Anda di halaman 1dari 21

CRITICAL BOOK REPORT

BANGUNAN AIR DAN IRIGASI

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK III

1. ABIGAEL ANGELA EUGENIE (5172111007)


2. FERDIANSYAH RAMADHAN TANJUNG (5172111002)
3. FIR JARIAHNY SYOFA PANDJAITAN (5172111008)
4. JULIANA RITONGA (5172111004)

DOSEN PENGAMPU:
Dr. Ir. RUMILLA HARAHAP, M.T
SARRA RAHMADANI, S.T., M.Eng

PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkatNya kami dapat menyelesaikan tugas Critical Book Report ini dengan baik. Kami juga
mengucapkan terima kasih kepada dosen yang telah membimbing kami dalam menyelesaikan
tugas ini dan kepada teman-teman yang telah membantu dalam penyelesaian tugas ini.

Tujuan penulisan makalah Critical Book Report ini kami buat untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah Bangunan Air Irigasi dari dosen pembimbing kami,
Dr.Ir. Rumilla Harahap, M.T dan Sarra Rahmadani, ST, M.Eng.

Makalah Critical Book Report ini berisikan tentang jenis aliran dan keadaan
aliran dalam hidrolika. Kami berharap, tugas yang telah kami susun ini dapat menambah
wawasan kepada pembaca.

Jika dalam pembuatan makalah Critical Book Report ini ada kekurangan baik
dari segi isi, penulisan, maupun ejaan yang tidak tepat, kami mohon maaf. Semoga nantinya
bisa menjadi sebagai evaluasi pembelajaran kami yang lebih baik untuk tugas kedepannya.

Terimakasih

Medan, Maret 2019

Kelompok III

2|CBR Bangunan Air Irigasi


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .....................................................................................................2

DAFTAR ISI ....................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................ 4

A. Latar Belakang ............................................................................................... 4


B. Tujuan .............................................................................................................4
C. Manfaat ...........................................................................................................4
D. Identitas Buku ................................................................................................ 5

BAB II RINGKASAN ISI BUKU ..................................................................................6

A. Ringkasan Buku Utama ..................................................................................6


B. Ringkasan Buku Pembanding 1 .....................................................................14
C. Ringkasan Buku Pembanding 2 .....................................................................15

BAB III KEUNGGULAN DAN KELEMAHAN BUKU .............................................19

A. Keunggulan Buku............................................................................................. 19
B. Kelemahan Buku .............................................................................................. 19

BAB IV PENUTUP .........................................................................................................20

A. Kesimpulan ........................................................................................................20
B. Saran ..................................................................................................................20

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................21

3|CBR Bangunan Air Irigasi


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam proses pembelajaran, kita selalu membutuhkan buku pegangan yang menjadi
tumpuan kita. Tapi kita sulit untuk menemukan buku yang tepat untuk dijadikan buku
referensi tersebut. Mulai dari isi, tata bahasa, gambar dan dari segi fisik buku tersebut.
Oleh karena itu, Critical Book Report (CBR) ini dapat mempermudah pembaca untuk
memilih buku yang tepat untuk dijadikan buku pegangan dan buku referensi.
Pada kesempatan kali ini, kami akan mengulas buku-buku yang membahas tentang
bangunan air irigasi, khusunya mengenai kriteria jaringan irigasi, jaringan irigasi semi
teknis, jaringan irigasi teknis, bangunan bagi dan sadap, bangunan pengukur dan
pengatur muka air. Dan buku utama yang kami gunakan adalah “Bahan Ajar Bangunan
Air Irigasi”, buku pembanding pertama yang kami gunakan adalah “Desain Hidraulik
Bendung Tetap Untuk Irigasi Teknis” dan buku pembanding kedua adalah “Desain
Hidaraulik Bangunan Irigasi”

B. Tujuan
Berdasarkan latar belakang diatas, adapun tujuan penulisan Critical Book Report ini
adalah sebagai berikut.
1. Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Bangunan Air Irigasi.
2. Untuk melatih mahasiswa dalam mengulas sebuah buku.
3. Untuk menambah wawasan tentang Bangunan Air Irigasi.

