Anda di halaman 1dari 8

KEPERAWATAN ANAK I

TERAPI BERMAIN

PADA ANAK USIA TODDLER

OLEH :

NI LUH GEDE SUSILAWATI (P07120011068)


TINGKAT II.2 REGULER

POLTEKKES KEMENKES DENPASAR


JURUSAN KEPERAWATAN
T.A 2012-2013
TERAPI BERMAIN DENGAN ANAK USIA TODDLER
1
KONSEP BERMAIN PADA ANAK
A. Definisi Bermain

Bermain adalah cara alamiah bagi anak mengungkapkan konflik dalam dirinya
yang tidak disadari. (Wholey and Wong, 1991)

Bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan sesuai dengan keinginan untuk
memperoleh kesenangan. (Foster, 1989)

Jadi, Bermain merupakan kegiatan yang dilakukan secara sukarela untuk


memperoleh kesenangan. Bermain adalah cerminan kemampuan fisik, intelektual,
emosional, dan sosial. Aktivitas bermain merupakan suatu kegiatan yang
menyenangkan bagi anak, meskipun hal tersebut tidak menghasilkan komidatas
tertentu misalnya keuntungan finansial (uang). Anak bebas mengekspresikan rasa
takut, cemas, gembira, atau perasaan lainnya, sehingga dengan memberikan
kebebasan bermain, orang tua dapat mengetahui suasana hati anaknya.

Bermain merupakan bentuk infantil dari kemampuan orang dewasa untuk


menghadapi berbagai macam pengalaman dengan cara menciptakan model situasi
tertentu dan berusaha untuk menguasainya melalui eksperimen dan perencanaan.
Dengan demikian, bermain pada anak dapat disamakan dengan bekerja pada orang
dewasa, karena keduanya samasama melakukan suatu aktivitas. Misalnya, ketika
dalam bermain anak mendapat peran sebagai orang tua dan anak, maka aka nada
pembagian tugas mengenai siapa yang memerankan ibu, bapak, dan anak.

Selain untuk dapat tumbuh dan berkembang secara optimal, aktivitas bermain
tidak dapat dipisahkan dari masa anak-anak juga karena bermain akan menstimulasi
mental yang merupakan cikal bakal dari proses belajar pada anak untuk
pengembangan. kecerdasan, keterampilan, kemandirian, kreativitas, agama,
kepribadian, moral, etika, dan sebagainya.

B. Fungsi Bermain pada Anak


Terdapat beberapa fungsi bermain menurut Wong (1995), yaitu meliputi:

1. Perkembangan sensori motorik,


2
2. Perkembangan intelektual / kognitif,
3. Mengembangkan kreativitas anak,
4. Merupakan media sosialisasi anak,
5. Media kesadaran diri,
6. Perkembangan moral,
7. Sebagai alat komunikasi, dan
8. Terapi.

C. Prinsip – Prinsip Dalam Aktivitas Bermain


Pada dasarnya, aktivitas bermain pada anak tidak hanya menggunakan alat
permainan saja. Perhatian dan kasih sayang yang diberikan oleh orang tua terhadap
anaknya, seperti sentuhan, bercanda, belaian, dan lainnya merupakan aktivitas yang
menyenangkan bagi anak, terutama pada tahun pertama kehidupannya. Soetjiningsih
(1995) mengatakan bahwa ada beberapa hal yang perlu diperthatikan agar aktivitas
bermain bisa menjadi stimulus yang efektif sebagai berikut :
1. Memerlukan ekstra energi karena bermain memerlukan energi yang memadai.
2. Perlu waktu yang cukup sehingga stimulus yang diberikan dapat optimal.
3. Alat permaian yang digunakan harus disesuaikan dengan usia dan tahap
perkembangan anak.
4. Penyediaan ruang untuk bermain sesuai dengan kebutuhan anak.
5. Pengetahuan yang cukup akan cara bermain.
6. Teman bermain untuk anak.

D. Alat Permainan Edukatif (APE)


Alat permainan edukatif (APE) adalah alat permainan yang dapat
mengoptimalkan perkembangna anak sesuai usia dan tingkat perkembangannya dan
yang berguna untuk pengembangan aspek fisik, bahasa, kognitif, dan soaial anak
(Soetjiningsih, 1995).
Untuk memberikan stimulus untuk berbagai aspek perkembangan, maka
diperlukan alat permainan yang bervariasi. Permainan yang monoton membuat anak
merasa bosan atau jenuh. Dengan aktivitas bermain yang bervariasi diharapkan ada
keseimbangan antara bermain aktif dan bermain pasif.
Bermain aktif merupakan aktivitas bermain yang membuat anak memperoleh
kesenangan dan yang dilakukan sendiri, misalnya dengan:
1. Mengamati atau menyelidiki (exploratory play), misalnya memeriksa,
memperhatikan, mencium, menekan, dan kadang berusaha membongkar
alat permainan.

