Anda di halaman 1dari 12

5.3.

1 Morfologi dan Anatomi


Cestoda disebut cacing pita karena bentuknya yang pipih panjang seperti pita yang terdiri
dari bagian skoleks, leher, dan proglotid. Pada skoleks terdapat alat penghisap dan kait
(rostelum). Alat penghisap dan kait digunakan untuk menempel pada tubuh inang. Di bagian
belakang skoleks pada bagian leher terbentuk proglotid. Setiap proglotid mengandung organ
kelamin jantan dan betina. Skoleks kecil berbentuk oval, dilengkapi dengan 22-23 kait dan 4
batil. Tubuh atau strobila berwarna putih, berbentuk pipih segmen palsu yang disebut proglotid.
Diameter skoleks kira-kira 1 mm, batil penghisap berbentuk mangkuk dan berdiameter kurang
lebih 0,5 mm. Segmen-segmen yang belum masak berukuran kecil dan terletak di dekat skoleks,
biasa disebut sebagai proglotid muda. Segmen-segmen atau proglotid yang sudah masak kira-
kira berjarak 1 meter dari skoleks dan berbentuk bujur sangkar, segmen-segmen di bagian ujung
posterior yang telah gravid mencapai panjang kurang lebih 12 mm. Inang utama cacing cestoda
dewasa adalah vertebrata termasuk manusia. Cestoda parasit dan menghisap sari makanan pada
usus halus inangnya.

5.3.2 Fisiologi
Cestoda adalah hewan yang hermafrodit. Contoh dari kelas ini adalah Taenia
solium. Tubuh terdiri dari bagian kepala yang disebut Scolex dan bagian badan yang disebut
strobila. Strobila merupakan deretan segmen yang disebut proglotid. Setiap proglotid mempunyai
sepasang sel kelamin jantan dan betina yang dapat melepaskan/menghasilkan telur. Telur-telur
ini dibuahi dengan cara pembuahan sendiri (self fertilisation) yaitu sel telur dibuahi oleh sel
sperma dalam proglotid yang sama, perkawinan antara proglotid yang satu dengan yang lain
pada strobila yang sama atau perkawinan antara proglotid dari strobila yang berbeda. Jumlah
telur yang dapat dihasilkan oleh satu ekor cacing dapat mencapai 1.000.000 butir perhari dengan
jumlah proglotid yang dapat mencapai 3.000 buah, dengan panjang strobila lebih dari 10 m.
Telur yang terbawa oleh kotoran yang masuk keperairan akan menetas dan membentuk
Coracidium yang diperlengkapi silia untuk berenang bebas. Copepoda yang ada diperairan
kemudian diinfeksi oleh Coracidium yang berubah menjadi procercoid. Procercoid termakan
oleh ikan bersama Copepoda dan berubah menjadi Plerocercoid.
Apabila ikan ini termakan oleh manusia atau hewan yang memungkinkan Cestoda
tersebut dapat hidup, seperti ikan yang tidak dimasak atau setengah matang sehingga larva
cestoda masih tetap hidup, maka Cestoda akan menjadi dewasa dan siklus akan berlanjut. Jika
ikan tersebut dimakan oleh ikan lain maka parasit tersebut pindah dan dapat hidup pada ikan
tersebut tetapi tidak mengalami perkembangan. Sehingga ikan tersebut berfungsi
sebagai paratenic host (inang transport).
5.3.3 Habitat Cestoda
Pada umumnya Cestoda habitatnya pada saluran pencernaan makanan manusia atau
binatang sehingga cacing pita dewasa menimbulkan kelainan intestinal. Sering kali terjadi gejala
ekstraintestinal yang diisebabkan oleh cestoda stadium larva.
5.3.4 Klasifikasi
Yaitu divisi yang dibagi kedalam dua subclass. Subclass pertama yaitu cestodaria yang
mempunyai proglotid dan mempunyai larva dengan sepuluh tahapan dan biasanya memiliki
sepuluh alat pelekat. Tetapi cestoda itu sudah mempunyai lapisan epidermis dan sistem
pencernaan, dan hanya mempunyai organ pelengkap pada bagian anterior, dan hampir
merupakan parasit pada ikan laut. Subclass yang lain yaitueucestoda. Hampir semua spesies
cestoda masuk kedalam eucestoda kebanyakan setelah dewasa memiliki prolotid.
Eucestoda tebagi kedalam 11 ordo tetapi hanya 2 ordo yang merupakan parasit pada
mamalia yaitu : pseudophylidae dan cyclophylidae.Organ pelekatnya terdapat pada kepala yang
dilengkapi dengan alat pelekat, alat penghisap, bothria, dan othridia.
5.3.4.1. Subkelas Cestodaria
a) Ordo Amphilinidae
Ordo ini bercirikan probosisnya dapat dikeluarkan di ujung anterior, dan pori genitalnya
berada di bagian posterior. Beberapa spesies dari ordo ini adalah Amphilina foliacea dan
Gigantolina elongata.
Amphilina foliacea tersebar secara luas di Eropa dan
termasuk Asia Barat dan barat daya Eropa serta Asia timur dan selatan. Panjang maksimal
tubuhnya berkisar 65 mm dan lebarnya 30 mm. Ikan dan udang adalah inang perantara dalam
penyebaran spesies ini.
Spesies yang tidak jauh berbeda dari Amphilina filiacea adalah Amphilina japonica, dengan
panjang tubuh 73 mm dan lebar 25 mm . PadaAmphilina japonica yang menjadi inang perantara
adalah ikan Acipenser schrenckii dan Huso dauricus.

