Profil Kesehatan Prov - Kalteng Tahun 2017 Compres PDF
Profil Kesehatan Prov - Kalteng Tahun 2017 Compres PDF
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat-Nya sehingga
buku Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017 dapat diselesaikan.
Buku Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017 ini dapat diselesaikan
berkat bantuan banyak pihak yang terlibat di dalamnya khususnya dalam pengisian
data-data yang diperlukan dalam profil ini. Sumber data dalam penyusunan buku profil
ini dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kalimantan Tengah, BKKBN Provinsi Kalimantan
Tengah, Biro pemerintahan Setda Provinsi Kalimantan Tengah dan Buku Profil
Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2017 serta data dari bidang-bidang di Lingkungan
Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah.
Hasil Pembangunan kesehatan pada tahun 2017 di Provinsi Kalimantan Tengah
menunjukan hasil yang cukup bagus. Namun beberapa indikator MDGs dan Renstra
yang belum mencapai target seperti AKI, AKB dan AKABA, prevalensi masalah gizi serta
penanganan masalah TB, Malaria dan HIV/AIDS. Selain itu masalah penyehatan
lingkungan seperti rumah sehat, MTBS, sumber air minum yang layak perlu
mendapatkan perhatian yang serius dari semua komponen yang terlibat, hal ini
mengindikasikan perlu adanya kerja keras dari semua pemangku kebijakan di bidang
kesehatan.
Buku Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017 ini bertujuan m-
emberikan informasi dan gambaran tentang derajat kesehatan dan upaya kesehatan
serta hasil-hasil yang telah dicapai dalam pembangunan kesehatan kabupaten/kota di
Provinsi Kalimantan Tengah berdasarkan gender yang tergambar dalam data tabel,
grafik, peta dan indikator dan Standar Pelayanan Minimal (SPM). Data kesehatan yang
terpilah menurut jenis kelamin dapat dijadikan data pembuka wawasan yang dapat
menggambarkan kondisi, kebutuhan dan persoalan yang dihadapi laki-laki dan
perempuan terkait dengan akses, partisipasi, kontrol dan manfaat dalam pembangunan
bidang kesehatan. Data yang responsif gender ini juga akan membantu dalam proses
penyusunan rencana dan penganggaran program pembangunan kesehatan di pusat
dan daerah.
Buku Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017 ini disajikan
dalam bentuk cetakan dan soft copy (CD) serta dapat diunduh di website
1. KATA PENGANTAR i
2. DAFTAR ISI iii
3. DAFTAR GAMBAR Vi
4. DAFTAR TABEL ix
5. BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Sistematika Penyajian 3
6. BAB II GAMBARAN UMUM PROVINSI KALIMANTAN TENGAH 5
A. Keadaan Geografis 5
B. Kependudukan 8
C. Pendidikan 9
7. BAB III SARANA KESEHATAN DAN JAMINAN KESEHATAN 11
A. Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) 11
B. Rumah Sakit 16
1. Jumlah dan Jenis Rumah Sakit 16
2. Rasio Jumlah Tempat Tidur di Rumah Sakit 17
C. Sarana Kefarmasian Dan Alat Kesehatan 17
1. Sarana Produksi dan Distribusi Sediaan Farmasi dan Alat 17
Kesehatan
2. Ketersediaan Obat dan Vaksin 19
D. Sarana Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat 20
1. Posyandu menurut Strata 20
2. Pos Kesehatan Desa 21
3. Desa Siaga 22
E. Cakupan Jaminan Kesehatan Penduduk 23
F. Pemanfaatan Sarana Puskesmas dan Rumah Sakit 24
1. Jumlah Kunjungan Rawat Jalan, Rawat Inap di Sarana 24
Pelayanan Kesehatan
2. Angka Kematian Umum Penderita Yang Dirawat di 25
RS/Gross Death Rate (GDR)
3. Angka Kematian Penderita Yang Dirawat < 48 Jam / Net 26
Death Rate (NDR)
4. Pemakaian Tempat Tidur/Bed Occupancy Rate (BOR) 26
5. Rata-rata Lama Rawat Seorang Pasien/Average Length of 27
Stay (ALOS)
6. Rata-rata Hari Tempat Tidur Tidak Ditempati / Turn Of 27
Interval (TOI)
8. BAB IV PEMBIAYAAN KESEHATAN 28
A. Latar Belakang
UNIVERSITAS/DIPLOMA IV 3.00
TIDAK MEMILIKI IJAZAH SD 8.39
SMA/ MA 11.95
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN 13.94
SD/MI 17.08
Jml Puskesmas
200 196
195 195 195 195
193
195
190
183
185
179
180
175
170
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Sumber: Data Profil Kabupaten/Kota dan Bidang Yankes Tahun 2018
Gambar di atas menunjukkan peningkatan jumlah puskesmas dari tahun
2010 sampai dengan tahun 2017. Peningkatan jumlah puskesmas tidak
mengindikasikan secara langsung seberapa baik keberadaan puskesmas
mampu memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan primer di masyarakat.
