Anda di halaman 1dari 26

PROPOSAL TUGAS AKHIR

PRARANCANGAN PABRIK VINIL KLORIDA MONOMER


DARI ETHYLENE DICHLORIDE MENGGUNAKAN PROSES
THERMAL CRACKING KAPASITAS 120.000 TON/TAHUN

Disusun oleh:

Adi Gilang Ramadhan (1500020015)

Faizin Miftah Pambudi (1500020017)

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN

YOGYAKARTA

2019
HALAMAN PENGESAHAN

PROPOSAL TUGAS AKHIR


PRARANCANGAN PABRIK VINIL KLORIDA MONOMER DARI ETHYLENE
DICHLORIDE MENGGUNAKAN PROSES THERMAL CRACKING KAPASITAS
120.000 TON/TAHUN

Yang telah dipersiapkan dan disusun Oleh:


Adi Gilang Ramadhan (1500020015)
Faizin Miftah Pambudi (1500020017)

Telah diperiksa dan disetujui oleh


Dosen pembimbing skripsi Program Studi Teknik Kimia
Fakultas Teknologi Industri
Universitas Ahmad Dahlan
Telah disetujui untuk dikerjakan sebagai Tugas Akhir:

Dosen Pembimbing

Martomo Setyawan, S.T., M.T.


NIY. 60970162
1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam upaya bersama untuk meningkatkan kinerja perekonomian

nasional, sektor industri kimia tetap menjadi salah satu tumpuan dan harapan.

Peluang yang cukup baik dalam sektor industri kimia dimasa masa yang akan

datang diharapkan mampu berperan dalam meningkatkan pendapatan negara.

Kondisi tersebut sangat ditunjang dengan kebijakan pemerintah Indonesia

dalam bidang industri kimia yang mendukung berkembangnya industri-

industri kimia. Selain itu, peningkatan kegiatan penelitian dan pengembangan

di bidang teknologi industri merupakan salah satu faktor penunjang dalam

mempercepat pertumbuhan industri-industri di Indonesia.

1.2 Tinjauan Pustaka

Vinyl Chloride Monomer (C2H3CI) merupakan salah satu komoditi

internasional yang cukup penting. VCM pertama kali didapatkan dari reaksi

antara dichloroethane dengan kalium hidroksida didalam tabung reaksi

tertutup yang dikenai cahaya matahari selama beberapa waktu, kemudian pada

tahun 1912 dipatenkan penggunaan katalis merkuri klorid untuk reaksi antara

hidrogen klorid dengan asetilen. Setelah etilen tersedia cukup banyak maka

pada awal tahun 1950 dikembangkan proses komersial dalam memproduksi

VCM dari etilen dan gas klor, yaitu dengan proses chlorinasi ethylene menjadi

Ethylene Dichloride (EDC) dan cracking EDC menjadi VCM.


2

1.2.1 Macam-macam Proses

Pemilihan proses mengacu pada segi teknik yang lebih baik dan

segi ekonomi yang mampu memberikan keuntungan. Pembuatan senyawa

Vinyl Choride Monomer dapat dilakukan dengan beberapa proses yang

menggunakan bahan baku dengan metode yang berbeda-beda. Proses-

proses tersebut antara lain sebagai berikut :

1. Metode Langsung

a. Menggunakan Klorinasi langsung terhadap Acetylene

(Hydrochlorination of Acethylene Process).

Metode ini pertama kali digunakan di Amerika Serikat pada tahun

1930, yaitu dengan cara mereaksikan antara acetylene dengan

Hydrogen Chloride. Reaksi ini menggunakan Mercury (II) Chloride

dan menghasilkan Vinyl Choride Monomer. Reaksi ini berlangsung

pada suhu 150ºC. Reaksinya adalah sebagai berikut :

C2H2 + HCl C2H3Cl

Proses pembuatan dan pemurnian VCM dengan proses ini cukup

sederhana dan yield yang diperoleh relatif tinggi, yaitu 80-85%.

