Anda di halaman 1dari 31

Khairul Basar

Catatan Kuliah
FI2101 Fisika Matematik IA
Semester I 2015-2016

ar
s
ba
kh
15
20
1
m
se
01
21
l fi
ku
ca

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam


Institut Teknologi Bandung
ca
ku
l fi
21
01
se
m
1
20
15
kh
ba
sar
Bab 4
Diferensial Parsial

Turunan suatu fungsi f (x) terhadap variabel x dilambangkan dengan no-


df (x)
tasi . Secara geometrik, turunan suatu fungsi di suatu titik tertentu
dx
menyatakan besar kemiringan fungsi di titik yang dimaksud, sebagaimana
ditunjukkan dalam Gambar 4.1. Berangkat dari pengertian limit, maka defi-
nisi turunan f (x) terhadap x dapat diperoleh dari:

df (x) f (x + ∆x) − f (x)

ar
= lim (4.1)
s
dx ∆x→0 ∆x ba
kh
15

y df ∆y
20

=
dx x=x0 ∆x
1
m
se

∆y
f (x)
01

∆x
21
l fi
ku
ca

x
x0

Gambar 4.1 Turunan menyatakan gradien garis singgung di suatu titik.

Untuk fungsi yang mempunyai dua atau lebih variabel, misalnya z =


f (x, y) yang menggambarkan suatu permukaan dalam sistem koordinat kar-
tesian, turunan terhadap salah satu variabel dapat dilakukan dengan meng-
anggap variabel lainnya konstan. Misalkan pada suatu permukaan yang di-

83
84 Diferensial Parsial

nyatakan dengan fungsi f (x, y) bila diambil x konstan, maka akan didapat
kurva yang merupakan hasil perpotongan permukaan f (x, y) dengan bidang
x konstan tersebut. Turunan atau diferensial seperti ini dinamakan diferensi-
al parsial (turunan sebagian). Jika x dianggap konstan, maka turunan yang
diperoleh adalah turunan terhadap variabel y dan interpretasinya tetap sa-
ma yaitu menunjukkan slope (kemiringan) dari kurva yang dibentuk dari
perpotongan kedua permukaan tersebut.
Notasi yang digunakan untuk menuliskan turunan parsial dari fungsi
∂f
f (x, y) terhadap variabel y (dengan menganggap x konstan) adalah atau
  ∂y
∂f
lebih lengkapnya sering juga dituliskan sebagai .
∂y x
Fungsi f juga merupakan fungsi dengan variabel y sehingga dapat juga
diperoleh turunan parsial f (x, y) terhadap variabel x (dengan menganggap
∂f
variabel y konstan) dan hal ini dinyatakan sebagai atau lebih lengkapnya
  ∂x
∂f
sering juga dituliskan sebagai .
∂x y
Jika diferensial biasa didefinisikan dengan limit sebagaimana ditunjukkan
dalam persamaan 4.1, maka untuk turunan parsial definisinya adalah

∂f (x, y) f (x + ∆x, y) − f (x, y)

ar
= lim
s
∂x ∆x→0 ∆x ba
(4.2)
∂f (x, y) f (x, y + ∆y) − f (x, y)
kh

= lim
∂y ∆y→0 ∆y
15
20

Turunan kedua juga dapat diperoleh untuk fungsi multivariabel tersebut,


misalnya untuk fungsi f (x, y) dapat diperoleh turunan-turunan berikut:
1
m
se

∂ ∂f ∂2f ∂ ∂f ∂2f ∂ ∂2f ∂3f


= , = , = , dlsb
∂x2 ∂x2 ∂y
01

∂x ∂x ∂x ∂y ∂x∂y ∂x ∂x∂y
21

Notasi lain yang sering digunakan untuk menuliskan turunan parsial adalah
l fi

∂f
fx untuk menyatakan .
ku

∂x
∂ ∂f ∂ ∂f
ca

Umumnya (walaupun tidak selalu) terdapat hubungan = ,


∂x ∂y ∂y ∂x
yang disebut sebagai hubungan resiprok (reciprocity relation).

4.1 Deret Pangkat Multivariabel

Dalam bagian terdahulu telah pernah dibahas tentang uraian fungsi menggu-
nakan deret pangkat (deret MacLaurin ataupun deret Taylor). Untuk fungsi
multivariabel, hal yang serupa juga dapat dilakukan yaitu menguraikannya

khbasar2015
c
4.1 Deret Pangkat Multivariabel 85

menjadi deret pangkat. Tinjau suatu fungsi multivariabel, misalnya yang di-
nyatakan dengan f (x, y) = sin x cos y. Uraian deret pangkat (MacLaurin)
untuk f (x, y) tersebut dapat diperoleh dengan mengalikan dua deret pang-
kat masing-masing untuk sin x dan cos y sebagai berikut

x3 x5 y2 y4
  
f (x, y) = sin x cos y = x − + + ... 1− + + ...
3! 5! 2! 4!
x3 xy 2 y4 x5 x3 y 2 xy 4
=x− − + + + + + ...
3! 2! 4! 5! 2!3! 4!
Atau misalnya suatu fungsi lain yaitu f (x, y) = e(x−y) yang dapat diuraikan
sebagai berikut

(x − y)2 (x − y)3
e(x−y) = 1 + (x − y) + + + ...
2! 3!
2 2
x − 2xy + y x − 3x2 y + 3xy 2 − y 3
3
=1+x−y+ + + ...
2! 3!
Terlihat bahwa secara umum akan diperoleh suku-suku yang jumlah pangkat
variabel x dan y masing-masing 0, 1, 2, 3, . . .. Sehingga uraian deret MacLa-
urin untuk fungsi dua variabel secara umum berbentuk

ar
f (x, y) =c00 + c10 x + c01 y + c20 x2 + c11 xy + c02 y 2 + c30 x3
s
ba (4.3)
+ c21 x2 y + c12 xy 2 + c03 y 3 + . . .
kh
15

dengan semua c adalah konstanta.