Indikator yang mampu menggambarkan secara kasar tercukupinya kebutuhan
pelayanan kesehatan primer oleh puskesmas adalah rasio puskesmas terhadap
30.000 penduduk. Rasio puskesmas terhadap 30.000 penduduk di Provinsi
Kalimantan Tengah pada tahun 2017 sebesar 2.32 puskesmas per 30.000
Gambar 3.2 Jumlah Puskesmas dan Rasio Puskesmas Per 30.000 Penduduk Di
Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017
30 26
25 21
18 16 16 17
20 15
12 11 12 12 11 10
15
10 3.7 5 4.2 4.4 3.9
5 1.8 1.4 2.2 2.7 2.5 1.9 2.9 2.9 2.7 1.1
0
73 77 77 82 82
70
Desa/Kel Poskesdes
114
102
18
54 69 62 36 31 49 4
185 231 22 16
161
94 93 103 28 88 100 99 127 104 125 3
32 30
3. Desa Siaga
Desa siaga adalah desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber
daya dan kemampuan serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalah-
masalah kesehatan, bencana, dan kegawatdaruratan kesehatan secara mandiri.
Sebuah desa dikatakan menjadi desa siaga apabila desa tersebut telah memiliki
sekurang-kurangnya sebuah Pos Kesehatan Desa (Poskesdes).
Pada tahun 2017 di Provinsi Kalimantan Tengah terdapat 894 desa siaga
lebih banyak dibandingkan dengan tahun 2016 sebanyak 839 desa siaga.
Jumlah desa dan kelurahan pada tahun 2017 sebanyak 1.572 desa/kelurahan.
Desa Siaga aktif adalah desa yang mempunyai Poskesdes atau UKBM lainnya
yang buka setiap hari dan berfungsi sebagai pemberi pelayanan kesehatan
dasar, penanggulangan bencana dan kegawatdaruratan, surveilance berbasis
masyarakat yang meliputi gizi, penyakit, lingkungan dan perilaku sehingga
masyarakatnya menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Distribusi
Desa Siaga dan Desa Siaga Aktif di Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2017
terlihat pada gambar berikut.
Anak dan ibu merupakan dua anggota keluarga yang perlu mendapatkan
prioritas dalam penyelenggaraan upaya kesehatan. Penilaian terhadap status
kesehatan dan kinerja upaya kesehatan ibu dan anak penting untuk dilakukan. Hal
tersebut disebabkan Angka Kematian Ibu dan Anak merupakan dua indikator yang
peka terhadap kualitas fasilitaspelayanan kesehatan. Kualitas fasilitas pelayanan
kesehatan yang dimaksud termasuk aksesibilitas terhadap fasilitas pelayanan
kesehatan itu sendiri.
Keadaan kesehatan sangat penting dalam menggambarkan profil kesehatan
masyarakat di suatu daerah. Dalam menilai derajat kesehatan masyarakat,
digunakan indikator Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Ibu (AKI).
Faktor-faktor yang memengaruhi derajat kesehatan masyarakat tidak hanya berasal
dari sektor kesehatan melainkan juga dipengaruhi oleh faktor ekonomi, pendidikan,
lingkungan sosial, keturunan, dan faktor lainnya.
Derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat antara lain dari angka kematian,
angka kesakitan dan status gizi. Pada bagian ini, derajat kesehatan di Provinsi
Kalimantan Tengah digambarkan melalui Angka Harapan Hidup (AHH), Angka
Kematian Bayi (AKB), Angka kematian Ibu (AKI), angka morbiditas beberapa
penyakit dan status gizi.