C. Manfaat
Berdasarkan tujuan penulisan diatas, adapun manfaat penulisan Critical Book Report
ini adalah sebagai berikut.
1. Dapat memenuhi salah satu tugas mata kuliah Bangunan Air Irigasi.
2. Dapat melatih mahasiswa dalam mengulas sebuah buku.
3. Dapat menambah wawasan tentang Bangunan Air Irigasi.

4|CBR Bangunan Air Irigasi


D. Identitas Buku
1. Identitas Buku Utama

Judul : Bahan Ajar Bangunan Air Irigasi


Edisi :-
Pengarang : Dr. Ir. Rumilla Harahap, M.T, dkk
Penerbit :-
Kota Terbit :-
Tahun Terbit :-
ISBN :-

2. Identitas Buku Pembanding 1

Judul : Desain Hidraulik Bendung Tetap Untuk Irigasi Teknis


Edisi :-
Pengarang : Prof. Drs. Erman Mawardi, Dipl., AIT, dkk
Penerbit : CV ALFABETA
Kota Terbit : Bandung
Tahun Terbit : 2015
ISBN : 979-8433-56-2

5|CBR Bangunan Air Irigasi


3. Identitas Buku Pembanding 2

Judul : Desain Hidraulik Bangunan Irigasi


Edisi :-
Pengarang : Prof. Drs. Erman Mawardi, Dipl., AIT
Penerbit : CV ALFABETA
Kota Terbit : Bandung
Tahun Terbit : 2015
ISBN : 978-979-8433-16-0

6|CBR Bangunan Air Irigasi


BAB II

RINGKASAN ISI BUKU

A. Ringkasan Buku Utama

KRITERIA JARINGAN IRIGASI

Kriteria perencanaan jaringan irigasi ini merupakan bagian dari Standar Kriteria
Perencanaan dari Direktorat Jenderal Sumber Daya Air. Kriteria Perencanaan terdiri dari
bagian-bagian berikut :

 KP-01 Perencanaan Jaringan Irigasi


 KP-02 Bangunan utama (Head works)
 KP-03 Saluran
 KP-04 Bangunan
 KP-05 Parameter Bangunan
 KP-06 Petak Tersier
 KP-07 Standar Pengembangan

Kriteria tersebut dilengkapi dengan :

- Gambar-gambar tipe dan standar bangunan irigasi


- Persyaratan teknik untuk pengukuran, penyelidikan, dan perencanaan
- Buku petunjuk perencanaan

Bagian mengenai kriteria perencanaan jaringan irigasi ini khusus membicarakan


berbagai tahap perencanaan yang mengarah kepada penyelesaian jaringan utama irigasi
dan menguraikan semua data-data yang diperlukan, serta hasil akhir masing-masing
tahap. Kriteria yang diuraikan disini berlaku untuk perencanaan karingan irigasi teknis.

Kriteria tentang tahap studi merupakan dasar pengambilan keputusan dimulainya


perencanaan irigasi (tahap perencanaan). Segi-segi teknis dan non teknis akan sama-
sama memainkan peran. Laporan tentang hasil-hasil studi yang telah dilakukan
mencangkup pula keterangan pokok mengenai irigasi yang direncanakan, serta
kesimpulan yang berkenaan dengan tipe jaringan, tata letak dan pola tanam.

Pada permulaan tahap perencanaan. Kesimpulan yang diperoleh dari tahapan studi
akan ditinjau kembali sejauh kesimpulan tersebut berkenaan dengan perencanaan

7|CBR Bangunan Air Irigasi


jaringan irigasi. Pertinjauan semacam ini perlu, karena dalam tahap-tahapan studi dan
perencanaan banyak instansi pemerintah yang terlibat didalamnya.

