Perhitungan Perkerasan Kaku PDF
Perhitungan Perkerasan Kaku PDF
Perhitungan Perkerasan Kaku PDF
Elianora
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Riau
elianora@yahoo.com
Abstract
Both of Bina Marga and AASHTO methods have several different
concepts in rigid pavement design. Comparison between both methods
expected can give contribution in thick plate of concrete. That is 200
mm for the usage of Bina Marga method and 210 mm for the usage of
AASHTO method.
Key Words: bina marga method, AASHTO method, rigid pavement
Abstrak
Metode Bina Marga dan metode AASHTO memiliki perbedaan konsep dasar dalam
perencanaan jalan perkerasan kaku beton semen. Perbandingan antara kedua
metode diharapkan dapat memberi kontribusi dalam efesiensi ketebalan pelat
beton.Untuk kondisi jalan dan lalulintas yang sama, kedua metode ini menghasilkan
perbedaan ketebalan pelat beton yang tidak terlalu besar, yaitu 200 mm untuk
penggunaan metode Bina Marga dan 210 mm untuk penggunaan metode AASHTO.
Kata kunci : metode bina marga, metode AASHTO, perkerasan kaku
1. PENDAHULUAN
Rigid Pavemet atau perkerasan kaku merupakan konstruksi perkerasan jalan
yang menggunakan pelat beton semen, sehingga mempunyai tingkat kekakuan yang
relatif cukup tinggi khususnya bila di bandingan dengan perkerasan lentur (Flexible
Pavement).
Perencanaan Konstruksi Rigid Pavement sebagai struktur jalan yang efesien,
dapat menggunakan beberapa metode numerik, diantaranya adalah Metode Bina
Marga atau SNI (Standar Nasional Indonesia)1985 dan metode AASHTO 1986.
Jenis perkerasan kaku adalah sebagai berikut:
1. Perkerasan kaku bersambung beton yang dibuat tanpa tulangan (Jointed
Unreinforced Concrete Pavement/JUCP).
2. Perkerasan kaku (Rigid Pavement) Bersambung dengan Tulangan (Jointed
Reinforced Concrete Pavement / JRJP).
3. Perkerasan kaku (Rigid Pavement) Menerus dengan tulangan (Continously
Reinforced Concrete Pavement / CRCP)
4. Perkerasan kaku (Rigid Pavement) Pratekan (Prestressed Concrete Pavemant /
PCP).
Metode Bina Marga, konsep dari perencanaan perkerasan kaku (beton semen) cara
Bina Marga 1985 adalah ketahanan pelat dalam menerima seperti beban lalu-
lintas. Dengan demikian yang menjadi pembatas utama bukanlah kekuatan
pelat dalam menerima repetisi tegangan yang timbul akibat beban.Untuk
mengatasi repetisi pembebanan lalu-lintas sesuai dengan konfigurasi dan
beban sumbunya, dalam perencanaan tebal pelat ditetapkan prinsip kelelahan
(fatigue) prinsip tersebut didasarkan anggapan bahwa apabila perbandingan
tegangan (perbandingan antara tegangan lentur beton yang terjadi akibat
beban roda dengan kuat lentur beton (MR) menurun, maka jumah repetisi
pembebanan sampai runtuh (failure) akan meningkat.
Metode AASTHO, konsep dari perencanaan beton semen cara AASTHO adalah
bahwa yang di rencanakan tersebut setelah mengalami repetisi beban lalu-
lintas seperti yang direncanakan, akan mengalami penurunan Indeks
permukaan (Present Serviceabilit Index/PSI) sehingga mencapai suatu harga
tertentu sesuai dengan yang direncanakan, dengan kata lain, kreteria dari akhir
umur rencana jalan tersebut adalah bila indeks permukaan telah mencapai
suatu nilai tertentu sesuai dengan yang di rencanakan, yang merupakan awal
dari "functional failure" perkerasan tersebut, dan "structural failure"
194
sebagaimana halnya metode perencanaan cara Bina Marga. Maka penentuan
beban lalu-lintas untuk merencanakan perkersan kaku cara AASHTO
dinyatakan dalam beban standar berupa beban sumbu tunggal sebesar 18 kips
(Wt18).