Upaya kesehatan di Propinsi Kalimantan Tengah telah diarahkan untuk dapat
meningkatkan kualitas hidup dan pelayanan kesehatan yang makin terjangkau oleh
seluruh lapisan masyarakat. Disamping itu dalam penanganan masalah kesehatan
harus dilakukan secara terarah dan terpadu dengan memperhatikan kondisi sosial,
ekonomi dan budaya.
A. KESEHATAN IBU
Pelayanan kesehatan yang diberikan kepada ibu selama masa kehamilan
sampai dengan nifas bertujuan untuk : a) menjamin kesehatan ibu sehingga
mampu melahirkan generasi yang sehat dan berkualitas b) mengurangi angka
kesakitan dan angkakematian pada ibu dan bayi yang baru dilahirkan c) menjamin
tercapaianya kualitas hidup dan terpenuhinya hak-hak reproduksi dan d)
Sukamara 91.5
Pulang Pisau 90.9
Palangka Raya 90.2
Gunung Mas 90.0
Kapuas 89.4
Barito Utara 89.2
Kotawaringin Barat 87.2
Lamandau 86.7
KALTENG 84.1
Katingan 83.7
Barito Timur 82.6
Kotawaringin Timur 82.5
Murung Raya 75.7
Seruyan 73.6
Barito Selatan 61.4
0.0 20.0 40.0 60.0 80.0 100.0
Kapuas 98.0
96.7
Palangka Raya 96.3
95.8
Sukamara 95.8
95.1
Kotawaringin Barat 94.9
91.6
Kotawaringin Timur 91.5
86.8
Lamandau 86.6
86.6
Katingan 86.2
83.8
Barito Selatan 75.4
0.0 20.0 40.0 60.0 80.0 100.0
80 91.6
92 91.8 94 93 96 94.3 90.6
96.1 87.3
60
40 K1 K4
20
0
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Sumber : Profil Kesehatan Kab/Kota Tahun 2018
Pada gambar 5.3 di atas terlihat bahwa secara umum cakupan
pelayanan kesehatan ibu hamil K1 dan K4 mengalami trend sedikit peningkatan.
Cakupan K1 dan K4 yang secara umum mengalami peningkatan tersebut
menunjukkan semakin tinggi akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan
ibu hamil yang diberikan oleh tenaga kesehatan. Hal ini menjadi tugas semua
element kesehatan bagaimana meningkatkan akses ibu hamil kesarana
kesehatan untuk melakukan pemeriksaan kesehatan yang di harapkan dapat
menurunkan angka kematian ibu dan bayi yang merupakan masalah utama
yang belum terselesaikan.
Secara nasional, indikator kinerja cakupan pelayanan kesehatan ibu
hamil K4 pada tahun 2017 telah dapat mencapai target Rencana Strategis
(Renstra) Kementerian Kesehatan tahun yang sama, yakni sebesar 74%. Hasil
40
20
0
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Alat Kontrasepsi
KONDOM
Peserta KB Baru Tahun 2017
1% IUD MOP MOW IMPLAN
PIL 3% 0% 2% 8%
26%
SUNTIK
60%
88.9
90.0 83.6 86.4 86.9
78.9 79.1 79.2 81.1
72.0 74.7 75.0 76.7 77.1 77.3 78.4
80.0
70.0
60.0
50.0
40.0
30.0
20.0
10.0
0.0
B. KESEHATAN ANAK
Upaya pemeliharaan kesehatan bayi dan anak harus ditujukan untuk
mempersiapkan generasi yang akan datang yang sehat, cerdas, dan berkualitas
serta untuk menurunkan angka kematian bayi dan anak. Upaya pemeliharaan
kesehatan anak dilakukan sejak janin masih dalam kandungan, dilahirkan, setelah
dilahirkan, dan sampai berusia 18 (delapan belas) tahun.
Upaya kesehatan anak antara lain diharapkan untuk mampu menurunkan
angka kematian anak. Indikator angka kematian yang berhubungan anak adalah
Angka Kematian Neonatal (AKN), Angka Kematian Bayi (AKB), dan Angka Kematian
Balita (AKABA). Berdasarkan hasil Survei Penduduk antar Sensus (SUPAS) tahun
2015, menunjukan hasil bahwa secara nasional AKB berada pada angka 21,80 Per
1000 kelahiran hidup, sedangkan AKABA pada angka 25,74 Per 1000 kelahiran
hidup. Hasil SUPAS 2015 untuk Provinsi Kalimantan Tengah adalah AKI 24,6 per
1000 kelahiran hidup, Angka Kematian Anak Balita 4,9 Per 1000 kelahiran hidup dan
AKABA 29,4 Per 1000 kelahiran hidup. Perhatian terhadap upaya penurunan angka
kematian neonatal (0-28 hari) menjadi penting karena kematian neonatal memberi
kontribusi terhadap 56% kematian bayi.
