d2130 11. Geoteknik Bulak Balik PDF
d2130 11. Geoteknik Bulak Balik PDF
MODUL 11
MODUL GEOTEKNIK
2017
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya
validasi dan penyempurnaan Modul Geoteknik sebagai Materi Substansi dalam
Pelatihan Perencanaan Bendungan Tingkat Dasar. Modul ini disusun untuk
memenuhi kebutuhan kompetensi dasar Aparatur Sipil Negara (ASN) di bidang
Sumber Daya Air.
Modul Geoteknik ini disusun dalam 6 (enam) bab yang terbagi atas Pendahuluan,
Materi Pokok dan Penutup. Penyusunan modul yang sistematis diharapkan mampu
mempermudah peserta pelatihan dalam memahami prinsip investigasi geoteknik
dalam perencanaan bendungan. Penekanan orientasi pembelajaran pada modul ini
lebih menonjolkan partisipasi aktif dari para peserta.
Akhirnya, ucapan terima kasih dan penghargaan kami sampaikan kepada Tim
Penyusun dan Tim Validasi Sistem Diklat, sehingga modul ini dapat disajikan dengan
baik. Perubahan modul di masa mendatang senantiasa terbuka dan dimungkinkan
mengingat akan perkembangan situasi, kebijakan dan peraturan yang terus menerus
terjadi. Semoga Modul ini dapat memberikan manfaat bagi peningkatan kompetensi
ASN di bidang Sumber Daya Air.
DAFTAR ISI
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI iii
MODUL 11 GEOTEKNIK
GLOSARIUM.............................................................................................................169
DAFTAR TABEL
Tabel 5.14. Istilah Untuk Deskripsi Bentuk Butiran Batuan Sedimen .................. 154
Tabel 5.15. Istilah Untuk Deskripsi Tebal Perlapisan .......................................... 155
Tabel 5.16. Istilah Untuk Deskripsi Kekerasan Batuan ........................................ 156
Tabel 5.17. Istilah Untuk Klasifikasi Diskontinuitas Berdasarkan Ukuran Celah
(Aperture) ............................................................................................ 158
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI vii
MODUL 11 GEOTEKNIK
DAFTAR GAMBAR
viii PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI
MODUL 11 GEOTEKNIK
Gambar 5.18. Laras inti tabung ganda: (a) pemasangan laras luar; (b)
pemasangan laras dalam ................................................................ 125
Gambar 5.19. Matabor inti dari kiri ke kanan: intan, karbit, dan gerigi (sawtooth)
......................................................................................................... 126
Gambar 5.20. Modifikasi Pengambilan Ulang Inti Sebagai Indek Kualitas (RQD)
Massa Batuan ................................................................................. 130
Gambar 5.21. Pengukuran panjang inti dengan penentuan RQD ....................... 131
Gambar 5.22. Kotak Penyimpanan Contoh Inti Batuan dan Labeling ................. 133
Gambar 5.23. Contoh Formulir Pencatatan Hasil Pengeboran Untuk Tanah...... 140
Gambar 5.24. Formulir Pencatatan Hasil Pengeboran Untuk Batuan ................. 141
Gambar 5.25. Contoh Pencatatan Hasil Sumuran Uji.......................................... 142
Gambar 5.26. Contoh Formulir Pencatatan Hasil Pengeboran Tanah ................ 151
Deskripsi
Persyaratan
Metode
xii PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI
MODUL 11 GEOTEKNIK
BAB I
PENDAHULUAN
9) Rangkuman
10) Evaluasi
BAB II
KLASIFIKASI TANAH DAN BATUAN
2.1 Umum
Setiap kegiatan pembangunan yang dilakukan di atas permukaan tanah
seperti pekerjaan galian, saluran, pembangunan gedung, jembatan, bendung,
bendungan, tanggul, penyedotan air tanah, peledakan di kuari maupun
kegiatan pembangunan dibawah permukaan tanah seperti terowong, akan
menimbulkan reaksi dari tanah atau batuan. Reaksi alami tanah dan batuan
fondasi dan perilaku bangunan nanti setelah dibangun, perlu difahami oleh
perencana.
Sebagian besar tanah adalah akumulasi yang bersifat heterogen dari butiran
mineral yang tidak tersementasi secara bersama-sama. Namun, istilah "tanah
(soil)" atau "bumi (earth)" seperti yang digunakan dalam hal teknis mencakup
hampir setiap jenis material anorganik dan organik yang tidak tersementasi
ataupun tersementasi sebagian di dalam tanah. Pengecualiannya terdapat
pada batuan keras, yang tetap kuat setelah terekspos. Dalam desain dan
konstruksi fondasi serta pekerjaan tanah, hal-hal yang perlu diperhatikan
adalah sifat fisik dan teknik tanah, seperti kepadatan, permeabilitas, kekuatan
geser, kompresibilitas, dan interaksi butiran tanah dengan air.
Untuk desain akhir suatu bendungan urugan, klasifikasi tanah secara visual
harus dilengkapi dengan pengujian laboratorium untuk menentukan sifat
teknis tanah seperti permeabilitas, kekuatan geser, dan kompresibilitas dalam
kondisi lapangan yang diharapkan. Pengetahuan tentang klasifikasi tanah,
termasuk sifat teknis berbagai kelompok tanah, sangat bermanfaat ketika
digunakan sebagai calon material atau fondasi bendungan.
Modul ini menguraikan tentang sifat fisik dan sifat teknik tanah, investigasi
serta pengujian lapangan dan laboratorium, ketersediaan material timbunan
serta parameter tanah, guna keperluan desain dan pelaksanaan konstruksi
bendungan urugan.
Pelapukan secara fisik atau mekanik terjadi akibat erosi oleh angin, air,
perubahan suhu atau cuaca. Hasil pelapukan berupa partikel-partikel kecil
yang masih memiliki komposisi yang sama dengan batuan induk, dapat
berupa lanau, pasir, kerikil dan boulder.
Hasil pelapukan batuan induk yang masih ditempat asal, disebut residual soil,
yang ditandai dengan warna merah atau cokelat yang umumnya dijumpai di
daerah pegunungan atau perbukitan.
Bila hasil pelapukan terangkut oleh air, es atau angin, kemudian diendapkan
didaerah lain, disebut tanah angkutan (transported soil).
Tanah juga dapat berasal dari hasil pelapukan material organik seperti
tumbuhan yang membusuk. Yang disebut tanah organik, biasanya berupa
tanah angkutan hasil pelapukan yang bercampur dengan tanaman yang
membusuk.
Sistim klasifikasi tanah dalam modul ini mengikuti Unified Soil Classification
System (USCS). Selain klasifikasi tanah, pengetahuan tentang mineral dan
asal tanah dapat membantu dalam mengevaluasi perilaku tanah. Sementara
partikel lumpur dan partikel pasir umumnya mempunyai ukuran yang equi-
dimensional, partikel tanah lempung sangat kecil dan berserpih, atau platelike.
Komponen tanah lempungan pada tanah menjadi lebih dominan, karakteristik
mineral lempung menjadi faktor penting. Sifat tanah seperti konsistensi,
kekuatan geser, dan kadar air secara langsung dipengaruhi oleh konstituen
mineral dari tanah lempung. Ketika tanah cukup lembab, partikel tanah
lempung dikelilingi oleh film air dan terjadi dehidrasi, film menjadi lebih tipis
sampai partikel yang berdekatan disatukan oleh gaya kohesif yang kuat
(kapiler). Ketika tanah dibasahi, film menjadi lebih lemah. Kekuatan film juga
Ukuran butir dan gradasi ditentukan dengan analisis saringan sedang batas
cair dan batas plastis ditentukan melalui pengujian dilaboratorium dengan
menggunakan metode standar.
Klasifikasi tanah menurut sistem USCS dibuat untuk tanah dengan diameter
butiran kurang dari 75 mm (3 inchi), tanah dibagi menjadi dua, yaitu:
berbutir kasar dan berbutir halus berdasar penyaringan melalui ayakan
no.200 (Ø > 0.074 mm). Presentasi kandungan kerikil, pasir dan butiran
halus didalam tanah akan menentukan apakah tanah termasuk kelompok
tanah berbutir kasar atau berbutir halus. Disebut tanah berbutir kasar, bila
material yang tertinggal diatas ayakan no.200 lebih dari 50 % terhadap
berat kering dan disebut tanah berbutir halus bila material yang lolos
ayakan .200 lebih dari 50 %.
1) Tanah berbutir kasar, dibedakan menjadi pasir atau kerikil berdasar
ayakan no. 4 atau Ø 4,76 mm. Bila material tertahan diatas saringan ≥ 50
% atau lebih, digolongkan sebagai kerikil,. Sebaliknya bila yang lolos > 50
% digolongkan sebagai pasir.
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI 9
MODUL 11 GEOTEKNIK
Material organik (diberi simbol “O”) sering menjadi komponen dari tanah,
tetapi tidak memiliki ukuran butiran secara spesifik. Pembedaan material ini
lebih didasarkan pada komposisi partikel dari pada ukurannya, yang memiliki
rentang ukuran dari koloid sampai beberapa inchi yang berupa bagian-
bagian berserat hasil proses dekomposisi tumbuhan.Tanah yang
mengandung sejumlah besar bahan organik dapat dikenali dari warna dan
baunya. Tabel 2.1 menyajikan klasifikasi tanah menurut sistem ini, dan
gambar 2.2 menyajikan grafik plastisitas tanah berbutir halus.
Grafik plastisitas, dibuat dengan batas cair sebagai absis dan indek plastis
sebagai koordinat. Didalam grafik terdapat garis A yang telah diplotkan
sedemikian rupa sehingga hampir sejajar terhadap plot dari sejumlah
material, yang bermula pada PI=4 dan LL=25. Untuk tujuan klasifikasi,
semua material yang terletak diatas garis A dekelompokkan sebagai
12 PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI
MODUL 11 GEOTEKNIK
Uji penetrasi konus (CPT) dapat digunakan untuk tanah lempung sangat
lunak sampai pasir padat, tapi tidak sesuai untuk kerikil atau batuan.
Secara praktis interpretasi pasir mempunyai tahanan konus qT > 40 atm
(Catatan: 1 atm ≈ 1 kg/cm2 ≈1 tsf ≈ 100 kPa), sedangkan lanau dan
lempung lunak sampai kaku memiliki nilai q T < 20 atm.
untuk lempung ID < 0,60; lanau 0,60 < ID < 1,80; dan pasir 1,80 > ID.
Nilai-nilai indeks dilatometer material yang berada di luar rentang 0,1 <
ID < 6 harus diperiksa dan diverifikasi.
2.3 Batuan
Kerak dan selubung atas bumi terdiri atas batuan yang bermacam-macam
usia dana asal usulnya. Menurut asal-usulnya, batuan dapat dibagi menjadi
tiga kelompok/jenis batuan utama, yaitu:
batuan beku (igneous),
batuan sedimen/batuan endap, dan
batuan malihan (metamorfik).
Dari ketiga kelompok batuan tersebut (beku, malihan dan sedimen), bagian
terbesar dari batuan yang terbuka di permukaan tanah adalah batuan
sedimen yang mencapai 75%. Dan dari bagian tersebut yang menonjol
adalah batuan serpih (serpih lempung, batu lanau, batu lumpur dan batu
lempung) yang meliputi 50% lebih dari batuan sedimen terbuka (Foster,
1975). Informasi distribusi jenis batuan di Indonesia dapat diperoleh dari peta
geologi yang dikeluarkan oleh Direktorat Geologi.
Batuan sedimen klastik terbentuk oleh disintegrasi batuan asal melalui proses
pelapukan, yang kemudian terangkut dan diendapkan. Proses transportasi
oleh air dan angin dapat mengubah atau memperkecil pecahannya dalam
berbagai ukuran dan bentuk. Jenis-jenis batuan ini dilihat dari aspek
butirannya yang berbutir kasar: konglomerat, breksi; berbutir sedang: batu
pasir, batu lanau; berbutir halus: serpih dan batu lumpur.
Batuan sedimen klastik memiliki satu golongan khusus, yaitu batuan sedimen
pyroklastik yang berasal dari erupsi gunung berapi yang keluar berbentuk
debu halus, kemudian terbentuk endapan berlapis-lapis, misal batuan
sedimen tuff.
yang loose dan tersementasi lemah. Pada tabel 2.3 disajikan klasifikasi
batuan sedimen karbonat menurut Dearman 1981.
Secara garis besar batuan malihan dibedakan menjad dua macam yaitu:
foliasi (strukturnya berlapis) dan masif. Contoh untuk foliasi: gneiss, schist,
phyllit, slate/ batu sabak , sedang untuk kelompok masif: marmer, kuarsa,
amphibolite.
