Anda di halaman 1dari 6

ANALISIS KASUS PERCOBAAN PENCURIAN

Dibuat untuk memenuhi Tugas Hukum Pidana Perkembangan

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS PADJAJARAN
BANDUNG
2019

Oleh:
Gabriela Madeline Hutauruk
110110180366
Kelas Hukum Pidana Perkembangan G
Nama Terdakwa : Iwan ALIAS Jepo
Dakwaan : Pasal 363 ayat (1) ke-3,4,5 KUHP jo Pasal 53 ayat (1) KUHP

A. DAKWAAN
Terdakwa IWAN Alias JEPO bersama-sama dengan teman terdakwa yang bernama MUIN
Alias JUARI (dalam penuntutan terpisah) pada hari Selasa tanggal 23 April 2013 sekitar pukul
01.30 wib atau setidak-tidaknya pada suatu waktu dalam bulan April 2013 atau setidak-
tidaknya masih dalam tahun 2013, bertempat di Jalan Simpang Panji Suroso no A 23 B Rt.08
Rw.07 Kelurahan Purwodadi Kecamatan Blimbing Kota Malang atau setidak-tidaknya masih
termasuk dalam daerah hukum Pengadilan Negeri Malang telah mengambil barang sesuatu
yang seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain dengan maksud untuk dimiliki
secara melawan hukum, yang dilakukan pada waktu malam dalam sebuah rumah atau
pekarangan tertutup yang ada rumahnya, dilakukan oleh orang yang ada disitu tidak
diketahui atau tidak dikehendaki oleh yang berhak, yang dilakukan oleh dua orang atau
lebih dengan bersekutu, yang untuk masuk ke tempat melakukan kejahatan atau untuk
sampai pada barang yang ambil dilakukan dengan memanjat, akan tetapi perbuatan
tersebut tidak selesai dilakukan bukan atas kehendaknya sendiri tetapi karena diketahui
oleh orang lain. Perbuatan tersebut terdakwa lakukan dengan cara sebagai berikut:

Awalnya terdakwa diajak oleh MUIN Alias JUARI merencanakan pencurian


didaerah kota Malang, setelah sepakat, kemudian pada hari Minggu tanggal 21 April 2013
terdakwa bersama MUIN Alias JUARI menyewa kendaraan Daihatsu Xenia dari FERY sebesar
Rp.200.000,-. setelah itu kemudian pada hari Senin tanggal 22 April 2013 sekitar pukul 22.00
wib terdakwa bersama- sama MUIN Alias JUARI berangkat ke Malang dengan pembagian
tugas masing-masing terdakwa bertugas mengemudikan kendaraan yang telah di sewa oleh
MUIN Alias JUARI untuk mengantar MUIN Alias JUARI ke tempat sasaran yang telah
direncanakan sedangkan MUIN Alias JUARI bertugas untuk melakukan pencurian dengan
kesepakatan hasil pencurian akan dibagi dua.

Bahwa kemudian sekitar pukul 01.30 wib hari Selasa tanggal 23 April 2013 terdakwa
bersama-sama MUIN Alias JUARI sampai dijalan Simpang Panji Suroso Malang tepatnya
didepan Araya, selanjutnya terdakwa menurunkan MUIN Alias JUARI dari mobil yang
dikemudikan oleh terdakwa kemudian MUIN Alias JUARI masuk kedalam perumahan untuk
mencari sasaran pencurian melalui tanah kosong dengan membawa 1 (satu) buah obeng yang
telah dipersiapkan dan disimpan didalam saku celana sebelah kiri MUIN Alias JUARI,
sedangkan terdakwa menunggu di mobil dengan kesepakatan apabila MUIN Alias JUARI telah
selesai melakukan pencurian maka MUIN Alias JUARI menghubungi terdakwa melalui
Handphone untuk dijemput.
Bahwa terdakwa menunggu MUIN Alias JUARI melakukan pencurian didalam mobil
sambil berkeliling menunggu telpon dari MUIN Alias JUARI untuk dijemput, akan tetapi
hingga pagi hari pukul 07.00 wib MUIN Alias JUARI tidak menghubungi terdakwa, lalu
terdakwa menghubungi MUIN Alias JUARI akan tetapi tidak bisa dihubungi, kemudian
terdakwa kembali ke Pasuruan meninggalkan MUIN Alias JUARI dan menyerahkan kembali
mobil Daihatsu Xenia kepada FERY. selanjutnya pada hari Rabu tanggal 24 April 2013
terdakwa ditangkap oleh pihak kepolisian.
Perbuatan terdakwa tersebut sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam
pasal 363 ayat (1) ke-3,4,5 KUHP jo Pasal 53 ayat (1) KUHP.

