Anda di halaman 1dari 15

Hubungan Karakteristik Perawat Dengan Tingkat Kepatuhan Perawat

Melakukan Cuci Tangan di Rumah Sakit Columbia Asia Medan


`
Rosita Saragih SKM, MKes1, Natalina Rumapea2
1
Dosen Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Darma Agung Medan
2
Mahasiswa Program Studi S1 Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Darma Agung Medan

ABSTRAK
Cuci tangan mempunyai pengaruh besar terhadap pencegahan terjadinya infeksi
nosokomial rumah sakit dan perawat mempunyai andil besar karena berinteraksi dengan
pasien selama 24 jam. Perilaku cuci tangan perawat saat ini adalah bahwa ada beberapa
perawat yang enggan melakukan cuci tangan. Berdasarkan data dari PPI rumah Sakit
Columbia Asia Medan masih terdapat kejadian infeksi nosokomial antara lain 5% pada
pemasangan dower catheter, 6% kejadian plebitis skala satu, 1 kasus suspect MRSA pada
bulan Agustus 2010. Apabila kejadian infeksi ini terus berulang, maka image rumah sakit
akan jelek dan bisa mengakibatkan Bad Occupational Rate (BOR) rumah sakit menurun.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan karakteristik perawat (tingkat
pengetahuan, tingkat pendidikan, umur dan lama bekerja) dengan tingkat kepatuhan perawat
melakukan cuci tangan di Rumah Sakit Columbia Asia Medan. Jenis penelitian ini adalah
penelitian deskriptif korelasi. Populasi dalam penelitian ini adalah semua tenaga keperawatan
yang bekerja di Rumah Sakit Columbia Asia Medan sebanyak 280 orang, dengan teknik
probability sampling sebanyak 84 orang perawat. Pengumpulan data dengan menggunakan
kuesioner dan analisa data dilakukan secara univariat dan bivariate menggunakan uji Pearson.
Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara tingkat
pengetahuan mengenai cuci tangan dengan tingkat kepatuhan melakukan cuci tangan ( p =
0,02), ada hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan dengan tingkat kepatuhan
melakukan cuci tangan (p = 0,04), ada hubungan yang bermakna antara umur dengan tingkat
kepatuhan perawat melakukan cuci tangan (p = 0,02), ada hubungan yang bermakna antara
lama bekerja dengan tingkat kepatuhan melakukan cuci tangan (p = 0,04) di Rumah Sakit
Columbia Asia Medan. Rumah sakit Columbia Asia Medan memiliki tingkat kepatuhan
melakukan cuci tangan dengan kategori kepatuhan minimal (72,61%).
Saran yang diberikan adalah kepada semua perawat diminta kesadarannya untuk
selalu patuh melakukan cuci tangan sesuai dengan standart sebelum dan sesudah melakukan
tindakan kepada pasien.

Kata Kunci : Karakteristik, Kepatuhan, Cuci tangan


The Relation Between Nurses Character with The Nurses Obidience Washing
Hand at Colombia Asia Hospital Medan

Rosita Saragih SKM, MKes1, Natalina Rumapea2


1
Dosen Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Darma Agung Medan
2
Mahasiswa Program Studi S1 Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Darma Agung Medan

ABSTRACT
Hand washing have the major effect to the prevention of nosocomial infection in
hospital and nurse have the big contribution because their interaction with the patient all
through 24 hour. Nowadays, the nurse behavior of hand washing are that there some nurses
which unwilling to do hand washing. Based on data from Columbia Asia Hospital Medan,
there is still the occurrence of nosocomial infection which are 5% in installation of dower
catheter, 6% in phlebitis scale one event, 1 had case of MRSA suspect in August 2010. If this
infection is continued recurring, hence the image of hospital will be bad and can result the
decrease of Bed Occupational Rate (BOR) of hospital.
Target of this research is to know the relationship between nurse characteristic
(level of knowledge, level of education, age, working period) with the obedience of the nurse
to do hand washing at Columbia Asia Hospital Medan. The type of this research is
descriptive correlation research. Population in this research is 280 nurses that working at
Columbia Asia Hospital Medan, using probability sampling technique with 84 nurses. Data
collecting are using questioner and the data analyzing conducted by univariate and bivariate
analysis using Pearson test.
Result of the research shows that there is importance relationship between level of
knowledge with the obedience of the nurse to do hand washing (p = 0,02), there is
importance relationship between level of education with the obedience of the nurse to do
hand washing (p= 0,04), there is importance relationship between nurse age with the
obedience of the nurse to do hand washing (p = 0,02), there is importance relationship
between working period with the obedience of the nurse to do hand washing (p = 0,04) at
Columbia Asia Hospital Medan. The obedience of the nurse to do hand washing at Columbia
Asia Hospital Medan categorize as minimum (72,61%).
Suggestion to all nurses is the awareness to obey the hand washing procedure in line
with standard before and after conducting action to the patient.

Key word: characteristic, obedience, hand washing.


