merupakan penyakit yang ditularkan melalui gigitan oleh hewan
berdarah panas penular rabies seperti anjing, kucing dan monyet. Penyakit ini
merupakan penyakit zoonosa yang terpenting di Indonesia karena bila sudah

95 Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017


menunjukan gejala klinis pada manusia ataupun hewan selalu berakhir dengan
kematian, sehingga menimbulkan rasa cemas dan ketakutan bagi orang-orang
yang terkena gigitan dan kekhawatiran serta keresahan bagi masyarakat pada
umumnya. Suatu daerah dapat bebas rabies melalui surveilans penyakit yang
efektif, tidak adanya kasus Rabies pada hewan dan manusia (indigenous), serta
tidak ada kasus rabies pada hewan karnivora diluar karantina dalam 6 bulan
terakhir.
Pada tahun 2017 semua kabupaten kota terdapat kasus GHPR dengan
total kasus sebanyak 1339 kasus dengan PET 1001 kasus dan lyssa sebanyak 5
kasus. Perkembangan situasi rabies di Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2011 –
2017 dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Gambar 6.13. Situasi Rabies di Provinsi Kalimantan TengahTahun 2011 – 2017
GHPR PET Lyssa

5 8
2
2 1429 1386
0 5 5
1098 1292
869 1001
1016

1940 1907
1535 1307 1539 1530 1339

2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Sumber data : Bidang P2P Dinkes Prov. Kalteng Tahun 2018

Gambar 6.11 diatas menunjukan bahwa tahun 2017 terjadi penurunan


gigitan serta kematian akibat GHPR, bila dibandingkan dengan tahun 2016.
2. Penyakit Tidak Menular
Perubahan pola penyakit tersebut sangat dipengaruhi oleh perubahan
lingkungan yang selaras dengan perubahan perilaku masyarakat, transisi
demografi, sosial ekonomi dan sosial budaya. Berbagai faktor risiko PTM antara
lain ialah: merokok dan keterpaparan terhadap asap rokok, minum minuman
beralkohol, diet/pola makan, gaya hidup, kegemukan, obat-obatan, dan riwayat
keluarga (keturunan).
Prinsip upaya pencegahan tetap lebih baik dari pengobatan. Upaya
pencegahan penyakit tidak menular lebih ditujukan kepada faktor risiko yang

96 Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017


telah diidentifikasi. Upaya pengendalian PTM tidak akan berhasil tanpa dukungan
seluruh jajaran lintas sektor, baik pemerintah, swasta, organisasi profesi,
organisasi kemasyarakatan, bahkan seluruh lapisan masyarakat.
Beberapa kegiatan dalam upaya untuk mengendalikan penyakit tidak
menular pada tahun 2016 adalah sebagai berikut.
a. Posbindu PTM dan Upaya Pengendalian PTM di Puskesmas
Pos Pembinaan terpadu (Posbindu) merupakan salah satu wujud peran
serta masyarakat dalam kegiatan deteksi dini, monitoring dan tindak lanjut dini
terhadap faktor risiko PTM secara terpadu dan terintegrasi dengan kegiatan rutin
di masyarakat. Setiap kabupaten/kota diharapkan memiliki satu Puskesmas
dengan program pelayanan PTM. Tahun 2016 jumlah posbindu sebanyak 191
posbindu ada peningkatan jumlah dibandingkan dengan jumlah posbindu pada
tahun 2015 yang berjumlah 115 posbindu. Sedangkan jumlah puskesmas yang
memberikan pelayanan PTM sebanyak 37 puskesmas, lebih banyak dibandingkan
dengan jumlah puskesmas yang memberikan pelayanan PTM yang berjumlah 27
puskesmas. Untuk lebih rincinya dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 6. 1 Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu) Dan Puskesmas dengan
Pelayanan PTM Di Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2016
No Kabupaten / Kota Posbindu Pusk Pelayanan PTM
1. Sukamara 16 1
2 Lamandau 4 1
3 Kotawaringin Barat 18 2
4 Kotawaringin Timur 31 6
5 Seruyan 16 3
6 Katingan 15 1
7 Gunung Mas 4 1
8 Pulang Pisau 6 3
9 Kapuas 20 3
10 Barito Timur 3 1
11 Barito Selatan 11 6
12 Barito Utara 10 5
13 Murung Raya 15 1
14 Palangka Raya 22 3
JUMLAH 191 37
Sumber : Bidang P2P Tahun 2017
b. Pengendalian Tembakau
Pengendalian tembakau merupakan salah satu upaya pengendalian faktor
risiko PTM, guna menurunkan prevalensi penyakit tidak menular. Beberapa upaya
yang telah dikembangkan adalah Pengembangan kawasan tanpa rokok melalui
peraturan daerah, peraturan Bupati ataupun Instruksi Bupati. Kabupaten/kota

97 Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017


yang telah memiliki peraturan tentang Kawasan Tanpa Rokok (KTR) sebanyak 12
kabupaten/kota (85,7%), sebagaimana tabel 6.2 berikut:

Tabel 6.2 Produk Hukum Tentang Kawasan Tanpa Rokok


Provinsi Kalimantan Tengah
No Kab/Kota Nomor Tentang Ket
1 Palangka Raya Perda no 3 Tahun 2014 KTR
2 Lamandau Perda no 22 Tahun 2015 KTR
3 Barito selatan Perda no 12 Tahun 2015 KTR
4 Seruyan Perda Tahun 2016 KTR
5 Kotawaringin Barat Perda no. 4 Tahun 2016 KTR
6 Kapuas Perda no. 4 Tahun 2016 KTR
7 Barito Utara Peraturan Bupati No. KTR
64/2014
8 Sukamara Peraturan Bupati No. KTR
19/2014
9 Gunung Mas Instruksi Bupati No. 3 KTR di Tempat
Tahun 2015 Kerja di Lingk.
kab. Gunung Mas
10 Katingan Rancangan Perda KTR
11 Kotawaringin Timur Instruksi Bupati KTR
12 Murung Raya -
13 Barito Timur -
14 Pulang Pisau Perda Tahun 2016 KTR
Sumber : Bidang P2P Tahun 2018

c. Pelayanan PTM :
1). Pengukuran Tekanan Darah pada penduduk ≥ 18 tahun
Prioritas pengendalian penyakit jantung dan pembuluh darah adalah:
hipertensi, penyakit jantung koroner dan stroke. Risiko penyakit jantung dan
pembuluh darah meningkat sejalan peningkatan tekanan darah. Hipertensi
merupakan penyebab tersering penyakit jantung koroner dan stroke, serta
faktor utama gagal jantung kongestif.
Data Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2017
menunjukan bahwa semua kabupaten kota telah melaporkan hasil
pengukuran tekanan darah pada kelompok Umur ≥ 18 tahun. Total jumlah
penduduk yang berusia ≥ 18 tahun pada tahun 2017 di Provinsi Kalimantan
Tengah adalah 1.752.733 orang. Jumlah yang diukur tekanan darah adalah
328.675 orang (18.75%). Dari hasil pengukuran tekanan darah pada
penduduk yang berusia ≥ 18 tahun terdapat 84.278 orang (25,64%) yang
menderita hipertensi.