Reaktor yang dipakai adalah fixed bed dengan katalis di dalam pipa-

pipanya. Katalis yang dipakai adalah karbon aktif yang telah

dicelupkan ke dalam campuran mercury, barium klorida, metanol, dan

air. Reaksi yang terjadi adalah eksotermis dengan panas sekitar -

22.451,77 kkal/kmol pada suhu 25ºC dan tekanan 1 atm, sehingga

panas yang timbul akibat reaksi harus diserap agar reaktor tetap
3

bekerja secara isotermal. Konversi yang dihasilkan dengan kondisi

reaktor yang relatif baik pada suhu 150ºC dan tekanan 1 atm adalah

sebesar 88% (Kirk & Othmer, 1998).

b. Proses Pirolisis (Thermal Cracking Ethylene Dichloride)

Pada metode ini dilakukan perekahan atau pirolisis terhadap Ethylene

Dichloride di dalam reaktor furnace. Dalam perekahan ini, suhu diatur

berkisar antara 450-550ºC dan tekanan 3-30 bar dengan konversi

antara 45 – 55%. Reaksinya adalah sebagai berikut :

C2H4Cl2 (g) C2H3Cl (g) + HCl (g)

Reaksi yang terjadi adalah endotermis. Selain VCM sebagai hasil

utama, didapat juga HCl sebagai hasil samping (Ullman, 2006).

2. Metode Tidak Langsung

Pada metode ini Ethylene Dichloride terlebih dahulu terbentuk dan

kemudian diolah lebih lanjut menjadi VCM. Proses pembuatan Ethylene

Dichloride yang banyak digunakan adalah dengan cara direct chlorination

dan oxychlorination. Pada direct chlorination, reaksinya menggunakan

chlore secara langsung (Cl2) dan raw material adalah ethylene. Reaktor

yang digunakan biasanya reaktor bubbling dengan katalis Ethylene

Dichloride cair. Reaksinya adalah sebagai berikut :

C2H4 + Cl C2H4Cl2

Reaksi yang terjadi adalah reaksi eksotermis dengan panas reaksi sebesar -

46.690 kkal/kmol. Karena reaksi harus berjalan dalam kondisi eksotermis,

maka panas yang timbul akibat reaksi harus diserap. Kondisi yang relatif
4

baik adalah pada suhu 50-60ºC dan tekanan 1 atm. Pada kondisi ini

konversi Cl2 menjadi C2H4Cl2 dapat menjadi 97%. Sedangkan pada

proses oxychlorination, digunakan HCl dan O2 dengan bahan baku

ethylene. Reaksi ini bersifat eksotermis dengan panas reaksi sebesar -57,2

kkal/kmol. Pada keadaan normal reaksi berlangsung pada suhu 200 –

300ºC dan tekanan 1 atm pada fase gas dengan katalis campuran CuCl.

Reaktor yang digunakan adalah fixed bed tetapi lebih menguntungkan

dipakai fluidized bed. Reaksinya adalah sebagai berikut :

C2H4 + 2HCl + 1/2O2 C2H4Cl2 + H2O

Baik reaksi direct chlorination maupun oxychlorination keduanya

menghasilkan Ethylene Dichloride yang kemurniannya mencapai 93-96%.

Untuk pengolahan selanjutnya Ethylene Dichloride harus dimurnikan

terlebih dahulu sampai 99,45% untuk kemudian diproses menjadi VCM.

Tabel. 1.1 Kelebihan dan Kelemahan Proses-proses Pembuatan VCM

Proses Kelebihan Kelemahan

1. Metode Langsung  Temperature dan  Katalis Merkuri

a. Klorinasi langsung tekanan reaksi Klorida yang

terhdap Asetilena rendah sehingga digunakan

memerlukan merupakan polutan

konstruksi yang mempunyai

peralatan yang klasifikasi yang


5

murah cukup berat ,

 Kemurnian produk

rendah, yaitu 98%

 ROI rendah

 POT lambat

b. Thermal cracking  Proses lebih  Membutuhkan

ethylene dichloride sederhana tekanan dan

 Reaksi nya tidak temperatur yang

memerlukan katalis tinggi, yaitu 3-30

sehingga tidak bar dan 450-550ºC

diperlukan waktu  Konversi yang

regenerasi dan dihasilkan sebesar

investasi lebih 45-55%

rendah

 Menghasilkan

produk samping HCl

sehingga lebih

menguntungkan dari

segi ekonomi

2. Metode Tidak  Penggunaan Etilen  Investasi besar

Langsung dan Cl2 lebih efisien karena temperature

 Pemanfaatan hasil dan tekanan reaksi


6

samping kembali tinggi

 Gas buang rendah

 Efisiensi panas

tinggi

Dengan melihat kelebihan dan kelemahan proses-proses di atas, maka

dipilih proses Pirolisis / Thermal Cracking EDC dalam perancangan

pabrik VCM. Reaksi pembentukan Vinyl Chloride Monomer yang terjadi

di dalam reaktor adalah sebagai berikut :

CH2ClCH2Cl (g) CH2 = CHCl (g) + HCl (g)

(Kirk & Othmer, 1998)

1.3 Kegunaan Produk

VCM sangat penting sebagai resin plastik dan dalam volume besar

dipakai untuk bahan industri plastik. Produksi VCM meningkat dengan

meningkatnya kebutuhan akan PVC.