Pendahuluan mencuci tangan dapat menurunkan 20% - 40%
Undang Undang Nomor 44 tentang kejadian infeksi nosokomial. Namun
rumah sakit menyatakan bahwa “Setiap pasien pelaksanaan cuci tangan itu sendiri belum
mempunyai hak memperoleh keamanan dan mendapat respon yang maksimal. Di negara
keselamatan dirinya selama dalam perawatan di berkembang, kegagalan dalam pelaksanaan cuci
rumah sakit” (Tunggal, 2010). tangan sering dipicu oleh keterbatasan dana
Segala bentuk pelayanan yang diberikan untuk mengadakan fasilitas cuci tangan. Namun
rumah sakit kepada pasiennya bertujuan agar ketika sudah ada dana, kendala berikutnya yang
pasien segera sembuh dari sakitnya dan sehat sebenarnya paling memprihatinkan adalah
kembali, sehingga tidak dapat ditoleransi bila kurangnya kepatuhan untuk menaati prosedur.
dalam perawatan di rumah sakit pasien menjadi Studi di Amerika Serikat menunjukkan
lebih menderita akibat dari terjadinya resiko tingkat kepatuhan perawat melakukan cuci
yang sebenarnya dapat dicegah. tangan masih sekitar 50% dan di Australia masih
Menurut Soeroso (2000) di negara sekitar 65%. Sama halnya dengan program cuci
berkembang termasuk Indonesia, rata-rata tangan di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo
prevalensi infeksi nosokomial adalah sekitar (RSCM) yang sudah sejak tahun 2008 tetapi
9,1% dengan variasi 6,1%-16,0%. Di Indonesia sampai saat ini kepatuhan perawat melakukan
kejadian infeksi nosokomial pada jenis/tipe cuci tangan hanya sekitar 60%. Hal ini bisa
rumah sakit sangat beragam. Penelitian yang menjadi tantangan yang cukup besar bagi tim
dilakukan oleh Depkes RI pada tahun 2004 pengendali infeksi rumah sakit untuk
diperoleh data proporsi kejadian infeksi mempromosikan program cuci tangan ini.
nosokomial di rumah sakit pemerintah dengan (Perdalin,2010).
jumlah pasien 1.527 orang dari jumlah pasien Perawat yang bekerja di rumah sakit
beresiko 160.417(55,1%), sedangkan untuk mempunyai karakter yang berbeda beda dan
rumah sakit swasta dengan jumlah pasien 991 sangat beragam baik tingkat pendidikan, umur,
pasien dari jumlah pasien beresiko 130.047 masa kerja, maupun tingkat pengetahuannya.
(35,7%). Untuk rumah sakit ABRI dengan Perbedaan karakteristik ini tentunya akan
jumlah pasien 254 pasien dari jumlah pasien berpengaruh terhadap penguasaan ilmu
beresiko 1.672 (9,1%). pengetahuan, keterampilan, dan sikap
Pemerintah Indonesia telah profesional seorang perawat dalam menjalankan
mengeluarkan kebijakan pencegahan infeksi perannya.
nosokomial di rumah sakit dan fasilitas Rumah Sakit Columbia Asia Medan
kesehatan lainnya. Kebijakan itu tertuang dalam adalah sebuah rumah sakit PMA (Penanaman
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor Modal Asing) yang terletak di pusat kota
270/Menkes/III/2007 tentang Pedoman Medan, tepatnya di jalan Listrik nomor 2A
Manajerial Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit Medan. Rumah sakit ini menyediakan beberapa
dan Fasilitas Kesehatan. Selain itu Keputusan pelayanan medis yaitu Rawat Inap, Out Patient
Menkes Nomor 381/Menkes/III/2007 mengenai Departemen (OPD), Accident and Emergency
Pedoman Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit (A&E), Operating Room(OR), Intensive Care
dan Fasilitas Kesehatan. Saat ini angka kejadian Unit(ICU), High Dependency Unit (HDU),
infeksi nosokomial telah dijadikan salah satu Neonatus Intensive Care Unit (NICU), Nursery,
tolok ukur mutu pelayanan rumah sakit. Izin Executive Health Screening, Chemotherapy,
operasional sebuah rumah sakit bisa dicabut Hemodialisa, serta unit penunjang seperti
karena tingginya angka kejadian infeksi Radiologi, Laboratorium, Fisiotherapy dan
nosokomial. (Darmadi, 2008). Farmasi. Di rumah sakit ini terdapat kurang
Cara paling ampuh untuk mencegah lebih 11 ruang perawatan dan tiap ruangan
terjadinya infeksi nosokomial adalah dengan terdiri dari 30-35 tempat tidur serta di setiap
menjalankan Universal Precautian yang salah ruangan terdapat kurang lebih 15-25 perawat
satunya adalah dengan mencuci tangan pada yang bertugas.
setiap penanganan pasien di rumah sakit. Sebuah Untuk pengendalian kejadian infeksi
penelitian mengungkapkan bahwa dengan nosokomial, Rumah Sakit Columbia Asia
Medan mempunyai komite Pencegahan objek tertentu. Menurut Notoadmojo (2003)
Pengendalian Infeksi (PPI) rumah sakit. PPI pengetahuan terdiri 6 tingkatan yaitu:
mempunyai kegiatan-kegiatan pencegahan dan
pengendalian infeksi nosokomial yang
terprogram, program tersebut dapat berupa a. Tahu (know)
pelatihan ataupun pengawasan langsung ke Tahu artinya mengingat suatu materi
ruang ruang perawatan. yang telah dipelajari sebelumnya.
Berdasarkan data dari PPI rumah Sakit Termasuk kedalaman pengetahuan,
Columbia Asia Medan masih terdapat kejadian tingkat ini adalah mengingat kembali
infeksi nosokomial sekitar 5% pada pemasangan (recall) sesuatu yang spesifik dari
dower catheter, 6% kejadian plebitis skala satu, seluruh bahan yang dipelajari atau
1 kasus suspect MRSA pada bulan Agustus rangsangan yang telah diterima.
2010, 1 kasus suspect MRSA pada bulan b. Memahami(comprehension)
September 2010 dan 1 kasus suspect MRSA Memahami artinya sebagai suatu
pada bulan Oktober 2010. Apabila kejadian kemampuan untuk menjelaskan secara
kejadian infeksi ini terus berulang maka image benar tentang objek yang diketahui dan
rumah sakit akan jelek dan selanjutnya pasien dapat menginterpretasikan materi
pasien akan enggan datang berobat ke Rumah tersebut secara benar.
Sakit Columbia Asia Medan dan pada akhirnya c. Aplikasi (aplication)
akan menurunkan BOR (Bed Occupotional Aplikasi diartikan sebagai kemampuan
