Catatan Kuliah
FI2101 Fisika Matematik IA
Semester I 2015-2016
ar
s
ba
kh
15
20
1
m
se
01
21
l fi
ku
ca
ar
= lim (4.1)
s
dx ∆x→0 ∆x ba
kh
15
y df ∆y
20
=
dx x=x0 ∆x
1
m
se
∆y
f (x)
01
∆x
21
l fi
ku
ca
x
x0
83
84 Diferensial Parsial
nyatakan dengan fungsi f (x, y) bila diambil x konstan, maka akan didapat
kurva yang merupakan hasil perpotongan permukaan f (x, y) dengan bidang
x konstan tersebut. Turunan atau diferensial seperti ini dinamakan diferensi-
al parsial (turunan sebagian). Jika x dianggap konstan, maka turunan yang
diperoleh adalah turunan terhadap variabel y dan interpretasinya tetap sa-
ma yaitu menunjukkan slope (kemiringan) dari kurva yang dibentuk dari
perpotongan kedua permukaan tersebut.
Notasi yang digunakan untuk menuliskan turunan parsial dari fungsi
∂f
f (x, y) terhadap variabel y (dengan menganggap x konstan) adalah atau
∂y
∂f
lebih lengkapnya sering juga dituliskan sebagai .
∂y x
Fungsi f juga merupakan fungsi dengan variabel y sehingga dapat juga
diperoleh turunan parsial f (x, y) terhadap variabel x (dengan menganggap
∂f
variabel y konstan) dan hal ini dinyatakan sebagai atau lebih lengkapnya
∂x
∂f
sering juga dituliskan sebagai .
∂x y
Jika diferensial biasa didefinisikan dengan limit sebagaimana ditunjukkan
dalam persamaan 4.1, maka untuk turunan parsial definisinya adalah
ar
= lim
s
∂x ∆x→0 ∆x ba
(4.2)
∂f (x, y) f (x, y + ∆y) − f (x, y)
kh
= lim
∂y ∆y→0 ∆y
15
20
∂x ∂x ∂x ∂y ∂x∂y ∂x ∂x∂y
21
Notasi lain yang sering digunakan untuk menuliskan turunan parsial adalah
l fi
∂f
fx untuk menyatakan .
ku
∂x
∂ ∂f ∂ ∂f
ca
Dalam bagian terdahulu telah pernah dibahas tentang uraian fungsi menggu-
nakan deret pangkat (deret MacLaurin ataupun deret Taylor). Untuk fungsi
multivariabel, hal yang serupa juga dapat dilakukan yaitu menguraikannya
khbasar2015
c
4.1 Deret Pangkat Multivariabel 85
menjadi deret pangkat. Tinjau suatu fungsi multivariabel, misalnya yang di-
nyatakan dengan f (x, y) = sin x cos y. Uraian deret pangkat (MacLaurin)
untuk f (x, y) tersebut dapat diperoleh dengan mengalikan dua deret pang-
kat masing-masing untuk sin x dan cos y sebagai berikut
x3 x5 y2 y4
f (x, y) = sin x cos y = x − + + ... 1− + + ...
3! 5! 2! 4!
x3 xy 2 y4 x5 x3 y 2 xy 4
=x− − + + + + + ...
3! 2! 4! 5! 2!3! 4!
Atau misalnya suatu fungsi lain yaitu f (x, y) = e(x−y) yang dapat diuraikan
sebagai berikut
(x − y)2 (x − y)3
e(x−y) = 1 + (x − y) + + + ...
2! 3!
2 2
x − 2xy + y x − 3x2 y + 3xy 2 − y 3
3
=1+x−y+ + + ...
2! 3!
Terlihat bahwa secara umum akan diperoleh suku-suku yang jumlah pangkat
variabel x dan y masing-masing 0, 1, 2, 3, . . .. Sehingga uraian deret MacLa-
urin untuk fungsi dua variabel secara umum berbentuk
ar
f (x, y) =c00 + c10 x + c01 y + c20 x2 + c11 xy + c02 y 2 + c30 x3
s
ba (4.3)
+ c21 x2 y + c12 xy 2 + c03 y 3 + . . .
kh
15
Sedangkan uraian deret pangkat dalam variabel x dan y untuk suatu fungsi
sembarang di sekitar titik (a, b) (uraian deret Taylor) secara umum dapat
1
m
+ c02 (y − b)2 + . . .
