Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH SEJARAH

PEMBENTUKAN PEMERINTAHAN PERTAMA


REPUBLIK INDONESIA

Disusun Oleh :
1. Dimas Latief Hartanto (07)
2. Septy Lestari (26)
3. Ulfah Nurjanah (27)
4. Wahidatul Umulia (29)
Kelas : XI MIPA 5

SMA NEGERI 1 PURWOREJO


TAHUN PELAJARAN 2016/2017
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah kita panjatkan kehadirat Allah Swt., yang telah memberikan
karunia serta nikmat-Nya hingga pada saat ini kita masih bisa melaksanakan proses belajar
mengajar di sekolah ini. Shalawat serta salam, mari kita panjatkan kepada Rasulullah SAW yang
telah membawa tangan umatnya dari alam kegelapan hingga menuju alam yang terang dengan
iman dan taqwa.

Apabila nantinya dalam penyusunan makalah kami ini ada kekurangan dan
ketidaksempurnaan, kami terlebih dahulu memohon maaf.

Purworejo, 8 Januari 2018

Penulis
BAB II
PEMBAHASAN MATERI

A. Pembentukan Pemerintahan Pertama Republik Indonesia

Kemerdekaan Indonesia telah diproklamasikan pada 17 Agustus 1945. Kelengkapan


negara dan pemerintaha, pun segera dibentuk. Selanjutnya, PPKI melakukan sidang-sidangnya
untuk membentuk pemerintahan yang dibutuhkan oleh suatu negara yang merdeka.

1. Sidang-Sidang PPKI dalam Membentuk Pemerintahan Indonesia


Sebagai organisasi yang dibentuk untuk mempersiapkan kemerdekaan Indonesia,
PPKI melakukan sidang-sidang pada tanggal 18 Agustus 1945, 19 Agustus 1945, dan 22
Agustus 1945.
a. Sidang PPKI tanggal 18 Agustus 1945
Pada tanggal 18 Agustus 1945 PPKI mengadakan rapat pertama setelah
proklamasi. Sebelum sidang dimuali, Soekarno-Hatta berencana menambah 9 anggota
baru PPKI yang sebagian dari golongan muda, yaitu Sukarni, Chairul Saleh, dan
Wikana. Tetapi, golongan muda itu kurang berkenan. Mereka masih menganggap PPKI
adalah badan buatan Jepang. Oleh karena itu, Soekarno hanya mengumumkan 6 orang
anggota baru, yaitu Wiranatakusumah, Ki Hajar Dewantara, Mr. Kasman
Singodimedjo, Sajuti Melik, Mr. Iwa Kusumasumantri, dan Mr. Ahmad Subardjo.
1) Pembahasan dan Pengesahan Undang-Undang Dasar
Rapat pertama PPKI diadakan di Gedung Cuo Sangi-In. Sebelum rapat PPKI
dimulai, Soekarno-Hatta meminta Ki Bagus Hadikusumo, K.H. Wachid Hasjim,
Mr. Kasman Singodimedjo, dan Mr. Teuku Mohammad Hassan untuk membahas
kembali Piagam Jakarta, khususnya mengenai kalimat “Ketuhanan dengan
kewajiban menjalankan Syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya.”
Hal itu disebabkan pemeluk agama lain merasa keberatan terhadap kalimat
itu. Akhirnya, rapat yang dipimpin oleh Bung Hatta ini dalam waktu 15 menit
berhasil mencapai sepakat untuk mengubah kalimat itu menjadi “Ketuhanan Yang
Maha Esa.” Jadi, setelah ada perbaikan dari Piagam Jakarta itu, dasar Negara
Indonesia berisi butir-butir sebagai berikut.
(a) Ketuhanan Yang Maha Esa
(b) Kemanusiaan yang adil dan Beradab.
(c) Persatuan Indonesia.
(d) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan.
(e) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Rapat PPKI akhirnya berhasil merampungkan dan mengesahkan undang-
undang dasar yang dikenal sebagai Undang-Undang Dasar 1945. Sistematika UUD
1945 terdiri atas berikut ini.
(a) Pembukaan (preambule) yang terdiri atas empat alinea.
(b) Batang tubuh (isi) UUD yang terdiri dari 16 baba, 37 pasal, 4 pasal Aturan
Peralihan, dan 2 ayat Aturan Tambahaan.
(c) Penjelasan UUD yang terdiri dari penjelasan umum dan penjelasan pasal demi
pasal.
2) Masalah Pengangkatan Presiden dan Wakil Presiden
Rapat PPKI membicarakan pula tentang pemilihan presiden. Otto
Iskandardinata mengusulkan agar pemilihan presiden dilakukan secara klamasi. Ia
mengajukan Ir. Soekarno sebagai presiden dan Drs. Moh. Hatta sebagai wakil
presiden. Usul tersebut disetujui oleh para hadirin yang dilanjutkan dengan
menyanyikan lagu Indonesia Raya.
3) Pembentukan Komite Nasional
Rapat PPKI tanggal 18 Agustus 1945 juga berhasil memutuskan
pembentukan sebuah Komite Nasional untuk membantu presiden selama Majelis
Permusyawaratan Rakyat dan Dewan Perwakilan Rakyat belum terbentuk.
Sebelum rapat PPKI ditutup, Presiden meminta 9 orang anggota sebagai panitia
kesil untuk membahas yang meminta perhatian mendesak, seperti pembagian
wilayah negara, kepolisian, tentara kebangsaan, dan perekonomian. Panitia kecil
dipimpin oleh Otto Iskandardinata.