Tabel Klasifikasi jaringan irigasi :

Klasifikasi jaringan irigasi


Teknis Semi Teknis Sederhana
1 Banguna utama Banguna permanen Bangunan Bangunan
permanen atau sementara
semi permanen
2 Kemampuan Baik Sedang Jelek
bangunan dalam
mengukur dan
mengatur debit
3 Jaringan saluran Saluran irigasi dan Saluran irigasi Saluran irigasi
pembuangan terpisah dan dan dan pembuang
pembuang tidak jadi satu
sepenuhnya
terpisah
4 Petak tersier Dikembangkan Belum Belum ada
sepenuhnya dikembangkan jaringan yang
atau densitas terpisah yang
bangunan tersier dikembangkan
jarang
5 Efisiensi secara Tinggi 50%-60% Sedang 40%- Kurang <40%
keseluruhan (Ancar-ancar) 50% (Ancar- (Ancar-ancar)
ancar)
6 Ukuran Tak ada batasan Sampai 2000 ha Tak lebih dari
500 ha
7 Jalan usaha tani Ada keseluruh areal Hanya sebagian Cenderung tidak
areal ada
8 Kondisi O&P - Ada instansi Belum teratur Tidak ada O&P
yang menangani
- Dilaksanakan

8|CBR Bangunan Air Irigasi


secara teratur

Dalam konteks standarisasi irigasi ini, hanya irigasi teknis saja yang ditinjau. Dalam
suatu jaringan irigasi dapat dibedakan adanya empat unsur fungsional poko, yaitu :

- Bangunan-bangunan utama (headwork) dimana air diambil dari sumbernya, umumnya


sungai atau waduk
- Jaringan pembawa berupa saluran yang mengalirkan air irigasi ke petak-petak tersier
- Petak-petak tersier dengan sistem pembagian air dan sistem pembuangan kolektif
- Sistem pembuangan berupa saluran dan bangunan bertujuan untuk membuang
kelebihan air dari sawah ke sungai atau saluran alamiah lainnya

Jaringan irigasi yang masih sederhana itu mudah diorganisasikan tetapi memiliki
kelemahan-kelemahan yang serius. Pertama yaitu, adanya pemborosan air danterdapat
banyak penyadapan yang memerlukan lebih banyak biaya lagi dari penduduk karena setiap
desa membuat jaringan dan pembambilan sendiri-sendiri.

JARINGAN IRIGASI SEMI TEKNIS

Dalam banyak hal perbedaan antara jaringan irigasi sederhana dengan jaringan irigasi
semi teknis adalah bahwa j aringan semiteknis ini bendungannya terletak di sungai
lengkap dengan bangunan pengambilan dan bangunan pengukur dibagian hilirnya. Sistem
pembagian air biasanya serupa dengan jaringan sederhana seperti pada gambar.

9|CBR Bangunan Air Irigasi


Sistem pembagian air yaitu pengambilan dipakai untuk melayani/mengaliri daerah
yang lebih luas dari daerah layanan pada jaringan sederhana. Oleh karena itu biayanya
ditanggung oleh lebih banyak daerah layanan.

JARINGAN IRIGASI TEKNIS

Salah satu prinsip dalam perencanaan jaringan irigasi teknis adalah pemisahan anatara
jaringan irigasi dan jaringan pembuang/pematus. Hal ini berarti bahwa baik saluran irigasi
maupun pembuang tetap bekerja sesuai dengan fungsinya masing-masing.

Sebuah petak tersier terdiri dari sejumlah sawah dengan luas keseluruhan yang
idealnya maksimum 50ha, tetapi dalam keadaan tertentu masih ditolerir sampai sejauh 75
ha. Perlunya batasan luas petak tersier yang idealnya hingga maksimum adalah agar
pembagian air di saluran tersier lebih efektif dan efesien hingga mencapai lokasi sawah
terjauh.

