Contoh Laporan PKL
Contoh Laporan PKL
Contoh Laporan PKL
TANGERANG SELATAN
Diajukan oleh:
NANDA YUNITA
NPM : 2103160037
Dinyatakan Lulus Program Diploma I Pajak Pada Politeknik Keuangan Negara STAN
2017
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN
SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TANGERANG
SELATAN
TANDA PERSETUJUAN
RENCANA LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
PERNYATAAN LULUS
DARI TIM PENILAI LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
1. …………………….
TANG DEWI SUMAWATI Penilai I/ Pembimbing
NIP 196807151993102001
2. …………………….
MEI INDRA SAKTI Penilai II
NIP 197205091999031001
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat,
karunia, serta kehendak-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktik Kerja
Lapangan dengan judul “KEPATUHAN KEWAJIBAN PERPAJAKAN BENDAHARA DI
KPP PRATAMA JAKARTA GAMBIR SATU”tepat pada waktunya. Laporan ini dibuat
untuk memenuhi sebagian dari syarat-syarat dinyatakan lulus Program Diploma Satu Keuangan
Spesialisasi Pajak pada Politeknik Keuangan Negara STAN
Dalam penulisan laporan ini, banyak pihak yang telah membantu penulis baik secara
langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih
kepada:
1. keluarga terutama kedua orang tua yang senantiasa mendoakan dan mendukung penulis;
2. Direktur PKN STAN, dan seluruh staf pengajar yang telah mengajarkan ilmu-ilmunya
kepada penulis;
3. Ibu Tang Dewi Sumawati dan Bapak Mei Indra Sakti selaku dosen pembimbing yang
telah membimbing dan memberikan motivasi dalam penyusunan laporan ini;
4. Ibu Nany Nur Aini selaku Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Gambir Satu;
5. Seksi Pengawasan dan Konsultasi III yang telah bersedia memberikan informasi.
6. Seluruh pegawai serta pihak-pihak yang terlibat dalam laporan ini.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih terdapat kesalahan dan jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar penulis dapat
membuat karya ilmiah yang lebih baik dalam kesempatan penulisan di masa yang akan datang.
Penulis berharap laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua
Nanda Yunita
NPM 2103160037
iv
SURAT PERNYATAAN
Dalam hal kutipan yang saya ambil dari buku, majalah, peraturan-peraturan
yang berlaku dan/atau sumber-sumber lainnya, telah saya sebutkan dalam daftar
pustaka dan catatan kaki.
Apabila dalam laporan ini ditemui bahwa sebagian atau seluruh isinya
merupakan jiplakan atau bersifat plagiat sesuai dengan Bab II A No. 7 dan Bab II B
No. 3 Keputusan Direktur STAN No. KEP-100/PP.7/2001, saya bersedia untuk
dinyatakan tidak lulus/kelulusan dibatalkan dan dikeluarkan dari Program Diploma I
Spesialisasi Perpajakan.
Nanda Yunita
NPM 2103160037
v
DAFTAR ISI
COVER.....................................................................................................................................i
1. Sejarah .................................................................................................................... 3
2. Uraian Tugas dan Kegiatan Seksi Pengawasan dan Konsultasi III ........................ 9
1. Landasan Teori......................................................................................................... 10
1. Dasar Hukum........................................................................................................ 10
3. Hasil Pengamatan..................................................................................................... 12
1. Proses ................................................................................................................... 12
2. Data ...................................................................................................................... 13
A. Simpulan .................................................................................................................. 16
B. Saran ........................................................................................................................ 16
vii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Gambir Satu mempunyai wilayah kerja
dilingkungan kementrian dan pemerintahan daerah, oleh karenanya wajib pajak yang
terdaftar dalam KPP Pratama Gambir Satu mayoritas adalah Bendahara Pemerintah baik
pengguna APBN atau APBD.
