DISUSUN OLEH:
KELOMPOK III
DOSEN PENGAMPU:
Dr. Ir. RUMILLA HARAHAP, M.T
SARRA RAHMADANI, S.T., M.Eng
FAKULTAS TEKNIK
2019
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkatNya kami dapat menyelesaikan tugas Critical Book Report ini dengan baik. Kami juga
mengucapkan terima kasih kepada dosen yang telah membimbing kami dalam menyelesaikan
tugas ini dan kepada teman-teman yang telah membantu dalam penyelesaian tugas ini.
Tujuan penulisan makalah Critical Book Report ini kami buat untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah Bangunan Air Irigasi dari dosen pembimbing kami,
Dr.Ir. Rumilla Harahap, M.T dan Sarra Rahmadani, ST, M.Eng.
Makalah Critical Book Report ini berisikan tentang jenis aliran dan keadaan
aliran dalam hidrolika. Kami berharap, tugas yang telah kami susun ini dapat menambah
wawasan kepada pembaca.
Jika dalam pembuatan makalah Critical Book Report ini ada kekurangan baik
dari segi isi, penulisan, maupun ejaan yang tidak tepat, kami mohon maaf. Semoga nantinya
bisa menjadi sebagai evaluasi pembelajaran kami yang lebih baik untuk tugas kedepannya.
Terimakasih
Kelompok III
A. Keunggulan Buku............................................................................................. 19
B. Kelemahan Buku .............................................................................................. 19
A. Kesimpulan ........................................................................................................20
B. Saran ..................................................................................................................20
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam proses pembelajaran, kita selalu membutuhkan buku pegangan yang menjadi
tumpuan kita. Tapi kita sulit untuk menemukan buku yang tepat untuk dijadikan buku
referensi tersebut. Mulai dari isi, tata bahasa, gambar dan dari segi fisik buku tersebut.
Oleh karena itu, Critical Book Report (CBR) ini dapat mempermudah pembaca untuk
memilih buku yang tepat untuk dijadikan buku pegangan dan buku referensi.
Pada kesempatan kali ini, kami akan mengulas buku-buku yang membahas tentang
bangunan air irigasi, khusunya mengenai kriteria jaringan irigasi, jaringan irigasi semi
teknis, jaringan irigasi teknis, bangunan bagi dan sadap, bangunan pengukur dan
pengatur muka air. Dan buku utama yang kami gunakan adalah “Bahan Ajar Bangunan
Air Irigasi”, buku pembanding pertama yang kami gunakan adalah “Desain Hidraulik
Bendung Tetap Untuk Irigasi Teknis” dan buku pembanding kedua adalah “Desain
Hidaraulik Bangunan Irigasi”
B. Tujuan
Berdasarkan latar belakang diatas, adapun tujuan penulisan Critical Book Report ini
adalah sebagai berikut.
1. Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Bangunan Air Irigasi.
2. Untuk melatih mahasiswa dalam mengulas sebuah buku.
3. Untuk menambah wawasan tentang Bangunan Air Irigasi.
C. Manfaat
Berdasarkan tujuan penulisan diatas, adapun manfaat penulisan Critical Book Report
ini adalah sebagai berikut.
1. Dapat memenuhi salah satu tugas mata kuliah Bangunan Air Irigasi.
2. Dapat melatih mahasiswa dalam mengulas sebuah buku.
3. Dapat menambah wawasan tentang Bangunan Air Irigasi.
Kriteria perencanaan jaringan irigasi ini merupakan bagian dari Standar Kriteria
Perencanaan dari Direktorat Jenderal Sumber Daya Air. Kriteria Perencanaan terdiri dari
bagian-bagian berikut :
Pada permulaan tahap perencanaan. Kesimpulan yang diperoleh dari tahapan studi
akan ditinjau kembali sejauh kesimpulan tersebut berkenaan dengan perencanaan
Dalam konteks standarisasi irigasi ini, hanya irigasi teknis saja yang ditinjau. Dalam
suatu jaringan irigasi dapat dibedakan adanya empat unsur fungsional poko, yaitu :
Jaringan irigasi yang masih sederhana itu mudah diorganisasikan tetapi memiliki
kelemahan-kelemahan yang serius. Pertama yaitu, adanya pemborosan air danterdapat
banyak penyadapan yang memerlukan lebih banyak biaya lagi dari penduduk karena setiap
desa membuat jaringan dan pembambilan sendiri-sendiri.