Hasil SDKI tahun 2017 memberikan gambaran kematian pada anak secara
nasional, belum menunjukan hasil per Provinsi. Angka Kematian anak di Indonesia
menunjukan adanya tren penurunan. Kematian neonatal turun dari 19 per 1000
kelahitran hidup menjadi 15 per 1000 kelahiran hidup, kematian bayi turun dari 32
Kasus BBLR
1000
797
747 746
800 674 645
535 556
600 484
400
200
0
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
KN Lengkap 2017
Kotawaringin… 107.2
100.0
Barito Utara 100.0
99.5
Katingan 96.1
95.1
Palangka Raya 95.0
93.9
Kotawaringin… 92.9
92.2
KALTENG 91.8
91.0
Barito Selatan 82.4
73.6
Sukamara 68.7
0.0 20.0 40.0 60.0 80.0 100.0 120.0
Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2018
Lamandau 93
90
Barito Selatan 86
82
Gunung Mas 80
78
Seruyan 77
76
Sukamara 75
64
Katingan 60
55
Palangka Raya 37
32
Murung Raya 27
0 20 40 60 80 100
40
20
0
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2018
Gambar diatas memperlihatkan bahwa pencapaian UCI desa/kelurahan
rata-rata di Provinsi Kalimantan Tengah tahun dari tahun ke tahun mengalami
penurunan. Pada tahun 2013 capaian UCI-nya mencapai 73.9% kemudian
mengalami penurunan yang terus menerus menjadi 64,3% pada tahun 2017.
Ini memberikan indikasi dan gambaran bahwa kinerja kita dalam penanganan
masalah imunisasi memerlukan inovasi yang lebih efektif agar capaian UCI akan
menjadi lebih baik di masa yang akan datang.
b. Imunisasi Dasar Lengkap pada Bayi
Cakupan Imunisasi lengkap merupakan indikator utama dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Kementerian Kesehatan (RPJMN) 2015 –
2019. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 12 tahun 2017, anak
dikategorikan menerima imunisasi lengkap apabila jika telah menerima satu
dosis vaksin BCG; tiga dosis vaksin DPT-HB atau DPT-HB-Hib; empat dosis
vaksin polio (polio 1-4) dan satu dosis vaksin campak.
Dari kelima imunisasi dasar lengkap yang diwajibkan tersebut, campak
merupakan imunisasi yang mendapat perhatian lebih yang dibuktikan dengan
komitmen Indonesia pada lingkup ASEAN dan SEARO untuk mempertahankan
cakupan imunisasi campak sebesar 90%. Hal ini terkait bahwa campak adalah
salah satu penyebab utama kematian pada balita. Dengan demikian
pencegahan campak memiliki peran signifikan dalam penurunan angka
kematian balita.
Seruyan 86
79
Pulang Pisau 78
77
Kotawaringin Barat 76
72
Barito Utara 72
72
Murung Raya 67
64
Palangka Raya 60
60
Barito Selatan 53
49
Kotawaringin Timur 47
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
Lamandau 100.0
100.0
Gunung Mas 99.4
98.0
KALTENG 97.9
95.3
Pulang Pisau 95.1
94.4
Kapuas 92.4
91.6
Palangka Raya 90.7
89.5
Sukamara 87.5
85.3
Seruyan 0.0
Gambar 5.27 Trend Cakupan Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di Provinsi
Kalimantan Tengah Tahun 2010-2017
50
40
40 30
25 24
30
20
10
0
2003 2007 2012 2015 2017
C. STATUS GIZI
Isu status gizi masyarakat masih menjadi perhatian serius pemerintah.
Dampak gizi padaibu hamil, bayi, balita, dan anak merupakan investasi besar bagi
pembangunan nasional.Peningkatan status gizi masyarakat dilakukandengan
meningkatkan akses masyarakatpada pelayanan gizi.