b. Sidang PPKI tanggal 19 Agustus 1945


Rapat dilanjutkan keesokan harinya, pada tanggal 19 Agustus 1945 pukul 10.00
pagi di Gedung Cuo Sangi-In. Rapat itu membahas hasil kerja Panitia Kecil yang
dipimpin oleh Otto Iskandardinata dan menghasilkan keputusan berikut ini.
1) Pembagian wilayah Indonesia menjadi 8 provinsi beserta gubernurnya.
No Nama Provinsi Nama Gubernur
1. Jawa Barat Sutarjo Kartohadikusumo
2. Jawa Tengah R.P. Soeroso
3. Jawa Timur Soerjo
4. Borneo (Kalimantan) Ir. Mohammad Noor
5. Sulawesi Dr. Sam Ratulangi
6. Maluku Mr. Laturharhary
7. Sunda Kecil (Nusa Tenggara) Mr. Ketut Pudja
8. Sumatera Mr. T. Mohammad Hassan

Dua daerah istimewa, Yogyakarta dan Surakarta.


2) Pembentukan Komite Nasional (Daerah).
3) Menetapkan 12 kementrian dalam lingkungan pemerintahan.
(a) Departemen Dalam Negeri
(b) Departemen Luar Negeri
(c) Departemen Kehakiman
(d) Departemen Keuangan
(e) Departemen Kemakmuran
(f) Departemen Kesehatan
(g) Departemen Pengajaran, Pendidikan, dan Kebudayaan
(h) Departemen Sosial
(i) Departemen Pertahanan
(j) Departemen Perhubungan
(k) Departemen Penerangan
(l) Depatemen Pekerjaan Umum
c. Sidang PPKI tanggal 22 Agustus 1945
Agenda utama rapat PPKI tanggal 22 Agustus 1945 membicarakan Komite
Nasional Indonesia Pusat (KNIP) dan Partai Nasional Indonesia (PNI).
1) Pembentukan Komite Nasional
Inti dari anggota KNIP adalah anggota PPKI. Selain itu, anggota KNIP juga
berasal dari tokoh-tokoh masyarakat dari berbagai daerah sehingga jumlahnya
mencapai 137 orang. Anggota KNIP secara resmi dilantik pada 29 Agustus 1945di
Gedung Kesenian, Jakarta. Sidang KNIP pertama berhasil memilih Kasman
Singodimedjo sebagai Ketua, M. Sutardjo sebagai Wakil Ketua I, Laturharhary
sebagai Wakil Ketua II, dan Adam Malik sebagai Wakil Ketua III. Tetapi, karena
situasi keamanan yang tidak menentu, pembentuakan Komite Nasional Daerah
gagal dibentuk.
2) Pembentukan Partai Nasional Indonesia
Pada mulanya pembentukan Partai Nasional Indonesia bertujuan untuk
menjadikannya partai tunggal di Indonesia yang baru merdeka. Tujuan dari PNI
seperti yang telah disebutkan dalam risalah sidang PPKI adalah Negara Republik
Indonesia yang berdaulat, adil dan makmur berdasarkan kedaulatan rakyat. PNI ini
diketuai oleh Ir. Soekarno.
3) Pembentukan Badan Keamanan Rakyat (BKR)
Sehubungan dengan pembentukan Tentara Kebangsaan ini beberapa hal
yang diputuskan oleh PPKI adalah sebagai berikut.
