Anda di halaman 1dari 19

METODE STATISTIKA UJI T

MAKALAH
diajukan guna memenuhi tugas Matakuliah Pengelolaan Sumber Daya Air

Oleh:
Kelompok 7
Kelas TEP C

Nila Zulva Rosyida 151710201070


Danial Arifandi 151710201071
Muhammad Efendi Bin Margono 151710201072
Sahna Salfini Husyairoh 151710201073
Bagas Yoga Pratama 151710201074

JURUSAN TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2017
1

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pengujian statistik parametrik memiliki beberapa metode yang dapat
digunakan untuk mengambil suatu kesimpulan dari sampel yang diambil. Semisal
sampel yang diambil merupakan sampel yang saling berhubungan, maka akan
timbul suatu permasalahan dalam menganalisa dan memilih metode uji statistik
yang tepat. Salah satu uji statistik parametrik yang dapat digunakan adalah uji T-
test dependent.
T-test atau uji T adalah uji statistik yang digunakan untuk menguji
kebenaran atau kepalsuan hipotesis. Uji T pertama kali dikembangkan oleh
William Seely Gosset pada tahun 1915. Uji T dapat dibagi menjadi 2, yaitu uji T
yang digunakan untuk pengujian hipotesis 1 sampel dan uji T yang digunakan
untuk pengujian hipotesis 2 sampel. Bila dihubungkan dengan kebebasan
(independency) sampel yang digunakan (khusus bagi uji T dengan 2 sampel),
maka uji T dibagi menjadi 2, yaitu uji T untuk sampel bebas (independent) dan uji
T untuk sampel berpasangan (paired).
Uji T-test dependent adalah pengujian tidak adanya perbedaan signifikan
anatara nilai variabel dari dua sampel yang berpasangan atau berkorelasi. Fungsi
dari T-test dependent adalah untuk membandingkan rata-rata dua grup yang
saling berpasangan. Sampel berpasangan dapat diartikan sebagai sebuah sampel
dengan subjek yang sama namun mengalami 2 perlakuan atau pengukuran yang
berbeda yaitu pengukuran sebelum dan sesudah dilakukan perlakuan. Syarat jenis
uji T-test dependent adalah: (a) data berdistribusi normal; (b) kedua kelompok
data adalah saling berhubungan/berpasangan; dan (c) jenis data yang digunakan
adalah numerik dan kategorik (dua kelompok).
2

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat diketahui rumusan masalah
antara lain yaitu:
a. Apakah yang dimaksud dengan uji T-test?
b. Apa fungsi dari penggunaan uji T-test?
c. Bagaimana syarat-syarat penggunaan uji T-test?
d. Apa saja jenis hipotesis pada uji T-test?
e. Apa rumus yang digunakan dalam uji T-test?
f. Bagaimana cara menggunakan uji T-test?

1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah tersebut maka dapat diketahui tujuan dari
pembuatan laporan ini yaitu sebagai berikut.
a. Membahas pengertian uji T-test.
b. Membahas fungsi dari penggunaan uji T-test.
c. Membahas syarat-syarat penggunaan uji T-test.
d. Membahas jenis hipotesis pada uji T-test.
e. Membahas penggunaan rumus yang digunakan dlaam uji T-test.
f. Membahas cara menggunakan uji T-tets.

1.4 Manfaat
Penulisan makalah ini diharapkan mampu memberikan manfaat bagi
pembaca dalam memahami dan mengimplementasikan kosep hipotesis dalam
perhitungan statistika yang berguna dalam melakukan penelitian.
3

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Uji T-test


Uji T-test merupakan uji beda dua sampel yang berpasangan. Sampel
berpasangan merupakan subjek yang sama namun mengalami perlakuan yang
berbeda. Sampel berpasangan dapat diartikan dengan sebuah sampel dengan
subjek yang sama namun mengalami dua perlakuan. Misalnya satu sampel yang di
ukur 2 kali sebelum sampel diberi iklan, anggota sampel yang membeli barang
lebih banyak daripada anggota sampel sebelum diberi iklan maupun tidak diberi
iklan (Setiawan, 2013).

2.2 Fungsi dari Uji T-test


Sebagai uji komparasi antar 2 sampel bebas (independent). Tes ini
diterapkan jika analis data bertujuan untuk mengetahui apakah 2 kelompok
sampel berbeda dalam variabel tertentu, serta untuk membandingkan rata rata dua
grup yang saling berpasangan. Selain itu, untuk menguji efektifitas suatu
perlakuan terhadap suatu besaran variabel (Setiawan, 2013).

