Anda di halaman 1dari 4

JURNAL MIPA UNSRAT ONLINE 4 (2) 165-168

dapat diakses melalui http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jmuo

Makrozoobentos Sebagai Indikator Biologis dalam


Menentukan Kualitas Air Sungai Suhuyon Sulawesi Utara
Sernando Rizky Nangin a* , Marnix L. Langoy a , Deidy Y. Katili a
a Jurusan Biologi, FMIPA, Unsrat, Manado

KATA KUNCI ABSTRAK


makrozoobentos Makrozoobentos dapat digunakan sebagai parameter biologis dalam
indikator biologis menentukan kualitas sungai karena hidupnya relatif diam di dasar sungai.
Sungai Suhuyon Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kualitas air Sungai Suhuyon
Sulawesi Utara berdasarkan indeks keanekaragaman makrozoobentos.
Penelitian dilakukan pada musim panas yaitu bulan Mei sampai Juni
2015. Lokasi penelitian ditentukan dari bagian hulu, tengah dan hilir
sungai dengan 3 ulangan di setiap lokasi. Kualitas air Sungai Suhuyon
ditentukan berdasarkan indeks keanekaragaman makrozoobentos
Shannon Wiener (H’) menurut kriteria Wilhm (1975). Makrozoobentos di
Sungai Suhuyon terdiri dari 3 Filum, 4 Kelas, 10 Bangsa, 21 Suku dan 22
Marga. Kualitas air Sungai Suhuyon Sulawesi Utara berdasarkan indeks
keanekaragaman termasuk dalam kategori tercemar sedang (H’=2,45).

KEYWORDS ABSTRACT
macrozoobenthos Macrozoobenthos can be used as a biological parameter in determining
biological indicator water quality of the river because they relatively stick on the riverbed. This
Suhuyon river study aims to determine water quality of Suhuyon river in North Sulawesi
based on macrozoobenthos biodiversity index. The study was conducted
during dry season, from May to June 2015. Three locations chosen for this
study were the upstream, midstream and downstream part of the river,
with 3 replications in each location. The quality of Suhuyon river was
determined by Shannon Wiener biodiversity index (H’) of macrozoobenthos
using classification of Wilhm (1975). Macrozoobenthos in Suhuyon river
consisted of 3 Phylum, 4 Classes, 10 Orders, 21 Families and 22 Genus.
Based on biodiversity index, water quality of Suhuyon River is categorized
into moderately polluted (H’=2.45).
TERSEDIA ONLINE
10 Oktober 2015

domestik, pertanian dan industri akan


1. Pendahuluan
mempengaruhi dan berdampak buruk terhadap
Sungai merupakan salah satu ekosistem lotik
kondisi kualitas air sungai (Priyambada et al.,
(perairan mengalir) memiliki fungsi sebagai tempat
2008).
hidup organisme (Maryono, 2005). Organisme yang
hidup dalam perairan sungai adalah organisme yang Sungai Suhuyon merupakan salah satu anak
telah memiliki kemampuan untuk beradaptasi sungai di Sulawesi Utara dan merupakan anak
terhadap kecepatan arus (Susanto dan Rochidanto, Sungai Ranoyapo. Penelitian dilakukan di Sungai
2008). Sungai merupakan salah satu lingkungan Suhuyon karena merupakan sungai yang potensial
yang sering terkena dampak pencemaran. dan bermanfaat bagi masyarakat setempat. Sungai
Pencemaran dapat disebabkan karena berbagai Suhuyon merupakan salah satu sungai di Sulawesi
jenis aktivitas manusia yang dilakukan di sepanjang Utara yang rentan terhadap pencemaran.
daerah aliran sungai. Meningkatnya aktivitas Pencemaran dapat terjadi karena tingginya aktivitas
manusia yang dilakukan mulai dari bagian hulu