98 Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017


2). Obesitas Pada Penduduk ≥ 15 Tahun
Seiring meningkatnya kesejahteraan rakyat dan bertambahnya jumlah
penduduk usia produktif sebagai buah dari bonus demografi, jumlah orang
dewasa gemuk dipastikan terus naik. Mereka terdiri dari orang yang baru
kelebihan berat badan dibandingkan berat badan standar sesuai tinggi tubuh
dan yang sudah masuk kategori obesitas.
Lebih dari 40 juta orang dewasa di Indonesia yang obesitas atau
kegemukan. Hal itu setara jumlah penduduk Jawa Barat, provinsi dengan
jumlah penduduk terbesar, tetapi semuanya berisiko menderita berbagai
penyakit degeneratif, mulai dari diabetes, serangan jantung, stroke, hingga
kanker.
Jumlah Penduduk ≥ 15 Tahun yang berkunjung dan tercatat ke
puskesmas pada tahun 2017 sebanyak 540.266 orang lebih banyak
dibandingkan tahun 2016 sebanyak 279.811 orang. Data tersebut berasal dari
8 (delapan) kabupaten kota yaitu Kabupaten Kotawaringin Timur,
Kotawaringan Barat, Katingan, Pulang Pisau, Gunung Mas, Barito Selatan,
Murung Raya dan Kota Palangka Raya, jadi masih belum menggambarkan
jumlah kunjungan ke puskesmas yang sebenarnya.
Dari jumlah kunjungan tersebut yang melakukan pemeriksaan obesitas
sebanyak 81.081 orang (15.01%), dengan jumlah penderita obesitas
sebanyak 4.366 orang orang (5,4%). Untuk lebih rincinya dapat dilihat pada
tabel lampiran 25.
3). Deteksi Dini Penyakit Kanker
Saat ini program pengedalian penyakit kanker diprioritaskan pada dua
kanker tertinggi di Indonesia yaitu kanker leher rahim dan kanker payudara.
Kegiatan yang dilakukan meliputi pencegahan primer, sekunder, dan tersier.
Pencegahan primer dilakukan melalui pengendalian faktor risiko dan
peningkatan komunikasi, informasi dan edukasi. Pencegahan sekunder
dilakukan melalui deteksi dini dan tatalaksana yang dilakukan di Puskesmas
dan rujukan ke rumah sakit. Deteksi dini kanker leher rahim menggunakan
metode Inspeksi Visual dengan Asam Asetat (IVA) dan krioterapi untuk IVA
(lesi pra kanker leher rahim) positif, sedangkan deteksi dini kanker payudara
menggunakan metode Clinical Breast Examiniation (CBE). Pencegahan tersier
dilakukan melalui perawatan paliatif dan rehabilitatif di unit-unit pelayanan

99 Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017


kesehatan yang menangani kanker dan pembentukan kelompok survivor
kanker di masyarakat.
Kegiatan deteksi dini kanker leher rahim dan payudara dilakukan di
beberapa kabupaten/kota. Pemeriksaan dini kanker leher rahim dan payudara
tahun 2017 pada 14.063 perempuan usia 30 – 50 tahun dari total perempuan
usia 30 - 50 tahun yang berjumlah 403.670 orang lebih banyak bila
dibandingkan tahun 2016 dilakukan pada 5.313 perempuan usia 30 – 50 tahun
dari total perempuan usia 30 – 50 tahun yang berjumlah 392.519 orang. Dari
perempuan usia 30 – 50 tahun yang diperiksa pada tahun 2017 diketahui IVA
positif berjumlah 353 orang (3%) lebih banyak dibandingkan tahun 2016
dengan jumlah IVA positif 204 orang (3.84%). Sedangkan tumor/benjolan
pada payudara tahun 2017 sebanyak 247 orang (1,76%) lebih banyak
dibandingkan tahun 2016 sebanyak 82 orang (1.54%).
Data yang disampaikan pada profil kesehatan Provinsi Kalimantan
Tengah tahun 2017 tentang cakupan deteksi dini kanker leher rahim dengan
metode IVA dan kanker payudara dengan pemeriksaan klinis (CBE) belum
menggambarkan secara keseluruhan perkembangan dan epidemiologi
penyakit kanker pada masyarakat, hal ini karena pemeriksaan pada
masyarakat belum bisa dilakukan secara keseluruhan.
B. KESEHATAN LINGKUNGAN
Menurut WHO (World Health Organization), kesehatan lingkungan adalah
suatu keseimbangan ekologi yang harus ada antara manusia dan lingkungan agar
dapat menjamin keadaan sehat dari manusia.Lingkungan merupakan faktor yang
sangat berpengaruh terhadap derajat kesehatan, disamping perilaku dan pelayanan
kesehatan. Program Lingkungan Sehat bertujuan untuk mewujudkan mutu
lingkungan hidup yang lebih sehat melalui pengembangan sistem kesehatan
kewilayahan untuk menggerakkan pembangunan lintas sektor berwawasan
kesehatan. Adapun kegiatan pokok untuk mencapai tujuan tersebut meliputi: (1)
Penyediaan Sarana Air Bersih dan Sanitasi Dasar, (2) Pemeliharaan dan Pengawasan
Kualitas Lingkungan, (3) Pengendalian Dampak Risiko Lingkungan, (4)
Pengembangan Wilayah Sehat.
1. Persentase Rumah Sehat
Rumah Tangga yang sehat adalah rumah tangga yang telah menjalankan
10 indikator PHBS yaitu persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan, memberi bayi

100 Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017


ASI eksklusif, menimbang bayi dan balita, menggunakan air bersih, mencuci
tangan dengan air bersih dan sabun, menggunakan jamban sehat, memberantas
jentik di rumah, makan buah dan sayur setiap hari, melakukan aktivitas fisik
setiap hari, dan tidak merokok di dalam rumah. Selain itu jenis bahan bangunan,
lokasi rumah, dan kondisi ruang rumah berkaitan dengan rumah sehat
dideskripsikan sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI No.
829/Menkes/SK/VII/1999 tentang Persyaratan Kesehatan Perumahan.
Pencapaian persentase rumah tangga sehat yaitu yang diwakili oleh
rumah tangga yang mencapai strata sehat utama dan sehat paripurna. Pada
tahun 2017 persentase rumah sehat mencapai 39,29% tahun lebih rendah bila
dibandingkan dengan capaian pada 2016 persentase rumah sehat yang mencapai
49,2%. Kabupaten dengan capai paling tinggi adalah Kota Palangka Raya sebesar
88%, diikuti oleh Kabupaten Sukamara sebesar 86,5% dan Kabupaten Lamandau
sebesar 76,8%. Sedangkan Kabupaten kota dengan capaian terendah adalah
Kabupaten Kapuas sebesar 8,6% diikuti oleh Kabupaten Kotawaringin Barat
sebesar 15,1% dan Kabupaten Gunung Mas sebesar 30,7%. Untuk lebih
lengkapnya dapat dilihat pada gambar berikut ini:
Gambar 6.14 Persentase Rumah Sehat Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi
Kalimatan Tengah Tahun 2017
Palangka Raya 88.0
86.5
Lamandau 76.8
75.8
Barito Timur 70.8
67.6
Seruyan 57.8
51.1
KALTENG 39.3
39.1
Katingan 36.5
31.9
Gunung Mas 30.7
15.1
Kapuas 8.6
0.0 10.0 20.0 30.0 40.0 50.0 60.0 70.0 80.0 90.0
Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota dan Bidang Kesmas tahun 2018
2. Penduduk Yang Memiliki Akses Air Minum Yang Layak
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor
492/MENKES/PER/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum, air minum
adalah air yang melalui proses pengolahan atautanpa proses pengolahan yang
memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum.Penyelenggara air