2.3 Syarat-Syarat Penggunaan Uji T-test


Menurut Sugiyono (2010), syarat-syarat penggunaan Uji T-test terdiri dari:
a. Uji komparasi antar dua nilai pengamatan berpasangan.
b. Digunakan pada uji parametrik dengan syarat sebagai berikut:
1) Satu sampel (setiap elemen mempuyai 2 nilai pengamatan)
2) Merupakan data kuantitatif (rasio interval)
3) Data berdistribusi normal (populasi terdapat distribusi differnce - d yang
berdistribusi normal dengan mean µd – 0 dan variance - 1)
4

2.4 Hipotesis
Hipotesis berasal dari bahasa Yunani yaitu Hupo yang berarti lemah,
kurang atau di bawah dan thesis yang berarti teori, proposisi, atau pernyataan
yang disajikan sebagai bukti. Secara umum hipotesis merupakan pernyataan yang
masih lemah kebenarannya atau dugaan yang sifatnya masih lemah dan perlu
dibuktikan. Tujuan dari pengujian hipotesis yaitu memutuskan apakah menerima
atau menolak hipotesis mengenai parameter populasi (Haryan, 2012).
2.4.1 Pasangan hipotesis
Menurut Haryan (2012), pasangan hipotesis dibagi menjadi dua yaitu
hipotesis nol (Ho) dan hipotesis alternatif (H1) yang akan dijelaskan sebagai
berikut:
a. Hipotesis nol (Ho) yaitu hipotesis ini diartikan sebagai tidak adanya
perbedaan antara ukuran populasi dan ukuran sampel
b. Hipotesis alternatif (H1) yaitu lawan dari hipotesis nol, terdapat perbedaan
anatara data populasi dengan data sampel.
2.4.2 Bentuk rumusan hipotesis
Menurut Haryan (2012), bentuk hubungan dalam hipotesis dibagi menjadi
tiga, yaitu deskriptif, komparatif, dan asosiatif yang akan dijelaskan sebagai
berikut:
a. Hipotesis deskriptif
Hipotesis yang memuat tentang nilai variabel mandiri, tidak melakukan
suatu perbandingan atau hubungan. Misalnya seberapa tinggi produktifitas alat
tangkap gilnet? Atau berapa lama umur teknis alat tangkap bagan tancap?
b. Hipotesis komparatif
Sebuah pernyataan yang menunjukkan dugaan nilai dalam satu variabel
atau lebih pada sampel yang berbeda. Misalnya apakah ada perbedaan
produktivitas gilnet di Situbondo dan di Probolinggo? Atau apakah ada
perbedaan efektifitas trawl dan cantrang?
5

c. Hipotesis hubungan (asosiatif)


Sebuah pernyataan yang menunjukkan dugaan tentang hubungan antara
dua variabel atau lebih. Misalnya apakah ada hubungan anatara jumlah
fitoplankton dengan hasil tangkapan? Atau apakah ada pengaruh penambahan
jumlah ABK terhadap kuantitas hasil tangkapan?
2.4.3 Arah uji hipotesis
Menurut sugiyono (2010) jenis hipotensis pada Uji T-test dibedakan menjadi 3
yaitu:
a. Uji dua arah (two-sides test)
Uji dua arah yaitu hipotesis awal tidak terdapat perbedaan yang signifikan
antara rata - rata 1 dan rata - rata 2, sedangkan pada hipotesis alternatif
sebaliknya yaitu terdapat perbedaan rata – rata 1 dan rata – rata 2 yang dapat
dilihat pada Gambar 2.1 sebagai berikut:
Ho : µ1 = µ2
Ha : µ1 ≠ µ2

Gambar 2.1 Uji T Dua Arah (Sumber: Harlyan, 2012)


b. Uji satu arah
Uji satu arah yaitu pada hipotesis awal kelompok atau sampel 1 memiliki rata
– rata sama dengan atau lebih besar dengan rata - rata kelompok 2. Sedangkan
hipotesis alternatif rata - rata kelompok 1 lebih kecil dibandingkan dengan rata -
rata kelompok 2 yang dapat dilihat pada Gambar 2.2 sebagai berikut:
Ho : µ1 ≥ µ2
Ha : µ1 ≤ µ2

Gambar 2.2 Uji T Satu Arah (Sumber: Harlyan, 2012)