Kingdom : Animalia

Filum : Platyhelminthes

Kelas : Cestoda

Subclass : Eucestoda
Ordo : Amphilinidea

Family : Amphilinidea

Genus : Amphilina

Spesies : Amphilina foliacea

Spesies lainnya adalah Gigantolina elongata yang merupakan parasit pada kura-
kura lewat perantara lobster yang dimakan. Telur cacing ini menetas di air tawar
kemudia menginfeksi lobster. Larva tumbuh lambat dan mencapai ukuran mm beberapa
setelah beberapa bulan, ketika mereka infektif pada kura-kura. Tahap infektif ditemukan hampir
secara eksklusif pada otot bagian posterior perut, menunjukkan larva yang bermigrasi di sana
atau bahwa larva hanya menyerang bagian tubuh bertahan hidup.

b) Ordo Gyrocotylidae
Memiliki ciri-ciri di bagian depan, pori genital di bagian belakang dan depan. Sistem
pencernaan ordo ini tidak lengkap. Cacing ordo ini, tidak seperti kebanyakan cestoda,
yang unsegmented dan tanpa 'kepala' yang berbeda, atau scolex. Cestodaria memiliki larva
dengan sepuluh kait lebih banyak jumlahnya dibanding jumlah kait umumnya yang hanya enam
pada kelas cestoda. Ukuran Gyrocotylids antara 32-75 mm dan berwarna putih krem. Pada salah
satu ujung bagian tubuhnya terdapat 'rosette' mencolok dibentuk oleh kerutan atau gelombang
dari dinding tubuh, rosette ini membentuk perbatasan rongga berbentuk corong yang membuka
melalui pori dorsal yang lebih kecil. Pada dinding tubuh setiap sisi organ pengisap seperti
anterior ('acetabulum') terdapat sejumlah duri besar. Kehidupan siklus Gyrocotyle tidak diketahui,
telur dari G. rugosa sangat tipis-dikupas, dan segera menetas dalam air laut dalam kurun waktu
dua minggu. Larva baru-menetas ditutupi dengan silia dan berenang sangat cepat untuk mencari
inang. Contoh dari ordo ini adalah Gyrocotyle fimbriata, Gyrocotyle urna, dan Gyrocotyle
rugosa.