Tabel 2.2. Penggolongan Jenis-Jenis Batuan Utama
Batuan dasar adalah merupakan campuran massa batuan dan/ atau pecahan-
pecahan batuan. Jaringan rekahan membagi massa batuan menjadi blok-
blok prismatik atau pecahan-pecahan yang mempengaruhi respon dan
kinerjanya. Pada umumnya sifat teknik batuan dapat diperkirakan pertama-
tama berdasar: diskontinuitas, rekahan, kekar, celah-celah, retakan dan
bidang perlemahan. Blok batuan utuh diantara diskontinuitas biasanya
cukup kuat, kecuali untuk jenis batuan lunak dan porus serta yang mudah
lapuk.
18 PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI
MODUL 11 GEOTEKNIK
Diantara beberapa metode klasifikasi yang ada, adalah metode klasifikasi yang
dikembangkan oleh: Tanaka; Barton, Lien and Lunde (1974); Bieniawski (1974,
1984), and Wickham, Tiedemann, and Skinner (1974). Metode Tanaka biasa
digunakan untuk klasifikasi batuan fondasi, sedang metode lainnya (yang
tersebut diatas) memiliki keunggulan dalam pengklasifikasi batuan untuk
terowong.
a) Klasifikasi batuan menurut Tanaka:
Metode Tanaka adalah merupakan metode klasifikasi batuan fondasi yang
tertua yang diterapkan di Jepang. Pada tabel 2.4 disajikan klasifikasi
menurut Tanaka yang disusun dengan mempertimbangkan faktor-faktor
sbb:
kekerasan, dinilai berdasar rekasi bunyi sewaktu dipalu dengan palu
geologi
tingkat pelapukan mineral/ batuan
karakteristik kekar
Uraian rinci mengenai metode klasifikasi RMR akan dibahas pada Modul
Investigasi Geoteknik tingkat selanjutnya atau dapat dilihat di Volume III
Pedoman Investigasi Geoteknik untuk Fondasi Bangunan Air.- Departemen
Pekerjaan Umum.
Pada pemetaan geologi permukaan dan pemboran batuan, sering perlu dicatat
nama dan umur satuan batuan untuk membantu pemilahan perlapisan stratigrafi
dan perkiraan profil geoteknik. Pada tabel 2.5 disajikan skala waktu geologi
umum dan perioda yang terkait. Pada umumnya batuan tua mempunyai
porositas lebih rendah dan kekuatan lebih tinggi dari pada batuan muda
(Goodman, 1989).
2.4 Latihan
Jawablah soal-soal berikut ini!
1. Tulis dengan singkat perbedaan tanah berbutir halus dan tanah berbutir
kasar, berkaitan dengan penggunaannya sebagai material timbunan
bendungan!
2. Apa yang dimaksud dengan tanah yang mempunyai simbol CH!
3. Apa yang dimaksud dengan tanah yang mempunyai simbol GW!
2.5 Rangkuman
Informasi mengenai sifat material fondasi dan material bangunan dapat
diperoleh dari hasil investigasi geoteknik terhadap fondasi dan material
bangunan yang mencakup material timbunan dan agregat beton.
Tanah terbentuk sebagai akibat dari proses pelapukan batuan secara kimia,
fisik dan biologi. Pelapukan kimia umumnya terjadi di daerah yang memiliki
curah hujan tinggi, mengandung asam yang tinggi dan suhu yang tinggi.
Proses pelapukan terjadi karena reaksi batuan dengan asam, basa, oksigen
dan karbon dioksida, yang hasil akhirnya akan berupa partikel kristalin
berukuran colloid (<0,002 MM) yang dikenal sebagai mineral lempung yang
memiliki komposisi yang berbeda dengan batuan induknya. Pelapukan secara
fisik atau mekanik terjadi akibat erosi oleh angin, air, perubahan suhu atau
cuaca. Hasil pelapukan berupa partikel-partikel kecil yang masih memiliki
komposisi yang sama dengan batuan induk, dapat berupa lanau, pasir, kerikil
dan boulder.
Hasil pelapukan batuan induk yang masih berada ditempat asal, disebut
residual soil, yang ditandai dengan warna merah atau cokelat yang umumnya
dijumpai di daerah pegunungan atau perbukitan. Bila hasil pelapukan
terangkut oleh air, atau angin, kemudian diendapkan didaerah lain, disebut
tanah angkutan (transported soil). Tanah juga dapat berasal dari hasil
pelapukan material organik seperti tumbuhan yang membusuk. Yang disebut
tanah organik, biasanya berupa tanah angkutan hasil pelapukan yang
bercampur dengan tanaman yang membusuk.
klasifikasi yang dikenal adalah : Tanaka; Barton, Lien and Lunde (1974);
Bieniawski (1974, 1984), and Wickham, Tiedemann, and Skinner (1974).
Metode Tanaka biasa digunakan untuk klasifikasi batuan fondasi, sedang
metode lainnya (yang tersebut diatas) digunakan untuk terowongan.
2.6 Evaluasi
1. Pilih pertanyaan di bawah yang benar (bisa lebih dari satu).....
a. Tanah terbentuk sebagai hasil pelapukan secara fisik.
b. Tanah yang melapuk di tempat disebut tanah residual.
c. Tanah residual dapat digunakan sebagai material tanah timbunan asal
memenuhi kriteria.
d. Tanah yang terangkut oleh angin atau air tidak dapat digunakan
sebagai material timbunan.
e. Tanah yang banyak mengandung material organik juga dapat
digunakan sebagai material timbunan.
3. Pilih pertanyaan di bawah yang benar menurut anda (lebih dari satu)....
a. Klasifikasi tanah dilakukan berdasarkan USCS.
b. Untuk batuan klasifikasi tanah dilakukan berdasarkan metoda Tanaka
dan Bieniawski saja.
c. Tanah lempungan adalah tanah yang didominasi tanah berbutir halus
d. Pasir lempungan adalah tanah lempung yang mengandung pasir
e. Tanah pasir yang bergradasi yang baik adalah pasir yang banyak
mengandung pasir kasar.
BAB III
SIFAT MATERIAL TANAH DAN BATUAN
Indikator Hasil Belajar:
Setelah mengikuti pembelajaran materi ini, peserta diharapkan mampu menjelaskan sifat-sifat
material tanah dan batuan.
3.1 Umum
Secara umum material (tanah dan batuan) dapat dibagi menjadi tiga macam:
a) Butiran (granular) : lanau, pasir, kerikil dan boulder yang tidak tersementasi.
b) Kohesif: lempung atau material yang mengandung banyak lempung
sehingga bersifat seperti lempung.
c) Litifikasi: batuan atau material yang membatu/ mengalami proses
pembatuan.
Hampir setiap material terbentuk dari berbagai macam jenis mineral. Sifat
material (kering) ditentukan oleh faktor-faktor sebagai berikut:
Mineralogi (jenis mineral yang terkandung)
Ukuran dan bentuk butiran
Tumpukan alami (grain packing)
Ikatan butiran (grain bonding)
.
Berat tanah W = Ws + Ww + (Wa = 0)
Gambar 3.1. Model Susunan Tanah Pada Kondisi Jenuh Air Sebagian
dimana :
w = kadar air
Ww = berat air
Ws = berat tanah kering
Gambar 3.2. Hubungan Antara Angka Kadar Air Dengan Berbagai Sifat
Tanah
Gambar 3.3. Hubungan Antara Berat Volume Jenuh dan Kadar Air
Material Tanah dan Batuan Setempat (FHWA NHI-01-031)
c) Gradasi butiran
Gradasi (distribusi) butiran menunjukkan susunan /tingkat pencampuran
butiran pada suatu lapisan tanah yang dinyatakan dalam prosentasi berat.
Gradasi butiran sangat berpengaruh pada sifat teknik tanah berbutir
kasar, seperti: kepadatan, kuat geser, permeabilitas, dll. Semakin besar
ukuran butiran dengan gradasi yang baik, biasanya kekuatannya juga akan
semakin besar dan kompresibilitasnya semakin menurun.
Gradasi butiran dapat diperoleh dari uji gradasi atau analisis ayakan. Hasil
analisis kemudian diplot pada kertas semi logaritma. Tanah bergradasi baik
(well graded) umumnya memiliki grafik distribusi berbentuk lengkung yang
”smooth”. Tanah bergradasi buruk, memiliki rentang ukuran butiran yang
sempit (uniform) yang ditunjukkan dengan grafik yang mendekati tegak atau
memiliki ”gap” butiran yang ditunjukkan dengan grafik yang lelatif tegak
dibagian tengah.
d) Plastisitas
Plastisitas adalah sifat fisik tanah yang mengalami perubahan bentuk tanpa
retak atau perubahan volumenya yang berarti. Plastisitas sangat
berpengaruh pada sifat teknik tanah berbutir halus. Semua tanah yang
plastis biasanya mempunyai tekstur yang halis, tetapi tidak semua tanah
bertekstur halus bersifat plastis, contoh tanah hasil pelapukan kwarsa.
Penambahan air secara terus menerus pada tanah kering akan membuat
campuran tanah dari kondisi padat menjadi semi padat kemudian plastis.
Seorang ilmuwan Swedia yang bernama Atterberg telah mengembangkan
pengujian untuk menentukan kadar air pada setiap perubahan bentuk, yang
kemudian pengujian tersebut dikenal sebagai uji batas-batas Atterberg.
Batas-batas Atterberg digunakan untuk material yang lolos saringan no. 40.
Tergantung tingkat kadar airnya, tanah dapat berada dalam kondisi cair,
plastis, semi plastis dan beku (lihat gambar 2.3). Kadar air ( dalam %) pada
berbagai batas-batas kondisi tersebut yang dikenal sebagai batas-batas
Atterberg terdiri dari: batas cair (wL), batas plastis (wP), batas kerut
(SL=shrinkage limit), lihat gambar 2.3 dan 2.4.
Batas susut (SL): adalah kadar air maksimum dimana pengurangan kadar
air tidak menyebabkan penyusutan di dalam volume massa tanah. Kondisi
ini menunjukkan batas antara kondisi kaku dan semi kaku.
Batas plastis (wP): adalah kadar air dimana tanah akan mulai retak ketika
digulung-gulung menjadi suatu gulungan berdiameter kira-kira 3 mm.
Batas cair (wL): adalah kadar air pada batas antara cair dan plastis.
Perbedaan antara batas cair dengan batas plastis disebut indeks plastis
(IP).
IP = wL- wP.
Tanah dengan batas cair (wL) yang tinggi, memiliki sifat plastisas dan
kompresibilitas yang tinggi (kembang susut besar) dan sangat dipengaruhi
oleh kadar airnya. Sebaliknya bila batas cair rendah plastisitas dan
kompressibilitas-nya rendah. Kapasitas pengembangan dapat diperkirakan
dari indeks plastisnya. Tanah dengan IP > 15 potensi pengembangan
sedang; IP > 35 potensi pengembangan tinggi. Kekuatan tanah setelah
pengembangan akan berkurang sangat besar. Tanah dengan indeks plastis
tinggi, pengerjaan untuk pemadatannya relatif lebih sulit, dan bila indeks
plastisnya yang rendah biasanya kandungan material halusnya juga
rendah dan pada batas tertentu akan bersifat lolos air dan kurang plastis.
Pada kondisi mengering sampai batas susut dari kondisi jenuh, tanah yang
memiliki batas susut rendah akan menyusut lebih besar dibanding tanah
yang batas susutnya tinggi. Oleh karenanya penggunaannya perlu dibatasi,
biasanya diletakkan dibagian dalam timbunan yang tidak terpengaruh
banyak kadar air.
cairan kental, yang disebut sebagai keadaan cair. Pada saat tanah
mengering, penurunan volume pada massa tanah berlangsung hampir
sebanding dengan hilangnya air. Ketika kadar air di dalam tanah pada
nilai setara dengan batas cair, massa tanah menjadi plastis.
Batas cair (liquid limit) adalah kadar air (dinyatakan sebagai persentase
massa kering tanah) pada saat tanah mulai menunjukkan kekuatan geser
kecil, tetapi kekuatan geser akan bertambah seiring dengan kadar air
yang berkurang. Sebaliknya, dengan meningkatnya kadar air, batas cair
mulai menjadi cairan dan kuat geser menurun.
Ketika kadar air berkurang di bawah batas cair, massa tanah menjadi kaku
dan tidak dapat mengalir sebagai cairan. Namun, hal itu akan terus
mengalami deformasi, atau plastis, tanpa retak sampai tercapai batas
plastis.
Batas plastis, PL, adalah kadar air (dinyatakan sebagai persentase massa
kering tanah) ketika massa tanah berhenti menjadi plastis dan menjadi
repui/rapuh, yang ditentukan oleh prosedur untuk menggulung-gulung
massa tanah menjadi pita berdiameter 3 mm (1/8 in) dengan mengurangi
kadar air dari massa tanah secara bertahap.
Ketika kadar air berkurang di bawah batas plastis, tanah menjadi semi-
padat; yaitu, dapat berubah bentuk, tetapi memerlukan tenaga besar
membuat tanah menjadi repui/retak. Kondisi ini disebut sebagai kondisi
semipadat. Pada proses pengeringan lebih lanjut, massa tanah akan
mencapai kondisi padat ketika tejadi perubahan volume (penyusutan).