20

Sedangkan uraian deret pangkat dalam variabel x dan y untuk suatu fungsi
sembarang di sekitar titik (a, b) (uraian deret Taylor) secara umum dapat
1
m

dinyatakan sebagai berikut


se

f (x, y) =c00 + c10 (x − a) + c01 (y − b) + c20 (x − a)2 + c11 (x − a)(y − b)


01

+ c02 (y − b)2 + . . .
21
l fi

(4.4)
ku

Koefisien-koefisien c dapat diperoleh melalui metode yang sama dengan cara


ca

memperoleh koefisien deret Taylor untuk fungsi satu variabel yaitu menggu-
nakan turunan (diferensial). Koefisien c00 dapat diperoleh dari f (a, b). Se-
lanjutnya bila deret tersebut diturunkan terhadap x, dan kemudian dihitung
nilainya pada x = a dan y = b maka akan diperoleh koefisien c10

∂f (x, y)
= c10 + 2c20 (x − a) + c11 (y − b) + . . .
∂x

1 ∂f 1
c10 = = fx (a, b)
2 ∂x 2

x=a,y=b

khbasar2015
c
86 Diferensial Parsial

Sedangkan bila f (x, y) diturunkan terhadap y dan dihitung nilainya pada


x = a dan y = b maka akan diperoleh koefisien c01

1 ∂f 1
c01 = = fy (a, b)
2 ∂y 2

x=a,y=b

Dengan proses yang sama akan dapat diperoleh koefisien-koefisien yang lain-
nya, yaitu
1 1 1
c20 = fxx (a, b), c11 = fxy (a, b), c02 = fyy (a, b), dst.
2 2 2
Secara umum akan dapat diperoleh bentuk uraian deret pangkat (deret Ta-
ylor) di sekitar titik (a, b) untuk fungsi dua variabel adalah sebagai berikut

∞  n
X 1 ∂ ∂
f (x, y) = (x − a) + (y − b) f (a, b) (4.5)
n=0
n! ∂x ∂y

ar
4.2 Diferensial Total
s
ba
kh

Jika z = f (x, y), maka diferensial total dari z dinyatakan dengan


15
20

∂z ∂z
dz = dx + dy (4.6)
1

∂x ∂y
m
se
01

dz menyatakan perubahan variabel z dalam arah bidang singgung ketika x


21

berubah sebesar dx dan y berubah sebesar dy.


l fi

Untuk fungsi yang memiliki variabel lebih banyak, cara yang sama juga
dapat dilakukan. Jika u = f (x, y, z, . . .), maka diferensial total dari u adalah
ku
ca

∂f ∂f ∂f
du = dx + dy + dz + . . . (4.7)
∂x ∂y ∂z

Dalam persoalan numerik, du adalah pendekatan yang baik untuk ∆u jika


turunan parsial dari fungsi f kontinu dan dx, dy, dz, dst cukup kecil.

khbasar2015
c
4.2 Diferensial Total 87

Contoh

Tentukan diferensial total dari fungsi f (x, y) = y exp(x + y).

Turunan parsial fungsi tersebut adalah


∂f
= y exp(x + y)
∂x
∂f
= exp(x + y) + y exp(x + y)
∂y
Dengan demikian
∂f ∂f
df = dx+ dy = [y exp(x + y)] dx+[exp(x + y) + y exp(x + y)] dy
∂x ∂y

Sedangkan turunan total (total derivative) atau sering juga disebut sebagai
turunan (derivative) suatu fungsi f (x, y) terhadap variabel x dan y dapat
diperoleh sebagai berikut

df (x, y) ∂f ∂f dy
= +

ar
dx ∂x ∂y dx
(4.8)
s
df (x, y) ∂f dx ∂f ba
= +
dy ∂y dy ∂y
kh
15

Contoh
20
1

Tentukanlah turunan total fungsi f (x, y) = x2 +3xy terhadap variabel


m

x jika y = arcsin x
se
01

Turunan total terhadap variabel x dapat diperoleh sebagai berikut


21
l fi

df ∂f dx ∂f dy ∂f ∂f dy
= + = +
ku

dx ∂x dx ∂y dx ∂x ∂y dx
ca

1
Karena f (x, y) = x2 + 3xy dan y = , maka
sin x
∂f ∂f dy 1
= 2x + 3y, = 3x, =√
∂x ∂y dx 1 − x2
Jadi
df 3x
= (2x + 3y) + √
dx 1 − x2

khbasar2015
c
88 Diferensial Parsial

4.3 Hubungan Resiprok dan Siklik

Misalkan x adalah fungsi yang terdiri dari dua variabel yaitu y dan z sehingga
dinyatakan sebagai x(y, z). Diferensial dx dapat diperoleh sebagai berikut
   
∂x ∂x
dx = dy + dz
∂y z ∂z y

Umumnya berarti dapat pula dinyatakan bahwa y adalah fungsi yang terdiri
dari dua variabel yaitu x dan y. Dengan demikian diferensial dy dinyatakan
sebagai berikut    
∂y ∂y
dy = dx + dz
∂x z ∂z x
Bila dy pada persamaan pertama diganti dengan persamaan kedua maka
diperoleh
   
∂x ∂x
dx = dy + dz
∂y z ∂z y
        
∂x ∂y ∂y ∂x
= dx + dz + dz
∂y z ∂x z ∂z x ∂z y

ar
  !
s
       
∂x ∂y ∂x ∂y ∂x ba
= dx + + dz (4.9)
∂y z ∂x z ∂y z ∂z x ∂z y
kh
15

Jika ditinjau untuk keadaan z konstan yang berarti dz = 0 maka persamaan


20

tersebut di atas menjadi


1

   
m

∂x ∂y
dx = dx + 0
se

∂y z ∂x z
01

   
∂x ∂y
=⇒ 1 =
21

∂y z ∂x z
l fi

sehingga akan diperoleh suatu hubungan resiprok (kebalikan), yaitu:


ku
ca

   −1
∂x ∂y
= (4.10)
∂y z ∂x z

Hal penting lainnya yang dapat diperoleh adalah bila x konstan yang ber-
arti dx = 0, maka dari persamaan 4.9 akan diperoleh

khbasar2015
c
4.4 Diferensial Eksak dan Tak Eksak 89
  
   !
∂x ∂y ∂x
0= + dz
∂y z ∂z x ∂z y
     
∂x ∂y ∂x
⇒0= +
∂y z ∂z x ∂z y

selanjutnya bila persamaan tersebut di atas dikalikan dengan (∂z/∂x)y maka


diperoleh
         
∂x ∂y ∂z ∂x ∂z
+ =0
∂y z ∂z x ∂x y ∂z y ∂x y
         
∂x ∂y ∂z ∂x ∂z
=−
∂y z ∂z x ∂x y ∂z y ∂x y

Kemudian dengan menggunakan hubungan resiprok yang telah diperoleh se-


   −1    
∂z ∂x ∂x ∂z
belumnya, maka = sehingga = 1 dan se-
∂x y ∂z y ∂z y ∂x y
lanjutnya akan diperoleh

     
∂x ∂y ∂z
= −1 (4.11)

ar
∂y z ∂z x ∂x y

s
ba
kh

yang dikenal dengan hubungan siklik.