Tiga spesies Gyrocotyle dapat dibedakan dengan karakteristik sebagai berikut:

- G. fimbriata: Rosette besar, diameter rata-rata 82% (62% sampai


112%) dari lebar tubuh terbesar, lekukan/gelombang tubuh banyak, rata-rata 31 (18 sampai 60),
dan sangat berkembang, tubuh duri ini; bidang testis kiri sekitar 33% dari panjang tubuhnya;
folikel vitelline memanjang sampai perbatasan anterior dari Roset, gulungan lateral uterus
kurang dari setengah lebar tubuh, telur ketika diendapkan mengandung embrio awal. Host:
Hydrolagus colliei dan Chimaera monstrosa.

- G. urna: Diameter roset rata-rata 45% (35% sampai 60%) dari lebar
tubuh terbesar, lekukan lateral tubuh sedikit, rata-rata 15 (8 sampai 30), tubuh duri ini; bidang
testis kiri 11% (7% sampai 15%) dari total panjang tubuh, vitelline folikel hanya untuk
memperluas pori dorsal corong, gulungan lateral uterus kurang dari setengah lebar tubuh, telur
ketika diendapkan mengandung embrio awal. Host: Hydrolagus colliei, Chimaera monstrosa,
Chimaera ogilbyi, Callorhynchus milii.

Kingdom : Animalia

Filum :Platyhelminthes

Kelas :Cestoda

Subclass : Cestodaria

Ordo : Gyrocotylidea

Family : Gyrocotylidae

Genus : Gyrocotyle

Spesies : Gyrocotyle urna

- G. rugosa: Rosette 33% sampai 50% dari lebar tubuh terbesar, lekukan lateral tubuh kurang,
vitelline folikel tidak mencapai perbatasan anterior dari Roset, gulungan lateral uterus lebih dari
setengah lebar tubuh, telur ketika disimpan berisi lycophore sepenuhnya berkembang.
Host: Callorhynchus milii.
5.3.4.2 Subkelas Eucestoda
a) Ordo Tetraphyllidea
Cacing pita berukuran sedang, scolex dengan 4 bothridia, vitterallia di bagian samping, parasit
pada ikan elasmobranch, calliobothrium certicillatum terjadi dikatup spiral pada mulut anjing
laut. Cacing pita ini kurang lebih mempunyai 60 genus dan 800jenis. Contoh dari ordo ini adalah
genus Phyllobothrium dan Myzophyllobothrium.
Dari kedua jenus tersebut ternyata ditemukan genus baru lagi yaitu
genus Crossobothrium genus dengan nama spesiesCrossobothrium antonioi yang memiliki
panjang sekitar 47,4 - 51,5 mm. Spesies baru tersebut ditemukan di ditemukan di lepas pantai
Provinsi Buenos Aires, Argentina, yang merupakan parasit pada spesies hiu Notorynchus
cepedianus.
b) Ordo Proteocephalidae
Cacing pita kecil, scolex denagan 4 alat penghisap,
vitellaria sebagai pita samping, parasit pada ikan, amphibi, dan reptil. Contoh spesies dari ordo
ini adalah Proteocephallus macrocephalus yang merupakan parasit dari ikan sidat (Anguilla
Anguilla), habitat umunya di lautan. Karakteristiknya memiliki strobila yang panjangan 150-200
mm, scolexnya melingkar, pengait apikalnya belum sempurna, perbedaan panjang dan
lebar tubuhnya bervarisi tergantung kematangan dari segment-segmen tubuhnya. Bentuk alat
kelaminnya berupa infudibulum dengan letak pada pertengahan segment tubuhnya

c) Ordo Trypanorhynchydea
Scolexnya terdiri dari 2 atau 4 bothria dan 4 rectractile, proboscides berduri dan tubuhnya
memanjang. Pori alat kelaminnya terletak dipinggir. Ketika dalam keadaan larva merupakan
parasit pada ikan teleoste dan setelah dewasa menjadi parasit pada ikan elasmobranch. Biasanya
disebut cacing spaghetti karena penampilan mereka, mendekati bentuk spageti. Spesies tersebut
termasuk
Poecilancistri
Kingdom :Animalia um
Filum : Platyhelminthes caryophyllum
dan Pseudog
Kelas :Cestoda rillotia
pleistacantha.
Subclass : Eucestoda