Berlainan dengan metode Bina Marga, analisa beban lalu –lintas dilakukan
dengan suatu beban standar Ekivalen, sehingga semua beban lalu-lintas yang melalui
jalan itu harus di konversi ke beban standar tersebut.
Perbedaan kedua Metoda ini diharapkan dapat menjadi bahan perbandingan
dalam penentuan tebal pelat beton pada perencanaan perkerasan kaku, sehingga
diperoleh nilai perencanan yang lebih efesien.
2. METODA PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan dua metode empiris yang berbeda dalam
merencanakan konstruksi jalan perkerasan kaku. Metoda yang dimaksud adalah
metoda Bina Marga dan AASHTO. Dengan cara membandingkan hasil kedua metode
maka dapat dibuktikan bahwa untuk kondisi jalan yang sama akan menghasilkan
perbedaan pada tebal pelatnya. Lebih ringkasnya maka Flow chart dari kedua metoda
adalah seperti yang terlihat pada gambar 1 dan 2 berikut ini.
Mulai
195
1
Menentukan kekuatan
Total fatigue harus lebih kecil dari 100% tetapi mendekati 100%
Ya
Selesai
Gambar 1. Flow chart proses perencanaan perkerasan kaku cara Bina Marga 1985
196
START
BATASAN WAKTU
- Konstruksi bertahap
atau tidak
PARAMETER PERENCANAAN
BEBAN LALU-LINTAS
- Lintas Ekivalen
komulatif selama umur TENTUKAN ITP UNTUK TAHAP
rencana PERTAMA
REALIBILITAS
Standar baku TENTUKAN PENGURANGAN
keseluruhan UMUR KINERJA JALAN
AKIBAT PENGARUH
LINGKUNGAN
YA
KRETERIA KINERJA JALAN
- I Pt TENTUKAN TEBAL
- I Po LAPISAN
PERKERASAN
YA
FINISH
Gambar 2. Flow chart proses perencanaan Tebal Perkerasan Kaku Metode cara
AASHTO1986
197
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 1. Perhitungan jumlah sumbu kendaraan Niaga (JSKN) dan jumlah kendaraan Niaga
(JKN) Tahun 2007
Total
Juml Jumlah Beban Sumbu
No Jenis kendaraan Sum
ah Sumbu (/Ton)
bu
2,5 3,5
1 Truck 2 as Micro Truck, Mobil 203 2 406
hantaran (6 Ton) 2,5 3,5
5 133 3 399
Truck 3 as (20 Ton) 1.2.2
6 3 4 12
Trailer 4 as truck Gandeng (42
Ton) 1.2-2.2
Total
Total JKNH 670 1479
JKNH
R=
(1 + i )n − 1
e
(
log 1 + i % )
R = 57,324
198
Tabel 2. Proses konfigurasi beban dan koefisien distribusi
Konf B.sumbu B.Sumbu B.Sumbu Jml. Repetisi
Sumbu (Ton) rencana Konf. Sumbu selama umur
(Ton) (Ton) % rencana
1 2 3 4 5
STRT 2,5 2,75 203 : 1479 = 13,73 % 424.745.114
STRT 3,5 3,85 203 : 1479 = 13,73 % 424.745.114
STRT 2,5 2,75 117 : 1479 = 7,911 % 244.803.834
STRT 3,5 3,85 117 : 1479 = 7,911 % 244.803.834
STRT 3,5 3,85 103 : 1479 = 6,964 % 215.511.067
STRG 5,5 6,05 103 : 1479 = 6,964 % 215.511.067
STRT 5 5,5 111 : 1479 = 7,505 % 232.249.791
STRG 8 8,8 111 : 1479 = 7,505 % 232.249.791
STRT 6 6,6 133 : 1479 = 8,993 % 278.281.281
STRG 7 7,7 133 : 1479 = 8,993 % 278.281.281
STRG 7 7,7 133 : 1479 = 8,993 % 278.281.281
STRT 8 8,8 3 : 1479 = 0,203 % 6.277.021
STRT 10 11 3 : 1479 = 0,203 % 6.277.021
STRG 12 13,2 3 : 1479 = 0,203 % 6.277.021
STRG 12 13,2 3 : 1479 = 0,203 % 6.277.021
199
Lapisan untuk rigid pavement dianjurkan menggunakan beton mutu tinggi.