Kadar air pada kondisi ini disebut batas susut, SL. Pada kondisi ini, kadar
air dimana kadar airnya turun, tidak akan menyebabkan terjadinya
penurunan volume massa tanah. Di bawah batas susut, tanah dianggap
padat; yaitu, sebagian besar partikel berada dalam kontak sangat dekat
dan dalam susunan yang menghasilkan kondisi yang paling padat.
Pada semua tanah plastis yang berbutir halus, batas plastis akan lebih
besar dari batas susut. Namun, untuk tanah yang lebih kasar
dibandingkan dengan tanah berbutir halus (tanah yang mengandung
lanau kasar dan ukuran pasir halus), batas susut akan dekat batas plastis.
Batas susut, bersama-sama dengan indeks properties lainnya, akan
berguna dalam mengidentifikasi tanah ekspansif.
Indeks plastisitas, PI, adalah perbedaan antara batas cair dan batas
plastis, dan mewakili berbagai kadar air dimana tanah menjadi plastis.
Lanau memiliki indeks plastisitas yang kecil atau bahkan tidak ada,
sedangkan tanah lempung memiliki indeks plastisitas yang lebih tinggi.
Dari grafik dapat diketahui jenis tanah yang sesuai dengan persyaratan
sebagai material timbunan. Tabel di bawah menunjukkan hubungan
antara indeks plastisitas dengan potensi pengembangan.
Tabel 3.2. Klasifikasi Tanah Ekspansif Menurut Holtz Dan Gibbs (1956)
Data dari Uji Indeks Properties Kemungkinan
Derajat
Mengembang (% Total
Kadar Kolodi (% Indeks Bebas Pengembangan
Perubahan Volume)
dibawah 0.0001 mm) Plastisitas Susut
>28 >35 <11 >30 Sangat Tinggi
28-31 25-41 7-12 20-30 Tinggi
13-23 15-28 10-16 10-20 Sedang
<15 <18 >15 <10 Rendah
b) Kepadatan relatif
Kepadatan relatif (DR) digunakan untuk menunjukkan derajat kepadatan
butiran pasir dan hanya berlaku untuk tanah berbutir kasar dengan kadar
butiran halus kurang dari 15%. Kepadatan relatif dihitung dengan rumus:
DR = (emax – eo) / (emax – emin )
dengan emax adalah angka pori pada keadaan paling lepas, dan emin
adalah angka pori pada keadaan paling padat. Namun perkiraan langsung
DR tersebut kurang praktis, sebab sangat sulit memperoleh contoh tanah
tidak terganggu untuk menghitung ke tiga parameter e0, emax, dan emin
tersebut di laboratorium.
c) Kuat geser
Kuat geser tanah dapat diketahui dengan menggunakan rumus Coulomb
sbb:
S = c + (σ-U) tan Ø atau S = c + σ‟ tan Ø
Dimana :
S = tegangan geser saat keruntuhan (kuat geser)
c = kohesi (atau friksi untuk tanah berbutir kasar)
Ø = sudut geser dalam
σ = tegangan total
σ‟= tegangan efektif
U = tekanan pori
Uji kuat geser, bertujuan untuk memperoleh nilai c dan Ø yang nantinya
akan digunakan untuk menghitung kekuatan geser suatu contoh bahan
tanah atau bahan fondasi. Pengujian dapat dilakukan dengan cara: geser
langsung, desak tri sumbu (triaksial), desak bebas. Untuk uji bahan
timbunan tanah sebaiknya dilakukan uji desak tri sumbu BP (back
pressure – dengan memberi tekanan secara berangsur-angsur).
Kuat geser massa pasir dan kerikil timbul karena gesekan diantara butir-
butirnya yang dipengaruhi oleh bentuk, kekasaran permukaan, kekuatan
butiran dan gradasinya. Kekuatan atau kekasaran butiran merupakan
faktor penting , karena butiran-butiran yang lemah akan mudah pecah dan
hancur saat mendapat tekanan besar.
Besar nilai kohesi dan sudut geseran dalam sangat dipengaruhi oleh
kondisi drainasi bahan dan tingkat konsolidasi yang disebabkan oleh
suatu tekanan (σ). Oleh karena itu pengujian biasanya dilakukan pada
kondisi yang mirip dengan kondisi sebenarnya.
1) Uji kekuatan triaksial: metode ini sangat handal untuk mengetahui
sudut geser lempung, lanau alami maupun pasir cetak; disertai
informasi rinci pengaruh tekanan lateral, tekanan pori, drainasi dan
konsolidasi. Uji ini dapat dilakukan dengan mengacu pada standar uji
SNI 03-4813-1998, SNI 03-2455-1991. Ada tiga jenis pengujian
triaksial, yaitu: Uji UU (unconsolidated undrained shearing test), CU
(consolidated undrained shearing test) dan CD (consolidated drained
shearing test).
2) Uji kuat geser langsung
Uji kuat geser langsung mempunyai tujuan untuk mengukur kuat geser
tanah sepanjang permukaan bidang datar yang telah ditentukan
sebelumnya (horisontal). Walaupun ada kelemahan, uji geser
langsung masih tetap banyak digunakan karena sederhana dan
mudah dilaksanakan. Alat ini menggunakan jumlah tanah yang lebih
kecil daripada alat triaksial standar, sehingga waktu konsolidasi lebih
singkat. Uji kotak geser langsung (DS) dengan laju uji rendah akan
memberikan nilai parameter kuat geser efektif c‟ dan ö„ yang handal
atau terpercaya (lihat Gambar 3.7).
d) Permeabilitas
Permeabilitas dipengaruhi oleh ukuran butiran dan volume pori-pori tanah.
Permeabilitas akan semakin besar pada butiran berukuran besar, begitu
pula sebaliknya dan juga akan berkurang bila kepadatan ditingkatkan.
Tingkat permeabilitas atau biasa disebut koefisien permeabilitas/filtrasi
42 PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI
MODUL 11 GEOTEKNIK
e) Konsolidasi
Konsolidasi adalah pemampatan tanah yang disebabkan oleh proses
keluarnya air pori dari tanah secara berangsur-angsur akibat pembebanan
secara konstan. Kemampuan konsolidasi suatu material dapat diketahui
dengan cara membebani suatu contoh material yang jenuh air sehingga
terjadi konsolidasi yang diakibatkan oleh proses pengerutan karena
keluarnya air pori dari celah-celah butiran.
Dari hasil uji, kemudian tanah diklasifikasi menjadi ND1, ND2, ND3 dan
ND4 (lempung non dispersif tingkat 1, 2, 3 dan 4) atau kategori dispersif
D1 dan D2 yaitu jenis tanah yang sangat berpotensi mengalami proses
pelarutan dan sangat berbahaya untuk bangunan air.
b) Tanah lunak
Tanah lunak adalah tanah yang mempunyai kuat geser rendah dan sifat
kompresibilitas tinggi. Pada umumnya lapisan tanah ini selalu dalam
kondisi terendam air atau mempunyai kadar air yang tinggi. Tanah lunak
banyak dijumpai dipesisir timur Sumatra, Kalimantan dan Papua.
Tanah lunak juga merupakan salah satu jenis dari tanah bersifat khusus
atau tanah bermasalah (problematic soil) yang apabila tidak diselidiki
secara seksama dapat menimbulkan masalah ketidakstabilan dan
pergerakan/ deformasi berlebihan yang membahayakan bangunan
diatasnya. Tanah yang dimaksud dapat berupa tanah lempungan atau
lanauan baik mengandung organik maupun inorganik. Untuk jenis tanah
ini sulit untuk memperoleh contoh tanah tidak terganggu, sebagai gantinya
dapat dilakukan uji lapangan, misal dengan pisokonus atau uji baling.
Berdasarkan kuat geser dan daya dukungnya, tanah lunak dapat dibagi
menjadi 2 kelompok, seperti Tabel 3.4 di bawah.
Tabel 3.4. Kelompok Tanah Lunak
Standard
Perlawanan
Kuat geser Penetraion
konus
No. Konsistensi Undrained,Su, Test, NSPT
Sondir, qc
(kg/cm2) (Pukulan/30
(kg/cm2)
cm)
I Tanah Lempungan
1. - Sangat lunak < 0,125 <5 <3
2. - Lunak 0,125 – 0,25 5 - 10 3-5
II. Tanah pasiran / < 10
- -
lanauan
Tabel 3.5. Ikhtisar Cara Identifikasi, Kesulitan Pengambilan Contoh, Cara Uji
dan Karakteristiknya
Uji indeks beban titik merupakan uji sederhana sebagai pengganti uji UCS,
karena dapat digunakan potongan inti batuan tidak teratur. Untuk uji tarik
langsung diperlukan persiapan khusus yang biasanya sulit bagi laboratorium
pabrik. Oleh karena itu, kuat tarik sering kali dievaluasi dengan pembebanan
tekan benda uji silindris yang melintang diameter (dikenal sebagai uji
Brazilian). Uji geser langsung digunakan untuk menyelidiki karakteristik friksi
sepanjang bentuk diskontinuitas batuan.
a) Uji indeks beban titik: untuk menentukan klasifikasi kekuatan batuan.
Indeks batuan biasa digunakan untuk mengevaluasi kekuatan tekan
uniaksial (σu ), dan nilai rata-rata σu . Uji ini dilakukan dengan mengacu
pada standar uji SNI 03-2814-1992.
b) Uji tekan uniaksial (UCS = Uniaxial Compression Strength): untuk
mengukur kuat tekan uniaksial batuan (qu, σu , σc). Uji ini dapat dilakukan
dengan mengacu pada standar uji SNI 03-2825-1992.
c) Uji desak bebas Uncinfined Compression Test), untuk mengetahui
kekuatan batuan terhadap tekanan desak.
d) Uji Brasilian, untuk mengetahui kuat tarik batuan.
e) Uji geser langsung, untuk mengetahui kuat geser batuan. Uji ini dapat
dilakukan dengan mengacu pada standar uji SNI 06-2486-1991.
f) Uji kekerasan restitusi, untuk mengetahui kekuatan batuan dengan
mengukur deformasi batuan akibat gaya tertentu pada permukaannya.
Kekerasan restitusi mempunyai korelasi dengan kuat desak bebas, kuat
tarik, laju cepat rambat, gelombang seismik, dll. Hasil yang diperoleh dapat
digunakan untuk mengklasifikasi batuan, pemilihan mesin bor yang cocok
untuk penggaliannya, program kerja penggalian batu dll.
48 PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI
MODUL 11 GEOTEKNIK
3.3.3 Ketahanan
Evaluasi ketahanan batuan sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor alami,
seperti cuaca musiman dan siklus ulang temperatur (misalnya aliran air,
pembasahan dan pengeringan, kegiatan gelombang, pembekuan dan
pencairan, dan lain-lain). Oleh karena itu, sebaiknya dilakukan uji ketahanan
bahan.
Prinsip dasar uji ketahanan adalah cara empirik dan hasilnya merupakan
petunjuk atau indikasi ketahanan batuan terhadap proses alami. Perilaku
batuan dalam aplikasi sebenarnya dapat berbeda dengan hasil uji. Oleh
karena itu, uji Ketahanan batuan merupakan cara uji mutu yang handal dan
terpercaya. Selain hasil uji ini, kesesuaian berbagai jenis batuan dan
penggunaannya bergantung pada kinerja aplikasi awal. Sebagai contoh
penggunaan uji ketahanan batuan adalah pada evaluasi serpih dalam
bendungan urugan batuan.
a) Uji tahan lekang (slake durability test) batuan adalah untuk mengetahui
ketahanan serpih atau batuan lunak lainnya yang mengalami siklus
pembasahan dan pengeringan. Uji ini dapat dilakukan dengan mengacu
pada standar uji SNI 03-3406-1994.
b) Uji keawetan (soundness) adalah untuk menentukan keawetan batuan rip-
rap yang mengalami erosi. Uji ini dapat dilakukan dengan mengacu pada
standar uji ASTM D 5240.
Evaluasi hasil uji ultrasonik batuan elastis dari benda uji utuh dapat
digunakan untuk klasifikasi batuan dan evaluasi hasil uji statik dan dinamik
dengan regangan kecil (regangan geser < 10-4 %). Alat lain hanya
memberikan pengujian gelombang P ultrasonik, sementara dengan desain
alat yang baru dapat dihasilkan kecepatan gelombang P dan S. Jika
dibandingkan dengan kecepatan gelombang dari hasil uji geofisik lapangan,
hasil uji ultrasonik dapat memberikan indeks derajat retakan atau rekahan
dalam massa batuan. Uji ini relatif murah dan tidak merusak, karena dapat
dilakukan sebelum uji kuat inti utuh untuk mengoptimasi pengumpulan data.