Rate) rumah sakit. Apabila BOR rumah sakit untuk menggunakan materi yang telah
menurun terus kita tahu apa yang akan terjadi dipelajari pada situasi atau kondisi
rumah sakit bisa tutup, tidak bisa beroperasional sebenarnya.
lagi karena dana yang tidak cukup, karyawan d. Analisa (analysis)
akan di PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) dan Analisa adalah suatu kemampuan untuk
akhirnya menambah jumlah penganguran. menjabarkan materi atau suatu objek ke
Berdasarkan uraian diatas peneliti dalam komponen komponen tetapi
merasa tertarik untuk melakukan penelitian yang masih di dalam struktur organisasi dan
terkait dengan hubungan karakteristik perawat masih ada kaitannya satu dengan yang
dengan kepatuhan perawat melakukan cuci lain.
tangan di Rumah Sakit Columbia Asia Medan. e. Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjukkan kepada suatu
Tinjauan Teoritis kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian bagian di dalam
Karakteristik keseluruhan yang baru.
Karakteristik adalah ciri-ciri dari f. Evaluasi (Evaluation)
individu yang terdiri dari demografi seperti Evaluasi ini berkaitan dengan dengan
jenis kelamin, umur serta status sosial seperti, kemampuan untuk melakukan justifikasi
tingkat pendidikan, pekerjaan, ras, status. atau penelitian terhadap suatu materi.
(Widianingrum, 2000). Menurut Efendi, Sebagian besar pengetahuan atau
demografi berkaitan dengan stuktur penduduk, kognitif merupakan domain yang sangat
umur, jenis kelamin dan status ekonomi penting dalam pembentukan tindakan
sedangkan data kultural mengangkat tingkat seseorang (Notoadmojo, 2003).
pendidikan, pekerjaan, agama, adat istiadat, 2. Tingkat Pendidikan
penghasilan dan sebagainya. Pada penelitian ini Pendidikan berpengaruh terhadap pola fikir
karakteristik yang diteliti adalah pengetahuan, individu. Sedangkan pola fikir berpengaruh
pendidikan, umur dan masa kerja. terhadap perilaku seseorang dengan kata
1. Pengetahuan lain pola pikir seseorang yang
Pengetahuan adalah merupakan hasil dari berpendidikan rendah akan berbeda dengan
“tahu” dan ini terjadi setelah orang pola pikir seseorang yang berpendidikan
melakukan penginderaan terhadap suatu tinggi (Asmadi, 2010). Pendidikan
keperawatan mempunyai pengaruh besar atau memelihara. Perawat adalah profesi yang
terhadap kualitas pelayanan keperawatan difokuskan pada perawatan individu, keluarga,
(Asmadi, 2010). Pendidikan yang tinggi dan masyarakat sehingga mereka dapat
dari seorang perawat akan memberi mencapai, mempertahankan, atau memulihkan
pelayanan yang optimal. kesehatan yang optimal dan kualitas hidup dari
3. Umur lahir sampai mati.
Umur berpengaruh terhadap pola fikir Cuci Tangan
seseorang dan pola fikir berpengaruh Kebersihan tangan (cuci tangan)
terhadap perilaku seseorang. Umur merupakan suatu prosedur tindakan
seseorang secara garis besar menjadi membersihkan tangan dengan menggunakan
indikator dalam setiap mengambil sabun/antiseptik dibawah air mengalir atau
keputusan yang mengacu pada setiap dengan menggunakan handrub yang bertujuan
pengalamannya, dengan semakin banyak untuk menghilangkan kotoran dari kulit secara
umur maka dalam menerima sebuah mekanis dan mengurangi jumlah
instruksi dan dalam melaksanaan suatu mikroorganisme sementara. Persatuan
prosedur akan semakin bertanggungjawab Pengendalian Infeksi Indonesia (Perdalin, 2010).
dan berpengalaman.Semakin cukup umur Menurut Sumurti (2008), cuci tangan dilakukan
seseorang akan semakin matang dalam bertujuan untuk mengangkat mikroorganisme
berfikir dan bertindak (Evin, 2009). yang ada di tangan, mencegah infeksi silang
4. Masa Kerja (cross infection), menjaga kondisi steril,
Menurut Balai Pustaka Departemen melindungi diri dan pasien dari infeksi dan
Pendidikan dan Kebudayaan 1991 masa memberikan perasaan segar dan bersih. Prosedur
kerja adalah (lama kerja) adalah merupakan cuci tangan dilakukan sebelum dan sesudah
pengalaman individu yang akan kontak dengan pasien.
menentukan pertumbuhan dalam pekerjaan Selain mencuci tangan dengan
dan jabatan. Kreitner dan Kinichi (2004) menggunakan sabun anti septik di bawah air
menyatakan bahwa masa kerja yang lama mengalir, cuci tangan juga dapat dilakukan
akan cenderung membuat seseorang betah dengan memakai handrub berbasis alkohol.
dalam sebuah organisasi hal ini disebabkan Waktu untuk menggunakan handrub antiseptik
karena telah beradaptasi dengan lingkungan adalah kondisi emergency dimana fasilitas cuci
yang cukup lama sehingga akan merasa tangan sulit dijangkau, fasilitas cuci tangan
nyaman dalam pekerjaannya. Semakin lama inadequat, saat ronde di ruangan yang
seseorang bekerja maka tingkat prestasi memerlukan desinfeksi tangan dan bukan
akan semakin tinggi, prestasi yang tinggi di pengganti cuci tangan bedah.
dapat dari perilaku yang baik.
Kepatuhan Rumah sakit
Kepatuhan didefinisikan sebagai Menurut WHO rumah sakit adalah
kesetiaan, ketaatan atau loyalitas. Kepatuhan bagian integral dari suatu organisasi sosial dan
yang dimaksud disini adalah ketaatan dalam kesehatan dengan fungsi menyediakan
pelaksanaan prosedur cuci tangan sebelum dan pelayanan paripurna (komprehensif),
sesudah kontak dengan pasien. Menurut Smet penyembuhan penyakit (kuratif) dan pencegahan
kepatuhan adalah tingkat seseorang penyakit (preventif) kepada masyarakat. Rumah
melaksanakan suatu cara atau berperilaku sesuai sakit juga merupakan pusat pelatihan bagi
dengan apa yang disarankan atau dibebankan tenaga kesehatan dan pusat penelitian medik.
kepadanya. Dalam hal ini perawat disarankan Berdasarkan undang-undang No. 44 Tahun 2009
untuk selalu melakukan prosedur cuci tangan tentang rumah sakit, yang dimaksudkan dengan
