Anda di halaman 1dari 23

Mata Kuliah - Pengaman Tenaga Listrik I

SISTEM PER UNIT

Dalam dunia kelistrikan dikenal bermacam-macam besaran atau satuan, misalnya:


1. Untuk menyatakan tegangan : V, kV
2. Untuk menyatakan daya : W, kW, MW, VA, kVA, MVA
3. Untuk menyatakan arus : A, kA
4. Untuk menyatakan resistansi / impedansi : ohm (  )

Pada kenyataannya didalam suatu sistem tenaga listrik didapatkan harga besaran-
besaran di atas dalam kondisi-kondisi yang berlainan, ada yang dalam besaran kiloVolt
tetapi juga ada yang dalam besaran Volt untuk satuan tegangan, kilo Ampere tetapi juga
ada dalam besaran Ampere untuk satuan Arus ataupun harga-harga impedansi dalam
besaran persen yang didasarkan ( mempunyai dasar ) masing-masing peralatan.
Pada kondisi seperti di atas, ditemui kesulitan dalam mengadakan perhitungan-
perhitungan baik untuk perhitungan kondisi normal maupun kondisi gangguan sebagai
contoh untuk perhitungan arus short circuit ataupun untuk perhitungan-perhitungan yang
lain. Untuk mengatasinya, diciptakan suatu sistem yang dinamakan Sistem Per Unit,
dimana dalam sistem ini semua kuantitas harga besaran didasarkan pada suatu besaran
yang telah dipilih, sehingga harga yang didapatkan bernilai sama untuk setiap komponen
dari suatu sistem tenaga listrik .
Ada dua simbol untuk menyatakan kuantitas per unit dari suatu besaran pada peralatan /
komponen tenaga listrik, yaitu :

1. Per Unit, atau PU.


Per Unit merupakan harga perbandingan antara harga / kualitas sebenarnya
dengan suatu besaran dasar yang telah dipilih, atau bisa dinyatakan :
nilai _ sebenarnya
Harga Per Unit ( pu) =
nilai _ dasar
2. Persen ( % )
Persen adalah harga per unit dikalikan seratus atau dapat dinyatakan

nilai _ sebenarnya
Harga Persen = x100%
nilai _ dasar

M Noor Hidayat, ST, MSc - 2_PU & MODEL SISTEM Page 1 of 23


Mata Kuliah - Pengaman Tenaga Listrik I

Harga dasar (dasar) yang dipilih / ditetukan tidak perlu secara keseluruhan untuk daya,
tegangan, arus, atau impedansi, tetapi cukup ditentukan dua jenis dasar saja, misalnya
ditentukan dasar untuk daya dan tegangan saja.
Hal penting yang perlu diperhatikan dalam perhitungan per unit adalah sebagai berikut :
1. kV dasar (tegangan dasar) dan kVA dasar (daya dasar) dipilih pada suatu bagian
sistem ( hanya satu ).
2. KiloVolt dasar ( Tegangan dasar) untuk bagian-bagian lain dari sistem ditentukan
oleh angka perbandingan pada transformator, sedang kiloVoltAmpere dasar (Daya
dasar) adalah tetap untuk semua bagian sistem.
3. Untuk tiga buah transformator fasa tunggal yang dihubungkan sebagai transformator
3 fasa, maka rating tiga fasanya ditentukan dari rating fasa tunggal masing-masing
transformator. Impedansi dalam persen untuk satuan tiga fasa adalah sama dengan
impedansi dalam persen untuk masing-masing transformator.
4. Untuk sistem satu fasa dan tiga fasa berlaku istilah:
- Arus berarti arus saluran
- Tegangan berarti tegangan ke netral (L-N), tegangan saluran (L-L)
- Daya berarti daya per fasa (1  ), daya total tiga fasa (3  )
- Daya dasar; kW, MW = Daya dasar; kVA, MVA

Misalnya : ditentukan daya dasar (MVA 1  ) dan tegangan (kVL-N).