Bendahara adalah salah satu pemungut pajak yang disebutkan dalam UU Nomor
8 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah dengan UU Nomor 42 Tahun 2009 Tentang Pajak
Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah. Kepatuhan bendahara dalam
melaksanakan kewajiban perpajakannya sangatlah berpengaruh terhadap penerimaan
pajak di KPP Pratama Jakarta Gambir Satu. Peran Account Representative ( AR ) juga
penting dalam mengawasi kepatuhan dan memberikan bimbingan kepada bendahara
khususnya bendahara di wilayah kerja KPP Pratama Jakarta Gambir Satu. Oleh karena
itu, penulis tertarik untuk membahas proses pengawasan dan bimbingan kewajiban
perpajakan bendahara yang dilakukan oleh seksi Pengawasan dan Konsultasi ( Penggalian
potensi), dalam hal ini penulis mengambil narasumber dari seksi Pengawasan dan
Konsultasi III dimana terdapat target penerimaan terbanyak. Hasil pengamatan disajikan
ke dalam Laporan PKL dengan judul “KEPATUHAN KEWAJIBAN PERPAJAKAN
BENDAHARA DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA JAKARTA GAMBIR
SATU”.
B. Tujuan Penulisan
Tujuan yang ingin dicapai penulis dalam penyusunan laporan ini adalah:
1. Untuk memenuhi sebagian dari syarat dinyatakan lulus dari program Diploma I
Pajak yang diselenggarakan oleh Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan.
2. Untuk mengetahui dan membandingkan antara praktik atas penerapan yang ada di
lapangan dengan teori yang telah diperoleh di bangku kuliah.
1
3. Untuk mengetahui gambaran umum proses pengawasan terhadap kewajiban
perpajakan wajib pajak bendahara
4. Untuk mengetahui hambatan yang menjadi alasan tingkat kepatuhan wajib pajak
bendahara.
5. Untuk mengetahui solusi dalam mengatasi hambatan yang muncul dalam proses
pemenuhan kewajiban wajib pajak bendahara
Pembahasan Laporan PKL ini hanya pada pengamatan kepatuhan wajib pajak
bendahara dan upaya yang dilakukan oleh seksi Pengawasan dan Konsultasi III KPP
Pratama Jakarta Gambir Satu
1. Penelitian Kepustakan
Yaitu dengan mengumpulkan data dari dari berbagai sumber
kepustakaan, seperti UU, SOP, serta peraturan lainnya yang berkaitan dengan
judul laporan.
2. Wawancara
Yaitu dengan melakukan tanya jawab secara langsung kepada narasumber dalam
hal ini adalah Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi III serta Account Representative
( AR ) yang terkait.
2
BAB II
PEMBAHASAN
1. Sejarah
Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Jakarta Gambir Satu (G1) merupakan
Kantor Pelayanan Pajak Pratama yang dibentuk dan beroperasi dalam rangka pelaksanaan
modernisasi administrasi perpajakan di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak (DJP).
Kantor ini merupakan salah satu KPP Pratama yang dibentuk pada tahap pertama, yaitu
pada tahun 2005 di lingkungan Kanwil DJP Jakarta Pusat. Wilayah kerja KPP Pratama
Jakarta Gambir Satu hanya terdiri dari 1 (satu) kelurahan, yaitu: Kelurahan Gambir,
Kecamatan Gambir, Kota Administrasi Jakarta Pusat.
KPP Pratama Jakarta Gambir Satu berlokasi di Jalan Gunung Sahari Raya No. 25
ABC, Lt. 1, 5, dan 6, Jakarta Pusat. Gedung ini merupakan eks Gedung Probest yang
kemudian diambil alih oleh Kementerian Keuangan dan kemudian ditempati oleh KPP
Pratama Jakarta Gambir Satu bersama dengan KPP Pratama Jakarta Sawah Besar Dua (
Lantai 1, 2, 3, 4 ) dan lantai 7 untuk bersama.
Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Jakarta Gambir Satu (G1) berdiri pada
tahun 2005, yang merupakan Kantor Pelayanan Pajak Pratama yang dibentuk dan
beroperasi dalam rangka pelaksanaan modernisasi administrasi perpajakan di lingkungan
DJP, yaitu berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 254/KMK.01/2004 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jakarta I, Kantor
Pelayanan Pajak Madya, dan Kantor Pelayanan Pajak Pratama di Lingkungan Kantor
Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jakarta I sebagaimana telah diubah dengan Keputusan
Menteri Keuangan Nomor 167/KMK.01/2005 dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
62/PMK.01/2009 tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal
Pajak.