Permasalahan yang sering dijumpai dilapangan untuk petak tersier dengan luasan lebih
75 ha antara lain :

- Dalam proses pemberian air irigasi untuk petak sawah terjauh sering tidak terpenuhi
- Kesulitan dalam mengendalikan proses pembagian air sehingga sering terjadi
pencurian air

10 | C B R B a n g u n a n A i r I r i g a s i
- Banyak petak tersier yang rusak akibat organisasi petani setempat yang tidak terkelola
dengan baik

Pembagian air didalam petak tersier diserahkan kepada petani. Jaringan saluran tersier
dan kuarter mengalirkan air kesawah. Kelebihan air ditampung didalam suatu jaringan
saluran pembuang tersier dan kuarter selanjutnya dialirkan ke jaringan pembuangan
primer.

Jaringan irigasi teknis yang didasarkan pada prinsip-prinsip diatas adalah cara
pembagian air yang paling efesien dengan mempertimbangkan waktu merosotnya
persediaan air serta kebutuhan-kebutuhan pertanian. Jaringan irigasi teknis memungkinkan
dilakunkannya pengukuran lahan, pembagian air, dan pembuangan air lebih secara efesien.

Jika petak tersier hanya memperoleh air pada satu tempat saja dari jaringan (pembawa)
utama, hal ini akan memerlukan jumlah bangunan yang lebih sedikit disaluran primer,
eksplotasi yang lebih baik dan pemeliharaan yang lebih murah dibandingkan dengan
apabila petani diizinkan untuk mengambil sendiri air dari jaringan pembawa.

Kesalahan dalam pengelolaan air di petak-petak tersier juga tidak akan mempengaruhi
pembagian air di jaringan utama. Dalam hal khusus, dibuat sistem gabungan. Walaupun
jaringan ini memilki keuntungan sendiri, dan kelemahannya juga amat serius sehingga
sistem ini pada umumnya tidak diterapkan.

Keuntungan yang dapat diperoleh dari jaringan gabungan semacam ini adalah
pemanfaatan yang lebih ekonomis dan biaya pembuatan saluran lebih rendah, karena
saluran pembawa dapat dibuat lebih pendek dengan kapasitas yang lebih kecil.

Kelemahan-kelemahannya antara lain adalah bahwa jaringan semacam ini lebih sulit
diatur dan dioperasikan sering banjir, lebih cepat rusak dan menampakan pembagian air
yang tidak merata. Bangunan-bangunan tertentu didalam jaringan tersebut akan memiliki
sifat-sifat seperti bendung dan relatif mahal.

BANGUNAN BAGI DAN BANGUNAN SADAP

Bangunan bagi dan sadap pada jaringan irigasi teknis dilengkapi dengan pintu dan alat
pengukur debit untuk memnuhi kebutuhan air irigasi sesuai jumlah pada waktu tertentu.
Namun dalam keadaan tertentu sering dijumpai kesulitan-kesulitan dalam operasi dan

11 | C B R B a n g u n a n A i r I r i g a s i
pemeliharaan sehingga muncul usulan sistem proposional, yaitu bangunan bagi dan sadap
tanpa pintu dan alat ukur tetapi dengan syarat seperti berikut :

1. Elevasi ambang kesemua arah harus sama


2. Bentuk ambang harus sama agar koefisien debit sama
3. Lebar bukaan proposional dengan luas sawah yang diairi

Tetapi disadari bahwa sistem proposional tidak bisa diterapkan dalam irigasi yang
melayani lebih dari satu jenis tanaman dari penerapan sistem golongan. Untuk itu kriteria
ini menerapkan agar diterapkan tetap memakai pintu dan alat ukur debit dengan memenuhi
tiga syarat proporsional.

