Anda di halaman 1dari 3

Sejarah Masjid Jironah

Sejarah Haramain: Masjid Ji'ronah Makkah


Ji’ronah adalah nama sebuah perkampungan Wadi Saraf (lembah Saraf) yang di kelilingi
jajaran bukit-bukit berbatu yang tandus. Masjid Ji’ronah digunakan penduduk Makkah
sebagai tempat miqat untuk umroh. Masjid ini terletak di bagian timur laut dari kota Makkah
dan jauhnya 22-28 KM dari kota Makkah. Luasnya mencapai 1.600 M2 dan masjidnya bisa
menampung hingga 1.000 jama’ah shalat dan area parkir yang cukup luas mampu
menanpung lebih dari ratusan bis dan kendaraan kecil lainnya.
Akan banyak di temui para pedagang kaki lima keturunan Banglades atau Barmawi yang
berjualan di halaman depan masjid, berbagai macam cenderamata dan lain sebagainya
mereka dagang. Masjid ini di lengkapi dengan fasilitas kamar mandi yang cukup luas akan
tetapi di saat ramai, jamaah yang hendak mengganti pakaian dengan pakaian ihrom akan
mengantri cukup lama.
Karena Ji’ronah merupakan tanda batas haram maka di masjid inilah menjadi tempat
miqat, dimana harus memakai pakaian ihram dan berniat ihram sebagai syarat memasuki
tanah suci Makkah. Dari sinilah Rasulallah saw berihram untuk melakukan umrohnya yang
ke tiga kalinya. Ji’ronah merupakan tempat miqat umroh yang paling afdhal bagi penduduk
Makkah, juga merupakan miqat paling tinggi derajatnya dibanding miqat yang lain. Ini
menurut kebanyakan pendapat para ulama. Rasulallah saw sendiri melakukan umroh dari
Ji’ronah. Beliau bermukim di sana selama 13 hari dan berihram dari sana.
Ibdu Abbas meriwayatkan bahwa bahwa Rasulallah saw melakukan umroh selama
hidupnya sebanyak 4 kali, pertama umroh Hudaibiyah, kedua umroh Qadha’, ketiga umroh
yang dilakukanya dari Ji’ronah sepulangnya dari perang Hunain, keempat umroh pada
saat melakukan Haji wada’.
Dikampung ini terdapat beberapa tempat ziarah, salah satunya Sumur Bir Thoflah (sumur
yang airnya dikenal memiliki rasa tersendiri). Menurut riwayatnya sumur ini dahulunya
terdapat salah satu mukjizat Rasulullah SAW saat kehabisan air usai perang Hunain.
Rasulullah SAW bersama para pejuang Islam berhenti untuk membagi-bagikan hasil
kemenangan. Karena persediaan air habis dan disana tidak ada sumur, Rasulallah saw
memukulkan tongkatnya lalu keluarlah air. Air ini sering dipercaya dapat menyembuhkan
penyakit dan tidak pernah kering
Dan di tempat ini juga Rasulullah SAW bertemu dengan wanita yang menyusuinya ketika
Rasulullah SAW masih bayi yang bernama "Halimatu Sa'diyah". Dalam kitab Sunan Abu
Daud di riwayatkan dari Abu Thufail "Aku pernah melihat Rasulullah SAW sedang
membagikan daging di Ji'ranah, tiba-tiba ada seorang wanita datang sampai dekat kepada
Rasulullah SAW, lalu beliau menghamparkan mantelnya untuk wanita itu, lalu Ia (wanita
itu) duduk di atasnya. Lalu aku bertanya, siapakah wanita itu? para sahabat menjawab, "Ia
adalah ibu Rasulullah SAW yang pernah menyusuinya"
Di cerita selanjutnya, Rasulullah SAW kembali akan berkunjung ke tempat ini. Kaum
musyrikin tahu dan segera menebar racun dalam sumur air minum yang ada di dalam
Ji'ronah. Atas petunjuk Allah SWT, Rasulullah SAW pun tahu niat jahat kaum musyrikin
tersebut. Kemudian, dengan mukjizat, Rasulullah SAW pun meludahi sumur tersebut.
Seketika air sumur yang tadinya beracun menjadi tawar. Bahkan, sumur ini bisa untuk
menyembuhkan penyakit kulit.
Sayangnya, sumur ini telah ditutup oleh pemerintah Arab Saudi untuk mencegah syirik,
atau perbuatan menyekutukan Allah."Dulu, sumur di sini masih dibuka, banyak jamaah
haji yang datang untuk mandi pakai air sumur ini. Katanya sih bisa untuk sembuhin
penyakit kulit. Tapi sekarang sudah ditutup karena takut mencegah syirik

1
Sejarah Ji’ranah

Masjid Ji’ronah adalah adalah sebuah masjid yang terletak di desa Ji’ronah26
kilometer dari kota Mekkah. Menurut sejarahnya nama Jironah ini berasal dari nama
seorang wanita yang mengabdikan sisa hidupnya untuk menjaga dan membersihkan
sebuah masjid di desa tersebut. Sebagai penghargaan maka namanya disematkan
sebagai nama kampung dan nama masjid yang berdiri di kampung tersebut.