6

c. Uji satu arah


Uji satu arah ini kebalikan pada hipotesis kedua, dimana pada hipotesis awal
kelompok sampel 1 memiliki rata – rata sama dengan atau lebih kecil dengan rata
– rata kelompok 2. Sedangkan hipotesis alternatif rata – rata kelompok 1 lebih
besar dibandingkan dengan rata – rata kelompok 2 yang dapat dilihat pada
Gambar 2.3 sebagai berikut:
Ho : µ1≤ µ2
Ha : µ1 ≥ µ2

Gambar 2.3 Uji T Satu Arah (Sumber: Harlyan, 2012)

2.5 Jenis-jenis Uji T


Uji T dibagi menjadi tiga yaitu uji T satu sampel, uji paired sampel, dan
uji independent sampel. Masing-masing uji akan dijelaskan sebagai berikut:
2.5.1 Uji T satu sampel (One sample T-test)
Uji T satu sampel merupakan pengujian rata-rata satu sampel untuk
menguji nilai tengah atau rata-rata populasi µ sama dengan nilai tertentu µo, lawan
hipotesis alternatifnya bahwa nilai tengah rata-rata populasi µ tidak sama dengan
µo. Pengujian ini prinsipnya yaitu menguji apakah nilai tertentu (pembanding)
berbeda secara nyata atau tidak dengan rata-rata sampel. Nilai tertentu pada
umumnya yaitu sebuah parameter untuk mengukur populasi.
Ho : µ1 = µ2
Ha : µ1 ≠ µ2
7

a. Rumus uji T satu sampel

b. Interpretasi
1) Menentukan terlebih dahulu nilai signifikansi α dan Df (degree of
freedom) = N-k, untuk uji T satu sampel df = N – 1
2) Bandingkan nilai thit dengan ttab, dimana ttab = ta/2, N – 1
3) Apabila thit > ttab = berebda secara signifikansi (H0 ditolak) atau thit < ttab =
tidak berbeda secara signifikansi (H0 diterima)
2.5.2 Uji T sampel berpasangan (Paired Sample T-test)
Uji T berpasangan merupakan uji yang menggunakan data tidak bebas
(berpasangan). Ciri-cirinya yaitu satu individu (objek penelitian) dikenai 2
perlakuan berbeda. Mekipun menggunakan individu yang sama, peneliti tetap
memperoleh 2 macam data sampel yaitu perlakuan 1 dan 2.
Ho = µ1 - µ2 = 0
Ha = µ1 - µ2 ≠ 0
Ha berarti bahwa selisih sebenarnya dari kedua rata-rata tidak sama dengan nol.
a. Rumus uji T paired sample
8

b. Interpretasi
1) Menentukan terlebih dahulu nilai signifikansi α dan Df (degree of
freedom) = N-k, untuk uji T paired sample df = N – 1
2) Bandingkan nilai thit dengan ttab, dimana ttab = ta; n – 1
3) Apabila thit > ttab = berbeda secara signifikansi (H0 ditolak) atau thit < ttab =
tidak berbeda secara signifikansi (H0 diterima)
2.5.3 Uji T sampel bebas (Independent sampel T-test)
Uji T sampel bebas digunakan untuk mengetahui perbedaan rata-rata dua
populasi/kelompok data yang independen. Misalnya suatu penelitian ingin
mengetahui hubungan status merokok ibu hamil dengan berat badan bayi yang
dilahirkan. Reponden terbagi dalam dua kelompok yaitu yang merokok dan tidak.
Uji T independen memiliki asumsi/syarat yang harus dipenuhi sebagai berikut:
1) Datanya berdistribusi normal.
2) Kedua kelompok merupakan data independen (bebas)
3) Variabel yang dihubungkan berbentuk numerik dan kategorik (dengan
hanya 2 kelompok).
a. Rumus independent sample T-test
9

b. Interpretasi
1) Menentukan terlebih dahulu nilai signifikansi α, interval confidence = 1 –
α, dan Df (degree of freedom) = N - k, untuk uji T independent sample T-
test df = N – 2 atau df = (n1 + n2) – 2
2) Bandingkan nilai thit dengan ttab, dimana ttab
3) Apabila thit > ttab = berbeda secara signifikansi (H0 ditolak) atau thit < ttab =
tidak berbeda secara signifikansi (H0 diterima)

2.6 Tabel Uji T (Nilai tα)


Nilai tα dalam rumus uji T dapat dicari melalui Tabel 2.1 dengan perantara
nilai α dan nilai df = n – 1.
Tabel 2.1 Daftar Nilai Daerah Kritis Df = n - 1
10