21
l fi
(4.4)
ku
memperoleh koefisien deret Taylor untuk fungsi satu variabel yaitu menggu-
nakan turunan (diferensial). Koefisien c00 dapat diperoleh dari f (a, b). Se-
lanjutnya bila deret tersebut diturunkan terhadap x, dan kemudian dihitung
nilainya pada x = a dan y = b maka akan diperoleh koefisien c10
∂f (x, y)
= c10 + 2c20 (x − a) + c11 (y − b) + . . .
∂x
1 ∂f 1
c10 = = fx (a, b)
2 ∂x 2
x=a,y=b
khbasar2015
c
86 Diferensial Parsial
Dengan proses yang sama akan dapat diperoleh koefisien-koefisien yang lain-
nya, yaitu
1 1 1
c20 = fxx (a, b), c11 = fxy (a, b), c02 = fyy (a, b), dst.
2 2 2
Secara umum akan dapat diperoleh bentuk uraian deret pangkat (deret Ta-
ylor) di sekitar titik (a, b) untuk fungsi dua variabel adalah sebagai berikut
∞ n
X 1 ∂ ∂
f (x, y) = (x − a) + (y − b) f (a, b) (4.5)
n=0
n! ∂x ∂y
ar
4.2 Diferensial Total
s
ba
kh
∂z ∂z
dz = dx + dy (4.6)
1
∂x ∂y
m
se
01
Untuk fungsi yang memiliki variabel lebih banyak, cara yang sama juga
dapat dilakukan. Jika u = f (x, y, z, . . .), maka diferensial total dari u adalah
ku
ca
∂f ∂f ∂f
du = dx + dy + dz + . . . (4.7)
∂x ∂y ∂z
khbasar2015
c
4.2 Diferensial Total 87
Contoh
Sedangkan turunan total (total derivative) atau sering juga disebut sebagai
turunan (derivative) suatu fungsi f (x, y) terhadap variabel x dan y dapat
diperoleh sebagai berikut
df (x, y) ∂f ∂f dy
= +
ar
dx ∂x ∂y dx
(4.8)
s
df (x, y) ∂f dx ∂f ba
= +
dy ∂y dy ∂y
kh
15
Contoh
20
1
x jika y = arcsin x
se
01
df ∂f dx ∂f dy ∂f ∂f dy
= + = +
ku
dx ∂x dx ∂y dx ∂x ∂y dx
ca
1
Karena f (x, y) = x2 + 3xy dan y = , maka
sin x
∂f ∂f dy 1
= 2x + 3y, = 3x, =√
∂x ∂y dx 1 − x2
Jadi
df 3x
= (2x + 3y) + √
dx 1 − x2
khbasar2015
c
88 Diferensial Parsial
Misalkan x adalah fungsi yang terdiri dari dua variabel yaitu y dan z sehingga
dinyatakan sebagai x(y, z). Diferensial dx dapat diperoleh sebagai berikut
∂x ∂x
dx = dy + dz
∂y z ∂z y
Umumnya berarti dapat pula dinyatakan bahwa y adalah fungsi yang terdiri
dari dua variabel yaitu x dan y. Dengan demikian diferensial dy dinyatakan
sebagai berikut
∂y ∂y
dy = dx + dz
∂x z ∂z x
Bila dy pada persamaan pertama diganti dengan persamaan kedua maka
diperoleh
∂x ∂x
dx = dy + dz
∂y z ∂z y
∂x ∂y ∂y ∂x
= dx + dz + dz
∂y z ∂x z ∂z x ∂z y
ar
!
s
∂x ∂y ∂x ∂y ∂x ba
= dx + + dz (4.9)
∂y z ∂x z ∂y z ∂z x ∂z y
kh
15
m
∂x ∂y
dx = dx + 0
se
∂y z ∂x z
01
∂x ∂y
=⇒ 1 =
21
∂y z ∂x z
l fi
−1
∂x ∂y
= (4.10)
∂y z ∂x z
Hal penting lainnya yang dapat diperoleh adalah bila x konstan yang ber-
arti dx = 0, maka dari persamaan 4.9 akan diperoleh
khbasar2015
c
4.4 Diferensial Eksak dan Tak Eksak 89
!