Atau Kedua:
Terdakwa IWAN Alias JEPO pada hari Selasa tanggal 23 April 2013 sekitar pukul 01.30
wib atau setidak-tidaknya pada suatu waktu dalam bulan April 2013 atau setidak-tidaknya
masih dalam tahun 2013, bertempat di Jalan Simpang Panji Suroso no A 23 B Rt.08 Rw.07
Kelurahan Purwodadi Kecamatan Blimbing Kota Malang atau setidak-tidaknya masih termasuk
dalam daerah hukum Pengadilan Negeri Malang telah sengaja memberi bantuan,
memberikan kesempatan, sarana atau keterangan kepada MUIN Alias JUARI untuk
mengambil barang sesuatu yang seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain dengan
maksud untuk dimiliki secara melawan hukum, yang dilakukan pada waktu malam
dalam sebuah rumah atau pekarangan tertutup yang ada rumahnya, dilakukan oleh
orang yang ada disitu tidak diketahui atau tidak dikehendaki oleh yang berhak, yang
untuk masuk ke tempat melakukan kejahatan atau untuk sampai pada barang yang
ambil dilakukan dengan memanjat, akan tetapi perbuatan tersebut tidak selesai
dilakukan bukan atas kehendaknya sendiri tetapi karena diketahui oleh orang lain,
Perbuatan tersebut terdakwa lakukan dengan cara sebagai berikut:
Bahwa awalnya terdakwa diajak oleh MUIN Alias JUARI merencanakan pencurian
didaerah kota Malang, setelah sepakat, kemudian pada hari Minggu tanggal 21 April 2013
terdakwa bersama MUIN Alias JUARI menyewa kendaraan Daihatsu Xenia dari FERY sebesar
Rp.200.000,-. setelah itu kemudian pada hari Senin tanggal 22 April 2013 sekitar pukul 22.00
wib terdakwa bersama- sama MUIN Alias JUARI berangkat ke Malang dengan pembagian
tugas masing-masing terdakwa bertugas mengemudikan kendaraan yang telah di sewa oleh
MUIN Alias JUARI untuk mengantar MUIN Alias JUARI ke tempat sasaran yang telah
direncanakan sedangkan MUIN Alias JUARI bertugas untuk melakukan pencurian dengan
kesepakatan hasil pencurian akan dibagi dua.
Bahwa kemudian sekitar pukul 01.30 wib hari Selasa tanggal 23 April 2013 terdakwa
bersama-sama MUIN Alias JUARI sampai dijalan Simpang Panji Suroso Malang tepatnya
didepan Araya, selanjutnya terdakwa menurunkan MUIN Alias JUARI dari mobil yang
dikemudikan oleh terdakwa kemudian MUIN Alias JUARI masuk kedalam perumahan untuk
mencari sasaran pencurian melalui tanah kosong dengan membawa 1 (satu) buah obeng yang
telah dipersiapkan dan disimpan didalam saku celana sebelah kiri MUIN Alias JUARI,
sedangkan terdakwa menunggu di mobil dengan kesepakatan apabila MUIN Alias JUARI telah
selesai melakukan pencurian maka MUIN Alias JUARI menghubungi terdakwa melalui
Handphone untuk dijemput.
Bahwa terdakwa menunggu MUIN Alias JUARI melakukan pencurian didalam mobil
sambil berkeliling menunggu telpon dari MUIN Alias JUARI untuk dijemput, akan tetapi
hingga pagi hari pukul 07.00 wib MUIN Alias JUARI tidak menghubungi terdakwa, lalu
terdakwa menghubungi MUIN Alias JUARI akan tetapi tidak bisa dihubungi, kemudian
terdakwa kembali ke Pasuruan meninggalkan MUIN Alias JUARI dan menyerahkan kembali
mobil Daihatsu Xenia kepada FERY. selanjutnya pada hari Rabu tanggal 24 April 2013
terdakwa ditangkap oleh pihak kepolisian.
Perbuatan terdakwa tersebut sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam
pasal 363 ayat (1) ke-3,5 KUHP jo Pasal 53 ayat (1) KUHP jo Pasal 56 ke-2 KUHP.