Maka: untuk dasar yang lain dapat dicari dari kedua dasar tersebut, yaitu :
Daya _ dasar ( MVA1 )
Dasar Arus (kA) =
Tegangan _ dasar (kVL  N )

Tegangan _ dasar(kVL N )
Dasar Impedansi (ohm) =
Arus _ dasar(kA )

Dasar Impedansi (ohm) =


(Tegangan _ dasar( KVL N )2
Daya _ dasar( MVA1 )

Sedangkan harga per unit dari masing-masing besaran dapat dicari dengan cara sebagai
berikut :
Nilai _ Tegangan _ sebenarnya
Per Unit Tegangan =
Nilai _ Tegangan _ dasar
Nilai _ Arus _ sebenarnya
Per Unit Arus =
Nilai _ Arus _ dasar

M Noor Hidayat, ST, MSc - 2_PU & MODEL SISTEM Page 2 of 23


Mata Kuliah - Pengaman Tenaga Listrik I

Nilai _ Im pedansi _ sebenarnya


Per Unit Impedansi =
Nilai _ Im pedansi _ dasar

M Noor Hidayat, ST, MSc - 2_PU & MODEL SISTEM Page 3 of 23


Mata Kuliah - Pengaman Tenaga Listrik I

Contoh: 1
Dari suatu sistem tiga fasa dipilih dasar 30.000 kVA, 120 kV.
- Daya dasar (3  ) = 30.000 kVA
30.000
- Daya dasar 1  = kVA = 10.000 kVA
3
- Tegangan dasar (L-L) = 120 kV
120
- Tegangan dasar (L-N) = kV = 69,2 kV
3
10.000
- Arus dasar = A = 144.5 A
69.2
69200
- Impedansi dasar = ohm = 478.89 ohm
144.5
1202
- Impedansi dasar = ohm = 480 ohm
30
Sehingga untuk daya total tiga fasa 18.000 kW, 108 kV akan diperoleh:
18.000
- Daya per fasa = kVA = 6.000 kVA
3
18.000 6.000
- Daya per unit = = = 0,6
30.000 10.000
108
- Tegangan (L-N) = kV = 62,3 kV
3
108 62,3
- Tegangan per unit = = = 0,9
120 69,2

Contoh: 2
Dipilih dasar 4,4 kV, 127 A
Maka diperoleh

4400 / 3
Impedansi dasar = ohm = 20 ohm
127
Daya dasar = 3x4400x127 kVA = 966,724 kVA

M Noor Hidayat, ST, MSc - 2_PU & MODEL SISTEM Page 4 of 23


Mata Kuliah - Pengaman Tenaga Listrik I

MENGUBAH DASAR PER UNIT

Jika daya dasar dan tegangan dasar yang ditentukan bukan daya dan tegangan
komponen itu sendiri, maka harga per unit impedansinya akan berubah. Dengan
persamaan untuk harga impedansi per unit yang baru, adalah :

2
 KV   MVABARU 
IMPEDANSI BARU PU   IMPEDANSI LAMA PU    LAMA    
 KVBARU   MVALAMA 

Harga per unit impedansi baru ini juga bisa didapat dengan merubah harga per unit
impedansi lama ke dalam besaran Ohm lebih dahulu, kemudian dengan membaginya
dengan harga dasar impedansi yang ditentukan.
Kondisi seperti di atas ( pemberian harga impedansi dalam per unit atau persen )
biasanya terdapat dalam transformator dan mesin-mesin listrik yang lain.
Harga-harga per unit atau persen impedansi yang dicantumkan oleh pabrik adalah
dengan dasar kVA dan kV rating dari peralatan itu sendiri.

Contoh: 3
X” sebesar 0,25 per unit (pu) adalah reaktansi generator dengan spesifikasi 18 kV, 500
MVA. Sebagai perhitungan dipakai dasar 20 kV, 100 MVA. Hitung X” dengan dasar baru
tersebut.
Maka akan diperoleh:
2
 18   100 
X "  0,25 x  x  = 0,0405 pu
 20   500 

atau:

 18 2 
0,25 x 
 500 
X " = 0,0405 pu
 20 2 
 
 100 

M Noor Hidayat, ST, MSc - 2_PU & MODEL SISTEM Page 5 of 23


Mata Kuliah - Pengaman Tenaga Listrik I

MODEL SISTEM
Merupakan penggambaran suatu sistem tenaga listrik dengan menggunakan lambang-
lambang yang telah disepakati bersama/standart.