a. Bangunan bagi terletak disaluran primer dan sekunder pada suatu titik cabang dan
berfungsi untuk membagi aliran antara dua saluran atau lebih
b. Bangunan sadap tersier mengalirkan air dari saluran primer atau sekunder ke saluran
tersier penerima
c. Bangunan bagi dan sadap mungkin digabung menjadui satu rangkaian bangunan
d. Boks-boks bagi disaluran tersier membagi aliran untuk dua saluran atau lebih

BANGUNAN PENGUKUR DAN PENGATUR

Aliran akan diukur dihulu saluran primer, dicabang saluran jaringan primer dan di
bangunan sadap sekunder maupun tersier. Bangunan ukur dapat dibedakan menjadi
bangunan ukur atas bebas bangunan aliran bawah.

Beberapa dari banguna pengukur dapat dipakai juga untuk mengatur aliran air, seperti
tabel dibawah ini :

Tipe Mengukur dengan Mengatur


Banguan ukur ambang lebar Aliran atas Tidak
Bangunan ukur parshall Aliran atas Tidak
Bangunan ukur cipoletti Aliran atas Tidak
Bangunan ukur romijin Aliran atas Ya
Bangunan ukur crump-de- Aliran bawah Ya
gruyter
Bangunan sadap pipa Aliran bawah Ya
sederhana

12 | C B R B a n g u n a n A i r I r i g a s i
Constant-haead-orifice Aliran bawah Ya
(CHO)
Cut throat flume Aliran atas Tidak

Untuk menyederhanakan operasi dan pemeliharaan, bangunan ukur yang dipakai di


sebuah jaringan irigasi hendaknya tidak terlalu banyak, dan diharapkan pula pemakaian
alat ukur tersebut bisa benar-benar mengatasi permasalahan yang dihadapi para petani.
KP-04 Bangunan membarikan uraian terperinci mengenai peralatan ukur dan
penggunaannya.

- Dihulu saluran primer : untuk aliran besar alat ukur ambang lebar dipakai untuk
pengukuran dari pintu sorong atau radial untuk penagtur
- Dibangunan bagi bangunan sadap sekunder : pintu romijin dan pintu crump-de
gruyter dipakai untuk mengukur dan mengatur aliran
- Bangunan sadap tersier : untuk mengatur dan mengukur aliran dipakai alat ukur
romijin atau jika fliktuasi di saluran besar dapat dipakai alat ukur crump-de gruyter

BANGUNAN PENGATUR MUKA AIR

Bangunan-bangunan pengatur muka air mengatur/mengontrol muka air di jaringan


irigasi utama sampai batas-batas yang diperlukan untuk dapat memberikan debit yang
konstan kepada bangunan sadap etrsier.

Bangunan pengatur mempunyai potongan pengontrol aliran yang dapat disetel atau
tetap. Untuk bangunan-bangunan diperlukan tempat-tempat dimana tinggi muka air
disaluran dipengaruhi oleh bangunan terjun atau got miring. Untuk mencegah meninggi
atau menurunnya muka air disaluran dipakai mercu tetap atau celah kontrol trapesium
(trapezoidal notch).

13 | C B R B a n g u n a n A i r I r i g a s i
B. Ringkasan Buku Pembanding 1

SISTEM IRIGASI DI INDONESIA

Sistem Irigasi di Indonesia yang umumnya bergantung kepada cara pengambilan air
sungai dan dimaksudkan untuk mengairi persawahan dapat dibedakan menjadi irigasi
pedesaan dan pemerintah. Pembedaan itu berdasarkan pengelolaannya.

Irigasi Teknis yaitu jaringan air yang mendapatkan pasokan air terpisah dengan
jaringan pembuang, dan pemberian airnya dapat diukur, diatur dan terkontrol pada
beberapa titik tertentu. Semua bangunannya bersifat permanen. Luas daerah irigasinya
diatas 500 hektar. Beberapa contohnya ialah system irigasi Jatiluhur, Rentang, pemali
Comal, Sampean, dan sebagainya.