3
2. Membangun (construction play), misalnya berusaha untuk menyusun
balok-balok menjadi bentik rumah, mobil, dan lain-lain.
3. Bermain peran (dramatic play), misalnya bermain sandiwara, rumah-
rumahan dan boneka.
4. Bermain bola voli, sepak bola, dan lain – lain.
Sedangkan, bermain pasif merupakan suatu hiburan atau kesenangan yang
diperoleh dari orang lain. Dalam hal ini, anak berperan pasif dan melihat atau
mendengar saja, misalnya, melihat gambar, mendengarkan cerita, menonton TV, dan
lain-lain.
Anak yang melakukan aktivitas bermain, baik aktif maupun pasif hendaknya
didampingi orang tua agar anak memperoleh penjelasan mengenai hal-hal yang belum
diketahuinya dan dapat mendekatkan hubungan antara orang tua dengan anak. Agar
orang tua dapat memberikan alat permainan yang edukatif pada anaknya, syarat-
syarat berikut perlu diperhatikan:
1. Keamanan alat permainan
2. Ukuran dan berat mainan
3. Desain yang sederhana namun mempunyai maksud dan tujuan yang jelas
sebagai alat bermain yang edukatif
4. Fungsi APE yang jelas yaitu untuk menstimulasi perkembangan anak.
5. Variasi APE
6. Universal yaitu APE mempunyai prinsip yang bisa dimengerti oleh semua
orang
7. Tidak mudah rusak, mudah didapat, dan terjangkau oleh masyarakat luas.

E. Jenis Permainan untuk Anak Balita


Dalam melaksanakan aktivitas bermain pada anak, usia dan tingkat
perkembangan anak selalu harus dipertimbangkan, mengingat bahwa alat permaianan
yang digunakan merupakan salah satu alat untuk menstimulasi perkembangannya.
1. Masa bayi (0 – 1 tahun)
Pada tahun pertama kehidupan, stimulus diberikan untuk perkembangan
sensori motor, meskipun pada tahun-tahun berikutnya stimulus ini tetap
harus diberikan. Stimulus yang diberikan melalui aktivitas bermain
bertujuan untuk:
- Melatih dan mengevaluasi reflek – reflek fisiologis
- Melatih koordinasi antara mata dan tangan serta mata dan telinga.
- Melatih untuk mencari objek yang tidak kelihatan.
- Melatih sumber asal suara.
- Melatih kepekaan perabaan.

Contoh permainan dan aktivitas :


- Ciluk baa.

4
- Bermain dengan rambut, jari-jari, mukanya sendiri dan yang mengasuh
atau orang lain.
- Mainan yang berbunyi atau mainan yang dapat digoyang – goyangkan.
- Mainan yang dimasukkan ke mulut dan aman.
- Bercermin.
- Mainan yang ada musiknya atau ada suara.
- Bermain dalam air selama mandi.
- Kotak – kotak atau permainan yang warna-warni.
- Alat – alat rumah tangga yang aman.
- Buku – buku yang bergambar.
- Giring – giring.

2. Masa toddler (1 – 3 tahun)


Pada masa ini anak cenderung untuk melekat pada satu macam mainan
yang dapat diperlakukan sesuka anak tersebut. Tujuan bermain pada usia
toddler adalah :
- Mengembangkan keterampilan bahasa.
- Melatih motorik halus dan kasar.
- Mengembangkan kecerdasan (mengenal warna, berhitung).
- Melatih daya imajinasi.
- Menyalurkan perasaan anak.

Contoh permainan dan aktivitas:


- Kotak – kotak yang dapat diisi dan dikosongkan.
- Permainan yang dapat didorong dan ditarik.
- Balok – balok, bola, mobil – mobilan, dan boneka.
- Buku – buku yang bergambar untuk dibaca.
- Kertas – kertas untuk dicoret – coret.
- Objek yang teksturnya berbeda; lempung, pasir, busa sabun, cat kuku
yang tidak berbahaya.
- Mewarnai dengan menggunakan krayon / pensil warna.
- Puzzles yang besar.

3. Masa prasekolah (3 – 5 tahun)


Pada masa ini, inisiatif anak mulai berkembang dan anak ingin mengetahui
lebih banyak lagi mengenai hal-hal di sekitarnya. Anak mulai berfantasi
dan mempelajari model keluarga atau bermain peran, seperti peran guru,
ibu, dan lain-lain. Dalam bermain anak hendaknya memiliki teman, dan
pada masa ini, bermain mempunyai tujuan berikut:
- Mengembangkan kemampuan berbahasa, berhitung serta
menyamakan dan membedakan.
- Merangsang daya imajinasi.
- Menumbuhkan sportivitas, kreativitas dan kepercayaan diri.
- Memperkenalkan ilmu pengetahuan, suasana gotong-royong, dan
kompetisi.
5
- Mengembangkan koordinasi motorik, sosialisasi, dan kemampuan
untuk mengendalikan emosi.