Ji’ronah dikenal sebagai nama perkampungan Wadi Saraf (lembah Saraf) yang
daerahnya mayoritas merupakan bukit batu tandus. Masjid Ji’ronah digunakan para
jamaah haji sebagai tempat miqot. Masjid Ji’ronah sebagai tempat miqot terletak di
bagian timur kaut dari kota Mekkah. Luasnya 1.600 meter persegi dan mampu
menampung sekitar seribu jamaah sholat. Area parkirnya pun cukup luas sehingga
mampu menampung ratusan bis dan kendaraan kecil yang mengangkut para jamaah.
Di perkampungan Ji’ronah banyak ditemui pedagang kaki lima keturunan Barmawi
dan Bangladesh yang menjajakan barang dagangannya di halaman depan masjid.
Cenderamata, perlengkapan sholat, baju muslim, pernik-pernik khas Islam adalah
barang dagangan yang biasa mereka tawarkan.

Masjid Ji’ronah dilengkapi fasilitas kamar mandi yang cukup luas. Meski demikian
saat musim haji dan umroh tetap harus antri jika akan mandi dan berganti pakaian
ihram. Ji’ronah merupakan temapt miqat umroh dan haji yang paling afdhol bagi para
jamaah yang berasal dari Mekkah. Diyakini bahwa Ji’ronah merupakan tempat miqot
paling utama, palign tinggi derajatnya dibandingkan miqat lain. Keyakinan in
iberdasarkan pendapat para ulama. Dalam sebuah riwayat dikisahkan bahwa
Rasulullah pernah melakukan umroh dengan miqat dari Ji’ronah. Beliau bermukim di
Ji’ronah selama kurang lebih 13 hari dan berihram dari masjid di tempat tersebut.

Ibnu Abbas meriwayatkan bahwa Rasulullah melakukan umroh selama hidupnya


selama empat kali, salah satu miqotnya adalah Ji’ronah. Umroh pertama Rasulullah
adalah umroh Hudaibiyah, umroh kedua adalah umroh Qadha’, umroh ketiga adalah
umroh Ji’ronah sepulang dari perang Hunain dan umroh terakhir adalah saat
melakukan Haji Wada’

Di perkampungan Ji’ronah terdapat beberapa tempat ziarah yang menjadi favorit para
jamaah. Salah satunya adalah Sumru Bir Thoflah. Sumur ini dikenal sebagai sumur
yang rasa airnya berbeda dengan rasa air sumur lainnya. Menurut kisahnya sumur Bir
Thoflah mengandung historis mukjizat yang diperoleh Rasulullah. Sumber iar dari
sumur Bir Thoflah berasal dari hentakan tongkat Rasulullah ke tanah sehingga
memancarkan air. Saat itu pasukan Rasulullah sangat kehausan setelah perang
Hunain. Persediaan habis dan di sekitar tempat singgah untuk mengumpulkan
pampasan perang tidak terdapat sumber air. Maka atas seizin Allah memancarlah
mata air dari bekas hentakan tongkat Rasulullah yang dipukulkan ke tanah. Sumur Bir
Thoflah tak pernah kering dan airnya diyakini mampu menyembuhkan segala jenis
penyakit.

Sejarah Ji’ronah masih berlanjut dengan kisah bertemunya Rasulullah dengan bunda
Halimatus Sa’diyah. Beliau inilah yang menyusui Rasulullah di saat bayi seperti
kebiasaan dan adat masyarakat Arab di zaman tersebut. Dalam sebuah kitab yang

2
disusun Abu Daud dirabayatkan dari Abu Thufail diceritakan bahwa Rasulullan
membagikan daging di Ji’ronah. Lalu seorang wanita datang dan mendekat kepada
Rasulullah. Nabi Allah ini kemudian menghamparkan mantel pada wanita paruh baya
tadi sebagai tempat duduk. Abu Thufail bertanya tentang siapa wanita yang duduk di
atas mantel yang dihamparkan Rasulullah. Para sahabat menjawab bahwa sosok
tersebut adalah ibu persusuan Rasulullah di saat masih bayi.

Riwayat bersejarah lain mengenai masjid ini adalah kisah tentang upaya meracuni
kaum muslimin. Dikisahkan bahwa terdengar kabar bahwa Rasulullah akan
berkunjung ke Ji’ronah. Kaum musyrikin yang culas kemudian menaburkan racun ke
sumur dengan tujuan membunuh Rasulullah. Atas kehendak Allah Rasulullah
mengetahui maksud busuk para musyrikin. Beliau meludahi sumur tersebut dan
menjadikan sumur yang beracun menjadi tawar bahkan bisa digunakan untuk
menyembuhkan berbagai penyakit kulit.

Masjid Ji’ronah, Haji dan Umroh


Kampung dan masjid Ji’ronah memiliki kaitan erat dengan pelaksanaan ritual haji dan
umroh. Bagi muslimin dari mahzab Syafi’i Ji’ronah merupakan salah satu tempat
miqat makani khususnya bagi penduduk kota Mekkah. Kawasan ini berada di
perbatasan kota Mekkah yang jaraknya sekitar 22-26 kilometer di selatan Mekkah.
Dalam hadits Bukhari dan Muslim diriwayatkan bahwa Rasulullah pernah memulai
ihram dari tempat tersebut. Oleh sebab itu saat memasuki kawasan Ji’ronah maka
setiap jamaah haji dan umroh harus mengenakan pakaian ihram dan berniat
melaksanakan ibadahhaji atau umroh. Namun demikian terdapat perbedaan pendapat
dengan mazhab Hanafi yang menyatakan bahwa ihram sebaiknya dimulai dari daerah
Tan’im.

Keistimewaan Ji’ronah lainnya adalah dikenal sebagai salah satu tempat tujuan wisata
atau tempat ziarah bagi para wisatawan maupun para jamaah haji dan umroh. Para
peziarah tersebut biasanya berkunjung ke Bir Thaflah dan berbelanja suvenir khas
Mekkah dari para penjaja yang berada di sekitar kawasan tersebut.

Anda mungkin juga menyukai