Dalam banyak hal perbedaan antara jaringan irigasi sederhana dengan jaringan irigasi
semi teknis adalah bahwa j aringan semiteknis ini bendungannya terletak di sungai
lengkap dengan bangunan pengambilan dan bangunan pengukur dibagian hilirnya. Sistem
pembagian air biasanya serupa dengan jaringan sederhana seperti pada gambar.
Salah satu prinsip dalam perencanaan jaringan irigasi teknis adalah pemisahan anatara
jaringan irigasi dan jaringan pembuang/pematus. Hal ini berarti bahwa baik saluran irigasi
maupun pembuang tetap bekerja sesuai dengan fungsinya masing-masing.
Sebuah petak tersier terdiri dari sejumlah sawah dengan luas keseluruhan yang
idealnya maksimum 50ha, tetapi dalam keadaan tertentu masih ditolerir sampai sejauh 75
ha. Perlunya batasan luas petak tersier yang idealnya hingga maksimum adalah agar
pembagian air di saluran tersier lebih efektif dan efesien hingga mencapai lokasi sawah
terjauh.
Permasalahan yang sering dijumpai dilapangan untuk petak tersier dengan luasan lebih
75 ha antara lain :
- Dalam proses pemberian air irigasi untuk petak sawah terjauh sering tidak terpenuhi
- Kesulitan dalam mengendalikan proses pembagian air sehingga sering terjadi
pencurian air
10 | C B R B a n g u n a n A i r I r i g a s i
- Banyak petak tersier yang rusak akibat organisasi petani setempat yang tidak terkelola
dengan baik
Pembagian air didalam petak tersier diserahkan kepada petani. Jaringan saluran tersier
dan kuarter mengalirkan air kesawah. Kelebihan air ditampung didalam suatu jaringan
saluran pembuang tersier dan kuarter selanjutnya dialirkan ke jaringan pembuangan
primer.
Jaringan irigasi teknis yang didasarkan pada prinsip-prinsip diatas adalah cara
pembagian air yang paling efesien dengan mempertimbangkan waktu merosotnya
persediaan air serta kebutuhan-kebutuhan pertanian. Jaringan irigasi teknis memungkinkan
dilakunkannya pengukuran lahan, pembagian air, dan pembuangan air lebih secara efesien.
Jika petak tersier hanya memperoleh air pada satu tempat saja dari jaringan (pembawa)
utama, hal ini akan memerlukan jumlah bangunan yang lebih sedikit disaluran primer,
eksplotasi yang lebih baik dan pemeliharaan yang lebih murah dibandingkan dengan
apabila petani diizinkan untuk mengambil sendiri air dari jaringan pembawa.
Kesalahan dalam pengelolaan air di petak-petak tersier juga tidak akan mempengaruhi
pembagian air di jaringan utama. Dalam hal khusus, dibuat sistem gabungan. Walaupun
jaringan ini memilki keuntungan sendiri, dan kelemahannya juga amat serius sehingga
sistem ini pada umumnya tidak diterapkan.
Keuntungan yang dapat diperoleh dari jaringan gabungan semacam ini adalah
pemanfaatan yang lebih ekonomis dan biaya pembuatan saluran lebih rendah, karena
saluran pembawa dapat dibuat lebih pendek dengan kapasitas yang lebih kecil.
Kelemahan-kelemahannya antara lain adalah bahwa jaringan semacam ini lebih sulit
diatur dan dioperasikan sering banjir, lebih cepat rusak dan menampakan pembagian air
yang tidak merata. Bangunan-bangunan tertentu didalam jaringan tersebut akan memiliki
sifat-sifat seperti bendung dan relatif mahal.
Bangunan bagi dan sadap pada jaringan irigasi teknis dilengkapi dengan pintu dan alat
pengukur debit untuk memnuhi kebutuhan air irigasi sesuai jumlah pada waktu tertentu.