Ordo : Trypanorhyncha

Family : Otobothriidae

Genus : Poecilancistrium

Spesies : Poecilancistrium caryophyllum


Cacing putih Poecilancistrium caryophyllum ini berbahaya pada tahap larva yang benar-
benar menargetkan hiu, dan hanya tinggal di dalam ikan air tawar selama satu fase dari siklus
hidupnya. Cacing pita dewasa panjangnya hingga delapan inci dan hidup dalam sistem
pencernaan hiu seperti sapi dan lemon. Telur dari cacing dewasa yang dilewatkan ke dalam air
laut di mana mereka menetas menjadi kecil berenang bebas larva. Larva yang dimakan oleh
udang kecil-seperti binatang disebut copepoda, yang pada gilirannya dimakan oleh baitfish, yang
kemudian dimakan oleh ikan trout speckled. Siklus hidup selesai ketika hiu memakan ikan trout
dan menjadi tuan rumah bagi cacing dewasa. Parasit ini dapat hidup di ikan sampai tiga tahun.

d) Ordo Pseudophyllidea
Cacing pita yang kecil atau besar, scolexnya punya dua pothria, pitelaria sebagai polikel
yang tersebar pada pori uterine yang terbuka di permukaan, parasit pada ikan, burung dan
mamalia, tidak pernah memiliki emapat sucker atau empat proboscis. Bentuk kepala lonjong,
memiliki dua buah lekuk atau celah yang disebut bothrium sebagai alat menempel pada inangnya.
Kebanyakan ada pada manusia khususnya pada wanita pada bothriocephalus latus yang
mempunyai dua inang intermediet, pada copepoda ikan air tawar. Panjangnya dapat mencapai
20 kaki dan usianya lebihdari 20th dan dapat juga menjadi penyebab symptoom seperti anemia
pada laki-laki. Cacing yang menjadi parasit pada manusia dari superfamili Bothriocephaloidea
Superfamili Bothriocephaloidea (Braun, 1903) memiliki scolex dengan dua sucker
memanjang atau satu sucker apical dengan proboscis atau rostellum; memiliki porus uterinus;
tidak terjadi degenerassi organ genital pada saat oviposisi; teluur memiliki operculum dengan
satu kulit telur; embrio matang (oncospher) memiliki silia; larva membutuhkan satu atau dua
inang perantara; dewasa pada usus vertebrata. FamiliDiphyllobothriidae yang memiliki cirri
yaitu cirrus dan vaginanya membuka pada satu sisi yang sama, sebelah anterior porus uterinus.
Contoh spesiesnya Diphyllobothriidae latum, spargnum mansoni, S. Ploriferum