3
Sebelum terbentuknya KPP Pratama Jakarta Gambir Satu, pada awalnya di
wilayah kecamatan Gambir hanya ada KPP Jakarta Gambir. Pada tahun 1997 dipecah
menjadi 2 (dua), yaitu: KPP Jakarta Gambir I dan KPP Jakarta Gambir II. Kemudian
pada tahun 2002 dipecah lagi menjadi 3 (tiga) KPP, yaitu: KPP Jakarta Gambir Satu, KPP
Jakarta Gambir Dua, dan KPP Jakarta Gambir Tiga. Terakhir pada tahun 2005, seiring
dengan pembentukan KPP Pratama di wilayah Kanwil DJP Jakarta Pusat (dahulu Kanwil
DJP Jakarta I), dipecah lagi menjadi 4 (empat) KPP, yaitu: KPP Pratama Jakarta
Gambir Satu, KPP Pratama Jakarta Gambir Dua, KPP Pratama Jakarta Gambir Tiga, dan
KPP Pratama Jakarta Gambir Empat. Dalam periode 10 tahun sejak berdiri pada tahun
2005, KPP Pratama Jakarta Gambir Satu telah dijabat oleh beberapa Kepala Kantor yang
secara definitif ditugaskan di kantor ini, yaitu:
4
tinggi dan penegakan hukum yang adil;
2) pelayanan berbasis teknologi modern untuk kemudahan pemenuhan
kewajiban perpajakan;
3) aparatur pajak yang berintegritas, kompeten dan profesional; dan
4) kompensasi yang kompetitif berbasis sistem manajemen kinerja.
- Visi dan misi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Gambir Satu
Visi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Gambir Satu adalah “Menjadi
Kantor Pelayanan Pajak Penghimpun Penerimaan Negara yang Terbaik sebagai
bagian Direktorat Jenderal Pajak demi Menjamin Kedaulatan dan Kemandirian
Negara”
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Gambir Satu mempunyai misi yaitu
memberikan kontribusi terbaik dalam mewujudkan Misi DJP untuk menjamin
penyelenggaraan negara yang berdaulat dan mandiri sesuai dengan Misi DJP.
5
Utara : Sungai Ciliwung/ Jalan Veteran
Timur : Sungai Ciliwung/ Pejambon
Selatan : Jalan Kebon Sirih
Barat : Jalan Abdul Muis
3. Struktur Organisasi
c) Seksi Pelayanan
Mempunyai tugas melakukan penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan,
pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan pengolahan Surat
Pemberitahuan, serta penerimaan surat lainnya, serta pelaksanaan pendaftaran Wajib
Pajak.
6
d) Seksi Penagihan
Mempunyai tugas melakukan urusan penatausahaan utang pajak, penundaan danm
angsuran tunggakan pajak, penagihan aktif, usulan penghapusan utang pajak, serta
penyimpanan dokumen-dokumen penagihan.
e) Seksi Pemeriksaan
Mempunyai tugas melakukan penyusunan rencana pemeriksaan, pengawasan
pelaksanaan aturan pemeriksaan, penerbitan, penyaluran Surat Perintah Pemeriksaan
Pajak, dan administrasi pemeriksaan perpajakan lainnya serta pelaksanaan pemeriksaan
oleh petugas pemeriksa pajak yang ditunjuk kepala kantor.
Untuk mendukung kinerja kantor, KPP Pratama Jakarta Gambir Satu didukung
oleh pegawai sebanyak 77 orang.
Jumlah Jumlah
Jabatan Jabatan
Pegawai Pegawai
Kepala Kantor 1 Bendaharawan 1
Kepala Seksi 9 Sekretaris 1
Kepala Subbagian 1 Pemeriksa Pajak Muda 3
Pelaksana 26 Pemeriksa Pajak Lanjutan 2
Account Representative 24 Pemeriksa Pajak Pertama 2
Jurusita 1 Pemeriksa Pajak Pelaksana 2
Operator Console 1
Sumber: Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Gambir Satu
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Gambir Satu memiliki sarana dan
prasarana yang dibutuhkan dalam rangka mencapai target penerimaannya. Beberapa
sarana dan prasarana Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Gambir Satu, antara
lain, sebagai berikut:
a. gedung tujuh lantai; d. parkir motor mobil (2 lantai);
b. help desk dan perpustakaan; e. informasi touch screen;
c. tempat pelayanan terpadu; f. papan informasi;
8
g. ruang closing n. pantry;
h. ruang konseling; o. toilet dan kamar mandi;
i. lemari brosur perpajakan; p. hot spot WiFi;
j. ruang serba guna; q. dokter kantor;
k. ruang arsip dan komputer; r. musala;
l. ruang Laktasi; s. kantin kejujuran.