Namun dalam keadaan tertentu sering dijumpai kesulitan-kesulitan dalam operasi dan
11 | C B R B a n g u n a n A i r I r i g a s i
pemeliharaan sehingga muncul usulan sistem proposional, yaitu bangunan bagi dan sadap
tanpa pintu dan alat ukur tetapi dengan syarat seperti berikut :
Tetapi disadari bahwa sistem proposional tidak bisa diterapkan dalam irigasi yang
melayani lebih dari satu jenis tanaman dari penerapan sistem golongan. Untuk itu kriteria
ini menerapkan agar diterapkan tetap memakai pintu dan alat ukur debit dengan memenuhi
tiga syarat proporsional.
a. Bangunan bagi terletak disaluran primer dan sekunder pada suatu titik cabang dan
berfungsi untuk membagi aliran antara dua saluran atau lebih
b. Bangunan sadap tersier mengalirkan air dari saluran primer atau sekunder ke saluran
tersier penerima
c. Bangunan bagi dan sadap mungkin digabung menjadui satu rangkaian bangunan
d. Boks-boks bagi disaluran tersier membagi aliran untuk dua saluran atau lebih
Aliran akan diukur dihulu saluran primer, dicabang saluran jaringan primer dan di
bangunan sadap sekunder maupun tersier. Bangunan ukur dapat dibedakan menjadi
bangunan ukur atas bebas bangunan aliran bawah.
Beberapa dari banguna pengukur dapat dipakai juga untuk mengatur aliran air, seperti
tabel dibawah ini :
12 | C B R B a n g u n a n A i r I r i g a s i
Constant-haead-orifice Aliran bawah Ya
(CHO)
Cut throat flume Aliran atas Tidak
- Dihulu saluran primer : untuk aliran besar alat ukur ambang lebar dipakai untuk
pengukuran dari pintu sorong atau radial untuk penagtur
- Dibangunan bagi bangunan sadap sekunder : pintu romijin dan pintu crump-de
gruyter dipakai untuk mengukur dan mengatur aliran
- Bangunan sadap tersier : untuk mengatur dan mengukur aliran dipakai alat ukur
romijin atau jika fliktuasi di saluran besar dapat dipakai alat ukur crump-de gruyter
Bangunan pengatur mempunyai potongan pengontrol aliran yang dapat disetel atau
tetap. Untuk bangunan-bangunan diperlukan tempat-tempat dimana tinggi muka air
disaluran dipengaruhi oleh bangunan terjun atau got miring. Untuk mencegah meninggi
atau menurunnya muka air disaluran dipakai mercu tetap atau celah kontrol trapesium
(trapezoidal notch).
13 | C B R B a n g u n a n A i r I r i g a s i
B. Ringkasan Buku Pembanding 1
Sistem Irigasi di Indonesia yang umumnya bergantung kepada cara pengambilan air
sungai dan dimaksudkan untuk mengairi persawahan dapat dibedakan menjadi irigasi
pedesaan dan pemerintah. Pembedaan itu berdasarkan pengelolaannya.
Irigasi Teknis yaitu jaringan air yang mendapatkan pasokan air terpisah dengan
jaringan pembuang, dan pemberian airnya dapat diukur, diatur dan terkontrol pada
beberapa titik tertentu. Semua bangunannya bersifat permanen. Luas daerah irigasinya
diatas 500 hektar. Beberapa contohnya ialah system irigasi Jatiluhur, Rentang, pemali
Comal, Sampean, dan sebagainya.
Irigasi Semi Teknis yaitu pengaliran air ke sawah dapat diatur, tetapi banyaknya
aliran tidak dapat diukur. Pembagian air tidak dapat dilakukan dengan seksama. Memiliki
sedikit bangunan permanen. Dan hanya satu alat pengukur aliran yang biasanya
ditempatkan pada bangunan bendung. Sistem pemberian air dan system pembuangan air
tidak mesti sama sekali terpisah.
14 | C B R B a n g u n a n A i r I r i g a s i
C. Ringkasan Buku Pembanding 2
BANGUNAN DISTRIBUSI
Salah satu bangunan di jaringan irigasi yaitu bangunan distribusi yang berfungsi
mendistribusikan air dari saluran yang satu ke saluran yang lainnya. Bangunan distribusi
ini berfungsi pula sebagai bangunan untuk pengambilan, pengukuran debit dan
pengontrol taraf muka air. Jenis bangunan distribusi yaitu:
bangunan bagi,
bangunan bagi-sadap,
bangunan sadap,
box tersier dan kwarter,
bangunan pengontrol taraf muka air dan pengukur debit diletakkan pada bangunan
bagi, sadap dan bagi-sadap.
