Sistem tiga fasa yang seimbang selalu diselesaikan dalam bentuk satu fasa, melalui
penggambaran diagram satu garis. Hal tersebut dilakukan karena setiap parameter
listrik satu fasa akan selalu sama pada kedua fasa lainnya, dengan perbedaan 120°
antara satu dengan yang lainnya. Penggambaran jaringan dengan simbol-simbol
pada diagram satu garis. menjadi lebih sederhana bila dibandingkan dengan
penggunaan rangkaian ekivalen. Simbol untuk Gambar 10.1 dijelaskan pada Tabel
10. 1.
166
Saluran transmisi jarak pendek digambarkan pada diagram satu garis dengan
simbol tahanan dan induktansi yang disusun secara seri. Untuk generator sinkron
digunakan simbol impedansi dan suatu sumber tegangan. Gambar 10.2 melukiskan
keadaan sistem pada Gambar 10. 1 yang semua nilainya dinyatakan dengan
menunjuk sisi transformator yang sama.
Generator 1 dan 2: 30 MVA, 10 kV, N = 0.8fI
Motot sinkron 3 dan 4: 20 MVA, 10 kV; N = 1.1fl
p T›, T z: 3 trafo fasa tunggal: 10 MVA, 10/150 kV; Z — I.? +y 12fI dengan harga
tegangan tinggi, impedansi saluran transmisi = 2 + y20fl
Tabel 10.1
Simbol Keterangan
Mesin listrik dengan hubungan bintang
1.2lD
j5400
3& 4
Gamoar10.2
SATUAN PERHITUNGAN: SISTEM PER UNIT
VA dasar
dasar =
t’ dasar
dasar (Y dasar)'
Z dasar =
f dasar VA dasar
(1) Ubah tegangan kawat-kawat sistem tiga fasa menjadi tegangan kawat-netral
sistem satu fasa.
(2) Tentukan nilai per unit tegangan kawat-netral dan daya fasa tunggal.
(3) Lakukan analisis sistem per unit.
(4) Ubah kembali hasil analisis sistem per unit menjadi besaran asli kawat-netral
fasa tunggal, dengan mengingat bahwa nilai asli = (nilai per unit) X (nilai
dasar).
(5) Ubah hasil pada langkah 4 menjadi besaran asli tegangan kawat-kawat dan
daya tiga fasa.
168
COtttOh 1
Suatu sistem tiga fasa , mempunyai tegangan kawat ke kawat pada ujung penerimaan
V, = 19 kV dan beban tiga fasa 300 + j120 kVA. Impedansi saluran transmisi adalah
17.2 + y82.2 fl/fasa. Dengan menggunakan satuan per unit hitunglah tegangan kawat
ke kawat pada pangkal pengiriman (V,). Gunakan nilai dasar tegangan kawat ke kawat
10 kV dan nilai dasar voltampere satu fasa 90 kVA.
nilai dasar VA z,
Nilai dasar arus fasa =
nilai dasar Ut „
90 x 1(I"
— — 9.f)A
1() x U)’
(10 x l0")'
= 1.11 x I 0°fl
Tegangan pada ujung penerimaan harus diubah menjadi besaran satu fasa kawat ke
kawat. demikian pula besaran bebannya.
'-" V3 V3
Bila tegangan kawat ke netral pada penerimaan dianggap sebagai acuan, maka
tegangan dan beban per unit di ujung penerimaan dapat ditentukan:
11 x 103 a
= 1.10 @ pu
10 x 103
169
nilai asli S ø
nilai dasar YA ø
r, pm
1.20/21.80° *
= 1.09 21 8 pu
1.10/0°
17.2 + i82.?
= 0.0076 *75.2° pu
Besaran tegangan kawat ke kawat pada pangkal pengiriman kini dapat ditentukan:
lmpedansi peralatan yang biasanya dinyatakan dalam unit tegangan dan voltampe-
re nominal alat tersebut. bila hendak digabungkan ke dalam analisis sistem, semua
17tJ
nilai per unitnya perlu disesuaikan dengan nilai dasar per unit sistem. Perubahan
dari nilai dasar impedansi 1 menjadi nilai dasar impedansi 2 dapat dilakukan
sebagai berikut. Pertama ubahlah nilai dasar per unit impedansi 1 menjadi nilai
asli dalam satuan ohm-nya:
Kemudian, nilai asli Z diubah menjadi nilai dasar per unit impedansi 2:
(nilai dasar Ut)'
Zpp —— nilai asli Z /
nilai dasar VA›_
Generator tiga fasa dengan beban nominal 720 MVA, tegangan per fasa 20 kV,
mempunyai nilai dasar reaktansi 0.35 pu. Generator tersebut digabungkan dengan
suatu sistem yang mempunyai nilai dasar 100 MVA dan 13.8 kV. Hitunglah reak-
tansi generator dalam nilai dasar per unit yang baru.
= 0. 102 pu
Perlu disadari bahwa impedansi per unit suatu transforma tor mempunj ai mini j ang
sam a. dan tidak ierkait dengan salah satu sisi trafo itu. apakah ia dihitung pada sis:
tegangan rendah atau sisi teganpan tinggi. Kenyataan ini inenunjukkan keunggulan
perhitungan sistem per unit daripada perhitungan dengan nilai aeli ohm.