Untuk menggambarkan suatu sistem tenaga listrik dapat dilakukan dengan


menggunakan:
1. Diagram Segaris
2. Diagram Impedansi
Keterangan :
1. Diagram Segaris
 diagram sistem tenaga listrik yang disederhanakan dengan menggunakan
suatu garis tunggal dan lambing standart yang menunjukkan saluran
transmisi dan peralatan-peralatan yang berhubungan.
Kegunaan :
 memberikan keterangan-keterangan yang penting tentang sistem tenaga
listrik secara ringkas.
Lambang standart yang digunakan :

 Mesin/jangkar berputar :

 Trafo daya :
 Sekering/fuse :
 Trafo arus :
 Trafo tegangan :
 Pemutus rangkaian daya :
 Hubungan segitiga :

 Hubungan bintang :
V
 Voltmeter :
A
 Ampere meter :
Pada diagram segaris, keterangan mengenai beban generator, trafo, reaktansi
bermacam-macam komponen sering digunakan.

M Noor Hidayat, ST, MSc - 2_PU & MODEL SISTEM Page 6 of 23


Mata Kuliah - Pengaman Tenaga Listrik I

Contoh diagram segaris suatu sistem tenaga listrik


1 T1 T2
3

Beban A Beban B

Rel 1 Rel 2

Keterangan :
Generator 1 ditanahkan dengan reaktor
Generator 2 ditanhkan dengan resistor
Generator 3 ditanahkan dengan reaktor
T1 : Trafo step up dihubungkan Y – Y ditanhkan
T2 : Trafo step down dihubungkan Y – Δ, ditanahkan
Sebuah saluran transmisi antara T1 dan T2
Beban A dan B dihubungkan ke rel 1 dan 2

Pada diagram segaris diatas, keterangan mengenai beban, rating generator, trafo
dan reaktansi bermacam-macam komponen sering digunakan.

300 MVA, 20 KV, 250 MVA, 20/220 KV,


X”=20 % X=20 %

250 MVA, 20/220 KV, 300 MVA, 220/20 KV,


1 3
X=10 % X=10%
G1=G2 T1 T2 G3
70 Km
2
0,6  / Km

Beban A Beban B

Rel 1 Rel 2
Gb. 4 Diagram segaris suatu sistem tenaga listrik

2. Diagram Impedansi
 diagram yang menggambarkan hubungan impedansi tiap-tiap komponen
yang terdapat pada sistem tenaga listrik.

Diagram impedansi dapat dilihat pada rangkaian ekivalen komponen sistem


tenaga listrik.

M Noor Hidayat, ST, MSc - 2_PU & MODEL SISTEM Page 7 of 23


Mata Kuliah - Pengaman Tenaga Listrik I

jXs jX1 ja 2 X2 jX
Ra R1 a 2 R2 R

+
Ef Vt V1 Rc Xm aV2 V1 aV2
-

Dengan arus pemagnetan Tanpa arus pemagnetan

Gb. 1 Rangkaian Gb. 2 Rangkaian


generator serempak ekivalen transformator

jX
Is R IR Is Z/2 Z/2

Y/2
Vs VR Z Vs V(X) VR

Saluran transmisi pendek


X
Saluran transmisi panjang

Z/2 Z/2 IR
Is Is IR
Z

Vs Vp Y VR Vs Y/2 Y/2 VR

Saluran transmisi menengah nominal T Saluran transmisi menengah nominal



Gb. 3 Rangkaian ekivalen saluran transmisi

Beban T1 Transmisi T2 Beban


G1 G2 A B G3

Gb . 5 Diagram Impedansi dan reaktansi suatu sistem tenaga listrik

Penyederhanaan Diagram Impedansi


Penyederhanaan diagram impedansi diperlukan untuk menyederhanakan
perhitungan arus gangguan hubung singkat (short circuit). Dalam hal ini, semua
beban, semua resistansi, arus magnetisasi trafo & kapasistansi saluran transmisi
DIABAIKAN.