(a) Rencana pembelaan negara oleh BPUPKI yang mengundang politik
peperangan tidak diterima karena bangsa Indonesia menjalankan politik
perdamaian.
(b) Peta di Jawa dan di Bali, Laskar Rakyat di Sumatera segera dibubarkan.
(c) Para anggota Heiho dengan segera diberhentikan.
(d) Untuk kedaulatan Negara Republik Indonesia Merdeka, Tentara Kebangsaan
Indonesia harus selekasnya dibentuk oleh Presiden.
Sebagai tindak lanjut dari keputusan tersebut, kemudian dibentuklah Badan
Keamanan Rakyat (BKR) yang dibentuk sebagai pengganti Badan Penolong
Korban Perang (BPKP) yang dibentuk pada sidang PPKI tanggal20 Agustus 1945.
2. Perubahan Ototritas KNIP dan Lembaga Kepresidenan
Kebanyakan negara yang baru merdeka memilih bentuk pemerintahan demokrasi.
Hal ini disebabkan bentuk demokrasi dianggap lebih baik daripada bentuk kerajaan. Sejak
masa pergerakan nasional, para pemimpin Indonesia sudah mendambakan berlakunya
sistem pemerintahan demokratis. Salah satu cirinya adalah adanya DPR (parlemen) yang
anggotanya dipilih langsung oleh rakyat. Bentuk dan pola pemerintahan yang dianut oleh
para pemimpin Indonesia pada saat itu adalah penerapan demokrasi yang ada di negeri
Belanda yang berdasarkan multipartai, yaitu sistem pemerintahan parlementer. Itu karena
pada masa pergerakan nasional banyak pemimpin Indonesia yang menuntut ilmu di negeri
Belanda.
a. Kabinet Presidentil Pertama
Susunan kementrian pertama yang berhasil disusun sesuai dengan ketentuan
UUD 1945 ditetapka pada tanggal 2 September 1945 dipimpin oleh Presiden Soekarno.
Dalam kabinet presidentil ini presiden berperan sebagai pemimpin kabinet. Kabinet
bertanggung jawab kepada presiden. Susunan kabinet pertama RI tersebut sebagai
berikut.
Presiden Menteri Mr. Amir
1. Perdana Menteri 10.
Soekarno Penerangan Syarifuddin
R.A.A.
Menteri Dalam Menteri R. Abikusno
2. Wiranatakusu 11.
Negeri Perhubungan (a.i) Cokrosuyoso
mah
Menteri Luar Mr. Ahmad Menteri
3. 12. Suprijadi
Negeri Subardjo Keamanan Rakyat
Menteri Prof. Dr. Menteri Pekerjaan R. Abikusno
4. 13.
Kehakiman Soepomo, SH Umum Cokrosuyoso
Menteri Ir. D.P. K.H. Wachid
5. 14. Menteri Negara
Kemakmuran Surahman Hasjim
Menteri Mr. A.A.
6. 15. Menteri Negara Dr. M. Amir
Keuangan Maramis
Menteri Dr. R. Mr. R.M.
7. 16. Menteri Negara
Kesehatan Boentara M. Sartono
Menteri Ki Hajar R. Otto
8. 17. Menteri Negara
Pengajaran Dewantara Iskandardinata
Mr. Iwa
Mr. A.A.
9. Menteri Sosial Kusumasuman 18. Menteri Negara
Maramis
tri

