5 Bab 1,2,3,4
5 Bab 1,2,3,4
PENDAHULUAN
1
1.3 Batasan Masalah
Dalam laporan praktik kerja industri ini kami menyusun beberapa perumusan
atau batasan masalah meliputi :
1. Kultur Teknis Pembibitan Kelapa Sawit (Pre Nursery dan Main Nursery)
2. Teknis Pengendalian Hama, Penyakit dan Gulma pada pembibitan dan
tanaman belum menghasilkan kelapa sawit.
3. Tata cara pengambilan sampel daun di lapangan (Leaf Sampling Unit).
4. Bunch Analysis (Analisis tandan buah).
5. Tata cara panen & Yield Recording di kebun induk.
6. Pengenalan GIS (Geographyc Information System)
1.4 Waktu dan Tempat
Pelaksanakan Praktik Kerja Industri berlokasi di Kantor Research and
Development PT. Panca Surya Garden - First Resources, Kampar -Riau. Kegiatan ini
dimulai pada tanggal 24 Maret 2014 s.d 9 Juni 2014 dengan bidang keahlian
Agribisnis Tanaman Perkebunan.
2
BAB II
PROFIL PERUSAHAN
3
maupun kompetensi yang kompetitif sesuai dengan kontribusi masing-
masing.
2.2 Tujuan Peruahaan PT. Panca Surya Garden
Memberikan support kepada kebun-kebun dibawah naungan First Resuorces.
1. Meningkatkan CPO (Crude Palm Oil) per hektar.
2. Menyelesaikan permasalahan Hama, Penyakit dan Nutrisi tanaman.
3. Menghasilkan kecambah yang akan disuplai untuk kebun-kebun dibawah
naungan First Resources.
2.3 Struktur Organisasi PT. Panca Surya Garden (terlampir)
Achmad Fathoni
Manager
4
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
5
Taksonomi kelapa sawit yang umum diterima sekarang adalah sebagai berikut:
Divisi : Embrryophyta Siphonagama
Subkelas : Angiospermae
Famili : Arecaceae
Ordo : Monocotyledonae
Subfamili : Cocoideae
Genus : Elaeis
Spesies : 1. E. guineensies Jacq.
2. E. Oleifera ( H.B.K ) Cortes
3. E. Odora
3.3 Varietes Tanaman Kelapa Sawit
Ada beberapa varietias kelapa sawit yang telah dikenal. Varietias-varietias itu
dapat dibedakan berdasarkan tebal cangkang/tempurung dan daging buah, serta warna
kulit buahnya. Berdasarkan ketebalan cangkang/ tempurung dan daging buah varietas
kelapa sawit dibedakan atas:
a. Dura
Varietas ini memiliki tempurung yang cukup tebal yaitu antara 2-8 mm dan tidak
terdapat lingkaran sabut pada bagian luar cangkang. Daging buah relatif tipis
yaitu 35 – 50 % terhadap buah dan daging biji lebih lebar dengan kandungan
minyak yang sedikit.
6
b. Pisifera
Ketebalan cangkang sangat tipis, bahkan hampir tidak ada tetapi daging buahnya
tebal, lebih tebal dariDura dan daging bijinya sangat tipis.
7
Berdasarkan warna kulit, buah kelapa sawit dibedakan atas tiga varietas
kelapa sawit yang terkenal. Varietas-varietas tersebut adalah :
a. Nigrescens yaitu buah berwarna violet sampai hitam waktu muda dan menjadi
merah-sampai kuning (orange) sesudah matang.
8
3.4.1 Akar (Radix)
Akar pertama yang muncul dari biji yang telah berkecambah adalah radikula
yang panjangnya mencapai 15 cm, mampu bertahan sampai 6 bulan. Dari radikula
akan muncul akar yang lainnya yang bertugas mengambil air dan unsur hara dari
media tumbuh namun masih perlu dibantu dari cadangan makanan yang ada pada
endosperm. Cadangan makanan telah habis pada endosperm ditandai dengan lepasnya
biji. Dari akar primer ini tumbuh akar sekunder yang tumbuh horizontal yang
kemudian tumbuh akar tersier dan kuarter yang berada dekat pada permukaan tanah,
akar inilah yang paling aktif mengambil unsur hara dan air dari tanah, akar-akar
tersebut berada pada 2-2,5 m dari pangkal pokok atau diluar piringan dan merupakan
daerah sebaran pupuk, serta terdapat pada kedalaman 0-20 cm.
3.4.2 Batang (Caulis)
Batang kelapa sawit tumbuh tegak lurus (phototropi) dibungkus oleh pelepah
daun (frond base). Batang ini berbentuk silindris berdiameter 45-60 cm pada tanaman
dewasa bagian bawah yang membesar disebut bonggol batang (bowel). Sifat batang
yang phototropi dan heliotrope maka pada keadaan terlindung, tumbuhnya akan lebih
cepat tetapi diameter batangnya akan lebih kecil.
Kecepatan pertumbuhan batang dipengaruhi oleh pupuk yang diberikan, umur,
iklim, kerapatan tanam dan lain-lain.Tinggi atau rendahnya tanaman tidak
mencerminkan produksi karena tidak ada diperoleh korelasinya. Biasanya kecepatan
tumbuh 35-75 cm/tahun.Pada umur 3 tahun batang belum terlihat karena belum
ditunas/pruning. Pada umur 25 tahun tinggi batang mencampai 13-18 m.
3.4.3 Daun (folium)
Daun (folium) pertama yang keluar pada stadia bibit adalah berbentuk
lancolate, kemudian muncul bifurcate dan menyusul bentuk pinnate. Pada bibit
berumur 5 bulan misalnya akan dijumpai 5 landceolate, 4 bifurcate dan 3 pinnate.
Pada umur 12 bulan akan ada landceolate, 4 bifurcate dan 10 pinnate.
Daun kelapa sawit memiliki rumus 1/8 atau 3/8. Lingkaran atau spiralnya ada
yang berputar kekiri dan ada yang berputar kekanan. Pengenalan ini penting untuk
diketahui agar kita dapat mengetahui letak daun ke-9 dan ke-17 dan lain-lain yang
dipakai sebagai standar pengukur pertumbuhan maupun pengambilan contoh daun
9
dan pengamatan lainnya.Produksi pelepah bergantung umur tanaman. Produksi
pelepah daun selama setahun dapat mencapai 20-30/tahun, kemudian akan berkurang
sesuai dengan umur menjadi 18-25/tahun. Panjang pelepah ini dapat bervariasi
tergantung pada tipe varietas dan kesuburan tanah.
Jumlah anak daun pada setiap sisinya dapat mencapai 125-200. Anak daun
pada tengah pelepah dapat mencapai 1,2 m berat satu pelepah dapat mencapai 4,5 kg
berat kering. Pada satu pohon dapat dijumpai 40-50 pelepah.Luas permukaan daun
sering dipakai untuk tujuan pengamatan dengan rumus.
Luas permukaan daun dapat mencapai 10-15 m2 pada tanaman dewasa yang
berumur 10 tahun atau lebih.Untuk mencapai produksi yang baik maka luas
permukaan daun yang optimal adalah 11 m2 bergantung pada persilangannya.
Tanaman kelapa sawit daunnya berbentuk didekat titik tumbuh yang biasanya
akan tumbuh 2 lembar daun setiap bulan. Dimana pertumbuhan daun awal dan
berikutnya akan berbentuk sudut 135°.
3.4.4 Bunga (flower)
Tanaman kelapa sawit dilapangan mulai berbunga pada umur 12–14 bulan.
Tetapi baru ekonomis untuk dipanen pada umur 2,5 tahun. Dari setiap ketiak daun
keluar satu tandan bunga jantan atau betina.Pada tanaman muda sering dijumpai
bunga abnormal atau bunga banci (hermaprodit) yaitu bunga yang memiliki dua alat
kelamin. Bunga andromorfik yaitu secara morfologi adalah bunga jantan tetapi pada
sebagian spikeletnya dijumpai bunga betina yang dapat membentuk buah sawit kecil.
Disamping itu dijumpai buah parthenocarpi yaitu stigma yang tidak sempurna
penyerbukannya sehingga buah yang terbentuk layu dan gugur. Persentase bunga
abnormal sangat kecil yaitu kurang dari satu bunga setiap pokok.
Sex Diferensiesi terjadi 17–25 bulan sebelum antesis dan setelah antesis
membutuhkan waktu 5–6 bulan baru matang panen. Secara visual tandan bunga
jantan atau betina baru dapat diketahui setelah muncul dari ketiak daun yaitu 7–8
bulan sebelum matang 1-2 bulan sebelum anthesis.
Tandan bunga betina dibungkus oleh seludang yangakan pecah15–30 hari
sebelum anthesis. Satu tandan bunga betina memiliki 100-200 spikelet dan setiap
spikeletnya 15–20 bunga betina dan akan diserbuki tepung sari. Pada tandan tanaman
10
dewasa dapat diperoleh 600-2000 buah tergantung pada besarnya tandan dan setiap
pokok dapat menghasilkan 15–25 tandan/pokok/tahun.
Tandan bunga jantan juga dibungkus oleh seludang bunga yang pecah jika
akan anthesis seperti bunga betina. Tiap tandan bunga memiliki 100-200 spiklet yang
panjangnya 10-20 cm dan diameter 1-1,5 cm. Tiap spiklet berisi 500-1500 bunga
kecil yang akan menghasilkan tepung sari jutaan banyaknya, tandan bunga yang
sedang anthesisi berbau tajam. Tiap tandan bunga jantan akan menghasilkan tepung
sari sebanyak 40-60 g. Pada tanaman muda jumlah tandan bunga jantan lebih sedikit
dibandingkan bunga betina dan perbandingan ini akan berubah sesuai dengan
penambahan umur tanaman.
Perkembangan tandan bunga betina sejak anthesis sampai matang hasil
pengamatan di Marihat menunjukan hasil sebagai berikut :
1. Daging buah (Mesocarpium).
Sampai tiga bulan setelah anthesis warnanya masih putih kekuningan,
menunjukan bahwa masih terdiri dari air, serat, dan klorofil dan minyak belum
terbentuk.
2. Cangkang atau Tempurung
Sebulan sesudah penyerbukan cangkang telah terbentuk meski sangat tipis dan
lembut.Pengerasan berlangsung terus-menerus dan pada umur tiga bulan
cangkang sudah mulai mengeras, warna berubah dari putih menjadi coklat muda.