3.4 Latihan
Jawablah soal-soal berikut dengan benar!
1. Sebutkan 3 jenis tanah yang bersifat khusus (problematic soil)!
2. Sebutkan pengujian laboratorium yang diperlukan untuk material batu
sebagai material timbunan bendungan (rockfill)!
3. Sebutkan pengujian laboratorium untuk memperoleh parameter kuat geser
guna perhitungan stabilitas statik bendungan!
3.5 Rangkuman
Sifat material tanah/ batuan ditentukan oleh: kandungan mineral, ukuran dan
bentuk butiran, tumpukan alami (grain packing), dan ikatan butiran (grain
bonding). Pengujian di lapangan dan di laboratorium dilakukan untuk
memperoleh parameter-parameter yang terkait dengan sifat-sifat teknisnya,
yakni: kepadatan (density), permeabilitas, kekuatan (strength), perubahan
bentuk (deformability) dan stabilitas kimiawi (chemical stability)nya. Pengaruh
anisotropik mempengaruhi sifat permeabilitas, kekuatan dan sifat deformasi.
50 PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI
MODUL 11 GEOTEKNIK
Dalam beberapa kasus sifat anisotropik tidak begitu nyata (slight), sehingga
untuk keperluan praktis, material dianggap homogin atau isotropik. Secara
garis besar sifat tanah dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: sifat fisik (index
properties), dan sifat teknis (engineering properties).
Pengujian sifat fisik tanah dilakukan untuk memperoleh : berat isi (γn), berat
jenis (Gs), kadar air (Wn), distribusi butiran (%), batas-batas atterberg (batas
cair (wL), batas plastis (wP), batas kerut (shrinkage limit), dll. Sedangkan
pengujian sifat teknis tanah, untuk memperoleh: kepadatan, permeabilitas ,
kuat geser, konsolidasi, dll.
Sama seperti tanah, batuan juga memiliki sifat fisik dan kimiawi serta sifat
teknik Pengujian dilakukan untuk mengetahui sifat fisik, kimiawi dan sifat
teknik massa batuan atau pecahannya sebagai bahan bangunan.Untuk
mengetahui sifat fisik batuan biasa dilakukan uji fisik yang mencakup: berat
jenis, porositas batuan, permeabilitas, satuan berat, uji muai (swelling), uji
serap air, uji sifat kimiawi, untuk mengetahui kandungan mineral-mineral yang
dapat menyebabkan kerusakan pada beton (karena reaksi alkali atau asam)
seperti: opal, apatite, allite; pyrite (mudah teroksidasi), asam belerang, dll.
3.6 Evaluasi
1. Pilih pertanyaan di bawah yang benar (lebih dari satu)…..
a. Sifat material ditentukan oleh kandungan mineral dan ukuran dan
bentuk butiran.
b. Secara garis besar sifat tanah dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
sifat fisik dan sifat teknis.
c. Parameter yang diperoleh dari pengujian sifat teknis digunakan dalam
analisis desain.
d. Untuk mengetahui konsistensi tanah dapat diperoleh dari pengujian
Atterberg di laboratorium.
e. Pasir yang digunakan dalam zona filter bendungan urugan dapat
diambil dari lokasi mana saja yang penting dekat lokasi bendungan.
3. Pilih pertanyaan di bawah yang benar menurut anda (lebih dari satu)…..
a. Tanah dikatakan mempunyai konsistensi lunak bila mempunyai
kekuatan tekan lebih dari 1 kg/cm2.
b. Tanah dikatakan mempunyai konsistensi keras bila mempunyai kuat
tekan > 2 kg/cm2.
c. Tanah lempungan yang dipadatkan di laboratorium akan mempunyai
nilai kadar air optimum dan kepadatan kering maksimum yang
digunakan sebagai pedoman dalam melakukan pemadatan di
lapangan.
d. Demikian juga untuk tanah pasir filter harus dilakukan pemadatan di
laboratorium dengan metoda yang sama.
e. Tanah lempunan yang mempunyai indeks plastisitas >40% yang
bersifat sangat kedap sangat ideal digunakan sebagai material
timbunan zona kedap air.
BAB IV
PENYUSUNAN PROGRAM INVESTIGASI GEOTEKNIK
Indikator Hasil Belajar:
Setelah mengikuti pembelajaran materi ini, peserta diharapkan mampu menjelaskan program
investasi geoteknik.
4.1 Umum
Lingkup, metode dan tingkat akurasi investigasi geologi ditentukan sesuai
dengan tahapan perencanaan. Lingkup kegiatan utama investigasi geoteknik
pada setiap tahapan perencanaan disajikan pada tabel 4.1. Secara umum
lingkup kegiatan investigasi untuk mendukung perencanaan mencakup:
a) Pengumpulan data
b) Investigasi geoteknik pada calon lokasi bangunan utama dan bangunan
besar lainnya
c) Pengambilan contoh tanah pada trase saluran dan bangunan
d) Investigasi material bangunan
e) Uji laboratorium
f) Pelaporan yang mencakup evaluasi, kesimpulan dan saran.
geoteknik rinci atau terperinci yang dilakukan baik bagi proyek baru maupun
proyek rehabilitasi.
Bila perlu pada lokasi bendungan dan sekitarnya dilakukan survai seismik
untuk memperkirakan secara cepat ketebalan dan kedalaman lapisan tanah
dan batuan, lokasi rekahan, struktur sesar, serta ketebalan pelapukan batuan.
seperti disajikan pada tabel 4.2. Tabel 4.3, menyajikan Ikhtisar permasalahan
geoteknik yang dibutuhkan dalam desain geoteknik bangunan air secara
umum yang mencakup mengenai: data/informasi yang diperlukan, uji
lapangan dan uji laboratorium untuk menunjang berbagai macam analisis
desain bangunan air. Penggunaan ikhtisar tersebut memberi harus
disesuaikan dengan kebutuhan dan perlapisan tanah.
Tabel 4.2. Ikhtisar Permasalahan Geoteknik yang Dibutuhkan dalam Desain Geoteknik Bangunan Air (Disesuaikan dengan
Kebutuhan)
Analisis untuk desain
Permasalahan Informasi yang dibutuhkan untuk Uji laboratorium*
Uji lapangan*
geoteknik analisis (Vol. II)
Fondasi dangkal • Daya dukung • Profil bawah permukaan (tanah, air tanah dan •Pemboran dan
• Uji kadar air
• Penurunan (besaran dan batuan) pengambilan contoh
• Uji berat volume
kecepatan) • Parameter kuat geser •Uji geser baling
• Uji kadar organik
• Rembesan (bangunan penahan • Parameter kompresibilitas (termasuk konsolidasi, • Uji SPT (tanah
• Uji resistivitas pH
air) sifat pengembangan dan penyusutan, dan berbutir kasar)
• Uji pembagian butir
• Penyusutan dan pengembangan modulus elastisitas) • Uji CPT
• Uji Atterberg
tanah (tanah asli atau timbunan) • Sejarah tegangan (tegangan vertikal efektif masa • Uji dilatometer
• Uji konsolidasi 1-D
• Kompatibilitas sifat kimiawi tanah lalu dan sekarang) • Uji pressuremeter
• Uji geser langsung
terhadap beton • Parameter koefisien kelulusan air • Uji kelulusan air
• Uji geser triaksial
• Penggerusan akibat air terutama • Komposisi kimiawi tanah • Inti batuan (RQD)
• Uji kelulusan air
bangunan di sungai • Kedalaman perubahan kelembapan pengaruh • Uji nuclear density
• Uji potensi
• Beban ekstrim (gempa dan cuaca) • Uji beban pelat
pengembangan tanah
banjir) • Berat volume • Uji geofisik
(collapsible)
• Pemetaan geologi untuk mengetahui orientasi
• Uji kompresi uniaksial
dan karakteristik diskontinuitas batuan.
dan modulus elastisitas
batuan utuh.
akan datang;
c) Apakah bangunan akan diperbaiki seperti keadaan aslinya dan sesuai
dengan gambar konstruksi, atau akan diperbaharui misalnya penambahan
lereng pada tanggul jalan atau timbunan;
d) Jika bangunan akan diperbaharui, adakah perubahan pada geometri,
lokasi, pembebanan dan struktur yang direncanakan (misalnya tanggul,
gorong-gorong); dll.
h) Pengujian lapangan.
Tabel 4.3. Petunjuk Praktis Penentuan Jumlah Minimum Titik dan Kedalaman Minimum Investigasi Geoteknik Untuk
Bangunan Air
Aplikasi untuk tipe Jumlah minimum titik investigasi dan lokasi Kedalaman minimum investigasi
bangunan
I. Tahap desain pendahuluan: - As-as bendungan: pemboran minimal sama dengan
- As bendungan min 5 titik bor inti: 1 titik di tengah sungai, 2 titik tepi kiri tinggi
dan kanan sungai, . - Bendungan atau telah mencapai lapisan yang
- As spillway, minimal 2 titik bor kompeten
Bendungan - intake, minimal 1 titik bor - bangunan pelengkap, kedalaman 4 m di bawah
urugan dan bendungan beton - terowongan/konduit pengelak, minimal 3 titik bor rencana galian
- Kuari, min 3 titik pemboran inti untuk menentukan kualitas dan kuantitas - terowongan pengelak, kedalaman 4 m di bawah
material batu dasar rencana terowongan
- Borrow area, min: 5 titik sumur uji dan dibantu 5 titik pemboran tangan, - kuari: kedalaman bor minimal 20 m
untuk mengetahui kuantitaas dan kualitas material tanah. - borrow area, minimal kedalaman test pit 4 m dan
II. Tahap desain rinci: pemboran tangan 8 m.
- Jumlah titik bor pada bendungan utama dan pelana, ditambah sesuai
dengan kondisi geologi yang ditemui saat tahap desain pendahuluan. -
- Idem untuk bagunan pelengkap
- Untuk terowongan perlu tambahan investigasi yang cukup, tergantung
dari panjang terowongan dan kondisi geologi, bila perlu lakukan uji
insitu.
- Idem untuk kuari dan borrow area untuk memastikan kecukupan
material yang tersedia di lapangan
Aplikasi untuk tipe Jumlah minimum titik investigasi dan lokasi Kedalaman minimum investigasi
bangunan
Pemotongan lereng • Pada as pemotongan lereng, diperlukan minimum 1 titik investigasi pada Investigasi harus dilakukan sedalam minimum 1,5-2
(cut slope) setiap jarak 60 m (kondisi tidak homogen) atau 120 m (kondisi homogen). kali kedalaman galian, kecuali telah ditemukan
• Pada lokasi-lokasi kritis (misalnya pada daerah pemotongan terdalam, pada lapisan keras.
daerah ketebalan tanah lunak maksimum), diperlukan tambahan minimum 3 Jika masih ditemukan perlapisan tanah lunak di
titik investigasi dalam arah melintang pemotongan lereng, untuk mengetahui bawah 1,5-2 kali dalam galian, investigasi
kondisi perlapisan tanah yang akan digunakan untuk analisis stabilitas lereng. dilanjutkan sampai cukup dalam menembus
perlapisan tanah lunak dan menemukan perlapisan
tanah kuat (misalnya tanah lempung kaku sampai
keras, tanah berbutir kasar yang padat atau batuan
dasar).
Aplikasi untuk tipe Jumlah minimum titik investigasi dan lokasi Kedalaman minimum investigasi
bangunan
Fondasi dangkal • Untuk bangunan di bawah permukaan (misalnya ebatmen atau pier) Kedalaman investigasi yang harus dilaksanakan:
dengan lebar kurang atau sama dengan 30,00 m, diperlukan minimum Cukup dalam, sehingga melewati perlapisan tanah
satu titik investigasi untuk setiap bangunan. yang tidak stabil (misalnya gambut, lanau organik,
• Untuk bangunan di bawah permukaan dengan lebar lebih dari 30,00 m, tanah lempung lunak) dan menembus perlapisan
diperlukan minimum 2 titik investigasi. tanah dengan daya dukung yang memadai.
• Tambahan titik investigasi, diperlukan bila ditemukan perlapisan tanah Paling sedikit harus mencapai kedalaman tanah
dengan kondisi luar biasa. dengan peningkatan tegangan akibat beban struktur
yang diperkirakan mencapai 10% dari tegangan
vertikal efektif (overburden) yang ada.
Jika ditemukan perlapisan batuan dasar sebelum
mencapai kedalaman yang ditentukan pada
penjelasan sebelumnya, investigasi dihentikan
setelah menembus 3,00 m kedalaman perlapisan
batuan dasar. Namun, investigasi mekanika batuan
terhadap material isian yang ditemukan pada bidang
diskontinuitas harus diperbanyak untuk mengetahui
sifat kompresibilitasnya.