pada setiap sebelum dan sesudah kontak dengan rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan
pasien. yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan
Perawat perorangan secara paripurna yang menyediakan
Perawat atau Nurse berasal dari bahasa pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat
latin yaitu dari kata Nutrix yang berarti merawat darurat.
Perilaku cuci tangan petugas kesehatan dengan tingkat kepatuhan perawat melakukan
Perilaku adalah tindakan atau aktifitas cuci tangan di Rumah Sakit Columbia Asia
dari manusia itu sendiri yang mempunyai Medan, untuk menggambarkan hubungan lama
bentangan yang sangat luas antara lain berjalan, bekerja perawat dengan tingkat kepatuhan
berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, perawat melakukan cuci tangan di Rumah Sakit
menulis, membaca dan sebagainya. Dari uraian Columbia Asia Medan, untuk menggambarkan
diatas dapat disimpulkan bahwa perilaku tingkat kepatuhan perawat melakukan cuci
manusia adalah semua kegiatan atau aktifitas tangan di Rumah Sakit Columbia Asia Medan.
manusia, baik yang diamati langsung maupun
yangtidak diamati oleh pihak luar (Notoadmojo, Manfaat Penelitian
2003). Untuk menambah pengalaman melakukan
Menurut teori Green dalam Notoadmojo penelitian dan untuk mengetahui lebih dalam
(2003) menganalisis perilaku manusia dari tentang prosedur cuci tangan, sebagai gambaran
tingkat kesehatan dimana kesehatan seseorang nyata yang dapat dimanfaatkan untuk evaluasi
atau masyarakat dipengaruhi oleh 2 faktor pokok keefektifan program program pencegahan
yaitu faktor perilaku (Behavior Causes) dan infeksi nosokomial rumah sakit khususnya
faktor diluar perilaku (Non Behavior Causes). tentang kepatuhan perawat melakukan prosedur
Selanjutnya perilaku itu sendiri ditentukan atau cuci tangan, sebagai bahan referensi untuk
terbentuk dari 3 faktor, yaitu faktor-faktor peneliti selanjutnya terutama penelitian
predisposisi (Predisposing factors) yang mengenai pengendalian dan pencegahan infeksi
terwujud dalam pengetahuan, sikap, nosokomial atau penelitian kepatuhan
kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai. Kemudian melakukan cuci tangan.
faktor-faktor pendukung (Enabling Factors)
yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia Desain Penelitian
atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau Penelitian ini merupakan penelitian
saran-sarana kesehatan misalnya fasilitas untuk Deskriptif Korelasi yaitu penelitian yang
cuci tangan ; dan faktor-faktor pendorong dilakukan untuk mengetahui gambaran
(reinforcing factors) yang terwujud dalam sikap hubungan 2 variabel penelitian yaitu antara
dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain variabel independen (bebas) karakteristik
yang merupakan kelompok referensi dari perawat (pengetahuan, pendidikan, umur, masa
perilaku masyarakat. kerja) dengan variabel dependen (terikat)
Perubahan perilaku individu baru kepatuhan perawat melakukan cuci tangan.
menjadi dapat optimal jika perubahan tersebut Pendekatan yang digunakan adalah
terjadi melalui proses internalisasi dimana belah lintang (cross sectional) karena
perilaku yang baru itu dianggap bernilai positif pengukuran data penelitian dilakukan saat
bagi individu itu sendiri dan diintegrasikan bersamaan/sesaat. tempat penelitian dilakukan di
dengan nilai-nilai lain dari hidupnya. Rumah Sakit Columbia Asia Medan. Alasan
peneliti memilih lokasi ini adalah karena belum
Tujuan Penelitian pernah dilakukan penelitian tentang hubungan
Adapun tujuan penelitian adalah untuk karakteristik perawat dengan tingkat kepatuhan
mengetahui hubungan karakteristik perawat perawat melakukan cuci tangan di Rumah Sakit
dengan tingkat kepatuhan perawat melakukan Columbia Asia Medan.
cuci tangan di Rumah sakit Columbia Asia Populasi dalam penelitian ini adalah
Medan, untuk menggambarkan hubungan seluruh perawat di Rumah Sakit Columbia Asia
pengetahuan perawat dengan tingkat kepatuhan Medan, dengan jumlah 280 orang. Sampel pada
perawat melakukan cuci tangan di Rumah Sakit penelitian ini adalah Probability sampling
Columbia Asia Medan, untuk menggambarkan dengan besar sample 84 orang.
hubungan tingkat pendidikan perawat dengan
tingkat kepatuhan perawat melakukan cuci
tangan di Rumah sakit Columbia Asia Medan,
untuk menggambarkan hubungan umur perawat
Hasil Penelitian Distribusi responden berdasarkan lama
Distribusi responden berdasarkan tingkat bekerja perawat di Rumah Sakit Columbia
pengetahuan tentang cuci tangan di Rumah Asia Medan
Sakit Columbia Asia Medan Lama Persentase
Frekuensi
Tingkat Bekerja (%)
Pengetahuan Persentase < 5 tahun 45 53,57
Frekuensi
tentang cuci (%) 20 23,81
5 – 10 tahun
tangan
> 10 tahun 19 22,62
Baik 80 95,24
Sedang 3 3,57 Total (n) 84 100,00
Buruk 1 1,19
Berdasarkan Tabel di atas, diketahui
Total (n) 84 100,00 bahwa mayoritas responden mempunyai masa
kerja < 5 tahun (53,57%), disusul dengan masa
Berdasarkan Tabel di atas, diketahui kerja 5 – 10 tahun (23,81%) dan masa kerja > 10
bahwa mayoritas responden mempunyai tahun (22,62%).
pengetahuan yang baik tentang cuci tangan
(95,24%), disusul dengan pengetahuan sedang Distribusi responden berdasarkan tingkat
(3,57%) dan pengetahuan buruk (1,19%). kepatuhan perawat
Distribusi responden berdasarkan tingkat melakukan cuci tangan di Rumah Sakit
pendidikan perawat di Rumah Sakit Columbia Asia Medan
Columbia Asia Medan Tingkat Frekuensi Persentase
Tingkat Persentase Kepatuhan (%)
Frekuensi
Pendidikan (%) Patuh 61 72,61
D3 (Diploma) 74 88,10 Tidak 23 27,38
S1 (Sarjana) 10 11,90 patuh
Total (n) 84 100,00 Total (n) 84 100