3. Inti (Endocarpium atau Nukleus Seminis)
Pada umur dua bulan terjadi perubahan dari cair menjadi agar-agar dan pada
umur tiga bulan inti sudah terbentuk padatan yang agak keras.
d. Lembaga (Embrio)
Pada usia tiga bulan Embrio belum kelihatan dengan mata. Selanjutnya akan
tampak seperti titik putih sepanjang 1,5 mm yang dengan cepat bertambah besar.
Pada umur tiga bulan telah mencapai 3 mm dan terbentuk bagian warna kuning
dan putih. Pada umur 3,5 bulan panjangnya mencapai 3,5 mm.
3.4.5. Buah
Berat satu buah yang sudah matang tergantung juga pada tipe induknya yaitu
antara 13-30 gram dengan panjang buah 5 cm. Kematangan buah kelapa sawit
11
dibedakan menjadi, matang morfologis yaitu buah telah sempurna bentuknya serta
kandungan minyak sudah optimal, dan matang fisiologis adalah kematangan buah
yang sudah lebih lanjut yaitu telah siap tumbuh dan berkembang, biasanya setelah
satu bulan sesudah matang morfologis. Fraksi tandan yang baik adalah 2 dan 3, tetapi
tentu tidak akan diperoleh 100%. Panen dikatakan baik jika dapat mengumpulkan
fraksi 2 dan 3 sebanyak 65%, fraksi 1 maksimal 20% dan fraksi 4 maksimal 14%.
3.5. Syarat Tumbuh Tanaman Kelapa Sawit
Pertumbuhan dan produktivitas tanaman kelapa sawit dipengaruhi oleh
banyak faktor, baik faktor luar maupun faktor dalam tanaman kelapa sawit itu sendiri,
antara lain jenis atau varietes tanaman tersebut. Sedangkan faktor luar adalah sebagai
berikut:
3.5.1. Iklim
Faktor–faktor iklim yang penting adalah suhu, curah hujan, intensitas
penyinaran, dan angin. Faktor–faktor ini sepintas lalu tampak berbeda jelas satu sama
lain, tetapi pada kenyataanya berkaitan erat dan saling mempengaruhi.
3.5.2. Curah hujan
Curah hujan merupakan kompenen iklim terpenting terhadap kriteria
kesesuaian iklim.Kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada daerah tropika basah
disekitar lintang Utara–Selatan 12º pada ketinggian 0–500 m dari atas permukaan air
laut. Jumlah curah hujan yang baik adalah 1.750–3.000 mm/tahun, tidak memiliki
defisit air, hujan agak merata sepanjang tahun hal ini bukan berarti kurang dari 1.750
mm tidak baik, karena kebutuhan efektifnya 1.300–1.500 mm.
3.5.3. Temperatur
Temperatur yang optimal untuk tanaman keapa sawit adalah 24-28º C,
terendah 18º C dan tertinggi 32º C. kelembaban 80 % dan penyinaran matahari 5–7
jam/hari. Pada beberapa daerah seperti Riau, Jambi, Sumatera Selatan sering terjadi
penyinaran matahari kurang dari 5 jam pada bulan tertentu. Hal ini dapat
menyebabkan rusaknya jalan (becek), sehingga menghambat kegiatan-kegiatan
pemeliharaan tanaman.
12
Kelembaban rata-rata yang tinggi akan merangsang perkembangan penyakit.
Ketinggian dari permukaan laut yang optimal adalah 0-400 meter pada ketinggian
yang lebih pertumbuhan akan terhambat dan prodiksi lebih rendah.
3.5.4. Intensitas Penyinaran
Sinar matahari sangat penting dalam kehidupan tumbuhan, karena merupakan
salah satu syarat mutlak bagi terjadi proses fotosinteis. Untuk pertumbuhan kelapa
sawit yang optimal diperlukan sekurang-kurangnya 5 jam penyinaran per hari
sepanjang tahun. Meskipun sebaiknya selama beberapa bulan terdapat 7 jam
penyinaran per hari, tetapi intensitas menunjukan bahwa diberbagai wilayah, kelapa
sawit yang lama penyinaranya diluar batas-batas tersebut dapat diperoleh
produktifitas yang memadai.
Disamping lama penyinaran, aspek penyinaran lain yang penting adalah
intesitasnya. Didaerah-daerah yang intesitasnya penyinaranya rendah, misalnya karna
pohon-pohon kelapa sawit ternaungi, atau jarak tanam yang terlalu rapat, sebagian
dari karangan bunga akan gugur (aborsi) sehingga produktifitas kebun menurun.
3.5.5. Angin
Kecepatan angin 5-6 kilometer per jam sangat baik untuk membentuk proses
penyerbukan. Angin yang terlalu kencang akan menyebabkan tanaman baru doyong
atau miring.
3.5.6. Tanah
Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh pada berbgai jenis tanah seperti
Podsolik, Latosol, Hidromorfik kelabu, Regosol, Andosol, Organosol, dan Alluviel.
Sifat fisik tanah yang baik untuk kelapa sawit adalah :
1. Tebal solum 80 cm, solum yang tebal merupakan media yang baik bagi
perkembangan akar sehingga efesiensi penyerapan hara tanaman akan lebih baik.
2. Tekstur ringan, dikehendaki memiliki pasir 20-60 %, debu 10-40 %, liat 20-50 %.
3. pH tanah sangat terkait pada kesediaan hara yang dapat diserap oleh akar kelapa
sawit.
Kelapa sawit dapat tumbuh pada pH 4-6 namun yang terbaik adalah pH 5-
6.Tanah yang mempunyai pH rendah dapat dinaikan dengan pengapuran, namun
membutuhkan biaya yang tinggi.pH rendah ini biasanya dijumpai pada daerah pasang
13
surut terutama tanah gambut. Tanah Andosol sangat baik karna sifat kimia dan
fisiknya baik tetapi tidak begitu luas. Tanah Organosol atau gambut mengandung
lapisan yang terdiri dari bahan organik yang belum terhumifikasi lebih lanjut dan
memiliki pH rendah.
3.5.7 Tinggi Tempat dan Topografi
Kelapa sawit akan tumbuh dengan baik pada daerah dengan ketinggian 0-400
m dari permukaan laut, namun yang terbaik adalah pada ketinggian 0-200 m.
Topografi yang sesuai dengan tanaman kelapa sawit yaitu berombak-berlombang,
selain itu adanya topografi yang sangat sesuai pada tanaman kelapa sawit adalah
datar-berombak.
14
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Pembibitan
4.1.1 Pengertian Pembibitan
Pembibitan adalah suatu rangkaian kegiatan usaha yang menghasilkan bibit
tanaman kelapa sawit mulai dari kecambah hingga bibit kelapa sawit siap ditanam
dilapangan.
4.1.2 Tujuan Pembibitan
Tujuan pembibitan kelapa sawit adalah untuk menghasilkan bibit kelapa sawit
berkualitas tinggi yang harus tersedia sesuai dengan kebutuhan tahapan penanaman.
Umur bibit siap tanam yang optimum adalah 11 - 12 bulan.
4.1.3 Penentuan lokasi pembibitan
Ada beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam menentukan lokasi
pembibitan. Adapun faktor-faktor tersebut adalah:
1. Ketersediaan air yang bersih dan bermutu tinggi
2. Dekat dengan pengawasan
3. Ketersediaan media tanah top soil yang cukup untuk pengisian polybag
4. Bebas dari banjir
5. Lokasi diusahakan datar dan berdrainase baik
6. Dekat dengan areal yang direncanakan untuk dibuka
4.1.4 Sistem irigasi
Tujuan penerapan sistem irigasi adalah untuk menjamin masing-masing
polybag mendapatkan penyiraman air yang cukup (sampai jenuh) setiap hari untuk
menunjang pertumbuhan yang optimum.
4.1.5 Pelaksanaan pembibitan
Pembibitan kelapa sawit terdiri dari 2 (dua) tahap yaitu pembibitan awal (Pre
Nursery) dan pembibitan utama (Main Nursery).
4.1.5.1 Pre Nursery
Tujuan pembibitan Pre Nursery adalah agar mendapat waktu yang cukup
dalam mempersiapan pembibitan utama, mengurangi penggunaan lahan pembibitan
selama 3 bulan pertama atau untuk memiliki daun mencapai 4-5 helai daun.
15
Polybag yang digunakan untuk pengisian media tanah adalah baby polibag
berwarna hitam, tahan lapuk, berukuran 15 cm x 23cm (dalam keadaan diratakan),
ketebalan 0,25 mm dengan 2 baris lubang drainase berjarak 3 cm x 3cm, berisi lebih
kurang 1 kg tanah top soil.
Media tanah yang digunakan adalah top soil (kedalaman maksimum 30 cm)
tanah mineral dengan jenis tanah tekstur lempung. Media tanah sebaiknya di ayak
menggunakan ayakan 1 - 2 cm yang bertujuan untuk mencegah masuknya sampah-
sampah dan gumpalan-gumpalan tanah kedalam polibag. Sebelum pengisian tanah
kedalam polibag sebaiknya tanah dicampur dengan pupuk RPH (rock phosphate)
sebanyak 20 gram per polybag.
16
bertujuan untuk menahan polybag agar tidak tumbang pada saat angin dan hujan
deras.
3. Perlakuan terhadap kecambah
Sebelum dilakukan penanaman kecambah di kebun, terlebih dahulu kecambah
harus dilakukan penyeleksian untuk membedakan kecambah nomal dan abnormal.
Adapun beberapa kriteria kecambah abnormal :
a. Radikula dan Plumula belum jelas
b. Radikula dan Plumula busuk
c. Radikula dan Plumula searah
d. Berkembangnya jamur pada kecambah
e. Kecambah rusak atau tidak normal
f. Hitung masing-masing kecambah abnormal perkantong
g. Untuk kecambah yang normal dilakukan penyemprotan fungisida 0,1 % sebelum
dilakukan penanaman.
17
5. Penyiraman
Teknik penyiraman dibagi menjadi dua:
a. Penyiraman menggunakan gembor (manual)
b. Penyiraman menggunakan irigasi tetes dan sumisanzui (rain tube).
Penyiraman dilakukan dua kali sehari yaitu pagi pukul 07.00 s.d 09.00 WIB dan
sore pukul 16.00 s.d 17.30 WIB. Bila malam hari hujan dengan curah hujan > 10
mm maka tidak perlu dilakukan penyiraman di pagi harinya.
