Anda di halaman 1dari 81

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Praktik kerja industri merupakan bagian dari proses pendidikan yang
berhubungan erat dengan pengembangan kompetensi siswa secara utuh dan
peningkatan kemampuan siswa. Oleh karna itu, kegiatan praktik kerja industri ini
menjadi integral dari kurikulum sekolah serta menjadi syarat bagi setiap siswa untuk
dapat mengikuti ujian akhir.
a. Tujuan
1. Tujuan Umum
Praktik kerja industri bertujuan agar siswa memiliki jiwa semangat dalam berwira
usaha serta mempunyai kompetensi suatu usaha dibidang pertanian secara profesional
dengan memperhatikan situasi dan potensi wilayah.
2. Tujuan Khusus
a. Memantapkan dan mengembangkan wawasan dan kompetensi siswa dalam
bidang pertanian yang dalam hal ini yaitu perkebunan kelapa sawit (Elaeis
guineensis Jacq.) berorientasi Agribisnis dengan dilandasi sikap mental,
disiplin, kerjasama dan tanggung jawab yang tinggi.
b. Melatih siswa untuk melakukan kegiatan pada unit usaha tani di dunia industri
yang berhasil dalam pengelolaannya.
c. Untuk menerapkan dan mengembangkan ilmu pertanian yang telah penyusun
peroleh sejak semester I sampai semester III.
d. Untuk menumbuhkan semangat kerja dan berkarya dalam diri siswa prakerin.
e. Untuk mengembangkan jiwa kepemimpinan dan kewirausahaan serta
kemandirian yang kuat.

1
1.3 Batasan Masalah
Dalam laporan praktik kerja industri ini kami menyusun beberapa perumusan
atau batasan masalah meliputi :
1. Kultur Teknis Pembibitan Kelapa Sawit (Pre Nursery dan Main Nursery)
2. Teknis Pengendalian Hama, Penyakit dan Gulma pada pembibitan dan
tanaman belum menghasilkan kelapa sawit.
3. Tata cara pengambilan sampel daun di lapangan (Leaf Sampling Unit).
4. Bunch Analysis (Analisis tandan buah).
5. Tata cara panen & Yield Recording di kebun induk.
6. Pengenalan GIS (Geographyc Information System)
1.4 Waktu dan Tempat
Pelaksanakan Praktik Kerja Industri berlokasi di Kantor Research and
Development PT. Panca Surya Garden - First Resources, Kampar -Riau. Kegiatan ini
dimulai pada tanggal 24 Maret 2014 s.d 9 Juni 2014 dengan bidang keahlian
Agribisnis Tanaman Perkebunan.

2
BAB II
PROFIL PERUSAHAN

2.1 VISI, MISI DAN PANCASILA FIRST RESOURCES


2.1.1 VISI PERUSAHAAN
Menjadi perusahaan perkebunan dan industri kelapa sawit terpadu yang
berwawasan kelestarian lingkungan yang dapat meningkatkan kesejahteraan
karyawan dan nilai perusahaan dalam kegiatan usaha.
2.1.2 MISI PERUSAHAAN
1. Menciptakan produk yang bermutu dan ramah lingkungan.
2. Menerapkan sistem manajemen Mutu dan lingkungan, memulai tata
kelola perusahaan yang baik.
3. Membentuk sumber daya manusia yang memiliki kompetensi.
4. Menempatkan pihak terkait sebagai mitra kerja yang saling memperkuat
dan menguntungkan.
2.1.3 PANCASILA FIRST RESOURCES
1. Loyalitas
Tumbuh dan berkembang bersama-sama dengan perusahaan, selalu
membela kepentingan perusahaan.
2. Integritas
Menjunjung tinggi kejujuran dalam bekerja, tidak menyembunyikan
masalah, tidak menerima suap, fokus kepada etika kerja.
3. Kerja Keras
Tidak memilih-milih atau menolak pekerjaan yang diberikan, selalu
menyelesaikan pekerjaan tepat waktu, fokus kepada hasil.
4. Pantang Menyerah
Berpikir kreatif dalam mencari solusi, tidak ada yang tidak mungkin,
fokus kepada solusi atau proses.
5. Kepedulian (Care)
Perusahaan melalui perangkatnya selalu memperhatikan kesejahteraan
karyawan baik melalui komunikasi, bimbingan, pengembangan karir

3
maupun kompetensi yang kompetitif sesuai dengan kontribusi masing-
masing.
2.2 Tujuan Peruahaan PT. Panca Surya Garden
Memberikan support kepada kebun-kebun dibawah naungan First Resuorces.
1. Meningkatkan CPO (Crude Palm Oil) per hektar.
2. Menyelesaikan permasalahan Hama, Penyakit dan Nutrisi tanaman.
3. Menghasilkan kecambah yang akan disuplai untuk kebun-kebun dibawah
naungan First Resources.
2.3 Struktur Organisasi PT. Panca Surya Garden (terlampir)

Achmad Fathoni

Manager

Research Senior Breeding Crop Protection Analitycal


Section Laboratorium
Juanasri Adja M. Aslansyah
Salib Bagiyarja Suhendra

Assistant Assistant Assistant Assistant Assistant


Researcrh MNS Breeding CPS Analitycal
Jamil Laboratorium
Muhammad Wiwik Ryan
Hamzah Wahyu Budi Ariani
Hidayat Mingka

Mandor Mandor Mandor


MNS Seed CPS
Garden
Basriandi Rozi
Ahmad
Syarif

4
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Sejarah Kelapa Sawit


Kelapa sawit didatangkan ke Indonesia oleh Pemerintah Hindia Belanda pada
tahun 1848. Beberapa bijinya ditanam dikebun Raya Bogor, sementara sisa benihnya
ditanam ditepi-tepi jalan sebagai hiasan di Deli, Sumatera Utara pada tahun 1870-
an.Pada saat yang bersamaan meningkatlah permintaan minyak nabati akibat revolusi
indrusti pertengahan abad ke-19. Dari sini kemudian muncul ide membuat
perkebunan kelapa sawit berdasarkan tumbuhan seleksi dari Bogor dan Deli, maka
dikenalah jenis sawit “Deli Dura”.
Pada tahun 1911, kelapa sawit mulai diusahakan dan dibudidayakan secara
komersial di Hindia Belanda oleh Adrien Hallet, seorang Belgia, yang lalu diikuti
oleh K. Schadt. Perkebunan kelapa sawit pertama berlokasi di Pantai Timur Sumatera
(Deli) dan Aceh.Luas areal perkebunan mencapai 5.123 ha.Pusat pemuliaan dan
penangkaran kemudian didirikan di Marihat (terkenal sebagai AVROS), Sumatera
Utara dan di Rantau Panjang, Kuala Selangor, Malaya pada 1911-1912. Di Malaya,
perkebunan pertama dibuka pada tahun 1917 di Ladang Tenmaran, Kuala Selangor
menggunakan benih Dura Deli dari Rantau Panjang. Di Afrika Barat sendiri
penanaman kelapa sawit besar-besaran baru dimulai pada tahun 1911.
3.2 Klasifikasi Botani Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.)
Upaya klasifikasi kelapa sawit sudah dimulai sejak empat abad yang lalu (abad
ke-16) dimana para ahli berbeda pendapat mengenai klasifikasi kelapa sawit. Hal ini
disebabkan karena pada masa lampau Ilmu Taksonomi maupun ilmu – ilmu yang
berkaitan dengannya belum berkembang seperti sekarang, dan peralatan yang tersedia
pun masih sederhana.

5
Taksonomi kelapa sawit yang umum diterima sekarang adalah sebagai berikut:
Divisi : Embrryophyta Siphonagama
Subkelas : Angiospermae
Famili : Arecaceae
Ordo : Monocotyledonae
Subfamili : Cocoideae
Genus : Elaeis
Spesies : 1. E. guineensies Jacq.
2. E. Oleifera ( H.B.K ) Cortes
3. E. Odora
3.3 Varietes Tanaman Kelapa Sawit
Ada beberapa varietias kelapa sawit yang telah dikenal. Varietias-varietias itu
dapat dibedakan berdasarkan tebal cangkang/tempurung dan daging buah, serta warna
kulit buahnya. Berdasarkan ketebalan cangkang/ tempurung dan daging buah varietas
kelapa sawit dibedakan atas:
a. Dura
Varietas ini memiliki tempurung yang cukup tebal yaitu antara 2-8 mm dan tidak
terdapat lingkaran sabut pada bagian luar cangkang. Daging buah relatif tipis
yaitu 35 – 50 % terhadap buah dan daging biji lebih lebar dengan kandungan
minyak yang sedikit.

Gambar 1. Buah Dura

6
b. Pisifera
Ketebalan cangkang sangat tipis, bahkan hampir tidak ada tetapi daging buahnya
tebal, lebih tebal dariDura dan daging bijinya sangat tipis.

Gambar 2. Buah Pisifera


c. Tenera
Varietas ini merupakan hasil dari persilangan antara Dura dan Pisifera. Oleh
karena itu sifatnya adalah gabungan antara keduanya, yaitu cangkang sudah
menipis dan daging buahnya tebal. Varieties inilah yang banyak ditanam di areal
perkebunan pada saat ini.

Gambar 3. Buah Tenera

7
Berdasarkan warna kulit, buah kelapa sawit dibedakan atas tiga varietas
kelapa sawit yang terkenal. Varietas-varietas tersebut adalah :
a. Nigrescens yaitu buah berwarna violet sampai hitam waktu muda dan menjadi
merah-sampai kuning (orange) sesudah matang.

Gambar 4. Varietas Nigrescens


b. Virescens yaitu buah berwarna hijau waktu muda, menjadi merah kuning sesudah
matang.

Gambar 5. Varietas Virescens


c. Albescens yaitu buah muda warna kuning pucat tembus cahaya karena
mengandung sedikit karoten.
Bentuk yang dipakai pada tanaman komersial adalah Nigrescens, sedangkan
bentuk lainnya dipakai dalam program penelitian. Baik dalam produksi maupun
dalam kualitas, varieties Nigrescens adalah yang terbaik.
3.4 Morfologi Kelapa Sawit
Kelapa sawit merupakan tanaman yang nyata memperlihatkan diferensiasi dalam
tiga bagian pokok yaitu akar, batang dan daun. Bagian lain dipandang sebagai
jelmaan salah satu atau dua bagian pokok yang telah mengalami metamorfosa
(berganti bentuk, sifat dan mungkin juga fungsinya bagi tanaman) dianggap sebagai
jelmaan dari batang dan daun seperti kuncup, bunga dan duri.

8
3.4.1 Akar (Radix)
Akar pertama yang muncul dari biji yang telah berkecambah adalah radikula
yang panjangnya mencapai 15 cm, mampu bertahan sampai 6 bulan. Dari radikula
akan muncul akar yang lainnya yang bertugas mengambil air dan unsur hara dari
media tumbuh namun masih perlu dibantu dari cadangan makanan yang ada pada
endosperm. Cadangan makanan telah habis pada endosperm ditandai dengan lepasnya
biji. Dari akar primer ini tumbuh akar sekunder yang tumbuh horizontal yang
kemudian tumbuh akar tersier dan kuarter yang berada dekat pada permukaan tanah,
akar inilah yang paling aktif mengambil unsur hara dan air dari tanah, akar-akar
tersebut berada pada 2-2,5 m dari pangkal pokok atau diluar piringan dan merupakan
daerah sebaran pupuk, serta terdapat pada kedalaman 0-20 cm.
3.4.2 Batang (Caulis)
Batang kelapa sawit tumbuh tegak lurus (phototropi) dibungkus oleh pelepah
daun (frond base). Batang ini berbentuk silindris berdiameter 45-60 cm pada tanaman
dewasa bagian bawah yang membesar disebut bonggol batang (bowel). Sifat batang
yang phototropi dan heliotrope maka pada keadaan terlindung, tumbuhnya akan lebih
cepat tetapi diameter batangnya akan lebih kecil.
Kecepatan pertumbuhan batang dipengaruhi oleh pupuk yang diberikan, umur,
iklim, kerapatan tanam dan lain-lain.Tinggi atau rendahnya tanaman tidak
mencerminkan produksi karena tidak ada diperoleh korelasinya. Biasanya kecepatan
tumbuh 35-75 cm/tahun.Pada umur 3 tahun batang belum terlihat karena belum
ditunas/pruning. Pada umur 25 tahun tinggi batang mencampai 13-18 m.
3.4.3 Daun (folium)
Daun (folium) pertama yang keluar pada stadia bibit adalah berbentuk
lancolate, kemudian muncul bifurcate dan menyusul bentuk pinnate. Pada bibit
berumur 5 bulan misalnya akan dijumpai 5 landceolate, 4 bifurcate dan 3 pinnate.
Pada umur 12 bulan akan ada landceolate, 4 bifurcate dan 10 pinnate.
Daun kelapa sawit memiliki rumus 1/8 atau 3/8. Lingkaran atau spiralnya ada
yang berputar kekiri dan ada yang berputar kekanan. Pengenalan ini penting untuk
diketahui agar kita dapat mengetahui letak daun ke-9 dan ke-17 dan lain-lain yang
dipakai sebagai standar pengukur pertumbuhan maupun pengambilan contoh daun