∂x ∂y ∂x
0= + dz
∂y z ∂z x ∂z y
∂x ∂y ∂x
⇒0= +
∂y z ∂z x ∂z y
∂x ∂y ∂z
= −1 (4.11)
ar
∂y z ∂z x ∂x y
s
ba
kh
suatu fungsi dan bahwa diferensial merupakan operasi kebalikan dari inte-
l fi
gral. Artinya untuk memperoleh bentuk suatu fungsi yang diketahui diferen-
sialnya, maka dapat dilakukan dengan cara mengintegralkan. Sebagaimana
ku
yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa diferensial dari fungsi f (x, y) adalah
ca
∂f ∂f
df = dx + dy. Misalnya jika df = xdy + ydx, bila dibandingkan maka
∂x ∂y
akan dapat diperoleh hubungan sebagai berikut
Z
∂f
= y → f (x, y) = ydx = xy + g(y)
∂x
Z
∂f
= x → f (x, y) = xdy = xy + h(x)
∂y
dapat diperoleh bentuk fungsi f yang memenuhi adalah f (x, y) = xy + C
dengan C adalah konstanta sembarang. Diferensial yang bentuk fungsinya
khbasar2015
c
90 Diferensial Parsial
s ar
df = A(x, y)dx + B(x, y)dy ba
kh
∂f ∂f
Dapat diperoleh bahwa = A(x, y) dan = B(x, y). Agar diferensial
15
∂x ∂y
tersebut bersifat eksak, maka syarat yang harus dipenuhi adalah
20
1
∂A ∂B
m
= (4.12)
∂y ∂x
se
01
n
ku
X
df = gi (x1 , x2 , . . . , xn )dxi
ca
i=1
khbasar2015
c
4.5 Aturan Rantai 91
dz ∂z dx ∂z dy
= + (4.15)
dt ∂x dt ∂y dt
ar
masing adalah fungsi dengan dua variabel yaitu s dan t. Hal ini berarti z
s
ba
adalah fungsi dari s dan t sehingga dapat diperoleh turunan parsial z ter-
kh
∂z ∂z ∂x ∂z ∂y
= +
1
∂s ∂x ∂s ∂y ∂s
m
(4.16)
∂z ∂z ∂x ∂z ∂y
se
= +
∂t ∂x ∂t ∂y ∂t
01
21
∂z ∂z
ku
= y, =x
∂x ∂y
ca
∂x ∂x
= cos(s + t) = cos(s + t)
∂s ∂t
∂y ∂y
=1 = −1
∂s ∂t
sehingga diperoleh
khbasar2015
c
92 Diferensial Parsial
∂z
= y cos(s + t) + x(1)
∂s
= (s − t) cos(s + t) + sin(s + t)
∂z
= y cos(s + t) − x(1)
∂t
= (s − t) cos(s + t) − sin(s + t)
∂x ∂x
∂s ∂t
∂u ∂u ∂u ∂u ∂u
∂y ∂y
= (4.17)
∂s ∂t ∂x ∂y ∂z
∂s ∂t
∂z ∂z
∂s ∂t
ar
4.6 Diferensial Implisit
s
ba
kh
fungsi dinyatakan dalam bentuk yang tidak eksplisit seperti itu. Misalnya saja
fungsi yang dinyatakan dalam bentuk x3 − 3xy + y 3 = 2. Dalam kasus ini,
1
m
fungsi tersebut tidak dapat dinyatakan dalam bentuk fungsi suatu variabel
se
dy
sehingga untuk mencari turunannya ( ) diperlukan cara lain yang disebut
01
dx
turunan impisit (implicit differential ). Prosesnya dapat dilakukan dengan
21
d d d d
x3 − y3 =
(3xy) + (2)
ca
dx dx dx dx
dx dy dx dy
3x2 − 3x + 3y + 3y 2 =0
dx dx dx dx
dy
3x2 − 3y − 3x − 3y 2 = 0
dx
dy 3x2 − 3y x2 − y
=⇒ = =
dx 3x − 3y 2 x − y2
khbasar2015
c
4.7 Aplikasi Diferensial Parsial 93
Contoh
dy
Tentukanlah jika yexy = sin x
dx
sar
ba
4.7 Aplikasi Diferensial Parsial
kh
15
Dalam kasus satu variabel, konsep diferensial dapat digunakan untuk mencari
1
m
suatu fungsi ditandai dengan nilai turunan sama dengan nol di titik tersebut.