Irigasi Semi Teknis yaitu pengaliran air ke sawah dapat diatur, tetapi banyaknya
aliran tidak dapat diukur. Pembagian air tidak dapat dilakukan dengan seksama. Memiliki
sedikit bangunan permanen. Dan hanya satu alat pengukur aliran yang biasanya
ditempatkan pada bangunan bendung. Sistem pemberian air dan system pembuangan air
tidak mesti sama sekali terpisah.

Irigasi Sederhana yaitu yang biasanya menerima bantuan pemerintah untuk


pembangunan dan atau penyempurnaan. Tetapi dikelola dan dioperasikan oleh aparat
desa. Mempunyai bangunan semi permanen, dan tidak mempunyai alat pengukur dan
pengontrolan aliran, sehingga aliran tidak dapat diatur. Tercatat di Ditgasi I, Ditjen Air
jumlah irigasi sederhana tahun 1978 yaitu 0,96 juta hektar, irigasi semi teknis 1,14 juta
hektar dan irigasi teknis 2,10 juta hektar. Sedangkan irigasi desa tercatat seluas 1,04 juta
hektar.

14 | C B R B a n g u n a n A i r I r i g a s i
C. Ringkasan Buku Pembanding 2

BANGUNAN DISTRIBUSI

Salah satu bangunan di jaringan irigasi yaitu bangunan distribusi yang berfungsi
mendistribusikan air dari saluran yang satu ke saluran yang lainnya. Bangunan distribusi
ini berfungsi pula sebagai bangunan untuk pengambilan, pengukuran debit dan
pengontrol taraf muka air. Jenis bangunan distribusi yaitu:

 bangunan bagi,
 bangunan bagi-sadap,
 bangunan sadap,
 box tersier dan kwarter,
 bangunan pengontrol taraf muka air dan pengukur debit diletakkan pada bangunan
bagi, sadap dan bagi-sadap.

BANGUNAN BAGI DAN BANGUNAN SADAP

1. Bangunan Bagi
a. Definisi
Bangunan bagi adalah sebuah bangunan yang berfungsi untuk membagi air dari
saluran primer atau saluran sekunder kedua buah saluran atau lebih yang masing-
masing debitnya lebih kecil.
b. Letak Bangunan
Bangunan irigasi terletak di saluran primer atau saluran sekunder pada suatu titik
cabang.
c. Persyaratan
Sesuai dengan fungsinya maka bangunan bagi harus memnuhi syarat:
 pembagian air ke seluruh jaringan irigasi harus dicukupi dengan teliti
sesuai dengan kebutuhannya.
 perlu bangunan pengontrol berupa pintu sorong atau balok sekat untuk
mengontrol taraf muka air. Perubahan kedudukan pintu-pintu hanya boleh
dilakukan oleh petugas yang berwenang dan dilakukan apabila dipandang
perlu saja.

15 | C B R B a n g u n a n A i r I r i g a s i
d. Pengontrol Taraf Muka Air
Pada bangunan irigasi harus terdapat bangunan pengontrol taraf muka air dan
pengatur debit yang terdiri dari 3 macam yaitu:
 pintu pengukur yang berfungsi mengatur debit yang dilaluinya.
 pintu pengatur yang berfungsi mengatur taraf muka air yang melaluinya.
 kombinasi antar keduanya.
e. Penyadap
Pada bangunan irigasi biasanya terdapat penyadapan langsung ke dalam saluran
tersier. Jadi bangunan irigasi berfungsi pula sebagai pemberi air ke saluran
tersier.
f. Rumus-Rumus
Sebagai alat pengontrol taraf muka air biasa digunakan:
 balok sekat sebagai balok penutup, untuk hal ini aliran melimpah lewat
mercu balok sekat,
 pintu sorong sebagai pengontrol taraf muka air; dalam hal ini pengaliran
lewat bawah pintu.
2. Bangunan Bagi-Sadap
a. Definisi
Bangunan bagi-sadap adalah sebuah bangunan yang berfungsi membagikan air
dan menyabang dari:
 saluran primer ke saluran primer yang lain dan atau dari saluran primer ke
saluran tersier,
 saluran primer ke saluran sekunder dan atau saluran sekunder ke saluran
ke saluran tersier,
 saluran sekunder yang satu saluran sekunder yang lain dan atau dari
saluran sekunder ke saluran tersier.
b. Letak
Bangunan bagi-sadap terletak di saluran primer dan atau saluran sekunder.
Bangunan bagi dan bangunan sadap dapat digabung menjadi satu rangkaian.
c. Persyaratan
Untuk mengontrol taraf muka air di bagian udik bangunan umumnya diperlukan
bangunan pengatur.