BAB 3 PEMBAHASAN

3.1 Studi Kasus Uji T Satu Sampel (One Sample T-Test)


Seorang mahasiswa melakuan penelitian mengenai galon sari buah yang
rata-rata isinya 10 liter. Telah diambil sampel secara acak dari 10 botol yang telah
diukur isinya, dengan hasil sebagai berikut:
Tabel 3.1 Volume Sepuluh Galon Sari Buah
Galon ke- Volume
1 10,2
2 9,7
3 10,1
4 10,3
5 10,1
6 9,8
7 9,9
8 10,4
9 10,3
10 9,8
Sumber: Data Primer yang Diolah

Dengan taraf signifikansi α = 0,01. Apakah galon sari buah rata-rata isinya 10
liter?
Penyelesaian:
a. Hipotesis Ho : µ = 10 dan H1 : µ ≠ 10
b. Wilayah kritik: thit < ta/2, n – 1 atau thit > ta/2, n – 1
c. Diketahui:
α : 0,01
n : 10 galon
𝑥̅ : 10,6 liter
µo : 10 liter
df : n – 1 = 9
tα : t0,01 / ttab = 2,281
Nilai tα diperoleh dari pencarian pada Tabel 2.1 dengan perantara nilai yang
diketahui yaitu nilai α dan df = n – 1.
11

S : 0,2459
Nilai S dicari dengan bantuan tabel perhitungan yang disajikan pada Tabel
3.2 serta menggunakan rumus standart deviasi sebagai berikut:
Tabel 3.2 Data Perhitungan Nilai Standart Deviasi (S)
Volume Rata-rata
Galon ke- (xi - x) (xi - x)2
xi x
1 10,2 10,06 0,14 0,0196
2 9,7 10,06 -0,36 0,1296
3 10,1 10,06 0,04 0,0016
4 10,3 10,06 0,24 0,0576
5 10,1 10,06 0,04 0,0016
6 9,8 10,06 -0,26 0,0676
7 9,9 10,06 -0,16 0,0256
8 10,4 10,06 0,34 0,1156
9 10,3 10,06 0,24 0,0576
10 9,8 10,06 -0,26 0,0676
Rata-rata 10,06 Jumlah 0,544
Sumber: Data Primer yang Diolah

0,544
𝑠= √ = 0,2459
9

d. Perhitungan rumus uji T

10,06−10
𝑡ℎ𝑖𝑡 = 0,2459/√10 = 0,771

Berdasarkan data yang diketahui dan rumus diatas maka nilai Thitung = 0,771
ttab = 3,259
e. Kesimpulan
Karena thit = 0,771 < ttab = 3,259, maka Ho diterima, artinya pernyataan bahwa
rata-rata isi galon sari buah 10 liter dapat diterima.
12

3.2 Studi Kasus Uji T Sampel Berpasangan (Paired Sample T-Test)


Seorang peneliti ingin mengetahui efektivitas pengaruh model
pembelajaran cooperative learning type jigsaw terhadap prestasi belajar
matematika. Dari satu kelas hanya diambil 10 sampel siswa dan dilakukan tes
prestasi sebelum dan sesudah diterapkan model pembelajaran cooperative
learning type jigsaw.
Tabel 3.3 Data Sampel 10 Siswa
ID Sebelum Sesudah
A 76 77
B 78 78
C 75 80
D 80 82
E 74 82
F 72 76
G 68 78
H 67 80
I 69 79
J 79 84
Sumber: Data Primer yang Diolah

Dengan taraf signifikansi α = 0,05. Apakah terdapat pengaruh model


pembelajaran cooperative learning type jigsaw terhadap prestasi belajar
matematika?
Penyelesaian
a. Hipotesis
Ho = µ1 - µ2 = 0
Ha = µ1 - µ2 ≠ 0
b. α = 0,05
c. Wilayah kritik: thit < ta; (n – 1) atau thit > ta; (n – 1)
13

d. Perhitungan
Tabel 3.4 Perhitungan Statistik Uji T Sampel Berpasangan
Sebelum Sesudah D rata-
ID (xi) (xj) (xj-xi) rata ((xj-xi) - D) ((xj-xi) - D)2
A 76 77 1 5,8 -4,8 23,04
B 78 78 0 5,8 -5,8 33,64
C 75 80 5 5,8 -0,8 0,64
D 80 82 2 5,8 -3,8 14,44
E 74 82 8 5,8 2,2 4,84
F 72 76 4 5,8 -1,8 3,24
G 68 78 10 5,8 4,2 17,64
H 67 80 13 5,8 7,2 51,84
I 69 79 10 5,8 4,2 17,64
J 79 84 5 5,8 -0,8 0,64
Jumlah 58 Jumlah 167,6
Sumber: Data Primer yang Diolah