Berdasarkan Tabel di atas, diketahui Berdasarkan Tabel di atas, diketahui


bahwa mayoritas responden berpendidikan bahwa mayoritas responden patuh melakukan
Diploma (88,10%), disusul dengan Sarjana cuci tangan (72,61%) dan yang tidak patuh
Keperawatan (11,90%). (27,38%).

Distribusi responden berdasarkan umur Distribusi tabulasi silang tingkat


perawat di Rumah Sakit Columbia Asia pengetahuan perawat tentang cuci tangan
Medan dengan tingkat kepatuhan perawat
Persentase melakukan cuci tangan di Rumah Sakit
Umur Frekuensi
(%) Columbia Asia Medan.
< 25 tahun 20 23,81
Tingkat Kepatuhan
25 – 35 tahun 40 47,62
Tingk Perawat Melakukan
> 35 tahun 24 28,57 Cuci Tangan
at
Total (n) 84 100,00 F Pr
Penge
Tidak r st
tahua Patuh
Berdasarkan Tabel di atas, diketahui Patuh e (%
n
bahwa mayoritas responden berumur 25 – 35 F k )
Pera
tahun (47,62%), disusul dengan umur > 35 tahun
wat Fre Prst r Prst
(28,57%) dan yang berumur < 25 tahun k (%) e (%)
(23,81%). k
73,7 2 26,2 8 95, Distribusi tabulasi silang umur perawat
Baik 59
5 1 5 0 24 dengan tingkat kepatuhan perawat
Sedan 66,6 33,3 3,5 melakukan cuci tangan di Rumah Sakit
2 1 3
g 7 3 7 Columbia Asia Medan
100, 1,1 Um Tingkat Kepatuhan
Buruk 0 - 1 1 Perawat Melakukan
00 9 ur
Jumla 72,6 2 27,3 8 10 Per Cuci Tangan
61 Tidak Prs
h 2 3 8 4 0 awa Patuh Fre
Patuh t
t k
(%)
Berdasarkan Tabel di atas, diketahui (Ta Prs
Fr Fr Prst
bahwa perawat dengan tingkat pengetahuan hun t
ek ek (%)
baik mempunyai tingkat kepatuhan paling ) (%)
tinggi (73,75%), disusul dengan tingkat < 25 15 75, 5 25,0 20 23,
pengetahuan sedang (66,67%) dan tingkat 00 0 81
pengetahuan buruk (0%). 25 – 32 80, 8 20,0 40 47,
35 00 0 62
Distribusi tabulasi silang tingkat > 35 14 58, 10 41,6 24 28,
pendidikan perawat dengan tingkat 33 7 57
kepatuhan perawat melakukan cuci Jum 61 72, 23 27,3 84 100
tangan di Rumah Sakit Columbia Asia lah 62 8
Medan.
Tingkat Kepatuhan Berdasarkan Tabel di atas, diketahui
Perawat Melakukan bahwa perawat yang berumur antara 25 tahun –
Tingkat 35 tahun menunjukkan persentase tingkat
Cuci Tangan
Pendidi Pr kepatuhan yang paling tinggi (80,00%) disusul
Tidak Fr
kan Patuh st dengan perawat yang berumur < 25 tahun
Patuh ek
Perawa % (75,00%) dan perawat yang berumur > 35 tahun
Prs Prs (58,33%).
t Fr Fre
t t
ek k
% % Distribusi tabulasi silang lama bekerja
D3 54 72, 20 27, 74 0,8 perawat dengan tingkat kepatuhan
(Diplom 97 03 8 perawat melakukan cuci tangan di
a) Rumah Sakit Columbia Asia Medan.
S1 7 70, 3 30, 10 0,1 Tingkat Kepatuhan
(Sarjana 00 00 2 Lama
Perawat Melakukan
) Beker
Cuci Tangan
Jumlah 61 72, 23 27, 84 10 ja Prs
Tidak Fre
62 38 0 Pera Patuh t
Patuh k
wat (%)
Prs Prs
(Tahu Fre Fre
Berdasarkan Tabel di atas, diketahui t t
n) k k
bahwa perawat dengan tingkat pendidikan (%) (%)
D3 mempunyai tingkat kepatuhan yang 77, 22, 53,
<5 35 10 45
paling tinggi (72,97%) disusul dengan 78 22 57
perawat dengan tingkat pendidikan S1 70, 30, 23,
5 – 10 14 6 20
(70,00%). 00 00 81
63, 36, 22,
> 10 12 7 19
16 84 62
Jumla 72, 27, sebagaimana profesi lain yang berkembang.
61 23 84 100 Rendahnya pendidikan perawat dapat menjadi
h 62 38
rendahnya pelayanan keperawatan dan daya
saing perawat tersebut dengan perawat asing
Berdasarkan Tabel di atas, diketahui (Suara Merdeka Semarang, 2007).
bahwa perawat dengan lama bekerja kurang dari Di sisi lain International Council of
5 tahun mempunyai tingkat kepatuhan yang Nursing (ICN) menuntut seorang perawat yang
paling tinggi (77,78%), disusul dengan perawat akan memberikan pelayanan harus melalui
dengan lama bekerja 5 tahun – 10 tahun sertifikasi dan uji kompetensi untuk memperoleh
(70,00%) dan perawat yang bekerja lebih dari 10 Register Nurse (RN). Untuk uji RN seseorang
tahun (63,16%). harus menyelesaikan pendidikan Ners dengan
demikian dengan internasional standar
Pembahasan pendidikan dasar perawat harus berpendidikan
Karakteristik Perawat di Rumah Sakit Ners. Demikian juga dengan regulasi perawat di
Columbia Asia Medan, pengetahuan Tentang dalam negeri banyak perawat asing yang akan
Cuci Tangan masuk ke Indonesia, yang memiliki standar
Berdasarkan hasil penelitian kompetensi yang tinggi. Bila kita tidak
menunjukkan bahwa sebagian besar (95,23%) mengantisipasinya maka kehadiran mereka akan
perawat mempunyai pengetahuan yang baik menjadi ancaman bagi perawat-perawat
tentang cuci tangan. Pengetahuan adalah hasil Indonesia (Edi Warianto, 2007). Untuk itu
tau yang terjadi setelah seseorang melakukan dituntut kesadaran dari perawat Rumah Sakit
penginderaan terhadap sesuatu objek tertentu. Columbia Asia Medan untuk memikirkan tindak
Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh lanjut pendididikannya agar eksistensi mereka
melalaui mata dan telinga (Notoadmojo, 2007). dalam pelayanan keperawatan di era globalisasi