Kingdom : Animalia

Filum : Platyhelminthes
Kelas :Cestoda

Subclass : Eucestoda

Ordo : Pseudophyllidea

Family : Diphyllobothriidae

Genus : Diphyllobothrium

Spesies : Diphyllobothrium latum

Siklus hidupnya di dalam air, terjadi pematangan telur menjadi oncosphere yang
mengandung embrio bersilia. Telur menetas, keluar larva stadium I yang disebut coracium,
memiliki silia sehingga dapat berenang di air, dimakan oleh inang perantara I dari golongan
Copepoda. Di dalam tubuh Copepoda akan tumbuh akan menjadi larva procercoid (Larca
stadium II). Jika Copepoda dimakan inang perantara II berupa ikan atau kodok, di dalam tubuh
inang akan berkembang menjadi larva stadium III disebut larva Plerocercoid (sparganum) yang
merupakan stadium infektif. Di dalam lambung larva akan bebas menuju usus dan menancapkan
scolexnya pada mukosa usus untuk menjadi dewasa.
e) Ordo cycophyllidea
Scolexnya bundar mempunyai 4 alat penghisap dan juga dilengkapi oleh rostellum, tidak ada
pori uterin sehingga kantung telur keluar bersama feses ketika proglotid terbuahi, porus genital
terdapat di pinggir proglotid. Proglotidnya pecah dari srtobila ketika ia hampir mati, telurnya
tidak memiliki operkulum dan ochospernya tidak bersilia terdapat pada taenidae. Larvanya hanya
membutuhkan satu inang perantara. Salah satu yang termasuk ordo ini adalah Taenia
solium yang merupakan parasit pada manusia, Taenia fisiform pada kucing dan anjing yang
memproduksi larva ketika pada tubuh inang. Semua spesies yang terdapat pada manusia
termasuk superfamili Taenioidea.

Gambar 4.45
MorfologiTaenia solium

Morfologi daging babi cacing pita dewasa dibagi menjadi tiga bagian: scolex, leher, dan
strobila. Scolex adalah kepala dari cacing pita, diposisikan pada akhir anterior dari
organisme. Scolex bertindak sebagai perangkat penyentuh dengan empat kait pengisap dan
rostellum digunakan untuk menempelkan dirinya sendiri ke usus dari tuan rumah. Leher adalah
wilayah memanjang antara scolex dan strobila tersebut. Strobila berisi sebagian besar sistem dari
cacing pita dan memiliki panjang rata-rata 2-3 m. Ini terdiri dari beberapa segmen yang
disebut proglottid.

Sebagai spesies monoecious, Taenia solium adalah spesies monoecious yang memegang
sistem reproduksi baik perempuan dan laki-laki di dalam proglottid tunggal. (Pawlowski, 2002).

Proglotids matang secara seksual saat mereka maju ke arah posterior dari strobila
tersebut. Cacing pita babi tidak memiliki sistem pencernaan, namun terdiri dari sistem berikut:
tegumen, saraf, osmoregulator dan otot. Telur Taenia solium memiliki kulit terluar yang rapuh
yang bisa ditumpahkan ketika telur keluar tubuh inang, meninggalkan larva oncosphere ke
lingkungan eksternal. Larva oncosphere berdiameter 30 µm dan juga disebut
larva hexacanth karena memiliki enam kait. Larva adalah massa padat sel dan dikelilingi oleh
kulit pelindung yang disebutembryophore . Kulit ini melindungi oncosphere dari kondisi yang
keras saat larva terkena lingkungan. Oncosphere ini berkembang menjadi bentuk cysticercus,
mengkonversi dari larva solid vesikel dengan cairan terbuat dari batu baiduri. Larva ini memiliki
lapisan luar dan dalam dan di antara lapisan tanda-tanda pertama dari diferensiasi organ sistem
terlihat (Pawlowski, 2002 , . Sciutto, et al, 2000).
Superfamili Taenioidea (Zwicke, 1841) memiliki ciri-ciri emapat pengait; telur tidak
beroperkulum dengan satu atau lebih kulit telur; oncospher tidak bersilia; dewasa di dalam usus
vertebrata. Famili Hymenolepididae memiliki proglotid yang biasanya lebih lebar daripada
panjangnya; testisnya berjumalah 1-4; porus genital unilateral dan uterus berbentuk kantung.
Contoh spesies dari family Hymenolepididae adalahHymenolepsis nana, H.
diminuta. Famili Taeniidae memilki scolex yang yang dilengkapai rostellum; uterusnya
berbentuk batang memanjang denga cabang lateral; porus genital terletak di lateral. Contoh dari
family Taeniidae adalah Taenia solium, T. saginata, Echinococcus granulosus, E. locularis.