1. Bangunan Bagi
a. Definisi
Bangunan bagi adalah sebuah bangunan yang berfungsi untuk membagi air dari
saluran primer atau saluran sekunder kedua buah saluran atau lebih yang masing-
masing debitnya lebih kecil.
b. Letak Bangunan
Bangunan irigasi terletak di saluran primer atau saluran sekunder pada suatu titik
cabang.
c. Persyaratan
Sesuai dengan fungsinya maka bangunan bagi harus memnuhi syarat:
pembagian air ke seluruh jaringan irigasi harus dicukupi dengan teliti
sesuai dengan kebutuhannya.
perlu bangunan pengontrol berupa pintu sorong atau balok sekat untuk
mengontrol taraf muka air. Perubahan kedudukan pintu-pintu hanya boleh
dilakukan oleh petugas yang berwenang dan dilakukan apabila dipandang
perlu saja.
15 | C B R B a n g u n a n A i r I r i g a s i
d. Pengontrol Taraf Muka Air
Pada bangunan irigasi harus terdapat bangunan pengontrol taraf muka air dan
pengatur debit yang terdiri dari 3 macam yaitu:
pintu pengukur yang berfungsi mengatur debit yang dilaluinya.
pintu pengatur yang berfungsi mengatur taraf muka air yang melaluinya.
kombinasi antar keduanya.
e. Penyadap
Pada bangunan irigasi biasanya terdapat penyadapan langsung ke dalam saluran
tersier. Jadi bangunan irigasi berfungsi pula sebagai pemberi air ke saluran
tersier.
f. Rumus-Rumus
Sebagai alat pengontrol taraf muka air biasa digunakan:
balok sekat sebagai balok penutup, untuk hal ini aliran melimpah lewat
mercu balok sekat,
pintu sorong sebagai pengontrol taraf muka air; dalam hal ini pengaliran
lewat bawah pintu.
2. Bangunan Bagi-Sadap
a. Definisi
Bangunan bagi-sadap adalah sebuah bangunan yang berfungsi membagikan air
dan menyabang dari:
saluran primer ke saluran primer yang lain dan atau dari saluran primer ke
saluran tersier,
saluran primer ke saluran sekunder dan atau saluran sekunder ke saluran
ke saluran tersier,
saluran sekunder yang satu saluran sekunder yang lain dan atau dari
saluran sekunder ke saluran tersier.
b. Letak
Bangunan bagi-sadap terletak di saluran primer dan atau saluran sekunder.
Bangunan bagi dan bangunan sadap dapat digabung menjadi satu rangkaian.
c. Persyaratan
Untuk mengontrol taraf muka air di bagian udik bangunan umumnya diperlukan
bangunan pengatur.
16 | C B R B a n g u n a n A i r I r i g a s i
d. Bangunan Pengukur Debit
Untuk mengukur debit air di atas 900l/det dapat digunakan alat pengukur
dibit tipe Crump de Gruyter atau CIpoletti.
Untuk pengukuran debit lebih kecil 900l/det dapat digunakan alat ukur
tipe Romjin.
e. Bentuk Bangunan
Bangunan bagi-sadap adalah bangunan yang digunakan untuk mendistribusikan
air irigasi dari saluran sekunder ke saluran sekunder dan ke saluran tersier.
3. Bangunan Sadap dan Bangunan Sadap Akhir
a. Definisi
Bangunan sadap adalah sebuah bangunan yang digunakan untuk
menyadap/mengambil air dari saluran primer ke saluran sekunder/tersier dan atau
dari saluran sekunder ke saluran tersier. Bangunan sadap akhir adalah bangunan
pembagi air pada bagian akhir dari saluran sekunder dimana debitnya disadap
habis oleh saluran-saluran tersier.
b. Letak
Bangunan sadap untuk menyadap aliran dari saluran primer ke saluran
sekunder disebut bangunan sadap sekunder, terletak di saluran primer.
Bangunan sadap untuk menyadap aliran dari saluran sekunder ke saluran
tersier disebut bangunan sadap tersier terletak di saluran sekunder.