Pengetahuan adalah informasi atau maklumat saat ini dapat dipertahankan dan ditingkatkan.
yang diketahui atau disadari seseorang. Manajemen rumah sakit juga diharapkan
Beberapa faktor yang mempengaruhi memberikan perhatian dan dukungan bagi
pengetahuan antara lain pendidikan, media, perawat-perawat yang ingin meningkatkan taraf
informasi. Pendidikan adalah sebuah pendidikannya.
pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau
kelompok dan juga usaha mendewasakan Umur
manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan Hasil penelitian menunjukkan bahwa
untuk tujuan mencerdaskan. Media secara mayoritas perawat di Rumah Sakit Columbia
khusus didesain untuk mencapai masyarakat Asia Medan berada direntang usia antara 25
yang luas, informasi sebagai transfer tahun sampai dengan 35 tahun (47,61%). Hal ini
pengetahuan. menunjukkan bahwa perawat di Rumah Sakit
Columbia Asia Medan berada pada rentang
Pendidikan umur dewasa muda, menurut Peaget dalam
Berdasarkan hasil penelitian Anwar (2007), pada usia dewasa muda
menunjukkan bawah tingkat pendidikan perawat seseorang lebih fleksibel, terbuka dan sangat
di Rumah Sakit Columbia Asia Medan adaptif.
mayoritas diploma tiga (88,09%) dan hanya Rumah Sakit Columbia Asia Medan
sedikit (11,91%) yang berpendidikan sarjana untuk mendukung pengembangan rumah sakit
keperawatan, boleh dikatakan bahwa perawat khususnya di pelayanan keperawatan, dimana
Rumah Sakit Columbia Asia Medan masih sumber daya manusianya berada pada posisi
berpendidikan vocasional dan hanya sebagian yang sangat memungkinkan untuk diajak
kecil yang spesialis (ners). Pada saat ini dasar bersama-sama meningkatkan kualitas pelayanan
penataan pendidikan perawat adalah menuju khususnya pelayanan keperawatan. Tetapi tidak
tatanan profesionalisme dan globalisai. boleh dipungkiri bahwa pada usia ini loyalitas
Profesionalisme menuntut perawat harus seseorang itu masih tertuju pada diri sendiri, hal
menyelesaikan pendidikan akademik dan profesi ini dapat dipahami karena, tenaga kerja pada
usia ini masih terdorong kuat untuk tangan di Rumah Sakit Columbia Asia Medan
memantapkan keberadaannya kalau perlu pindah adalah 72,61% bila disesuaikan dengan kategori
dari satu organisai ke organisasi lain atau bahkan tingkat kepatuhan perawat melakukan cuci
juga pindah dari satu profesi ke profesi lain tangan oleh Perdalin (2010) maka kategori
(Nitisenuto, 1991). Untuk itu, menajemen harus tingkat kepatuhan perawat melakukan cuci
jeli melihat situasi ini agar mereka dapat tangan di Rumah Sakit Columbia Asia Medan
mempertahankan karyawan terbaiknya. adalah kepatuhan minimal (<75%) tetapi bila
dibandingkan dengan tingkat kepatuhan perawat
Masa Kerja melakukan cuci tangan di Amerika Serikat
Berdasarkan hasil penelitian (50%) dan Australia (65%) dan juga di Rumah
menunjukkan bahwa mayoritas perawat Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta (65%),
Sakit Columbia Asia Medan mempunyai masa tingkat kepatuhan perawat melakukan cuci
kerja kurang dari lima tahun (53,57%). Biasanya tangan di Rumah Sakit Columbia Asia sudah
lama masa kerja digunakan untuk mengukur lebih baik.
loyalitas seorang karyawan, semakin lama masa
kerja maka semakin loyallah karyawan tersebut
terhadap perusahaannya. Begitu pentingnya Pengetahuan Perawat Tentang Cuci Tangan
loyalitas sehingga perusahaan merasa perlu Dengan Tingkat Kepatuhan Perawat
menyusun berbagai kebijakan “rewarding” Melakukan Cuci Tangan Di Rumah Sakit
dengan memasukkan faktor lama bekerja, Colombia Medan
misalnya penganugerahan penghargaan kepada Hasil penelitian menunjukkan bahwa
karyawan yang telah bekerja sekian tahun, perawat dengan tingkat pengetahuan yang baik
mendapatkan cuti tambahana pada karyawan tentang cuci tangan mempunyai kepatuhan yang
yang sudah bekerja sekian tahun dan lain-lain. lebih tinggi (73,75%) untuk melakukan prosedur
Loyal adalah patuh, setia (Purwodarminta, cuci tangan. Sesuai dengan Notoadmojo (2007)
2002). dimana perilaku yang didasarkan pengetahuan
Dengan mendapatkan loyalitas dari akan lebih langgeng daripada perilaku yang
karyawannya sebuah perusahaan merasa benar- tidak didasari oleh pengetahuan. Sehingga pada
benar memiliki karyawan yang siap tempur demi keadaan ini, perawat-perawat yang mempunyai
kepentingan usahanya, demikian juga bila tingkat pengetahuan yang baik tentang cuci
seorang karyawan yakin telah memberikan tangan menunjukkan kepatuhannya melakukan
loyalitas, dia tak perlu khawatir kehilangan cuci tangan.
pekerjaannya. Tetapi tidak sedikit perusahaan
menganggap bahwa loyalitas adalah hal kedua Tingkat Pendidikan Perawat Dengan Tingkat
yang diharapkan dari seorang karyawan setelah Kepatuhan Perawat Melakukan Cuci Tangan