01
sebut terdapat titik puncak ataupun titik lembah, maka kurva x = konstan
ca
dan y = konstan yang memotong permukaan tersebut dan melalui titik pun-
cak tersebut juga akan mengalami nilai ekstrimum di titik puncak yang sama.
Hal ini berarti di titik puncak tersebut berlaku
∂z ∂z
=0 dan =0 (4.18)
∂x ∂y
Sama halnya dengan persoalan maksimum-minimum dalam kasus satu varia-
∂z ∂z
bel, titik yang memenuhi kondisi = 0 dan = 0 dapat berupa titik mak-
∂x ∂y
simum, atau titik minimum, atau titik pelana dan lain sebagainya. Dengan
khbasar2015
c
94 Diferensial Parsial
titik pelana
10
0
f (x, y)
−10
4
2
−2 0
0 −2
2 y
x −4
ar
Gambar 4.2 Titik pelana.
s
ba
kh
Contoh 1
15
20
l
p
khbasar2015
c
4.7 Aplikasi Diferensial Parsial 95
V V V
p= −→ A = 2t + 2lt + l
lt lt lt
V V
= 2 + 2lt +
l t
A(l, t) = 10l + 2lt + 5t−1
−1
ar
5
s
diperoleh nilai t, yaitu t = √3
dan selanjutnya diperoleh nilai p =
ba
100
kh
5 1
= .
15
lt 10
20
Contoh 2
1
m
se
p
x2 + y 2 + z 2 . Karena permukaan tersebut diberikan dengan persa-
ku
p p
d = x2 + y 2 + (xy + 5)2 = x2 + y 2 + x2 y 2 + 10xy + 25
1/2
= x2 + y 2 + x2 y 2 + 10xy + 25
khbasar2015
c
96 Diferensial Parsial
2x2 − 2y 2 = 0 =⇒ x = ±y
ar
1/2
d = x2 + y 2 + x2 y 2 + 10xy + 25
s
1/2
ba
= y 4 + 12y 2 + 25
kh
15
dmin = 5.
1
m
Contoh 3
se
01
f = x2 + (1 − x2 )2 = x2 + 1 − 2x2 + x4 = x4 − x2 + 1
khbasar2015
c
4.7 Aplikasi Diferensial Parsial 97
df
= 4x3 − 2x
dx
Untuk memperoleh kondisi minimal turunan tersebut sama dengan
nol sehingga
r
df 3 1
= 4x − 2x = 0 −→ x = 0 atau x = ±
dx 2
Dengan mensubstitusikan ketiga nilai x tersebut
q dapat diperoleh bah-
1 1
wa jarak minimum dipenuhi untuk x = ± 2 dengan y = 2 yaitu
√
dmin = 12 3.
Contoh 4
Cara penyelesaian di atas merupakan cara eliminasi langsung. Cara
lain yang dapat digunakan adalah dengan menggunakan turunan im-
plisit.
ar
turunan fungsi tersebut yaitu
s
ba
df dy
kh
df
m
q
1
atau x = ± 2 . Sebagaimana yang telah diperoleh sebelumnya.
l fi
ku
ca
khbasar2015
c
98 Diferensial Parsial
∂f ∂f
df = dx + dy = 0
∂x ∂y
∂φ ∂φ
dφ = dx + dy = 0
∂x ∂y
Pada metode pengali Lagrange persamaan dφ dikalikan dengan suatu kons-
tanta λ kemudian dijumlahkan dengan persamaan df , sehingga didapat ben-
tuk persamaan
∂f ∂φ ∂f ∂φ
df + λdφ = 0 −→ +λ dx + +λ dy = 0 (4.19)
∂x ∂x ∂y ∂y
sar
ba
Kemudian persamaan-persamaan 4.20, 4.21 dan φ(x, y) = konstan disele-
kh
mum atau minimum dari suatu fungsi f (x, y) dengan x dan y mempunyai
20
∂F ∂F
• selesaikan persamaan = 0, = 0 dan φ(x, y) = konstan untuk
01
∂x ∂y
memperoleh x, y dan λ.