Bangunan sadap akhir terletak dibagian akhir saluran sekunder.
c. Persyaratan dan Pengukur Debit
Persyaratan untuk bangunan sadap dan untuk pengatur debit pada
bangunan sadap sama dengan pada bangunan-bangunan bagi.
Bangunan sadap yang mengambil air dari saluran sekunder ke saluran
tersier dapat tanpa bangunan, peninggi muka air, yang biasanya dibaut
tanpa gorong-gorong dan dengan menggunakan gorong-gorong.
17 | C B R B a n g u n a n A i r I r i g a s i
BANGUNAN UKUR DEBIT
Kelemahan:
Kelemahan:
18 | C B R B a n g u n a n A i r I r i g a s i
BAB III
KEUNGGULAN DAN KELEMAHAN BUKU
A. Keunggulan Buku
Dalam membandingkan materi tentang kriteria jaringan irigasi, jaringan irigasi
semi teknis dan jaringan irigasi semi teknis, kami membandingkan buku utama
dengan buku pendamping 1. Berdasarkan ringkasan buku dan hasil analisis yang kami
lakukan terhadap isi setiap buku, dapat kami simpulkan bahwa keunggulan buku
utama jika dibandingkan dengan buku pembanding 1, buku utama lebih banyak
mengulas tentang kriteria jaringan irigasi, jaringan irigasi semi teknis, jaringan irigasi
teknis dibandingkan dengan buku pendamping 1 yang hanya mengulas secara singkat
bahasan tersebut. Selain itu keunggulan buku utama yaitu buku utama memperjelas
uraian materi dengan gambar pelengkap yang semakin mempermudah pemahaman
materi.
B. Kelemahan Buku
Dalam membandingkan materi tentang bangunan bagi dan sadap, bangunan
pengukur dan pengatur, dan bangunan pengatur muka air, kami membandingkan buku
utama dengan buku pendamping 2. Berdasarkan ringkasan buku dan hasil analisis
yang kami lakukan terhadap isi setiap buku, dapat kami simpulkan bahwa kelemahan
buku utama jika dibandingkan dengan buku pembanding 2, dalam buku utama uraian
materi diulas secara singkat dan tidak terdapat gambar penjelasan tentang uraian
materi, sedangkan dalam buku pembanding 2, uraian materi disajikan dengan lengkap
dan rinci. Selain materi yang lengkap dan rinci, buku pendamping juga menyajikan
gambar pelengkap sebagai penjelasan uraian materi. Kelemahan kedua buku utama
yaitu identitas buku yang tidak lengkap, tidak terdapat nama penerbit, dan nomor
ISBN
19 | C B R B a n g u n a n A i r I r i g a s i
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan dan analisis yang kami lakukan pada setiap
buku, dapat kami simpulkan bahwa setiga buku tersebut memiliki keunggulana dan
kelemahan tersendiri. Namun, buku-buku tersebut dapat dijadikan sebagai buku
pegangan atau referensi kita dalam mata kuliah Bangunan Air Irigasi ini.
B. Saran
Menurut kelompok kami, cover buku sangatlah penting untuk menarik minat
calon pembaca, ketika calon pembaca kurang suka membaca buku, hal utama yang
dilihat pembaca adalah tampilan depan buku. Karena akan percuma jika isi buku itu
sangat lengkap tetapi daya tarik untuk menimbulkan minat pembaca untuk membaca
buku tersebut kurang, pembaca tidak akan membaca buku yang tampilannya kurang
bagus, dan lebih memilih membaca buku dengan tampilan bagus walaupun isi dari
buku tersebut kurang lengkap. Untuk itu dalam hal ini, kami mengharapkan agar
cover buku ajar lebih diperhatikan.
20 | C B R B a n g u n a n A i r I r i g a s i
DAFTAR PUSTAKA
Harahap, Rumilla, dkk. Bahan Ajar Bangunan Air Irigasi. Medan. 2019.
Eman, Mawardi, dkk. Desain Hidraulik Bendung Tetap Untuk Irigasi Teknis. Bandung: CV
Alfabeta. 2015.
Eman, Mawardi. Desain Hidraulik Bangunan Irigasi. Bandung: CV Alfabeta. 2015.
21 | C B R B a n g u n a n A i r I r i g a s i