Selain itu, juga diangkat sejumlah pejabat tinggi negara sebagi berikut.
(1) Ketua Mahkamah Agung : Dr. Mr. Kusumaatmadja
(2) Jaksa Agung : Mr. Gatot Tarunamihardja
(3) Sekretaris Negara : Mr. A.G. Pringgodigdo
(4) Juru Bicara Negara : Sukardjo Wirjopranoto
b. Maklumat Pemerintah No. X Tanggal 16 Oktober 1946
Pada bulan Oktober 1945, kelompok kiri (sosialis) dalam KNIP yang dipimpin
Sutan Syahrir berhasil menyusun kekuatan dan mendorong dibentuknya Badan Pekerja
Komite Nasional Indonesia (BP-KNIP). Selanjutnya, kelompok sosialis itu mendorong
terbentuknya kabinet parlementer. Sebagai langkah awal pembentukan pemerintahan
perlementer adalah mengubah fungsi KNIP dari hanya sekadar badan penasihat menjadi
bahan legislatif yang sebenarnya. Untuk itu, mereka mengumpulkan 50 buah tanda
tangan dari 150 anggotanya.
Pada tanggal 7 Oktober 1945, petisi yang dihasilkan diserahkan kepada Presiden
Soekarno. Alasan yang diajukan BP-KNIP untuk memperkuat usulannya tersebut adalah
sebagai berikut.
(1) Adanya kesan politikbahwa kekuasaan presiden terlalu besar sehingga
dikhawatirkan menjadi pemerintahan yang bersifat diktator.
(2) Adanya propaganda Belanda melalui NICA yang menyiarkan isu politik bahwa
Pemerintah RI adalah pemerintahan yang bersifat fasis, yang menganut sistem
pemerintahan Jepang sebelum Perang Dunia II. Oleh karen itu, Belanda
menganjurkan kepada dunia internasional agar tidak mengakui kedaulatam RI.
(3) Untuk menunjukkan kepada dunia internasional, khususnya pihak Sekutu, bahwa
Indonesia yang baru merdeka adalah demokratis, bukan negara fasis buatan Jepang.
Dalam kondisi politik yang belum stabil, ususl BP-KNIP tersebut diterima oleh
pemerintah. Selanjutnya, pemerintah mengeluarkan Maklumat Pemerintah No. X
tanggal 16 Oktober 1945. Isi maklumat tersebut terdiri dari dua materi pokok berikut ini.
(1) Sebelum terbentuknya MPR dan DPR, KNIP diserahi kekuasaan legislatif dan ikut
menetapkan Garis-Garis Besar Haluan Negara.
(2) Berhubung gentingnya keadaan, pekerjaan KNIP sehari-hari dijalankan oleh suatu
Badan Pekerja yang dipilih di antara mereka dan bertanggung jawab kepada Komite
Nasional Pusat.
Dengan dikeluarkannya Maklumat Pemerintah tersebut, kekuasaan presiden
hanya dalam bidang eksekutif. Dengan demikian, kedududkan presiden seperti yang
diamanatkan dalam UUD 1945 dapat dilaksanakan dengan semestinya. KNIP sebagai
badan pembantu presiden dan sebagai lembaga pengganti MPR dan DPR sebelum
terbentuk dapat melaksanakan fungsi sebagai badan legislatif.

Anda mungkin juga menyukai