15
20
1

4.4 Diferensial Eksak dan Tak Eksak


m
se
01

Pada bagian sebelumnya telah dibahas tentang memperoleh diferensial dari


21

suatu fungsi dan bahwa diferensial merupakan operasi kebalikan dari inte-
l fi

gral. Artinya untuk memperoleh bentuk suatu fungsi yang diketahui diferen-
sialnya, maka dapat dilakukan dengan cara mengintegralkan. Sebagaimana
ku

yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa diferensial dari fungsi f (x, y) adalah
ca

∂f ∂f
df = dx + dy. Misalnya jika df = xdy + ydx, bila dibandingkan maka
∂x ∂y
akan dapat diperoleh hubungan sebagai berikut
Z
∂f
= y → f (x, y) = ydx = xy + g(y)
∂x
Z
∂f
= x → f (x, y) = xdy = xy + h(x)
∂y
dapat diperoleh bentuk fungsi f yang memenuhi adalah f (x, y) = xy + C
dengan C adalah konstanta sembarang. Diferensial yang bentuk fungsinya

khbasar2015
c
90 Diferensial Parsial

dapat diperoleh dengan cara mengintegralkan seperti itu dinamakan diferen-


sial eksak (exact differential ).
Sebagai bandingannya, diferensial yang bentuk fungsinya tidak dapat di-
peroleh melalui pengintegralan seperti uraian sebelumnya dinamakan dife-
rensial tak eksak (inexact differential ). Contohnya adalah xdy + 3ydx. Bila
dimisalkan fungsi yang memenuhi diferensial tersebut adalah ψ(x, y), maka
berarti
∂ψ ∂ψ
dψ = dx + dy
∂x ∂y
selanjutnya bila dibandingkan dengan diferensial yang dimaksud yaitu xdy +
3ydx, maka
∂ψ
= 3y =⇒ ψ(x, y) = 3xy + g(y)
∂x
∂ψ
= x =⇒ ψ(x, y) = xy + h(x)
∂y
terlihat bahwa tidak diperoleh bentuk fungsi ψ(x, y) yang memenuhi diferen-
sial tersebut, oleh karenanya diferensial tersebut disebut sebagai diferensial
tak eksak.
Tinjau diferensial yang terdiri dari dua variabel x dan y, yang dapat di-
nyatakan dalam bentuk sebagai berikut

s ar
df = A(x, y)dx + B(x, y)dy ba
kh

∂f ∂f
Dapat diperoleh bahwa = A(x, y) dan = B(x, y). Agar diferensial
15

∂x ∂y
tersebut bersifat eksak, maka syarat yang harus dipenuhi adalah
20
1

∂A ∂B
m

= (4.12)
∂y ∂x
se
01

Dapat diperoleh untuk diferensial yang memiliki banyak variabel x1 , x2 , . . . , xn


21

yang dituliskan dalam bentuk


l fi

n
ku

X
df = gi (x1 , x2 , . . . , xn )dxi
ca

i=1

akan bersifat eksak bila


∂gi ∂gj
= untuk semua pasangan i dan j (4.13)
∂xj ∂xi

khbasar2015
c
4.5 Aturan Rantai 91

4.5 Aturan Rantai

Dalam persoalan diferensial biasa, jika f merupakan fungsi dari x sedangkan


x merupakan fungsi dari variabel t, maka laju perubahan fungsi s terhadap
variabel t dapat diperoleh dengan aturan rantai, yaitu
df df dx
= (4.14)
dt dx dt
Hal yang sama juga dapat dilakukan untuk fungsi multivariabel. Misalkan
z = f (x(t), y(t)), maka dapat dinyatakan

dz ∂z dx ∂z dy
= + (4.15)
dt ∂x dt ∂y dt

Misalnya z = 2t2 sin t, maka diperoleh


dz
= 4t sin t + 2t2 cos t
dt
Misalkan suatu fungsi multivariabel z = f (x, y) dengan x dan y masing-

ar
masing adalah fungsi dengan dua variabel yaitu s dan t. Hal ini berarti z
s
ba
adalah fungsi dari s dan t sehingga dapat diperoleh turunan parsial z ter-
kh

hadap s dan juga terhadap t. Turunan parsialnya dapat dinyatakan sebagai


berikut
15
20

∂z ∂z ∂x ∂z ∂y
= +
1

∂s ∂x ∂s ∂y ∂s
m

(4.16)
∂z ∂z ∂x ∂z ∂y
se

= +
∂t ∂x ∂t ∂y ∂t
01
21

Misalnya suatu fungsi z = xy dengan x = sin(s + t) dan y = s − t, maka


l fi

∂z ∂z
ku

= y, =x
∂x ∂y
ca

∂x ∂x
= cos(s + t) = cos(s + t)
∂s ∂t
∂y ∂y
=1 = −1
∂s ∂t
sehingga diperoleh

khbasar2015
c
92 Diferensial Parsial
∂z
= y cos(s + t) + x(1)
∂s
= (s − t) cos(s + t) + sin(s + t)
∂z
= y cos(s + t) − x(1)
∂t
= (s − t) cos(s + t) − sin(s + t)