6. Pengendalian gulma
Pengendalian gulma didalam polibag dilakukan dengan cara manual
(mencabut) dan tidak disarankan pengendalian gulma didalam polybag dan diluar
polibag menggunakan bahan kimia terutama yang bersifat sistemik.
7. Pengendalian hama dan penyakit
Beberapa jenis hama pada pembibitan kelapa sawitdan cara pengendaliannya
sebagai berikut:
a. Kumbang pemakan daun kelapa sawit (Apogonia dan Adoretus compressus)
Hama ini merupakan hama pemakan daun kelapa sawit yang aktif pada malam
hari. Pengendalian hama ini dilakukan dengan cara penyemprotan insektisida seperti:
sipermetrin, deltametrin, lambdasihalotrin dan betasiflutrin. Penyemprotan dilakukan
dengan menggunakan knapsack sprayer ke arah daun kelapa sawit.Penyemprotan
dilaksanakan mulai pukul 17.00 s.d 19.00 Wib.
b. Belalang
Hama belalang merupakan hama serangga dari Ordo Orthoptera yang sering
memakan daun kelapa sawit. Jenis hama belalang yang sering memakan daun kelapa
sawit di bibitan adalah Valanganigricornis. Pengendalian hama ini dilakukan dengan
cara penyemprotan insektisidaseperti:Sipermetrin, deltametrin, lambdasihalotrin dan
betasiflutrin secara merata di seluruh tanaman.
c. Tugau Merah (Ride Spider Mite)
Tugau Merah (Side Spide Mite) bewarna kuning kemerah-merahan dan
berkembang dengan cepat terutama pada saat musim kemarau. Hama ini mengisap
cairan pada bagian bawah daun yang masih muda. Apabila serangan berat daun akan
terlihat berwarna kuning-orange seperti difesiensi Mg dan daun melengkung
18
kebawah. Akibat dari serangan hama ini adalah pertumbuhan tanaman menjadi lemas
dan kerdil sehingga sangan peka terhadap infeksi berbagai jenis penyakit yang pada
akhirnya tanaman akan mati.Pengendalian hama ini dilakukan dengan cara
penyemprotan dimetoat 40 % konsentrasi 1cc air per liter yang dicampur dengan
surfaktan. Penyemprotan diarahkan pada bagian daun kelapa sawit.Rotasi serangan
berat 2 minggu sekali.
d. Kutu Putih (Mealy Bugs)
Salah satu ciri-ciri hama ini yaitu seluruh badannya diselimuti oleh lapisan
lilin (lignin) putih. Kutu ini sangat berbahaya jika mengganggu perakaran bibitan
yang menyebakan bibit terlihat pucat seperti defisiensi Nitrogen. Serangan kutu ini
terjadi pada saat musim kering atau penyiraman yang kurang efektif. Perkembangan
hama ini dibantu oleh semut, karena semut mendapatkan makanan dari hasil madu
yang dikeluarkan oleh kutu tersebut. Pengendalian dapat dilakukan dengan cara
pengaplikasian carbofuron 3% sebanyak 10 g atau carbosulfan 5% sebanyak 5 g per
bibit di tabur dipermukaan tanah bibitan.
Beberapa jenis penyakit dan pengendaliannya pada pembibitan adalah sebagai
berikut:
a. Becak daun bibitan (Curvularia sp. Cercospora sp. Helminthosporium)
Gejala Culvularia berupa bercak coklat yang dikelilingi oleh klorosis
kekuningan atau orange. Pada Helminthosporium gejala tersebut biasanya berukuran
lebih kecil. Gejala Cercospora berupa kumpulan bercak coklat yang mongering
menjadi kelabu.
Pengendalian bercak daun bibitan antara lain:
Dilakukan pemeliharaan bibitan sesuai standar, terutama aspek pengairan, media
tanah, dan pemupukan.
Dilakukan penyemprotan fungisida (pada Main Nursery dilakukan secara
bergantian antara fungisida sistemik dan fungisida kontak. Pada Pre Nursery
tidak dianjurkan menggunakan fungisida benomil karena akan mengakibatkan
pertumbuhan bibit menjadi terhambat, untuk bibit Pre Nursery sebaiknya
menggunakan klorotalonil, mankozeb dan tiram).
19
b. Gejala Busuk Pucuk (Spear Rot)
Gejala Busuk Pucuk (Spear Rot) ini dapat menyerang bibit kelapa sawit dan
jika tidak dikendalikan dapat menular ke pelepah lain disekitarnya, bahkan dapat
menyebabkan kematian. Penyakit ini biasanya terjadi jika bibitan sering tergenang
oleh air sehingga berkembangnya berbagai mikroorganisme yang berasosiasi dengan
penyakit ini, seperti Fusarium sp. (cendawan) dan Erwinia sp. (bakteri).
Pengendalian ini dapat dilakukan dengan antara lain :
Pucuk yang busuk harus dicabut dan disemprot dengan pestisida.
Apabila ada serangan, maka bibit harus diisolasi dan bibit yang mati harus
dibakar.
8. Pemupukan
Pemupukan merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk memenuhi
kebutuhan unsur hara tanaman. Pemupukan anorganik pada pembibitan dimaksudkan
untuk mencukupi kebutuhan hara tanaman agar tercapainya pertumbuhan bibit yang
optimal. Pemupukan harus dilakukan sesuai jenis dan dosis pupuk serta jadwal yang
ditentukan.
Pemupukan di Pre Nursery dilakukan pada saat umur satu bulan setelah
penanaman kecambah atau daun kedua membuka sempurna.Pemberian pupuk
dilakukan 4 kali dalam sebulan. Pemupukan dilakukan dengan cara penyemprotan
larutan pupuk menggunakan gembor atau sprayer.
Sekitar satu jam setelah pengaplikasian pupuk mist irrigation harus
dihidupkan selama 10 – 15 menit yang bertujuan untuk mencuci sisa cairan pupuk
yang menempel di ketiak daun muda untuk menghindari terbakarnya daun muda.
9. Seleksi
Pelaksanaan seleksi bibit bertujuan untuk membuang tanaman kelapa sawit
yang pertumbuhannya abnormal (afkir). Bibit abnormal atau afkir harus
dikelompokan terpisah dengan bibit yang normal agar mempermudah dalam
pemeriksaan oleh pimpinan kebun untuk dilakukan pemusnahan. Seleksi dilakukan
dua tahap, yaitu pada umur 4 - 6 minggu (tahap pertama) dan pada saat akan
dipindahkan ke Main Nursery (tahap terakhir umur 3 bulan)
20
Beberapa ciri-ciri fisik bibit abnormal atau afkir di Pre Nursery :
Pucuk bengkok atau daun berputar (Twisted)
Kondisi ini diakibatkan oleh penanaman kecambah yang terbalik yang diketahui
dari daun-daun yang tumbuhnya melengkung membentuk setengah lingkaran.
Daun menggulung (Rolled Leaf)
Helai daun tidak membuka secara normal menyerupai bentuk tombak, gejala berat
disebabkan oleh faktor genetik.
Anak daun kriput / mengkerut (Crinkle Leaf)
Gejala berat disebabkan oleh faktor genetik
Anak daun sempit dan memanjang seperti lalang (Narrow Grass Leaf)
Bibit tumbuh dengan bentuk daun yang sempit memanjang dan tegak menyerupai
daun lalang, merupakan faktor genetic.
Ujung daun membulat seperti mangkok / melipat (Collante)
Helai daun dari bibit tidak membuka secara normal, tetapi melipat dan
menggulung. Gejala ini timbul akibat kekurangan air
Chimera
Sebagian daun secara beragam berubah pucat atau bergaris kuning terang. Ini
disebabkan oleh faktor genetik.
4.1.5.2 Main Nursery
Transplanting ke Main Nursery dilakukan pada saat bibit berumur 3 bulan
atau memiliki bibit telah memiliki 4 - 5 helai daun. Polybag yang digunakan adalah
polybag berwarna hitam, tahan lapuk, ketebalan 0,50 mm dengan 4 baris lubang
drainase. Dalam keadaan diratakan polybag berukuran 50 cm x 40 cm yang dapat
menampung media tanah 18 - 20 kg. Tanah yang digunakan untuk mengisi polibag
adalah tanah mineral dengan tekstur pasir tidak melebihi 60 %. Pengisian tanah
dipolibag harus dipersiapkan satu bulan sebelum bibit dipindahkan.Pada saat
pengisian tanah kedalam polibag terlebih dahulu tanah dicampur dengan pupuk RPH
(rock phosphate) dengan dosis 100 gram per polybag. Polybag disusun dengan
bentuk segitiga samasisi dengan jarak 90 cm x 90 cm yang dapat menampung 12.000
bibit per hektar.
21
Beberapa kegiatan yang dilakukan selama pembibitan tahap Main Nursery yaitu
sebagai berikut:
1. Pengisian polybag
Polybag harus sudah siap terisi tanah minimal 4 minggu sebelum pemindahan
bibit dari Pre Nursery ke Main Nursery.
Cara pengisian media polybag besar
Polybag dapat dibalik sebelum pengisian tanah yang bertujuan agar polybag
dapat berdiri tegak dengan kokoh
Media tanah harus disaring dengan saringan 1cm x 1 cm untuk menghindari
gumpalan-gumpalan tanah, sampah, akar tanaman dan lain-lain
Media siap di isi, setelah pengisian selesai guncang polibag agar polibag
terlihat padat dan kokoh
2. Transplanting bibit Pre Nursery ke bibit Main Nursery
Pastikan polybag sudah tersusun benar dengan posisi tegak
Satu hari sebelum dilakukan transplanting, siram tanah polybag besar sampai
jenuh yang bertujuan untuk memudahkan pembuatan lubang tanam
dikeesokan harinya
Buat lubang di tengah-tengah polibag dengan menggunakan alat pelubang
(auger) yang telah dipersiapkan dengan kedalaman lebih kurang 20 cm atau
sesuai dengan tinggi tanah dalam polybag kecil
Plastik pada polybag kecil dilepaskan dengan hati-hati untuk menghindari
pecahnya bekuan tanah dalam polibag kecil tersebut, kemudian bibit
dimasukan kedalam lubang tanam yang telah dipersiapkan, tekan sedikin
untuk memadatkan tanah dan lakukan penambahan tanah sehingga permukan
tanah polibag kecil sma dengan permukaan tanah polybag besar atau lebih
kurang 5 cm dibawah bibir polybag besar.