̅ = 58/10 = 5,8
𝐷
1
̅ )2
𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛𝑠𝑖 (𝑠 2 ) = 𝑛−1 ∑𝑛𝑖=1((𝑥𝑗 − 𝑥𝑖 ) − 𝐷
1
= (167,6)
9
= 18,62
S = √18,62
= 4,32

5,8
Thit = 4,32 = 4,25
√10

e. Kesimpulan
Karena thit = 4,250 > t0,05; 9 = 2,262 maka Ho ditolak, artinya pernyataan
bahwa selisi rata-rata antara sebelum dan sesudah diterapkan model cooperative
learning type jigsaw berbeda, atau terdapat pengaruh cooperative learning type
jigsaw terhadap prestasi belajar matematika.
14

3.3 Studi Kasus Uji T Sampel Bebas (Independent Sample T-Test)


Seorang guru ingin mengetahui pengaruh musik klasik terhadap kecepatan
mengerjakan puzzle pada anak TK. Setelah mendapatkan 16 anak TK, ia
mengacak mereka untuk memasukkan ke dalam 2 kelompok, yaitu KE dan KK.
Pada KE diperdengarkan musik klasik saat setiap anak mengerjakan puzzle,
sedangkan pada KK mengerjakan hal yang sama tanpa diperdengarkan apapun.
Berapa nilai yang diperoleh dari waktu (detik) yang dibuthkan untuk
menyelesaikan puzzle?
Tabel 3.5 Data Waktu (Detik) untuk Mengerjakan Puzzle
KE KK
178 191
175 202
187 183
170 196
175 195
173 193
163 207
171 198
Sumber: Data Primer yang Diolah

Dengan taraf dignifikansi α = 0,05


Penyelesaian:
a. Hipotesis
Ho = tidak ada pengaruh musik klasik terhadap kecepatan mengerjakan puzzle
H1 = ada pengaruh musik klasik terhadap kecepatan mengerjakan puzzle
b. α = 0,05
c. Wilayah kritik: thit < ta; (n – 2) atau thit > ta; (n – 2)
15

d. Perhitungan

Tabel 3.6 Data Perhitungan


No KE (X1) KK (X2) X12 X22
1 178 191 31684 36481
2 175 202 30625 40804
3 187 183 34969 33489
4 170 196 28900 38416
5 175 195 30625 38025
6 173 193 29929 37249
7 163 207 26569 42849
8 171 198 29241 39204
Jumlah 1392 1565 242542 306517
Sumber: Data Primer yang Diolah

M1 = 1392/8 = 174 M2 = 1565/8 = 195,63

SS1 = 242542 – (1392)2/8 SS2 = 306517 – (1565)2/8

= 334 = 363,88

174 − 195,63
𝑡ℎ𝑖𝑡 =
√334 + 363,88 (1 + 1)
8+8−2 8 8

= 6,13
16

e. Kesimpulan

Dari perhitungan tersebut diperoleh nilai thit = 6,13. Untuk mengetahui


signifikansi nilai thit maka perlu dibandingkan dengan nilai ttabel. Pada tabel
dengan degrees of freedom 14 (df = N – 2 = 16 – 2 ) dan signifikansi (α) 0,05
diperoleh nilai ttabel = 2,145. Karena nilai thit lebih besar dari nilai ttabel (6,13 >
2,145), maka ada perbedaan waktu yang signifikan dalam mengerjakan puzzle
antara anak TK yang diperdengarkan musik klasik dan yang tidak. Dengan
demikian, Ho ditolak karena terdapat pengaruh musik klasik terhadap kecepatan
mengerjakan puzzle.
17

BAB 4. PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan mengenai uji
T sebagai berikut:
a. Uji T-test dengan tipe searah hanya memilih salah satu hipotesis yang sesuai
dengan hasil perhitungan
b. Menentukan nilai uji T dibutuhkan sebuah hipotesis, standar deviasi, serta
nilai alfa.
c. Uji T memiliki tiga jenis uji yaitu uji satu samel, uji sampel berpasangan, dan
uji sampel bebas.
18

DAFTAR PUSTAKA

Haryan, L. I. 2012. Uji Hipotesis Statistik (MAM 4137). Malang: Universitas


Brawijaya.
Sugiyono. 2010. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta
Setiawan, N. 2013. Perbedaan Rata – rata Dua Kelompok Berpasangan
Dependent Parametrik.
http://www.academia.edu/25991290/MAKALAH_UJI_T [Diakses pada 07
Oktober 2017].

Anda mungkin juga menyukai