M Noor Hidayat, ST, MSc - 2_PU & MODEL SISTEM Page 8 of 23


Mata Kuliah - Pengaman Tenaga Listrik I

T1 Transmisi T2
G1 G2 G3

Gb. 6 Penyederhanaan diagram impedansi suatu sistem tenaga listrik

Penyederhanaan ini TIDAK BERLAKU untuk STUDI ALIRAN BEBAN.

1. Generator
Xg Xg
Rg

Eg Eg

2. Motor
Rm Xm Xm

Em Em

3. Transformator
jX1 ja 2 X2
R1 a 2 R2

Rc Xm X’
V1 aV2

4. Saluran transmisi
X1 X2
R1 R2

Y XT
V1 aV2

Motor serempak :
 Selalu dimasukkan dalam perhitungan gangguan karena ggl/emf yang
dihasilkan besar pengaruhnya
Motor Induksi :

M Noor Hidayat, ST, MSc - 2_PU & MODEL SISTEM Page 9 of 23


Mata Kuliah - Pengaman Tenaga Listrik I

 Berpengaruh segera setelah terjadinya gangguan dan diabaikan dalam


perhitungan beberapa periode setelah terjadinya gangguan
Hal ini disebabkan :
 Arus yang diabaikan oleh motor induksi hilang dengan cepat setyelah
motor tersebut hubung singkat

KOMPONEN SIMETRI

Gangguan yang terjadi pada suatu sistem tenaga listrik 3 fasa sering kali
mengakibatkan ketidakseimbangan pada sistem tersebut. Keadaan tersebut tidak dapat
dianalisa dengan perhitungan-perhitungan biasa/umum, sehingga diperlukan suatu metode
khusus, yakni metode komponen simetri.
Dasar pemikiran :
Suatu sistem 3 fasa yang tidak seimbang dapat diuraikan menjadi 3 buah sistem dengan
fasor-fasor yang seimbang dari fasor-fasor aslinya. Fasor-fasor inilah yang disebut kom
ponen simetri.

Himpunan fasor-fasor seimbang dari suatu sistem 3 fasa yang tidak seimbang
adalah :
1. Komponen urutan positif
Terdiri dari 3 fasor yang sama besarnya, berbeda fasa 1200 satu terhadap yang lain
mempunyai urutan fasa yang sama dengan fasor aslinya.

Vc 1 Va 1

1200

1200 1200

Vb 1

M Noor Hidayat, ST, MSc - 2_PU & MODEL SISTEM Page 10 of 23


Mata Kuliah - Pengaman Tenaga Listrik I

2. Komponen urutan negatif


Terdiri dari 3 fasor yang sama besarnya, berbeda fasa 1200, mempunyai urutan
fasa yang berlawanan dengan fasor aslinya.

Va 2

1200

1200
Vb 2
1200

Vc 2

3. Komponen urutan nol


Terdiri dari 3 fasor yang sama besarnya dan arahnya sama.

Vc 0

Vb 0

Va 0

Bila fasor tidak seimbang dinyatakan dalam komponen simetrinya :


Va = Va 1 + Va 2 + Va 0 ........................................................................ (1-1)
Vb = Vb 1 + Vb 2 + Vb 0 ........................................................................ (1-2)
Vc = Vc 1 + Vc 2 + Vc 0 ........................................................................ (1-3)

Penjumlahan secara vektor komponen simetri untuk mendapatkan 3 fasor tidak


seimbang

M Noor Hidayat, ST, MSc - 2_PU & MODEL SISTEM Page 11 of 23


Mata Kuliah - Pengaman Tenaga Listrik I

Va 0
Va

Va 2

Vc 1
Va 1
Vc

Vc 0
Vb Vc 2

Vb 0

Vb 2 Vb 1

Gmb1

Operator–operator
1. Operator j (1 < 900)
Perkalian operator j menyebabkan perputaran 900 berlawanan arah jarum jam
j x j = j2 = 1 < 1800 = -1
2. Operator a (1 < 1200)
Perkalian operator a menyebabkan perputaran 1200 berlawanan arah jarum jam
a = 1 < 1200 = -0,5 + j 0.866
a2 = 1 < 2400 = - 0,5 – j 0,866
a3 = 1 < 3600 = 1 < 00 = 1