3. Penyiraman
Instalasi penyiraman harus dipersiapkan satu bulan sebelum dilakukan
transplanting bibit. Sistem penyiraman dalam skala besar yang dapat digunakan yaitu
sistem sprinkle, sistem sumisansui (rain tube) dan sistem inpus.
4. Hama dan penyakit
22
Serangan yang biasa menyerang bibit biasanya adalah jenis hama yang biasa
aktif dimalam hari yaitu Apogonia dan Adoratus. Pengendalian hama ini dapat
dilakukan dengan cara penyemprotan insektisida bersifat sistemik seperti bahan aktif
Chlorpyrifos dengan konsentrasi 0,1–0,2. Penyemprotan dapat dilakukan pada saat
sore menjelang malam hari dengan frekuensi 1 minggu sampai terlihat serangan
menurun.
Serangan lain yang biasa menyerang bibit adalah sejenis hama Thrips (kutu)
Ride Spider Mite (Tungau Merah). Pengendalian hama ini dapat dilakukan dengan
cara penyemprotan Confidor 25 EC dengan konsentrasi 0,1–0,2 %. Penyemprotan
fungisida dapat dilakukan apabila terjadi serangan jamur seperti Curvularia sp. dan
Corticum sp. Pengendalian dapat dilakukan dengan menggunakan fungisida Dithane
(b.a. mankozeb) dengan dosis 2gram/liter. Serangan berat dapat dilakukan
penyemprotan fungisida seminggu sekali, Untuk serangan sedang dapat dilakukan
penyemprotan fungisida 2 minggu sekali, Untuk serangan ringan dan preventif dapat
dilakukan penyemprotan fungisida sebulan sekali.
5. Pengendalian gulma
Pengendalian gulma dapat dilakukan secara manual dan khemis. gulma di
Main Nursery menggunakan Herbisida bahan aktif Paraquat. Penyemprotan
diwajibkan menggunakan sungkup pada alat semprot, tinggi nozzle lebih rendah dari
polybag yang bertujuan untuk mencegah terjadinya kerusakan tanaman akibat
terkenanya semprotan Herbisida.
6. Pemupukan di Main Nursery
Pada saat transplanting dari Pre Nursery ke Main Nursery biasanya bibit
mengalami stress menjadi agak layu dan kekuningan. Untuk itu bibit perlu disemprot
dengan larutan 8 gram urea dalam 18 liter air untuk 100 bibit.
Pemupukan di Main Nursery dilakukan setiap bulan dengan jenis pupuk dan
dosis yang telah ditentukan perusahaan (SOP).Pupuk dan dosis yang digunakan setiap
bulannya secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 1.
23
Tabel 1. Jenis dan dosis pupuk di pembibitan utama.
jjjj
Umur / bulan Jenis pupuk Dosis (garam / bibit)
4 NPK Compound 15 : 15 : 6 : 4 10
5 NPK Compound 12 : 12 : 17 : 2 10
6 NPK Compound 12 : 12 : 17 : 2 10
7 NPK Compound 12 : 12 : 17 : 2 20
8 NPK Compound 12 : 12 : 17 : 2 30
9 NPK Compound 12 : 12 17 : 2 30
Kieserite 15
10 NPK Compone 12 :12 :17 : 2 40
11 NPK Compone 12 : 12 : 17 : 2 40
Kiesrite 30
12 NPK Compone 12 : 12 : 17 : 2 60
Kiestrite 30
13 NPK Compone 12 : 12 :17 : 2 60
14 NPK Compone 12 : 12 : 17 : 2 60
24
Seleksi bibit dilakukan dengan beberapa tahap yaitu ketika bibit berumur 6
bulan, 9 bulan dan 12 bulan pada saat transplanting ke lapangan. Cara-cara
pelaksanaan seleksi bibit di Main Nursery:
Seleksi bibit-bibit abnormal atau afkir dan pisahkan dari yang normal
Catat dan membuat berita acara semua bibit abnormal atau afkir
Musnahkan bibit abnormal atau afkir, jumlah bibit abnormal atau afkir di
pembibitan Main Nursery berkisar 10 – 15 %.
Dari kegiatan seleksi akan diketahui bibit yang normal dan yang afkir. Ciri-ciri bibit
abnormal di Main Nursery:
Kerdil (Runt atau Stunted)
Bibit yang pertumbuhan vegetatifnya terhambat atau jauh lebih kecil dibanding
bibit-bibit yang lainnya.
Bibit Erect
Bibit ini diakibatkan oleh faktor genetik, daun yumbuh dengan sudut yang sangat
sempit atau tajam sehingga terlihat tumbuh tegak dan sangat kaku.
Bibit Layu dan Lemah (Limp)
Pelepah dan helai daun tampak lemah / layu, bibit secara keseluruhan pucat dan
pertumbuhan daun muda cenderung lebih pendek dari yang seharusnya.
Bibit Flat Top
Bibit ini diakibatkan oleh faktor genetik, daun yang baru tumbuh dengan ukuran
yang makin pendek dari daun yang lebih tua, sehingga tajuk bibit terlihat rata.
Short Internode
Jarak antara anak daun pada tulang pelepah (rachis) terlihat sangat dekat dan
bentuk pelepah sangat pendek.
Wide Internode
Jarak antara anak daun pada rachis terlihat sangat leber, bibit sangat terbuka dan
lebih tinggi dari yang normal.
Anak Daun Sempit (Narrow Leaf)
Bentuk helai anak daun tampak sempit dan tergulung sehingga berbentuk seperti
jarum
25
Anak Daun Tidak Membelah (Juvenile)
Anak daun tidak membelah atau tidak pecah
Daun Berkerut (Crinkle Leaf)
Daun berbentuk tingkatan kerutan-kerutan, gejala berat disebabkan oleh faktor
genetik, gejala ringan disebabkan oleh kekurangan air (water stress)
Chimera
Sebagian atau seluruh daun secara beragam berubah menjadi pucat atau bergaris
kuning terang.
Bibit Terserang Crown Disease
Bibit ini diakibatkan oleh faktor genetik, pelepah menjadi bengkok, mengering
dan mudah patah.
4.2 Pemeliharaan Tanaman Kelapa Sawit
4.2.1 HamaKumbang Tanduk (Oryctes rhinoceros)
Hama adalah hewan yang menggangu, merusak tanaman budidaya sehingga
menimbulkan kerugian secara ekonomis. Berikut adalah penjelasan mengenai
berbagai jenis hama yang banyak di temukan di areal perkebunan kelapa sawit serta
cara pengendalain dan pemberantasannya.
Jenis kumbang yang menyerang tanaman kelapa sawit adalah Oryctes
rhinocerros. Kumbang tersebut menyerang tanaman TBM (Tanaman Belum
Menghasilkan), dan tanaman TM (Tanaman Menghasilkan). Ciri-ciri dari kumbang
tanduk yang menyarang tanaman kelapa sawit adalah sebagai berikut:
Kumbang: Berukuran 4 cm dan berwama coklat tua. Pada bagian ujung kepala
kumbang jantan terdapat sebuah tanduk kecil, sadangkan pada ujung perut jenis
betina terdapat sekumpulan bulu kasar.
Larva: Berupa tempayak besar, berwarna putih dan berbentuk khas keluarga ini.
Tubuhnya berbentuk silinder, gemuk dan berkerut-kerut, melengkung membentuk
setengah lingkaran. Kepala keras dilengkapi dengan rahang yang kuat.
Pupa:Berwarna coklat kekuningan, berkembang dalam selubung yang dibuat oleh
larva dengan menggunakan bahan-bahan yang terdapat di sekitar tempat
hidupnya.
26
Gambar 10. Oryctes rhinoceros.
Biologi
27
4.2.1.2 Pemantauan dan tingkat populasi kritis
Pemantauan populasi hama ini dilakukan secara teratur tiap bulan, terhadap 15
% dari jumlah keseluruhan tanaman (setiap 6 baris diambil 1 baris sebagai contoh).
Apabila ditemukan 3-5 ekor kumbang atau banyak bekas serangan baru selama 2
tahun pertama setelah masa tanam di perkebunan, maka pemberantasan harus
dilakukan. Serangan kurang berbahaya setelah tanaman berumur lebih dari 2 tahun
diperkebunan. Mulai saat itu tingkat populasi kritis dinaikkan menjadi 15-20 ekor.
4.2.1.3 Tindakan pemberantasan
1. Pengumpulan kumbang secara manual dari lubangnya pada tanaman yang
terserang.
2. Dengan menggunakan alat kait dari kawat. tindakan ini dilakukan tiap bulan
untuk populasi 3-5 ekor/ha/bulan,setiap 2 minggu untuk 5-10 ekor, dan setiap
minggu untuk 10 ekor keatas.
3. Penghancuran tempat peletakan telur secara manual. lni dapat dilakukan jika
jumlahnya masih terbatas.
4. Pemberantasan secara kimia : menyumbat tajuk daun dengan insektisida butiran
Karbofuran sebanyak (0,3 g bahan aktif per pohon). Perlakuan ini harus diulang
setiap bulan bahkan sampai 2 kali sebulan.
5. Pengendalian biologis : semprot tempat penetasan telur dengan larutan patogen
yakni jamur Metarrhizium anisopliae dan virus Baculovirus oryctes. Namun cara
ini tak dapat dianggap sebagai obat yang manjur.
4.2.1.4 Pengendalian di Lapangan
a. Pengendalian langsung dilakukan apabila ditemukan tanaman yang terserang.
Tindakan yang dilakukan :
1. Manual : TBM, TM yang masih terjangkau dengan cara manual
2. Kimia : TBM, TM yang masih terjangkau dengan Knapsack Sprayer
3. Feromon : TBM, TM
4. Breeding Site : TBM, TM
b. Oryctes sp. yang ada di dalam lubang gerekan dikutip menggunakan alat
pengait, selanjutnya kumbang dimusnahkan. Rotasi dilakukan 3 hari sekali pada
areal yang telah ada serangan.
28
c. Pada tanaman yang terserang dan kondisi pucuk mengering, segera
dilakukan pembuangan pucuk dan pelepah lain yang rusak, agar sinar matahari
dapat langsung mengenai daerah serangan untuk menghambat serangan patogen
sekunder.