Persamaan 4.16 dapat juga dituliskan dalam notasi matriks. Jika u =


f (x, y, z), x(s, t), y(s, t), z(s, t), maka dapat dituliskan

∂x ∂x
 
 ∂s ∂t 
 
    
∂u ∂u ∂u ∂u ∂u 
 ∂y ∂y 
=  (4.17)
∂s ∂t ∂x ∂y ∂z 
 ∂s ∂t 

 
 ∂z ∂z 
∂s ∂t

ar
4.6 Diferensial Implisit
s
ba
kh

Diferensial (turunan) untuk fungsi yang dinyatakan secara eksplisit, misalnya


y = f (x) = x2 + 2x dapat diperoleh dengan mudah. Namun terkadang suatu
15
20

fungsi dinyatakan dalam bentuk yang tidak eksplisit seperti itu. Misalnya saja
fungsi yang dinyatakan dalam bentuk x3 − 3xy + y 3 = 2. Dalam kasus ini,
1
m

fungsi tersebut tidak dapat dinyatakan dalam bentuk fungsi suatu variabel
se

dy
sehingga untuk mencari turunannya ( ) diperlukan cara lain yang disebut
01

dx
turunan impisit (implicit differential ). Prosesnya dapat dilakukan dengan
21

menurunkan masing-masing suku terhadap x sebagai berikut


l fi
ku

d d d d
x3 − y3 =
 
(3xy) + (2)
ca

dx  dx  dx dx
dx dy dx dy
3x2 − 3x + 3y + 3y 2 =0
dx dx dx dx
dy
3x2 − 3y − 3x − 3y 2 = 0

dx
dy 3x2 − 3y x2 − y
=⇒ = =
dx 3x − 3y 2 x − y2

khbasar2015
c
4.7 Aplikasi Diferensial Parsial 93

Contoh
dy
Tentukanlah jika yexy = sin x
dx

Jika fungsi persamaan tersebut didiferensialkan terhadap x maka akan


diperoleh
d d
(yexy ) = (sin x)
dx dx
dy xy d xy dx
e +y (e ) = cos x
 dx dx  dx
dy dx dy
exy + y yexy + xexy = cos x
dx dx dx
dy xy
[e + xyexy ] + y 2 exy = cos x
dx
dy cos x − y 2 exy
= xy
dx e + xyexy

sar
ba
4.7 Aplikasi Diferensial Parsial
kh
15

Persoalan maksimum dan minimum


20

Dalam kasus satu variabel, konsep diferensial dapat digunakan untuk mencari
1
m

nilai ekstrimum (maksimum atau minimum) suatu fungsi. Titik ekstrimum


se

suatu fungsi ditandai dengan nilai turunan sama dengan nol di titik tersebut.
01

Untuk mengetahui apakah suatu titik ekstrimum merupakan titik maksimum


21

atau minimum diperlukan informasi tentang turunan kedua di titik tersebut.


l fi

Telah diketahui bahwa fungsi multivariabel misalnya z = f (x, y) menya-


takan suatu permukaan dalam sistem koordinat xy. Jika pada permukaan ter-
ku

sebut terdapat titik puncak ataupun titik lembah, maka kurva x = konstan
ca

dan y = konstan yang memotong permukaan tersebut dan melalui titik pun-
cak tersebut juga akan mengalami nilai ekstrimum di titik puncak yang sama.
Hal ini berarti di titik puncak tersebut berlaku
∂z ∂z
=0 dan =0 (4.18)
∂x ∂y
Sama halnya dengan persoalan maksimum-minimum dalam kasus satu varia-
∂z ∂z
bel, titik yang memenuhi kondisi = 0 dan = 0 dapat berupa titik mak-
∂x ∂y
simum, atau titik minimum, atau titik pelana dan lain sebagainya. Dengan

khbasar2015
c
94 Diferensial Parsial

demikian untuk memastikan apakah suatu titik merupakan titik minimum


atau titik maksimum atau titik pelana (Gambar 4.2) diperlukan informasi
tambahan tentang turunan kedua di titik tersebut (meskipun tidak seseder-
hana persoalan satu variabel).

titik pelana

10

0
f (x, y)

−10
4
2
−2 0
0 −2
2 y
x −4

ar
Gambar 4.2 Titik pelana.

s
ba
kh

Contoh 1
15
20

Ingin dibuat suatu kotak (tanpa tutup) yang volumenya 5 m3 dengan


luas permukaan kotak minimal.
1
m
se

Misalkan ukuran kotak tersebut adalah p, l dan t sebagaimana di-


01

tunjukkan dalam Gambar 4.3. Volume kotak adalah V = plt. Luas


21

permukaan total kotak adalah A = 2pt + 2lt + pl. Dengan menggu-


l fi

nakan V , maka dapat dinyatakan


ku
ca

l
p

Gambar 4.3 Kotak tanpa tutup berukuran p × l × t.

khbasar2015
c
4.7 Aplikasi Diferensial Parsial 95

V V V
p= −→ A = 2t + 2lt + l
lt lt lt
V V
= 2 + 2lt +
l t
A(l, t) = 10l + 2lt + 5t−1
−1

Terlihat bahwa dengan adanya fungsi kendala (constraint), maka fung-


si A yang awalnya mempunyai tiga variabel menjadi hanya dua va-
riabel. Untuk meminimalkan A berarti turunan parsial A terhadap l
dan juga terhadap t sama dengan nol, hal ini memberikan
∂A −10
= 2 + 2t = 0,
∂l l
∂A 5
= 2l − 2 = 0
∂t t
5
Dari persamaan pertama dapat diperoleh hubungan t = 2 , kemudian
l
bila nilai t tersebut disubstitusikan ke persamaan kedua, maka √ akan
didapat nilai l yang dapat memenuhi adalah l = 0 atau l = 3 10.
Karena tidak√ mungkin l = 0, berarti nilai yang memenuhi adalah
nilai l = 3 10. Selanjutnya dengan menggunakan nilai l tersebut dapat

ar
5
s
diperoleh nilai t, yaitu t = √3
dan selanjutnya diperoleh nilai p =
ba
100
kh

5 1
= .
15

lt 10
20

Contoh 2
1
m
se

Tentukan jarak terdekat dari titik pusat koordinat ke permukaan z =


xy + 5.
01
21

Jarak suatu titik (x, y, z) dari pusat koordinat diberikan dengan


l fi

p
x2 + y 2 + z 2 . Karena permukaan tersebut diberikan dengan persa-
ku

maan z = xy + 5 jadi akan diperoleh


ca

p p
d = x2 + y 2 + (xy + 5)2 = x2 + y 2 + x2 y 2 + 10xy + 25
1/2
= x2 + y 2 + x2 y 2 + 10xy + 25