*Corresponding author: Jurusan Biologi FMIPA UNSRAT, Jl. Kampus Unsrat, Manado, Indonesia 95115; Email address:
nanginsernando@gmail.com
Published by FMIPA UNSRAT (2015)
166 JURNAL MIPA UNSRAT ONLINE 4 (2) 165-168
sampai ke hilir sungai. Meningkatnya aktivitas purposive random sampling yaitu metode
domestik, pertanian serta penambangan batu yang pencuplikan yang dilakukan secara sengaja.
dilakukan di Sungai Suhuyon mengakibatkan Pengambilan dari contoh makrozoobentos
perubahan kualitas air sungai yang mencakup dilakukan dengan menggunakan surber sampler di
perubahan sifat fisika, kimia maupun biologi sungai dasar perairan sungai dengan cara mengeruk
(Priyambada et al., 2008). bagian luasan petak. Hal tersebut dilakukan agar
Penurunan kualitas air sungai akan diikuti hewan bentos yang berada di dasar sungai maupun
dengan perubahan kondisi fisik, kimia dan biologis yang menempel pada bebatuan dapat terbawa arus
sungai. Perubahan yang terjadi akan berdampak dan masuk ke surber sampler. Sampel yang
pada kerusakan habitat dan mengakibatkan didapatkan di lapangan diidentifikasi di
penurunan keanekaragaman organisme yang hidup laboratorium Ekologi dan Konservasi F-MIPA
pada perairan sungai termasuk di dalamnya UNSRAT dengan menggunakan Mikroskop dan lup
komunitas makrozoobentos. Makrozoobentos (kaca pembesar). Buku identifikasi yang digunakan
merupakan salah satu komponen biotik yang dapat yaitu (Borror et al.,1996 dan Edmondson, 1966).
memberikan gambaran mengenai kondisi perairan Untuk mengetahui indeks keanekaragaman
sungai (Odum, 1996). Makrozoobentos terdapat (H’) menggunakan rumus Shannon dan Weaner
diseluruh badan sungai mulai dari hulu sampai ke (Fachrul, 2007):
hilir. Makrozoobentos merupakan salah satu s