16 | C B R B a n g u n a n A i r I r i g a s i
d. Bangunan Pengukur Debit
 Untuk mengukur debit air di atas 900l/det dapat digunakan alat pengukur
dibit tipe Crump de Gruyter atau CIpoletti.
 Untuk pengukuran debit lebih kecil 900l/det dapat digunakan alat ukur
tipe Romjin.
e. Bentuk Bangunan
Bangunan bagi-sadap adalah bangunan yang digunakan untuk mendistribusikan
air irigasi dari saluran sekunder ke saluran sekunder dan ke saluran tersier.
3. Bangunan Sadap dan Bangunan Sadap Akhir
a. Definisi
Bangunan sadap adalah sebuah bangunan yang digunakan untuk
menyadap/mengambil air dari saluran primer ke saluran sekunder/tersier dan atau
dari saluran sekunder ke saluran tersier. Bangunan sadap akhir adalah bangunan
pembagi air pada bagian akhir dari saluran sekunder dimana debitnya disadap
habis oleh saluran-saluran tersier.
b. Letak
 Bangunan sadap untuk menyadap aliran dari saluran primer ke saluran
sekunder disebut bangunan sadap sekunder, terletak di saluran primer.
 Bangunan sadap untuk menyadap aliran dari saluran sekunder ke saluran
tersier disebut bangunan sadap tersier terletak di saluran sekunder.
 Bangunan sadap akhir terletak dibagian akhir saluran sekunder.
c. Persyaratan dan Pengukur Debit
 Persyaratan untuk bangunan sadap dan untuk pengatur debit pada
bangunan sadap sama dengan pada bangunan-bangunan bagi.
 Bangunan sadap yang mengambil air dari saluran sekunder ke saluran
tersier dapat tanpa bangunan, peninggi muka air, yang biasanya dibaut
tanpa gorong-gorong dan dengan menggunakan gorong-gorong.

17 | C B R B a n g u n a n A i r I r i g a s i
BANGUNAN UKUR DEBIT

1. Tipe Ambang Tajam


Bangunan ukur tipe ambang tajam yang umum digunakan adalah skot balok.
Bangunan ini merupakan susunan balok-balok kayu sederhana. Agar eksploitasinya
mudah disarankan lebar pintu kurang dari dua meter.
Kelebihan:
 konstruksi sederhana,
 biaya pembuatan murah,
 eksploitasi murah.

Kelemahan:

 hanya sebagai bangunan pengukur saja,


 eksploitasinya memerlukan 2 orang,
 banyak memakan waktu
2. Tipe Ambang Lebar
Bangunan ukur tipe ambang lebar sering digunakan, karena bangunan ini kokoh
dan mudah dibuat. Hubungan tunggal antara muka air di udik dan debit, akan
mempermudah pembacaan debit secara langsung dari papan duga tanpa menggunakan
table-tabel debit.
Kelebihan:
 bentuk hidrolik fleksibel dan sederhana,
 konstruksi kuat, sederhana dan tidak mahal,
 benda hanyut dapat dilewatkand engan mudah,
 eksploitasinya mudah.