1.4 Kapasitas Pabrik

Kapasitas produksi pabrik Vinyl Chloride Monomer ditentukan

berdasarkan pertimbangan :

1. Data Impor

Kebutuhan Vinyl Chloride Monomer di Indonesia mengalami

peningkatan setiap tahunnya. Data impor pada tabel 1.2 tahun 2012-

2018, dapat dilihat kebutuhan dalam negeri terhadap VCM

Tabel 1.2 Data impor Vinyl Chloride Monomer di Indonesia


7

Tahun Impor (ton)

2012 36048,71

2013 28251,19

2014 18002,24

2015 29866,03

2016 12146,1

2017 166081

2018 211956,1

(Badan Pusat Statistik, 2012-2018)

Konsumsi Vinyl Chloride Monomer (VCM) di Indonesia

diperkirakan akan terus meningkat. Proyeksi pertumbuhan tersebut

didasarkan karena semakin membaiknya perekonomian nasional dan

peningkatan daya beli masyarakat, serta pertambahan jumlah penduduk. Di

samping masih tingginya minat investasi pada sektor industri, industri

pemakai yang ada juga aktif melakukan perluasan pabrik. Pabrik yang

didirikan ini diharapkan dapat memenuhi kebutuhan VCM dalam industri di

Indonesia. Prediksi kapasitas pabrik diambil berdasarkan data statistik yang

diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) perihal data kebutuhan VCM di

Indonesia. Peningkatan kebutuhan VCM dari tahun ke tahun dapat dilihat

pada Gambar 1 berikut:


8

250000

200000
y = 32374x - 65147146,4
Jumlah Impor (ton/tahun)

R² = 0,790
150000

100000

50000

0
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019

-50000
Tahun

Gambar 1. Grafik impor kebutuhan Vinyl Chloride Monomer di Indonesia


Dengan menggunakan persamaan linier pada grafik, akan diperoleh

persamaan:

y = ax + b

dengan : y = Kebutuhan impor VCM (ton/tahun)

x = Tahun

a = Gradien garis lurus

b = Intersep

diperoleh persamaan garis lurus y = 32374x + (– 65147146,4) ton/tahun.

Dari persamaan tersebut diketahui bahwa kebutuhan Vinyl Chloride

Monomer di Indonesia pada tahun 2022 adalah :

y = 32374x + (– 65147146,4)

y = 32374(2022) + (– 65147146,4)

y = 314067,3225 ton/tahun
9

2. Data Konsumsi

Produksi Vinyl Chloride Monomer (VCM) berkaitan erat

dengan kebutuhan Polyvinyl Chloride (PVC). Penggunaan VCM

sebagai bahan baku PVC mencapai 95 %. (Ulmann, 2006). Konsumen

utama VCM didalam negeri adalah industri PVC. Berikut ini beberapa

industri yang menggunakan VCM di Indonesia :

Tabel 1.3 Data Konsumsi VCM pada beberapa industri di Indonesia

No. Nama Industri Konsumsi VCM ton/tahun


No
PVC 2009 2010 2011 2012 2013
1 PT. Eastern Polymer 34.200 39.900 47.500 47.500 47.500
PT. Standart Toyo
2 Polimer 47.500 60.800 82.650 82.650 82.650
PT. Siam Maspiom
3 Polymer 66.500 66.500 95.000 95.000 95.000
PT. TPC Indo Plastic
4 & Chemical 61.750 66.500 76.000 76.000 76.000
5 PT. Inivilon Sagita 28.500 36.100 57.000 57.000 57.000
PT. Impack Pratama
6 Industri 33.250 45.600 52.250 52.250 52.250
Total Konsumsi
VCM ton/tahun 271.700 315.400 400.900 410.400 410.400
(Sumber : Datacon, 2013)

