ABSTRAK
ABSTRAC
AN ANALYSIS OF HIGH VOLTAGE X-RAY, It has been done an analysis of the high voltage
X-ray. The objective was to determine the characteristics and construction used as a generator.
A tools that used to generate a high voltage alternating low-frequency is a transformer. The
high voltage transformer has a secunder windings greater than a primer windings, so the
voltage that be generated can reach several hundred thousand volts (30 kV-500 kV). To be
efficient and economical, for a high voltage 100 kV is used several transformers are
constructed in series that called a cascade. The high voltage that is generated then be rectified
as a working voltage on the tube X-rays. This voltage will accelerate the movement of electrons
produced by the filament in the tube, the kinetic energy of electrons is used to strike the anode,
thus producing X-rays.
Keywords: X-rays, High Voltage, cascade, Transformer
tabung dapat bergerak cepat menuju
1. PENDAHULUAN anoda, akibatnya terjadi tumbukan tak
Tegangan tinggi (High Voltage, kenyal sempurna antara elektron
HV) yaitu suatu tegangan listrik yang dengan anoda (anoda sebagai target).
memerlukan perlakuan dan teknik-teknik Adanya tumbukan tersebut terjadilah
khusus. Batasan kapan tegangan dapat peristiwa Bremstrahlung yang
dikatakan tinggi (HV), tinggi sekali (Extra menghasilkan sinar-X. Tinggi rendahnya
High Voltage, EHV) dan sangat tinggi nilai tegangan akan memberikan
(Ultra High Voltage, UHV) dapat kemampuan daya tembus dari sinar-X,
dikategorikan sebagai berikut, yaitu: HV semakin tinggi tegangannya maka daya
dimulai dari 20-200 kV, EHV kira-kira tembus sinar-X terhadap ketebalan
mulai 220 kV dan UHV mulai 765 kV obyek semakin tinggi pula.
keatas. Untuk membangkitkan tegangan
Pada pesawat sinar-X diagnostik, tinggi bolak balik frekuensi rendah
umumnya tegangan tinggi yang diperlukan suatu komponen yaitu
digunakan antara 30 kV sampai 125 kV. transformator (trafo) yang biasanya di
Tegangan tinggi ini akan diterapkan bumikan pada salah satu ujung
antara katoda dan anoda dalam tabung lilitannya, sehingga diperoleh tegangan
sinar-X. Dengan tegangan tinggi dan keluaran yang simetris terhadap bumi.
adanya pemanasan filamen maka Dengan pertimbangnan teknis dan
elektron yang lepas dari katoda dalam ekonomis kini jarang digunakan hanya
99
PRIMA
Volume 8, Nomor 2, November 2011 ISSN : 1411-0296
100
PRIMA
Volume 8, Nomor 2, November 2011 ISSN : 1411-0296
URUTAN KERJA N1 x I1 = N2 x I2
Untuk melakukan analisis trafo Jika N1 di ambil = 180 lilitan
tegangan tinggi pada pesawat sinar-X Maka N2 = N1 x I1
maka perlu dilakukan kegiatan-kegiatan I2
antara lain : N2 = 180 x 45,5
1. Mempersiapkan alat dan bahan 0,1
yang akan dianalisa N2 = 81900 lilitan
2. Mempelajari gambar trafo tegangan Karena V1 / V2 = 220/100.000
tinggi pada pesawat sinar-X. Berarti : N1 /N2 = 1 : 460 lilitan
3. Mempelajari teori tentang trafo daya. Jadi untuk pesawat sinar-X dengan
4. Menganalisis trafo sebagai sumber daya 10 kVA, maka dibutuhkan
tegangan tinggi pada pesawat sinar- transformator dengan lilitan primer: 180
X dan lilitan sekundernya 81900.
5. Melakukan perhitungan trafo Untuk transformator 100 kV atau
tegangan tinggi. lebih diusahakan cara pengisolasian
yang ekonomis dan gradien tegangan
METODE yang seragam. Cara menggulung lilitan
Tegangan tinggi merupakan menurut Fortesque gulungan primer
sumber tegangan kerja untuk tabung letaknya terdekat pada inti sedangkan
pesawat sinar-X. Kapasitas pesawat gulungan sekundernya jauh dari inti.
sinar-X diagnostik yang akan dianalisa Secara konsentris dililitkan gulungan
adalah 10 kVA, 100 mA /100 kV. yang rendah tegangannya, kemudian
Bentuk gambar dari trafo dililitkan gulungan tegangan tinggi.
tegangan tinggi adalah sebagai berikut : Untuk mendapatkan gradien potensial
yang seragam dilekatkan bahan
I1 I2 penghantar (misalnya timah) pada
S tabung isolasi yang terletak di antara
P gulungan primer dan sekunder.
S Semakin tinggi tegangan yang
dihasilkan maka semakin tebal isolasi,
Gambar 4. Trafo HV semakin banyak material dan ruangan
101
PRIMA
Volume 8, Nomor 2, November 2011 ISSN : 1411-0296
102
PRIMA
Volume 8, Nomor 2, November 2011 ISSN : 1411-0296
103