1. Tugas Seksi
Kantor Pelayanan Pajak Pratama mempunyai seksi Pengawasan dan Konsultasi terbagi
menjadi empat bagian yaitu Pengawasan dan Konsultasi I, II, III, dan IV. Secara tugas
diantara keempat seksi tersebut yang berbeda adalah Seksi Pengawasan dan Konsultasi I atau
Seksi Waskon Pelayanan mempunyai tugas pokok melayani permohonan wajib pajak serta
memberika konsultasi kepada wajib pajak baik wajib pajak yang terdaftar dalam wilayah
kerjanya maupun subjek pajak yang ingin menjadi wajib pajak baru.
Seksi Pengawasan dan Konsultasi II, III, dan IV atau yang sering disebut seksi Waskon
Galpot ( Penggalian Potensi ) mempunyai tugas yang sama yaitu melakukan pengawasan
kepatuhan wajib pajak, penyusunan profil wajib pajak, analisi kinerja wajib pajak,
rekonsiliasi data wajib pajak dalam rangka melakukan intensifikasi dan himbauan kepada
wajib pajak. Perbedaan diantara ketiga seksi ini untuk KPP Pratama Jakarta Gambir Satu
dibagi sesuai wilayah kerja yang ditentukan. Akan tetapi, di beberapa KPP Pratama
pembagian beban kerja dari ketiga seksi ini bisa berdasarkan jenis wajib pajak, ataupun
kuantitas penerimaan pajak dari setiap jenis wajib pajak.
Kegiatan dari seksi pengawasan dan konsultasi III meliputi memberikan pengawasan
dengan cara mengingatkan wajib pajak terkait untuk memenuhi kewajiban perpajakannya.
Lalu menyusun profil wajib pajak dan menganalisis kepatuhan kewajiban perpajakannya,
serta melakukan rekonsiliasi data guna memberikan hinbauan untuk memaksimalkan
penerimaan pajak. Pada satu sisi AR sering disebut sebagai teman wajib pajak karena AR
merupakan pegawai pajak yang dekat dan sering berhubungan apabila wajib pajak
membutuhkan kejelasan tentang perpajakan, tetapi AR harus memegang teguh nilai-nilai
kementrian keuangan sebagai seorang punggawa keuangan negara.
1. Landasan Teori
1. Dasar Hukum
Dasar hukum yang digunakan dalam penyusunan laporan Praktik Kerja Lapangan kali
ini di fokuskan terhadap :
II.Undang Undang Nomor 7 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah dengan Undang-
Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan
V.Undang Undang Nomor 8 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah dengan Undang
Undang Nomor 42 Tahun 2009 Tentang Pajak Pertambahan Nilai
VI.Peraturan Dirjen Pajak Nomor 16 Tahun 2016 Tentang Tata Cara Pemotongan
Penyetoran dan Pelaporan PPh Pasal 21 dan/ PPh Pasal 26
VII.Peraturan Menteri Keuangan Nomor 242 / PMK.03 / 2014 Tentang Tanggal Jatuh
Tempo Pembayaran Pelaporan.
2. Pengertian Umum
I. UU Nomor 12 Tahun 2009 Pasal 1 angka 2 menyebutkan bahwa Wajib Pajak adalah
orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak, pemotong pajak, dan pemungut
pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan.
II. UU Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan Pasal 21(1) huruf b
menyebutkan bahwa salah satu pemotong pajak atas penghasilan sehubungan dengan
pekerjaan, jasa, atau kegiatan dengan nama dan dalam bentuk apapun yang diterima
atau diperoleh wajib pajak orang pribadi dalam negeri adalah bendahara pemerintah
yang membayar gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain sehubungan
dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan.
III. UU Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan Pasal 22(1) huruf a
menyebutkan bahwa Menteri Keuangan dapat menetapkan bendahara pemerintah
untuk memungut pajak sesuai dengan pembayaran atas penyerahan barang.
IV. UU Nomor 42 Tahun 2009 Tentang Pajak Pertambahan Nilai Pasal 1 angka 27
menyebutkan bahwa pemungut PPN adalah bendahara pemerintah, badan, atau
instansi pemerintah yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan untuk memungut, menyetor,
11
dan melaporkan pajak yang terutang oleh PKP atas penyerahan BKP dan/atau
penyerahan JKP kepada bendahara pemerintah, badan, atau instansi pemerintah
tersebut.