9
dan pengamatan lainnya.Produksi pelepah bergantung umur tanaman. Produksi
pelepah daun selama setahun dapat mencapai 20-30/tahun, kemudian akan berkurang
sesuai dengan umur menjadi 18-25/tahun. Panjang pelepah ini dapat bervariasi
tergantung pada tipe varietas dan kesuburan tanah.
Jumlah anak daun pada setiap sisinya dapat mencapai 125-200. Anak daun
pada tengah pelepah dapat mencapai 1,2 m berat satu pelepah dapat mencapai 4,5 kg
berat kering. Pada satu pohon dapat dijumpai 40-50 pelepah.Luas permukaan daun
sering dipakai untuk tujuan pengamatan dengan rumus.
Luas permukaan daun dapat mencapai 10-15 m2 pada tanaman dewasa yang
berumur 10 tahun atau lebih.Untuk mencapai produksi yang baik maka luas
permukaan daun yang optimal adalah 11 m2 bergantung pada persilangannya.
Tanaman kelapa sawit daunnya berbentuk didekat titik tumbuh yang biasanya
akan tumbuh 2 lembar daun setiap bulan. Dimana pertumbuhan daun awal dan
berikutnya akan berbentuk sudut 135°.
3.4.4 Bunga (flower)
Tanaman kelapa sawit dilapangan mulai berbunga pada umur 12–14 bulan.
Tetapi baru ekonomis untuk dipanen pada umur 2,5 tahun. Dari setiap ketiak daun
keluar satu tandan bunga jantan atau betina.Pada tanaman muda sering dijumpai
bunga abnormal atau bunga banci (hermaprodit) yaitu bunga yang memiliki dua alat
kelamin. Bunga andromorfik yaitu secara morfologi adalah bunga jantan tetapi pada
sebagian spikeletnya dijumpai bunga betina yang dapat membentuk buah sawit kecil.
Disamping itu dijumpai buah parthenocarpi yaitu stigma yang tidak sempurna
penyerbukannya sehingga buah yang terbentuk layu dan gugur. Persentase bunga
abnormal sangat kecil yaitu kurang dari satu bunga setiap pokok.
Sex Diferensiesi terjadi 17–25 bulan sebelum antesis dan setelah antesis
membutuhkan waktu 5–6 bulan baru matang panen. Secara visual tandan bunga
jantan atau betina baru dapat diketahui setelah muncul dari ketiak daun yaitu 7–8
bulan sebelum matang 1-2 bulan sebelum anthesis.
Tandan bunga betina dibungkus oleh seludang yangakan pecah15–30 hari
sebelum anthesis. Satu tandan bunga betina memiliki 100-200 spikelet dan setiap
spikeletnya 15–20 bunga betina dan akan diserbuki tepung sari. Pada tandan tanaman

10
dewasa dapat diperoleh 600-2000 buah tergantung pada besarnya tandan dan setiap
pokok dapat menghasilkan 15–25 tandan/pokok/tahun.
Tandan bunga jantan juga dibungkus oleh seludang bunga yang pecah jika
akan anthesis seperti bunga betina. Tiap tandan bunga memiliki 100-200 spiklet yang
panjangnya 10-20 cm dan diameter 1-1,5 cm. Tiap spiklet berisi 500-1500 bunga
kecil yang akan menghasilkan tepung sari jutaan banyaknya, tandan bunga yang
sedang anthesisi berbau tajam. Tiap tandan bunga jantan akan menghasilkan tepung
sari sebanyak 40-60 g. Pada tanaman muda jumlah tandan bunga jantan lebih sedikit
dibandingkan bunga betina dan perbandingan ini akan berubah sesuai dengan
penambahan umur tanaman.
Perkembangan tandan bunga betina sejak anthesis sampai matang hasil
pengamatan di Marihat menunjukan hasil sebagai berikut :
1. Daging buah (Mesocarpium).
Sampai tiga bulan setelah anthesis warnanya masih putih kekuningan,
menunjukan bahwa masih terdiri dari air, serat, dan klorofil dan minyak belum
terbentuk.
2. Cangkang atau Tempurung
Sebulan sesudah penyerbukan cangkang telah terbentuk meski sangat tipis dan
lembut.Pengerasan berlangsung terus-menerus dan pada umur tiga bulan
cangkang sudah mulai mengeras, warna berubah dari putih menjadi coklat muda.
3. Inti (Endocarpium atau Nukleus Seminis)
Pada umur dua bulan terjadi perubahan dari cair menjadi agar-agar dan pada
umur tiga bulan inti sudah terbentuk padatan yang agak keras.
d. Lembaga (Embrio)
Pada usia tiga bulan Embrio belum kelihatan dengan mata. Selanjutnya akan
tampak seperti titik putih sepanjang 1,5 mm yang dengan cepat bertambah besar.
Pada umur tiga bulan telah mencapai 3 mm dan terbentuk bagian warna kuning
dan putih. Pada umur 3,5 bulan panjangnya mencapai 3,5 mm.
3.4.5. Buah
Berat satu buah yang sudah matang tergantung juga pada tipe induknya yaitu
antara 13-30 gram dengan panjang buah 5 cm. Kematangan buah kelapa sawit

11
dibedakan menjadi, matang morfologis yaitu buah telah sempurna bentuknya serta
kandungan minyak sudah optimal, dan matang fisiologis adalah kematangan buah
yang sudah lebih lanjut yaitu telah siap tumbuh dan berkembang, biasanya setelah
satu bulan sesudah matang morfologis. Fraksi tandan yang baik adalah 2 dan 3, tetapi
tentu tidak akan diperoleh 100%. Panen dikatakan baik jika dapat mengumpulkan
fraksi 2 dan 3 sebanyak 65%, fraksi 1 maksimal 20% dan fraksi 4 maksimal 14%.
3.5. Syarat Tumbuh Tanaman Kelapa Sawit
Pertumbuhan dan produktivitas tanaman kelapa sawit dipengaruhi oleh
banyak faktor, baik faktor luar maupun faktor dalam tanaman kelapa sawit itu sendiri,
antara lain jenis atau varietes tanaman tersebut. Sedangkan faktor luar adalah sebagai
berikut:
3.5.1. Iklim
Faktor–faktor iklim yang penting adalah suhu, curah hujan, intensitas
penyinaran, dan angin. Faktor–faktor ini sepintas lalu tampak berbeda jelas satu sama
lain, tetapi pada kenyataanya berkaitan erat dan saling mempengaruhi.
3.5.2. Curah hujan
Curah hujan merupakan kompenen iklim terpenting terhadap kriteria
kesesuaian iklim.Kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada daerah tropika basah
disekitar lintang Utara–Selatan 12º pada ketinggian 0–500 m dari atas permukaan air
laut. Jumlah curah hujan yang baik adalah 1.750–3.000 mm/tahun, tidak memiliki
defisit air, hujan agak merata sepanjang tahun hal ini bukan berarti kurang dari 1.750
mm tidak baik, karena kebutuhan efektifnya 1.300–1.500 mm.
3.5.3. Temperatur
Temperatur yang optimal untuk tanaman keapa sawit adalah 24-28º C,
terendah 18º C dan tertinggi 32º C. kelembaban 80 % dan penyinaran matahari 5–7
jam/hari. Pada beberapa daerah seperti Riau, Jambi, Sumatera Selatan sering terjadi
penyinaran matahari kurang dari 5 jam pada bulan tertentu. Hal ini dapat
menyebabkan rusaknya jalan (becek), sehingga menghambat kegiatan-kegiatan
pemeliharaan tanaman.

12
Kelembaban rata-rata yang tinggi akan merangsang perkembangan penyakit.
Ketinggian dari permukaan laut yang optimal adalah 0-400 meter pada ketinggian
yang lebih pertumbuhan akan terhambat dan prodiksi lebih rendah.
3.5.4. Intensitas Penyinaran
Sinar matahari sangat penting dalam kehidupan tumbuhan, karena merupakan
salah satu syarat mutlak bagi terjadi proses fotosinteis. Untuk pertumbuhan kelapa
sawit yang optimal diperlukan sekurang-kurangnya 5 jam penyinaran per hari
sepanjang tahun. Meskipun sebaiknya selama beberapa bulan terdapat 7 jam
penyinaran per hari, tetapi intensitas menunjukan bahwa diberbagai wilayah, kelapa
sawit yang lama penyinaranya diluar batas-batas tersebut dapat diperoleh
produktifitas yang memadai.
Disamping lama penyinaran, aspek penyinaran lain yang penting adalah
intesitasnya. Didaerah-daerah yang intesitasnya penyinaranya rendah, misalnya karna
pohon-pohon kelapa sawit ternaungi, atau jarak tanam yang terlalu rapat, sebagian
dari karangan bunga akan gugur (aborsi) sehingga produktifitas kebun menurun.
3.5.5. Angin
Kecepatan angin 5-6 kilometer per jam sangat baik untuk membentuk proses
penyerbukan. Angin yang terlalu kencang akan menyebabkan tanaman baru doyong
atau miring.
3.5.6. Tanah
Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh pada berbgai jenis tanah seperti
Podsolik, Latosol, Hidromorfik kelabu, Regosol, Andosol, Organosol, dan Alluviel.
Sifat fisik tanah yang baik untuk kelapa sawit adalah :
1. Tebal solum 80 cm, solum yang tebal merupakan media yang baik bagi
perkembangan akar sehingga efesiensi penyerapan hara tanaman akan lebih baik.
2. Tekstur ringan, dikehendaki memiliki pasir 20-60 %, debu 10-40 %, liat 20-50 %.
3. pH tanah sangat terkait pada kesediaan hara yang dapat diserap oleh akar kelapa
sawit.
Kelapa sawit dapat tumbuh pada pH 4-6 namun yang terbaik adalah pH 5-
6.Tanah yang mempunyai pH rendah dapat dinaikan dengan pengapuran, namun
membutuhkan biaya yang tinggi.pH rendah ini biasanya dijumpai pada daerah pasang

13
surut terutama tanah gambut. Tanah Andosol sangat baik karna sifat kimia dan
fisiknya baik tetapi tidak begitu luas. Tanah Organosol atau gambut mengandung
lapisan yang terdiri dari bahan organik yang belum terhumifikasi lebih lanjut dan
memiliki pH rendah.
3.5.7 Tinggi Tempat dan Topografi
Kelapa sawit akan tumbuh dengan baik pada daerah dengan ketinggian 0-400
m dari permukaan laut, namun yang terbaik adalah pada ketinggian 0-200 m.
Topografi yang sesuai dengan tanaman kelapa sawit yaitu berombak-berlombang,
selain itu adanya topografi yang sangat sesuai pada tanaman kelapa sawit adalah
datar-berombak.

14
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Pembibitan
4.1.1 Pengertian Pembibitan
Pembibitan adalah suatu rangkaian kegiatan usaha yang menghasilkan bibit
tanaman kelapa sawit mulai dari kecambah hingga bibit kelapa sawit siap ditanam
dilapangan.
4.1.2 Tujuan Pembibitan
Tujuan pembibitan kelapa sawit adalah untuk menghasilkan bibit kelapa sawit
berkualitas tinggi yang harus tersedia sesuai dengan kebutuhan tahapan penanaman.
Umur bibit siap tanam yang optimum adalah 11 - 12 bulan.
4.1.3 Penentuan lokasi pembibitan
Ada beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam menentukan lokasi
pembibitan. Adapun faktor-faktor tersebut adalah:
1. Ketersediaan air yang bersih dan bermutu tinggi
2. Dekat dengan pengawasan
3. Ketersediaan media tanah top soil yang cukup untuk pengisian polybag
4. Bebas dari banjir
5. Lokasi diusahakan datar dan berdrainase baik
6. Dekat dengan areal yang direncanakan untuk dibuka
4.1.4 Sistem irigasi
Tujuan penerapan sistem irigasi adalah untuk menjamin masing-masing
polybag mendapatkan penyiraman air yang cukup (sampai jenuh) setiap hari untuk
menunjang pertumbuhan yang optimum.
4.1.5 Pelaksanaan pembibitan
Pembibitan kelapa sawit terdiri dari 2 (dua) tahap yaitu pembibitan awal (Pre
Nursery) dan pembibitan utama (Main Nursery).
4.1.5.1 Pre Nursery
Tujuan pembibitan Pre Nursery adalah agar mendapat waktu yang cukup
dalam mempersiapan pembibitan utama, mengurangi penggunaan lahan pembibitan
selama 3 bulan pertama atau untuk memiliki daun mencapai 4-5 helai daun.

15
Polybag yang digunakan untuk pengisian media tanah adalah baby polibag
berwarna hitam, tahan lapuk, berukuran 15 cm x 23cm (dalam keadaan diratakan),
ketebalan 0,25 mm dengan 2 baris lubang drainase berjarak 3 cm x 3cm, berisi lebih
kurang 1 kg tanah top soil.
Media tanah yang digunakan adalah top soil (kedalaman maksimum 30 cm)
tanah mineral dengan jenis tanah tekstur lempung. Media tanah sebaiknya di ayak
menggunakan ayakan 1 - 2 cm yang bertujuan untuk mencegah masuknya sampah-
sampah dan gumpalan-gumpalan tanah kedalam polibag. Sebelum pengisian tanah
kedalam polibag sebaiknya tanah dicampur dengan pupuk RPH (rock phosphate)
sebanyak 20 gram per polybag.

Gambar 6. Tanah mineral top soil


Beberapa kegiatan yang dilakukan selama pembibitandi Pre Nursery yaitu
sebagai berikut:
1. Pengisian polybag
Pengisian media tanah dalam polybag dilakukan empat minggu sebelum
penanaman kecambah dilakukan, pengisian tanah kedalam polibag dilakukan sampai
1cm dari bibir polybag, guncang polibag pada saat pengisian tanah untuk
memadatkan tanah, setelah seluruh polybag terisi tanah siram dengan air sampai
terlihat lembab (jenuh air).
2. Penepatan dan penyusunan polybag
Persiapan bedengan dilakukan dengan lebar 120 cm dan panjang 10 meter dapat
menampung seribu bibit, jarak antar bedengan adalah 70 cm. Tanah bedengan
sebaiknya ditinggikan lebih kurang 5 cm yang bertujuan untuk mencegah terjadinya
genangan air didalam bedengan. Pemasangan papan atau kayu pada pinggir polibag

16
bertujuan untuk menahan polybag agar tidak tumbang pada saat angin dan hujan
deras.
3. Perlakuan terhadap kecambah
Sebelum dilakukan penanaman kecambah di kebun, terlebih dahulu kecambah
harus dilakukan penyeleksian untuk membedakan kecambah nomal dan abnormal.
Adapun beberapa kriteria kecambah abnormal :
a. Radikula dan Plumula belum jelas
b. Radikula dan Plumula busuk
c. Radikula dan Plumula searah
d. Berkembangnya jamur pada kecambah
e. Kecambah rusak atau tidak normal
f. Hitung masing-masing kecambah abnormal perkantong
g. Untuk kecambah yang normal dilakukan penyemprotan fungisida 0,1 % sebelum
dilakukan penanaman.