Untuk meminimalkan d berarti


∂d 1 2 −1/2
= x + y 2 + x2 y 2 + 10xy + 25 (2x + 2xy 2 + 10y) = 0
∂x 2
∂d 1 2 −1/2
= x + y 2 + x2 y 2 + 10xy + 25 (2y + 2x2 y + 10x) = 0
∂y 2

khbasar2015
c
96 Diferensial Parsial

yang berarti akan dapat diperoleh hubungan berikut

(2x + 2xy 2 + 10y) = 0


(2y + 2x2 y + 10x) = 0

Selanjutnya bila persamaan tersebut masing-masing dikalikan dengan


x dan y, maka didapat

2x2 + 2x2 y 2 + 10xy = 0


2y 2 + 2x2 y 2 + 10xy = 0

Kemudian bila kedua persamaan tersebut dikurangkan akan diperoleh

2x2 − 2y 2 = 0 =⇒ x = ±y

Hal tersebut berarti bahwa jarak terpendek antara permukaan ter-


sebut dengan titik pusat koordinat dapat diperoleh dengan kondisi
x = ±y. Dengan demikian persamaan jarak dari titik pusat koordi-
nat ke permukaan adalah dapat dinyatakan dalam satu variabel saja,
yaitu

ar
1/2
d = x2 + y 2 + x2 y 2 + 10xy + 25
s
1/2
ba
= y 4 + 12y 2 + 25
kh
15

Dengan demikian jarak terpendek diperoleh bila y = 0 yang berarti


20

dmin = 5.
1
m

Contoh 3
se
01

Sebuah kawat dilengkungkan sehingga membentuk kurva dengan per-


21

samaan y = 1 − x2 . Tentukan jarak terpendek lengkungan tersebut


l fi

dari titik pusat koordinat.


ku
ca

Misalkan titik (x, y) adalah titik yang terletak pada lengkungan.


p Maka
jarak titik tersebut dari pusat koordinat adalah d = x2 + y 2 . Berarti
yang harusp diminimumkan adalah fungsi d tersebut. Meminimalkan
fungsi d = x2 + y 2 sama artinya dengan meminimalkan fungsi f =
d2 = x2 + y 2 .

f = x2 + (1 − x2 )2 = x2 + 1 − 2x2 + x4 = x4 − x2 + 1

turunan fungsi tersebut terhadap x memberikan

khbasar2015
c
4.7 Aplikasi Diferensial Parsial 97

df
= 4x3 − 2x
dx
Untuk memperoleh kondisi minimal turunan tersebut sama dengan
nol sehingga
r
df 3 1
= 4x − 2x = 0 −→ x = 0 atau x = ±
dx 2
Dengan mensubstitusikan ketiga nilai x tersebut
q dapat diperoleh bah-
1 1
wa jarak minimum dipenuhi untuk x = ± 2 dengan y = 2 yaitu

dmin = 12 3.

Contoh 4
Cara penyelesaian di atas merupakan cara eliminasi langsung. Cara
lain yang dapat digunakan adalah dengan menggunakan turunan im-
plisit.

Fungsi yang akan dicari minimumnya adalah f = x2 + y 2 , diperoleh

ar
turunan fungsi tersebut yaitu
s
ba
df dy
kh

df = 2xdx + 2ydy atau = 2x + 2y


dx dx
15

Karena y = 1 − x2 berarti dy = −2xdx. Dengan demikian diperoleh


20
1

df
m

df = (2x − 4xy)dx atau = 2x − 4xy


dx
se
01

Untuk meminimumkan f berarti df /dx = 0 yang memberikan x = 0


21

q
1
atau x = ± 2 . Sebagaimana yang telah diperoleh sebelumnya.
l fi
ku
ca

Metode Pengali Lagrange

Cara lain yang dapat digunakan untuk menyelesaikan persoalan maksimum-


minimum adalah dengan menggunakan metode pengali Lagrange (Lagrange
Multipliers).
Telah ditunjukkan bahwa dalam penyelesaian persoalan maksimum-mi-
nimum, pada intinya adalah ingin dicari minimum atau maksimum suatu
fungsi f (x, y) dengan x dan y terhubung dengan persamaan yang dinyatak-
an dengan φ(x, y) = konstan. Kemudian dengan mengatur agar df /dx = 0
(sebagaimana Contoh 3 di atas) atau df = 0 (sebagaimana Contoh 4 di

khbasar2015
c
98 Diferensial Parsial

atas). Selanjutnya karena φ = konstan berarti dφ = 0 sehingga

∂f ∂f
df = dx + dy = 0
∂x ∂y
∂φ ∂φ
dφ = dx + dy = 0
∂x ∂y
Pada metode pengali Lagrange persamaan dφ dikalikan dengan suatu kons-
tanta λ kemudian dijumlahkan dengan persamaan df , sehingga didapat ben-
tuk persamaan
   
∂f ∂φ ∂f ∂φ
df + λdφ = 0 −→ +λ dx + +λ dy = 0 (4.19)
∂x ∂x ∂y ∂y

Kemudian jika nilai λ dipilih sedemikian sehingga


∂f ∂φ
+λ =0 (4.20)
∂y ∂y
maka berarti dari persamaan 4.19 diperoleh
∂f ∂φ
+λ =0 (4.21)
∂x ∂x

sar
ba
Kemudian persamaan-persamaan 4.20, 4.21 dan φ(x, y) = konstan disele-
kh

saikan untuk memperoleh tiga variabel x, y dan λ.


Secara ringkas metode pengali lagrange untuk menentukan nilai maksi-
15

mum atau minimum dari suatu fungsi f (x, y) dengan x dan y mempunyai
20

hubungan φ(x, y) = konstan langkahnya sebagai berikut:


1
m

• tuliskan fungsi F (x, y) = f (x, y) + λφ(x, y)


se

∂F ∂F
• selesaikan persamaan = 0, = 0 dan φ(x, y) = konstan untuk
01

∂x ∂y
memperoleh x, y dan λ.
21
l fi

Contoh 1
ku
ca

Sebuah kawat dilengkungkan sehingga membentuk kurva dengan per-


samaan y = 1 − x2 . Tentukan jarak terpendek lengkungan tersebut
dari titik pusat koordinat dengan metode pengali lagrange.

Dalam hal ini f (x, y) = x2 + y 2 dan φ(x, y) = y + x2 = 1.