Siklus hidup Dalam tubuh manusia,


proglotid cacing pita dewasa yang mengandung embrio melepaskan diri dari rangkaian proglotid
serta keluar dari usus inang bersama feses. Jika proglotid dewasa ini tertelan oleh babi, maka
dalam usus babi, selubung telur dalam proglotid larut hingga keluar larva yang disebut heksakan.
Disebut heksakan atau onkosfer karena memiliki enam kait kitin. Dengan menembus dinding
usus babi, heksakan ikut aliran darah dan singgah di otot atau jaringn tubuh babi. Larva ini
kemudian tumbuh menjadi sistiserkus.
Gambar 4.47 Siklus hidup Taenia solium

Rentang Geografis Taenia solium, yang dikenal sebagai cacing pita daging babi, dapat
ditemukan di seluruh dunia, terutama di negara-negara berkembang dimana babi dibesarkan
dalam kondisi sanitasi yang buruk. Di belahan bumi Barat, kebanyakan ditemukan di Amerika
Selatan dan Tengah. Kanada, Amerika Serikat, Argentina dan Uruguay empat negara dari
kawasan ini yang tampaknya telah membasmi cacing pita, meskipun kasus infeksi Taenia
solium pada manusia telah muncul baru-baru ini. Munculnya kembali T. solium telah dikaitkan
dengan meningkatnya jumlah imigran dari negara-negara dengan cacing pita transmisi, yang host
ke T. solium. Cacing pita juga banyak ditemukan di seluruh negara-negara di Afrika dan Asia,
namun jumlah infeksi rendah pada populasi dari budaya Muslim dan Yahudi dimana makan
daging babi dilarang (Schantz, 2002).

f) Ordo Aporidea
Variabel scolex, biasanya besar dengan 4 sucker, tidak bersegmen, tidak memilki pori-
pori kelamin, vitellarium tersusun rapat di belakang ovarium dan parasitkecil pada angsa dan
bebek. Kemungkinan banyaknya lebih dari 2.000 jenis. Contoh spesiesnya
adalah Nematoparataenia paradoxa.

g) Ordo Nippotaeulidea
Scolexnya memiliki 1 sucker dibagian anterior,
punya beberapa proglotid dan parasit pada ikan di jepang dan rusia. Terdapat penghisap apical
yang kuat untuk melingkarkan tubuh ke inang dengan bantuan sfingter. Terdiri dari 6-9 proglottis
serta ukurannya tubuhnya pendek dengan leher lebar., proglotid anterior lebih panjang. Vitellaria
terdapat dua lobus yang simetris. Uterus menggulung melintang pada posterior ovariumnya.
Telurnya terdiri dari tiga lapisan, lapisan pertamnaya halus, lapisan tengahnya keras, dan lapisan
dalamnya berselaput.
h) Ordo Diphyllidea
Variabel scolex pada bagian anterior dan posterior dilegkapi oleh 4 alat penghisap,
parasit pada ikan elasmobranch. Salah satu spesies dari ordo ini adalah Echinobothrium
californiense. Spesies tersebut memiliki alat kelaminnya terdapat di posterior, di bawah lobus
ovarium, untuk yang jantan jumlah testesnya setiap segment mencapai 8-11 buah, genting
kemudian menyeberangi untuk bergabung, ovariumnya memenuhi 33% dari segmen tubuhnya,
yang terdiri atas dua lobus yang tergabung oleh isthmus pusat, ujung pengaitnya berukuran besar