Gambar 7. Kecambah Normal dan Kecambah Abnormal


4. Penanaman kecambah
 Penanaman kecambah harus memperhatikan posisi Radikula menghadap
kebawah dan Plumula menghadap keatas.
 Kecambah ditanam menggunakan ibu jari dengan kedalaman 2 cm dibawah
permukaan tanah polibag kemudian ditutup dengan tanah tipis, hindari
penanaman kecambah yang terlalu dalam dan terbalik.
 Setelah penanaman kecambah selesai, polobag di siram sampai batas jenuh.

17
5. Penyiraman
Teknik penyiraman dibagi menjadi dua:
a. Penyiraman menggunakan gembor (manual)
b. Penyiraman menggunakan irigasi tetes dan sumisanzui (rain tube).
Penyiraman dilakukan dua kali sehari yaitu pagi pukul 07.00 s.d 09.00 WIB dan
sore pukul 16.00 s.d 17.30 WIB. Bila malam hari hujan dengan curah hujan > 10
mm maka tidak perlu dilakukan penyiraman di pagi harinya.
6. Pengendalian gulma
Pengendalian gulma didalam polibag dilakukan dengan cara manual
(mencabut) dan tidak disarankan pengendalian gulma didalam polybag dan diluar
polibag menggunakan bahan kimia terutama yang bersifat sistemik.
7. Pengendalian hama dan penyakit
Beberapa jenis hama pada pembibitan kelapa sawitdan cara pengendaliannya
sebagai berikut:
a. Kumbang pemakan daun kelapa sawit (Apogonia dan Adoretus compressus)
Hama ini merupakan hama pemakan daun kelapa sawit yang aktif pada malam
hari. Pengendalian hama ini dilakukan dengan cara penyemprotan insektisida seperti:
sipermetrin, deltametrin, lambdasihalotrin dan betasiflutrin. Penyemprotan dilakukan
dengan menggunakan knapsack sprayer ke arah daun kelapa sawit.Penyemprotan
dilaksanakan mulai pukul 17.00 s.d 19.00 Wib.
b. Belalang
Hama belalang merupakan hama serangga dari Ordo Orthoptera yang sering
memakan daun kelapa sawit. Jenis hama belalang yang sering memakan daun kelapa
sawit di bibitan adalah Valanganigricornis. Pengendalian hama ini dilakukan dengan
cara penyemprotan insektisidaseperti:Sipermetrin, deltametrin, lambdasihalotrin dan
betasiflutrin secara merata di seluruh tanaman.
c. Tugau Merah (Ride Spider Mite)
Tugau Merah (Side Spide Mite) bewarna kuning kemerah-merahan dan
berkembang dengan cepat terutama pada saat musim kemarau. Hama ini mengisap
cairan pada bagian bawah daun yang masih muda. Apabila serangan berat daun akan
terlihat berwarna kuning-orange seperti difesiensi Mg dan daun melengkung

18
kebawah. Akibat dari serangan hama ini adalah pertumbuhan tanaman menjadi lemas
dan kerdil sehingga sangan peka terhadap infeksi berbagai jenis penyakit yang pada
akhirnya tanaman akan mati.Pengendalian hama ini dilakukan dengan cara
penyemprotan dimetoat 40 % konsentrasi 1cc air per liter yang dicampur dengan
surfaktan. Penyemprotan diarahkan pada bagian daun kelapa sawit.Rotasi serangan
berat 2 minggu sekali.
d. Kutu Putih (Mealy Bugs)
Salah satu ciri-ciri hama ini yaitu seluruh badannya diselimuti oleh lapisan
lilin (lignin) putih. Kutu ini sangat berbahaya jika mengganggu perakaran bibitan
yang menyebakan bibit terlihat pucat seperti defisiensi Nitrogen. Serangan kutu ini
terjadi pada saat musim kering atau penyiraman yang kurang efektif. Perkembangan
hama ini dibantu oleh semut, karena semut mendapatkan makanan dari hasil madu
yang dikeluarkan oleh kutu tersebut. Pengendalian dapat dilakukan dengan cara
pengaplikasian carbofuron 3% sebanyak 10 g atau carbosulfan 5% sebanyak 5 g per
bibit di tabur dipermukaan tanah bibitan.
Beberapa jenis penyakit dan pengendaliannya pada pembibitan adalah sebagai
berikut:
a. Becak daun bibitan (Curvularia sp. Cercospora sp. Helminthosporium)
Gejala Culvularia berupa bercak coklat yang dikelilingi oleh klorosis
kekuningan atau orange. Pada Helminthosporium gejala tersebut biasanya berukuran
lebih kecil. Gejala Cercospora berupa kumpulan bercak coklat yang mongering
menjadi kelabu.
Pengendalian bercak daun bibitan antara lain:
 Dilakukan pemeliharaan bibitan sesuai standar, terutama aspek pengairan, media
tanah, dan pemupukan.
 Dilakukan penyemprotan fungisida (pada Main Nursery dilakukan secara
bergantian antara fungisida sistemik dan fungisida kontak. Pada Pre Nursery
tidak dianjurkan menggunakan fungisida benomil karena akan mengakibatkan
pertumbuhan bibit menjadi terhambat, untuk bibit Pre Nursery sebaiknya
menggunakan klorotalonil, mankozeb dan tiram).

19
b. Gejala Busuk Pucuk (Spear Rot)
Gejala Busuk Pucuk (Spear Rot) ini dapat menyerang bibit kelapa sawit dan
jika tidak dikendalikan dapat menular ke pelepah lain disekitarnya, bahkan dapat
menyebabkan kematian. Penyakit ini biasanya terjadi jika bibitan sering tergenang
oleh air sehingga berkembangnya berbagai mikroorganisme yang berasosiasi dengan
penyakit ini, seperti Fusarium sp. (cendawan) dan Erwinia sp. (bakteri).
Pengendalian ini dapat dilakukan dengan antara lain :
 Pucuk yang busuk harus dicabut dan disemprot dengan pestisida.
 Apabila ada serangan, maka bibit harus diisolasi dan bibit yang mati harus
dibakar.
8. Pemupukan
Pemupukan merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk memenuhi
kebutuhan unsur hara tanaman. Pemupukan anorganik pada pembibitan dimaksudkan
untuk mencukupi kebutuhan hara tanaman agar tercapainya pertumbuhan bibit yang
optimal. Pemupukan harus dilakukan sesuai jenis dan dosis pupuk serta jadwal yang
ditentukan.
Pemupukan di Pre Nursery dilakukan pada saat umur satu bulan setelah
penanaman kecambah atau daun kedua membuka sempurna.Pemberian pupuk
dilakukan 4 kali dalam sebulan. Pemupukan dilakukan dengan cara penyemprotan
larutan pupuk menggunakan gembor atau sprayer.
Sekitar satu jam setelah pengaplikasian pupuk mist irrigation harus
dihidupkan selama 10 – 15 menit yang bertujuan untuk mencuci sisa cairan pupuk
yang menempel di ketiak daun muda untuk menghindari terbakarnya daun muda.
9. Seleksi
Pelaksanaan seleksi bibit bertujuan untuk membuang tanaman kelapa sawit
yang pertumbuhannya abnormal (afkir). Bibit abnormal atau afkir harus
dikelompokan terpisah dengan bibit yang normal agar mempermudah dalam
pemeriksaan oleh pimpinan kebun untuk dilakukan pemusnahan. Seleksi dilakukan
dua tahap, yaitu pada umur 4 - 6 minggu (tahap pertama) dan pada saat akan
dipindahkan ke Main Nursery (tahap terakhir umur 3 bulan)

20
Beberapa ciri-ciri fisik bibit abnormal atau afkir di Pre Nursery :
 Pucuk bengkok atau daun berputar (Twisted)
Kondisi ini diakibatkan oleh penanaman kecambah yang terbalik yang diketahui
dari daun-daun yang tumbuhnya melengkung membentuk setengah lingkaran.
 Daun menggulung (Rolled Leaf)
Helai daun tidak membuka secara normal menyerupai bentuk tombak, gejala berat
disebabkan oleh faktor genetik.
 Anak daun kriput / mengkerut (Crinkle Leaf)
Gejala berat disebabkan oleh faktor genetik
 Anak daun sempit dan memanjang seperti lalang (Narrow Grass Leaf)
Bibit tumbuh dengan bentuk daun yang sempit memanjang dan tegak menyerupai
daun lalang, merupakan faktor genetic.
 Ujung daun membulat seperti mangkok / melipat (Collante)
Helai daun dari bibit tidak membuka secara normal, tetapi melipat dan
menggulung. Gejala ini timbul akibat kekurangan air
 Chimera
Sebagian daun secara beragam berubah pucat atau bergaris kuning terang. Ini
disebabkan oleh faktor genetik.
4.1.5.2 Main Nursery
Transplanting ke Main Nursery dilakukan pada saat bibit berumur 3 bulan
atau memiliki bibit telah memiliki 4 - 5 helai daun. Polybag yang digunakan adalah
polybag berwarna hitam, tahan lapuk, ketebalan 0,50 mm dengan 4 baris lubang
drainase. Dalam keadaan diratakan polybag berukuran 50 cm x 40 cm yang dapat
menampung media tanah 18 - 20 kg. Tanah yang digunakan untuk mengisi polibag
adalah tanah mineral dengan tekstur pasir tidak melebihi 60 %. Pengisian tanah
dipolibag harus dipersiapkan satu bulan sebelum bibit dipindahkan.Pada saat
pengisian tanah kedalam polibag terlebih dahulu tanah dicampur dengan pupuk RPH
(rock phosphate) dengan dosis 100 gram per polybag. Polybag disusun dengan
bentuk segitiga samasisi dengan jarak 90 cm x 90 cm yang dapat menampung 12.000
bibit per hektar.

21
Beberapa kegiatan yang dilakukan selama pembibitan tahap Main Nursery yaitu
sebagai berikut:
1. Pengisian polybag
Polybag harus sudah siap terisi tanah minimal 4 minggu sebelum pemindahan
bibit dari Pre Nursery ke Main Nursery.
Cara pengisian media polybag besar
 Polybag dapat dibalik sebelum pengisian tanah yang bertujuan agar polybag
dapat berdiri tegak dengan kokoh
 Media tanah harus disaring dengan saringan 1cm x 1 cm untuk menghindari
gumpalan-gumpalan tanah, sampah, akar tanaman dan lain-lain
 Media siap di isi, setelah pengisian selesai guncang polibag agar polibag
terlihat padat dan kokoh
2. Transplanting bibit Pre Nursery ke bibit Main Nursery
 Pastikan polybag sudah tersusun benar dengan posisi tegak
 Satu hari sebelum dilakukan transplanting, siram tanah polybag besar sampai
jenuh yang bertujuan untuk memudahkan pembuatan lubang tanam
dikeesokan harinya
 Buat lubang di tengah-tengah polibag dengan menggunakan alat pelubang
(auger) yang telah dipersiapkan dengan kedalaman lebih kurang 20 cm atau
sesuai dengan tinggi tanah dalam polybag kecil
 Plastik pada polybag kecil dilepaskan dengan hati-hati untuk menghindari
pecahnya bekuan tanah dalam polibag kecil tersebut, kemudian bibit
dimasukan kedalam lubang tanam yang telah dipersiapkan, tekan sedikin
untuk memadatkan tanah dan lakukan penambahan tanah sehingga permukan
tanah polibag kecil sma dengan permukaan tanah polybag besar atau lebih
kurang 5 cm dibawah bibir polybag besar.
3. Penyiraman
Instalasi penyiraman harus dipersiapkan satu bulan sebelum dilakukan
transplanting bibit. Sistem penyiraman dalam skala besar yang dapat digunakan yaitu
sistem sprinkle, sistem sumisansui (rain tube) dan sistem inpus.
4. Hama dan penyakit

22
Serangan yang biasa menyerang bibit biasanya adalah jenis hama yang biasa
aktif dimalam hari yaitu Apogonia dan Adoratus. Pengendalian hama ini dapat
dilakukan dengan cara penyemprotan insektisida bersifat sistemik seperti bahan aktif
Chlorpyrifos dengan konsentrasi 0,1–0,2. Penyemprotan dapat dilakukan pada saat
sore menjelang malam hari dengan frekuensi 1 minggu sampai terlihat serangan
menurun.
Serangan lain yang biasa menyerang bibit adalah sejenis hama Thrips (kutu)
Ride Spider Mite (Tungau Merah). Pengendalian hama ini dapat dilakukan dengan
cara penyemprotan Confidor 25 EC dengan konsentrasi 0,1–0,2 %. Penyemprotan
fungisida dapat dilakukan apabila terjadi serangan jamur seperti Curvularia sp. dan
Corticum sp. Pengendalian dapat dilakukan dengan menggunakan fungisida Dithane
(b.a. mankozeb) dengan dosis 2gram/liter. Serangan berat dapat dilakukan
penyemprotan fungisida seminggu sekali, Untuk serangan sedang dapat dilakukan
penyemprotan fungisida 2 minggu sekali, Untuk serangan ringan dan preventif dapat
dilakukan penyemprotan fungisida sebulan sekali.
5. Pengendalian gulma
Pengendalian gulma dapat dilakukan secara manual dan khemis. gulma di
Main Nursery menggunakan Herbisida bahan aktif Paraquat. Penyemprotan
diwajibkan menggunakan sungkup pada alat semprot, tinggi nozzle lebih rendah dari
polybag yang bertujuan untuk mencegah terjadinya kerusakan tanaman akibat
terkenanya semprotan Herbisida.
6. Pemupukan di Main Nursery
Pada saat transplanting dari Pre Nursery ke Main Nursery biasanya bibit
mengalami stress menjadi agak layu dan kekuningan. Untuk itu bibit perlu disemprot
dengan larutan 8 gram urea dalam 18 liter air untuk 100 bibit.
Pemupukan di Main Nursery dilakukan setiap bulan dengan jenis pupuk dan
dosis yang telah ditentukan perusahaan (SOP).Pupuk dan dosis yang digunakan setiap
bulannya secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 1.