Kuat tekan beton umur 28 hari = 350 kg/cm², kuat lentur tarik beton (MR) didapat
dengan memakai rumus :
Tbk
MR = +9
11
Tbk
MR = + 9 = 40,82 ≈ 41kg / cm 2
11
200
Pelat
Beton
20 cm
Campuran beton
kurus (CBK) 10 cm
Plastic Foil
CBR 5,8 %
Tanah dasar
Gambar 3. Susunan kontruksi jalan dari hasil perencanaan Metode Bina Marga
Lebar pelat pekerasan diambil sama dengan lebar jalur lalu-lintas yaitu 3.5 m
dan panjang pelat yang merupakan jarak sambungan melintang diambil sebesar 5,0 m
sesuai anjuran / pedoman perkerasan kaku. (beton semen) Bina Marga.
Berdasarkan pedoman perencanaan perkerasan kaku (beton semen) Bina Marga maka
untuk tebal pelat 20 cm di gunakan:
Dowel bars ini dipasang pada setiap sambungan susut sambungan muai dan
sambungan perkerasan (Logitudinal Gint) baik untuk sambungan pelaksanaan atau
sambungan pembongkaran (warfing joint) digunakan Tie Bars dari baja ulir dengan
mutu U-24 dengan:
9 Diameter 16 mm
9 Panjang 800 mm
9 Jarak pemasangan 750 mm
201
3.2 Perhitungan Tebal Pekerasan Kaku Metode AASHTO
Tabel 2. Hasil Perhitungan jumlah sumbu berdasarkan jenis dan bebanya
Jenis Konfigurasi Beban Jml. Jml Jml STRT STRG STdRG
Kendaraan sumbu (ton) Kend Sumbu/ Sumbu BS JS BS JS BS JS
RD RB RGD RGB (Bh) Kend (bh) (bh) (Ton) (bh) (Ton) (bh) (Ton) (bh)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
MP 2,5 3,5 - - 203 2 406 2,5 203 3,5 203 - -
Bus 2,5 3,5 - - 117 2 234 2,5 117 3,5 117 - -
Truck 2as
3,5 5,5 - - 103 2 206 3,5 103 - - - -
Kcl
5,5 103 - - - -
Truck 2as
5 8 - - 111 2 222 5 111 8 111 - -
Bsr
Truck 3as
6 14 - - 133 3 399 6 133 - - 14 133
Td
Truck
8 12 10 12 3 4 12 8 3 - - 12 3
Gandeng
10 3 - - 12 3
Jumlah 1479 776 431 139
Keterangan:
RD = roda depan,RB = roda belakang, RGD = roda gandeng depan, RGB = roda gandeng belakang, BS = beban sumbu,
JS = jumlah sumbu, STRT = sumbu tunggal roda tunggal, STRG = sumbu tunggal roda ganda, STRdG = sumbu tandem
roda ganda,
202
Jumlah sumbu kendaraan niaga (JSKN) selama umur rencana (20 tahun).
7
JSKN rencana = 1 × 2,16 × 10
= 3,09 x 10 7
203
Tabel 4. Analisa fatik dan erosi
Keterangan:
TE = tegangan Ekivalen; FRT faktor rasio tegangan ;FE= faktor erosi ; TT= tidak terbatas
204
Perkerasan beton bersambung tanpa tulangan
- Tebal pelat = 200 cm
- Lebar pelat = 2 × 3,5 m
- Panjang pelat = 5,0 m
- Sambungan susut dipasang setiap jarak 5 m.
- Ruji digunakan dengan diameter 28 mm, panjang 45 cm, jarak 30 cm
- Batang pengikat di gunakan baja ulir Ø 16 mm, panjang 70 cm jarak 75 cm
205
Pelat
Beton
21 cm
Campuran beton
kurus (CBK) 10 cm
Plastic Foil
CBR 5,8 %
Tanah dasar
Gambar 4 : Susunan kontruksi jalan dari hasil perencanaan dengan Metode AASHTO
206
4. KESIMPULAN
Beberapa kesimpulan yang dapat diambil dari hasil uraian penelitian ini adalah:
DAFTAR PUSTAKA
Ari Suryawan, 2005. “Perkerasan Jalan Beton Semen Porland (Rigid Pavement).
Beta Offset. Yogyakarta
207