Persamaan F (x, y) berbentuk

F (x, y) = f (x, y) + λφ(x, y) = (x2 + y 2 ) + λ(y + x2 ) (4.22)

Kemudian

khbasar2015
c
4.7 Aplikasi Diferensial Parsial 99

∂F
= 2x + λ 2x = 0
∂x
(4.23)
∂F
= 2y + λ y = 0
∂y
Dari persamaan pertama diperoleh bahwa x = 0 atau λ = −1. Bila
nilai x = 0, maka akan memberikan nilai y = 1, dan bila nilai λ = −1
maka akan memberikan y = 21 yang kemudian memberikan x2 = 21 .
Hal tersebut sama dengan yang diperoleh sebelumnya.

Contoh 2
Gunakan metode pengali Lagrange untuk menentukan jarak minimum
dari titik pusat koordinat ke perpotongan antara xy = 6 dengan 7x +
24z = 0.

Fungsi yang akan dicari minimumnya adalah fungsi jarak dari titik
pusat koordinat ke suatu titik (x, y, z) yang dapat dinyatakan dalam
bentuk x2 + y 2 + z 2 . Syarat yang harus dipenuhi adalah bahwa titik
(x, y, z) yang dimaksud haruslah terletak pada perpotongan antara
permukaan xy = 6 dengan permukaan 7x + 24z = 0. Dengan menggu-

ar
nakan metode pengali Lagrange berarti persamaan F (x, y) berbentuk
s
ba
kh

F (x, y, z) = x2 + y 2 + z 2 + λ1 (7x + 24z) + λ2 xy


15

Selanjutnya diperoleh
20

∂F
1

= 2x + 7λ1 + λ2 y = 0
m

∂x
se

∂F
= 2y + λ2 x = 0
01

∂y
21

∂F
= 2z + 24λ1 = 0
l fi

∂z
ku

Selain ketiga persamaan tersebut terdapat juga dua persamaan lain-


ca

nya yaitu

xy = 6
7x + 24z = 0

Dengan demikian diperoleh lima buah persamaan dengan lima buah


variabel (yaitu x, y, z, λ1 , λ2 ) yang harus diselesaikan. Dari persamaan
2y
kedua dan keempat diperoleh hubungan λ2 = − , sementara per-
x

khbasar2015
c
100 Diferensial Parsial

z
samaan ketiga memberikan λ1 = − . Bila nilai-nilai λ1 dan λ2 ini
12
disubstitusikan ke persamaan pertama dan kemudian dengan meng-
gunakan persamaan keempat akan diperoleh

7 2y 2 7 3
2x − x− =0 =⇒ 2x4 − x z − 72 = 0
12 x 12
Kemudian dengan menggunakan persamaan kelima dapat dieliminasi
variabel z sehingga didapat
 
625 12
x4 = 72 =⇒ x = ±
288 5

5
Selanjutnya dapat diperoleh variabel lainnya yaitu y = ± dan z =
2
7 p
∓ . Akhirnya diperoleh jarak minimum yaitu d = x + y 2 + z 2 =
2
10
5
√ .
2

s ar
Persoalan Batas
ba
kh

Turunan parsial sama dengan nol hanya memberikan titik yang bersifat eks-
15

tremum dalam suatu daerah. Namun perlu diingat jika daerah yang ditinjau
20

terbatas, maka bisa jadi terdapat nilai maksimum atau minimum pada da-
1

erah batas ataupun titik ujung. Untuk itu perlu diuji kemungkinan adanya
m

nilai ekstremum pada bidang batas ataupun titik batas.


se
01

Contoh
21

Temperatur pada suatu lempeng yang dibatasi oleh garis x = ±1 dan


l fi

y = ±1 dinyatakan dengan persamaan T = 2x2 − 3y 2 − 2x + 10.


ku

Tentukan temperatur tertinggi dan terendah pada lempeng tersebut.


ca

Titik ekstrimum di dalam daerah dapat diperoleh dengan


∂T 1
= 4x − 2 = 0 =⇒ x =
∂x 2
∂T
= −6y = 0 =⇒ y = 0
∂y
Dengan demikian titik ekstremum dalam lempeng tersebut adalah
( 21 , 0). Temperatur pada titik ini dapat dihitung menggunakan persa-

khbasar2015
c
4.8 Pengubahan Variabel 101

maan T (x, y), yaitu

T ( 12 , 0) = 2( 12 )2 − 3(0)2 − 2( 21 ) + 10 = 9, 5

Kemudian perlu dianalisa temperatur di batas-batas lempeng. Untuk


x = 1, maka persamaan temperatur memberikan

T (x = 1, y) = T (y) = 2 − 3y 2 − 2 + 10 = 10 − 3y 2

yang menghasilkan fungsi dengan variabel hanya y. Titik ekstremum


fungsi T (y) ini dapat dicari dengan cara

dT
= −6y = 0 =⇒ y=0
dy

Jadi diperoleh (1, 0). Selanjutnya

T (1, 0) = 2 − 0 − 2 + 10 = 10

Langkah yang sama juga dilakukan untuk batas lainnya:


dT
pada x = −1 =⇒ = 0 =⇒ y = 0 =⇒ T (−1, 0) = 14

ar
dy
s
dT
ba
pada y = ±1 =⇒ = 0 =⇒ x = 12 =⇒ T ( 12 , ±1) = 6, 5
kh

dx
15

Dengan demikian diperoleh bahwa temperatur tertinggi adalah 14 di


20

(−1, 0) sedangkan temperatur terendah adalah 6, 5 di ( 12 , ±1).


1
m
se
01
21

4.8 Pengubahan Variabel


l fi
ku

Salah satu penggunaan penting dari diferensial parsial adalah dalam hal pe-
ca

ngubahan variabel (misalnya dari sistem koordinat kartesian ke sistem ko-


ordinat silinder). Tinjau suatu persamaan diferensial parsial yang dikenal
sebagai persamaan gelombang yaitu