101 Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017


minum dapat berasal dari badan usaha milik negara/badan usaha milikdaerah,
koperasi, badan usaha swasta, usaha perorangan, kelompok masyarakat,
dan/atauindividual yang melakukan penyelenggaraan penyediaan air minum.
Tidak semua air dapatdiminum, syarat-syarat kualitas air minum sesuai dengan
Peraturan Menteri Kesehatandimaksud, diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Syarat Fisik : Tidak berbau, tidak berasa, dan tidak berwarna;
b. Parameter Mikrobiologi E Coli dan total Bakteri Kolifrom, kadar maksimum
yang di perbolehkan 0 jumlah per 100 ml sampel;
c. Syarat Kimia : Kadar Besi : maksimum yang diperbolehkan 0,3 mg/l,
Kesadahan (maks 500 mg/l), pH 6,5-8,5;
d. Syarat Mikrobiologis : Koliform tinja/total koliform (maks 0 per 100 ml air);
e. Dan parameter tambahan lainnya.
Jumlahpenduduk berdasarkan jenis sumber air minumyang berkualitas
yang memenuhi syarat baik secara kimiawi, fisik maupun biologis yang memiliki
akses berkelanjutan terhadap sumber air minum berdasarkan kriteria JMP WHO-
INICEF 2006 di Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2017 dapat dilihat pada
gambar berikut ini.
Gambar 6.15 Jumlah Penduduk dengan Akses Berkelanjutan Terhadap Air
Minum Berkualitas di Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2017

Sumur Galian Sumur Galian


Terlindung; dengan Pompa;
Perpipaan (PDAM, 152,465 ; 14% 56,368 ; 5%
BPSPAM); 462,217
; 44% Sumur Bor Dengan
Pompa; 291,984 ;
28%

Mata Air
Penampung Air
Terlindung;
Hujan; 59,790 ; 6%
27,314 ;Terminal
3% Air;
1,555 ; 0%

Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota dan Bidang Kesmas tahun 2018

Gambar diatas menunjukkan bahwa jumlah penduduk yang dapat


mengakses air minum yang layak di Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2017
dengan total jumlah 1.044.556 orang. Adapun rinciannya adalah sebagai berikut
terbesar pada perpipaan (PDAM, BPSPAM) sebanyak 462.217 penduduk (44%),
Sumur bor dengan pompa sebanyak 291.984 Penduduk (28%), kemudian sumur

102 Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017


gali terlindung sebanyak 152.465 penduduk (14%), kemudian Penampung Air
hujan sebanyak 59.790 Penduduk (6%) sumur galian dengan pompa sebanyak
56.368 penduduk (5%), Mata air terlindung 27.314 penduduk (3%) dan Terminal
air sebanyak 1.555 penduduk (0.6%). Data yang ditampilkan diprofil kesehatan
belum mencermin jumlah penduduk dengan akses air minum yang layak, hal ini
disebabkan karena belum semua penduduk tercover dalam pemetaan akses
berkelanjutan terhadap air minum berkualitas layak. Rincian lengkap penduduk
dengan akses air minum berkualitas (layak) berdasarkan jenis sumber air minum
perkabupaten kota dapat dilihat pada Lampiran 59.
Persentase penduduk terhadap akses berkelanjutan terhadap air minum
layak per kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2017 dapat dilihat
pada gambar berikut ini.
Gambar 6.16 Persentase Penduduk dengan Akses Berkelanjutan Terhadap Air
Minum Berkualitas Per Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Tengahtahun
2017
Penduduk dengan Akses Berkelanjutan Terhadap Air Minum
Layak Tahun 2017
Seruyan 0.00
88.43
Lamandau 68.49
50.21
Barito Selatan 45.85
45.07
Barito Timur 44.08
43.88
Katingan 43.66
40.09
Kotawaringin Barat 34.86
30.08
Murung Raya 27.74
20.71
Kapuas 17.68

Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota dan Bidang Kesmas tahun 2018


Gambar diatas menunjukkan hasil bahwa Persentase Penduduk dengan
Akses Berkelanjutan Terhadap Air Minum Berkualitas Per Kabupaten/Kota di
Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2017 sebesar 40,09%, lebih rendah
dibandingkan tahun 2016 sebesar 40,70%. Persentase terbesar penduduk
Penduduk dengan Akses Berkelanjutan Terhadap Air Minum Berkualitas terdapat
di Kota Palangka Raya sebesar 88,43%, diikuti oleh Kabupaten Lamandau
sebesar 68,49% dan Kabupaten Kotawaringin Timur sebesar 50.21%. Sedangkan
Persentase terendah Penduduk dengan Akses Berkelanjutan Terhadap Air Minum

103 Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017


Berkualitas terdapat di Kabupaten Kapuas sebesar 17,68%, diikuti oleh
Kabupaten Barito Utara sebesar 20,71% dan Kabupaten Murung Raya sebesar
27,74%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 59.
Persentase kualitas air minum di penyelenggara air minum yang
memenuhi syarat kesehatan (fisik, bakteriologi dan kimia) per kabupaten/kota
di Provinsi Kalimantan Tengah pada tahun 2017 sebesar 89,6% dengan 970
sampel, lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2016 sebesar 80,26% dengan
983 sampel. Ada 2 (dua) Kabupaten yang capaiannya sebesar 100% yaitu
Kabupaten Kotawaringin Barat, dan Kabupaten Barito Utara Sedangkan
kabupaten dengan capaian paling sedikit adalah Kabupaten Katingan sebesar
0,0%, diikuti oleh Murung Raya 60% dan Kabupaten Gunung Mas sebesar
67,2%. Lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut ini.
Gambar 6.17 Persentase Kualitas air minum di Penyelenggaraan air minum
Syarat Kesehatan per Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Tengah tahun
2017
Barito Utara 100.0
100.0
Sukamara 95.6
91.7
Lamandau 91.2
89.6
Barito Selatan 89.5
89.2
Palangka Raya 87.1
77.3
Seruyan 72.7
72.2
Gunung Mas 67.2
60.0
Katingan 0.0
0.0 10.0 20.0 30.0 40.0 50.0 60.0 70.0 80.0 90.0 100.0

Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota dan Bidang Kesmas tahun 2018


Upaya untuk dapat meningkatkan akses air minum dan kualitas air minum
yang layaksecara nasional terus menerus dilakukan, akan tetapi masih banyak
kendala dalampencapaiannya. Kendala tersebut antara lain :
a. Adanya kecenderungan meningkatnya penggunaan air kemasan dan isi ulang
sebagaisumber air minum, sementara itu air kemasan dan isi ulang tidak
termasuk sebagai sumber air minum layak. Hal ini terjadi disebabkan oleh
pendataan yang dilakukan saat ini hanya memotret akses terhadap sumber

104 Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017


air yang digunakan untuk minum, belum memperhitungkan kondisi rumah
tangga yang memiliki lebih dari satu sumber air yang layak untuk diminum.
b. Penyediaan infrastruktur air minum yang ada belum dapat mengimbangi laju
pertumbuhan penduduk, maupun faktor urbanisasi dan peningkatan
konsumsi.
c. Untuk penyediaan air minum perpipaan, beberapa permasalahan pada tingkat
operator air minum yaitu minimnya biaya operasional dan pemeliharaan,
rendahnya tarif, terbatasnyaSDM yang kompeten dan pengelolaan yang
kurang efisien.
d. Terdapat kerusakan di berbagai sarana air minum yang dipakai di masyarakat,
termasuk sumber air minum bukan jaringan perpipaan (BJP) yang tidak
terlindungi.

3. Penduduk yang Memiliki Akses Sanitasi Layak (jamban sehat)


Derajat kesehatan sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan disamping
faktor perilaku dan pelayanan kesehatan. Upaya penyehatan lingkungan
dilakukan untuk mewujudkan mutu lingkungan yang lebih sehat, antara lain
melalui pemberdayaan masyarakat dalam penyediaan air bersih dan sanitasi di
sarana pemeliharaan dan pengawasan kualitas lingkungan, pengendalian
dampak resiko pencemaran lingkungan dan pengembangan wilayah sehat.
Akses terhadap sanitasi layak merupakan salah satu fondasi inti dari
masyarakat yangsehat. Sanitasi yang baik merupakan elemen penting yang
menunjang kesehatan manusia.Sanitasi berhubungan dengan kesehatan
lingkungan yang mempengaruhi derajat kesehatanmasyarakat. Buruknya kondisi
sanitasi akan berdampak negatif di banyak aspek kehidupan,mulai dari turunnya
kualitas lingkungan hidup masyarakat, tercemarnya sumber air minumbagi
masyarakat, meningkatnya jumlah kejadian diare dan munculnya beberapa
penyakit.
Jumlah penduduk yg memiliki akses sanitasi layak (jamban sehat)
menurut jenis tempat buang air besar yang digunakan per kabupaten/kota pada
tahun 2017 berjumlah 1.112.596 orang dengan rincian a) Menggunakan kloset
berjenis leher angsa sebanyak 972.817 orang; b) komunal sebanyak 24.035
orang, cemplung/cubluk sebanyak 94.244 orang, dan plengsengan sebanyak
25.570 orang. Rincian lengkap penduduk dengan akses terhadap fasilitas sanitasi

105 Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017


yang layak (jamban sehat) 2017 menurut kabupaten/kota dapat dilihat pada
Lampiran 61.
Gambar 6.18 Jumlah Penduduk yang Memiliki Akses Sanitasi Layak (jamban
sehat) Berdasarkan Jenis Sarana Jamban Per Kabupaten/Kota Tahun 2017

Cemplung; 94244
Plengseng; 25570
Komunal; 24035

Leher Angsa;
972817

Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota dan Bidang Kesmas tahun 2018

Berdasarkan konsep dan definisi SDGs, akses sanitasi layak apabila


penggunaan fasilitas tempat buang air besar milik sendiri atau bersama, jenis
kloset yang digunakan jenis leher angsa dan tempat pembuangan akhir tinjanya
menggunakan tangki septik atau Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL). Metode
pembuangan tinja yang baik yaitu dengan jamban dengan syarat sebagai berikut:
a. Tanah permukaan tidak boleh terjadi kontaminasi.
b. Tidak boleh terjadi kontaminasi pada air tanah yang mungkin memasuki mata
air atau sumur.
c. Tidak boleh terkontaminasi air permukaan.
d. Tinja tidak boleh terjangkau oleh lalat dan hewan lain.
e. Tidak boleh terjadi penanganan tinja segar, atau bila memang benar-benar
diperlukan, harus dibatasi seminimal mungkin.
f. Jamban harus bebas dari bau atau kondisi yang tidak sedap dipandang.
g. Metode pembuatan dan pengoperasian harus sederhana dan tidak mahal.

106 Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017


Gambar 6.19 Persentase Penduduk dengan Akses Sanitasi Layak (Jamban Sehat)
Per Kabupaten Kota di Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2017

Persentase Jamban Sehat 2017


Seruyan 0.0
78.4
Palangka Raya 72.5
62.9
Barito Selatan 55.8
54.1
Pulang Pisau 52.0
49.1
Kotawaringin… 46.1
42.7
Sukamara 30.3
27.6
Katingan 26.5
24.0
Murung Raya 17.6
0.0 20.0 40.0 60.0 80.0

Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota dan Bidang Kesmas tahun 2018


Pada Gambar diatas terlihat bahwa persentase penduduk dengan Akses
Sanitasi Layak (Jamban Sehat) Per Kabupaten Kota di Provinsi Kalimantan
Tengah tahun 2017 sebesar 42,7% lebih tinggi dibandingkan tahun 2016 sebesar
31,96%. Persentase tertinggi terdapat di Kabupaten Gunung Mas sebesar 78.4%
diikuti oleh Kota Palangka Raya sebesar 72.5% dan Kabupaten Lamandau
sebesar 62.9%. Persentase terendah terdapat di Kabupaten Murung Raya
sebesar 17,6%, diikuti oleh Kabupaten Kapuas sebesar 24% dan Kabupaten
Katingan sebesar 26,5%.
Upaya untuk dapat meningkatkan sanitasi yang layak dilakukan
penguatan Kemitraan Pemerintah–Swasta (KPS) yakni melibatkan LSM Lokal /
Nasional / Internasional, CSR (Corporate Social Responsibility), donor agency
internasional, seperti World Bank, ADB yang diimplementasikan melalui kegiatan
Pamsimas dan ICWRMIP, serta kegiatan lain yang berorientasi pada pembinaan,
penyediaan sarana air minum dan sanitasi dasar yang layak serta terbangunnya
perilaku hidup bersih dan sehat bagi masyarakat dengan menggunakan
pendekatan STBM.
4. Desa Yang Melaksanakan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
Desa STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat) adalah desa yang sudah
stop BABSminimal 1 dusun, mempunyai tim kerja STBM atau natural leader, dan