29
4. Ember yang berisi Feromon digantung di lapangan. Pada areal TBM ember
diletakkan pada ketinggian sedikit di atas tajuk tanaman. Setiap 2 hari
dilakukan penghitungan jumlah Oryctessp. yang terperangkap dan selanjutnya
dimusnahkan.
g. Pengendalian dengan cara pembongkaran Breeding Site
1. Breeding Site merupakan areal dengan tumpukan bahan organik yang tinggi,
seperti aplikasi tandan kosong yang menumpuk, bekas timbunan buah busuk,
batang kelapa sawit/kelapa eks replanting, pohon yang lapuk, fiber.
2. Langkah yang dilakukan berupa identifikasi semua lokasi tumpukan tersebut.
Breeding Site yang menumpuk harus dibongkar. Hasil bongkaran bahan
organik harus disebar merata dan tidak boleh ada penumpukan lagi Larva dan
kumbang dikumpulkan, jumlahnya dicatat, selanjutnya dimusnahkan.
Pembongkaran dilakukan sampai tidak ditemukan lagi larva dan kumbang.
4.2.2 Ulat Kantong
Ada tiga jenis ulat kantong yang biasa menyerang tanaman, yaitu
Mahasenacorbetti, Metisaplana, Cremato sp. Dan hisapendul. Stadia Ulat
Metisaplana berlangsung sekitar 50 hari, ulat berukuran 12 mm dengan panjang
kantong 15-17 mm. Sementara itu, stadia ulat Mahasena corbetti berlangsung srekitar
80 hari, ulat stadia instar akhir berukuran 30-35 mmdengan panjang kantong 30-50
mm. Penyebaran hama ini sangat cepat karena sifatnya yang mudah berpindah dari
satu daun ke daun yang lainnya.
30
Serangan ulat kantong menyebabkan daun tidak utuh, rusak, dan berlubang-
lubang. Kerusakan helai daun mulai dari lapisan epidermisnya. Kerusakan lebih
lanjut mengeringnya daun yang menyebabkan tajuk bagian bawah bewarna abu-abu
dan hanya daun muda yang masih bewarna hijau. Kerusakan oleh hama ini dapat
menimbulkan penyusutan produksi sampai 40%. Pembrantasan dapat dilakukan
secara kimia dengan penyemprotan insektisida berbahan aktif endosulfan 330,9 g/l,
yaitu Thiodan 35 EC dengan dosis 0,8 kg/ha. Sementara itu, pembrantasan biologi
dapat dilakukan dengan penyebaran predator dan parasit.
31
4.2.3.1 Metode Pengendalian Gulma
Beberapa cara yang sering digunakan dalam pengendalian gulma, adalah :
1. Mekanis, contohnya secara manual (ditebas, menggunakan cangkul dan dicabut)
2. Khemis, dengan menggunakan herbisida
3. Terpadu, dengan cara penggabungan kedua cara tsb, contohnya ditebas dan dioles
herbisida.
4.2.3.2 Penggolongan Herbisida
Herbisida dibedakan menjadi 2 yaitu:
a. Herbisida kontak, yaitu herbisida yang langsung merusak jaringan tanaman yang
terkena semprotan bahan kimia dan menyebabkan jaringan tersebut mati. Kurang
efektif dan efisien untuk gulma yang mempunyai regrowth tinggi. Contohnya:
Paraquat
b. Herbisida sistemik, herbisida yang cara kerjanya memasukii jaringan tanaman dan
merusak sistem pertumbuhan tanaman. Herbisida ini reaksinya agak lambat,
namun regrowth gulma tidak ada.Contohnya Dalapon, Glyphosate, Glufosinate-
ammoniu,Fluozifop-butyl, Triclopyr, Sulphosate.
Sesuai dengan waktu penggunaannya, herbisida dibedakan menjadi :
a. Herbisida pra tumbuh (Pre Emergence), yaitu herbisida untuk mencegah
pertumbuhan biji dan rhizome.Contohnya: Diuron, Amertryne
b. Herbisida purna tumbuh (post emergence), yaitu herbisida untuk menghambat dan
mematikan pertumbuhan tanaman.Contohnya: 2,4-D amine, Picloram, Triclopyr.
Agak toleran terhadap Paraquat dan Glyphosate.
4.2.3.3 Kalibrasi Dalam Penyemprotan Gulma
Kalibrasi adalah suatu cara untuk menghitung berapa banyak racun/pestisida
dan air, dan berapa lama waktu yang digunakan untuk mengendalikan gulma. Flow
rate adalah banyaknya air yang keluar dari lubang nozzle per menit. Volume semprot
adalah banyaknya air yang dibutuhkan persatuan luas.Dosis adalah banyaknya
racun/herbisida yang digunakan per satuan luas(per hektar blanket, per hektar
piringan, per hektar, pasar pikul). Konsentrasi larutan adalah banyaknya pestisida per
liter air dalam satuan persen.
32
Cara penghitungan dosis herbisida per hektar piringan dan mencari volume
semprotnya.
Diketahui: Herbisida merk dagang DEJAVU b.a fluroksipir meptil ester 288 g/L.
Dosis 2 - 3 L/Ha
Diameter pokok : 1,5 m
Lebar piringan : 2,5 m
Volume semprot : 450 L/Ha
Luas areal semprot : 10.000 m
Maka :
Untuk memperoleh dosis herbisida per hektar piringan.
r = 2,5 m
d =1,5m
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑏𝑎𝑡𝑎𝑛𝑔 = 𝜋𝑟 2
Luas batang = 3,14 x (0,75)2
Luas batang = 0,5625
r = Jari jari piringan + jari jari batang
r = 2,5 + 0,75
= (3,25)2
𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑝𝑖𝑟𝑖𝑛𝑔𝑎𝑛 = 𝜋𝑟 2
Luas piringan= 3,14 x (3,25)2
= 3,14 x 10,56
=33,16
33,16 - 0,56 = 32,60
32,60 x 136 pokok kelapa sawit per hektar = 4434
Dosis per hektar
= Luas areal semprot ÷ 10.000 x dosis anjuran
33
= 0,44 x 2000 cc
=886 cc/Ha piringan.
Mencari volume semprot/Ha piringan = luas areal semprot÷ 10.000 × 450 liter
= 44 ÷ 10,000 × 450 liter
= 199 liter air per hektar piringan.
Menghitung dosis herbisida per hektar pasar pikul
250m + 250m +125m = 625 m + 1,2 m
=750 m lebar pasar pikul
yang diiunginkan
34
Gambar 13. Curvularia sp.
4.2.4.2 Pengendalian bercak daun bibitan
d. Apabila gejala serangan sangat parah, bibit harus diisolasi dan diberikan
perlakuan fungisida seperti Bab 6.2.1.1c.
35
4.2.4.3 Penyakit Busuk Pucuk disebabkan oleh JamurPhytophthora palmivora
Penyakit busuk pucuk terjadi di karenakan akibat dari serangan hama
kumbang. Pucuk tanaman kelapa sawit yang telah dimakan oleh kumbang tersebut di
serang oleh penyakit yang disebabkan oleh Cendawan phytophthora. Penyakit ini
dapat di cegah dengan penyemprotan fungisida0,3 % pada bagian pucuk tanaman
kelapa sawit.
36
4.3 Kesatuan Contoh Daun / Leaf Sampling Unit
4.3.1 Latar Belakang
Produksi kelapa sawit yang maksimal dapat tercapai apabila terpenuhi
kebutuhan unsur hara tanaman itu sendiri. Analisa daun merupakan salah satu alat
untuk mengetahui kebutuhan tanaman terhadap status unsur hara. Analisa daun yang
akurat harus ditunjang dengan sistem pengambilan daun/Leaf Sampling Unit (LSU)
yang tepat di lapangan. Ketelitian, kebenaran dan kejujuran mutlak diperlukan dalam
pengambilan contoh daun.
Ketepatan dalam melakukan LSU akan memberikan rekomendasi pemupukan
yang baik sesuai kebutuhan tanaman. Oleh karena itu pengetahuan tenaga pengamat
dan sistem pengawasan yang benar menjadi mutlak harus dilakukan untuk
mendapatkan hasil yang maksimal.
4.3.2 Pemilihan Unit Areal Untuk LSU
LSU adalah unit areal dimana contoh daun diambil untuk dianalisa di
laboratorium. Hasil analisa tersebut merupakan salah satu komponen yang sangat
penting dalam penentuan rekomendasi dosis pemupukan pada areal tersebut.
Satu LSU harus mempunyai kondisi yang relatif seragam dalam (a) umur tanaman
(tahun tanam), (b) tipe tanah, (c) tindakan agronomis, (d) drainase, (e) topografi dan
(f) bahan tanaman
4.3.3 Penentuan Jumlah Pohon
a. Setiap blok akan diambil ± 30 pohon contoh.
b. Pelaksanaan pengambilan contoh daun dilakukan dengan sistem “perhitungan
tertentu” tergantung luas blok, misalnya sistem 12 x 11, 12 x 10, 8 x 7 (baca : 12
(baris) x 11 (pohon) = barisan yang dipilih setiap 12 baris, dan sebagai pohon
contoh diambil setiap 11 pohon).
4.3.4 Pemilihan Pohon Contoh
a. Titik awal sebagai titik di mulainya pelaksanaan LSU. Titik awal di mulai dari
arah Barat – Utara (B – U).
b. Pohon pertama (permulaan hitungan) adalah pohon pada baris ke-3 dari utara dan
masuk pada pohon ke-5 dari pinggir blok.
37
c. Pohon kedua mengikuti baris ketiga (3) tersebut setiap beberapa pohon
tergantung sistem yang telah ditentukan. Misalnya : sistem 12 x 11, pohon kedua
adalah sebelas (11) pohon setelah pohon sampel pertama atau pohon ke-16 dari
pinggir awal masuk.
d. Pohon ketiga dan seterusnya mengikuti cara seperti perhitungan pohon kedua
hingga menembus jalan / batas blok .
e. Jika telah selesai baris tersebut, pengamatan dilanjutkan ke baris berikutnya,
tergantung sistem yang ditetapkan. Misalnya sistem 12 x 11, maka pindah baris
setiap dua belas (12) baris. Perhitungan pokok masuk baris pengamatan kedua
dan seterusnya dilanjutkan hitunganya dari pokok sampel daun pada baris
sebelumya. Begitu seterusnya hingga selesai mengerjakan 1 blok.
f. Untuk areal terasan, baris pengambilan pohon pengamatan mengikuti arah kontur
dengan sistem penentuan pohon yang sudah ditetapkan.
g. Apabila pohon contoh terpilih tidak memenuhi syarat sebagai pohon contoh LSU
maka dilakukan pemindahan pohon didepannya. Pohon contoh selanjutnya
dihitung 10 pohon dari pohon yang tidak memenuhi syarat tadi.