Kelemahan:

 hanya dapat dipakai sebagai bangunan pengukur saja,


 pengukuran teliti hanya untuk kondisi aliran sempurna.

18 | C B R B a n g u n a n A i r I r i g a s i
BAB III
KEUNGGULAN DAN KELEMAHAN BUKU

A. Keunggulan Buku
Dalam membandingkan materi tentang kriteria jaringan irigasi, jaringan irigasi
semi teknis dan jaringan irigasi semi teknis, kami membandingkan buku utama
dengan buku pendamping 1. Berdasarkan ringkasan buku dan hasil analisis yang kami
lakukan terhadap isi setiap buku, dapat kami simpulkan bahwa keunggulan buku
utama jika dibandingkan dengan buku pembanding 1, buku utama lebih banyak
mengulas tentang kriteria jaringan irigasi, jaringan irigasi semi teknis, jaringan irigasi
teknis dibandingkan dengan buku pendamping 1 yang hanya mengulas secara singkat
bahasan tersebut. Selain itu keunggulan buku utama yaitu buku utama memperjelas
uraian materi dengan gambar pelengkap yang semakin mempermudah pemahaman
materi.
B. Kelemahan Buku
Dalam membandingkan materi tentang bangunan bagi dan sadap, bangunan
pengukur dan pengatur, dan bangunan pengatur muka air, kami membandingkan buku
utama dengan buku pendamping 2. Berdasarkan ringkasan buku dan hasil analisis
yang kami lakukan terhadap isi setiap buku, dapat kami simpulkan bahwa kelemahan
buku utama jika dibandingkan dengan buku pembanding 2, dalam buku utama uraian
materi diulas secara singkat dan tidak terdapat gambar penjelasan tentang uraian
materi, sedangkan dalam buku pembanding 2, uraian materi disajikan dengan lengkap
dan rinci. Selain materi yang lengkap dan rinci, buku pendamping juga menyajikan
gambar pelengkap sebagai penjelasan uraian materi. Kelemahan kedua buku utama
yaitu identitas buku yang tidak lengkap, tidak terdapat nama penerbit, dan nomor
ISBN

19 | C B R B a n g u n a n A i r I r i g a s i
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan dan analisis yang kami lakukan pada setiap
buku, dapat kami simpulkan bahwa setiga buku tersebut memiliki keunggulana dan
kelemahan tersendiri. Namun, buku-buku tersebut dapat dijadikan sebagai buku
pegangan atau referensi kita dalam mata kuliah Bangunan Air Irigasi ini.
B. Saran
Menurut kelompok kami, cover buku sangatlah penting untuk menarik minat
calon pembaca, ketika calon pembaca kurang suka membaca buku, hal utama yang
dilihat pembaca adalah tampilan depan buku. Karena akan percuma jika isi buku itu
sangat lengkap tetapi daya tarik untuk menimbulkan minat pembaca untuk membaca
buku tersebut kurang, pembaca tidak akan membaca buku yang tampilannya kurang
bagus, dan lebih memilih membaca buku dengan tampilan bagus walaupun isi dari
buku tersebut kurang lengkap. Untuk itu dalam hal ini, kami mengharapkan agar
cover buku ajar lebih diperhatikan.

20 | C B R B a n g u n a n A i r I r i g a s i
DAFTAR PUSTAKA

Harahap, Rumilla, dkk. Bahan Ajar Bangunan Air Irigasi. Medan. 2019.
Eman, Mawardi, dkk. Desain Hidraulik Bendung Tetap Untuk Irigasi Teknis. Bandung: CV
Alfabeta. 2015.
Eman, Mawardi. Desain Hidraulik Bangunan Irigasi. Bandung: CV Alfabeta. 2015.

21 | C B R B a n g u n a n A i r I r i g a s i

Anda mungkin juga menyukai