B. UNSUR PASAL 53
Mengenai percobaan melakukan tindak pidana dapat dilihat pengaturannya dalam Pasal 53
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.

(1) Mencoba melakukan kejahatan dipidana, jika niat untuk itu telah
ternyata dan adanya permulaan pelaksanaan, dan tidak selesainya
pelaksanaan itu, bukan semata-mata disebabkan karena kehendaknya
sendiri.
(2) Maksimum pidana pokok terhadap kejahatan, dalam hal percobaan
dikurangi sepertiga.
(3) Jika kejahatan diancam dengan pidana mati atau pidana penjara seumur
hidup, dijatuhkan pidana penjara paling lama lima belas tahun.
(4) Pidana tambahan bagi percobaan sama dengan kejahatan selesai.
Mengenai percobaan tindak pidana ini, R. Soesilo dalam bukunya Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana (KUHP) Serta Komentar-Komentarnya Lengkap Pasal Demi Pasal (hal. 69)
menjelaskan bahwa undang-undang tidak memberikan definisi apa yang dimaksud dengan
percobaan itu, tetapi yang diberikan ialah ketentuan mengenai syarat-syarat supaya percobaan
pada kejahatan itu dapat dihukum.

R. Soesilo menjelaskan bahwa menurut kata sehari-hari yang diartikan percobaan yaitu menuju
ke suatu hal, akan tetapi tidak sampai pada hal yang dituju itu, atau hendak berbuat sesuatu,
sudah dimulai, akan tetapi tidak selesai. Misalnya hendak mencuri barang, tetapi tidak sampai
dapat mengambil barang itu.

Menurut Pasal 53 KUHP, supaya percobaan pada kejahatan (pelanggaran tidak) dapat dihukum,
maka harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
1. Niat sudah ada untuk berbuat kejahatan itu;
2. Orang sudah memulai berbuat kejahatan itu; dan
3. Perbuatan kejahatan itu tidak jadi sampai selesai, oleh karena terhalang oleh
sebab-sebab yang timbul kemudian, tidak terletak dalam kemauan penjahat itu
sendiri.
Apabila orang berniat akan berbuat kejahatan dan ia telah mulai melakukan kejahatannya itu,
akan tetapi karena timbul rasa menyesal dalam hati ia mengurungkan perbuatannya, sehingga
kejahatan tidak sampai selesai, maka ia tidak dapat dihukum atas percobaan pada kejahatan itu,
oleh karena tidak jadinya kejahatan itu atas kemauannya sendiri. Jika tidak jadinya selesai
kejahatan itu disebabkan karena misalnya kepergok oleh agen polisi yang sedang meronda,
maka ia dapat dihukum, karena hal yang mengurungkan itu terletak di luar kemauannya.

R. Soesilo menjelaskan syarat selanjutnya adalah bahwa kejahatan itu sudah mulai dilakukan.
Artinya orang harus sudah mulai dengan melakukan perbuatan pelaksanaan pada kejahatan
itu.Kalau belum dimulai atau orang baru melakukan perbuatan persiapan saja untuk mulai
berbuat, kejahatan itu tidak dapat dihukum.

Misalnya seseorang berniat akan mencuri sebuah sepeda yang ada di muka kantor pos. Ia baru
mendekati sepeda itu lalu ditangkap polisi. Andaikata ia mengaku saja terus terang tentang
niatnya itu, ia tidak dapat dihukum atas percobaan mencuri, karena di sini perbuatan mencuri
belum dimulai. Perbuatan mendekati sepeda di sini baru dianggap sebagai perbuatan persiapan
saja. Jika orang itu telah mengacungkan tangannya untuk memegang sepeda tersebut, maka di
sini perbuatan pelaksanaan pada pencurian dipandang telah dimulai, dan bila waktu itu
ditangkap oleh polisi dan mengaku terus terang, ia dapat dihukum atas percobaan pada
pencurian.