Dari Tabel 1.3 yaitu data konsumsi VCM pada 6 industri PVC di

Indonesia, maka dapat di grafikkan sebagai berikut :


10

500000

Jumlah konsumsi (ton/tahun)


450000 y = 37240x - 7E+07
400000 R² = 1

350000
300000
250000
200000
150000
100000
50000
0
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Tahun

Gambar 2. Grafik konsumsi VCM di Indonesia

Dengan menggunakan persamaan linear pada gambar 2, maka

diperkirakan kebutuhan konsumsi VCM di Indonesia pada tahun 2022,

dengan persamaan y = 37240 + (-74527880) dimana x adalah jumlah

tahun yang dihitung. Dari persamaan ini untuk tahun 2022 diperoleh

kebutuhan konsumsi VCM sebesar 771.400 ton/tahun.

3. Data Produksi

Pabrik VCM yang telah beroperasi di Indonesia yaitu :

1. PT Ashahimas Chemical terletak di Cilegon, Banten, Jawa Barat dengan

kapasitas produksi VCM 400.000 ton/tahun.

2. PT Sulfindo Adi Usaha terletak di Merak, Banten dengan kapasitas

100.000 ton/tahun.

Pada PT Ashahimas Chemical pasokan untuk dalam negeri sekitar

60% dan ekspor 40% (Bisnis, 2013). Jadi untuk memenuhi kebutuhan

dalam negeri PT Ashahimas Chemical hanya memasok VCM sebesar


11

240.000 ton/tahun. Sehingga total produksi VCM yang sudah ada di

Indonesia dari 2 pabrik tersebut adalah 340.000 ton/tahun.

Berdasarkan data impor, data konsumsi dan data produksi, kemudian

ditentukan besarnya kapasitas produksi. Adapun persamaan kapasitas

produksi sebagai berikut :

KP = DK – DI – DP

Dimana,

KP = Kapasitas Produksi pada tahun x

DK = Data Konsumsi pada tahun x

DI = Data Impor pada tahun x

DP = Data Produksi yang telah ada

KP = DK – DI – DP

KP = 771.400 – 314067,3225 – 340.000

KP = 117332,6775

Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan di atas, maka ditetapkan

kapasitas perancangan pabrik Vinyl Chlorid Monomer yang akan didirikan

pada tahun 2022 sebesar 120.000 ton/tahun.


12

1.5 Pemilihan lokasi pabrik

Lokasi pabrik merupakan salah satu faktor penting dalam pendirian

pabrik untuk kelansungan operasi pabrik. Hal-hal pertimbangkan dalam

penentuan lokasi pabrik adalah jarak pabrik dengan sumber bahan baku, jarak

pabrik dengan pasar atau konsumen, transportasi, tersedianya tenaga kerja,

dan tersedianya sumber air dan tenaga. Hal utama yang harus diperhatikan

adalah suatu pabrik harus dilokasikan sedemikian rupa sehingga mempunyai

biaya produksi dan distribusi seminimal mungkin serta memiliki

kemungkinan yang baik untuk dikembangkan.

Dari faktor-faktor tersebut, maka lokasi pabrik VCM akan didirikan di

Kawasan Industri Cilegon, Banten dengan pertimbangan sebagai berikut:

1. Ketersediaan bahan baku

Bahan baku merupakan kebutuhan utama bagi keberlangsungan

operasi sehingga keberadaannya harus diperhatikan. Ethylene Dichloride

menjadi bahan baku utama dalam pembuatan Vinyl Chloride Monomer

disuplai dari PT Ashahimas Chemical yang terletak di jl. Raya Anyer km.

122, kota Cilegon, Provinsi Banten.

2. Pemasaran produk

Produk VCM akan diekspor apabila kebutuhan dalam negeri telah

terpenuhi. Vinyl Chloride Monomer (VCM) merupakan bahan baku

pembuatan plastik Poli Vinyl Chloride (PVC).


13

3. Sarana transportasi

Sarana transportasi diperlukan untuk mengangkut bahan baku,

memasarkan produk, dan lain-lain. Lokasi pabrik di Cilegon akan

mempermudah pemasaran baik untuk industri dalam maupun luar negeri.

Cilegon juga merupakan tempat yang tepat karena letaknya sangat mudah

dijangkau melalui jalur darat ataupun laut.