21
l fi
Contoh 1
ku
ca
Kemudian
khbasar2015
c
4.7 Aplikasi Diferensial Parsial 99
∂F
= 2x + λ 2x = 0
∂x
(4.23)
∂F
= 2y + λ y = 0
∂y
Dari persamaan pertama diperoleh bahwa x = 0 atau λ = −1. Bila
nilai x = 0, maka akan memberikan nilai y = 1, dan bila nilai λ = −1
maka akan memberikan y = 21 yang kemudian memberikan x2 = 21 .
Hal tersebut sama dengan yang diperoleh sebelumnya.
Contoh 2
Gunakan metode pengali Lagrange untuk menentukan jarak minimum
dari titik pusat koordinat ke perpotongan antara xy = 6 dengan 7x +
24z = 0.
Fungsi yang akan dicari minimumnya adalah fungsi jarak dari titik
pusat koordinat ke suatu titik (x, y, z) yang dapat dinyatakan dalam
bentuk x2 + y 2 + z 2 . Syarat yang harus dipenuhi adalah bahwa titik
(x, y, z) yang dimaksud haruslah terletak pada perpotongan antara
permukaan xy = 6 dengan permukaan 7x + 24z = 0. Dengan menggu-
ar
nakan metode pengali Lagrange berarti persamaan F (x, y) berbentuk
s
ba
kh
Selanjutnya diperoleh
20
∂F
1
= 2x + 7λ1 + λ2 y = 0
m
∂x
se
∂F
= 2y + λ2 x = 0
01
∂y
21
∂F
= 2z + 24λ1 = 0
l fi
∂z
ku
nya yaitu
xy = 6
7x + 24z = 0
khbasar2015
c
100 Diferensial Parsial
z
samaan ketiga memberikan λ1 = − . Bila nilai-nilai λ1 dan λ2 ini
12
disubstitusikan ke persamaan pertama dan kemudian dengan meng-
gunakan persamaan keempat akan diperoleh
7 2y 2 7 3
2x − x− =0 =⇒ 2x4 − x z − 72 = 0
12 x 12
Kemudian dengan menggunakan persamaan kelima dapat dieliminasi
variabel z sehingga didapat
625 12
x4 = 72 =⇒ x = ±
288 5
5
Selanjutnya dapat diperoleh variabel lainnya yaitu y = ± dan z =
2
7 p
∓ . Akhirnya diperoleh jarak minimum yaitu d = x + y 2 + z 2 =
2
10
5
√ .
2
s ar
Persoalan Batas
ba
kh
Turunan parsial sama dengan nol hanya memberikan titik yang bersifat eks-
15
tremum dalam suatu daerah. Namun perlu diingat jika daerah yang ditinjau
20
terbatas, maka bisa jadi terdapat nilai maksimum atau minimum pada da-
1
erah batas ataupun titik ujung. Untuk itu perlu diuji kemungkinan adanya
m
Contoh
21
khbasar2015
c
4.8 Pengubahan Variabel 101
T ( 12 , 0) = 2( 12 )2 − 3(0)2 − 2( 21 ) + 10 = 9, 5
T (x = 1, y) = T (y) = 2 − 3y 2 − 2 + 10 = 10 − 3y 2
dT
= −6y = 0 =⇒ y=0
dy
T (1, 0) = 2 − 0 − 2 + 10 = 10
ar
dy
s
dT
ba
pada y = ±1 =⇒ = 0 =⇒ x = 12 =⇒ T ( 12 , ±1) = 6, 5
kh
dx
15
Salah satu penggunaan penting dari diferensial parsial adalah dalam hal pe-
ca
∂2F 1 ∂2F
− =0 (4.24)
∂x2 v 2 ∂t2
Terlihat bahwa persamaan diferensial parsial tersebut mempunyai variabel x
dan t. Kemudian akan dilakukan pengubahan variabel dengan variabel baru
r dan s, dengan r = x + vt dan s = x − vt.