A. Pengendalian Penyakit
1. Penyakit Menular
a. Tuberkolusis (TB)
Tuberkulosis merupakan penyakit yang menjadi perhatian global. Dengan
berbagai upaya pengendalian yang dilakukan, insidens dan kematian akibat
tuberkulosis telah menurun, namun tuberkulosis diperkirakan masih menyerang
9,6 juta orang dan menyebabkan 1,2 juta kematian pada tahun 2014. India,
Indonesia dan China merupakan negara dengan penderita tuberkulosis terbanyak
yaitu berturut-turut 23%, 10% dan 10% dari seluruh penderita di dunia (WHO,
Global Tuberculosis Report, 2015).
Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh
infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis. Sumber penularan yaitu pasien TB
BTA (bakteri tahan asam) positif melalui percik renik dahak yang dikeluarkannya.
TB dengan BTA negatif juga masih memiliki kemungkinan menularkan penyakit
TB meskipun dengan tingkat penularan yang kecil. Beban penyakit yang
disebabkan oleh tuberkulosis dapat diukur dengan Case Notification Rate (CNR),
prevalensi, dan mortalitas/kematian.
1). Kasus baru BTA (+)
Pada tahun 2017 ditemukan jumlah kasus baru tuberkulosis sebanyak
2033 kasus, lebih banyak bila dibandingkan dengan jumlah penemuan kasus
pada tahun 2016 sebanyak 1580 kasus. Jumlah kasus tertinggi yang dilaporkan
terdapat di Kabupaten Kotawaringin Barat sebanyak 316 kasus, diikuti oleh
Kabupaten Kotawaringin Timur sebanyak 310 kasus dan Kabupaten Kapuas
dengan jumlah kasus sebanyak 246 kasus. Sedangkan kabupaten yang paling
sedikit jumlah kasus BTA + yang ditemukan adalah di Kabupaten Pulang Pisau
sebanyak 40 kasus, kemudian Kabupaten Lamandau sebanyak 49 kasus dan
Kabupaten Gunung Mas dengan jumlah kasus sebanyak 61 kasus.
Menurut jenis kelamin, jumlah kasus pada laki-laki lebih tinggi daripada
perempuan yaitu pada laki-laki sebanyak 1.098 kasus sedangkan pada
perempuan sebanyak 629 kasus. Pada masing-masing Kabupaten/Kota seluruh
Sumber Data : Profil Kesehatan Kabupaten Kota dan Bidang P2P Tahun 2018
Gambar 6.1 diatas memperlihatkan bahwa tahun 2016, proporsi pasien
tuberkulosis paru terkonfirmasi bakteriologis di antara semua pasien tuberkulosis
paru tercatat/diobati di Provinsi Kalimantan Tengah belum mencapai target yang
diharapkan karena hanya mencapai 57.8%, ada sedikit peningkatan daripada
tahun sebelumnya yang hanya 53,3%. Hal itu mengindikasikan diagnosis kurang
Katingan 63.5
22.3
Kapuas 17.6
16.8
Palangka Raya 16.2
15.6
Barito Selatan 15.6 Target 5 - 15%
15.0
Murung Raya 14.8
14.5
KALTENG 12.5
8.2
Barito Utara 7.9
6.5
Barito Timur 5.1
0.0 10.0 20.0 30.0 40.0 50.0 60.0 70.0
Sumber Data : Profil Kesehatan Kabupaten Kota dan Bidang P2P Tahun 2018
160 135
140 125
114.5 116.2
120 102 97
100 78
65.8 67 69.7 69.3
80 57 62
60 62.9
40
20
0
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
CNR Seluruh Kasus TB/100.000 Penduduk
CNR BTA+/100.000 Penduduk
Sumber Data : Profil Kesehatan Kabupaten Kota dan Bidang P2P Tahun 2018
Sumber Data : Profil Kesehatan Kabupaten Kota dan Bidang P2P Tahun 2018
Sumber Data : Profil Kesehatan Kabupaten Kota dan Bidang P2P Tahun 2018
0
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
HIV AIDS
Sumber Data : Profil Kesehatan Kabupaten Kota dan Bidang P2P Tahun 2018
Pada gambar di atas secara umum penemuan kasus HIV positif terus
mengalami peningkatan sedangkan penemuan kasus AIDS mengalami
penurunan. Pada penemuan jumlah kasus HIV baru dari tahun 2013 sebanyak
71 kasus meningkat menjadi 121 kasus pada tahun 2014 kemudian meningkat
lagi menjadi 167 kasus pada tahun 2015 dan mengalami penurunan pada tahun
2016 menjadi 155 kasus kemudian meningkat kembali pada tahun 2017 menjadi
181 kasus. Demikian juga dengan jumlah kasus AIDS dari tahun 2011 yang
berjumlah 21 kasus mengalami peningkatan menjadi 101 kasus pada tahun
2016, kemudian turun kembali menjadi 48 kasus pada tahun 2017.
Menurut jenis kelamin, persentase kasus baru HIV AIDS tahun 2017 pada
kelompok jenis kelamin tidak terlalu berbeda jauh, persentase laki-laki lebih besar
dibandingkan pada kelompok perempuan seperti digambarkan di bawah ini.
Gambar 6.7. Proporsi penderita HIV AIDS Menurut Jenis Kelamin Tahun
2017 di Provinsi Kalimantan Tengah
Poporsi Jenis Kelamin Penderita HIV AIDS tahun 2017
56.91 52.08 47.92
43.09
60
40
20
0
Laki-Laki Perempuan
HIV AID
Sumber Data : Profil Kesehatan Kabupaten Kota dan Bidang P2P Tahun 2018
100
81.25
80 61.88
60
40 24.31
10.42 6.634.17
20 0.552.08 1.1 2.08 5.52 0
0
≤ 4 TAHUN 5 - 14 TAHUN 15 - 19 TAHUN 20 - 24 TAHUN 25 - 49 TAHUN ≥ 50 TAHUN
Sumber Data : Profil Kesehatan Kabupaten Kota dan Bidang P2P Tahun 2018
Dari gambar diatas diketahui bahwa proporsi kelompok umur yang paling
banyak pada kasus HIV positif maupun penderita AIDS pada tahun 2017 adalah
pada kelompok umur 25 – 49 tahun dengan proporsi masing-masing 61,88% dan
81.25%, diikuti oleh kelompok umur 20 – 24 tahun masing-masing sebesar
24.31% dan 10.42% dan kelompok umur ≥ 50 masing-masing sebesar 6.63%
dan 4.17%. Kelompok umur tersebut masuk ke dalam kelompok umur produktif
yang aktif secara seksual dan termasuk kelompok umur yang banyak
menggunakan NAPZA suntik.
2). Jumlah Kematian Akibat AIDS
Jumlah kematian akibat Kematian akibat AIDS pada tahun 2017
berjumlah 31 orang dengan rincian 21 laki-laki dan 10 perempuan, jauh lebih
banyak bila dibandingkan dengan jumlah kasus kematian akibat AIDS pada tahun
2016 berjumlah 26 orang. Sedangkan proporsi berdasarkan jenis kelamin 67.74%
kematian pada kelompok laki-laki sedangkan pada kelompok perempuan sebesar
32,26%.
Penderita syphilis yang dilaporkan pada tahun 2017 berjumlah 5 orang,
menurun tajam bila dibandingkan dengan jumlah kasus syphilis pada tahun 2016
yang hanya berjumlah 101 orang. Proporsi penderita syphilis berdasarkan jenis
kelamin adalah penderita laki-laki sebanyak 3 orang (60%) dan penderita
perempuan sebanyak 2 orang (40%).
Sumber Data : Profil Kesehatan Kabupaten Kota dan Bidang P2P Tahun 2018
Pada tahun 2017 jumlah kasus baru kusta baik yang bertipe pausi basiler
(PB) maupun multi basiler (MB) berjumlah 100 kasus lebih tinggi dibandingkan
dengan jumlah kasus pada tahun 2016 yang berjumlah 71 kasus. Sedangkan
New Case Detection Rate (NDCR) pada 2017 sebesar 3,83/100.000 penduduk
lebih besar dibandingkan tahun 2016 sebesar 2.78/100.000 penduduk.
Sedangkan angka prevalensi kusta per 10.000 penduduk pada tahun 2017
sebesar 0,42 sama dengan angka prevalensi pada tahun 2016. dan telah
memenuhi target < 1 per 10.000 penduduk (< 10 per 100.000 penduduk).
Berdasarkan status eliminasi, kusta dibagi menjadi 2 kelompok yaitu
provinsi yang belum eliminasi dan provinsi yang sudah mencapai eliminasi.
Provinsi yang belum mencapai eliminasi jika angka prevalensi > 1 per 10.000
penduduk, sedangkan provinsi yang sudah mencapai eliminasi jika angka
prevalensi < 1 per 10.000 penduduk. Provinsi Kalimantan Tengah sudah
termasuk ke dalam Provinsi yang telah mencapai eliminasi.
2). Penderita Kusta Pada Anak dan Cacat Tingkat 2
Tingkat penularan di masyarakat menggunakan indikator proporsi anak
(0-14 tahun) diantara penderita baru. Dilaporkan bahwa proporsi anak yang
menderita kusta pada tahun 2017 sebesar 7%, lebih tinggi bila dibandingkan
dengan tahun 2016 sebesar 5.63%.
h. Malaria
Sustainable Development Goals (SDGs) menetapkan Malaria sebagai
salah satu komitmen global untuk diperangi. Pada Sustainable Development
Goals (SDGs) dengan tujuan globalnya menjamin kehidupan yang sehat dan
meningkatkan kesejahteraan seluruh penduduk semua usia, dengan target
meningkatkan eliminasi malaria di setiap kabupaten kota maupun provinsi.
Hingga saat ini Malaria masih menjadi permasalahan kesehatan masyarakat
karena mempengaruhi angka kesakitan dan kematian pada bayi dan ibu hamil
serta dapat menurunkan produktifitas kerja dan biaya untuk pengobatan. Malaria
disebabkan parasit Plasmodium yang hidup dan berkembang biak dalam sel
darah merah manusia yang ditularkan oleh nyamuk malaria (Anopheles) betina.
Menyerang semua golongan umur (bayi hingga dewasa) dan semua jenis
kelamin.
Angka kesakitan malaria selama tahun 2011 - 2014 cenderung menurun
dari 4,08 per 1.000 penduduk berisiko pada tahun 2011 menjadi 0.55 per 1.000
pada tahun 2015, kemudian pada tahun 2016 nilai API sebesar 0,19. Data
terakhir API tahun 2017 sebesar 0,15 Perkembangan nilai API dari tahun 2011 –
2017 dapat dilihat pada gambar berikut ini.
3 2.38
1 0.55 0.55
0.19 0.15
0
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Sumber data : Profil Kabupaten Kota dan Bidang P2P, Tahun 2018
i. Filariasis
Filariasis atau elephantiasis atau penyakit kaki gajah, adalah penyakit
yang disebabkan infeksi cacing filaria yang ditularkan melalui gigitan nyamuk dari
tiga spesies yaitu Wuchereria bancrofti, Brugia malayi dan Brugia timori. Dalam
tubuh manusia, cacing tersebut tumbuh menjadi cacing dewasa dan menetap di
jaringan limfe sehingga menyebabkan pembengkakan di kaki, tungkai, payudara,
lengan dan organ genital. Penyakit ini tersebar luas di pedesaan dan perkotaan.
Dapat dan menyerang semua golongan tanpa mengenal usia dan jenis kelamin.
Jumlah kasus filariasis pada 2017 sebanyak 52 kasus lebih sedikit dibandingkan
dengan jumlah kasus pada tahun 2016 sebanyak 63 kasus. Angka kesakitan per
100.000 penduduk sebesar 2. Penyebaran kasus filariasis terjadi di Kabupaten
Kotawaringin Timur sebanyak 41 kasus, diikuti oleh Kabupaten Barito Selatan
sebanyak 3 kasus, kemudian Kabupaten Barito Utara sebanyak 1 kasus,
Kabuoaten Lamandau 4 kasus dan Kabupaten Katingan 3 kasus. Informasi rinci
terkait kasus filariasis dapat dilihat pada lampiran 23.
j. Rabies
Rabies merupakan penyakit mematikan baik pada manusia maupun
hewan yang disebabkan oleh infeksi virus (golongan Rhabdovirus) yang
ditularkan melalui gigitan hewan seperti anjing, kucing, kelelawar, kera, musang
dan serigala yang di dalam tubuhnya mengandung virus.
Rabies merupakan penyakit yang ditularkan melalui gigitan oleh hewan
berdarah panas penular rabies seperti anjing, kucing dan monyet. Penyakit ini
merupakan penyakit zoonosa yang terpenting di Indonesia karena bila sudah
5 8
2
2 1429 1386
0 5 5
1098 1292
869 1001
1016
1940 1907
1535 1307 1539 1530 1339
c. Pelayanan PTM :
1). Pengukuran Tekanan Darah pada penduduk ≥ 18 tahun
Prioritas pengendalian penyakit jantung dan pembuluh darah adalah:
hipertensi, penyakit jantung koroner dan stroke. Risiko penyakit jantung dan
pembuluh darah meningkat sejalan peningkatan tekanan darah. Hipertensi
merupakan penyebab tersering penyakit jantung koroner dan stroke, serta
faktor utama gagal jantung kongestif.
Data Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2017
menunjukan bahwa semua kabupaten kota telah melaporkan hasil
pengukuran tekanan darah pada kelompok Umur ≥ 18 tahun. Total jumlah
penduduk yang berusia ≥ 18 tahun pada tahun 2017 di Provinsi Kalimantan
Tengah adalah 1.752.733 orang. Jumlah yang diukur tekanan darah adalah
328.675 orang (18.75%). Dari hasil pengukuran tekanan darah pada
penduduk yang berusia ≥ 18 tahun terdapat 84.278 orang (25,64%) yang
menderita hipertensi.
Mata Air
Penampung Air
Terlindung;
Hujan; 59,790 ; 6%
27,314 ;Terminal
3% Air;
1,555 ; 0%
Cemplung; 94244
Plengseng; 25570
Komunal; 24035
Leher Angsa;
972817
60
50
51.1 52.7
40 45.7 44.6
41.7 41.3
30 37
30.4
20
10
0
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Seruyan 0
0.00
Kotawaringin Barat 0.00
76.70
Lamandau 71.82
64.13
Pulang Pisau 55.57
50.39
Barito Selatan 49.41
45.04
KALTENG 41.31
40.80
Kapuas 31.53
18.83
Palangka Raya 18.54
0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 80.00
Sumber daya manusia kesehatan (SDMK) merupakan salah satu sub sistem
dalam sistem kesehatan nasional yang mempunyai peranan penting dalam
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui berbagai upaya dan pelayanan
kesehatan. Upaya dan pelayanan kesehatan harus dilakukan oleh tenaga kesehatan
yang bertanggung jawab, memiliki etik dan moral tinggi, keahlian, dan berwenang.
Menurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan,
tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang
kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan di
bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk
melakukan upaya kesehatan.
Tenaga di bidang kesehatan terdiri dari tenaga kesehatan dan asisten
tenaga kesehatan. Tenaga kesehatan dikelompokkan menjadi beberapa rumpun
dan sub rumpun. Rumpun tenaga kesehatan menurut Undang-Undang Nomor 36
Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan Pasal 11 adalah tenaga medis, tenaga
psikologi klinis, tenaga keperawatan, tenaga kebidanan, tenaga kefarmasian, tenaga
kesehatan masyarakat, tenaga kesehatan lingkungan, tenaga gizi, tenaga
keterapian fisik, tenaga keteknisian medis, tenaga teknik biomedika, tenaga
kesehatan tradisional, dan tenaga kesehatan lain.
Gambaran mengenai jumlah, jenis, dan kualitas, serta penyebaran tenaga
kesehatan di seluruh wilayah Provinsi Kalimantan Tengah dilakukan dengan cara
pengumpulan data pada sarana pelayanan kesehatan baik di wilayah dinas
kesehatan kabupaten/kota maupun dinas kesehatan provinsi. Pengumpulan data
tenaga kesehatan meliputi tenaga kesehatan yang berstatus PNS pusat, PNS
daerah, Pegawai Tidak Tetap (PTT), TNI/POLRI, dan swasta.
Peningkatan jumlah tenaga kesehatan berpengaruh terhadap peningkatan
mutu pelayanan kesehatan yang semakin tinggi. Kebutuhan tenaga kesehatan
belum dapat terpenuhi secara memadai, khususnya di tingkat kabupaten/kota
dikarenakan beban terhadap penganggaran pegawai serta belum berjalannya
kegiatan mobilisasi tenaga kesehatan yang sesuai dengan penempatan tugas
tenaga tersebut. Sehingga menyebabkan sulitnya dalam menentukan kebutuhan
tenaga kesehatan di tingkat kabupaten/kota.