4. Ketersediaan tenaga kerja

Tenaga kerja dapat dipenuhi dengan mudah dari daerah sekitar lokasi

pabrik maupun luar lokasi pabrik sesuai dengan kebutuhan dan kriteria

perusahaan. Saat ini banyak tenaga kerja terampil dan terdidik yang

membutuhkan lapangan pekerjaan. Hal ini juga dapat mengurangi jumlah

pengangguran yang ada.

5. Utilitas

Kawasan industri Cilegon merupakan salah satu wilayah terencana

untuk industri sehingga kebutuhan utilitas seperti tenaga listrik dan air

tersedia.

1.6 Spesifikasi bahan baku dan produk

A. Bahan baku

1. Ethylene Dichloride (EDC)

Rumus Molekul : C2H4Cl2


14

Fase : Cair

Berat Molekul : 98,959 gr/mol

Berat Jenis (25oC) : 1,246 g/ml

Titik Didih : 83,44 oC

Titik Beku : - 35,66 oC

Temperatur Kritis : 287,85 oC

Tekanan Kritis : 53,7 bar

Kemurnian : 99,8% berat

(yaws, 1999)

B. Produk Utama

1. Vinyl Chloride Monomer (VCM)

Rumus Molekul : C2H3Cl

Fase : Gas, tidak berwarna

Berat Molekul : 62,489 g/mol

Berat Jenis (25 oC) : 0,903 g/ml

Titik Didih : - 13,37 oC

Titik Beku : -153,79 oC

Temperatur Kritis : 158,85 oC

Tekanan Kritis : 56,7 bar

Kemurnian : 99,90 % berat

(yaws, 1999)
15

C. Produk Samping

1. Hydrogen Chloride

Rumus Molekul : HCl

Fase : Cair, Tidak Berwarna

Berat Molekul : 36,461 g/mol

Berat Jenis (25 oC) : 0,796 g/ml

Titik Didih : - 85 oC

Titik Beku : - 114,18 oC

Temperatur Kritis : 151,85 oC

Tekanan Kritis : 83,09 bar

Kemurnian : HCl 33%

H2O 66%

(yaws, 1999)

1.7 Tinjauan Kinetika

Reaksi pirolisis EDC merupakan reaksi order 1. Reaksinya

mengikuti reaksi berikut:

k
CH2 ClCH2 Cl(g) → CH2 = CHCl(g) + HCl(g)

Reaksi dapat dituliskan sebagai berikut:

𝑘
𝐴 → 𝐵 + 𝐶
16

Persamaan kecepatan reaksinya dapat ditulis:

−𝑟𝐴 = 𝑘. 𝐶𝐴

Nilai konstanta kecepatan reaksi (k) pembentukan VCM mengikuti

persamaan umum kinetika menurut Arrhenius :


−𝐸𝑎
𝑘 = 𝐴. 𝑒 𝑅𝑇

Dimana :

k = Konstanta kecepatan reaksi

A = Faktor frekuensi tumbukan (s-1)

Ea = Energi aktivasi (kal/mol)

T = Suhu mutlak (K)

R = Tetapan gas ideal, (1,987 kal/mol.K)

Nilai konstanta kecepatan reaksi untuk proses ini pada suhu 480ºC adalah :

−58000
𝑘 = 0,3614 . 𝑒 𝑅𝑇

𝑘 = 5,3 𝑥 10−4

(Ullman, 2006)

1.8 Tinjauan Termodinamika

A. Panas Reaksi (ΔHr)

Panas reaksi (ΔHr) dapat digunakan untuk mengetahui apakah

reaksinya endotermis atau eksotermis. Berikut merupakan perhitungan

panas reaksi untuk reaksi:

𝐶𝐻2 𝐶𝑙𝐶𝐻2 𝐶𝑙(𝑔) 𝐶𝐻2 = 𝐶𝐻𝐶𝑙(𝑔) + 𝐻𝐶𝑙(𝑔)


17

Komponen ΔHof (kJ/mol)

C2H4Cl2 -129,70

C2H3Cl 28,45

HCl -92,30

(Yaws, 1999)

ΔHor298,15 = ΔHof produk - ΔHof reaktan

= ((28,45+(-92,30))- (-129,70)) kJ/mol

= 65,85 kJ/mol

Karena harga ΔHor298,15 positif, maka reaksi bersifat endotermis.

