Disusun Oleh :
1. Dimas Latief Hartanto (07)
2. Septy Lestari (26)
3. Ulfah Nurjanah (27)
4. Wahidatul Umulia (29)
Kelas : XI MIPA 5
Syukur Alhamdulillah kita panjatkan kehadirat Allah Swt., yang telah memberikan
karunia serta nikmat-Nya hingga pada saat ini kita masih bisa melaksanakan proses belajar
mengajar di sekolah ini. Shalawat serta salam, mari kita panjatkan kepada Rasulullah SAW yang
telah membawa tangan umatnya dari alam kegelapan hingga menuju alam yang terang dengan
iman dan taqwa.
Apabila nantinya dalam penyusunan makalah kami ini ada kekurangan dan
ketidaksempurnaan, kami terlebih dahulu memohon maaf.
Penulis
BAB II
PEMBAHASAN MATERI
Selain itu, juga diangkat sejumlah pejabat tinggi negara sebagi berikut.
(1) Ketua Mahkamah Agung : Dr. Mr. Kusumaatmadja
(2) Jaksa Agung : Mr. Gatot Tarunamihardja
(3) Sekretaris Negara : Mr. A.G. Pringgodigdo
(4) Juru Bicara Negara : Sukardjo Wirjopranoto
b. Maklumat Pemerintah No. X Tanggal 16 Oktober 1946
Pada bulan Oktober 1945, kelompok kiri (sosialis) dalam KNIP yang dipimpin
Sutan Syahrir berhasil menyusun kekuatan dan mendorong dibentuknya Badan Pekerja
Komite Nasional Indonesia (BP-KNIP). Selanjutnya, kelompok sosialis itu mendorong
terbentuknya kabinet parlementer. Sebagai langkah awal pembentukan pemerintahan
perlementer adalah mengubah fungsi KNIP dari hanya sekadar badan penasihat menjadi
bahan legislatif yang sebenarnya. Untuk itu, mereka mengumpulkan 50 buah tanda
tangan dari 150 anggotanya.
Pada tanggal 7 Oktober 1945, petisi yang dihasilkan diserahkan kepada Presiden
Soekarno. Alasan yang diajukan BP-KNIP untuk memperkuat usulannya tersebut adalah
sebagai berikut.
(1) Adanya kesan politikbahwa kekuasaan presiden terlalu besar sehingga
dikhawatirkan menjadi pemerintahan yang bersifat diktator.
(2) Adanya propaganda Belanda melalui NICA yang menyiarkan isu politik bahwa
Pemerintah RI adalah pemerintahan yang bersifat fasis, yang menganut sistem
pemerintahan Jepang sebelum Perang Dunia II. Oleh karen itu, Belanda
menganjurkan kepada dunia internasional agar tidak mengakui kedaulatam RI.
(3) Untuk menunjukkan kepada dunia internasional, khususnya pihak Sekutu, bahwa
Indonesia yang baru merdeka adalah demokratis, bukan negara fasis buatan Jepang.
Dalam kondisi politik yang belum stabil, ususl BP-KNIP tersebut diterima oleh
pemerintah. Selanjutnya, pemerintah mengeluarkan Maklumat Pemerintah No. X
tanggal 16 Oktober 1945. Isi maklumat tersebut terdiri dari dua materi pokok berikut ini.
(1) Sebelum terbentuknya MPR dan DPR, KNIP diserahi kekuasaan legislatif dan ikut
menetapkan Garis-Garis Besar Haluan Negara.
(2) Berhubung gentingnya keadaan, pekerjaan KNIP sehari-hari dijalankan oleh suatu
Badan Pekerja yang dipilih di antara mereka dan bertanggung jawab kepada Komite
Nasional Pusat.
Dengan dikeluarkannya Maklumat Pemerintah tersebut, kekuasaan presiden
hanya dalam bidang eksekutif. Dengan demikian, kedududkan presiden seperti yang
diamanatkan dalam UUD 1945 dapat dilaksanakan dengan semestinya. KNIP sebagai
badan pembantu presiden dan sebagai lembaga pengganti MPR dan DPR sebelum
terbentuk dapat melaksanakan fungsi sebagai badan legislatif.