3. SOP
Sebagai Account Representative, SOP mengikuti seksi dimana dia berada. Dalam hal
ini AR berada di seksi Pengawasan dan Konsultasi III maka dari itu SOP yang digunakannya
berasal dari SOP Seksi Waskon III. Akan tetapi tugas AR sudah diatur dalam PMK No.79 /
PMK.01 / 2015 :
Pasal 4
Account Representative yang menjalankan fungsi pengawasan dan penggalian potensi Wajib
Pajak mempunyai tugas:
melakukan pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak;
menyusun profil Wajib Pajak;
analisis kinerja Wajib Pajak; dan
rekonsiliasi data Wajib Pajak dalam rangka intensifikasi dan himbauan kepada
Wajib Pajak.
Pasal 5
Dalam melaksanakan tugasnya Account Representative bertanggung jawab kepada Kepala
Seksi yang menjadi atasannya.
4. Hasil Pengamatan
1. Proses
Dari hasil wawancara yang dilakukan di Seksi Pengawasan dan Konsultasi III yang
merupakan Seksi Waskon Penggalian Potensi dengan target penerimaan terbesar di KPP
Pratama Jakarta Gambir Satu, mendapatkan sebuah fakta bahwa memang KPP Pratama
12
Jakarta Gambir Satu penerimaan terbesar adalah dari Wajib Pajak pemungut yaitu
Bendahara Pemerintah baik yang bersumber dari APBN/APBD hal ini dikarenakan memang
wilayah kerja KPP Pratama Jakarta Gambir Satu berada diwilayah jalan merdeka yang
merupakan wilayah kementrian, BUMN, dan pemerintah daerah.
Akibatnya penerimaan pajak KPP Pratama Jakarta Gambir Satu bergantung pada
aktivitas transaksi keuangan bendahara dan cukup relative stabil, kenaikan penerimaan
biasanya dipengaruhi oleh gaji ke-13 atau adanya rapelan pada bulan tersebut. Akan tetapi,
untuk memaksimalkan penerimaan pajak terbesar yang merupakan dari wajib pajak
bendahara Seksi Pengawasan dan Konsultasi harus melakukan upaya-upaya untuk
mengawasi kepatuhan kewajiban perpajakan yang dilakukan, tidak hanya kepatuhan saja
tetapi ketepatan dalam proses perhitungan pajak terutangnya.
2. Data
Penerimaan s.d.28
Penerimaan 2015 Penerimaan 2016
Agustus 2017
1.844.204.152.73 1.911.117.710.11
Total Penerimaan 883.945.114.785
4 8
Penerimaan dari 1.115.219.171.81 1.346.441.350.36
474.366.298.115
Pemungut 6 0
Rasio 60% 70% 54%
Tingkat Kepatuhan
69,73 % 71,49 % 95,45 %
Pemungut
Sumber : Seksi Pelayanan Data dan Informasi
Dalam proses wawancara diketahui bahwa pemungut yaitu bendahara pemerintah
merupakan wajib pajak dengan realisasi pajak paling tinggi diantara wajib pajak lainnya.
Dapat dilihat dari data diatas, data tiga tahun terakhir menunjukan penerimaan pajak
dari wajib pajak pemungut yakni bendahara melebihi separuh dari penerimaan KPP Pratama
13
Jakarta Gambir Satu.
Permasalahan lain yang timbul yaitu adanya suatu bendahara yang bertindak sebagai
KPPN, dimana ia memungut seluruh gaji pegawainya dan pemungutan dilakukan oleh
bendahara pusat, padahal karyawan tersebut terbagi dalam satuan kerja yang berbeda, akan
tetapi pemungutan tetap dilakukan oleh bendahara pusat dan penyetoran serta pelaporan
kewajiban perpajakannya menggunakan NPWP bendahara pusat, hal ini menyebabkan
keterlambatan dalam pemenuhan kewajiban perpajakannya. Selain itu seringnya mutasi
pegawai dalam hal ini bendahara menyebabkan bendahara harus menyesuaikan dengan
budaya kantor baru.
Apabila denda hanya hitungan ratusan ribu, bendahara masih sanggup untuk
membayarnya tetapi faktanya ada suatu kasus dimana bendahara diterbitkan STP sebesar
hitungan juta, sehingga bendahara tersebut merasa keberatan terhadap denda tersebut.
Jika sudah terjadi bendahara di terbitkan STP dan harus membayar denda, maka
bendahara bisa melakukan upaya hukum yaitu permohonan penghapusan sanksi administrasi
berupa bunga, denda, dan kenaikan karena kesalahan sendiri atau kelalaian. Sampai STP
diterbitkan peran AR hanya sekadar memberikan data jika diminta oleh Kantor Wilayah
14
terkait. Apabila permohonan ditolak maka bendahara harus tetap membayar sanksi tersebut.
Adapun selain hal tersebut diketahui bahwa alasan bendahara belum bisa melaporkan
dan menyetorkan tepat waktu adalah keterbatasan SDM, dan sistem yang dilakukan dalam
proses pengajuan SPM dan sistem ini sudah berjalan lama dan ditiru oleh beberapa instansi,
faktanya belum ada peraturan yang mengatur tentang hal tersebut. Solusinya lebih baik
adanya peraturan baru yang mengatur bahwa pegawai yang dipungut oleh bendahara satuan
kerja tetap disetor dan dilaporkan berdasarkan NPWP satuan kerja tersebut berada bukan
melalui NPWP bendahara pusat. Apabila terjadi pergantian bendahara, secepatnya
bendahara untuk menghubungi kantor pajak terdaftar, dan menyelesaikan data-data untuk
diteruskan ke bendahara baru.
Selain itu upaya yang dilakukan oleh AR sebagai fiskus selalu mengingatkan bendahara
untuk melakukan kewajiban perpajakan teutama ditanggal-tanggal akhir pelaporan SPT
Masa, agar keterlambatan bisa di minimalisir. Pengungkapan salah satu AR di Seksi
Pengawasan dan Konsultasi III KPP Pratama Jakarta Gambir Satu bahwa pihak mereka rutin
mengadakan pojok pajak untuk membuka konsultasi bagi bendahara yang memerlukan
bantuan dibidang perpajakan. Himbauan kepada bendahara juga rutin dilakukan.
15
BAB III SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
1. Secara umum, aturan yang mengatur tentang wajib pajak pemungut yaitu bendahara
sudah jelas, dan aturan tentang kewajiban perpajakan yang harus dipenuhi serta sanksi yang
didapatkan jika melanggar.
2. Penerimaan KPP Pratama Jakarta Gambir Satu terbanyak berasal dari wajib pajak
bendahara, oleh karenanya harus dimaksimalkan dalam pengawasan kewajiban perpajakannya
3. Ada beberapa hambatan yang cukup membuat bendahara terlambat dalam
menyetorkan maupun melaporkan, salah satunya sistem suatu instansi yang menyulitkan
sumber daya manusia untuk menyelesaikan pekerjaan tepat waktu.
4. Adapun beberapa solusi dan upaya untuk bendahara serta AR, antara lain AR bisa
memberikan bimbingan tidak hanya mengawasi terhadap bendahara. Adanya proses
perhitungan ulang guna memaksimalkan penerimaan pajak yang ada. Selain itu pencegahan
berupa sosialisasi dan pojok pajak untuk mengoptimalkan tingkat kepatuhan wajib pajak
khususnya bendahara.
B. Saran
Target penerimaan pajak akan terlihat salah satunya dari kepatuhan wajib pajak dalam
membayar pajaknya. Atas dasar hal tersebut, penulis memberikan saran agar Seksi
Pengawasan dan Konsultasi terus melakukan pengawasan serta memberikan himbauan
terhadap wajib pajak agar melaksanakan kewajiban perpajakan dengan tepat waktu dan
perhitungan yang tepat. Sehingga tidak ada yang wajib pajak terkena sanksi dan pegawai pajak
dapat bekerja lebih produktif apabila wajib pajak patuh terhadap peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
16
DAFTAR PUSTAKA
Undang Undang Nomor 7 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah dengan Undang-
Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan
Undang Undang Nomor 8 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah dengan Undang
Undang Nomor 42 Tahun 2009 Tentang Pajak Pertambahan Nilai
Peraturan Dirjen Pajak Nomor 16 Tahun 2016 Tentang Tata Cara Pemotongan
Penyetoran dan Pelaporan PPh Pasal 21 dan/ PPh Pasal 26
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 242 / PMK.03 / 2014 Tentang Tanggal Jatuh
Tempo Pembayaran Pelaporan.
www.djih.kemenkeu.go.id
www.ortax.org/aturan
17