B. Energi Gibbs (ΔGo)

Komponen ΔGof (kJ/mol)

C2H4Cl2 -73,85

C2H3Cl 42,93

HCl -95,30

(Yaws, 1999)

Maka,

ΔGor298,15 = ΔGof produk - ΔGof reaktan

= ((42,93+(-95,30))- (-73,85)) kJ/mol


18

= 21,48 kJ/mol

−ΔG°f298,15
ln K 298,15 =
R. T

J
−21480
= mol
j
8,314 . 298,15 K
mol. K

= - 8,665

K298,15 = 1,7252.10-4

Pada suhu 480oC (753 K) nilai konstanta kesetimbangan dapat

dihitung dengan persamaan berikut :

K −ΔH o r298,15 1 1
ln = ( − )
K 295,14 R T T298,15

K −65850 J/mol 1 1
ln = ( − )
1,725. 10−4 J 753 298,15
8,314
mol. K

K753 = 1611,63

Karena reaksi fase gas-gas maka dicari nilai Kp :

Kp = (R.T)Δn. K753

= (8,314.753). 1611,63

= 1,0089.107

Nilai Kp >> 1, maka reaksi berlangsung searah yakni kearah kanan

(irreversible)
19

BAB II

URAIAN PROSES

2.1. Tahap Proses Awal

Bahan baku dalam pembuatan Vinyl Chloride Monomer (VCM) adalah

ethylene dichloride. Ethylene dichloride diperoleh dari PT Asahimas

Chemical dengan kemurnian 99,8% dan asam klorida 0,2% yang akan

disimpan dalam tangki penyimpanan (T-01). Temperatur umpan awal 30 oC

dengan tekanan 1,5 atm dialirkan menuju mix point untuk mengabungkan

dengan ethylene dichloride recycle yang dipompa (P-02) dari hasil bottom

menara destilasi (MD-02). Ethylene dichloride yang telah bercampur ethylene

dichloride recycle akan menuju pompa (P-01). Pompa (P-01) berfungsi

sebagai alat transportasi fluida serta sebagai alat untuk pengubah tekanan agar

sesuai dengan kondisi operasi didalam reaktor. Tekanan umpan awal yaitu 1,5

atm setelah melewati pompa (P-01) akan berubah menjadi 26 atm. Bahan

baku dari pompa (P-01) menuju heater (H-01). Heater (H-01) berfungsi untuk

mengubah fasa ethylene dichloride dari fasa cair ke fasa gas agar sesuai

dengan kondisi operasi didalam reaktor dari temperatur awal 31,5oC menjadi

temperatur 242oC (warren dkk,2003).

2.2. Proses Utama

Proses utama adalah proses thermal cracking pada bahan baku ethylene

dichloride yang menghasillkan vinil klorida monomer dengan persamaan sebagai

berikut :

C2H4Cl2 → C2H3Cl + HCl ∆H = + 66 kJ/mol


20

Ethylene dichloride dialirkan dari heater (H-01) menuju ke reaktor (R-01)

dengan temperatur 242ºC dan tekanan 26 atm. Jenis reaktor (R-01) yang

digunakan adalah reaktor furnace. Reaksi utama menghasilkan vinil klorida

monomer yang berlangsung dalam fasa gas pada temperatur 500ºC dan tekanan

26 atm dan merupakan reaksi endotermis (Dimian & Bildea,2008).

Pada temperatur 500ºC dan tekanan 26 atm, konversi vinil klorida

monomer hanya mencapai 60%. Maka dari itu bahan baku yang berupa ethylene

dichloride masih banyak yang tidak ter-cracking dan masih keluar dari reaktor

dalam bentuk ethylene dichloride yang kemudian akan di recycle menjadi bahan

baku kembali sehingga dapat menyebabkan yield menjadi >90% (Kirk dan

Othmer, 1998).

Temperatur sangat mempengaruhi produk reaksi utama yang terbentuk.

Reaksi ini merupakan reaksi isotermal dikarenakan kondisi operasi keluaran

reaktor harus dijaga sesuai dengan kondisi didalam reaktor.