∂2F 1 ∂2F
− =0 (4.24)
∂x2 v 2 ∂t2
Terlihat bahwa persamaan diferensial parsial tersebut mempunyai variabel x
dan t. Kemudian akan dilakukan pengubahan variabel dengan variabel baru
r dan s, dengan r = x + vt dan s = x − vt.
Dengan menggunakan konsep diferensial parsial dan aturan rantai, maka da-
pat dinyatakan

khbasar2015
c
102 Diferensial Parsial
 
∂F ∂F ∂r ∂F ∂s ∂F ∂F ∂ ∂
= + = + = + F
∂x ∂r ∂x ∂s ∂x ∂r ∂s ∂r ∂s
 
∂F ∂F ∂r ∂F ∂s ∂F ∂F ∂ ∂
= + =v −v =v − F
∂t ∂r ∂t ∂s ∂t ∂r ∂s ∂r ∂s

Kemudian turunan kedua juga dapat diperoleh

∂2F
    
∂ ∂F ∂ ∂ ∂F ∂F
= = + +
∂x2 ∂x ∂x ∂r ∂s ∂r ∂s
∂2F ∂2F ∂2F
= +2 +
∂r2 ∂r∂s  ∂s2 (4.25)
∂2F
  
∂ ∂F ∂ ∂ ∂F ∂F
= =v − v −v
∂t2 ∂t ∂t ∂r ∂s ∂r ∂s
2 2 2
∂ F ∂ F ∂ F
= v2 2 − 2 +
∂r ∂r∂s ∂s2
Dengan demikian, dalam variabel yang baru, persamaan gelombang tersebut
dapat dituliskan dalam bentuk

∂2F 1 ∂2F ∂2F


− = 4 =0 (4.26)
∂x2 v 2 ∂t2 ∂r∂s

ar
Terlihat bahwa dalam variabel baru tersebut persamaan gelombang menjadi
s
ba
bentuk yang lebih sederhana dan lebih mudah diselesaikan (dicari solusinya).
kh

Contoh
15
20

∂2z ∂2z ∂2z


Carilah solusi persamaan diferensial 2
−5 +6 2 = 0 dengan
1

∂x ∂x∂y ∂y
m

menggunakan substitusi variabel s = y + 2x dan t = y + 3x.


se
01

Persamaan diferensial tersebut menunjukkan bahwa z adalah fungsi


21

dari x dan y. Dengan menggunakan variabel baru s dan t, maka ar-


l fi

tinya secara implisit z menjadi fungsi dari s dan t. Turunan parsial


ku

fungsi z terhadap variabel x dan y dapat dinyatakan dalam bentuk


ca

∂z ∂z ∂s ∂z ∂t ∂z ∂z
= + =2 +3
∂x ∂s ∂x ∂t ∂x ∂s ∂t
∂z ∂z ∂s ∂z ∂t ∂z ∂z
= + = +
∂y ∂s ∂y ∂t ∂y ∂s ∂t
Sedangkan untuk turunan kedua diperoleh sebagai berikut

khbasar2015
c
4.9 Aturan Leibniz 103

∂2z ∂2z ∂2z ∂2z


 
∂ ∂z
= = 4 + 9 + 12
∂x2 ∂x ∂x ∂s2 ∂t2 ∂s∂t
2 2 2
∂2z
 
∂ z ∂ ∂z ∂ z ∂ z
= = 2 + 2 +2
∂y 2 ∂y ∂y ∂s ∂t ∂s∂t
∂2z ∂2z ∂2z ∂2z
 
∂ ∂z
= =2 2 +3 2 +5
∂x∂y ∂x ∂y ∂s ∂t ∂s∂t

Dengan menggunakan bentuk diferensial parsial tersebut di atas, ma-


ka persamaan diferensial yang dimaksud dapat dituliskan kembali da-
lam bentuk yang sederhana yaitu

∂2z
 
∂ ∂z
= 0 atau =0
∂s∂t ∂s ∂t

yang berarti solusi persamaan diferensial tersebut adalah z = f (s) +


g(t) = f (y +2x)+g(y +3x), dengan f dan g adalah fungsi sembarang.

4.9 Aturan Leibniz

ar
s
ba
kh
Berdasarkan definisi integral sebagai anti turuan, yaitu jika
15

dF (x)
f (x) =
20

dx
1

maka integral tertentu dengan batas dari t = a sampai t = x akan membe-


m
se

rikan
Zx x
01


f (t)dt = [F (t)] = F (x) − F (a)
21

a
a
l fi

dengan a adalah konstanta. Kemudian bila persamaan tersebut didiferensi-


ku

alkan akan diperoleh


ca

Zx
d d dF (x)
f (t)dt = [F (x) − F (a)] = = f (x)
dx dx dx
a

Hal yang sama juga dapat diperoleh bila dihitung integral tertentu dengan
batas dari t = x sampai t = a yang akan memberikan

khbasar2015
c
104 Diferensial Parsial
Za
f (t)dt = F (a) − F (x)
x
Za
d dF (x)
f (t)dt = − = −f (x)
dx dx
x

Secara umum dapat diperoleh jika salah satu batas integrasi tersebut adalah
fungsi dari variabel x misalnya u(x) dan v(x), maka akan dapat diperoleh
hubungan berikut
v(x)
Z
d
f (t)dt = f (v)
dv
a
Zb
d
f (t)dt = −f (u)
du
u(x)

Jika batas-batas integralnya merupakan fungsi dari variabel x, maka dapat


diperoleh

ar
v(x)
Z
s
d d d dba
f (t)dt = [F (v) − F (u)] = F (v) − F (u)
dx dx dx dx
kh

u(x)
15

dF dv dF du
= −
20

dv dx du dx
1

Dengan demikian akan dapat dinyatakan dalam bentuk


m
se
01

v(x)
Z
d dv du
21

f (t)dt = f (v) − f (u) (4.27)


dx dx dx
l fi

u(x)
ku
ca

Persamaan tersebut di atas memberi ungkapan tentang turunan (diferensial)


dari suatu integral tertentu.
Contoh 1
1/3
x
Z
dI
Hitunglah dengan I = t2 dt.
dx
0

khbasar2015
c
4.9 Aturan Leibniz 105

Dalam hal ini f (t) = t2 , u(x) = 0 dan v(x) = x1/3 , sehingga

f (u) = f (0) = 0
du
=0
dx
f (v) = f (x1/3 ) = x2/3
dv 1
= x−2/3
dx 3
Dengan demikian diperoleh
1/3
x
Z  
d 2 2/3 1 −2/3 1
t dt = (x ) x − (0)(0) =
dx 3 3
0

Contoh 2
arcsin
Z x
sin t dI
Jika I = dt, tentukanlah .