Dengan menggunakan konsep diferensial parsial dan aturan rantai, maka da-
pat dinyatakan
khbasar2015
c
102 Diferensial Parsial
∂F ∂F ∂r ∂F ∂s ∂F ∂F ∂ ∂
= + = + = + F
∂x ∂r ∂x ∂s ∂x ∂r ∂s ∂r ∂s
∂F ∂F ∂r ∂F ∂s ∂F ∂F ∂ ∂
= + =v −v =v − F
∂t ∂r ∂t ∂s ∂t ∂r ∂s ∂r ∂s
∂2F
∂ ∂F ∂ ∂ ∂F ∂F
= = + +
∂x2 ∂x ∂x ∂r ∂s ∂r ∂s
∂2F ∂2F ∂2F
= +2 +
∂r2 ∂r∂s ∂s2 (4.25)
∂2F
∂ ∂F ∂ ∂ ∂F ∂F
= =v − v −v
∂t2 ∂t ∂t ∂r ∂s ∂r ∂s
2 2 2
∂ F ∂ F ∂ F
= v2 2 − 2 +
∂r ∂r∂s ∂s2
Dengan demikian, dalam variabel yang baru, persamaan gelombang tersebut
dapat dituliskan dalam bentuk
ar
Terlihat bahwa dalam variabel baru tersebut persamaan gelombang menjadi
s
ba
bentuk yang lebih sederhana dan lebih mudah diselesaikan (dicari solusinya).
kh
Contoh
15
20
∂x ∂x∂y ∂y
m
∂z ∂z ∂s ∂z ∂t ∂z ∂z
= + =2 +3
∂x ∂s ∂x ∂t ∂x ∂s ∂t
∂z ∂z ∂s ∂z ∂t ∂z ∂z
= + = +
∂y ∂s ∂y ∂t ∂y ∂s ∂t
Sedangkan untuk turunan kedua diperoleh sebagai berikut
khbasar2015
c
4.9 Aturan Leibniz 103
∂2z
∂ ∂z
= 0 atau =0
∂s∂t ∂s ∂t
ar
s
ba
kh
Berdasarkan definisi integral sebagai anti turuan, yaitu jika
15
dF (x)
f (x) =
20
dx
1
rikan
Zx x
01
f (t)dt = [F (t)] = F (x) − F (a)
21
a
a
l fi
Zx
d d dF (x)
f (t)dt = [F (x) − F (a)] = = f (x)
dx dx dx
a
Hal yang sama juga dapat diperoleh bila dihitung integral tertentu dengan
batas dari t = x sampai t = a yang akan memberikan
khbasar2015
c
104 Diferensial Parsial
Za
f (t)dt = F (a) − F (x)
x
Za
d dF (x)
f (t)dt = − = −f (x)
dx dx
x
Secara umum dapat diperoleh jika salah satu batas integrasi tersebut adalah
fungsi dari variabel x misalnya u(x) dan v(x), maka akan dapat diperoleh
hubungan berikut
v(x)
Z
d
f (t)dt = f (v)
dv
a
Zb
d
f (t)dt = −f (u)
du
u(x)
ar
v(x)
Z
s
d d d dba
f (t)dt = [F (v) − F (u)] = F (v) − F (u)
dx dx dx dx
kh
u(x)
15
dF dv dF du
= −
20
dv dx du dx
1
v(x)
Z
d dv du
21
u(x)
ku
ca
khbasar2015
c
4.9 Aturan Leibniz 105
f (u) = f (0) = 0
du
=0
dx
f (v) = f (x1/3 ) = x2/3
dv 1
= x−2/3
dx 3
Dengan demikian diperoleh
1/3
x
Z
d 2 2/3 1 −2/3 1
t dt = (x ) x − (0)(0) =
dx 3 3
0
Contoh 2
arcsin
Z x
sin t dI
Jika I = dt, tentukanlah .
ar
t dx
s
x2 ba
kh
sin t
diperoleh bahwa f (t) = dan u(x) = x2 serta v(x) = arcsin x.