Ciri-ciri pohon yang tidak memenuhi syarat sebagai pohon contoh adalah :
1. Pohon yang terletak dipinggir jalan, rel kereta api, sungai, parit atau dengan
perumahan.
2. Pohon sisipan.
3. Pohon kerdil.
4. Pohon steril.
5. Pohon terserang hama dan penyakit.
6. Pohon yang tumbuh miring ditanah normal (datar).
7. Pohon yang pelepah ke 17 tidak ada (rusak).
8. Pohon abnormal.
h. Pohon contoh harus diberi tanda yang jelas dan nomor urut untuk masing-masing
LSU karena pohon yang sama akan dipakai untuk tahun berikutnya. Tanda pohon
yang biasa digunakan adalah :
1. Tanda panah ke atas ( ) sebagai tanda masuk.
2. Tanda panah ke samping ( ) sebagai tanda perpindahan baris.
38
3. Nomor pohon contoh ditulis angka, misalnya (19 ).
4.3.5 Memilih Pelepah yang Akan diambil Contoh Daunnya
a. Contoh daun diambil pada pelepah ke-17. Hasil penelitian membuktikan bahwa
pelepah ke – 17 dapat mewakili penentuan kandungan unsur hara tanaman.
b. Pengambilan daun umumnya dimulai pada saat tanaman berumur 3 tahun setelah
tanam.
c. Jika pelepah ke – 17 terlalu dibawah, contoh daun diambil pada pelepah ke – 9
(TBM 3).
4.3.6 Prosedur Pengambilan Contoh Daun
a. Menyiapkan peralatan – peralatan LSU seperti
1. Egrek
2. Parang
3. Kuas
4. Galah
5. Map LSU
6. Plastik ukuran 5 kg
7. Cat minyak warna biru
8. Formulir Pengamatan Lapangan Pendukung LSU
9. Alat tulis
b. Pengambilan contoh daun
1. Pengambilan daun dilakukan antara pukul 07.00 – 12.00 WIB. Apabila tidak
memungkinkan maka pengambilan dapat diperpanjang hingga pukul 12.00
WIB
2. Pengambilan contoh daun tidak boleh dilaksanakan pada hari hujan > 20 mm
3. Apabila CH < 20 mm maka pengambilan contoh daun dapat dilakukan setelah
1 jam hujan berhenti dengan syarat setelah titik hujan tidak terlihat
dipermukaan daun yang diambil
4. Penentuan pelepah ke-17 harus dilakukan secara benar dan tepat. Cara
penentuan pelepah ke-17 adalah dengan memperhatikan susunan pelepah dan
posisi pelepah ke-1. Setiap satu spiral pelepah terdiri dari 8 pelepah. Ritme
susunan pelepah teratas satu pokok kelapoa sawit adalah 1,4,7,2,5,8,3 dan 6.
39
Ritme susunan pelepah disebut parastichy. Pelepah ke-17 berada pada
parastichy ke-1, artinya pelepah ke-17 berada satu garis dengan jarak 3
pelepah yaitu pelepah ke-1, pelepah ke-9, pelepah ke-17 karena setiap
penambahanya berjumlah 8.
5. Pelepah sampel (17 / 9) dipotong/ dirundukkan dan sampel daun diambil dari
bagian tengah pelepah yaitu daun yang berada pada posisi peralihan dari sisi
tebal pelepah ke sisi runcing pelepah yang ditandai dengan “ekor kadal”.
6. Potong 4 Helai daun (2 helai sebelah kiri, 2 helai sebelah kanan kearah
pangkal pelepah di dekat “ekor kadal”)
7. Daun dibagi menjadi 3 bagian yaitu pangkal, tengah dan ujung. Bagian tengah
± 15 cm diambil sebagai sampel.
8. Pisahkan helaian daun dan lidihnya dengan tangan.
9. Masukkan helaian daun yang telah dipisahkan dari lidinyakedalam kantong
plastik bersih dan beri label
c. Setelah pengambilan daun pada pohon pertama selesai, dilanjutkan ke pohon
contoh ke-2 dan seterusnya dengan prosedur yang sama.
d. Pengamatan selama pelaksanaan LSU
1. Setiap pokok dalam baris yang dilalui harus diamati dan dicatat di form Data
Pengamatan Lapangan Pendukung LSU
2. Kriteria pokok/pohon yang diamati adalah, pokok sehat, sakit, pelepah patah,
defisiensi (meliputi, N, K, NK, Mg, B, Cu, Fe)
3. Untuk mempermudah pelaksana (karyawan) dalam pengamatan pokok
mengalami defisiensi, pelaksana di bekali gambar/foto ciri pokok defisiensi
4. Catatkondisi pokok yang di jumpai dalam bentuk turus/angka romawi
(misal:IIII)
5. Setelah selesai satu blok, kondisi blok (semak/tidak semak), jenis tanah,
drainase dan topografi (kondisi dominan) pada form Data Pengamatan
Lapangan Pendukung LSU
e. Pengambil contoh daun dan pengawas lapangan harus mencatat dalam formulir
Pengamatan Lapangan Pendukung LSU tentang gejala-gejala defisiensi hara,
40
tanaman sehat, tanaman sakit, tanaman pelepah normalnya patah pada baris yang
dileawti tersebut.
f. Setelah selesai LSU 1 blok, daun, label dan data pengamatan lapangan (data
pendukung lapangan LSU) dimasukkan ke dalam plastik dan dikirim ke kantor
besar.
4.3.7 Prosedur pengeringan daun
a. Contoh daun dari lapangan dibersihkan dari debu dengan menggunakan
kain/kapas yang bersih dengan menggunakan air aquadest.
b. selanjutnya dikeringkan dalam oven dengan suhu lebih kurang delapan puluh
derajat celcius (80 oC) selama 12 jam. Untuk pemerataan pengeringan maka
dilakukan pembalikan pada saat pengeringan.
c. Atau menggunakan Microwave. Daun yang telah dibersihkan, dipotong – potong
± 1 cm dengan gunting. Daun yang telah dipotong-potong diletakkan didalam
wadah yang tahan panas. Lalu dimasukkan ke dalam Microwave dengan stelan
suhu Medium High selama 20 menit (Selama rentang waktu tersebut sampel
dikeluarkan setiap 10 menit sekali, untuk diaduk-aduk agar pengeringannya
merata). Contoh daun yang sudah kering dicirikan dengan mudahnya dilakukan
penghancuran melalui remasan tangan dan daun berwarna kecoklatan. Kemudian
sampel daun kering beserta labeldimasukkan kedalam kantong plastik/amplop
coklat.
4.3.8 Pengiriman contoh daun
Hasil contoh daun yang sudah kering segera mungkin dikirim ke laboratorium
(bagian Research) untuk dilakukan analisa.
41
4.4 Analisis Tandan Buah / Bunch Analysis
4.4.1 Pengertian
Analisis tandan kelapa sawit adalah analisis yang dilakukan untuk mengetahui
komponen-komponen tandan seperti kandungan minyak dan kandungan kernel pada
kelapa sawit dan lain-lain.
4.4.2 Alat alat yang dibutuhkan
a. Lapangan : Timbangan Gantung/Salter, Dodos, Karung, Label, Tali
b. Laboratorium : Timbangan Mettler Toledo, Oven, Kapak, Pisau, Blender, Wadah
Alumunium / Stainless, Meja, Soxhlet Extractor, Timbangan
analitik,Hecter, Kertas tissue tebal, Spatula.
4.4.3 Bahan yang dibutuhkan
a. Lapangan : Tandan kelapa sawit yang siap dipanen
b. Laboratorium : Ethepon, Hexane
4.4.4 Prosedur analisa tandan
4.4.4.1 Lapangan
c. Pemilihan Tandan
Tandan diambil dari tanaman kelapa sawit yang sudah ditentukan dan buah
kelapa sawit pada tandan sudah matang (minimal 2 berondolan per kg yang lepas
setelah panen) serta tandan/buah harus normal.
d. Pemanenan Tandan
Panen tandan yang sudah ditentukan, hitung jumlah berondolan yang lepas dari
tandan sesudah panen, timbang berat tandan dan berondolan, kemudian masukkan ke
dalam karung. Karung yang berisi tandan harus diberi label dengan informasi yang
lengkap/catatan pada label.
42
Keterangan pada label meliputi :
Tanggal :
No Trial :
Plot/Row :
No Pohon :
Berat Tandan :
Jumlah berondolan lepas :
Identitas pohon dan keterangan yang dibutuhkan harus jelas dan lengkap.
4.4.4.2 Laboratorium
1. Timbang ulang berat tandan dalam karung yang dibawa dari lapangan, catat berat
dan jumlah berondolan yang lepas dari tandan. Data yang terdapat dalam label
dari lapangan dicatat kembali pada buku jurnal laboratorium.
2. Potong semua spikelet dari batang tandan di atas meja dan pisahkan berdasarkan
posisi pada tandan (atas, tengah, bawah). Catat tipe buah kelapa sawit (dura,
pesifera, tenera).
3. Timbang dan catat berat batang tandan (stalk) dan semua spikelet yang sudah
dilepas dari batang tandan secara terpisah.
4. Ambil sampel untuk analisa fisika dan analisa kimia
4.4.4.3 Analisa Fisika
1. Acak semua spikelet yang sudah dilepas dari tandan berdasarkan posisi spikelet
pada tandan (atas, tengah, bawah) pada meja. Ambil 4.5 – 5.5 kg sampel spikelet
yang sudah diacak. Hitung jumlah spikelet.
2. Beri ethepon pada sampel, diamkan 1 malam
3. Lepaskan semua berondolan dari spikelet dengan menggunakan tangan. Hitung
dan timbang jumlah buah fertile (luar dan dalam), partenokarpic (luar dan dalam)
dan spikelet kosong secara terpisah.
4.4.4.4 Analisa Kimia
1. Ambil 20 fertile luar yang bagus dan normal dan 10 fertile dalam, sehingga
totalnya 30 buah.
43
2. Timbang, catat dan masukkan ke dalam plastik tebal dengan label yang benar.
(berondolan sebaiknya diproses pada hari itu juga, berondolan yang tidak bisa
diproses pada hari itu harus dimasukkan ke dalam kulkas).
3. Lepaskan mesocarp dari 30 berondolan dengan cara diiris menggunakan pisau
sampai biji (nut) bersih dari mesocarp. Pisahkan mesocarp dan biji (nut) pada
wadah terpisah, timbang, catat dan diberi label.