Aplikasi untuk tipe Jumlah minimum titik investigasi dan lokasi Kedalaman minimum investigasi
bangunan
Fondasi dalam • Untuk bangunan di bawah permukaan (misalnya ebatmen atau pier/tiang) Pada perlapisan tanah, kedalaman investigasi harus
dengan lebar kurang atau sama dengan 30,00 m, diperlukan minimum mencapai 6,00 m di bawah ujung tiang pancang / tiang
satu titik investigasi untuk setiap bangunan. bor yang diperkirakan atau minimum dua kali dimensi
• Untuk bangunan di bawah permukaan dengan lebar lebih dari 30,00 m, maksimum dari grup tiang. Dipilih yang terdalam.
diperlukan minimum 2 titik investigasi. Semua titik pemboran harus melewati perlapisan tanah
• Tambahan titik investigasi, diperlukan jika ditemukan perlapisan tanah yang tidak menguntungkan, seperti urugan yang tidak
dengan kondisi luar biasa. dipadatkan, gambut, material dengan kadar organik
tinggi, tanah lempung lunak, tanah berbutir kasar yang
lepas dan menembus sebagian dari perlapisan tanah
yang keras atau padat.
Untuk tiang yang ujungnya terletak di atas batuan
dasar, investigasi harus menembus minimum 3,00 m
pada setiap titik investigasi, untuk memperoleh inti
batuan yang dapat digunakan sebagai verifikasi tidak
terletak di atas bongkah (boulders).
Untuk tiang bor yang terletak di atas batuan dasar atau
menembus sebagian ke dalam batuan dasar,
investigasi harus menembus minimum 3,00 m di bawah
perlapisan batuan untuk tiang yang terisolasi (isolated)
atau dua kali dimensi maksimum dari grup tiang bor;
dipilih yang terdalam untuk mengetahui karakteristik
perlapisan batuan.
pendugaan.
Persyaratan teknis, antara lain mencakup:
a) Jenis-jenis investigasi yang akan dilakukan
b) Metode investigasi
c) Peralatan dan prosedur yang digunakan untuk pemboran dan
pengambilan contoh;
d) Pelaksanaan pengujian lapangan;
e) Penentuan metode pengukuran;
f) Ketentuan pembayaran untuk semua jenis pekerjaan.
4.8 Latihan
1. Sebutkan tahap investigasi geoteknik yang dilakukan pada pembangunan
suatu bendungan!
2. Sebutkan banyak titik bor inti yang minimal pada tahap studi kelayakan dan
tahap desain rinci!
3. Apakah investigasi cukup dilakukan di rencana bendungan saja? Jelaskan
dengan singkat!
4.9 Rangkuman
Investigasi geoteknik pada calon lokasi bangunan utama (bendungan)
ditujukan untuk mengetahui lapisan fondasi dan memperoleh data mengenai:
kualitas material, ketersediaan material, kondisi lokasi sumber material, metode
penggaliannya, dan lain-lain. Untuk memperoleh informasi mengenai material
fondasi dan material bangunan, investigasi yang dilakukan mencakup:
investigasi geologi teknik permukaan dan investigasi geoteknik bawah
permukaan.
desain rinci dan perkiraan biaya rinci konstruksi, serta untuk mendapatkan
informasi geoteknik lapangan secara khusus pada lokasi-lokasi tertentu guna
mengurangi risiko kondisi tanah/batuan yang tidak terduga selama konstruksi.
Lokasi dan jumlah kedalaman pemboran, ditetapkan dengan
mempertimbangkan titik-titik pemboran yang telah dilakukan pada tahap
sebelumnya.
Pengumpulan dan pengkajian data yang tersedia mutlak diperlukan dalam
penyusunan program dan perencanaan investigasi geoteknik. Hasil
pengkajian data dan informasi ini akan sangat membantu pekerjaan lapangan,
penentuan lokasi dan kedalaman pemboran, dan mengetahui informasi
sejarah dan geologi yang sangat penting yang kemungkinan perlu disajikan
dalam laporan geoteknik.
4.10 Evaluasi
1. Pilih jawaban di bawah yang menurut anda benar (lebih dari satu)…..
a. Investigasi geoteknik dilakukan hanya untuk mengetahui perlapisan
fondasi rencana bendungan.
b. Investigasi geoteknik dilakukan sesuai dengan tahapan pembangunan
bendungan.
c. Pengeboran adalah satu-satunya alat untuk mengetahui perlapisan
tanah/ batuan.
d. Program investigasi harus dibuat untuk memperoleh hasil investigasi
geoteknik yang maksimal.
e. Pengumpulan data dan informasi serta kajian terhadap laporan
investigasi di sekitar lokasi juga akan membantu dalam penyusunan
program investigasi.
BAB V
INVESTIGASI GEOTEKNIK
Indikator Hasil Belajar:
Setelah mengikuti pembelajaran materi ini, peserta diharapkan mampu menjelaskan persyaratan
teknis investigasi geoteknik.
5.1.1 Interptetasi Penginderaan Jarak Jauh (Remote Sensing) dan Foto Udara
Data hasil penginderaan jarak jauh dapat digunakan secara efektif untuk
mengidentifikasi kondisi permukaan tanah secara regional, formasi geologi,
lereng gunung yang curam dan permukaan refleksi patahan, dasar sungai
terbenam, kondisi jalan masuk lokasi, dan formasi umum tanah dan batuan.
Data penginderaan jarak jauh dari satelit (peta/gambar LANDSAT dari NASA),
foto udara dari USGS, dan pemetaan udara dengan menggunakan foto udara
yang tersedia, dapat membantu tenaga ahli geoteknik dalam melakukan
interpretasi.
a) Investigasi Geofisik
Pengujian geofisik yang biasa digunakan adalah resistivitas permukaan
(SR = Surface reisitivity), penetrasi tanah dengan radar (GPR = ground
penetrating radar), dan konduktivitas elektromagnit (EM). Investigasi ini
akan sangat membantu untuk hal-hal sebagai berikut.
1) menentukan stratigrafi tanah,
2) mendeteksi perubahan cepat dalam satuan tanah dasar, dan lokasi
lubang kavitasi bawah tanah dalam formasi karst,
3) mengidentifikasi prasarana bawah tanah dan atau gangguan.
Air pembilas biasanya diperlukan untuk menstabilkan dinding tepi dan dasar
lubang bor dalam tanah lempung lunak atau tanah nonkohesif yang berada di
bawah muka air tanah. Dasar lubang bor harus distabilisasi agar tidak
mengalami penyembulan atau dinding tepi menyusut, tidak mengalami
gangguan tanah sebelum pengambilan contoh atau tidak menyulitkan
masuknya tabung sampai ke dasar lubang bor. Dalam investigasi geoteknik,
umumnya pengeboran dilakukan dengan menggunakan alat bor auger tangga
putar batang menerus (solid stem continuous flight), bor auger batang
berlubang (hollow stem), atau bor putar.
Gambar 5.1. Sistem bor auger tangga putar batang padat menerus: (a)
Perlengkapan sistem bor auger, (b) matabor berbentuk jari (finger) dan
ekor ikan (fish tail), (c) ukuran alat bor batang masif, (d) beberapa bentuk
potongan bor auger dan sambungannya (FHWA NHI-01-031)
5.2.1 Pengeboran Auger Tangga Putar Batang Menerus (Solid Stem Flight
Augers)
Pada umumnya metode pengeboran ini hanya digunakan pada tanah kohesif
kaku, sehingga dinding lubang bor tetap stabil di seluruh kedalaman bor.
Gambar 5.1a menunjukkan perlengkapan sistem bor auger menerus yang
digunakan dengan mesin bor putar. Ujung auger disambung dengan matabor
(Gambar 5.1b) berbentuk jari (finger) atau ekor ikan (fish tail), yang berfungsi
untuk memotong tanah. Sementara itu auger berbentuk tangga putar
berfungsi sebagai sekrup pembawa, yang dapat membawa potongan tanah ke
bagian atas lubang. Batang auger harus ditambah secara bertahap sampai
mencapai kedalaman tanah yang diinginkan.
Karena penggunaannya terbatas, maka alat ini umumnya tidak cocok untuk
investigasi yang digabung dengan pengambilan contoh. Alat ini harus
digunakan dengan hati-hati terhadap perlawanan penetrasi dan getaran bor,
agar dapat memberikan data interpretasi kondisi geoteknik dengan baik.
Matabor berbentuk ekor ikan biasanya digunakan pada formasi lempung kaku
(Gambar 5.1b), sedangkan matabor jari dari carbide biasanya digunakan pada
formasi lempung keras atau batuan perselingan atau lapisan tersementasi.
Berhubung matabor berbentuk jari biasanya meninggalkan runtuhan tanah
pada dasar lubang bor, maka jarang digunakan.
Bor batang masif tersedia dalam berbagai ukuran diameter luar yang berkisar
antara 102 mm (4,0 in) dan 305 mm (12,0 in) (lihat Gambar 5.1c), dan yang
umum adalah dengan diameter 102 mm. Pada waktu pemasangan
sambungan bor batang pada alat bor utama, digunakan pasak (cotter pins)
seperti diperlihatkan pada Gambar 5.1d. Biasanya bor batang menerus diputar
masuk ke dalam tanah dengan suatu kecepatan dan bor ditarik kembali tanpa
rotasi, untuk mengatur bor batang dengan putaran minimum.
Gambar 5.3. Sistem bor auger tangga putar batang berlubang (hollow)
menerus: (a) perbandingan dengan bor auger batang; (b) konfigurasi bor
auger batang berlubang tipikal; (c) ukuran bor auger batang berlubang;
(d) matabor bentuk tangga terpasang di tengah; (e) matabor luar; (f)
matabor bagian luar dan tengah (FHWA NHI-01-031)
d) Metode alat ini biasanya digunakan pada tanah lempung atau tanah
berbutir kasar yang berada di atas muka air tanah, yang kemungkinan
dinding lubang bor tidak stabil. Auger berfungsi sebagai pipa lindung
(casing) sementara, untuk mengambil contoh tanah tidak terganggu di
bawah matabor. Potongan contoh dari metode bor ini diputar dengan
gerakan ke atas dan digunakan untuk keperluan pengamatan visual. Pada
kedalaman bor yang dalam, akan terlihat deskripsi yang berbeda antara
hasil bor di atas dan di bawah permukaan lapisan dasar. Hal ini mutlak
dipahami oleh supervisor untuk keperluan identifikasi kondisi lapisan
tanah in situ.
e) Tanah di bawah muka air tanah di dasar bor akan mengalami tekanan air
hidrostatik, sehingga mengganggu tanah berbutir kasar atau lempung
lunak. Hal tersebut akan menimbulkan sembulan tanah sumbatan bor, dan
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI 89
MODUL 11 GEOTEKNIK
Dalam penggunakan pipa lindung (lihat Gambar 5.4b) perlu diperhatikan hal-
hal sebagai berikut.
a) Pipa lindung bor putar tipikal dilengkapi dengan diameter dalam yang
berkisar antara 60 mm (2,374 in) dan 130 mm (5,125 in).
Gambar 5.5. Sistem bor putar semprot: (a) konfigurasi bor tipikal; (b)
pipa lindung dan sepatu pemancangan; (c) matabor intan, penahan
(drag) dan roda (roller); (d) debit air pembilas; (e) saringan penangkap air
pembilas potongan tanah; (f) kolam pengendapan (tangki sedimen)
terjadinya sembulan contoh tanah di bawah pipa lindung (Tabel 5.2 dan
Tabel 5.3).
c) Pipa lindung untuk lubang bor, yang menggunakan air pembilas untuk
menstabilkan dinding lubang bor, harus tetap ada sampai bagian atas
lubang. Hal ini dimaksudkan untuk melindungi runtuhan tanah karena
kegiatan di permukaan dan menyediakan sirkulasi air pembilas.
d) Air pembilas (air, bentonit, foam/busa, hasil bor sintetik lain) berfungsi
selain untuk menstabilkan dinding lubang bor juga untuk memindahkan
potongan bor dari alat bor.
e) Pada tanah berbutir kasar dan tanah lempung lunak, campuran bentonit
atau polimer tipikal digunakan untuk menambah berat air pembilas, agar
dapat mengurangi reduksi tegangan tanah di dasar bor.
f) Lubang bor yang diperdalam dengan menggunakan air pembilas,
digunakan untuk mengatur tekanan positif yang terjadi pada seluruh
kedalaman bor.
Aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam penggunaan metode bor putar
adalah :
a) Matabor terdiri atas dua jenis (Gambar 5.5c), matabor penahan biasanya
digunakan untuk lempung dan pasir lepas, sedangkan matabor roda untuk
penetrasi tanah butiran kasar padat, zona tersementasi dan batuan lunak
atau lapuk.
b) Pemeriksaan potongan yang berada dalam air pembilas akan membantu
untuk mengidentifikasi perubahan kondisi tanah antarlokasi contoh
(Gambar 5.5d).
c) Saringan yang disimpan dalam air pembilas yang mengalir digunakan
untuk menyaring bahan layang (Gambar 9e dan Gambar 9f). Air pembilas
kembali yang berkurang atau hilang dapat menunjukkan adanya pelipatan
terbuka, retakan, kavitasi, lapisan kerikil, zona yang sangat lulus air, dan
kondisi stratigrafi lainnya yang dapat menimbulkan hilangnya air dalam
rongga secara tiba-tiba. Hal ini harus dicatat dalam penyusunan log bor.
d) Sifat-sifat air pembilas dan kuantitas air pompa melalui bit/potongan dapat
digunakan untuk mengetahui ukuran partikel, yang dapat dipindahkan dari
lubang bor dengan sirkulasi air pembilas. Pada lapisan tanah yang
mengandung kerikil, kerakal, atau partikel lebih besar, material kasar akan
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI 93
MODUL 11 GEOTEKNIK
celah (slot) atau lebih di bagian dasar, untuk jalan masuk tanah dan
batuan jika ember diputar. Pada celah itu logam dasar diberi tulangan dan
gerigi, atau ujung potongan runcing yang digunakan untuk memecahkan
material contoh.
Gambar 5.6. Skema Alat Bor Ember Dan Perlengkapannya (ASTM D 4700)
d) Ember bor yang dipasang di dasar batang Kelly terdiri atas dua sampai
empat tabung baja empat persegi, yang dipasang satu pada sisi lainnya
agar dapat meneropong sampai ke dasar lubang bor. Pada setiap
kemajuan pengeboran, ember bor yang telah terisi dikosongkan di
permukaan tanah yang berdekatan dengan alat pelengkap bor.
e) Bor ember tipikal diperdalam dengan menggunakan mesin bor yang
diletakkan di atas truk. Alat-alat perlengkapan mesin bor kecil (small skid-
mounted dan frame A) untuk hal khusus biasanya telah tersedia, seperti
pengeboran pada tebing gunung yang curam atau di bawah tinggi jagaan
yang rendah atau kurang dari 2,5 m (8 ft). Penggunaan alat ini bergantung
pada ukuran alat pelengkap bor dan kondisi geoteknik. Bor ember tipikal
Penggunaan lubang bor terbuka pada tanah berbutir kasar biasanya akan
mengalami kesulitan, bahkan pada kerakal dan bongkahan akan menimbulkan
masalah besar. Bor tangan dapat digunakan, tetapi transportasinya sulit untuk
daerah terpencil. Pemotong dalam laras bor (barrel) dapat disusun, dan
tabung contoh juga dapat dilanjutkan pada setiap kedalaman.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pekerjaan parit uji adalah seperti
berikut.
a) Pada umumnya penggalian yang dilakukan dengan alat mekanik
(backhoe, bulldozer) lebih baik daripada dengan tangan.
b) Kedalaman parit uji ditentukan berdasarkan investigasi, tetapi secara
tipikal kira-kira 2 m (6,5 ft) sampai 3 m (10 ft). Di daerah yang elevasi
muka air tanahnya tinggi, kedalaman parit dibatasi oleh muka air. Galian
parit uji pada umumnya tidak aman dan atau tidak ekonomis untuk
kedalaman lebih besar dari 5 m (16 ft) dan bergantung pada kondisi
tanah.
c) Pada waktu penggalian, dasar parit harus dijaga agar permukaan
tanahnya relatif rata mendatar. Material galian harus ditempatkan secara
teratur berdampingan dengan parit, dan terpisah dari tumpukan material
lain di permukaan, untuk memudahkan identifikasi kedalaman material.
Tepi parit dalam potongan vertikal harus dibersihkan secara kontinu, atau
dengan skala visual harus ditempatkan dengan acuan lokasi proyek dan
elevasi garis dasar.
dipukul oleh palu (hammer) seberat 63,5 kg (140 lb) dan tinggi jatuh
760 mm (30 in).
Gambar 5.7. Tabung laras belah: (a) panjang 457 mm (18 in) dan 610 mm
(24 in); (b) diameter dalam 38,1 mm (1,5 in) sampai 89 mm (3,5 in)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI 101
MODUL 11 GEOTEKNIK
Gambar 5.8. Tabung laras belah: (a) tabung terbuka dengan contoh tanah dan
sepatu pemotong; (b) tabung contoh getar, sendok belah, tabung Shelby, dan
kotak penyimpanan untuk transportasi contoh getar (FHWA NHI-01-031)
(c) Katup bola pemeriksa yang sesuai dengan tinggi tekan tabung
akan digunakan untuk mengambil kembali material nonkohesif.
Katup ini akan berada di tempatnya jika tabung ditarik kembali dari
lubang bor, sehingga dapat menghindari tekanan air ke luar pada
bagian atas tabung. Jika contoh tanah cenderung longsor ke luar
karena beratnya, akan terjadi hampa udara pada bagian atas
tabung untuk menahannya.
(d) Jika sepatu dan lengan dilepas dari tabung laras belah, dua katup
tabung terpisah dan contoh mudah diambil (Gambar 5.8a).
Kemudian contoh tanah dipindah dari tabung laras belah ke
tempat lain dan ditutup/disegel dengan tabung gelas, dengan
kotak plastik, atau dengan pipa kuningan (Gambar 5.8b). Jika
contoh berisi jenis-jenis tanah yang berbeda, harus digunakan
wadah terpisah. Selain itu, pipa dapat ditempatkan di dalam
tabung dengan diameter dalam yang sama sebagai sepatu
pemotong (Gambar 5.9a), agar contoh tetap utuh selama
transportasi ke laboratorium. Oleh karena itu, contoh yang
terambil dengan tabung laras belah akan terganggu, sehingga
hanya cocok digunakan untuk uji identifikasi tanah dan klasifikasi
umum.
(e) Alat penahan contoh dari baja atau plastik biasanya diperlukan
untuk menyimpan contoh tanah murni berbutir kasar dalam tabung
102 PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI
MODUL 11 GEOTEKNIK
Gambar 5.9. Tabung laras belah: (a) cincin alat penahan dari nirbaja dan
kuningan; (b) alat pengambil bola contoh (FHWA NHI-01-031)
104 PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI
MODUL 11 GEOTEKNIK
dari pantai, kondisi air asin, atau waktu penyimpanan yang lama,
sebaiknya digunakan tabung nirbaja. Tabung dengan ujung depan
dimiringkan, digunakan untuk memotong contoh berdiameter lebih
kecil (72 mm (2,835 in)) untuk mengurangi gesekan. Tabung jenis
ini dapat juga didorong dengan tinggi tekan tetap atau tinggi tekan
piston.
(b) Tabung ini tidak boleh didorong melebihi panjang total sampai ke
sambungan tutup (cap) kurang dari 75 mm (3 in). Sisa panjang
tabung sebesar 75 mm (3 in) dimaksudkan untuk menampung
runtuhan yang mungkin bertambah atau berkurang pada dasar
lubang bor. Panjang contoh diperkirakan sebesar 600 mm (24 in).
Jika contoh terdiri atas tanah dengan kepadatan rendah atau
tanah runtuh, diperlukan dorongan yang tereduksi sebesar 300
mm (12 in) sampai 450 mm (18 in) untuk mencegah gangguan
pada contoh.
(c) Tabung harus digerakkan perlahan-lahan secara kontinu dengan
menggunakan perlengkapan bor sistem hidraulik. Tekanan
hidraulik harus dicatat dan didata pada daftar log. Kepala tabung
berisi katup pemeriksa yang memungkinkan air melewati tinggi
pengambilan contoh ke dalam batang bor. Katup pemeriksa harus
bersih dari sedimen dan pasir serta diperiksa sebelum percobaan
pengambilan contoh.
(d) Setelah alat selesai didorong, harus menunggu minimal sepuluh
menit untuk memberi kesempatan contoh mengembang sedikit
dalam tabung. Kemudian tali batang bor diputar dua kali penuh
agar contoh dapat dipotong dengan hati-hati dan dibawa ke
permukaan tanah. Akan tetapi, untuk tanah kaku biasanya tabung
contoh tidak perlu diputar.
(e) Setelah tabung diambil, runtuhan atau potongan contoh dari ujung
tabung bagian atas harus dipindah dengan menggunakan alat
pembersih. Panjang contoh yang diambil harus diukur, dan tanah
diklasifikasi untuk penyusunan catatan bor (log bor). Contoh tanah
setebal 25 mm pada dasar ujung tabung harus dipindah ke tempat
penyimpanan dan diberi label. Kedua ujung tabung dipasangi
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI 105
MODUL 11 GEOTEKNIK
106 PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI
MODUL 11 GEOTEKNIK
Gambar 5.11. Tipe dan Ukuran Terpilih Tabung Dinding Tipis Shelby
3) Tabung Piston
Tabung piston (Gambar 17a dan Gambar 17b) adalah tabung dinding
tipis yang dilengkapi dengan piston, batang, dan modifikasi kepala
tabung, yang dikenal pula sebagai tabung Osterberg atau Hvorslev.
Tabung ini terutama digunakan untuk pengambilan contoh tanah lunak
yang sulit dilakukan, walaupun dapat juga digunakan untuk tanah
kaku.
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI 107
MODUL 11 GEOTEKNIK
Gambar 5.13. Tabung piston: (a) gambar potongan tabung dinding tipis
yang dilengkapi dengan piston; (b) Skema alat (ASTM D 4700)
4) Tabung pitcher
Tabung pitcher digunakan untuk lempung kaku sampai keras dan
batuan lunak serta disesuaikan dengan pengambilan contoh sedimen,
yang terdiri atas lapisan keras dan lunak (Gambar 18). Komponen-
komponen utama (Gambar 19a) terdiri atas laras inti putar luar dengan
bit dan bagian dalam yang tetap, beban pegas, tabung dinding tipis
yang mendorong atau menarik batang bor laras luar, dan bergantung
pada kekerasan material yang akan dipenetrasi.
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI 109
MODUL 11 GEOTEKNIK
(c) Pada tanah lunak pegas akan menekan (Gambar 5.15b) tabung,
sehingga tanah dapat diambil.
(d) Pada tanah keras pegas menekan tabung lebih kuat sambil
matabor berputar, sehingga contoh dapat diambil (Gambar 5.15c).
Banyaknya contoh yang dapat diambil bergantung pada
kekerasan material yang akan dipenetrasi. Kemampuan menekan
tabung dapat mencapai 150 mm (6 in), sedangkan kemampuan
tekan matabor hanya mencapai 12 mm (0,5 in).
5) Tabung Denison
Tabung Denison hampir sama dengan tabung Pitcher, kecuali
proyeksi tabung contoh di depan laras putar luar diatur secara manual
sebelum pengambilan awal contoh, dan pegas dapat dikontrol selama
penetrasi tabung contoh.
Dalam penggunaan tabung Denison perlu diperhatikan hal-hal seperti
berikut.
(a) Komponen dasar tabung contoh (Gambar 5.16) terdiri atas sebuah
laras inti putar luar dengan sebuah matabor, bagian dalam laras
contoh yang tetap dengan sepatu pemotong, kepala laras dalam
dan luar, pita laras dalam, dan pilihan alat penahan inti tipe
keranjang. Matabor inti dapat berupa matabor sisipan karbit
ataupun matabor gerigi baja yang mengeras.
(b) Sepatu laras dalam berujung pisau runcing. Ujung pisau dapat
dibuat untuk menuntun matabor sebesar 12 mm (0,5 in) sampai
75 mm (3 in) dengan menggunakan matabor inti yang panjangnya
berbeda.
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI 111
MODUL 11 GEOTEKNIK
Gambar 5.16. Tabung Contoh Tanah Laras Inti Tabung Ganda Denison
(FHWA NHI-01-031)
(c) Laras terpanjang digunakan untuk tanah lunak dan tanah lepas,
sebab bentuk sepatu mudah melakukan penetrasi, dan dapat
melindungi inti tanah terhadap erosi akibat air pembilas yang
digunakan dalam pengeboran inti. Laras yang kurang panjang
digunakan untuk tanah keras atau tanah yang mengandung kerikil.
(d) Tabung Denison khususnya digunakan untuk tanah kohesif kaku
sampai keras dan pasir, yang contohnya tidak mudah diambil
dengan tabung dinding tipis, dan dapat menghasilkan gaya
dongkrak yang besar untuk penetrasi. Selain itu, tabung ini dapat
juga digunakan untuk lempung lunak dan lanau.
(e) Contoh pasir murni dapat diperoleh kembali dengan
menggunakan alat bor lumpur, katup hampa udara, dan
pengambil contoh berbentuk keranjang.
112 PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI
MODUL 11 GEOTEKNIK
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI 115
MODUL 11 GEOTEKNIK
5.2.10 Interval Pengambilan Contoh dan Jenis Tabung Contoh yang Tepat
Pada umumnya pengambilan contoh uji standar penetrasi (SPT) dilakukan
baik pada tanah berbutir kasar maupun tanah kohesif, dan untuk tanah kohesif
dilakukan dengan menggunakan tabung dinding tipis.