i) Ordo Lecanicephaloidea
Bentuknya tidak bersegmen, parasit pada pisces dan oligocaetae, berkembang dengan
reproduksi seksual, procercoid saat larva dan hanya memiliki beberapa spesies.
 Turbellaria mrupakan cacing pipih yang memiliki bulu getar yang halus (silia).
 Turbellaria dibagi menjadi 5 ordo, yaitu: Acoela, Rhabdocoella, Allocoela, Polycladila
dan Tricladida. Pembagian 5 ordo tesebut, berdasarkan ususnya. Dari yang hanya berupa
kantung sampai yang bercabang.
 Ciri umum Turbellaria: tidak berongga, memiliki silia, hidupnya bebas, lapisan tubuh
triploblastik, simetri bilateral, dapat beregenerasi dengan baik.
 Contoh dari Turbellaria yang paling umum adalah Planaria sp. Yang memiliki bintik
mata, berkepala segitiga dengan ekor meruncing. Memiliki penjuluran kerongkongan (probosis).
Hidup bebas, tidak berongga.
 Fisiologi tubuhnya yaitu sistem pencernaan; interseluler dengan enzim, intraseluler
dengan pseudopodia sel atau oleh vakuola makanan, alat pencernaan usus yang bercabang tig.
Sitem sarafnya adalah tangga tali yaitu dari dua batang saraf membujur memanjang. System
reproduksinya majemuk karena hemaprodit (memiliki dua organ reproduksi yang berbeda dalam
satu individu)untuk seksualnya, sedangkan aseksualnya melakukan pemutusan bagian tubuh dan
menjadi individu baru . Sistem ekskresi berupa saluran longitudinal yang bercabang-cabang pada
ujungnya (sel api ).
 Habitat dari kelas turbellaria adalah di daerah yang belum tercemar, baik di perairan
maupun di daratan yang lembab. Dapat hidup didaerah tropis, subtropis
 Peranan kelas turbellaria adalah sebagai bioindikator air bersih dan sebagai pakan
organisme lain (ikan).
 Trematoda adalah cacing yang secara morfologi berbentuk pipih seperti daun. Pada
umumnya cacing ini bersifat hermaprodit, kecuali genus Schistosoma. Pada dasarnya daur
hidup trematoda ini melampui beberapa beberapa fase kehidupan dimana dalam fase
tersebut memerlukan hospes intermedier (inang perantara) untuk perkembangannya.
 Semua anggota dari kelas Trematoda adalah parasit.
 Menurut lokasi berparasitnya cacing Trematoda dikelompokkan sbagai berikut:
1) Trematoda pembuluh darah: Schistosoma haematobium, S. mansoni, S. japonicum
2) Trematoda paru: Paragonimus westermani
3) Trematoda usus: Fasciolopsis buski, Echinostoma revolutum, E. ilocanum
4) Trematoda hati: Clonorchis sinensis, Fasciola hepatica, F. gigantica.

 Distribusi geografik: Pada umumnya cacing ini ditemukan di Indocina : Cina, Jepang,
Korea, India, Vietnam, dan Indonesia (Fasciolopsis buski: Kalimantan, Echinostomatidae: Jawa
dan Sulawesi, Heteropidae: Jakarta, Schistosoma japonicum : Sulawesi Tengah).
 Cestoda atau cacing pita adalah cacing yang hidup sebagai parasit yang termasuk filum
platyhelminthes. Cacing dewasa hidup dalam digestivus vertebrata dan larvanya hidup dalam
jaringan vertebrata dan invertebrata.
 Cestoda mempunyai spesies penting yang dapat menimbulkan kelainan pada manusia
pada umumnya adalah : Diphyllobothrium latum, Hymenolepis nana, Echinococcus granulosus,
Echinococcus multilocularis, Taenia saginata, dan Taenia solium. Hospes definifnya yaitu
manusia, anjing, kucing, dan kadang-kadang paling sedikit 22 macam mamalia lainnya. Ciri-ciri
cestoda yaitu
 Bentuk tubuh pipih, terdiri dari kepala, leher, dan strobila, bersifat hermaprodit.
 Hidup sebagai parasit dalam usus vertebrata dan tanpa alat pencernaan.
 Sistem ekskresi terdiri dari saluran pengeluaran yang berakhir dengan sel api.
 Sistem saraf sama seperti planaria dan cacing hati, tetapi kurang berkembang

Anda mungkin juga menyukai