Selanjutnya apabila dalam peristiwa tersebut sepeda telah dipegang dan ditarik sehingga
berpindah tempat, meskipun hanya sedikit, maka orang tersebut tidak lagi hanya dipersalahkan
melakukan percobaan, karena delik pencurian dianggap sudah selesai jika barangnya yang
dicuri itu telah berpindah.

R. Soesilo menjelaskan (Ibid, hal. 69-70) pada umumnya dapat dikatakan bahwa perbuatan itu
sudah boleh dikatakan sebagai perbuatan pelaksanaan, apabila orang telah mulai melakukan
suatu anasir atau elemen dari peristiwa pidana. Jika orang belum memulai dengan melakukan
suatu anasir atau elemen ini, maka perbuatannya itu masih harus dipandang sebagai perbuatan
persiapan. Suatu anasir dari delik pencurian ialah “mengambil”, jika pencuri sudah
mengacungkan tangannya kepada barang yang akan diambil, itu berarti bahwa ia telah mulai
melakukan anasir “mengambil” tersebut.

Dalam hal pencurian dengan pemberatan (Pasal 363 KUHP), misalnya dengan membongkar,
memecah, memanjat, dan sebagainya, maka jika orang telah mulai dengan mengerjakan
pembongkaran, pemecahan, pemanjatan, dan sebagainya, perbuatannya sudah boleh dipandang
sebagai perbuatan pelaksanaan, meskipun ia belum mulai mengacungkan tangannya pada
barang yang hendak diambil. Bagi tiap-tiap peristiwa dan tiap-tiap macam kejahatan harus
ditinjau sendiri-sendiri. Di sinilah kewajiban hakim.

Mengenai perbuatan pelaksanaan dan perbuatan persiapan, Prof. Dr. Wirjono Prodjodikoro,
S.H., dalam bukunya Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia (hal. 110-111), mengutip
Hazewinkel-Suringa, menyebutkan berbagai pendapat sebagai berikut:
1. Van Hamel, menganggap ada perbuatan pelaksanaan apabila perbuatan
menggambarkan ketetapan dari kehendak (vastheid van voornemen) untuk melakukan
tindak pidana.
2. Simons, menganggap ada perbuatan pelaksanaan apabila dari perbuatan itu dapat
langsung menyusul akibat sebagai tujuan dari tindak pidana (constitutief gevolg), tanpa
perlu ada perbuatan lain lagi dari si pelaku.
3. Pompe, ada suatu perbuatan pelaksanaan apabila perbuatan itu bernada membuka
kemungkinan terjadinya penyelesaian dari tindak pidana.
4. Zevenbergen, menganggap percobaan ada apabila kejadian hukum itu sebagian sudah
terjelma atau tampak.
5. Duynstee, dengan perbuatan pelaksanaan seorang pelaku sudah masuk dalam suasana
lingkungan kejahatan (misdadige sfeer).
6. Van Bemmelen, perbuatan pelaksanaan harus menimbulkan bahaya atau kekhawatiran
akan menyusulnya akibat yang dimaksudkan dalam perumusan tindak pidana.

Oleh karena itu, pada akhirnya Hakim yang akan memutuskan apakah tindakan si pelaku baru
merupakan perbuatan persiapan atau perbuatan pelaksanaan.

C. Analisis Unsur Pasal 53 pada kasus


Menurut hemat penulis, melihat perbuatan terdakwa tersebut dapat disimpulkan bahwa syarat
untuk adanya perbuatan percobaan untuk melakukan kejahatan pasal 363 (1) ke 3,4,5 KUH
telah terpenuhi, karena:
1. Niat mereka sejak awal adalah mencuri;
2. Niat tersebut mulai dilaksanakan dengan menyewa kendaraan untuk ke Malang,
ada pembagian tugas antar terdakwa dan saksi Muin, dan tugas terdakwa adalah
menunggu di luar;
3. Bahwa perbuatan yang diniatkan tersebut tidak selesai karena terdakwa
menunggu lama, yang ternyata saksi Muin tertangkap masa.
Oleh karena itu, mencermati uraian diatas tersebut dapat disimpulkan bahwa perbuatan Terdakwa
memenuhi Pasal 363 ayat (1) ke-3,4,5 KUHP jo Pasal 53 ayat (1) KUHP.

Anda mungkin juga menyukai