Perihal yang berkenaan dengan interval pengambilan contoh dan jenis tabung
yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut.
a) Interval pengambilan contoh berbeda-beda antara proyek dan daerah
masing-masing. Pada umumnya pengambilan contoh tabung belah
dilakukan pada interval 0,75 m (2,5 ft) di bagian atas 3 m (10 ft), dan pada
interval 1,5 m (5 ft) di bagian bawah 3 m (10 ft). Pada interval contoh yang
lebih besar biasanya 3 m (10 ft) dilakukan di bawah kedalaman 30 m (100
ft). Selain itu, diperlukan contoh menerus untuk beberapa bagian
pengeboran.
b) Untuk tanah kohesif minimal harus diambil satu contoh tanah tidak
terganggu dari setiap lapisan yang berbeda. Jika deposit tanah kohesif
meluas sampai dalam sekali, diperlukan tambahan contoh tidak terganggu
yang biasanya diambil pada interval 3 m (10 ft) sampai 6 m (20 ft). Jika
pengeboran dilakukan cukup luas, sebaiknya contoh tidak terganggu
diambil di setiap lubang bor.
c) Untuk bor yang terlalu dekat atau dalam deposit tanah homogen secara
lateral, contoh tidak terganggu biasanya diambil hanya dalam lubang bor
yang dipilih.
116 PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI
MODUL 11 GEOTEKNIK
d) Dalam formasi geologi yang tidak teratur atau lapisan lempung tipis,
kadang-kadang diperlukan pengeboran secara terpisah yang berdekatan
dengan lubang bor semula. Hal ini dimaksudkan untuk memperoleh
contoh tidak terganggu dari kedalaman tertentu yang mungkin tidak
terdapat pada pengeboran pertama.
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI 117
MODUL 11 GEOTEKNIK
Uji ini tidak menghasilkan nilai absolut, tetapi hanya sebagai acuan
perkiraan kekuatan relatif tanah sehingga nilai kekuatan tanah yang
dihasilkan tidak boleh digunakan dalam desain. Jika diperlukan kekuatan
tanah (dan sifat teknik lainnya), harus dilakukan uji lapangan dan atau uji
laboratorium terhadap contoh-contoh tanah tidak terganggu.
Alat uji lainnya, yaitu alat uji geser baling (torvane) yang berdiameter kecil
dapat digunakan untuk memperkirakan kuat geser tanah kohesif. Baling
dengan berbagai diameter dapat digunakan untuk tanah kohesif sangat
lunak sampai sangat kaku. Nilai dari hasil uji lapangan hanya digunakan
untuk perbandingan, dan sebaiknya tidak digunakan langsung dalam
analisis geoteknik atau desain.
118 PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI
MODUL 11 GEOTEKNIK
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI 119
MODUL 11 GEOTEKNIK
Metode geofisik seperti refraksi gempa dan penetrasi radar tanah (GPR)
digunakan untuk mengetahui kedalaman batuan (lihat buku Pedoman volume
II). Selanjutnya, pemetaan geologi bukaan batuan atau singkapan akan
membantu memberikan penilaian komposisi dan diskontinuitas lapisan batuan
dengan skala besar, yang perlu digunakan untuk berbagai aplikasi teknik
khususnya desain lereng batuan.
120 PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI
MODUL 11 GEOTEKNIK
dalam batuan sangat lunak. Air pembilas dapat berupa air, sedimen, busa,
atau udara tertekan.
122 PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI
MODUL 11 GEOTEKNIK
Gambar 5.17. (a) Laras inti tabung tunggal; (b) Laras inti tabung ganda tipe
kaku; (c) Laras inti tabung ganda tipe putar, rangkaian seri “M” dengan bola
dukung (FHWA NHI-01-031)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI 123
MODUL 11 GEOTEKNIK
124 PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI
MODUL 11 GEOTEKNIK
Gambar 5.18. Laras inti tabung ganda: (a) pemasangan laras luar; (b)
pemasangan laras dalam
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI 125
MODUL 11 GEOTEKNIK
Gambar 5.19. Matabor inti dari kiri ke kanan: intan, karbit, dan gerigi
(sawtooth)
126 PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI
MODUL 11 GEOTEKNIK
3) Matabor terdiri atas berbagai jenis, antara lain matabor intan, gerigi,
dan karbit yang menggunakan tungsten carbide sebagai pengganti
intan (Gambar 23). Matabor karbit digunakan untuk batuan inti lunak
sampai agak keras dan lebih murah daripada matabor intan, namun
kecepatan pengeborannya lebih lambat.
4) Matabor gerigi terdiri atas gigi-gigi yang memotong ke dalam dasar
matabor, khususnya digunakan untuk batuan inti dan batuan sangat
lunak. Gigi-gigi dilapisi dan dibungkus dengan campuran logam keras
seperti tungsten carbide untuk memberikan perlawanan air dan
meningkatkan umur layan matabor. Walaupun matabor gerigi lebih
murah daripada matabor intan, namun kecepatan pengeborannya
rendah dan tidak mempunyai faktor keselamatan (keamanan).
5) Ciri-ciri penting dari semua jenis matabor yang harus dicatat adalah
tipe aliran air dalam matabor untuk melewatkan air pembilas. Matabor
dengan aliran air konvensional dipotong pada permukaan dalam
matabor atau matabor dengan aliran air dasar yang berupa aliran
dalam pada permukaan dasar matabor di belakang logam yang
memisahkan inti dari debit air pembilas. Matabor dengan aliran dasar
harus digunakan pada batuan inti lunak atau batuan dengan rekahan
yang terisi tanah, untuk menghindari erosi inti karena air pembilas
sebelum inti memasuki laras inti.
Air pembilas harus diisi dalam bagian yang menurun untuk memindahkan
potongan bor dan membuat sirkulasi ulang air pembilas. Pada umumnya air
pembilas dapat dialirkan ke permukaan tanah. Oleh karena itu, mutlak
diperlukan perhatian atau penanganan khusus jika material tercemar oleh
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI 127
MODUL 11 GEOTEKNIK
128 PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI
MODUL 11 GEOTEKNIK
Perolehan inti adalah panjang inti batuan yang diambil dari bor inti, dan
rasio perolehan inti adalah rasio panjang perolehan inti terhadap panjang
total inti bor yang tersedia, yang dinyatakan sebagai fraksi atau
persentase.
Panjang inti harus diukur sepanjang garis sumbu inti. Jika perolehan inti
kurang dari panjang bor inti, bagian yang tidak terambil harus dianggap
menjadi ujung bor kecuali jika ada alasan perkiraan lainnya (misal zona
lapuk, jatuhnya batang, penyumbatan selama pengeboran, kehilangan air
pembilas, dan potongan inti berputar atau dipotong ulang).
Non-recovery harus diberi tanda NCR (tanpa inti terambil) pada log bor,
dan data masukan untuk perlapisan, retakan, atau pelapukan dalam
interval tersebut tidak perlu dibuat.
Perolehan inti terambil yang lebih besar dari 100% kemungkinan dapat
terjadi jika inti terlindungi selama pengeboran yang dilanjutkan dengan bor
berikutnya. Hal ini harus dicatat dan pengaturan data sebaiknya tidak
dibuat di lapangan.
e) Rock quality designation (RQD)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI 129
MODUL 11 GEOTEKNIK
130 PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI
MODUL 11 GEOTEKNIK
Kehilangan air pembilas sebagian, berarti ada air pembilas yang membalik
dalam jumlah yang lebih kecil dari jumlah air yang dipompa. Kehilangan
air pembilas penuh berarti tidak ada kehilangan air pembilas ke
132 PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI
MODUL 11 GEOTEKNIK
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI 133
MODUL 11 GEOTEKNIK
4) perawatan kritis.
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI 135
MODUL 11 GEOTEKNIK
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penutupan lubang bor adalah sebagai
berikut.
a) Peraturan penutupan lubang bor (sealing dan grouting) biasanya diatur
tersendiri sesuai dengan persyaratan yang berlaku.
136 PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI
MODUL 11 GEOTEKNIK
b) Pada umumnya jika terjadi air tanah atau pencemaran, lubang bor harus
diinjeksi dengan menggunakan campuran tepung bentonit, semen
portland dan air bersih atau air suling. Persyaratan ini harus dipahami
benar oleh tenaga ahli geoteknik dan supervisor lapangan setempat
sebelum pengeboran mulai dilaksanakan.
c) Semua lubang bor sebaiknya diinjeksi. Lubang-lubang jalan dan pelat
harus diisi dengan beton pasangan cepat atau beton aspal. Pengisian
kembali lubang bor umumnya dilakukan dengan menggunakan campuran
bahan injeksi (grout). Pada lubang bor yang diisi dengan air pembilas,
grout getar akan menempati/ menggantikan air pembilas. Oleh karena itu,
harus dilakukan persiapan perlengkapan untuk mengumpulkan buangan
dari semua air pembilas yang dipindahkan dan buangan grout.
138 PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI
MODUL 11 GEOTEKNIK
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI 139
MODUL 11 GEOTEKNIK
pengambilan
Pocket pen.
plastisitas (%)
Kadar air (%)
Tahanan
contoh
Nomor
Lokasi
(kPa)
Tipe
Uji lainnya
DESKRIPSI MATERIAL
Indeks
DAN KETERANGAN
LAINNYA
0,0
1,0
2,0
3,0
dst
140 PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI
MODUL 11 GEOTEKNIK
Gambar rekahan
Kec. pengeboran
Uji laboratorium
Jumlah rekahan
Kedalaman (m)
Perolehan (%)
Panjang no.
Elevasi (m)
Uji Packer
DESKRIPSI MATERIAL
RQD (%)
Litologi
m/jam
DAN
KETERANGAN LAINNYA
0,0
1,0
2,0
3,0
dst
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI 141
MODUL 11 GEOTEKNIK
Pengujian lainnya
Grafik pencatatan
Pocket pen. (kPa)
Tipe contoh dan
Kedalaman (m)
jumlah
0,0
1,0
2,0
dst
142 PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI
MODUL 11 GEOTEKNIK
dasar. Gabungan antara data log bor dan hasil-hasil uji laboratorium dapat
digunakan untuk mengidentifikasi profil tanah dasar, yang menunjukkan
penyebaran dan kedalaman berbagai material lapangan yang ditinjau.
Profil tanah yang disusun berdasarkan kedalaman dan lokasi dari berbagai
jenis material dan elevasi air tanah digunakan untuk bahan masukan dalam
laporan akhir geoteknik, laporan desain dan spesifikasi.
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI 143
MODUL 11 GEOTEKNIK
144 PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI
MODUL 11 GEOTEKNIK
d) Nama jenis tanah minimum ditambah dengan “y” jika komponen minimum
berbutir halus < 30%, tetapi > 12%, atau komponen minimum berbutir
kasar 30%;
e) Gambaran sifat jenis tanah utama;
f) Sifat distribusi ukuran butiran untuk kerikil dan pasir;
g) Sifat plastisitas dan tekstur tanah (lanauan atau lempungan) untuk lanau
atau lempung inorganik dan organik;
h) Nama jenis tanah utama (semua huruf besar);
i) Sifat deskriptif “dengan” untuk jenis tanah minimum berbutir halus jika 5-
12 % atau untuk jenis tanah minimum berbutir kasar jika < 30 % tetapi
15 % (sebagai catatan praktis penggunaan sifat deskriptif “banyak” dan
“sedikit” untuk komponen-komponen minimum);
j) Istilah deskriptif untuk jenis-jenis tanah minor;
k) Gangguan (misal pembetonan, sementasi);
l) Pengelompokan nama dan simbol menurut the unified soil classification
system (uscs) (dalam tanda kurung) yang memadai untuk jenis tanah
sesuai dengan astm d 3282, atau astm d 2487;
m) Nama geologi (misal holocene, eocene, pleistocene, cretaceous), jika
diketahui (dalam tanda kurung atau kolom catatan).
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI 145
MODUL 11 GEOTEKNIK
146 PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI
MODUL 11 GEOTEKNIK
Berdasarkan kerelasi empiris ini sifat kepadatan atau konsistensi tanah dasar
dapat bervariasi karena berbagai alasan. Keputusan penentuan seseorang
tetap merupakan bagian penting dari proses identifikasi visual. Alat mekanik,
seperti penetrometer saku (hand penetrometer), dan uji indeks di lapangan (uji
smear, uji kekuatan kering, uji gulung/thread), disarankan sebagai alat bantu
dalam penentuan konsistensi tanah berbutir halus.
Jika memungkinkan, nilai N dari semua jenis tanah dikoreksi untuk efisiensi
tenaga (ASTM D 4633). Efisiensi tenaga diperhitungkan sebesar 60% menurut
referensi dari U.S. Dalam evaluasi geoteknik tertentu, perilaku tanah berbutir
kasar (kepadatan relatif, sudut geser, potensi likuifaksi), dan jumlah pukulan
(nilai N) harus dinormalisasi/dikoreksi ke dalam tegangan acuan sebesar 1
atmosfir, lihat buku pedoman volume II dan III.