Komponen simetris dari fasor tidak simetris


Dari gambar 1 dan menggunakan operator a, akan diperoleh hubungan komponen simetris
dari fasor tidak simetris sebagai berikut :
Vb1 = a2.Va1 Vc1 = a.Va1
Vb2 = a.Va2 Vc2 = a2.Va2 ...................................................... (1-4)
Vb0 = Va0 Vc0 = Va0

Dengan menghubungkan persamaan (1-1) sampai dengan (1-4) maka diperoleh :


Va = Va1 + Va2 + Va0 .............................................................................. (1-5)
Vb = a2.Va1 + a.Va2 + Va0 .............................................................................. (1-6)
Vc = a.Va1 + a2.Va2 + Va0 ............................................................................... (1-7)

M Noor Hidayat, ST, MSc - 2_PU & MODEL SISTEM Page 12 of 23


Mata Kuliah - Pengaman Tenaga Listrik I

Dalam bentuk matriks :

Va  111  Va0


Vb  =  2  Va1  ........................................................................................... (1-8)
  1a a   
Vc  1aa 2  Va 2
 
111  111 
 2  1  
bila A = 1a a  , maka A-1 = 1a a 2 
3
1aa 2  1a 2 a 
   

Jika persamaan (1-8) dikalikan dengan A-1, maka diperoleh :

Va0  111  Va 


Va  = 1 1a a 2  Vb  ...................................................................................... (1-9)
 1 3    
Va2  1a 2 a  Vc 
 

Jika persamaan (1-9) kita uraikan ;


1
Va0 = (Va + Vb + Vc)
3
1
Va1 = (Va + a Vb + a2 Vc)
3
1
Va2 = (Va + a2 Vb + a Vc)
3

Dengan cara yang sama, untuk persamaan arus :


1
Ia = Ia1 + Ia2 + Ia0 Ia0 = (Ia + Ib + Ic )
3
1
Ib = a2.Ia1 + a.Ia2 + Ia0 Ia1 = (Ia + a.Ib + a2.Ic)
3
1
Ic = a.Ia1 + a2.Ia2 + Ia0 Ia2 = (Ia + a2.Ib + a.Ic )
3

M Noor Hidayat, ST, MSc - 2_PU & MODEL SISTEM Page 13 of 23


Mata Kuliah - Pengaman Tenaga Listrik I

IMPEDANSI URUTAN & JARINGAN URUTAN


Merupakan impedansi yang menyebabkan jatuh tegangan urutan pada komponen simetri
karena adanya arus yang mengalir sesuai dengan urutannya yang kemudian disebut
impedansi urutan.

3 impedansi urutan :
1. Impedansi urutan posistif, yakni impedansi suatu rangkaian, bila hanya mengalir arus
urutan positif saja.
2. Impedansi urutan negatif, yakni impedansi suatu rangkaian, bila hanya mengalir
arus urutan negatif saja.
3. Impedansi urutan nol yakni impedansi suatu rangkaian bila hanya mengalir arus
urutan nol saja.

Impedansi kumparan-kumparan sistem tenaga listrik dapat dikelompokkan :


1. jika diketahui Z saja, maka Z1 = Z2 = Z0
2. Jika diketahui Z1 & Z0, maka Z2 = Z1
3. Jika diketahui Z1, Z2 & Z0, maka Z1 ≠ Z2 ≠ Z0

Pada unsur rangkaian, pada umumnya berlaku :


1. Generator : Z1 = Z2 ≠ Z0
2. Trafo : Z1 = Z2 = Z0
3. Transmisi : Z1 = Z2 ≠ Z0

Rangkaian ekivalen fasa tunggal yang hanya terdiri dari impedansi terhadap salah satu
arus urutan saja disebut sebagai jaringan urutan atau jala-jala urutan tertentu.