107 Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017


telah mempunyairencana kerja STBM atau rencana tindak lanjut. STBM menjadi
ujung tombak keberhasilan pembangunan air minum dan penyehatan lingkungan
secara keseluruhan. Sanitasi total berbasis masyarakat sebagai pilihan
pendekatan, strategi dan program untuk mengubah perilaku higiene dan sanitasi
melalui pemberdayaan masyarakat dengan menggunakan metode pemicuan
dalam rangka mencapai target MDGs. Dalam pelaksanaan STBM mencakup 5
(lima)pilar yaitu:
a. Stop buang air besar sembarangan,
b. Cuci tangan pakai sabun,
c. Pengelolaan air minum dan makanan yang aman di rumah tangga,
d. Pengelolaan sampah dengan benar, dan
e. Pengelolaan limbah cair rumah tangga dengan aman.
Pada tahun 2017 tidak ada desa STBM di Provinsi Kalimantan Tengah,
persis seperti yang terjadi pada tahun 2016 dan 2015. Sedangkan jumlah desa
yang melaksanakan STBM pada tahun 2017 1.006 desa/kelurahan (59%), lebih
tinggi dibandingkan tahun 2016 adalah 844 desa/kelurahan (49,8%). Jika dilihat
jumlah desanya, maka yang terbanyak melaksanakan STBM adalah di Kabupaten
Barito Timur yaitu (97.1%), diikuti oleh Gunung Mas sebesar (88.2%) dan
Kabupaten Kotawaringin Barat (82.98%). Kegiatan untuk mempercepat
pelaksanaan STBM dilakukan bersama penyediaan air minum dalam satu
kegiatan Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (PAM
STBM).
Gambar 6.20 Persentase Desa/Kelurahan Melaksanakan STBM Per Kabupaten
Kota Di Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017
Persentase Desa/Kelurahan Yang Melaksanakan STBM
Tahun 2017

Barito Timur 97.1


88.2
Kotawaringin Barat 83.0
80.6
Lamandau 77.8
77.1
Katingan 70.8
66.7
Sukamara 62.5
59.0
Seruyan 50.0
36.8
Pulang Pisau 22.2
11.9
Palangka Raya 0.0
0.0 20.0 40.0 60.0 80.0 100.0

Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota dan Bidang Kesmas Tahun 2018.

108 Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017


5. Persentase Tempat-tempat Umum Yang Memenuhi Syarat Kesehatan
Tempat-tempat umum dan Pengelolaan Makanan adalah kegiatan bagi
umum yang dilakukan oleh badan pemerintah, swasta atau perorangan yang
langsung digunakan oleh masyarakat yang mempunyai tempat dan kegiatan
tetap serta memiliki fasilitas. Pengawasan sanitasi tempat umum bertujuan untuk
mewujudkan kondisi yang memenuhi syarat kesehatan agar masyarakat
pengunjung terhindar dari kemungkinan bahaya penularan penyakit serta tidak
menyebabkan gangguan terhadap kesehatan masyarakat di sekitarnya. Risiko
dari pengelolaan makanan mempunyai peluang yang besar dalam penularan
penyakit karena jumlah konsumen relatif banyak dalam waktu yang bersamaan.
Tempat-tempat umum meliputi sarana pendidikan, Sarana kesehatan dan
hotel. Cakupan pengawasan tempat-tempat umum yang memenuhi syarat
kesehatan tahun 2017 secara keseluruhan sebesar 68,7% lebih tinggi
dibandingkan capaian pada tahun 2016 sebesar 51,16%. Tempat-tempat umum
yang memenuhi syarat kesehatan tahun 2017 seperti sarana pendidikan SD
sebesar 65,4% lebih besar bila dibandingkan dengan capaian pada tahun 2016
sebesar 49,8%. Pada SMP sebesar 67,6% lebih besar bila dibandingkan dengan
capaian pada tahun 2016 sebesar 46,6% dan SMA sebesar 70,9% lebih besar
bila dibandingkan dengan capaian pada tahun 2016 sebesar 50.3%. Kemudian
untuk sarana kesehatan yang meliputi puskesmas pada tahun 2017 sebesar
83,9%, lebih kecil bila dibandingkan dengan capaian pada 2016 sebesar 87,1%
dan rumah sakit sebesar 69% jauh lebih rendah dibandingkan dengan tahun
2016 sebesar 100%. Dan terakhir capaian hotel berbintang pada tahun 2017
sebesar 86,7%, lebih tinggi bila dibandingkan dengan capaian pada tahun 2016
sebesar 50% dan non bintang sebesar 54,2% lebih besar bila dibandingkan
dengan capaian pada tahun 2016 sebesar 53,5%. Lebih rincinya dapat dilihat
pada lampiran tabel 63.
Sedangkan untuk TPM (tempat pengelolaan makanan) yang meliputi jasa
boga, rumah makan/restoran, depot air minum (DAM) dan makanan jajanan
yang memenuhi syarat pada tahun 2017 sebanyak 4.295 unit (55,60%) dari total
7725 unit, lebih rendah daripada capaian tahun 2016 sebanyak 3.862 buah
(56%) dari 6.955 TPM yang diperiksa. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
Lampiran tabel (64).

109 Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017


C. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di rumah tangga merupakan
upaya untuk memberdayakan anggota rumah tangga agar sadar, mau dan
mampu melakukan PHBS dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya,
mencegah risiko terjadinya penyakit dan melindungi diri dari ancaman penyakit
serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat.
Jumlah rumah tangga yang ada pada tahun 2017 adalah 675.690 rumah
tangga lebih banyak dibandingkan tahun 2016 yang berjumlah 635.023 rumah
tangga. Jumlah rumah tangga yang dipantau sebanyak 126.090 rumah tangga
atau 18,7% dari total rumah tangga yang ada. Hasil pemantauan rumah tangga
pada tahun 2017 rumah tangga yang ber-PHBS mencapai 41,3% lebih rendah
bila dibandingkan dengan capaian tahun 2016 sebesar 52.7%. Cakupan Rumah
Tangga Ber-Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Provinsi Kalimantan Tengah dari
tahun 2010 - 2017 terlihat pada gambar berikut.
Gambar 6.21 Trend Persentase Rumah Tangga Ber-PHBS Provinsi
KalimantanTengah
Tahun 2010 s/d 2017

60

50
51.1 52.7
40 45.7 44.6
41.7 41.3
30 37
30.4
20

10

0
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Sumber : Profil Kesehatan Kab/Kota Tahun 2018


Gambar diatas memperlihatkan bahwa cakupan rumah tangga yang ber-
PHBS di Provinsi Kalimantan Tengah mengalami fluktuasi, dari tahun 2011
mengalami penurunan cakupan ber-PHBS sebesar 30.4%, namun ada
peningkatan dari tahun 2012 sampai dengan 2014 kemudian mengalami
penurunan lagi pada tahun 2015 menjadi 44.6%, kemudian meningkat lagi
menjadi 52.7% pada tahun 2016 dan turun kembali menjadi 41,3%. Sedang

110 Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017


gambaran cakupan PHBS per Kabupaten Kota pada tahun 2017 dapat dilihat pada
gambar dibawah ini.
Gambar 6.22 Persentase Rumah Tangga Ber-PHBS Per Kabupaten/Kota di
Provinsi KalimantanTengah Tahun 2017

PHBS TAHUN 2017

Seruyan 0
0.00
Kotawaringin Barat 0.00
76.70
Lamandau 71.82
64.13
Pulang Pisau 55.57
50.39
Barito Selatan 49.41
45.04
KALTENG 41.31
40.80
Kapuas 31.53
18.83
Palangka Raya 18.54
0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 80.00

Sumber : Profil Kesehatan Kab/Kota Tahun 2018


Dari gambar diatas di ketahui capai rumah tangga yang sudah ber-PHBS
di Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2017 mencapai 41,31% lebih rendah
dibandingkan dengan capaian tahun 2016 sebesar 52.7%. Belum ada kabupaten
kota yang telah mencapai target dari yang yang telah ditetapkan yaitu ≥ 80%.
Capaian tertinggi adalah Kabupaten Barito Utara sebesar (76,70%), kemudian
Kabupaten Lamandau sebesar (71,82%) dan Kabupaten Katingan (64,13%).
Sedangkan capaian terendah adalah Kota Palangka Raya sebesar (18,54%),
Kabupaten Gunung Mas sebesar 18.83%, dan kabupaten Pulang Pisau sebesar
31.53%. Ada tiga kabupaten yang tidak menyampaikan laporan capai runah
tangga yang ber-PHBS yaitu Kabupaten Seruyan, Kotawaringin Barat dan
Kotawaringin Timur. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran 57.

111 Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017


BAB VII
TENAGA KESEHATAN

Sumber daya manusia kesehatan (SDMK) merupakan salah satu sub sistem
dalam sistem kesehatan nasional yang mempunyai peranan penting dalam
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui berbagai upaya dan pelayanan
kesehatan. Upaya dan pelayanan kesehatan harus dilakukan oleh tenaga kesehatan
yang bertanggung jawab, memiliki etik dan moral tinggi, keahlian, dan berwenang.
Menurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan,
tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang
kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan di
bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk
melakukan upaya kesehatan.
Tenaga di bidang kesehatan terdiri dari tenaga kesehatan dan asisten
tenaga kesehatan. Tenaga kesehatan dikelompokkan menjadi beberapa rumpun
dan sub rumpun. Rumpun tenaga kesehatan menurut Undang-Undang Nomor 36
Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan Pasal 11 adalah tenaga medis, tenaga
psikologi klinis, tenaga keperawatan, tenaga kebidanan, tenaga kefarmasian, tenaga
kesehatan masyarakat, tenaga kesehatan lingkungan, tenaga gizi, tenaga
keterapian fisik, tenaga keteknisian medis, tenaga teknik biomedika, tenaga
kesehatan tradisional, dan tenaga kesehatan lain.
Gambaran mengenai jumlah, jenis, dan kualitas, serta penyebaran tenaga
kesehatan di seluruh wilayah Provinsi Kalimantan Tengah dilakukan dengan cara
pengumpulan data pada sarana pelayanan kesehatan baik di wilayah dinas
kesehatan kabupaten/kota maupun dinas kesehatan provinsi. Pengumpulan data
tenaga kesehatan meliputi tenaga kesehatan yang berstatus PNS pusat, PNS
daerah, Pegawai Tidak Tetap (PTT), TNI/POLRI, dan swasta.
Peningkatan jumlah tenaga kesehatan berpengaruh terhadap peningkatan
mutu pelayanan kesehatan yang semakin tinggi. Kebutuhan tenaga kesehatan
belum dapat terpenuhi secara memadai, khususnya di tingkat kabupaten/kota
dikarenakan beban terhadap penganggaran pegawai serta belum berjalannya
kegiatan mobilisasi tenaga kesehatan yang sesuai dengan penempatan tugas
tenaga tersebut. Sehingga menyebabkan sulitnya dalam menentukan kebutuhan
tenaga kesehatan di tingkat kabupaten/kota.

112 Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017


Untuk mencukupi kebutuhan tenaga kesehatan tersebut, pemerintah
membuka penerimaan CPNS baru baik secara swakelola maupun tenaga pusat yang
ditempatkan di daerah. Untuk mencukupi kekurangan tenaga tersebut dilakukan
pengangkatan Dokter Tidak Tetap, Bidan Tidak Tetap dan diupayakan dapat
mengangkat tenaga kesehatan lain sebagai pegawai tidak tetap.
A. JUMLAH TENAGA KESEHATAN
Tenaga di bidang kesehatan terdiri dari tenaga kesehatan dan asisten
tenaga kesehatan. Tenaga kesehatan dikelompokkan menjadi beberapa rumpun
dan sub rumpun. Rumpun tenaga kesehatan menurut Undang-Undang Nomor 36
Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan Pasal 11 adalah tenaga medis, tenaga
psikologi klinis, tenaga keperawatan, tenaga kebidanan, tenaga kefarmasian, tenaga
kesehatan masyarakat, tenaga kesehatan lingkungan, tenaga gizi, tenaga
keterapian fisik, tenaga keteknisian medis, tenaga teknik biomedika, tenaga
kesehatan tradisional, dan tenaga kesehatan lain.
Pada tahun 2017, jumlah tenaga yang bekerja di bidang kesehatan di
Provinsi Kalimantan Tengah sebanyak 14.015 orang dengan rincian tenaga
kesehatan sebanyak 12.282 orang (87.6%) dan tenaga penunjang kesehatan
sebanyak 1735 orang (12.35%). Tenaga kesehatan dengan jumlah terbanyak pada
tahun 2017 yaitu perawat sebanyak 6069 orang atau 49.40% dari total tenaga
kesehatan, sedangkan tenaga kesehatan dengan jumlah paling sedikit yaitu tenaga
kesehatan keterapian fisik sebanyak 55 orang atau 0,44% dari total tenaga
kesehatan. Rincian lengkap mengenai rekapitulasi tenaga kesehatan dan tenaga
penunjang kesehatan di Provinsi Kalimantan Tengah dapat dilihat pada lampiran 72
– 80.
1. Tenaga Kesehatan di Puskesmas
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 tentang
Pusat Kesehatan Masyarakat, Puskesmas adalah fasilitas kesehatan yang
menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan
perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan
preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di
wilayah kerjanya. Untuk mendukung fungsi dan tujuan Puskesmas diperlukan
sumber daya manusia kesehatan baik tenaga kesehatan maupun tenaga penunjang
kesehatan.