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI 147
MODUL 11 GEOTEKNIK
148 PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI
MODUL 11 GEOTEKNIK
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI 149
MODUL 11 GEOTEKNIK
Penjelasan jenis-jenis tanah butiran halus, sifat plastisitas, dan sifat jenis
tanah mutlak digunakan untuk menentukan lebih lanjut jenis tekstur tanah,
plastisitas, dan lokasi pada bagan plastisitas.
c) Tanah berlapis
Tanah dengan jenis yang berbeda dapat ditemukan dalam perlapisan
tanah dengan berbagai tebal. Tiap lapisan diuraikan seolah-olah berupa
tanah tidak berlapis dengan menggunakan urutan deskripsi tanah yang
diuraikan di atas. Tebal dan bentuk lapisan, dan tipe geologi perlapisan,
dicatat dengan menggunakan istilah deskriptif yang ditunjukkan dalam
tabel 19. Tebal jenis lapisan, sebelum atau pada akhir deskripsi ditentukan
dengan tanda kurung, dan dipilih yang mana yang lebih memadai.
d) Nama Geologi
Deskripsi tanah mencakup hasil penilaian supervisor lapangan termasuk
asal usul satuan tanah dasar dan nama secara geologi (jika diketahui),
yang ditempatkan dalam tanda kurung atau dalam kolom catatan
lapangan dari log bor. Sebagai contoh diperlihatkan hasil pencatatan hasil
pengeboran tanah seperti gambar di bawah.
150 PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI
MODUL 11 GEOTEKNIK
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI 151
MODUL 11 GEOTEKNIK
Pengeboran untuk fondasi bangunan air biasanya diperlukan lebih rinci sesuai
dengan tingkat pelapukan yang dibandingkan dengan bentuk struktur
batuannya. Demikian juga untuk perencanaan penggalian terowongan,
penjelasan bentuk/ struktur batuan diperlukan lebih terperinci.
152 PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI
MODUL 11 GEOTEKNIK
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI 153
MODUL 11 GEOTEKNIK
5.4.3 Warna
Warna harus konsisten dengan bagan warna Munsell, dan kondisi basah
maupun kering yang memadai juga harus dicatat.
154 PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI
MODUL 11 GEOTEKNIK
5.4.8 Kekuatan
Uji beban titik (lihat buku pedoman volume II) sebaiknya dilakukan untuk
mengetahui kuat tekan contoh di lapangan. Indeks beban titik (Is) dapat
dikonversi terhadap kuat tekan uniaksial ekivalen dan dicatat sebagai data.
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI 155
MODUL 11 GEOTEKNIK
5.4.9 Kekerasan
Kekerasan umumnya diperkirakan dengan uji penggoresan. Deskripsi dan
singkatan yang digunakan untuk menjelaskan kekerasan batuan dapat dilihat
dalam tabel di bawah.
Tabel 5.16. Istilah Untuk Deskripsi Kekerasan Batuan
Deskripsi (singkatan) Karakteristik
Lunak (Soft) Berlaku untuk material plastik saja
Rapuh (friable =F) Mudah dihancurkan dengan tangan, hancur lebur atau
menjadi bubuk dan terlalu lunak jika dipotong dengan
pisau saku.
Kekerasan rendah (Low Dapat dicungkil sampai dalam atau dipahat dengan
hardness=LH) pisau saku.
Kekerasan sedang Dapat digores dengan pisau belah, meninggalkan
(Moderately hard =MH) bekas debu yang tampak dan terlihat setelah bubuk
ditiup.
Keras (Hard=H) Agak sulit digores, menghasilkan bubuk sedikit dan
biasanya terlihat, bekas pisau baja terlihat.
Sangat keras (Very Tidak dapat digores dengan pisau saku, meninggalkan
hard=VH) tanda pisau baja pada permukaan.
156 PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI
MODUL 11 GEOTEKNIK
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI 157
MODUL 11 GEOTEKNIK
Gejala yang terjadi dalam bentuk berbeda dapat dijelaskan sebagai berikut.
a) Tegangan relief retakan (dan pengembangan) dalam batuan serpih terjadi
karena kehilangan enersi secara cepat pada regangan awal di dalam inti
terambil dari daerah yang bertegangan tinggi.
b) Dehidrasi retakan yang terjadi dalam batulumpur dan serpih yang lebih
lemah dapat mengurangi nilai RQD dari 100% sampai 0% dalam
beberapa menit, dan integritas awal yang mungkin terjadi karena tekanan
air pori negatif.
c) Retakan yang terjadi akibat banyaknya batulumpur dan serpih yang lebih
lemah mengalami pembasahan dan pengeringan.
Semua gejala ini akan meragukan log inti terhadap terjadinya retakan dan nilai
RQD. Untuk mengantisipasi kondisi ini, harus dibuat log inti oleh tenaga ahli
geologi teknik, terhadap inti terambil dan pada interval berikutnya sampai
terjadi gejala tersebut. Kemudian dilanjutkan dengan uji indeks mekanik,
seperti beban titik atau uji palu (hammer) Schmidt selama inti masih tetap
jenuh.
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI 159
MODUL 11 GEOTEKNIK
5.5 Latihan
1. Sebutkan alat investigasi yang sesuai untuk tanah lunak yang kohesif!
2. Jelaskan secara singkat cara penyimpanan inti (core) dari batuan yang
berhasil diambil dari dasar lubang bor!
3. Jelaskan secara singkat Rock Quality Designation (RQD)!
5.6 Rangkuman
Pada umumnya ada lima jenis metode investigasi geoteknik lapangan, yakni :
interpretasi penginderaan jarak jauh (remote sensing), dan foto udara,
investigasi geofisik, pengambilan contoh terganggu, pengambilan contoh tidak
terganggu dan pengujian lapangan.
Beberapa metode pengeboran yang biasa di lakukan juga dibahas dalam modul
ini, termasuk uji-uji lapangan yang diperlukan serta metode pengambilan contoh
tanah/ batuan tak terganggu dan terganggu guna keperluan pengujian di
laboratorium.
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI 161
MODUL 11 GEOTEKNIK
Sebagai output dan hasil investigasi geoteknik ini adalah berupa peta perlapisan
tanah/ batuan (stratigrafi/ lithologi), peta lugion/ permeabilitas dan peta
geoteknik. Peta-peta tersebut harus cukup akurat untuk digunakan dalam
melakukan desain suatu bendungan.
5.7 Evaluasi
1. Pilih jawaban di bawah ini yang benar menurut anda (lebih satu)…..
a. Ada lima jenis metoda investigasi, yakni : penginderaan jarak jauh dan
foto udara, geofisik, pengeboran dan pengambilan contoh tanah serta
pengujian-pengujian insitu.
b. Alat pengeboran yang lazim digunakan adalah jenis mesin bor putar.
c. Karena kondisi lapangan, penggunaan mesin bor cuci (wash boring)
juga diperbolehkan.
d. Setelah selesai, bekas lubang bor harus ditutup kembali menggunakan
menggunakan material semen bentonit.
e. Uji penetrasi standar (SPT) adalah alat uji yang cocok untuk material
tanah berbutir halus.
162 PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI
MODUL 11 GEOTEKNIK
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI 163
MODUL 11 GEOTEKNIK
164 PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI
MODUL 11 GEOTEKNIK
BAB VI
PENUTUP
6.1 Simpulan
Perilaku teknis tanah dan batuan fondasi dipengaruhi oleh sifat (jenis)
material, sifat massa tanah dan batuan, lingkungan (environment) dan
perubahan kondisi akibat kegiatan pembangunan.
Tanah terbentuk sebagai akibat dari proses pelapukan batuan secara kimia,
fisik dan biologi. Proses pelapukan terjadi karena reaksi batuan dengan asam,
basa, oksigen dan karbon dioksida, yang hasil berupa partikel kristalin
berukuran colloid (<0,002 MM) yang dikenal sebagai mineral lempung. Hasil
pelapukan batuan induk yang masih berada ditempat asal, disebut residual
soil, DAN hasil pelapukan terangkut oleh air, atau angin, kemudian
diendapkan didaerah lain, disebut tanah angkutan (transported soil).
Sama seperti tanah, batuan juga memiliki sifat fisik dan kimiawi serta sifat
teknik Pengujian dilakukan untuk mengetahui sifat fisik, kimiawi dan sifat
teknik massa batuan atau pecahannya sebagai bahan bangunan.
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI 165
MODUL 11 GEOTEKNIK
Hasil akhir investigasi geoteknik harus dapat digunakan oleh pendesain dalam
mementukan parameter tanah desain dan kondisi sumber-sumber material
daam hal menentukan tipe bendungan.
166 PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI
MODUL 11 GEOTEKNIK
DAFTAR PUSTAKA
SNI 03-2436, Tata cara pencatatan dan interpretasi hasil pemboran inti.
ASTM D 420-87, Guide for investigating and sampling soil and rock.
ASTM D 1452-80, Practice for soil investigation and sampling by auger borings.
ASTM D 1586-84, Standard penetration test and split barrel sampling of soils.
ASTM D 2487-90, Test method for classification of soils for engineering purposes.
ACKER, W.L. (1974), “Basic Procedures of Soil Sampling and Core Drilling“, Acker
Drill Co. Inc. P.O Box 830, Scranton, PA, 18501.
Procedures for Soil and Rock for Engineering Purposes, Special Technical
Publication 479 , ASTM, West Conshohocken, PA, 311-23.
DEERE, D.U., and DEERE, D.W. (1989), “Report manual : Rock Quality Designation
(RQD) after 20 years“, Contract DACW39-86-M-4273, Department of the
Army, U.S. Corps of Engineers, Washington DC.
HOEK, E. and BRAY, J.W. (1977), “Rock Slope Engineering”, Intitution of Mining and
Metallurgy, London, UK.
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI 167
MODUL 11 GEOTEKNIK
168 PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI
MODUL 11 GEOTEKNIK
GLOSARIUM
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI 169
MODUL 11 GEOTEKNIK
Drilling : Pengeboran
Solid stem continues flight drilling : Bor auger batang menerus
Hollow stem auger : Bor auger batang berlubang
Rotary drilling : Bor putar
Rotary wash drilling : Bor air putar
Dry drilling/boring : Bor cara kering
Drilling bit : Mata bor
Drilling rod : Pipa/ batang bor
Hand boring : Pengeboran tangan/ manual
Friable : Rapuh
Gradation : Gradasi
Well graded : Bergradasi baik
Poorly graded : Bergradasi buruk
Gap graded : Gradasi yang mempunyai “gap”
Gravel (G) : Kerikil
In situ testing : Pengujian di tempat/ lapangan
Liquifaction : Likuifaksi
Materials : Material
Fine materials : Tanah berbutir halus
Coarse materials : Tanah berbutir kasar
Permeability : Kelulusan air
Pressure : Tekanan
Penetration test : Uji penetrasi
Standard Penetration Test : Uji penetrasi standar (SPT)
Cone Penetration Test : Sondir (CPT)
Piezocone : Pisokon
Dynamic Penetration Test : Uji penetrasi dinamik (DP)
Proctor test : Uji Proctor
Standard Proctor : Proctor standar/ ringan
Modified Proctor : Proctor modifikasi/ berat
170 PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI
MODUL 11 GEOTEKNIK
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI 171
MODUL 11 GEOTEKNIK
172 PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI
MODUL 11 GEOTEKNIK
KUNCI JAWABAN
A. LATIHAN MATERI POKOK 1: KLASIFIKASI TANAH DAN BATUAN
1. Tulis dengan singkat perbedaan tanah berbutir halus dan tanah berbutir
kasar, berkaitan dengan penggunaannya sebagai material timbunan
bendungan!
Jawaban:
Tanah berbutir halus mempunyai sifat kedap air, tetapi kuat gesernya
rendah. Sedangka tanah berbutir kasar lebih porus tetapi kat gesernya
lebih tinggi dibandingkan tanah berbutir halus.
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI 173
MODUL 11 GEOTEKNIK
2. Sebutkan banyak titik bor inti yang minimal pada tahap studi kelayakan dan
tahap desain rinci!
Jawaban:
Pada tahap studi kelayakan minimal 3 titik bor di as bendungan dan 2 titik
bor di bangunan pelengkapnya. Sedangkan pada tahap desain rinci titik bor
ditambah untuk menggambarkan profil pengeboran secara akurat, misalnya
ditambah 2 sd 4 titik pada as bendungan dan 2 sd 4 titik lagi pada potongan
bangunan pelengkapnya.
2. Jelaskan secara singkat cara penyimpanan inti (core) dari batuan yang
berhasil diambil dari dasar lubang bor!
Jawaban:
Inti batu harus disimpan pada core box yang terbuat dari kayu atau material
yang tahan lama paling tidak hingga bendungan selesai konstruksi.
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI 175