23
Tabel 1. Jenis dan dosis pupuk di pembibitan utama.
jjjj
Umur / bulan Jenis pupuk Dosis (garam / bibit)
4 NPK Compound 15 : 15 : 6 : 4 10
5 NPK Compound 12 : 12 : 17 : 2 10
6 NPK Compound 12 : 12 : 17 : 2 10
7 NPK Compound 12 : 12 : 17 : 2 20
8 NPK Compound 12 : 12 : 17 : 2 30
9 NPK Compound 12 : 12 17 : 2 30
Kieserite 15
10 NPK Compone 12 :12 :17 : 2 40
11 NPK Compone 12 : 12 : 17 : 2 40
Kiesrite 30
12 NPK Compone 12 : 12 : 17 : 2 60
Kiestrite 30
13 NPK Compone 12 : 12 :17 : 2 60
14 NPK Compone 12 : 12 : 17 : 2 60

Gambar 9. Pemupukan NPK di Main Nursery


7. Seleksi
Pelaksanaan seleksi bibit bertujuan untuk membuang tanaman kelapa sawit
yang abnormal atau afkir. Bibit abnormal atau afkir dikumpulkan dan dikelompokan
secara terpisah untuk diperiksa oleh pimpinan kebun.

24
Seleksi bibit dilakukan dengan beberapa tahap yaitu ketika bibit berumur 6
bulan, 9 bulan dan 12 bulan pada saat transplanting ke lapangan. Cara-cara
pelaksanaan seleksi bibit di Main Nursery:

 Seleksi bibit-bibit abnormal atau afkir dan pisahkan dari yang normal
 Catat dan membuat berita acara semua bibit abnormal atau afkir
 Musnahkan bibit abnormal atau afkir, jumlah bibit abnormal atau afkir di
pembibitan Main Nursery berkisar 10 – 15 %.
Dari kegiatan seleksi akan diketahui bibit yang normal dan yang afkir. Ciri-ciri bibit
abnormal di Main Nursery:
 Kerdil (Runt atau Stunted)
Bibit yang pertumbuhan vegetatifnya terhambat atau jauh lebih kecil dibanding
bibit-bibit yang lainnya.
 Bibit Erect
Bibit ini diakibatkan oleh faktor genetik, daun yumbuh dengan sudut yang sangat
sempit atau tajam sehingga terlihat tumbuh tegak dan sangat kaku.
 Bibit Layu dan Lemah (Limp)
Pelepah dan helai daun tampak lemah / layu, bibit secara keseluruhan pucat dan
pertumbuhan daun muda cenderung lebih pendek dari yang seharusnya.
 Bibit Flat Top
Bibit ini diakibatkan oleh faktor genetik, daun yang baru tumbuh dengan ukuran
yang makin pendek dari daun yang lebih tua, sehingga tajuk bibit terlihat rata.
 Short Internode
Jarak antara anak daun pada tulang pelepah (rachis) terlihat sangat dekat dan
bentuk pelepah sangat pendek.
 Wide Internode
Jarak antara anak daun pada rachis terlihat sangat leber, bibit sangat terbuka dan
lebih tinggi dari yang normal.
 Anak Daun Sempit (Narrow Leaf)
Bentuk helai anak daun tampak sempit dan tergulung sehingga berbentuk seperti
jarum

25
 Anak Daun Tidak Membelah (Juvenile)
Anak daun tidak membelah atau tidak pecah
 Daun Berkerut (Crinkle Leaf)
Daun berbentuk tingkatan kerutan-kerutan, gejala berat disebabkan oleh faktor
genetik, gejala ringan disebabkan oleh kekurangan air (water stress)
 Chimera
Sebagian atau seluruh daun secara beragam berubah menjadi pucat atau bergaris
kuning terang.
 Bibit Terserang Crown Disease
Bibit ini diakibatkan oleh faktor genetik, pelepah menjadi bengkok, mengering
dan mudah patah.
4.2 Pemeliharaan Tanaman Kelapa Sawit
4.2.1 HamaKumbang Tanduk (Oryctes rhinoceros)
Hama adalah hewan yang menggangu, merusak tanaman budidaya sehingga
menimbulkan kerugian secara ekonomis. Berikut adalah penjelasan mengenai
berbagai jenis hama yang banyak di temukan di areal perkebunan kelapa sawit serta
cara pengendalain dan pemberantasannya.
Jenis kumbang yang menyerang tanaman kelapa sawit adalah Oryctes
rhinocerros. Kumbang tersebut menyerang tanaman TBM (Tanaman Belum
Menghasilkan), dan tanaman TM (Tanaman Menghasilkan). Ciri-ciri dari kumbang
tanduk yang menyarang tanaman kelapa sawit adalah sebagai berikut:
 Kumbang: Berukuran 4 cm dan berwama coklat tua. Pada bagian ujung kepala
kumbang jantan terdapat sebuah tanduk kecil, sadangkan pada ujung perut jenis
betina terdapat sekumpulan bulu kasar.
 Larva: Berupa tempayak besar, berwarna putih dan berbentuk khas keluarga ini.
Tubuhnya berbentuk silinder, gemuk dan berkerut-kerut, melengkung membentuk
setengah lingkaran. Kepala keras dilengkapi dengan rahang yang kuat.
 Pupa:Berwarna coklat kekuningan, berkembang dalam selubung yang dibuat oleh
larva dengan menggunakan bahan-bahan yang terdapat di sekitar tempat
hidupnya.

26
Gambar 10. Oryctes rhinoceros.
Biologi

Siklus pertumbuhannya berlangsung sekitar 5-6 bulan. 2 minggu inkubasi, 3 instar


larva dan pre pupa berlangsung 3-4 bulan.
Larva berkembang pada kayu lapuk, kompos, dan pada hampir semua bahan
organik yang sedang mengalami proses pembusukan dengan kelembaban yang cukup.
Batang kelapa sawit dan kelapa yang membusuk adalah tempat yang baik untuk
tempat hidup larva ini.

Gambar. 11Larva Oryctes


4.2.1.1 Kerusakan akibat serangan hama kumbang tanduk
Kumbang hanya meninggalkan tempat bertelurnya pada malam hari untuk
menyerang pohon kelapa sawit. Kumbang ini membuat lubang di dalam pupus daun
yang belum membuka, dimulai dari pangkal pelepah. Apabila nantinya pupus yang
terserang itu membuka, akan terlihat tanda serangan berupa patongan simetris di
kedua sisi pelepah daun tersebut. Pada tanaman muda, serangan hama ini akan
menghambat pertumbuhan dan bahkan dapat mematikan tanaman kelapa sawit paska
tahun pertama di perkebunan.

27
4.2.1.2 Pemantauan dan tingkat populasi kritis
Pemantauan populasi hama ini dilakukan secara teratur tiap bulan, terhadap 15
% dari jumlah keseluruhan tanaman (setiap 6 baris diambil 1 baris sebagai contoh).
Apabila ditemukan 3-5 ekor kumbang atau banyak bekas serangan baru selama 2
tahun pertama setelah masa tanam di perkebunan, maka pemberantasan harus
dilakukan. Serangan kurang berbahaya setelah tanaman berumur lebih dari 2 tahun
diperkebunan. Mulai saat itu tingkat populasi kritis dinaikkan menjadi 15-20 ekor.
4.2.1.3 Tindakan pemberantasan
1. Pengumpulan kumbang secara manual dari lubangnya pada tanaman yang
terserang.
2. Dengan menggunakan alat kait dari kawat. tindakan ini dilakukan tiap bulan
untuk populasi 3-5 ekor/ha/bulan,setiap 2 minggu untuk 5-10 ekor, dan setiap
minggu untuk 10 ekor keatas.
3. Penghancuran tempat peletakan telur secara manual. lni dapat dilakukan jika
jumlahnya masih terbatas.
4. Pemberantasan secara kimia : menyumbat tajuk daun dengan insektisida butiran
Karbofuran sebanyak (0,3 g bahan aktif per pohon). Perlakuan ini harus diulang
setiap bulan bahkan sampai 2 kali sebulan.
5. Pengendalian biologis : semprot tempat penetasan telur dengan larutan patogen
yakni jamur Metarrhizium anisopliae dan virus Baculovirus oryctes. Namun cara
ini tak dapat dianggap sebagai obat yang manjur.
4.2.1.4 Pengendalian di Lapangan
a. Pengendalian langsung dilakukan apabila ditemukan tanaman yang terserang.
Tindakan yang dilakukan :
1. Manual : TBM, TM yang masih terjangkau dengan cara manual
2. Kimia : TBM, TM yang masih terjangkau dengan Knapsack Sprayer
3. Feromon : TBM, TM
4. Breeding Site : TBM, TM

b. Oryctes sp. yang ada di dalam lubang gerekan dikutip menggunakan alat
pengait, selanjutnya kumbang dimusnahkan. Rotasi dilakukan 3 hari sekali pada
areal yang telah ada serangan.

28
c. Pada tanaman yang terserang dan kondisi pucuk mengering, segera
dilakukan pembuangan pucuk dan pelepah lain yang rusak, agar sinar matahari
dapat langsung mengenai daerah serangan untuk menghambat serangan patogen
sekunder.

d. Pembasmian menggunakan pestisida:


1. Karbofuron dengan dosis 20 gr per pohon, diletakkan di ketiak daun dengan
rotasi 1 kali sebulan.
2. Areal yang masih terjangkau dengan Knapsack Sprayer disemprot
Cypermethrin konsentrasi 1,4 % sebanyak 100 cc larutan per pohon dari
pucuk sampai 2 pelepah di bawahnya.
e. Setelah dua minggu penyemprotan dilakukan sensus:
1. Jika populasinya > 5 ekor per ha maka dilakukan penyemprotan kembali
dengan interval 2 minggu, diulangi sampai populasi < 5 ekor per ha
2. Jika populasi < 5 ekor per ha dilakukan tindakan manual
f. Pengendalian dengan menggunakan Feromon:
1. Dilakukan apabila populasi Oryctes sp. didominasi stadia imago aktif
2. Volume satu kantong plastik (sachet) berisi Feromon 1 ml yang habis dalam
waktu  2 bulan (SlowRelease). Satu kantong digunakan untuk pengendalian
10 ha
3. Plastik Feromon digantungkan pada bagian atas lembar seng yang dipasang
pada bagian atas ember. Untuk mencegah genangan air hujan, di dasar ember
diberi lubang kecil-kecil.

29
4. Ember yang berisi Feromon digantung di lapangan. Pada areal TBM ember
diletakkan pada ketinggian sedikit di atas tajuk tanaman. Setiap 2 hari
dilakukan penghitungan jumlah Oryctessp. yang terperangkap dan selanjutnya
dimusnahkan.
g. Pengendalian dengan cara pembongkaran Breeding Site
1. Breeding Site merupakan areal dengan tumpukan bahan organik yang tinggi,
seperti aplikasi tandan kosong yang menumpuk, bekas timbunan buah busuk,
batang kelapa sawit/kelapa eks replanting, pohon yang lapuk, fiber.
2. Langkah yang dilakukan berupa identifikasi semua lokasi tumpukan tersebut.
Breeding Site yang menumpuk harus dibongkar. Hasil bongkaran bahan
organik harus disebar merata dan tidak boleh ada penumpukan lagi Larva dan
kumbang dikumpulkan, jumlahnya dicatat, selanjutnya dimusnahkan.
Pembongkaran dilakukan sampai tidak ditemukan lagi larva dan kumbang.
4.2.2 Ulat Kantong
Ada tiga jenis ulat kantong yang biasa menyerang tanaman, yaitu
Mahasenacorbetti, Metisaplana, Cremato sp. Dan hisapendul. Stadia Ulat
Metisaplana berlangsung sekitar 50 hari, ulat berukuran 12 mm dengan panjang
kantong 15-17 mm. Sementara itu, stadia ulat Mahasena corbetti berlangsung srekitar
80 hari, ulat stadia instar akhir berukuran 30-35 mmdengan panjang kantong 30-50
mm. Penyebaran hama ini sangat cepat karena sifatnya yang mudah berpindah dari
satu daun ke daun yang lainnya.

30
Serangan ulat kantong menyebabkan daun tidak utuh, rusak, dan berlubang-
lubang. Kerusakan helai daun mulai dari lapisan epidermisnya. Kerusakan lebih
lanjut mengeringnya daun yang menyebabkan tajuk bagian bawah bewarna abu-abu
dan hanya daun muda yang masih bewarna hijau. Kerusakan oleh hama ini dapat
menimbulkan penyusutan produksi sampai 40%. Pembrantasan dapat dilakukan
secara kimia dengan penyemprotan insektisida berbahan aktif endosulfan 330,9 g/l,
yaitu Thiodan 35 EC dengan dosis 0,8 kg/ha. Sementara itu, pembrantasan biologi
dapat dilakukan dengan penyebaran predator dan parasit.

Gambar 12. Mahasena corbetti


4.2.3 Gulma
Gulma secara umum didefinisikan sebagai tumbuh-tumbuhan berbahaya yang
tumbuhnya tidak diinginkan di areal tanaman yang dipelihara, karena bersaing
dengan tanaman inang dalam hal pengambilan unsur hara, air dan cahaya serta dapat
mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman. Gulma secara umum
digolongkan kedalam 4 kelompok, sebagai berikut :
a. Gulma berdaun lebar (Broad Leaf), dibagi lagi menjadi :
1. Gulma berdaun lebar (Broad Leaf)
2. Gulma semak berkayu (Brush Weed)
3. Gulma merambat (Creepers)
b. Gulma rumput-rumputan (Grasses)
c. Gulma teki-tekian (Sedges)
d. Gulma pakisan (Ferns)

31
4.2.3.1 Metode Pengendalian Gulma
Beberapa cara yang sering digunakan dalam pengendalian gulma, adalah :
1. Mekanis, contohnya secara manual (ditebas, menggunakan cangkul dan dicabut)
2. Khemis, dengan menggunakan herbisida
3. Terpadu, dengan cara penggabungan kedua cara tsb, contohnya ditebas dan dioles
herbisida.
4.2.3.2 Penggolongan Herbisida
Herbisida dibedakan menjadi 2 yaitu:
a. Herbisida kontak, yaitu herbisida yang langsung merusak jaringan tanaman yang
terkena semprotan bahan kimia dan menyebabkan jaringan tersebut mati. Kurang
efektif dan efisien untuk gulma yang mempunyai regrowth tinggi. Contohnya:
Paraquat
b. Herbisida sistemik, herbisida yang cara kerjanya memasukii jaringan tanaman dan
merusak sistem pertumbuhan tanaman. Herbisida ini reaksinya agak lambat,
namun regrowth gulma tidak ada.Contohnya Dalapon, Glyphosate, Glufosinate-
ammoniu,Fluozifop-butyl, Triclopyr, Sulphosate.
Sesuai dengan waktu penggunaannya, herbisida dibedakan menjadi :
a. Herbisida pra tumbuh (Pre Emergence), yaitu herbisida untuk mencegah
pertumbuhan biji dan rhizome.Contohnya: Diuron, Amertryne
b. Herbisida purna tumbuh (post emergence), yaitu herbisida untuk menghambat dan
mematikan pertumbuhan tanaman.Contohnya: 2,4-D amine, Picloram, Triclopyr.
Agak toleran terhadap Paraquat dan Glyphosate.
4.2.3.3 Kalibrasi Dalam Penyemprotan Gulma
Kalibrasi adalah suatu cara untuk menghitung berapa banyak racun/pestisida
dan air, dan berapa lama waktu yang digunakan untuk mengendalikan gulma. Flow
rate adalah banyaknya air yang keluar dari lubang nozzle per menit. Volume semprot
adalah banyaknya air yang dibutuhkan persatuan luas.Dosis adalah banyaknya
racun/herbisida yang digunakan per satuan luas(per hektar blanket, per hektar
piringan, per hektar, pasar pikul). Konsentrasi larutan adalah banyaknya pestisida per
liter air dalam satuan persen.

32
Cara penghitungan dosis herbisida per hektar piringan dan mencari volume
semprotnya.
Diketahui: Herbisida merk dagang DEJAVU b.a fluroksipir meptil ester 288 g/L.
Dosis 2 - 3 L/Ha
Diameter pokok : 1,5 m
Lebar piringan : 2,5 m
Volume semprot : 450 L/Ha
Luas areal semprot : 10.000 m
Maka :
Untuk memperoleh dosis herbisida per hektar piringan.

r = 2,5 m

d =1,5m

𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑏𝑎𝑡𝑎𝑛𝑔 = 𝜋𝑟 2
Luas batang = 3,14 x (0,75)2
Luas batang = 0,5625
r = Jari jari piringan + jari jari batang
r = 2,5 + 0,75
= (3,25)2
𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑝𝑖𝑟𝑖𝑛𝑔𝑎𝑛 = 𝜋𝑟 2
Luas piringan= 3,14 x (3,25)2
= 3,14 x 10,56
=33,16
33,16 - 0,56 = 32,60
32,60 x 136 pokok kelapa sawit per hektar = 4434
Dosis per hektar
= Luas areal semprot ÷ 10.000 x dosis anjuran

33
= 0,44 x 2000 cc
=886 cc/Ha piringan.
Mencari volume semprot/Ha piringan = luas areal semprot÷ 10.000 × 450 liter
= 44 ÷ 10,000 × 450 liter
= 199 liter air per hektar piringan.
Menghitung dosis herbisida per hektar pasar pikul
250m + 250m +125m = 625 m + 1,2 m
=750 m lebar pasar pikul
yang diiunginkan

750÷ 10000 x 2 liter = 150 cc per hektar pasar pikul.


4.2.4 Penyakit
Penyakit adalah suatu penyimpangan sifat alami tanaman yang menyebabkan
pertumbuhan tanaman kelapa sawit terganggu bahkan dapat menyebabkan kematian
pada tanaman kelapa sawit. Penyakit biasanya disebabkan oleh virus, jamur, bakteri,
dan sebagainya. Beberapa contoh penyakit pada bibit dan tanaman kelapa sawit
adalah sebagai berikut :
4.2.4.1 Bercak daun pada bibitan
(Curvularia sp.Cercospora sp. dan Helminthosporium)
Sering ditemukan menyerang tanaman di bibitan yang tidak dirawat sesuai
standard.Gejala Curvularia berupa bercak spot-spot coklat (atau kumpulan spot
coklat) yang dikelilingi oleh klorosis kekuningan atau orange. Pada
Helminthosporium gejala tersebut biasanya lebih kecil.Gejala Cercospora berupa
bercak spot-spot coklat (atau kumpulan spot coklat) yang mengering menjadi kelabu.

34
Gambar 13. Curvularia sp.
4.2.4.2 Pengendalian bercak daun bibitan

a. Dilakukan pengelolaan bibitan sesuai standar, terutama aspek pengairan, media


tanah, dan pemupukan.

b. Pengendalian dilakukan dengan aplikasi fungisida:


 Main Nursery dilakukan secara bergantian antara fungisida sistemik dan non
sistemik
 Pre Nursery hanya digunakan fungisida kontak seperti Klorotalonil dan
Mancozeb.

c. Beberapa fungisida yang direkomendasikan antara lain: Benomyl, Hexaconazole,


Mankozed, Klorotalonil. Fungisida diaplikasikan secara bergiliran dengan
konsentrasi 0.1 s/d 0.3 % dilakukan setiap minggu

d. Apabila gejala serangan sangat parah, bibit harus diisolasi dan diberikan
perlakuan fungisida seperti Bab 6.2.1.1c.

e. Bibit yang mati agar dikumpulkan dan dimusnahkan

f. Penentuan tindakan kuratif dilakukan oleh asisten bibitan setelah berkoordinasi


dengan EM. Jika ada keraguan dalam pengambilan keputusan dapat menghubungi
Riset.

35
4.2.4.3 Penyakit Busuk Pucuk disebabkan oleh JamurPhytophthora palmivora
Penyakit busuk pucuk terjadi di karenakan akibat dari serangan hama
kumbang. Pucuk tanaman kelapa sawit yang telah dimakan oleh kumbang tersebut di
serang oleh penyakit yang disebabkan oleh Cendawan phytophthora. Penyakit ini
dapat di cegah dengan penyemprotan fungisida0,3 % pada bagian pucuk tanaman
kelapa sawit.

Gambar 14. Busuk pucuk pada tanaman kelapa sawit

36
4.3 Kesatuan Contoh Daun / Leaf Sampling Unit
4.3.1 Latar Belakang
Produksi kelapa sawit yang maksimal dapat tercapai apabila terpenuhi
kebutuhan unsur hara tanaman itu sendiri. Analisa daun merupakan salah satu alat
untuk mengetahui kebutuhan tanaman terhadap status unsur hara. Analisa daun yang
akurat harus ditunjang dengan sistem pengambilan daun/Leaf Sampling Unit (LSU)
yang tepat di lapangan. Ketelitian, kebenaran dan kejujuran mutlak diperlukan dalam
pengambilan contoh daun.
Ketepatan dalam melakukan LSU akan memberikan rekomendasi pemupukan
yang baik sesuai kebutuhan tanaman. Oleh karena itu pengetahuan tenaga pengamat
dan sistem pengawasan yang benar menjadi mutlak harus dilakukan untuk
mendapatkan hasil yang maksimal.
4.3.2 Pemilihan Unit Areal Untuk LSU
LSU adalah unit areal dimana contoh daun diambil untuk dianalisa di
laboratorium. Hasil analisa tersebut merupakan salah satu komponen yang sangat
penting dalam penentuan rekomendasi dosis pemupukan pada areal tersebut.
Satu LSU harus mempunyai kondisi yang relatif seragam dalam (a) umur tanaman
(tahun tanam), (b) tipe tanah, (c) tindakan agronomis, (d) drainase, (e) topografi dan
(f) bahan tanaman
4.3.3 Penentuan Jumlah Pohon
a. Setiap blok akan diambil ± 30 pohon contoh.
b. Pelaksanaan pengambilan contoh daun dilakukan dengan sistem “perhitungan
tertentu” tergantung luas blok, misalnya sistem 12 x 11, 12 x 10, 8 x 7 (baca : 12
(baris) x 11 (pohon) = barisan yang dipilih setiap 12 baris, dan sebagai pohon
contoh diambil setiap 11 pohon).
4.3.4 Pemilihan Pohon Contoh
a. Titik awal sebagai titik di mulainya pelaksanaan LSU. Titik awal di mulai dari
arah Barat – Utara (B – U).
b. Pohon pertama (permulaan hitungan) adalah pohon pada baris ke-3 dari utara dan
masuk pada pohon ke-5 dari pinggir blok.

37
c. Pohon kedua mengikuti baris ketiga (3) tersebut setiap beberapa pohon
tergantung sistem yang telah ditentukan. Misalnya : sistem 12 x 11, pohon kedua
adalah sebelas (11) pohon setelah pohon sampel pertama atau pohon ke-16 dari
pinggir awal masuk.
d. Pohon ketiga dan seterusnya mengikuti cara seperti perhitungan pohon kedua
hingga menembus jalan / batas blok .
e. Jika telah selesai baris tersebut, pengamatan dilanjutkan ke baris berikutnya,
tergantung sistem yang ditetapkan. Misalnya sistem 12 x 11, maka pindah baris
setiap dua belas (12) baris. Perhitungan pokok masuk baris pengamatan kedua
dan seterusnya dilanjutkan hitunganya dari pokok sampel daun pada baris
sebelumya. Begitu seterusnya hingga selesai mengerjakan 1 blok.
f. Untuk areal terasan, baris pengambilan pohon pengamatan mengikuti arah kontur
dengan sistem penentuan pohon yang sudah ditetapkan.
g. Apabila pohon contoh terpilih tidak memenuhi syarat sebagai pohon contoh LSU
maka dilakukan pemindahan pohon didepannya. Pohon contoh selanjutnya
dihitung 10 pohon dari pohon yang tidak memenuhi syarat tadi.
Ciri-ciri pohon yang tidak memenuhi syarat sebagai pohon contoh adalah :
1. Pohon yang terletak dipinggir jalan, rel kereta api, sungai, parit atau dengan
perumahan.
2. Pohon sisipan.
3. Pohon kerdil.
4. Pohon steril.
5. Pohon terserang hama dan penyakit.
6. Pohon yang tumbuh miring ditanah normal (datar).
7. Pohon yang pelepah ke 17 tidak ada (rusak).
8. Pohon abnormal.
h. Pohon contoh harus diberi tanda yang jelas dan nomor urut untuk masing-masing
LSU karena pohon yang sama akan dipakai untuk tahun berikutnya. Tanda pohon
yang biasa digunakan adalah :
1. Tanda panah ke atas ( ) sebagai tanda masuk.
2. Tanda panah ke samping ( ) sebagai tanda perpindahan baris.

38
3. Nomor pohon contoh ditulis angka, misalnya (19 ).
4.3.5 Memilih Pelepah yang Akan diambil Contoh Daunnya
a. Contoh daun diambil pada pelepah ke-17. Hasil penelitian membuktikan bahwa
pelepah ke – 17 dapat mewakili penentuan kandungan unsur hara tanaman.
b. Pengambilan daun umumnya dimulai pada saat tanaman berumur 3 tahun setelah
tanam.
c. Jika pelepah ke – 17 terlalu dibawah, contoh daun diambil pada pelepah ke – 9
(TBM 3).
4.3.6 Prosedur Pengambilan Contoh Daun
a. Menyiapkan peralatan – peralatan LSU seperti
1. Egrek
2. Parang
3. Kuas
4. Galah
5. Map LSU
6. Plastik ukuran 5 kg
7. Cat minyak warna biru
8. Formulir Pengamatan Lapangan Pendukung LSU
9. Alat tulis
b. Pengambilan contoh daun
1. Pengambilan daun dilakukan antara pukul 07.00 – 12.00 WIB. Apabila tidak
memungkinkan maka pengambilan dapat diperpanjang hingga pukul 12.00
WIB
2. Pengambilan contoh daun tidak boleh dilaksanakan pada hari hujan > 20 mm
3. Apabila CH < 20 mm maka pengambilan contoh daun dapat dilakukan setelah
1 jam hujan berhenti dengan syarat setelah titik hujan tidak terlihat
dipermukaan daun yang diambil
4. Penentuan pelepah ke-17 harus dilakukan secara benar dan tepat. Cara
penentuan pelepah ke-17 adalah dengan memperhatikan susunan pelepah dan
posisi pelepah ke-1. Setiap satu spiral pelepah terdiri dari 8 pelepah. Ritme
susunan pelepah teratas satu pokok kelapoa sawit adalah 1,4,7,2,5,8,3 dan 6.

39
Ritme susunan pelepah disebut parastichy. Pelepah ke-17 berada pada
parastichy ke-1, artinya pelepah ke-17 berada satu garis dengan jarak 3
pelepah yaitu pelepah ke-1, pelepah ke-9, pelepah ke-17 karena setiap
penambahanya berjumlah 8.
5. Pelepah sampel (17 / 9) dipotong/ dirundukkan dan sampel daun diambil dari
bagian tengah pelepah yaitu daun yang berada pada posisi peralihan dari sisi
tebal pelepah ke sisi runcing pelepah yang ditandai dengan “ekor kadal”.
6. Potong 4 Helai daun (2 helai sebelah kiri, 2 helai sebelah kanan kearah
pangkal pelepah di dekat “ekor kadal”)
7. Daun dibagi menjadi 3 bagian yaitu pangkal, tengah dan ujung. Bagian tengah
± 15 cm diambil sebagai sampel.
8. Pisahkan helaian daun dan lidihnya dengan tangan.
9. Masukkan helaian daun yang telah dipisahkan dari lidinyakedalam kantong
plastik bersih dan beri label
c. Setelah pengambilan daun pada pohon pertama selesai, dilanjutkan ke pohon
contoh ke-2 dan seterusnya dengan prosedur yang sama.
d. Pengamatan selama pelaksanaan LSU
1. Setiap pokok dalam baris yang dilalui harus diamati dan dicatat di form Data
Pengamatan Lapangan Pendukung LSU
2. Kriteria pokok/pohon yang diamati adalah, pokok sehat, sakit, pelepah patah,
defisiensi (meliputi, N, K, NK, Mg, B, Cu, Fe)
3. Untuk mempermudah pelaksana (karyawan) dalam pengamatan pokok
mengalami defisiensi, pelaksana di bekali gambar/foto ciri pokok defisiensi
4. Catatkondisi pokok yang di jumpai dalam bentuk turus/angka romawi
(misal:IIII)
5. Setelah selesai satu blok, kondisi blok (semak/tidak semak), jenis tanah,
drainase dan topografi (kondisi dominan) pada form Data Pengamatan
Lapangan Pendukung LSU
e. Pengambil contoh daun dan pengawas lapangan harus mencatat dalam formulir
Pengamatan Lapangan Pendukung LSU tentang gejala-gejala defisiensi hara,

40
tanaman sehat, tanaman sakit, tanaman pelepah normalnya patah pada baris yang
dileawti tersebut.
f. Setelah selesai LSU 1 blok, daun, label dan data pengamatan lapangan (data
pendukung lapangan LSU) dimasukkan ke dalam plastik dan dikirim ke kantor
besar.
4.3.7 Prosedur pengeringan daun
a. Contoh daun dari lapangan dibersihkan dari debu dengan menggunakan
kain/kapas yang bersih dengan menggunakan air aquadest.
b. selanjutnya dikeringkan dalam oven dengan suhu lebih kurang delapan puluh
derajat celcius (80 oC) selama 12 jam. Untuk pemerataan pengeringan maka
dilakukan pembalikan pada saat pengeringan.
c. Atau menggunakan Microwave. Daun yang telah dibersihkan, dipotong – potong
± 1 cm dengan gunting. Daun yang telah dipotong-potong diletakkan didalam
wadah yang tahan panas. Lalu dimasukkan ke dalam Microwave dengan stelan
suhu Medium High selama 20 menit (Selama rentang waktu tersebut sampel
dikeluarkan setiap 10 menit sekali, untuk diaduk-aduk agar pengeringannya
merata). Contoh daun yang sudah kering dicirikan dengan mudahnya dilakukan
penghancuran melalui remasan tangan dan daun berwarna kecoklatan. Kemudian
sampel daun kering beserta labeldimasukkan kedalam kantong plastik/amplop
coklat.
4.3.8 Pengiriman contoh daun
Hasil contoh daun yang sudah kering segera mungkin dikirim ke laboratorium
(bagian Research) untuk dilakukan analisa.

41
4.4 Analisis Tandan Buah / Bunch Analysis
4.4.1 Pengertian
Analisis tandan kelapa sawit adalah analisis yang dilakukan untuk mengetahui
komponen-komponen tandan seperti kandungan minyak dan kandungan kernel pada
kelapa sawit dan lain-lain.
4.4.2 Alat alat yang dibutuhkan
a. Lapangan : Timbangan Gantung/Salter, Dodos, Karung, Label, Tali
b. Laboratorium : Timbangan Mettler Toledo, Oven, Kapak, Pisau, Blender, Wadah
Alumunium / Stainless, Meja, Soxhlet Extractor, Timbangan
analitik,Hecter, Kertas tissue tebal, Spatula.
4.4.3 Bahan yang dibutuhkan
a. Lapangan : Tandan kelapa sawit yang siap dipanen
b. Laboratorium : Ethepon, Hexane
4.4.4 Prosedur analisa tandan
4.4.4.1 Lapangan
c. Pemilihan Tandan
Tandan diambil dari tanaman kelapa sawit yang sudah ditentukan dan buah
kelapa sawit pada tandan sudah matang (minimal 2 berondolan per kg yang lepas
setelah panen) serta tandan/buah harus normal.
d. Pemanenan Tandan
Panen tandan yang sudah ditentukan, hitung jumlah berondolan yang lepas dari
tandan sesudah panen, timbang berat tandan dan berondolan, kemudian masukkan ke
dalam karung. Karung yang berisi tandan harus diberi label dengan informasi yang
lengkap/catatan pada label.

42
Keterangan pada label meliputi :

Tanggal :
No Trial :
Plot/Row :
No Pohon :
Berat Tandan :
Jumlah berondolan lepas :
Identitas pohon dan keterangan yang dibutuhkan harus jelas dan lengkap.
4.4.4.2 Laboratorium
1. Timbang ulang berat tandan dalam karung yang dibawa dari lapangan, catat berat
dan jumlah berondolan yang lepas dari tandan. Data yang terdapat dalam label
dari lapangan dicatat kembali pada buku jurnal laboratorium.
2. Potong semua spikelet dari batang tandan di atas meja dan pisahkan berdasarkan
posisi pada tandan (atas, tengah, bawah). Catat tipe buah kelapa sawit (dura,
pesifera, tenera).
3. Timbang dan catat berat batang tandan (stalk) dan semua spikelet yang sudah
dilepas dari batang tandan secara terpisah.
4. Ambil sampel untuk analisa fisika dan analisa kimia
4.4.4.3 Analisa Fisika
1. Acak semua spikelet yang sudah dilepas dari tandan berdasarkan posisi spikelet
pada tandan (atas, tengah, bawah) pada meja. Ambil 4.5 – 5.5 kg sampel spikelet
yang sudah diacak. Hitung jumlah spikelet.
2. Beri ethepon pada sampel, diamkan 1 malam
3. Lepaskan semua berondolan dari spikelet dengan menggunakan tangan. Hitung
dan timbang jumlah buah fertile (luar dan dalam), partenokarpic (luar dan dalam)
dan spikelet kosong secara terpisah.
4.4.4.4 Analisa Kimia
1. Ambil 20 fertile luar yang bagus dan normal dan 10 fertile dalam, sehingga
totalnya 30 buah.

43
2. Timbang, catat dan masukkan ke dalam plastik tebal dengan label yang benar.
(berondolan sebaiknya diproses pada hari itu juga, berondolan yang tidak bisa
diproses pada hari itu harus dimasukkan ke dalam kulkas).
3. Lepaskan mesocarp dari 30 berondolan dengan cara diiris menggunakan pisau
sampai biji (nut) bersih dari mesocarp. Pisahkan mesocarp dan biji (nut) pada
wadah terpisah, timbang, catat dan diberi label.
4. Pengovenan mesocarp pada suhu 800C selama 24 jam.
5. Haluskan mesocarp yang sudah dioven dengan cara diblender, masukan mesocarp
yang sudah halus kedalam kertas saring.
6. Susun sachet yang berisi mesocarp kedalam Soxhlet Oil Extractor.
6.5 Seed Garden
6.5.1 Pengertian Panen
Panen merupakan suatu rangkaian pekerjaan penurunan tandan buah segar
(TBS) kelapa sawit serta mengumpulkan tandan tersebut ketempat penampungan
hasil (TPH).
6.5.1.1 Kegiatan penen meliputi
a. Pemotongan TBS
b. Pengutipan brondolan
c. Pengangkutan pelepah
d. Pengangkutan tandan dan brondolan ke TPH
e. Pengangkutan tandan dan brondolan ke PKS
6.5.1.2 Faktor penentu keberhasilan panen
a. Kesiapan sarana dan prasarana
b. Kriteria kematangan tandan
c. Manajemen panen (rotasi dan sisitem panen)
6.5.1.3 Alat - alat panen
Beberapa alat yang umum yang digunakan dalam kegiatan panen adalah
sebagai berikut :
a. Dodos besar dan kecil dengan lebar ± 10-12.5 c, disambung dengan pipa besi dan
tongkat kayu dengan diameter ± 14 cm, untuk tanaman yang berumur < 6 tahun
b. Timbangan untuk menimbang TBS
c. karung bekas untuk pengumpulan berondolan di TPH
d. Kapak kecil atau parang untuk memotong tangkai TBS

44
e. Kereta dorong untuk mengangkut TBS ke TPH
f. Tojok dan gancu sebagai alat untuk mempermudah TBS kedalam truk
g. Jaring untuk pengaman buah di truk agar tidak jatuh
6.5.2 Tenaga Panen
Persiapan panen yang baik akan memperlancar pelaksanaan panen. Persiapan
ini meliputi tenaga kerja, peralatan, pengangkutan, dan pengetahuan tentang
kerapatan panen dan sarana panen. Persiapan tenaga panen meliputi jumlah tenaga
kerja dan pengetahuan/ keterampilannya. Kebutuhan tenaga kerja tergantung pada
keadaan topografi, kerapatan panen dan umur tanaman.Persiapan panen harus
dilakukan dengan baik dan tepat waktu agar pada saat panen dimulai, produksi dapat
dikumpulkan, sehingga kegiatan panen dapat dilakukan sebaik mungkin.
6.5.3 Kriteria Matang Panen
Kriteria matang panen adalah perubahan warna dan membrondolnya buah dari
tandan. Proses perubahan warna yang terjadi pada tandan adalah warna hijau berubah
kehitaman kemudian berubah menjadi merah mengkilat/orange. Kriteria matang
panen ditentukan beberapa faktor, antara lain :
1. Jumlah buah yang membrondol per tandan
2. Tandan > 10 kg (2 berondolan/kg tandan), untuk tandan< 10 kg
3. Tandan yang dipanen masuk fraksi 1, 2 dan 3

Fraksi Berondolan lepas dari tandan buah Kematangan

00 Belum ada Sangat Mentah

0 < 12,5 berondolan/kg TBS Mentah

1 12,5 – 25,5% buah luar Kurang Matang

2 25 – 50% buah luar Matang 1

3 50 – 75% buah luar Matang 2

4 75 – 100% buah luar Lewat Matang

Buah bagian dalam ikut


5 membrondol Lewat Matang

45
6.5.4 Rotasi Panen
Rotasi panen adalah lamanya waktu yang diperlukan antara panen yang satu
dengan panen yang berikutnya pada ancak panen yang sama. Rotasi panen yang
sesuai dengan perkembangan buah adalah 7 hari. Rotasi panen yang dilakukan di seed
garden adalah 7 hari sekali, sedangkan yield recording merupakan pemanenan setiap
pokok ditimbang hasilnya meliputi berat tandan dan jumlah tandan. Apabila produksi
tinggi hari panen ditambah misalnya 7 hari seminggu (rotasi 4/7). Rotasi panen
tergantung angka kerapatan buah dan kapasitas pemanen.Rotasi panen harus
dilakukan secara tepat dan disipilin, sebab rotasi panen yang terlambat dapat
mengakibatkan tanaman terserang marasmius sp.
6.5.5 Cara Panen
Pemanen mulai berjalan pada baris tanaman yang akan dipanen sambil
memperhatikan setiap pohon, mengamati jumlah berondolan pada piringan maupun
tajuk tanaman karena kadang-kadang berondolan terperangkap dibelakang pangkal
pelepah.

Gambar 15. Proses pemanenan tandan

Jika pemanen menemui buah matang, pemanen memotong pelepah yang


menyangga buah.Pangkal pelepah yang berduri dipotong dan diletakkan ditengah
tumpukan pelepah atau gawangan, yang jauh dari jalan panen atau piringan. Hal ini
disebabkan untuk mencegah cidera pada ka pemanen dan pekerja lainnya.
Setelah mencapai blok pertanaman, pemanen mengambil kereta dorongnya
(angkong), lalu pemanen mulai menimbang berat dari tandan dan berondolan tersebut

46
per pokoknya, kemudian mandor mencatat semua hasil dari kegiatan pemanenan.
Lakukan hal yang sama pada pokok kelapa sawit yang lain yang sudah selesai
sampai ancak selesai. Setelah proses penimbangan selesai maka tandan diangkut
keatas angkong untuk di kumpulkan di TPH. Pada saat yang sama pemanen
mengumpulkan berondolan menggunakan piring alumunium dan karung bekas.

Gambar 16. Proses pengangkutan TBS

Gambar 17. Proses penimbangan TBS

TBS harus tersusun dengan rapi di TPH, sedangkan berondolan yang telah
dikumpulkan didalam karung diletakkan disebelah TBS.
Tandan disusun menurut baris yakni 5 - 10 tandan per baris dengan tangkai
menghadap kearah jalan, dan tangkai tandan dipotong membentuk huruf V. Hal ini
disebabkan untuk mencegah naikknya kadar asam lemak bebas (ALB). Secara umum
persentase ALB setelah dipotong adalah 0,2 – 0,7 % dan setelah jatuh ketanah dapat
meningkat menjadi 0,6 – 1,0 % setiap 24 jam. Kemudian juga membantu mandor saat
melakukan pengecekan tandan, karena pada tangkai tandan terdapat kode yang

47
berfungsi untuk mengetahui siapa pemanen pada hari itu. Dan pemanen yang terbaik
akan mendapatkan prestasi yaitu premi.

Gambar 18. Penyusunan TBS dan berondolan


6.6 Sensus Bunga (Flower Sensus)
6.6.1 Pengertian
Sensus bunga merupakan kegiatan menghitung jumlah bunga yang telah jelas
jenisnya (jantan, betina atau hemaprodit) dalam periode tertentu. Sensus bunga untuk
pemuliaan tanaman dilakukan 3 bulan sekali.
6.6.2 Tujuan
Untuk mengetahui jumlah, jenis bunga dan buah serta mengetahui keadaan
pelepah pada setiap tanaman.
6.6.3 Prosedur
a. Menyiapkan form sensus dan alat tulis (pada lampiran)
b. Menentukan pelepah ke 1 dan beri tanda dengan cat berwarna terang (setiap kali
sensus menggunakan warna cat yang berbeda)
c. Lihat pola susunan pelepahnya, spiral kiri atau kanan. Hal ini mempermudah cara
arah jalannya pengamatan. (jika spiral kiri, arah jalan pengamatan adalah arah
kanan begitu sebaliknya)
d. Pengamatan dilakukan mengikuti alur parastisi pola susunan pelepah yaitu
Parastisi 1, 4, 7, 2, 5, 8, 3 dan 6.
e. Amati keadaan pelepah dan bunga serta tentukan jenis bunga yang ada pada
setiap pelepah dan catat pada form.

48
Kode pencatatan sensus bunga pada form:
F : Female (bunga betina)
M : Male (bunga jantan)
HP : Hemaprodit (bunga jantan dan bunga betina satu tandan)
- : pelepah ada tapi tidak ada bunga
X : Pelepah terpotong
FP : Female Pround (bunga betina sudah dipanen)
R, W, B, Y : red, white, blue, yellow (warna cat yang ada pada pelepah) jika
sudah ada sensus sebelumnya.
f. Catat pada form jika menemukan cat pada pelepah dan nomor pelepah keberapa.
Cat yang dimaksud adalah cat penanda pelepah ke - 1 pada sensus sebelumnya.

6.7 GIS (Geographyc Information System)


6.7.1 Pengertian
GIS (Geographical Information System) atau dikenal pula dengan SIG (Sistem
Informasi Geografis) merupakan sistem informasi berbasis komputer yang
menggabungkan antara unsur peta (Geografis) dan informasi (data atribut) yang
dirancang untuk mendapatkan, mengolah, memanipulasi, analisa dan menampilkan
data spasial (keruangan).
6.7.2 Tujuan GIS
Untuk mengolah data mentah menjadi data baru melalui sistem pengolahan basis
data.
6.7.3 Kelebihan Dan Kekurangan GIS
6.7.3.1 Kelebihan
 Kita dapat mengetahui batas blok, konsesi jalan batas paling luar kebun, dan parit
dengan cepat tanpa tanpa harus datang ke lokasi tersebut
 Dapat mennghitung jumlah pokok kelapa sawit dengan cepat tanpa harus datang
ke lokasi tersebut
 Tidak membutuhkan waktu lama dalam perhitungan jumlah pokok kelapa sawit
dalam satu blok

49
6.7.3.2 Kekurangan
 Membutuhkan biaya yang besar untuk melakukan pengambilan foto udara.
 Pada saat mendigitasi kelapa sawit, masih ada pokok sawit yang tidak ikut
terdigitasi dikarenakan persamaan warna daun kelapa sawit dengan tumbuhan
lain
 Memerlukan kesabaran, ketelitian dan ketekunan
 Dibutuhkan tenaga ahli dalam bidang tersebut
 Cuaca buruk akan mengganggu pengambilan foto udara dan hasil foto udara
yang didapat tidak maksimal
6.7.4 Komponen Komponen Yang Dibutuhkan Untuk Menjalankan GIS

Gambar 22. Komponen-komponen GIS

Orang adalah yang menjalankan sistem meliputi mengoperasikan,


mengembangkan bahkan memperolehmanfaat dari sistem. Kategori orang yang
menjadi bagian dari SIG ini ada beragam, misalnya operator, analis, programmer,
data base administrator bahkan stakeholder.
Aplikasi adalah kumpulan dari prosedur-prosedur yang digunakan untuk
mengolah data menjadi informasi. Misalnya penjumlahan, klasifikasi, rotasi, koreksi
geometri, query, overlay, buffer, join table dan sebagainya.
Data adalah yang digunakan dalam SIG dapat berupa data grafis dan data
atribut. Data grafis/spasial ini merupakan data yang merupakan representasi
fenomena permukaan bumi yang memiliki referensi (koodinat) lazim berupa peta,

50
foto udara, citra satelit dan sebagainya atau hasil dari interpretasi data-data tersebut.
Sedangkan data atribut misalnya data sensus penduduk, catatan survei, data statistik
lainnya. Kumpulan data-data dalam jumlah besar dapat disusun menjadi sebuah basis
data. Jadi dalam SIG juga dikenal adanya basis data yang lazim disebut sebagai basis
data spasial (spatial data base).
Perangkat lunak (sofwere) SIG adalah program komputer yang dibuat khusus
dan memiliki kemampuan pengelolaan, penyimpanan, pemrosesan, analisis dan
penayangan data spasial contoh : Map Info, Arc View, Quantum GIS, Map WinGIS
dll.
Perangkat keras (hardwere) adalah berupa seperangkat komputer yang dapat
mendukung pengoperasian perangkat lunak yang dipergunakan. Dalam perangkat
keras ini juga termasuk didalamnya scanner, digitizer, GPS, printer, CPU, Hardisk,
plotter dll.
6.7.5 Jenis Data GIS
1. Data Spasial
a. Raster
 Data hasil dari sistem pengindraan jauh
 Obyek geografis direpresentasikan sebagai struktur sel-grid (pixel)
b. Vektor
Obyek di bumi direpresentasikan garis (line, arc), area atau polygon, serta
sebagai titik atau point
2. Data Non Spasial (data atribut)
Disebut juga informasi deskriptif. Artinya suatu lokasi dapat memiliki beberapa
atribut atau property yang berkaitan dengannya.
6.7.6 Jenis Feature Geografis
1. Titik/Point
Biasanya digunakan untuk menggambarkan lokasi yang tidak mempunyai luasan
seperti Patok BPN, Titik Tinggi, Puncak Gunung, dll.
2. Garis/Line
Feature yang dibentuk oleh sekumpulan koordinat yang saling berhubungan.
Contoh : jalan, garis, kontur, dll.

51
3. Area/ Polygon
Feature luasan yang dibentuk dari garis tertutup menggambarkan suatu area yang
homogen. Contoh landuse Pemukiman, danau dll.
6.7.7 Sumber Data Spasial
Salah satu syarat GIS adalah data spasial. Ini dapat diperoleh dari beberapa
sumber antara lain:
6.7.7.1 Peta Analog
Peta analog yaitu peta dalam bentuk cetak seperti peta topografi, peta tanah
dan sebagainya. Umumnya peta analog dibuat dengan teknik kartografi, dan
kemungkinan besar memiliki referensi spasial seperti koordinat, skala, arah, mata
angin dan sebagainya.
Dalam tahapan GIS sebagai keperluan sumber data, peta analog dikonversi
menjadi peta digital. Caranya dengan merubah format raster menjadi format vektor
melalui proses digitasi sehingga dapat menunjukan koordinat sebenarnya di
permukanaan bumi.
6.7.7.2 Data Sistem Pengindraan Jauh
Data Sistem Pengindraan Jauh, seperti hasil citra satelit, foto udara dan
sebagainya, merupakan sumber data yang terpenting bagi SIG. Karena ketersediaan
data secara berkala dan mencakup area tertentu. Dengan adanya bermacam macam
satelit di ruang angkasa dengan spesifikasi masing masing, kita bisa memperoleh
berbagai jenis citra satelit untuk beragam tujuan pemakaian. Data ini biasanya
direpresentasikan dalam format raster.
6.7.7.3 Data Hasil Pengukuran Lapangan
Data pengukuran lapangan merupakan data yang dihasilkan berdasarkan
teknik perhitungan tersendiri. Pada umumnya data ini merupakan sumber data atribut,
contohnya batas administrasi, batas kepemilikan lahan, batas persil, batas hak
pengusahaan hutan, dan lain-lain.
6.7.7.4 Data GPS (Global Positioning System)
Teknologi GPS memberikan terobosan penting dalam menyediakan data bagi
GIS. Keakuratan pengukuran GPS semakin tinggi dengan berkembangnya teknologi.
Data ini biasanya direpresentasikan dalam format vektor.

52
6.7.7.5 Digitasi
a. Pengertian Digitasi
Dijitasi adalah proses pengubahan/ konversi data peta raster (Mosaic foto udara
kedalam peta bentuk vector (digital shp Tab Mapinfo).
b. Cara Melakukan Digitasi Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.)
 Melalui aplikasi ArcGIS, ArcMap versi 10 Seperti gambar barikut:
1. Klik icon ArcGis yang berada di task bar maka akan Muncul gambar seperti di
bawah ini.

53
2. Setelah loading selesai maka akan muncul gambar seperti di bawah ini
Untuk memasukan file yang akan di digitasi klik icon Add pada toolbar ArcGis

3. Pilih file foto udara (TMSJ-2.ecw) lalu Klik add

54
4. Masukan file data batas areal (Blok dan kons. PT.TMSJ-2) sebagai pedoman
dalam melakukan digitasi nantinya dengan cara sama seperti diatas

Maka akan muncul gambar seperti dibawah ini

55
5. Sebelum melakukan digitasi kelapa sawit, terlebih dahulu kita membuat shapfile
dengan langkah-langkah: klik kanan pada folder latihan GPS New pilih Shapfile.

6. Buat nama dan pilih feature type (point) untuk menandai kelapa sawit, lalu
masukan koordinat dengan cara klik Edit, klik import, kemudian pilih TMSJ-
2.ecw, lalu klik add.

7. Maka akan muncul layer baru pada sebelah kiri layar seperti gambar dibawah ini,
Klik Editor kemudian pilih Start Editing untuk memulai mengedit/ mendigitasi.

56
8. kemudian pilih pohon TMSJ-2 lalu OK untuk menandai

57
9. Lakukan penandaan dengan cara mengklik satu per satu pohon sawit tepat
ditengah tengah tajuknya

10. Setelah selesai mendigitasi, klik Editor, kemudian klik Stop Edit, lalu Save Edit,
Dan gambar tersebut akan tersimpan dengan sendirinya.

58
Maka akan muncul gambar seperti ini. Dan Save data ini ditempat yang
diinginkan

klik tanda x di sudut kanan atas maka maka akan muncul kotak dialog seperti
gambar diatas kemudian pilih Yes untuk menyimpan file yang sudah di edit tadi

59
6.9. ANALISIS UNSUR HARA TANAMAN KELAPA SAWIT

6.9.1 ANALISIS UNSUR HARA PADA DAUN KELAPA SAWIT


Kebutuhan unsur hara untuk tanaman kelapa sawit biasanya diduga melalui
analisis dari bahan panen dan daun batang sebagai pedoman yang mudah untuk dapat
memberikan indikasi kebutuhan unsur hara buatan tanaman kelapa sawit adalah dari
hasil analisis daun.
Hal ini disebabkan karena daun merupakan bagian yang paling efektif dari
tanaman. Kandungan hara daun digunakan sebagai salah satu bahan pertimbangan
dalam menyusun rekomendasi pemupukan tanaman kelapa sawit pada masa
berikutnya, dari hasil analisis daun akan dapat diperoleh petunjuk secara kuantitatif
unsur hara yang diserap oleh tanaman baik yang berasal dari tanah, air hujan, dan
pupuk yang ditambahkan.
6.9.1.2 Nitrogen Daun
1. Prinsip
Sampel yang akan ditentukan kadar nitrogennya didestruksi dengan asam kuat
(H2SO4) dengan bantuan katalisator selenium mixture. Ammonium yang terbentuk di
ukur dengan alat Kjeltec 2300 Foss melalui proses distilasi dan titrasi.
2. Alat
a. Foss Tecator 20
b. Exhaust Manifold
c. Blok Digestor
d. Scrubber
e. Lemari Asam
f. Tabung Digest 100 ml
g. Neraca analitik
h. Gelas ukur 10 ml
i. Labu ukur 100 ml
j. Labu ukur 500, 1000 ml
k. Pipet takar 20 ml
l. Beaker Polypropylene 5000 ml

60
3. Bahan
a. Larutan Receiver
b. Selenium Reagent Mixture
c. Ethanol
1. Larutan Receiver
- Larutan Bromo Cressol Green (bcg)
Larutkan 0,1 gram BCG dengan Ethanol ke dalam labu ukur 100ml,
paskan sampai tanda batas, aduk sampai homogen.
- Larutan Methyl Red
Larutkan 0,1 gram Methyl Red dengan Ethanol ke dalam labu ukur100
ml, paskan sampai tanda batas, aduk sampai homogen.
Timbang 50 gram Borric Acid kemudian larutkan dalam 4,5 l aquadest,
tambahkan 50 ml larutan BCG dan 35 ml larutan Methyl Red, paskan volume
menjadi 5 l dengan penambahan aquadest, aduk sampai homogen. Larutan ini
berwarna ungu sarsavarila.
- Larutan Alkali 40 %
Timbang 2 Kg Caustic soda kemudian larutkan dengan aquadest
menjadi 5 l, aduk sampai homogen (awas panas !!!). Saring jika terdapat
kotoran.
- Larutan HCl 0,2 N
Pipet 16,6 mL HCl 37 % larutkan dengan aquadest ke dalam labu ukur
1000mL, paskan sampai tanda batas, aduk sampai homogen.
- Larutan Kontrol Nitrogen
Timbang 5 gram ammonium chlorida larutkan dengan aquadest ke
dalam labuukur 500 ml paskan sampai tanda batas, aduk sampai
homogen.
- Larutan NaOH 10 %
Timbang 100 gram NaOH larutkan dengan aquadest ke dalam labu ukur
1000mL paskan sampai tanda batas, aduk sampai homogen.

61
4 Prosedur
Preparasi sampel
a. Timbang 0.2 gr contoh dalam aluminium foil, masukkan ke dalam
Digestion tube
b. Tambahkan 0.5 gr Selenium mixture (sekitar 1 sendok spatula)
c. Tambahkan 5 ml H2SO4 Pekat, lalu kocok dengan perlahan (lakukan
dilemari asam)
d. Masukkan tube kedalam Digestion blok yang telah panas (420ºC) panaskan
selama 50 menit (sampai larutan jernih). Angkat dan biarkan dingin (Filtrat
Nitrogen)
e. Masukkan tube yang berisi Filtrat Nitrogen kealat Kjeltec Foss Tecator 20
(Destiling-titration unit)
f. Alat Kjeltec sebelumnya sudah diset terhadap jumlah NaOH 40% yang
digunakan, jumlah receiver dan air yang digunakan.
g. Masukkan nilai berat contoh (gr).
h. Jalankan alat, alat ini akan berhenti sendiri bila volume destilasi sudah
mencapai batas tertentu.
5 Perhitungan
a. Bila alat sudah diset seperti di atas dan berat contoh telah dimasukkan,
maka angka yang keluar pada alat Kjeltec Analyzer 2300 sudah
menunjukkan persentase Nitrogen.
b. Bila berat contoh tidak dimasukkan biasanya dengan menggunakan alat
Kjeltec Foss 2300, maka cara menghitungnya adalah sebagai berikut (catat
jumlah HCl 0.2 N atau asam Sulfat 0,2 N yang terpakai) :
V x n x14
%N= x100
W
Keterangan : V = ml HCl atau ml H2SO4
n = Normalitas HCl atau H2SO4
W =Beratcontoh (gram)

62
6 Catatan
Untuk memudahkan pekerjaan, maka berat sampel yang ditimbang disesuaikan
dengan perkiraan kandungan N :

Berat minimum sampel (gr) = 1/X

X = Dugaan % N dalam sampel

63
BAB V. ANALISIS USAHA TANI

5.1 RINCIAN BIAYA UPAH DAN BAHAN UNTUK PEMBIBITAN SAWIT

PT. PANCA SURYA GARDEN – FIRST RESOURCES

Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan pelaksanaan pembangunan


perkebunan kelapa sawit pada perkebunan kelapa sawit PT. Panca Surya Garden dan
menganalisis pendapatan dan keuntungan usaha taninya.Metoda penelitian yang
digunakan adalah metode survey dengan analisis data deskriptif kualitatif dan analisa
usaha tani untuk menghitung pendapatan dan keuntungan.

5.1.1 Pembibitan Pre Nursery


a. Upah Karyawan
No Uraian Kegiatan Jumlah HK Upah/HK Jumlah
1 Pembersihan lahan 1 75.000 75.000
2 Pengisian tanah pada 5 75.000 375.000
media tanam
3 Penanaman kecambah 10 75.000 750.000
4 Perawatan 5 75.000 375.000
5 Aplikasi pupuk 7 75.000 525.000
Total 2.100.000

b. Alat dan bahan

No Uraian Alat dan Bahan Jumlah Harga (set/biji) Jumlah


(set/biji)
1 Kecambah Kelapa Sawit 8000 8.000 64.000.000
2 Polybag 53 15.000 795.000
3 Mesin Jet Pam (pompa air) 2 35.000 700.000
4 Sumisunsui 4 20.000 800.000
Total 66.295.000

64
c. Kebutuhan Pupuk

No Jenis Jumlah Dosis/polybag Kebutuhan Harga Jumlah


Pupuk Kecambah pupuk (Kg) /Kg
1 NPK 1600 0,425 0,68 4000 2.720
Compound
15:15:6:4
2 NPK + 1600 0,425 0,68 4000 2.720
RPH
3 RPH 8000 20 160 1800 288.000
4 Agroblen 1600 5 8 30.000 240.000
5 Miester 1600 5 8 30.000 240.000
Mx
17:8:9:3
6 Heracoat 1600 5 8 20.000 160.000
18:8:8:2
Total 933.440

d. Kebutuhan Bahan Kimia PN dan MN

No Jenis Bahan Jumlah Dosis Kebutuhan Harga Jumlah


Kimia Bibit gr/ml Bahan Kimia
liter/Kg
1 Bravoxone 8000 45 1.029 24.500 269.500
2 Rotraz 8000 30 686 95.000 1.045.000
3 Dithane M-45 8000 30 686 73.900 812.900
4 Decis 8000 30 686 38.000 418.000
5 Bravo/scud 8000 45 1.029 60.000 660.000
Total 3.205.4000

65
5.1.2 Pembibitan Main Nursery
a. Upah Karyawan
No Uraian Kegiatan Jumlah HK Upah/HK Jumlah
1 Pembersihan Lahan 5 75.000 375.000
2 Pengisian Media Tanam 20 75.000 1.500.000
3 Penanaman Bibit 10 75.000 750.000
4 Aplikasi Pupuk selama 9 18 75.000 1.350.000
Bulan
5 Perawatan 5 75.000 375.000
Total 4.350.000

b. Alat dan Bahan


No Jenis Pupuk Jumlah Waktu Kebutuhan Harga/Kg Jumlah
Bibit Aplikasi (Kg)
(usia)
1 NPK 7550 4 bulan 0,01 4000 302.000
15:15:6:4
2 NPK 7550 5 – 12 0,24 4000 7.248.000
12:12:17:2 bulan
3 Kieserite 7550 9, 11, 12 0.075 3500 1.981.875
bulan
4 RPH 7550 Saat 0,1 1800 1.359.000
pengisian
polybag
5 Polybag Besar 7550 - 75 15000 1.125.000
Total 12.015.875

66
ANALISIS USAHA TANI

A. Pembibitan Pre - Nursery


Rincian Biaya
Upah karyawan 2.100.000
Biaya Alat dan Bahan 66.295.000
Kebutuhan Pupuk 933.440
Bahan Kimia 3.205.400
Total 72.353.840

B. Pembibitan Main – Nursery


Rincian Biaya
Upah Karyawan 4.350.000
Biaya Alat dan Bahan 12.015.875
Total 16.365.875

C. Total Pengeluaran
Rincian Biaya
Pre Nursery 72.353.840
Main Nursery 16.365.875
Total 88.719.715

D. Hasil Penjualan Bibit Kelapa Sawit


Rincian Biaya
Harga/Bibit 35.000
Jumlah Bibit 7.361
Total 257.635.000

67
E. Keuntungan
Rincian Biaya
Hasil Penjualan 257.635.000
Biaya Pengeluaran 88.719.715
Keuntungan 168.915.285

F. B/C Ratio
Total Keuntungan/Total Biaya
Rincian Biaya
Total Keuntungan 168.915.285
Biaya Pengeluaran 88.719.715
B/C Ratio 1.9

Dari perhitungan B/C Ratio dapat diketahui bahwa nilai B/C Ratio pada usaha
pembibitan kelapa sawit menguntungkan untuk dijalankan apabila dilihat dari
nilai B/C yang mencapai angka 1,9.

Ketentuan B/C :
Apabila < 1 = Usaha tidak layak untuk dijalankan
Apabila > 1 = Usaha layak untuk dijalankan.

68
BAB VI
PENUTUP

6.1. Kesimpulan

Setelah melaksanakan Praktik Kerja Industri (Prakerin) selama 3 bulan yang


dimulai pada tanggal 24 Maret 2014 sampai dengan 9 Juni 2014 di PT. Panca Surya
Garden Kebun Kubang, Kabupaten Kampar - Riau, dapat penulis simpulkan beberapa
hal sebagai berikut :

1. Kegiatan Prakerin pada umumnya telah dilaksanakan dengan baik sesuai ketentuan
sekolah dan berusaha mengikuti SOP Perusahaan.
2. Pelaksanaan Prakerin di PT. Panca Surya Garden Kubang atas dasar instruksi dari
pimpinan sampai kepada pengawas lapangan sehingga pekerjaan tersebut
terlaksana dengan baik sesuai dengan sasaran yang dimiliki perusahaan.
3. Perhatian PT. Panca Surya Garden terhadap dunia pendidikan sangat baik, hal ini
dibuktikan dengan dibangunnya tempat pendidikan serta diterimanya siswa yang
ingin melakukan kegiatan Praktik Kerja Industri (Prakerin), selain itu sarana dan
fasilitas juga tersedia di tempat kegiatan berupa bangunan Riset, Laboratorium,
Treaning Center dan lengkap dengan perumahan karyawan. Ini merupakan
wujudimplementasi VISI dan MISI Perusahaan dalam meningkatkan mutu dan
kualitas Sumber Daya Manusia (SDM).
4. Penulis berterima kasih atas apa yang telah diberi oleh pihak perusahaan yang
telah mengajari siswa Prakerin tentang ilmu pengetahuan khususnya dibidang
perkebunan.

69
6.2. Saran
A. Pihak Sekolah
1. Kunjungan guru pembimbing sebaiknya lebih dipusatkan pada kebutuhan
siswa dalam penyusunan laporan dan pekerjaan selama Praktik Kerja Industri
(Prakerin).
2. Untuk kedepannya panitia atau guru pembimbing Prakerin sebaiknya
mengadakan komunikasi yang lebih baik dan kontrak kerja kepada siswa
Prakerin.
3. Perlu peningkatan dan pengetahuan tentang kedisiplinan serta etika kerja
sebagai modal pembelajaran dimasa yang akan datang.
B. Pihak Perusahaan
Peningkatan sarana Alat Pelindung Diri (APD) agar lebih memaksimalkan pekerjaan
karyawan dan Peningkatan kualitas Sumber Daya karyawan (KHL atau KHT) dengan
memberikan pelatihan-pelatihan yang mendukung dalam kinerja Perusahaan.

70
DAFTAR PUSTAKA

Ambar Kurniawan. 2000. Tinjauan Ekonomi Industri Kelapa Sawit. PPKS.


Medan

Witjaksana Darmosarkoro. Agustus 2000.Seri Tanaman Kelapa Sawit


Agromedia.Pustaka. Jakarta

First Resources. 2012. Operational Best Practices Oil Palm Agronomi. First
Resources Limited. Jakarta

Sastrosaryono, S. 2003. Budidaya Kelapa Sawit. Agromedia Pustaka. Jakarta

Widodo.2008. Kebijakan Teknis Agronomi Kelapa Sawit.Ciliandra Perkasa


Group. Pekanbaru

AOAC Official Methods Of Analysis (1995); 970.02


Manual Analisa Daun, (2002); Laboratorium Kimia Analitik, Salim Ivomas Pratama
& Subs
Methods of Soil Analysis part II, 1965; American Society Of Agronomy

71
LAMPIRAN
A. ATM

A1. Kegiatan Chopping A2. Kegiatan Nut Craking

A3. Pemberondolan (detaching) A4.Penyusunan spikelet

72
A5. Pengirisan (scrapping) A6. PenyimpananStalk

A7. Penimbangan brondolan A8. Penimbangan hasil Scrapping

A9. Pengovenan sampel

73
B. LSU

B1. Pengukuran panjang daun B2. Pengukuran tebal batang

C. GIS

Proses digitasi

74
D. KIMIA

D1. Penambahan aquadest D2. Pencampuran HNO3

D3. Kegiatan destruksi pupuk D4. Filtrat daun

75
D5. Pemberian selenium mixture D6. Pemberian HCl

D7. Digrinder sampel daun D8. Penimbangan sampel pupuk

D9. Kerja mesin gestor D10.Pengovenan Alat

76
E. PENANAMAN KACANGAN

E1. Penanaman kacangan MB E2. Pembuatan lubang tanam

F. CPS

F1. Penaburan jagung pada cetakan F2. Daur ulang Ratkil

77
F3. Pencairan Lilin F4. Penggongsengan Jagung

F5. Penaburan lilin pada cetakan F6. Hasil cetakan ratkil

F7. Pembungkusan ratkil F8. Kalibrasi keep solo

78
G. Seed Garden

G1. Pemanenan TBS G2. Pengangkutan TBS ke TPH

G3. Kegiatan yield recording G4. Tempat pengumpulan hasil (TPH)

79
H. Pembibitan

H1. Pengukuran panjang daun H2. Penghitungan pelepah

H3.Pemberian pupuk NPK H4. Penyiraman dengan Rain tube

80
I. LSU

I1. Penentuan pelepah ke-17 I2. Pengguntingan daun

81

Anda mungkin juga menyukai