113 Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017


Pada peraturan yang sama di Pasal 16 Ayat 3 disebutkan bahwa minimal
tenaga kesehatan di Puskesmas terdiri dari dokter atau dokter layanan primer,
dokter gigi, perawat, bidan, tenaga kesehatan masyarakat, tenaga kesehatan
lingkungan, ahli teknologi laboratorium medik, tenaga gizi dan tenaga kefarmasian.
Sedangkan tenaga penunjang kesehatan harus dapat mendukung kegiatan
ketatausahaan, administrasi keuangan, sistem informasi, dan kegiatan operasional
lainnya.
Total SDMK di Puskesmas di Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2017
sebanyak 8290 orang yang terdiri dari 7687 orang tenaga kesehatan (92,72%) dan
603 orang tenaga penunjang kesehatan (7,27%). Proporsi tenaga kesehatan di
Puskesmas terbanyak yaitu tenaga perawat sebanyak 3611 orang (46.97%) diikuti
tenaga bidan sebanyak 2690 orang (34,99%) sedangkan tenaga kesehatan di
Puskesmas yang tidak ada adalah keterapian fisik.
Jumlah dan jenis tenaga kesehatan Puskesmas dihitung berdasarkan analisis
beban kerja dengan mempertimbangkan beberapa hal, yaitu jumlah pelayanan yang
diselenggarakan, jumlah penduduk dan persebarannya, karakteristik wilayah kerja,
luas wilayah kerja, ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama
lainnya di wilayah kerjanya, dan pembagian waktu kerja.
2. Tenaga Kesehatan di Rumah Sakit
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 56 Tahun 2014 tentang
Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan
kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara
paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.
Rumah sakit dapat didirikan dan diselenggarakan oleh pemerintah pusat,
pemerintah daerah, dan swasta. Sedangkan menurut pelayanan yang diberikan,
rumah sakit terdiri dari rumah sakit umum dan rumah sakit khusus.
Total SDMK di rumah sakit di Provinsi Kalimantan Tengah pada tahun 2017
sebanyak 3.994 orang yang terdiri dari 2.866 orang tenaga kesehatan (71,75%)
dan 1.128 orang tenaga penunjang kesehatan (28,24%). Jumlah tenaga kesehatan
terbanyak yaitu perawat sebanyak 2.458 orang (85,76%) sedangkan jumlah tenaga
kesehatan paling sedikit yaitu keterepian fisik sebanyak 55 orang (1,91%).
Pelayanan spesialis yang ada di rumah sakit di antaranya pelayanan spesialis
dasar, spesialis penunjang, spesialis lain, subspesialis, dan spesialis gigi dan mulut.
Pelayanan spesialis dasar meliputi pelayanan panyakit dalam, kesehatan anak,

114 Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017


bedah, dan obstetri dan ginekologi. Pelayanan spesialis penunjang meliputi
pelayanan anestesiologi, radiologi, patologi klinik, patologi anatomi, dan rehabilitasi
medik. Pelayanan spesialis lain meliputi pelayanan mata, telinga hidung
tenggorokan, syaraf, jantung dan pembuluh darah, kulit dan kelamin, kedokteran
jiwa, paru, orthopedi, urologi, bedah syaraf, bedah plastik, dan kedokteran forensik.
Kecukupan tenaga spesialis di beberapa rumah sakit daerah masih kurang, baik
tenaga dokter spesialis dasar dan tenaga dokter spesialis penunjang. Hal ini menjadi
perhatian mendasar bagi pemerintah daerah baik kabupaten/kota maupun provinsi
dalam pemenuhan tenaga dokter spesialis.
B. RASIO TENAGA KESEHATAN
Rasio tenaga kesehatan terhadap jumlah penduduk merupakan indikator
untuk mengukur ketersediaan tenaga kesehatan untuk mencapai target
pembangunan kesehatan tertentu. Berdasarkan Keputusan Menteri Koordinator
Bidang Kesejahteraan Rakyat Nomor 54 Tahun 2013 tentang Rencana
Pengembangan Tenaga Kesehatan Tahun 2011 – 2025, terget rasio tenaga
kesehatan terhadap jumlah penduduk pada tahun 2019 di antaranya rasio dokter
umum 45 per 100.000 penduduk, rasio dokter gigi 13 per 100.000 penduduk, rasio
perawat 180 per 100.000 penduduk, rasio bidan 120 per 100.000 penduduk, rasio
perawat gigi 18 per 100.000 penduduk, rasio Apoteker 12 per 100.000 penduduk,
rasio Ass Apotekes 24 per 100.000 penduduk, rasio SKM 16 per 100.000 penduduk,
rasio Sanitarian 18 per 100.000 penduduk, rasio Nutrisionis/Ahli Gizi 14 per 100.000
penduduk, rasio keterapian fisik 5 per 100.000 penduduk dan rasio Keterapian
Medis 16 per 100.000 penduduk.
1. Dokter Spesialis
Jumlah tenaga dokter spesialis yang bekerja di sarana kesehatan tahun
2017 sebanyak 302 dokter spesialis lebih banyak dibandingkan tahun 2016
sebanyak 193 dokter spesialis. Sedangkan rasio dokter spesialis pada tahun
2017 per 100.000 penduduk Provinsi Kalimantan Tengah sebesar 11,59
meningkat dibandingkan dengan tahun 2016 sebesar 7,5 per 100.000
penduduk. Rasio tersebut sudah mencapai target yang ditetapkan untuk tahun
2019 yaitu 11 dokter spesialis per 100.000 penduduk. Keberadaan dan
distribusi tenaga dokter spesialis di Provinsi Kalimantan Tengah masih menjadi
permasalahan penting, karena kebanyakan dokter spesialis berada di kota-kota

115 Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017


besar seperti Palangka Raya, Sampit dan Kota Pangkalan Bun, belum tersebar
secara merata ke kabupaten lainnya.
2. Dokter Umum
Pada tahun 2017 jumlah tenaga dokter umum yang bekerja di sarana
pelayanan kesehatan sebanyak 515 orang, lebih banyak bila dibandingkan
dengan tahun 2016 yang berjumlah 470 orang. Berdasarkan jumlah dokter
umum dan jumlah penduduk disusun rasio dokter umum per 100.000
penduduk. Rasio dokter umum di Provinsi Kalimantan Tengah pada tahun 2017
sebesar 19,76 dokter umum per 100.000 penduduk, lebih tinggi dibandingkan
tahun 2016 sebesar 18.43 dokter umum per 100.000 penduduk. Rasio tersebut
masih dibawah target yang ditetapkan untuk tahun 2019 yaitu 45 dokter umum
per 100.000 penduduk.
3. Dokter Gigi
Jumlah dokter gigi yang bekerja di sarana kesehatan di Provinsi
Kalimantan Tengah tahun 2017 sebanyak 106 orang. Lebih sedikit dibandingkan
tahun 2016 sebanyak 121 orang. Berdasarkan jumlah dokter gigi dan jumlah
penduduk disusun rasio dokter gigi per 100.000 penduduk. Rasio dokter gigi di
Provinsi Kalimantan Tengah pada tahun 2017 sebesar 4,06 dokter gigi per
100.000 penduduk, lebih sedikit dengan tahun sebelumnya dengan rasio 5
dokter gigi per 100.000 penduduk. Rasio tersebut masih dibawah target yang
ditetapkan untuk tahun 2019 yaitu 13 dokter gigi per 100.000 penduduk.
4. Bidan
Jumlah Tenaga Bidan di Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2017
sebanyak 3308 orang, lebih banyak bila dibandingkan dengan jumlah bidan
pada tahun 2016 sebanyak 2.694 orang. Rasio Tenaga Bidan per 100.000
penduduk tahun 2017 adalah 126.97 per 100.000 penduduk. Rasio tersebut
sudah diatas target yang ditetapkan untuk tahun 2019 yaitu 120 bidan per
100.000 penduduk.
5. Perawat
Tenaga perawat di Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2017 yang terdiri
dari perawat dan perawat gigi sebanyak 6069 orang lebih banyak bila di
bandingkan dengan jumlah perawat pada tahun 2015 sebanyak 5.175 orang,
sedangkan rasio tenaga perawat per 100.000 penduduk pada tahun 2017
adalah 222.28 per 100.000 penduduk. Rasio tersebut sudah diatas target yang