profesionalisme. Pada keadaan ini dapat Hasil penelitian menunjukkan bahwa
dikatakan bahwa perawat Rumah Sakit tingkat kepatuhan perawat yang paling tinggi
Columbia Asia Medan belum menunjukkan adalah pada perawat yang berpendidikan
loyalitas yang tinggi terhadap rumah sakit Diploma 3 (72,97%). Berbanding terbalik
dimana pada hasil penelitian ini menunjukkan dengan Asmadi (2007) dimana pendidikan
lebih banyak karyawan baru daripada karyawan berpengaruh dengan pola fikir individu
yang telah lama bekerja. Hal ini dapat menjai sedangkan pola fikir berpengaruh terhadap
pertimbangan manajemen untuk meninjau perilaku seseorang, pada keadaan ini perawat
kembali beberapa kebijaksanaan terkait loyalitas yang berpendidikan diploma tiga malah lebih
karyawan. patuh dari perawat yang berpendidikan sarjana.
Hal ini sangat disayangkan, dimana seseorang
Tingkat Kepatuhan Perawat Malakukan yang berpendidikan lebih tinggi tidak patuh
Cuci Tangan di Rumah Sakit Columbia Asia melakukan prosedur cuci tangan. Mengapa hal
Medan ini bisa terjadi, apakah mungkin tidak ada
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemauan atau kesadaran untuk melakukannya.
tingkat kepatuhan perawat melakukan cuci Kemauan adalah dorongan dasar dari dalam diri
yang lebih tinggi daripada insting, refleks, kedepannya dapat diketahui apa sebenarnya akar
automatisme, nafsu keinginan, kebiasaan, masalahnya sehingga dapat dicari solusi untuk
kecenderungan dan hawa nafsu. Kemauan mengatasinya dengan harapan perawat-perawat
adalah dorongan dari alam sadar berdasarkan tersebut bisa termotivasi kembali untuk selalu
pertimbangan fikir dan perasaan serta seluruh bekerja sesuai standart termasuk termotivasi
pribadi seseorang yang menimbulkan kegiatan untuk selalu melakukan prosedur cuci tangan
yang terarah pada tercapainya tujuan tertentu sesuai dengan standart.
yang berhubungan dengan kebutuhan hidup
pribadinya (Prawira, 2010). Hal inilah yang Lama Bekerja Perawat Dengan Tingkat
mungkin yang kurang dimiliki oleh perawat- Kepatuhan Perawat Melakukan Cuci Tangan
perawat tersebut. Walaupun tingkat Hasil penelitian menunjukkan bahwa,
pengetahuannya baik oleh karena tingkat perawat dengan masa kerja kurang dari lima
pendidikan yang tinggi, tetapi apabila tidak ada tahun memiliki tingkat kepatuhan yang paling
kemauan mereka tidak akan patuh melakukan tinggi (77,78%), berbanding terbalik dengan
prosedur cuci tangan tersebut. Gibson (1997), semakin lama seseorang bekerja
tingkat prestasi semakin tinggi, prestasi yang
Umur Perawat Dengan Tingkat Kepatuhan tinggi berasal dari perilaku yang baik dalam hal
Perawat Melakukan Cuci Tangan ini perilaku yang baik untuk melakukan
Hasil penelitian menunjukkan tingkat prosedur cuci tangan. Pada penelitian ini
kepatuhan paling tinggi adalah pada perawat perawat yang masa kerjanya kurang dari lima
berusia antara 25 tahun sampai 35 tahun tahun malah lebih patuh daripara perawat yang
(80,00%). Sesuai dengan Peaget dalam Anwar masa kerjanya lebih dari 10 tahun. Hal ini sangat
(2007) yang menyatakan bahwa seseorang pada disayangkan, dimana sebenarnya seseorang yang
usia ini lebih adaptif sehingga dalam melakukan sudah lama bekerja diharapkan akan lebih
suatu prosedur lebih cepat tanggap dan memahami pekerjaannya termasuk efek-efek
melakukannya dengan benar. Berbanding dari pekerjaannya tersebut.
terbalik dengan Stephen (2001) yang
menyatakan bahwa seseorang yang lebih muda Hubungan Karakteristik Perawat Dengan
cenderung mempunyai fisik yang kuat dan dapat Tingkat Kepatuhan Perawat melakukan Cuci
bekerja keras tetapi dalam bekerja kurang Tangan Di Rumah Sakit Columbia Asia
disiplin dan kurang bertanggung jawab. Tetapi Medan
pada penelitian ini perawat dengan umur yang Uji korelasi bertujuan untuk menguji
lebih muda malah lebih patuh melakukan hubungan antara dua variabel dan tidak
prosedur cuci tangan dari pada perawat yang menunjukkan fungsional (berhubungan bukan
lebih tua. berarti disebabkan). Nugroho (2005). Hasil
Kepatuhan paling rendah berada pada analisa statistik dalam penelitian ini adalah
umur > 35 tahun (58,33%) berbanding terbalik karakteristik perawat dengan tingkat kepatuhan
dengan Stephen (2001) yang menyatakan bahwa perawat melakukan cuci tangan menunjukkan
kualitas positif yang ada pada seseorang yang adanya hubungan yang bermakna. Sesuai
berumur lebih tua meliputi pengalaman, dengan penelitian yang dilakukan oleh Arfianti
pertimbangan, etika kerja yang kuat dan (2010) yang menyatakan bahwa ada hubungan
komitmen terhadap mutu (dalam hal ini yang bermakna antara tingkat pengetahuan
komitmen untuk selalu melakukan cuci tangan tentang cuci tangan dengan tingkat kepatuhan
sesuai dengan standart). Pada penelitian ini perawat melakukan cuci tangan dan juga sesuai