3 macam jala-jala urutan :

M Noor Hidayat, ST, MSc - 2_PU & MODEL SISTEM Page 14 of 23


Mata Kuliah - Pengaman Tenaga Listrik I

1. Jala-jala urutan positif, yakni penggambaran sistem tenaga listrik dengan


memperhatikan impedansi urutan positif saja.
2. Jala-jala urutan negatif, yakni penggambaran sistem tenaga listrik dengan
memperhatikan impedansi urutan negatif saja.
3. jala-jala urutan nol, yakni penggambaran sistem tenaga listrik dengan
memperhatikan impedansi urutan nol saja.

Penggambaran jala-jala urutan/jaringan urutan


Masing-masing komponen sistem tenaga listrik yakni Generator, Transmisi, dan Beban,
serta Trafo mempunyai ketentuan-ketentuan tersendiri dalam penggambaran jala-jala
urutannya.

1. GENERATOR

Generator dapat dihubungkan , ,


Penggambaran jala-jala urutan adalah :
Jala-jala urutan posistif (untuk ketiga hubungan diatas)
Rp

-
Eg Va 1
+ Zg 1
a
Ia 1
Va 1 = Eg – Ia 1 . Zg 1

Jala-jala urutan Negatif (untuk ketiga hubungan diatas)


Rp

Va 2
Zg 2
a
Ia 2
Va 2 = -Ia 2 . Zg 2

Jala-jala urutan nol


Rp

= Zg 0

(tidak ada arus yang mengalir ke tanah)

M Noor Hidayat, ST, MSc - 2_PU & MODEL SISTEM Page 15 of 23


Mata Kuliah - Pengaman Tenaga Listrik I

Rp

= Va 0
Zg 0
a
Ia 0
Va 0 = -Ia 0 . Zg 0

Rp

=
3 Zn Va 0
Zg 0
a
Ia 0
Va 0 = -Ia 0 (3 Zn + Zg 0)

Ia 0 Arus yang mengalir pada Zn :


a
Ia 0 + Ib 0 + Ic 0
Zg 0 Karena Ia 0 = Ib 0 = Ic 0
Zn Maka I = 3 Ia 0
Jatuh tegangan pada Zn

Zg 0 Zg 0
Vzn = 3 Ia 0 . Zn
b Ib 0 = Ia 0 . 3 Zn
c
Ic 0

2. SALURAN TRANSMISI
Jala-jala urutan positif, negatif, dan nol penggambarannya sama.

Rp

Z1 / Z2 / Z3

Ia 1 / Ia 2 / Ia 0

M Noor Hidayat, ST, MSc - 2_PU & MODEL SISTEM Page 16 of 23


Mata Kuliah - Pengaman Tenaga Listrik I

3. BEBAN (MOTOR)
Jala-jala urutan positif (untuk semua hubungan kumparan)
Rp

-
Va 1
E
+ Z1
a
Ia 1
Va 1 = E – Ia 1 . Z 1

Jala-jala urutan negatif (untuk semua hubungan kumparan)


Rp

Va 2

Z2
a
Ia 2
Va 2 = -Ia 2 . Z 2

Jala-jala urutan nol, dengan hubungan kumparan :


Rp Rp

= Z0 Ia 0 = Z0

Rp Rp

= = 3 Zn
Z0 Z0

4. TRAFO
Jala-jala urutan positif & negatif (untuk semua hubungan kumparan)
Rp

Z1 / Z2

Ia 1 / Ia 2

Jala-jala urutan nol, dengan hubungan kumparan :