116 Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017


ditetapkan untuk tahun 2019 yaitu 180 bidan per 100.000 penduduk. Namun
perlu diperhatikan penyebaran tenaga perawat di Provinsi Kalimantan Tengah
masih belum merata, tenaga perawat banyak terkonsentrasi di daerah
perkotaan saja.
6. Apoteker
Jumlah tenaga Apoteker di Provinsi Kalimantan Tengah pada tahun 2017
adalah 170 orang, lebih banyak dibandingkan dengan tahun 2016 yang
berjumlah 136 orang. Berdasarkan jumlah apoteker dan jumlah penduduk
disusun rasio apoteker per 100.000 penduduk. Rasio apoteker di Provinsi
Kalimantan Tengah pada tahun 2017 sebesar 7 apoteker per 100.000
penduduk. Rasio tersebut masih dibawah target yang ditetapkan untuk tahun
2019 yaitu 12 apoteker per 100.000 penduduk.

7. Sarjana Kesehatan Masyarakat


Jumlah tenaga kesehatan masyarakat di Provinsi Kalimantan Tengah
tahun 2017 berjumlah 318 orang, lebih banyak dibandingkan dengan tahun
2016 yang berjumlah 250 orang. Rasio tenaga kesehatan masyarakat per
100.000 penduduk pada tahun 2017 sebesar 12 per 100.000 penduduk. Rasio
tersebut masih dibawah target yang ditetapkan untuk tahun 2019 yaitu 16
Sarjana Kesehatan Masyarakat per 100.000 penduduk.
8. Tenaga Sanitasi
Tenaga sanitasi terdiri dari Sarjana kesehatan lingkungan, D-III sanitasi
dan D-I sanitasi. Jumlah Tenaga Sanitasi di Provinsi Kalimantan Tengah tahun
2017 sebanyak 188 orang, lebih banyak bila dibandingkan dengan jumlah
sanitarian yang bekerja pada sarana kesehatan pada 2016 sebanyak 178 orang.
Rasio tenaga sanitarian per 100.000 penduduk tahun 2017 adalah 7,0 sama bila
dibandingkan dengan rasio sanitarian pada tahun 2016 sebesar 7.0. Rasio
tersebut masih dibawah target yang ditetapkan untuk tahun 2019 yaitu 18
Sanitarian per 100.000 penduduk.
9. Tenaga Gizi
Tenaga gizi terdiri dari nutrisionis dan dietisen. Jumlah Tenaga gizi di
Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2017 sebanyak 384 orang, lebih banyak bila
dibandingkan dengan jumlah tenaga gizi pada tahun 2016 sebanyak 361 orang.

117 Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017


Rasio tenaga gizi per 100.000 penduduk tahun 2017 adalah 15 per 100.000
penduduk. Rasio tersebut sudah diatas target yang ditetapkan untuk tahun
2019 yaitu 14 tenaga gizi per 100.000 penduduk.
10. Keterapian Fisik
Pada tahun 2017 jumlah tenaga keterapian fisik yang bekerja di sarana
pelayanan kesehatan sebanyak 55 orang, lebih sedikit dibandingkan dengan
tahun 2016 sebanyak 63 orang. Berdasarkan jumlah tenaga keterapian fisik dan
jumlah penduduk disusun rasio tenaga keterapian fisik per 100.000 penduduk.
Rasio tenaga keterapian fisik di Provinsi Kalimantan Tengah pada tahun 2017
sebesar 2 tenaga keterapian fisik per 100.000 penduduk. Rasio tersebut masih
dibawah target yang ditetapkan untuk tahun 2019 yaitu 5 tenaga keterapian
fisik per 100.000 penduduk.
11. Keterapian Medis
Pada tahun 2017 jumlah tenaga keterapian medis yang bekerja di
sarana pelayanan kesehatan sebanyak 563 orang lebih banyak dibandingkan
dengan jumlah tenaga keterapian medis pada tahun 2016 sebanyak 461 orang.
Berdasarkan jumlah tenaga keterapian medis dan jumlah penduduk disusun
rasio tenaga keterapian medis per 100.000 penduduk. Rasio tenaga keterapian
medis di Provinsi Kalimantan Tengah pada tahun 2017 sebesar 22 tenaga
keterapian medis per 100.000 penduduk. Rasio tersebut sudah diatas target
yang ditetapkan untuk tahun 2019 yaitu 16 tenaga keterapian medis per
100.000 penduduk.

118 Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017


BAB VIII
PENUTUP

Keberadaan data dan informasi tentang situasi pembangunan kesehatan di


suatu daerah sangat penting bagi pimpinan dan organisasi dalam pelaksanaan
manajemen. Penyediaan data dan informasi yang berkualitas sangat diperlukan sebagai
masukan dalam proses perencanaan dan pengambilan keputusan.
Di bidang kesehatan, data dan informasi diperoleh melalui penyelenggaraan
sistem informasi kesehatan baik yang dikembangkan oleh pusat maupun yang
dikembangkan oleh masing-masing daerah. Salah satu luaran utama dari
penyelenggaraan dari sistem informasi kesehatan sejak tahun 1998, telah
dikembangkan paket sajian data dan informasi oleh Pusat Data Kesehatan RI yaitu
berupa buku profil kesehatan yang merupakan kumpulan informasi yang sangat
penting tentang gambaran kesehatan di suatu daerah. Untuk itu buku profil ini sangat
dibutuhkan baik oleh jajaran kesehatan, lintas sektor maupun masyarakat.
Profil Kesehatan Provinsi diharapkan dapat memberikan gambaran secara garis
besar dan menyeluruh tentang seberapa jauh keadaan kesehatan masyarakat yang
telah dicapai oleh Provinsi Kalimantan Tengah baik secara umum maupun berdasarkan
gender sepanjang tahun 2016. Oleh karena itu dalam rangka meningkatkan kualitas
Profil Kesehatan Provinsi, perlu terobosan dalam mekanisme pengumpulan data dan
informasi secara cepat, tepat dan akurat khususnya yang bersumber dari
Kabupaten/Kota dan pusat-pusat pelayanan kesehatan lainnya.

Palangka Raya, Agustus 2018

119 Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

Anda mungkin juga menyukai