2.3. Proses Pemurnian

Pada proses pembentukan vinil klorida monomer yang terjadi di reaktor

(R-01) produk vinil klorida monomer masih belum memenuhi spesifikasi untuk

bisa di jual dipasar bebas dikarenakan di dalam produk masih mengandung

ethylene dichloride dan asam klorida dalam jumlah besar sehingga untuk

memenuhi spesifikasi di pasaran perlu dilakukan beberapa pemurnian terhadap

produk monomer vinil klorida. Keluaran reaktor (R-01) memiliki temperatur

500ºC dan tekanan 26 atm,


21

Kemudian dialirkan menuju cooler (C-01) dan cooler (C-02) untuk

dilakukan proses pendinginan sehingga temperatur keluaran cooler (C-02)

mencapai temperatur 170oC dalam bentuk gas yang akan masuk kedalam

ekspander (K-01) untuk diturunkan tekanannya dari tekanan 26 atm hingga

tekanan 12 atm. Kemudian di dinginkan kembali menggunakan cooler (C-03)

sehingga mencapai suhu 30ºC. Kemudian dialirkan ke dalam kondensor (CD-01)

untuk diubah fasenya menjadi liquid. Keluaran kondensor (CD-01) berupa liquid

dengan temperatur 6ºC.

Kemudian dialirkan menuju menara destilasi pertama (MD 01) untuk

memisahkan produk samping berupa HCl dengan C2H4Cl2 yang tidak bereaksi

dalam reaktor dan C2H3Cl sebagai produk utama. Hasil top menara destilasi

pertama (MD-01) yaitu berupa HCl dengan tekanan 12 atm yang selanjutnya akan

menuju absorber untuk dilakukan proses absorbsi.

Sedangkan hasil bottom menara destilasi pertama (MD-01) yaitu berupa

C2H4Cl2 dan C2H3Cl dengan tekanan 12 atm yang selanjutnya akan dialirkan

menuju valve (VLV-02) untuk menurunkan tekanan menjadi 4,8 atm. Selanjutnya

dialirkan menuju cooler (C-04) untuk dilakukan pendinginan sehingga mencapai

suhu 57,28 oC. Selanjutnya dialirkan menuju menara destilasi kedua (MD-02)

untuk memisahkan C2H3Cl dengan C2H4Cl2. Hasil top menara destilasi kedua

(MD-02) yaitu berupa C2H3Cl dengan tekanan 4,8 atm yang selanjutnya akan

ditampung didalam storage tank (T-03). Hasil bawah menara destilasi kedua

(MD-02) yaitu berupa C2H4Cl2 dengan tekanan 4,8 atm yang selanjutnya akan di

recycle menjadi ethylene dichloride recycle menuju mix point (warren dkk, 2003).
22

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik. 2012-2018. Statistik Impor Komoditas Vinyl Chloride.


Jakarta Pusat: Badan Pusat Statistik.

Bisnis. 2013. Tersedia di http://www.bisnis.com/industri/read/ 20130906/257/


161230/asahimas. Diakses tanggal 19 September 2013.

Datacon. 2013. Tersedia di http://www.datacon.co.id/PlasticResin3-2012.html.


Diakses tanggal 19 September 2013

Dimian, A.C., and Bildea, C.S. 2008. Chemical Process Design: Computer-Aided
Case Studies. Weinheim: WILEY-CH Verlag GmbH & Co.

Kirk Othmer, 1998, ”Encyclopedia of Chemical Technolog “, 4 nd.ed. Vol.7.


Interscience Willey.

Ullman. 2006. Encyclopedia of Industrial Chemistry. 6th edition. John Wiley &
Sons Company Inc., Jerman.

Yaws, C.L. 1999. Chemical Properties Handbook. McGraw Hill Company, New
York

Warren, D., J,D Seider.,Daniel,R. 2003.Product & Process design Principles,2nd


ed. New York: John Wiley and Sons,Inc.
23

Lampiran 1.

Jadwal penyelesaian Tugas Akhir

Tabel 1 JadwalKegiatan Penyelesaian Tugas Akhir

Bulan
Maret April Mei Juni Juli Agustus September
Kegiatan
Seminar
Proposal
Revisi
Proposal
Neraca
Massa
Neraca
Panas

Reaktor

Alat Besar

Alat Kecil

Utilitas
Layout
Pabrik
Struktur
Organisasi
Pabrik
Ekonomi
Teknik

Kesimpulan

Pendadaran
1

Lampiran 2.

DIAGRAM ALIR KUALITATIF

AB
C2H3Cl
-
01
HCL

T - 02
T-01 C2H4Cl2 C2H3Cl
C2H4Cl2
HCL R- HCL HCl
01 MD
- 01 C2H3Cl

MD T-
- 03
C2H3Cl
02
C2H4Cl2

HCL

C2H3Cl
C2H4Cl2

HCL

Anda mungkin juga menyukai