Rp Rp

Z0 = Z0
=

Rp Rp
= Z0 = 3 Zn Z0 3 Zn

M Noor Hidayat, ST, MSc - 2_PU & MODEL SISTEM Page 17 of 23


Mata Kuliah - Pengaman Tenaga Listrik I

Rp Rp

= =
Z0 Z0

Rp Rp
= =
Z0 Z0 3 Zn

TRANSFORMATOR TIGA KUMPARAN


Rangkaian ekivalen trafo tiga kumparan

I2
I1
+
+ V2
-
P V1 I3
+
- V3
-

Perbandingan tegangan pada trafo tiga kumparan


V1 N
= 1
V2 N2

V2 N
= 2
V3 N3

V3 N
= 3
V1 N1

Daya kompleks input total


S = V1 I1 + V2 I2 + V3 I3

M Noor Hidayat, ST, MSc - 2_PU & MODEL SISTEM Page 18 of 23


Mata Kuliah - Pengaman Tenaga Listrik I

Gambar jala-jala urutan positif & negatif


P

S
Rp

P=H
T=L
S=M

Gambar jala-jala urutan nol


1. Simbol & Jala-jala urutan nol

ZP 0

ZT 0
T

ZS 0

S
Rp

2. Simbol & Jala-jala urutan nol

P
ZP 0
T
ZT 0

P T S
ZS 0

S
Rp

M Noor Hidayat, ST, MSc - 2_PU & MODEL SISTEM Page 19 of 23


Mata Kuliah - Pengaman Tenaga Listrik I

3. Simbol & Jala-jala urutan nol

P
ZP 0

3 Zn
T
ZT 0
P T S
ZS 0

S
Rp

4. Simbol & Jala-jala urutan nol

ZP 0

ZT 0
T

P T S
3 Zn
S

Rp

M Noor Hidayat, ST, MSc - 2_PU & MODEL SISTEM Page 20 of 23


Mata Kuliah - Pengaman Tenaga Listrik I

Suatu sistem tenaga listrik sebagai berikut :


T1 T2
TR
M

M1

T3
M

M2

XL

Maka akan diperoleh :


1. Jala-jala urutan positif
Z1T1 Z1TR Z1T2

Z1P Z1T Z1XL

Z1S
Z1G Z1M1

Z1M2

+ + +
Eg EM2 EM1
- - -
Rp

2. Jala-jala urutan negatif


Z2T1 Z2TR Z2T2

Z2P Z2T Z2XL

Z2S
Z2G Z2M1

Z2M2

Rp

3. Jala-jala urutan nol


Z0T1 Z0TR Z0T2

Z0P Z0T 3Zn Z0XL


Z0M1
Z0S
ZG0

Z0M2 3Zn

Rp

M Noor Hidayat, ST, MSc - 2_PU & MODEL SISTEM Page 21 of 23


Mata Kuliah - Pengaman Tenaga Listrik I

IMPEDANSI PER UNIT DARI TRAFO TIGA KUMPARAN


Trafo 2 kumparan : rating KVA sama untuk kumparan primer dan sekunder
Trafo 3 kumparan : rating KVA dapat berbeda untuk masing-masing kumparan

Contoh :
Rating sebuah trafo tiga kumparan adalah :
Primer : dihubungkan , 66 KV, 15 MVA

Sekunder : dihubungkan , 13,2 KV, 10 MVA

Tersier : dihubungkan , 2,3 KV, 5 MVA

Pengukuran impedansi trafo 3 kumparan

ZP

ZS ZT

S
T

ZP-S = ZP + ZS …………………………………………………………….. (1)


ZP-T = ZP + ZT …………………………………………………………….. (2)
ZS-T = ZS + ZT …………………………………………………………….. (3)
Jika (1) + (2) + (3), maka :
ZP-S + ZP-T – ZS-T = (ZP + ZS) + (ZP + ZT) – (ZS + ZT)
= 2 ZP
ZP = ½ (ZP-S + ZP-T – ZS-T)
Dengan cara yang sama akan diperoleh :
ZS = ½ (ZP-S + ZS-T – ZP-T)
ZT = ½ (ZP-T + ZS-T – ZP-S)

Catatan :

Perhitungan diatas TIDAK SAMA dengan transformator -

M Noor Hidayat, ST, MSc - 2_PU & MODEL SISTEM Page 22 of 23


Mata Kuliah - Pengaman Tenaga Listrik I

P P

ZP

ZPS ZPT
ZS ZT
S
ZST
S
T T

dimana :
Z PS .Z PT
ZP =
Z PS  Z PT  Z ST

Z P .Z S  Z P .Z T  Z S .Z T
ZPS =
ZT

M Noor Hidayat, ST, MSc - 2_PU & MODEL SISTEM Page 23 of 23

Anda mungkin juga menyukai