4. Pengovenan mesocarp pada suhu 800C selama 24 jam.
5. Haluskan mesocarp yang sudah dioven dengan cara diblender, masukan mesocarp
yang sudah halus kedalam kertas saring.
6. Susun sachet yang berisi mesocarp kedalam Soxhlet Oil Extractor.
6.5 Seed Garden
6.5.1 Pengertian Panen
Panen merupakan suatu rangkaian pekerjaan penurunan tandan buah segar
(TBS) kelapa sawit serta mengumpulkan tandan tersebut ketempat penampungan
hasil (TPH).
6.5.1.1 Kegiatan penen meliputi
a. Pemotongan TBS
b. Pengutipan brondolan
c. Pengangkutan pelepah
d. Pengangkutan tandan dan brondolan ke TPH
e. Pengangkutan tandan dan brondolan ke PKS
6.5.1.2 Faktor penentu keberhasilan panen
a. Kesiapan sarana dan prasarana
b. Kriteria kematangan tandan
c. Manajemen panen (rotasi dan sisitem panen)
6.5.1.3 Alat - alat panen
Beberapa alat yang umum yang digunakan dalam kegiatan panen adalah
sebagai berikut :
a. Dodos besar dan kecil dengan lebar ± 10-12.5 c, disambung dengan pipa besi dan
tongkat kayu dengan diameter ± 14 cm, untuk tanaman yang berumur < 6 tahun
b. Timbangan untuk menimbang TBS
c. karung bekas untuk pengumpulan berondolan di TPH
d. Kapak kecil atau parang untuk memotong tangkai TBS
44
e. Kereta dorong untuk mengangkut TBS ke TPH
f. Tojok dan gancu sebagai alat untuk mempermudah TBS kedalam truk
g. Jaring untuk pengaman buah di truk agar tidak jatuh
6.5.2 Tenaga Panen
Persiapan panen yang baik akan memperlancar pelaksanaan panen. Persiapan
ini meliputi tenaga kerja, peralatan, pengangkutan, dan pengetahuan tentang
kerapatan panen dan sarana panen. Persiapan tenaga panen meliputi jumlah tenaga
kerja dan pengetahuan/ keterampilannya. Kebutuhan tenaga kerja tergantung pada
keadaan topografi, kerapatan panen dan umur tanaman.Persiapan panen harus
dilakukan dengan baik dan tepat waktu agar pada saat panen dimulai, produksi dapat
dikumpulkan, sehingga kegiatan panen dapat dilakukan sebaik mungkin.
6.5.3 Kriteria Matang Panen
Kriteria matang panen adalah perubahan warna dan membrondolnya buah dari
tandan. Proses perubahan warna yang terjadi pada tandan adalah warna hijau berubah
kehitaman kemudian berubah menjadi merah mengkilat/orange. Kriteria matang
panen ditentukan beberapa faktor, antara lain :
1. Jumlah buah yang membrondol per tandan
2. Tandan > 10 kg (2 berondolan/kg tandan), untuk tandan< 10 kg
3. Tandan yang dipanen masuk fraksi 1, 2 dan 3
45
6.5.4 Rotasi Panen
Rotasi panen adalah lamanya waktu yang diperlukan antara panen yang satu
dengan panen yang berikutnya pada ancak panen yang sama. Rotasi panen yang
sesuai dengan perkembangan buah adalah 7 hari. Rotasi panen yang dilakukan di seed
garden adalah 7 hari sekali, sedangkan yield recording merupakan pemanenan setiap
pokok ditimbang hasilnya meliputi berat tandan dan jumlah tandan. Apabila produksi
tinggi hari panen ditambah misalnya 7 hari seminggu (rotasi 4/7). Rotasi panen
tergantung angka kerapatan buah dan kapasitas pemanen.Rotasi panen harus
dilakukan secara tepat dan disipilin, sebab rotasi panen yang terlambat dapat
mengakibatkan tanaman terserang marasmius sp.
6.5.5 Cara Panen
Pemanen mulai berjalan pada baris tanaman yang akan dipanen sambil
memperhatikan setiap pohon, mengamati jumlah berondolan pada piringan maupun
tajuk tanaman karena kadang-kadang berondolan terperangkap dibelakang pangkal
pelepah.
46
per pokoknya, kemudian mandor mencatat semua hasil dari kegiatan pemanenan.
Lakukan hal yang sama pada pokok kelapa sawit yang lain yang sudah selesai
sampai ancak selesai. Setelah proses penimbangan selesai maka tandan diangkut
keatas angkong untuk di kumpulkan di TPH. Pada saat yang sama pemanen
mengumpulkan berondolan menggunakan piring alumunium dan karung bekas.
TBS harus tersusun dengan rapi di TPH, sedangkan berondolan yang telah
dikumpulkan didalam karung diletakkan disebelah TBS.
Tandan disusun menurut baris yakni 5 - 10 tandan per baris dengan tangkai
menghadap kearah jalan, dan tangkai tandan dipotong membentuk huruf V. Hal ini
disebabkan untuk mencegah naikknya kadar asam lemak bebas (ALB). Secara umum
persentase ALB setelah dipotong adalah 0,2 – 0,7 % dan setelah jatuh ketanah dapat
meningkat menjadi 0,6 – 1,0 % setiap 24 jam. Kemudian juga membantu mandor saat
melakukan pengecekan tandan, karena pada tangkai tandan terdapat kode yang
47
berfungsi untuk mengetahui siapa pemanen pada hari itu. Dan pemanen yang terbaik
akan mendapatkan prestasi yaitu premi.
48
Kode pencatatan sensus bunga pada form:
F : Female (bunga betina)
M : Male (bunga jantan)
HP : Hemaprodit (bunga jantan dan bunga betina satu tandan)
- : pelepah ada tapi tidak ada bunga
X : Pelepah terpotong
FP : Female Pround (bunga betina sudah dipanen)
R, W, B, Y : red, white, blue, yellow (warna cat yang ada pada pelepah) jika
sudah ada sensus sebelumnya.
f. Catat pada form jika menemukan cat pada pelepah dan nomor pelepah keberapa.
Cat yang dimaksud adalah cat penanda pelepah ke - 1 pada sensus sebelumnya.
49
6.7.3.2 Kekurangan
Membutuhkan biaya yang besar untuk melakukan pengambilan foto udara.
Pada saat mendigitasi kelapa sawit, masih ada pokok sawit yang tidak ikut
terdigitasi dikarenakan persamaan warna daun kelapa sawit dengan tumbuhan
lain
Memerlukan kesabaran, ketelitian dan ketekunan
Dibutuhkan tenaga ahli dalam bidang tersebut
Cuaca buruk akan mengganggu pengambilan foto udara dan hasil foto udara
yang didapat tidak maksimal
6.7.4 Komponen Komponen Yang Dibutuhkan Untuk Menjalankan GIS
50
foto udara, citra satelit dan sebagainya atau hasil dari interpretasi data-data tersebut.
Sedangkan data atribut misalnya data sensus penduduk, catatan survei, data statistik
lainnya. Kumpulan data-data dalam jumlah besar dapat disusun menjadi sebuah basis
data. Jadi dalam SIG juga dikenal adanya basis data yang lazim disebut sebagai basis
data spasial (spatial data base).
Perangkat lunak (sofwere) SIG adalah program komputer yang dibuat khusus
dan memiliki kemampuan pengelolaan, penyimpanan, pemrosesan, analisis dan
penayangan data spasial contoh : Map Info, Arc View, Quantum GIS, Map WinGIS
dll.
Perangkat keras (hardwere) adalah berupa seperangkat komputer yang dapat
mendukung pengoperasian perangkat lunak yang dipergunakan. Dalam perangkat
keras ini juga termasuk didalamnya scanner, digitizer, GPS, printer, CPU, Hardisk,
plotter dll.
6.7.5 Jenis Data GIS
1. Data Spasial
a. Raster
Data hasil dari sistem pengindraan jauh
Obyek geografis direpresentasikan sebagai struktur sel-grid (pixel)
b. Vektor
Obyek di bumi direpresentasikan garis (line, arc), area atau polygon, serta
sebagai titik atau point
2. Data Non Spasial (data atribut)
Disebut juga informasi deskriptif. Artinya suatu lokasi dapat memiliki beberapa
atribut atau property yang berkaitan dengannya.
6.7.6 Jenis Feature Geografis
1. Titik/Point
Biasanya digunakan untuk menggambarkan lokasi yang tidak mempunyai luasan
seperti Patok BPN, Titik Tinggi, Puncak Gunung, dll.
2. Garis/Line
Feature yang dibentuk oleh sekumpulan koordinat yang saling berhubungan.
Contoh : jalan, garis, kontur, dll.
51
3. Area/ Polygon
Feature luasan yang dibentuk dari garis tertutup menggambarkan suatu area yang
homogen. Contoh landuse Pemukiman, danau dll.
6.7.7 Sumber Data Spasial
Salah satu syarat GIS adalah data spasial. Ini dapat diperoleh dari beberapa
sumber antara lain:
6.7.7.1 Peta Analog
Peta analog yaitu peta dalam bentuk cetak seperti peta topografi, peta tanah
dan sebagainya. Umumnya peta analog dibuat dengan teknik kartografi, dan
kemungkinan besar memiliki referensi spasial seperti koordinat, skala, arah, mata
angin dan sebagainya.
Dalam tahapan GIS sebagai keperluan sumber data, peta analog dikonversi
menjadi peta digital. Caranya dengan merubah format raster menjadi format vektor
melalui proses digitasi sehingga dapat menunjukan koordinat sebenarnya di
permukanaan bumi.
6.7.7.2 Data Sistem Pengindraan Jauh
Data Sistem Pengindraan Jauh, seperti hasil citra satelit, foto udara dan
sebagainya, merupakan sumber data yang terpenting bagi SIG. Karena ketersediaan
data secara berkala dan mencakup area tertentu. Dengan adanya bermacam macam
satelit di ruang angkasa dengan spesifikasi masing masing, kita bisa memperoleh
berbagai jenis citra satelit untuk beragam tujuan pemakaian. Data ini biasanya
direpresentasikan dalam format raster.
6.7.7.3 Data Hasil Pengukuran Lapangan
Data pengukuran lapangan merupakan data yang dihasilkan berdasarkan
teknik perhitungan tersendiri. Pada umumnya data ini merupakan sumber data atribut,
contohnya batas administrasi, batas kepemilikan lahan, batas persil, batas hak
pengusahaan hutan, dan lain-lain.