Contoh permainan dan aktivitas :


- Buku bacaan.
- Bahan – bahan yang dapat dibuatkan bangunan dan diciptakannya.
- Bahan – bahan yang dapat diwarnai dan digambar.
- Bahan yang lempung, cat kuku, pasir yang dibuat bangunan atau
membuat adonan.
- Memotong, alat pukulan yang lempung.
- Boneka, bahan – bahan mainan seperti: binatang dan lain-lain.
- Mengenakan pakaian.
- Musik yang ada suara lagunya, papan tulis sederhana seperti
menulis di papan magnet, kartu game.
- Video game, acara TV yang sesuai dengan usia.

Bermain di Rumah Sakit


Walaupun anak mengalami sakit dan / atau dirawat, tugas perkembangan
tidaklah berhenti. Tujuan bermain di rumah sakit pada prinsipnya adalah agar dapat
melanjutkan fase tumbuh kembang secara optimal, mengembangkan kreativitas anak,
dan anak dapat beradaptasi secara lebih efektif terhadap stress. Prinsip bermain di
rumah sakit :
- Tidak banyak mengeluarkan energi, diberikan secara singkat dan sederhana.
- Mempertimbangkan keamanan dan infeksi silang.
- Kelompok usia yang sebaya.
- Permainan tidak bertentangan dengan pengobatan.
- Melibatkan orang tua atau keluarga.

Keuntungan bermain di rumah sakit :


- Meningkatkan hubungan perawat klien dan juga sebagai alat komunikasi.
- Memulihkan rasa mandiri.
- Dapat mengekspresikan rasa tertekan.
- Permainan terapeutik dapat meningkatkan penguasaan pengalaman yang
terapeutik.
- Permainan kompetisi dapat menurunkan steress.
- Membina tingkah laku positif di rumah sakit.
SOP BERMAIN
PADA ANAK USIA TODDLER

I. TUJUAN
A. Tujuan Umum
Adapun tujuan umum dalam permainan puzzle ini adalah untuk merangsang
perkembangan anak – anak sesuai dengan tingkat usia dan tingkat kemampuannya.

6
B. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dalam melakukan permainan puzzle ini yaitu :
- Untuk mengembangkan kemampuan kognitif anak (dalam membedakan warna
dan bentuk benda).
- Untuk mengembangkan kemampuan motorik halus anak (dalam menyusun
sebuah gamba gambar).
- Untuk mengembangkan kemampuan komunikasi anak (anak dapat
berkomunikasi dengan perawat.
- Untuk mengembangkan kemampuan sosialisai pada anak.
- Untuk memenuhi rasa emosional anak.

II. KRITERIA ANAK (SASARAN)


Anak yang menjadi target atau sasaran dalam permainan ini adalah usia toddler (1
– 3 tahun) dan kooperatif baik.

III. URAIAN STRUKTUR KEGIATAN


A. Hari, tanggal : Senin, 24 Maret 2013
B. Pukul : 15.00-15.20 WITA
C. Tempat / lokasi : Taman Bermain Anak RSUP Sanglah
D. Durasi kegiatan : 20 menit dengan rincian:
- Persiapan : 5 menit
- Pelaksanaan : 10 menit
- Penutup : 5 menit
E. Alat – alat yang diperlukan :
- Puzzle / bongkar pasang
- Hadiah sebagai reinforcement bagi anak
- Jam / pengukur waktu
F. Metode kegiatan :
- Memberikan stimulasi / contoh pada anak sebelum
memulai permainan
- Diskusi dan tanya jawab

G. Mekanisme kegiatan : Difasilitasi oleh fasilitator dan dilaksanakan


berdasarkan aturan permainan yang telah ditentukan.

IV. EVALUASI
A. Evaluasi Struktur
- Peserta terapi bermain terdari dari 1 orang.
- Mahasiswa bertugas sesuai dengan fungsi peran yang terdapat di perorganisasian.

B. Evaluasi Proses
- Selama proses berlangsung anak dapat mengikuti seluruh kegiatan.
- Selama proses kegiatan berlangsung anak berperan aktif dalam kegiatan.
- Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan waktu yang telah direncanakan.

C. Evaluasi Hasil

7
- Anak dapat bekerja sama dengan baik, sesuai dengan kegiatan yang dilakukan.

V. ATURAN PERMAINAN

A. Siapkan alat – alat.


B. Dekatkan pada anak – anak.
C. Ajarkan cara menyusun puzzle.
D. Beri pujian untuk setiap keberhasilan anggota kelompok dan memberikan tepuk
tangan serta memberikan hadiah setelah selesai permainan.
E. Memotivasi bagi anggota yang kurang aktif.

VI. Daftar Referensi


Nursalam, dkk. 2005. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak (untuk Perawat dan Bidan).
Jakarta: Salemba Medika.
Suriadi, SKp, MSN dan Yuliani, Rita, Skp, M.Psi. 2006. Asuhan Keperawatan pada
Anak. Jakarta: PT. Percetakan Penebar Swadaya
Dari internet:

Rozalia, Apriani. 2012. Pre-planning. Diunduh dari: http://rozaliaapriani-


amond.blogspot.com/2012/02/pre-planning.html. Diunduh tanggal 12 Maret
2013.

Anda mungkin juga menyukai