20
t
Selanjutnya dapat diperoleh
1
m
dI dv du
se
= f (v) − f (u)
dx dx dx
01
dengan
21
sin v sin(arcsin x) x
l fi
f (v) = = =
v arcsin x arcsin x
ku
sin u sin x2
ca
f (u) = =
u x2
dv d(arcsin x) 1
= =√
dx x 1 − x2
du d(x2 )
= = 2x
dx dx
Sehingga
khbasar2015
c
106 Diferensial Parsial
dI x 1 sin x2 x 2 sin x2
= √ − 2x = √ −
dx arcsin x 1 − x2 x2 arcsin x 1 − x2 x
Berikutnya tinjau suatu fungsi yang terdiri dari dua variabel sedemikian
Zb
sehingga F (x) = f (x, y)dy. Dari definisi turunan, telah diuraikan bahwa
a
dF F (x + h) − F (x)
= lim
dx h→0 h
Dengan demikian dapat dinyatakan
Zb Zb
f (x + h, y)dy − f (x, y)dy
dF a a
= lim
dx h→0 h
Zb
f (x + h, y) − f (x, y)
= lim dy
h→0 h
a (4.28)
ar
Zb
s
f (x + h, y) − f (x, y)
ba
= lim dy
kh
h→0 h
a
15
Zb Zb
d ∂f (x, y)
20
f (x, y)dy = dy
dx ∂x
1
a a
m
se
dan batas-batas integralnya juga fungsi dari variabel x yaitu u(x) dan v(x),
21
dF ∂F du ∂F dv ∂F dx ∂F du ∂F dv ∂F
ca
= + + = + +
dx ∂u dx ∂v dx ∂x dx ∂u dx ∂v dx ∂x
karena telah diperoleh sebelumnya bahwa ∂F/∂u = −f (x, u) dan ∂F/∂v =
f (x, v) maka akan diperoleh aturan Leibniz untuk fungsi multivariabel seba-
gai berikut:
v(x)
Z v(x)
Z
d dv du ∂f
f (x, t)dt = f (x, v) − f (x, u) + dt (4.29)
dx dx dx ∂x
u(x) u(x)
khbasar2015
c
4.9 Aturan Leibniz 107
Contoh
2
Zx
dI sin xt
Tentukanlah jika I(x) = dt.
dx t
x
sin xt
Dalam hal ini dapat dipahami bahwa f (x, t) = , u(x) = x dan
t
2
v(x) = x . Maka dengan menggunakan aturan Leibniz (persamaan
4.29) akan diperoleh
2
Zx
dI sin x3 sin x2 t cos xt
= (2x) − (1) + dt
dx x2 x t
x
x2
2 sin x3 sin x2
sin xt
= − +
x x x
x
sin x3 sin x2 1
3 sin x3 − 2 sin x2
=3 −2 =
x x x
s ar
ba
kh
15
20
1
m
se
01
21
l fi
ku
ca
khbasar2015
c
ca
ku
l fi
21
01
se
m
1
20
15
kh
ba
sar
Paket Soal Bab 4
ar
(1 + y)
s
ba
3. Tentukanlah dz/dt jika z = xe−y , x = cosh t dan y = cos t.
kh
d2 x
20
∂w ∂w 2 2
m
∂p ∂p
01
ketahui p3 + sq = t dan q 3 + tp = s.
l fi
8. Suatu talang air akan dibuat dari lempeng logam yang lebarnya 24 cm. Ta-
ku
lang tersebut dibuat dengan cara menekuk pinggir lempeng logam dengan
ca
θ θ
9. Jika terdapat tiga buah benda titik yang bermassa m, 2m dan 3m dan
masing-masing terletak di titik (0, 1), (1, 0) dan (2, 3), tentukanlah letak
titik P sedemikian sehingga momen inersia sistem benda tersebut terhadap
sumbu yang melewati titik P minimal.
109
110 Paket Soal Bab 4
ar
s
ba
kh
15
20
1
m
se
01
21
l fi
ku
ca
khbasar2015
c
ca
ku
l fi
21
01
se
m
1
20
15
kh
ba
sar