Contoh 3
Suatu trafo tiga fasa 220/40 0()0 V, 5 kVA, reak tansi trafo yang diukur pada sisi
tegangan rendah adalah 0. 111. Tentukan nilai per unit reaktansi trafo untuk . l-
171
tegangan tinggi dan sisi tegangan rendah. N i lai dasar impedansi ohm trafo dengan
harga tegangan rendah adalah:
(220)’
dasar VA 5 x l0’
asli J/ 220)'
0. 1/ —'
’“ clasar 2/ x 10"
5 x 10'
= 0.1 = 0.0103 pu
(220)'
4000 - (4000)'
———— = 0.1 /
220 5 x 10’
5 x 10’ = 0.0103 pu
= 0.1
(220)'
Jelas te rli hat bahwa dengan memilih harga nominal trafo sebagai nilai dasar. nilai
impedansi per unit adalah såWå p% )p„). dan tidak terikat pada sisi trafo mana
perhitungan tersebut dilakukan . Hal tersebut tetap berlaku , untu k nilai dasar lain yang
dipili h (selain nilai dasar nominal trafo) . Pe rsyaratan yang diperlukan adalah bahwa
pe rbandinean nilai dasar tegangan yang dipakai pada sisi tegangan ti nggi dan te
eandan re ndii h harus sama dengan pe rbandingan lilitan trafo.
I??
demi kian pula nilai dasar voltampere yang dipa kai harus salJ4a pada kedua sisinș a .
Contoh be rim ut íni at.an memperjelaskan card pengguna an sístem per unit untuk an
alisis , jaringa n, 'ang mempe rgunakan trafo hubungan delta (A).
Contoh 4
Dengan data peralatan yang terdiri atas generator sinkron G. trafo TI, T2, dan T3
seperti berikut:
G: 30 MVA, 11 kV. X = 17 %
T,: 30 MVA, 15/138 ( Õ /Y kV, X = 10%
T›: 3 trafo satu fasa , yang masing-masingnya:
8 MVA, 8/80 kV X = 10%
T,: 3 trafo satu fasa, ș ang masing-masingnya:
10 MVA. 9/81 kV. X = 10% ,
gambarkanlah diagram impedansi sistem termasuk beban per unitnya: gunakan
nilai dasar generator pada bagian jaringan tersebut se bagai nilai dasar sistem .
9 + /3 MVA
Gambar 10.3
Pertama-tama jaringan dibagi menjadi 3 sektor (A. B. dan C). Pada sektor A di mana
terdapat generator G, ditentukan sebagai basis perhìtungan nilai dasar: Nilai dasar
tegangan sektor A = 15 k\
Nilai dasar voltampere sektor A 30 MVA
Sektor B dihubungkan dengan sek tor A melalui trafo tiga fasa. sehingga nilai dasar
tegangan di sektor B adalah.
138 x 10'
15 x 10’ = 138 kV
15 x 103
Sektor C dihubungkan dengan sek for B melalui 3 trafo satu fasa hubungan bintang-
bintang (Y — Y). sehingga nilai dasar tegangan di sek tor C adalah:
(x 3) 8 x 10'
138 x 10' = 13.8 kV
(4’3) 80 x 10’
Sektor D dihubungkan dengan sektor B me lalui 3 trafo satu fasa hubungan delta-
bintang ( A —Y). sehingga nilai dasar tegangan di sektor D adalah:
9 x 10’
138 x 10’ — 8.85 kV
( V 3) 81 x 10
Mengingat impedansi T terletak pada basis perhitungan nilai dasar. maka nilai per
unitnya tidak perl u di ubah. namun nilai impedansi T- dan T z perlu disesuaikan
menurut nilai dasar sistem, dengan perhitungan sebagai berikut:
(v380x10' 30 x 10’
T• 0. 1 = 0.126 pu
138 x 10’ (3) 8 x 10'
380 x 10'
— 0.103 pu
138 x 10"
(9 * yfi) x 10‘
Beban sektor C — — — 0.3 + y0.1 pu
30 x 10“
Beban sektor D
30 X 10"
Semua impedansi juringan berada pada sektor B. se hingga nilai dasar impedansi di
sektor B. perlu dihitung:
Nilai dasar impedansi se ktor B
( 138 x 10")2
- 635 11
30 x 10°
Jadi: = }0142 pu
$ = J0.118 pu
J 0.024 pu
J 90
635
15
635
0.3 + j0.1
Gambar 10.4
Apabila digunakan nilai impedansi dalam ohin. semua nilai harus dinyatakan
dengan suatu referensi , yang sesuai dengan hubungan trafo tertentu. pada
sulah satu sisi rangkaian di mana referensi itu berada. Dengan cara per unit
semua nilai impedansi menjadi tidak terikat pada salah satu sisi trafo dan hans a
terikat dengan nilai dasar yang dipilih.
Di samping itu impedansi per unit dari suatu trafo tiga fasa juga tidak
dipengaruhi oleh macamnya hubungan trafo (bintang. delta, atau lainnja). h
amun demikian. kaitan antara nilai dasar tegangan pada setiap sisi trafo
tersebut akan dipengaruhi oleh macamnya hubungan trafo yang dipakai.
Contoh-contoh persoalan di atas memperlihatkan bagaimana suatu analisis
sistem menjadi sangat sederhana dengan memakai cara per unit.