6.7.7.4 Data GPS (Global Positioning System)
Teknologi GPS memberikan terobosan penting dalam menyediakan data bagi
GIS. Keakuratan pengukuran GPS semakin tinggi dengan berkembangnya teknologi.
Data ini biasanya direpresentasikan dalam format vektor.
52
6.7.7.5 Digitasi
a. Pengertian Digitasi
Dijitasi adalah proses pengubahan/ konversi data peta raster (Mosaic foto udara
kedalam peta bentuk vector (digital shp Tab Mapinfo).
b. Cara Melakukan Digitasi Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.)
Melalui aplikasi ArcGIS, ArcMap versi 10 Seperti gambar barikut:
1. Klik icon ArcGis yang berada di task bar maka akan Muncul gambar seperti di
bawah ini.
53
2. Setelah loading selesai maka akan muncul gambar seperti di bawah ini
Untuk memasukan file yang akan di digitasi klik icon Add pada toolbar ArcGis
54
4. Masukan file data batas areal (Blok dan kons. PT.TMSJ-2) sebagai pedoman
dalam melakukan digitasi nantinya dengan cara sama seperti diatas
55
5. Sebelum melakukan digitasi kelapa sawit, terlebih dahulu kita membuat shapfile
dengan langkah-langkah: klik kanan pada folder latihan GPS New pilih Shapfile.
6. Buat nama dan pilih feature type (point) untuk menandai kelapa sawit, lalu
masukan koordinat dengan cara klik Edit, klik import, kemudian pilih TMSJ-
2.ecw, lalu klik add.
7. Maka akan muncul layer baru pada sebelah kiri layar seperti gambar dibawah ini,
Klik Editor kemudian pilih Start Editing untuk memulai mengedit/ mendigitasi.
56
8. kemudian pilih pohon TMSJ-2 lalu OK untuk menandai
57
9. Lakukan penandaan dengan cara mengklik satu per satu pohon sawit tepat
ditengah tengah tajuknya
10. Setelah selesai mendigitasi, klik Editor, kemudian klik Stop Edit, lalu Save Edit,
Dan gambar tersebut akan tersimpan dengan sendirinya.
58
Maka akan muncul gambar seperti ini. Dan Save data ini ditempat yang
diinginkan
klik tanda x di sudut kanan atas maka maka akan muncul kotak dialog seperti
gambar diatas kemudian pilih Yes untuk menyimpan file yang sudah di edit tadi
59
6.9. ANALISIS UNSUR HARA TANAMAN KELAPA SAWIT
60
3. Bahan
a. Larutan Receiver
b. Selenium Reagent Mixture
c. Ethanol
1. Larutan Receiver
- Larutan Bromo Cressol Green (bcg)
Larutkan 0,1 gram BCG dengan Ethanol ke dalam labu ukur 100ml,
paskan sampai tanda batas, aduk sampai homogen.
- Larutan Methyl Red
Larutkan 0,1 gram Methyl Red dengan Ethanol ke dalam labu ukur100
ml, paskan sampai tanda batas, aduk sampai homogen.
Timbang 50 gram Borric Acid kemudian larutkan dalam 4,5 l aquadest,
tambahkan 50 ml larutan BCG dan 35 ml larutan Methyl Red, paskan volume
menjadi 5 l dengan penambahan aquadest, aduk sampai homogen. Larutan ini
berwarna ungu sarsavarila.
- Larutan Alkali 40 %
Timbang 2 Kg Caustic soda kemudian larutkan dengan aquadest
menjadi 5 l, aduk sampai homogen (awas panas !!!). Saring jika terdapat
kotoran.
- Larutan HCl 0,2 N
Pipet 16,6 mL HCl 37 % larutkan dengan aquadest ke dalam labu ukur
1000mL, paskan sampai tanda batas, aduk sampai homogen.
- Larutan Kontrol Nitrogen
Timbang 5 gram ammonium chlorida larutkan dengan aquadest ke
dalam labuukur 500 ml paskan sampai tanda batas, aduk sampai
homogen.
- Larutan NaOH 10 %
Timbang 100 gram NaOH larutkan dengan aquadest ke dalam labu ukur
1000mL paskan sampai tanda batas, aduk sampai homogen.
61
4 Prosedur
Preparasi sampel
a. Timbang 0.2 gr contoh dalam aluminium foil, masukkan ke dalam
Digestion tube
b. Tambahkan 0.5 gr Selenium mixture (sekitar 1 sendok spatula)
c. Tambahkan 5 ml H2SO4 Pekat, lalu kocok dengan perlahan (lakukan
dilemari asam)
d. Masukkan tube kedalam Digestion blok yang telah panas (420ºC) panaskan
selama 50 menit (sampai larutan jernih). Angkat dan biarkan dingin (Filtrat
Nitrogen)
e. Masukkan tube yang berisi Filtrat Nitrogen kealat Kjeltec Foss Tecator 20
(Destiling-titration unit)
f. Alat Kjeltec sebelumnya sudah diset terhadap jumlah NaOH 40% yang
digunakan, jumlah receiver dan air yang digunakan.
g. Masukkan nilai berat contoh (gr).
h. Jalankan alat, alat ini akan berhenti sendiri bila volume destilasi sudah
mencapai batas tertentu.
5 Perhitungan
a. Bila alat sudah diset seperti di atas dan berat contoh telah dimasukkan,
maka angka yang keluar pada alat Kjeltec Analyzer 2300 sudah
menunjukkan persentase Nitrogen.
b. Bila berat contoh tidak dimasukkan biasanya dengan menggunakan alat
Kjeltec Foss 2300, maka cara menghitungnya adalah sebagai berikut (catat
jumlah HCl 0.2 N atau asam Sulfat 0,2 N yang terpakai) :
V x n x14
%N= x100
W
Keterangan : V = ml HCl atau ml H2SO4
n = Normalitas HCl atau H2SO4
W =Beratcontoh (gram)
62
6 Catatan
Untuk memudahkan pekerjaan, maka berat sampel yang ditimbang disesuaikan
dengan perkiraan kandungan N :
63
BAB V. ANALISIS USAHA TANI
64
c. Kebutuhan Pupuk
65
5.1.2 Pembibitan Main Nursery
a. Upah Karyawan
No Uraian Kegiatan Jumlah HK Upah/HK Jumlah
1 Pembersihan Lahan 5 75.000 375.000
2 Pengisian Media Tanam 20 75.000 1.500.000
3 Penanaman Bibit 10 75.000 750.000
4 Aplikasi Pupuk selama 9 18 75.000 1.350.000
Bulan
5 Perawatan 5 75.000 375.000
Total 4.350.000
66
ANALISIS USAHA TANI
C. Total Pengeluaran
Rincian Biaya
Pre Nursery 72.353.840
Main Nursery 16.365.875
Total 88.719.715
67
E. Keuntungan
Rincian Biaya
Hasil Penjualan 257.635.000
Biaya Pengeluaran 88.719.715
Keuntungan 168.915.285
F. B/C Ratio
Total Keuntungan/Total Biaya
Rincian Biaya
Total Keuntungan 168.915.285
Biaya Pengeluaran 88.719.715
B/C Ratio 1.9
Dari perhitungan B/C Ratio dapat diketahui bahwa nilai B/C Ratio pada usaha
pembibitan kelapa sawit menguntungkan untuk dijalankan apabila dilihat dari
nilai B/C yang mencapai angka 1,9.
Ketentuan B/C :
Apabila < 1 = Usaha tidak layak untuk dijalankan
Apabila > 1 = Usaha layak untuk dijalankan.
68
BAB VI
PENUTUP
6.1. Kesimpulan
1. Kegiatan Prakerin pada umumnya telah dilaksanakan dengan baik sesuai ketentuan
sekolah dan berusaha mengikuti SOP Perusahaan.
2. Pelaksanaan Prakerin di PT. Panca Surya Garden Kubang atas dasar instruksi dari
pimpinan sampai kepada pengawas lapangan sehingga pekerjaan tersebut
terlaksana dengan baik sesuai dengan sasaran yang dimiliki perusahaan.
3. Perhatian PT. Panca Surya Garden terhadap dunia pendidikan sangat baik, hal ini
dibuktikan dengan dibangunnya tempat pendidikan serta diterimanya siswa yang
ingin melakukan kegiatan Praktik Kerja Industri (Prakerin), selain itu sarana dan
fasilitas juga tersedia di tempat kegiatan berupa bangunan Riset, Laboratorium,
Treaning Center dan lengkap dengan perumahan karyawan. Ini merupakan
wujudimplementasi VISI dan MISI Perusahaan dalam meningkatkan mutu dan
kualitas Sumber Daya Manusia (SDM).
4. Penulis berterima kasih atas apa yang telah diberi oleh pihak perusahaan yang
telah mengajari siswa Prakerin tentang ilmu pengetahuan khususnya dibidang
perkebunan.
69
6.2. Saran
A. Pihak Sekolah
1. Kunjungan guru pembimbing sebaiknya lebih dipusatkan pada kebutuhan
siswa dalam penyusunan laporan dan pekerjaan selama Praktik Kerja Industri
(Prakerin).
2. Untuk kedepannya panitia atau guru pembimbing Prakerin sebaiknya
mengadakan komunikasi yang lebih baik dan kontrak kerja kepada siswa
Prakerin.
3. Perlu peningkatan dan pengetahuan tentang kedisiplinan serta etika kerja
sebagai modal pembelajaran dimasa yang akan datang.
B. Pihak Perusahaan
Peningkatan sarana Alat Pelindung Diri (APD) agar lebih memaksimalkan pekerjaan
karyawan dan Peningkatan kualitas Sumber Daya karyawan (KHL atau KHT) dengan
memberikan pelatihan-pelatihan yang mendukung dalam kinerja Perusahaan.
70
DAFTAR PUSTAKA
First Resources. 2012. Operational Best Practices Oil Palm Agronomi. First
Resources Limited. Jakarta
71
LAMPIRAN
A. ATM
72
A5. Pengirisan (scrapping) A6. PenyimpananStalk
73
B. LSU
C. GIS
Proses digitasi
74
D. KIMIA
75
D5. Pemberian selenium mixture D6. Pemberian HCl
76
E. PENANAMAN KACANGAN
F. CPS
77
F3. Pencairan Lilin F4. Penggongsengan Jagung
78
G. Seed Garden
79
H. Pembibitan
80
I. LSU
81