malah perawat-perawat yang lebih tua yang dengan penelitian yang dilakukan oleh Sulastri
lebih tidak patuh. Mengapa hal ini bisa terjadi? (2010) yang menyatakan bahwa ada hubungan
Apakah etika kerja dan komitmen para perawat yang bermakna antara pengetahuan dan lama
yang berusia dewasa (lebih tua) sudah menurun bekerja dengan tingkat kepatuhan perawat
atau bahkan hilang. Hal ini mungkin menjadi melakukan cuci tangan, dan pengetahuan dan
suatu kajian yang penting bagi manajemen lama bekerja merupakan variabel yang paling
Rumah Sakit Columbia Asia Medan sehingga
menentukan kepatuhan dalam melakukan cuci globalisasi saat ini dapat
tangan. dipertahankan dan ditingkatkan.
Nurbaiti (2007) mengemukakan 4. Manajemen Rumah Sakit Columbia
kepatuhan dapat di pengaruhi oleh faktor Asia Medan harus memberi perhatian
internal dan faktor external seperti usia, khusus kepada perawat-perawat yang
pendidikan, pengetahuan dan masa kerja masa kerjanya lebih dari 10 tahun,
didukung oleh Notoadmodjo yang untuk mengetahui kemungkinan
mengemukakan bahwa faktor yang adanya rasa jenuh pada perawat-
mempengaruhi kepatuhan adalah pendidikan, perawat tersebut sehingga dapat
usia, dan motivasi. dicari jalan keluar agar perawat-
Dari semua pendapat para ahli jelas perawat tersebut termotivasi kembali
terlihat bahwa memang benar karakteristik dan tetap semangat bekerja sehingga
perawat berhubungan dengan tingkat kepatuhan kualitas pelayanan keperawatan dapat
perawat tersebut dalam melakukan cuci tangan. dipertahankan dan ditingkatkan.
5. Bagi perawat-perawat yang
KESIMPULAN DAN SARAN berpendidikan Sarjana tetapi tidak
Kesimpulan patuh melakukan cuci tangan harus
1. Hipotesa Penelitian terjawab ada merubah sikapnya sehingga dapat
hubungan yang bermakna antara menjadi pola anutan bagi perawat-
karakteristik perawat (pengetahuan, perawat seluruhnya, khususnya bagi
pendidikan, umur, lama bekerja) perawat-perawat yang masih
dengan tingkat kepatuhan perawat berpendidikan D3.
melakukan cuci tangan di Rumah 6. Kepada peneliti selanjutnya mungkin
Sakit Columbia Asia Medan. dapat melakukan penelitian tentang
2. Tingkat kepatuhan perawat kepatuhan melakukan cuci tangan
melakukan cuci tangan di Rumah bukan hanya perawat tetapi
Sakit Columbia Asia Medan kepatuhan melakukan cuci tangan
termasuk dalam kategori kepatuhan oleh petugas kesehatan lainnya,
minimal. misalnya dokter, analis, fisioterapis,
Saran housekeeping dan lain-lain, dan juga
1. Rumah Sakit Columbia Asia Medan penelitian tentang pengaruh
harus melakukan evaluasi kembali pelaksanaan prosedur cuci tangan
tentang keefektifan program terhadap pencegahan infeksi
pencegahan infeksi nusokomial nosokomial.
rumah sakit khususnya tentang
kepatuhan perawat melakukan cuci
tangan untuk meningkatkan DAFTAR PUSTAKA
kepatuhan perawat melakukan cuci
tangan di Rumah Sakit Columbia Anwar, Teori Perkembangan Kognitif, 2007,
Asia Medan yang masih dalam Jakarta : EGC.
kategori minimal. Arfianti, Abstrak,www.google.com, 2010,
2. Kepada seluruh perawat harus Semarang.
meningkatkan kesadarannya untuk Arikunto, S. Prosedur Penelitian Suatu
selalu bekerja sesuai dengan standart Pendekatan Praktek, 2006, Jakarta :
terutama standart dalam melakukan Rineka Cipta.
prosedur cuci tangan. Darmadi, Infeksi Nosokomial Problematika dan
3. Bagi perawat-perawat yang masih Pengendaliannya, 2008, Jakarta :
berpendidikan D3 harus memikirkan Salemba Medika.
tindak lanjut pendidikannya kearah Etri, Abstrak, www.google.com, 2010,
yang lebih tinggi agar eksistensi Jogjakarta.
dalam pelayanan keperawatan di era
Fijrijanto, Data Menurut Skala Pengukuran,
www.google.com, 2010 Jakarta.
Ismani, Nila, Etika Keperawatan, 2001, Jakarta
: EGC.
Kasjono, Yasril, Tehnik Sampling untuk
Penelitian Kesehatan, 2009, Jakarta :
Graha Ilmu.
Mardalis. 2009. Metode Penelitian. Jakarta:
Bumi Aksara.
Niven Neil, Psikologi Kesehatan Pengantar
untuk Perawat dan Profesional
Kesehatan Lain, 2002, Jakarta : EGC.
Notoatmodjo, Prof. Dr. Soekidjo, Pendidikan
dan Perilaku Kesehatan, Ed.2003.
Notoatmodjo, Prof. Dr. Soekidjo, Metode
Penelitian Kesehatan, 2005, Jakarta :
Rineka Cipta.
Notoatmodjo, Prof. Dr. Soekidjo, Kesehatan
Masyarakat Ilmu dan Seni, Ed.2007.
PERDALIN, Handout Pengendalian Infeksi
Nosokomial, 2010, Jakarta.
Setiadi, Konsep dan Penulisan Riset
Keperawatan, 2007, Jakarta :Graha
Ilmu.
Suharsimi, Arikunto. Prosedur Penelitian (Suatu
Pendekatan Praktik), 2006, Jakarta:
Rineka Cipta.

Sukardi. Metodologi Penelitian Pendidikan,


2010. Jakarta: Bumi Aksara.

Sulastri, Abstrak, www.google.com, 2010.


Jakarta.
Tunggal, HS, Undang- undang Kesehatan dan
Rumah Sakit, Jakarta: Rineka Cipta.
Wasis, Ns, Pedoman Riset Praktis untuk Profesi
Perawat, 2008, Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai