Anda di halaman 1dari 4

Perawatan Ph Meter

Elektroda (Probe pengukur) pH Elektroda (probe) mengukur pH sebagai aktivitas ion Hidrogen
di sekeliling ujung elektroda tersebut. Elektroda menghasilkan tegangan kecil (kira-kira 0,06 volt
per unit pH) yang diukur dan ditampilkan sebagai unit pH. Untuk informasi lebih lanjut tentang pH
elektroda (probe), lihat glass electrode

Kalibrasi dan Penggunaan

Untuk ketelitian, pH meter harus dikalibrasi sebelum setiap pengukuran. Untuk penggunaan
normal, kalibrasi dilakukan di awal setiap hari. Alasannya adalah elektroda tidak menghasilkan
tegangan yang sama dalam jangka waktu yang lama. Kalibrasi harus dilakukan dengan - minimal
- 2 larutan buffer standar yang mencakup nilai pH yang diukur. Umumnya, buffer pH 4 dan pH 10
dapat digunakan. pH meter mempunyai satu kontrol (calibrate) untuk menentukan pH meter
mengukur nilai larutan buffer standar pertama dan kontrol kedua (slope) digunakan untuk
mengatur pengukuran larutan buffer ke dua. Kontrol ketiga untuk mengatur temperatur. Larutan
buffer standar, yang bisa didapat dari berbagai supplier, biasanya menyatakan perubahan nilai
pH berbanding dengan temperatur. Untuk pengukuran yang lebih tepat, kalibrasi dengan larutan
buffer ketiga lebih disukai. pH 7 wajib digunakan sebagai "titik nol" kalibrasi, pertama kalibarsi
pada pH 7, kemudian kalibrasi pada pH yang paling mendekati dengan pH yang akan diukur
(misalnya 4 atau 10). Beberapa pH meter memungkinkan kalibrasi 3 titik dan ini lebih disukai
untuk kerja yang paling teliti. pH meter yang lebih berkualitas mempunyai koreksi terhadap
koefisien temperatur, dan pH elektroda yang canggih mempunyai pengukur temperatur di
dalamnya. Proses kalibrasi berhubungan dengan tegangan yang dihasilkan elektroda (probe) -
kira-kira 0,06 volt per unit pH - dengan skala pH. Setelah setiap pengukuran, bilas elektroda
dengan air suling atau air deionized untuk menghilangkan sisa-sisa larutan yang diukur,
kemudian rendam / celupkan dalam larutan selanjutnya.

Cara Penyimpanan Elektroda

Jika tidak digunakan, ujung elektroda harus selalu tetap basah untuk mencegah membran
pengukur pH menjadi kering dan menjadi tidak berfungsi. Elektroda glass tanpa gabungan
dengan elektroda referensi biasanya tersimpan dalam larutan asam dengan pH sekitar 3,0.
Dalam keadaan darurat, pengasaman air kran dapat digunakan, tetapi air suling atau deionized
jangan digunakan untuk waktu yang lama karena air yang tidak mengandung ion akan
'menghisap' keluar ion dari membran elektroda. Elektroda kombinasi (glass membrane +
reference electrode) lebih baik disimpan dengan merendam dalam larutan elektrolit (KCl 3M)
untuk mencegah laruta elektrilit terdifusi keluar.

Perawatan Elektroda

Secara teratur (1 kali setiap bulan), elektroda harus dibersihkan dengan larutan pencuci; biasanya
larutan 0,1 M Hydrochoric acid (HCl) yang mempunyai pH 1 Larutan ammonium fluoride (NH4F)
dapat digunakan jika ujung kaca terlapisi lapisan film. Untuk menghindari hal-hal yang tidak
diinginkan, selalu merujuk pada petunjuk pembuat elektroda tersebut
Catatan No.2 : Seputar
pH Meter
2 Agustus 2015Catatan Kerja - LAB
Catatan ke-2 ini saya sharing seputar pH Meter. Saya tidak akan membahas pH secara
teoritis karena kita semua sesama teknisi analis kimia sudah sama-sama tahu. Jadi saya
bahas seputar alatnya saja. Untuk analisis pH di masa kini laboratorium pada umumnya
sudah menggunakan alat yang disebut pH Meter, karena jauh lebih spesifik ketimbang
memakai kertas lakmus dan lebih simple ketimbang dihitung secara teoritis
menggunakan berbagai perhitungan tetapan asam-basa dan semacamnya. Penggunaan
alatnya cukup mudah, sampel tinggal dituang di wadah sampel lalu celupkan sensor
alatnya (electrode) dan dalam beberapa menit saja alat menunjukkan pembacaan yang
stabil. Adapun teknis penggunaannya berbeda-beda sesuai dengan petunjuk yang
diberikan oleh Manual Book masing-masing pH Meter. Berikut yang menjadi catatan saya
adalah sebagai berikut :

1) Meter (alatnya sendiri)

 Yang jelas alatnya berfungsi normal, tidak ngadat atau macet. Bersihkan alat ketika ada
waktu luang demi kebersihan dan juga memperpanjang lifetime nya. Matikan alat jika
sudah tidak digunakan.

2) Sumber arus (Power)

 Pastikan satuan-satuan listrik seperti Voltase, Ampere dan sebagainya telah sesuai
dengan petunjuk yang diberikan oleh manual book alat. Bila belum sesuai agar diberikan
semacam converter power dan juga stabilisator demi memperpanjang lifetime alat dan
juga stabilitas alat itu sendiri ketika digunakan.
 Pasangkan alat dengan sumber powernya. Jika disertakan adaptor dari pabrikannya,
maka lebih baik dipakai saja daripada pakai adaptor yang dijual di pasaran karena belum
tentu cocok dengan alatnya.
 Waspada korsleting.

3) Sensor (electrode)

 Ada berbagai macam model electrode sesuai dengan kebutuhannya, tapi yang sering
saya lihat ada dua model, yaitu bahan kaca dan bahan epoxy (atau bahan lainnya yang
sifatnya kokoh).
 Kalau electrode nya model bahan kaca, maka rentan pecah. Untuk itulah disediakan
cover bawaan dari pabrikannya. Walaupun sudah ada covernya, tetap harus hati-hati
karena itu hanya sekedar meminimalisir kemungkinan pecah saja.
 Electrode ini tidak bisa main colok terus dipakai. Harus diaktifkan terlebih dahulu. Cara
aktivasinya ialah dengan merendam electrode dengan air demin sejumlah….yaahh tidak
usah banyak-banyak…..di wadah becker glass 100 ml saja sudah cukup. Rendam
selama semalam. Cara ini berlaku untuk semua model electrode.
 Biasanya sih kalau electrode bahan kaca disimpan di gudang dalam waktu yang cukup
lama, larutan KCl di dalamnya menggumpal. Ini dapat diatasi dengan mengalirkan air
demin ke lubang electrode yang memang didesain untuk mengisi larutan KCl nya.
Masukkan air demin dengan bantuan suntikan atau botol aquadest sambil dicoba larutkan
dan dibilas sedikit-sedikit hingga seluruh endapan hilang. Kemudian lakukan flashing
dengan menggunakan refill electrode bawaannya, dan isi electrode dengan larutan KCl
bawaannya sejumlah ½ atau ¾ nya saja. Tidak perlu penuh.
 Dalam kondisi apapun electrode pH wajib dalam kondisi basah, baik itu ketika digunakan
atau tidak (standby), bahkan ketika disimpan dalam waktu yang lama. Untuk kondisi
standby, electrode cukup direndam dengan air demin. Untuk penyimpanan berminggu-
minggu, electode disimpan dalam wadah air demin berisi sedikit campuran refill electrode
bawaan alat. Untuk penyimpanan dalam waktu yang lama, electrode disimpan dalam
wadah yang berisi refill electrode bawaan alat.
 Adapun lifetime larutan KCl electrode berdasarkan pengalaman saya, lamanya antara 2
hingga 3 bulan. Setelah itu, electrode mulai menunjukkan pembacaan yang tidak stabil
bahkan ngawur. Lakukan penggantian larutan KCl sesuai petunjuk yang diberikan oleh
manual book masing-masing alat.
 Namun untuk electrode bahan patent (epoxy misalnya), tidak pakai repot. Cukup
dilakukan aktivasi, tidak ada istilah ganti KCl, electrode pecah. Lebih awet daripada yang

bahan kaca. Cuman yaa itu….biasanya lebih mahal. Hehehe

4) Refill (Isi Ulang) Electrode

 Gunakan refill electrode bawaan alat. Jangan asal isi saja. Karena beda pabrikan, beda
pula “racikan” refillnya. Sebagai contoh : Refill electrode (KCl) merk Fisher Scientific
memiliki konsentrasi 4 M warna larutannya bening, sementara Refill electrode merk
Thermo Scientific memiliki konsentrasi 3 M warna larutannya kuning. Perbedaan
konsentrasi yang cukup ekstrim inilah yang menjadi dasar saya mengapa kita tidak boleh
asal isi refill electrode

5) Kalibrasi

 Mengenai cara kalibrasinya, tentu kita semua sama-sama tahu yaitu pakai larutan buffer.
Terkadang orang lain menyebutnya dengan istilah standarisasi, terkadang juga buffering.
Pilihan larutan buffer itu sendiri bermacam-macam. Ada yang standar USA, Euro, dan
masih banyak lagi. Gunakanlah sesuai kebutuhan kita.
 Ada dua macam model, yakni model analog (system knob/putar) dan model digital
(tombol atau touchscreen). Model analog cenderung mudah dikalibrasi, sementara model
digital cenderung sensitive dengan kondisi lingkungan sekitar alat sehingga menyulitkan
dalam proses kalibrasi. Sehingga perlu dilakukan upaya untuk mengeliminasi gangguan
ini, misalnya dengan membuat semacam wadah khusus tertutup tapi tetap bisa
dimasukkan electrode di dalamnya, dan wadah itu sudah ada larutan buffer nya
 Setelah kalibrasi selesai, pH Meter akan menunjukkan Slope. Adapun slope ideal untuk
pH Meter di dalam kisaran Range 90 % – 104%. Tidak peduli apakah alatnya baru keluar
dari gudang ataupun sudah masuk masa scrap, range-nya tetap dalam kisaran itu. Jika
tidak masuk range, alat itu sudah tidak layak pakai sehingga perlu dilakukan perbaikan
atau diganti dengan yang baru bila tersedia.
 Kalau yang satu ini, saya masih kurang info. Mungkin bisa ditanyakan kepada teman-
teman yang lebih paham soal ini. Yaitu ada referensi yang menyebutkan kalau ketika
sedang kalibrasi dengan Buffer pH 7, pembacaan pH dengan mode pembacaan millivolt
(mV) harus menunjukkan 0 mV + 30 mV. Menurut pengalaman saya, pH model analog
bisa mengikuti aturan ini. Tapi tidak dengan pH Meter model digital.

6) Maintenance

 Setidak-tidaknya, perhatikan electrode pH, biasanya berlumut. Bersihkan perlahan-lahan


(jangan digosok) agar tidak merusak kemampuan sensor
 Adapun untuk selanjutnya cara maintenance nya masing-masing produk berbeda-beda,
sesuai dengan petunjuk yang diberikan oleh Manual Book masing-masing pH Meter.

Anda mungkin juga menyukai