ar
t dx

s
x2 ba
kh

Dengan menggunakan ungkapan pada persamaan 4.27, maka dapat


15

sin t
diperoleh bahwa f (t) = dan u(x) = x2 serta v(x) = arcsin x.
20

t
Selanjutnya dapat diperoleh
1
m

dI dv du
se

= f (v) − f (u)
dx dx dx
01

dengan
21

sin v sin(arcsin x) x
l fi

f (v) = = =
v arcsin x arcsin x
ku

sin u sin x2
ca

f (u) = =
u x2
dv d(arcsin x) 1
= =√
dx x 1 − x2
du d(x2 )
= = 2x
dx dx
Sehingga

khbasar2015
c
106 Diferensial Parsial

dI x 1 sin x2 x 2 sin x2
= √ − 2x = √ −
dx arcsin x 1 − x2 x2 arcsin x 1 − x2 x

Berikutnya tinjau suatu fungsi yang terdiri dari dua variabel sedemikian
Zb
sehingga F (x) = f (x, y)dy. Dari definisi turunan, telah diuraikan bahwa
a

dF F (x + h) − F (x)
= lim
dx h→0 h
Dengan demikian dapat dinyatakan

Zb Zb
f (x + h, y)dy − f (x, y)dy
dF a a
= lim
dx h→0 h
Zb  
f (x + h, y) − f (x, y)
= lim dy
h→0 h
a (4.28)

ar
Zb
s
 
f (x + h, y) − f (x, y)
ba
= lim dy
kh
h→0 h
a
15

Zb Zb
d ∂f (x, y)
20

f (x, y)dy = dy
dx ∂x
1

a a
m
se

Jika fungsi yang diintegralkan adalah fungsi multivariabel misalnya f (x, t)


01

dan batas-batas integralnya juga fungsi dari variabel x yaitu u(x) dan v(x),
21

maka secara umum fungsi F akan bergantung pada variabel u, v, t. Diferensial


l fi

F (u, v, t) dapat dinyatakan dalam bentuk


ku

dF ∂F du ∂F dv ∂F dx ∂F du ∂F dv ∂F
ca

= + + = + +
dx ∂u dx ∂v dx ∂x dx ∂u dx ∂v dx ∂x
karena telah diperoleh sebelumnya bahwa ∂F/∂u = −f (x, u) dan ∂F/∂v =
f (x, v) maka akan diperoleh aturan Leibniz untuk fungsi multivariabel seba-
gai berikut:

v(x)
Z v(x)
Z
d dv du ∂f
f (x, t)dt = f (x, v) − f (x, u) + dt (4.29)
dx dx dx ∂x
u(x) u(x)

khbasar2015
c
4.9 Aturan Leibniz 107

Contoh
2
Zx
dI sin xt
Tentukanlah jika I(x) = dt.
dx t
x

sin xt
Dalam hal ini dapat dipahami bahwa f (x, t) = , u(x) = x dan
t
2
v(x) = x . Maka dengan menggunakan aturan Leibniz (persamaan
4.29) akan diperoleh
2
Zx
dI sin x3 sin x2 t cos xt
= (2x) − (1) + dt
dx x2 x t
x
 x2
2 sin x3 sin x2

sin xt
= − +

x x x


x
sin x3 sin x2 1
3 sin x3 − 2 sin x2

=3 −2 =
x x x

s ar
ba
kh
15
20
1
m
se
01
21
l fi
ku
ca

khbasar2015
c
ca
ku
l fi
21
01
se
m
1
20
15
kh
ba
sar
Paket Soal Bab 4

1. Jika z = x2 + 2y 2 , x = r cos θ dan y = r sin θ, tentukanlah turunan parsial


berikut
   
∂z ∂z ∂2z ∂2z ∂2z
a. b. c. d. e.
∂x y ∂r x ∂r∂y ∂r∂x ∂x∂y
2. Tentukan uraian Maclaurin untuk fungsi berikut
ln(1 + x)
a. cos(x + y) b. exy c.

ar
(1 + y)

s
ba
3. Tentukanlah dz/dt jika z = xe−y , x = cosh t dan y = cos t.
kh

4. Suatu kurva dinyatakan dengan persamaan xy 3 − yx3 = 6. Tentukanlah


persamaan garis singgung pada kurva tersebut di titik (1.2).
15

d2 x
20

5. Tentukanlah jika x = yz dan y = 2 sin(y + z).


dy 2
1

∂w ∂w 2 2
m

6. Tentukanlah dan jika w = e−r −s , r = uv dan s = u + 2v.


∂u  ∂v  
se


∂p ∂p
01

7. Tentukanlah dan di titik (p, q, s, t) = (−1, 2, 3, 5) jika di-


∂s t ∂s q
21

ketahui p3 + sq = t dan q 3 + tp = s.
l fi

8. Suatu talang air akan dibuat dari lempeng logam yang lebarnya 24 cm. Ta-
ku

lang tersebut dibuat dengan cara menekuk pinggir lempeng logam dengan
ca

sudut θ sebagaimana ditunjukkan dalam gambar. Tentukanlah ukuran pe-


nampang talang tersebut dan sudut θ agar memberikan kapasitas yang
paling besar.

θ θ
9. Jika terdapat tiga buah benda titik yang bermassa m, 2m dan 3m dan
masing-masing terletak di titik (0, 1), (1, 0) dan (2, 3), tentukanlah letak
titik P sedemikian sehingga momen inersia sistem benda tersebut terhadap
sumbu yang melewati titik P minimal.

109
110 Paket Soal Bab 4

10. Tentukanlah jarak terpendek dari titik pusat kordinat ke permukaan 2z 2 +


6xy = 3.
11. Temperatur pada permukaan persegi yang dibatasi oleh garis x = ±1, y =
±1 dinyatakan dengan T = 2x2 − 3y 2 − 2x + 10. Tentukanlah temperatur
terendah dan tertinggi pada permukaan tersebut.
12. Dengan mengubah variabel u = 5x − 2y dan v = 2x + y, selesaikanlah
∂2z ∂2z ∂2z
persamaan diferensial 2 2 + − 10 2 = 0.
∂x √ ∂x∂y ∂y
Zx
13. Tentukanlah dy/dx jika y = sin2 tdt.
0
Z2/x
d sin xt
14. Hitunglah dt.
dx t
1/x

ar
s
ba
kh
15
20
1
m
se
01
21
l fi
ku
ca

khbasar2015
c
ca
ku
l fi
21
01
se
m
1
20
15
kh
ba
sar

Anda mungkin juga menyukai