organisme akuatik yang menetap di dasar perairan, (H’) = - 


i l
Pi ln Pi
yang memiliki pergerakan relatif lambat serta dapat
hidup relatif lama sehingga memiliki kemampuan Keterangan :
untuk merespon kondisi kualitas perairan sungai Pi = ni/N (rasio jumlah individu satu marga
(Zulkifli dan Setiawan, 2011). terhadap keseluruhan marga)
Bioindikator belakangan ini dirasakan sangat H’ = penduga keragaman populasi
penting untuk memperlihatkan adanya keterkaitan
antara faktor biotik dan abiotik suatu lingkungan. Dalam Wilh (1975), kriteria nilai indeks
Bioindikator atau indikator ekologis merupakan menurut Shannon:
suatu kelompok organisme yang hidup dan rentan H’<1 = tercemar atau kualitas air tercemar berat
terhadap perubahan lingkungan sebagai akibat dari H 1-3 = stabilitas komunitas biota sedang atau air
aktivitas manusia dan kerusakan secara alami tercemar sedang
(Sumenge, 2008). H’>3 = stabilitas komunitas biota dalam kondisi
Pada saat ini data yang tersedia untuk prima (stabil) atau kualitas air bersih
keanekaragaman makrozoobentos di sungai
Suhuyon masih kurang. Keanekaragaman 3. Hasil dan Pembahasan
makrozoobentos dirasakan sangat penting karena Total individu yang didapatkan dari 3 stasiun
dapat memberikan informasi status kualitas air sebanyak 262 individu yang terdiri dari 3 filum, 4
sungai apakah sudah atau belum tercemar. kelas, 10 bangsa, 21 suku, dan 22 marga. Pada
Penelitian untuk penentuan faktor fisika-kimia air stasiun 1 (Hulu) didapatkan 17 marga dengan total
sungai Suhuyon melalui serangkaian pengamatan individu sebanyak 120. Stasiun 2 (Tengah)
dan perhitungan indeks keanekaragaman didapatkan 13 marga dengan individu sebanyak 98,
makrozoobentos dirasakan sangat penting. sedangkan hilir sungai (Stasiun 3) diperoleh total
Penentuan status kualitas air Sungai Suhuyon individu sebanyak 44 dari 10 marga. Marga yang
diperlukan dalam upaya untuk memelihara dan paling banyak ditemukan adalah Hydropsyche,
menjaga kesehatan lingkungan serta Acroneuria dan yang paling sedikit ditemukan
pengelolaannya bagi kesejahteraan masyarakat adalah Luciolla, Atherix, Mysis dan Gerris.
setempat maupun untuk keberlanjutan kehidupan Keanekaragaman, kelimpahan dan kekayaan
biota yang mendiami sungai tersebut. makrozoobentos pada setiap stasiun erat kaitannya
dengan faktor lingkungan yang terdapat pada
2. Metode masing-masing stasiun. Makrozoobentos yang
Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei ditemukan di setiap stasiun penelitian
sampai Juni 2015. Penelitian dilakukan pada 3 keberadaannya berasal dari penyesuaian terhadap
bagian Sungai Suhuyon, yaitu hulu (Stasiun 1), kondisi lingkungan (Noortiningsih et al., 2008).
tengah (Stasiun 2) dan hilir (Stasiun 3). Untuk Indeks keanekaragaman (H’) makrozoobentos
identifikasi sampel dilakukan di laboratorium yang di dapatkan di Sungai Suhuyon yaitu 2,45.
Ekologi F-MIPA UNSRAT. Alat dan bahan yang Wilhm (1975), menggolongkan tingkat pencemaran
digunakan yaitu meteran, termometer, botol, kertas sungai berdasarkan indeks keanekaragaman yaitu
pH, tali, stopwatch, GPS (Global Positioning System), tercemar sangat ringan, tercemar sedang, dan
gabus, aquameter, keping seci, kamera, lup, pipet, tercemar berat dengan indeks keanekaragaman ˃3;
kuas, mikroskop, alat tulis, cawan petri, surber dan 1 - 3 dan ˂1. Berdasarkan pengelompokkan
alkohol 70%. Metode yang digunakan untuk tersebut, kualitas air Sungai Suhuyon Berdasarkan
pengambilan sampel makrozoobentos yaitu metode indeks keanekaragaman makrozoobentos termasuk
JURNAL MIPA UNSRAT ONLINE 4 (2) 165-168 167
ke dalam perairan tercemar sedang. Menurut mempengaruhi kehadiran makrozoobentos. Stasiun
Simamora (2012), semakin tinggi nilai indeks 3 (Hilir sungai) memiliki penetrasi cahaya yang tidak
keanekaragaman sungai maka semakin rendah sampai ke dasar sungai, kecepatan arusnya lambat
pula tingkat pencemarannya. Substrat dasar dan memiliki substrat dasar yang berlumpur,
perairan berbatu, kecepatan arus tinggi, suhu (24°C dimana keadaan tersebut kurang disukai oleh
- 26°C) penetrasi cahaya sampai ke dasar sungai makrozoobentos.
merupakan tipe habitat yang disukai oleh Distrbusi dari makrozoobentos yang ditemukan
makrozoobentos. cukup bervariasi dari ketiga stasiun penelitian.
Makrozoobentos yang ditemukan di hulu sungai Makrozoobentos yang dapat ditemukan pada ketiga
(stasiun 1) terdapat 7 bangsa yaitu; Coleoptera, stasiun yaitu: Psephenus, Stenonema, Baetis,
Trichoptera, Diptera, Ephemeroptera, Plecoptera, Acroneuria, Rhangovelia, dan Hydropsyche.
Odonata, dan Hemiptera. Bangsa yang paling Menurut Vionskiene (2005), Kehadiran bangsa
dominan adalah Ephemeroptera karena dari bangsa Trichoptera marga Hydropsche, dan bangsa
ini menempatkan 5 marga makrozoobentos yang Ephemeroptera marga Baetis pada stasiun 3
ditemukan. Makrozoobentos yang ditemukan di menandakan bahwa kedua marga ini mampu
stasiun 1 yaitu: Anthopotamus, Stenonema, beradaptasi terhadap perubahan lingkungan yang
Epeorus, Habrophlebia, Baetis, Dubiraphia, terjadi. Pada stasiun 2 makrozoobentos yang
Psephenus, Chimarra, Atherix, Simulium, ditemukan hampir semua dapat ditemukan di
Acroneuria, Pteronarcys, Rhangovelia, Orthetrum, stasiun 1 sedangkan pada stasiun 3 kehadiran
Libellago, Hydropsyche, dan Prosopistoma. Tubifex yang termasuk ke dalam filum Annelida
Makrozoobentos yang ditemukan di hulu sungai tidak dapat di jumpai pada stasiun 1 dan 2. Hilir
termasuk ke dalam filum Arthropoda, kelas Insekta. sungai (Stasiun 3) kehadiran marga Tubifex yang
Kelimpahan makrozoobentos dari filum Arthtropoda berasal dari filum Annelida menandakan bahwa
yang ditemukan dibagian hulu dan tengah sungai lingkungan tersebut telah tercemar (Sastrawijaya,
disebabkan karena adanya kondisi lingkungan yang 2009). Kehadiran Tubifex di Stasiun 3 merupakan
mendukung seperti suhu (24°C - 26°C), kecepatan indikator pencemaran bahan organik karena jenis
arus tinggi, pH air (6 - 7), penetrasi cahaya sampai ini sangat toleran terhadap kandungan oksigen
ke dasar sungai serta substrat dasar perairan terlarut yang rendah dan partikel tersuspensi yang
berbatu. Keberadaan bangsa Ephemeroptera, tinggi dalam sungai.
Plecoptera dan Trichoptera menunjukkan bahwa
perairan masih berkualitas baik (Merrit dan 4. Kesimpulan
Cummins, 1996).
Makrozoobentos yang ditemukan di Sungai
Makrozoobentos yang ditemukan di stasiun 2 Suhuyon terdiri dari 3 filum, 4 kelas, 10 bangsa, 21
terdapat 8 bangsa yaitu; Decapoda, Coleoptera, suku dan 22 marga. Berdasarkan indeks
Trichoptera, Diptera, Ephemeroptera, Plecoptera, keanekaragaman makrozoobentos (H’) kualitas air
Odonata, dan Hemiptera. Kelimpahan sungai Suhuyon termasuk ke dalam kelompok
makrozoobentos yang ditemukan di Stasiun 2 perairan tercemar sedang. Berdasarkan PP No. 82
karena adanya kondisi lingkungan yang mendukung Tahun 2001 air pada Sungai Suhuyon tidak dapat
(Siregar, 2010). Makrozoobentos yang ditemukan di digunakan sebagai air minum (Baku mutu Air Kelas
stasiun 2 yaitu: Mysis, Psephenus, Simulium, 1). Air pada sungai Suhuyon hanya dapat digunakan
Anthopotamus, Stenonema, Habrophlebia, Baetis, dalam sistem pengairan, budidaya ikan air tawar
Acroneuria, Rhangovelia, Orthetrum, Hydropsyche, dan sarana rekreasi air.
Gerris, dan Prosopistoma. Makrozoobentos yang
ditemukan di stasiun 2 termasuk ke dalam filum
Arthropoda kelas Crustaceae dan insekta. Daftar Pustaka
Kelimpahan bangsa Plecoptera di hulu dan tengah
sungai disebabkan karena makrozoobentos dari Boror, D. J, C., A., Triplohofi , N, F. Johnson 1996.
bangsa ini menyukai substrat dasar perairan yang Pengenalan pelajaran serangga edisi keenam .
berbatu (Marmita, 2013). Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Edmondson, W.T. 1966. Freshwater Biology. Second
Makrozoobentos yang ditemukan di hiilir sungai Edition. University of Washington. Seattle.
(Stasiun 3) terdapat 7 bangsa yaitu: Coleoptera, Fachrul, M.F. 2007. Metode Sampling Bioteknologi.
Ephemeroptera, Plecoptera, Hemiptera, Veneroida, Bumi Aksara. Jakarta.
Haplotaxida, dan Trichoptera. Masing-masing Marmita, R. 2013. Makrozoobentos Sebagai
bangsa berasal dari tiga kelas yang berbeda yaitu Indikator Biologis Dalam Menentukan Kualitas
kelas Insekta, Pelecypoda, dan Oligochaeta. Air Sungai Ranoyapo Minahasa Selatan,
Makrozoobentos yang ditemukan di stasiun 3 yaitu: Sulawesi Utara. [Skripsi]. Universitas
Dubiraphia, Psephenus, Baetis, Stenonema, Samratulangi, Manado.
Acroneuria, Rhangovelia, Sphaerium, Tubifex, Maryono, A. 2005. Ecological Hydraulics of River
Luciolla, dan Hydropsyche. Semakin ke hilir Development. Edisi Kedua. Magister Sistem
kelimpahan dan kekayaan makrozoobentos Teknik Program Pascasarjana Universitas Gajah
semakin rendah. Penurunan kualitas air sungai Mada, Yogyakarta.
168 JURNAL MIPA UNSRAT ONLINE 4 (2) 165-168
Merritt, R. W dan Cummins,. K, W. 1996. An Sumenge, V. 2008. Penentuan Kualitas Air Sungai
Introduction To The Aquatic Insects Of North Sendangan Kakas Dengan Bioindikator
America. New York; Kendall/ Hunt Publishing Keanekaragaman Serangga Air. [Skripsi].
Company. Universitas Samratulangi, Manado.
Noortiningsih. Ikna, S. Sri H. 2008. Susanto, H. dan A. Rochdianto. 2008. Kiat Budi
Keanekaragaman Makrozoobentos, Meiofauna, Daya Ikan Mas Dilahan Kritis. Penebar Swadaya
dan Foraminifera di Pantai Pasir Putih Barat dan Depok. Jakarta.
Muara Sungai Cikamal Pangandaran, Jawa Vioinskiene, G. 2005. Biodiversity, Distribution and
Barat. Jurnal Vis Vitalis. 01(1): 34-42. Ecology Of Macrozoobentos In Small Lithuanian
Odum, E. P. 1996. Dasar-dasar Ekologi. Edisi Ketiga. Rivers. Institute of Ecology of Vilnius University.
Gajah Mada University Press, Yogyakarta. Wilhm, J. L. 1975. Biological Indicator of Poluttion.
Priyambada, I. B., Oktiawan W, dan R.P.E Suprapto. In: B. A. Whitton (Edtor). River Ecology. Blackwell
2008. “Analisa Pengaruh Perbedaan Fungsi Tata Scietific Publications, Oxford. 375-402 pp.
Guna Lahan Terhadap Beban Pencemaran BOD Zulkifli, H dan Setiawan, D. 2011. Struktur dan
Sungai (Studi Kasus Sungai Serayu Jawa Fungsi Komunitas Makrozoobentos di perairan
Tengah)”. Jurnal Presipitasi, 5. 55-62. Sungai Musi Kawasan Pulokerto sebagai
Sastrawijaya, A. T. 2009. Pencemaran Lingkungan. Instrumen Biomonitoring. Jurnal Natur Indonesia.
Rineka Cipta, Surabaya. 14(1): 95-99.

Anda mungkin juga menyukai