PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia adalah negara kepulauan terbesar didunia, menurut data dari
Sekretariat Jenderal Dewan dan Ketahanan Nasional pulau yang dimiliki oleh
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sebanyak 17.504 pulau.
Banyaknya pulau yang dimiliki menjadi tantangan Indonesia sebagai negara
berkembang. Indonesia sebagai negara berkembang tengah gencar-gencarnya
melakukan pembangunan infrastruktur. Beberapa tahun terakhir ini Indonesia
sedang gencar melakukan pembangunan. Baik berupa bangunan umum
maupun fasilitas-fasilitas seperti transportasi massal yang nyaman dan aman,
jalan yang layak, dan jembatan yang dapat menunjang akses antar wilayah.
Akses dari suatu wilayah ke wilayah lain maka dibutuhkan jalan penghubung.
Misalnya untuk menghubungkan dua daerah yang dibatasi oleh aliran sungai
maka dibutuhkan suatu jembatan untuk memudahkan aksesibilitas daerah
tersebut.
Saat ini di Indonesia banyak melaksanakan pembangunan infrastruktur
salah satunya di provinsi Jawa Tengah. Provinsi jawa tengah memiliki 29
kabupaten dan 6 kota, Kabupaten Wonosobo merupakan salah satu kabupaten
yang berada di provinsi jawa tengah. Kabupaten ini berbatasan dengan
Kabupaten Temanggung dan Kabupaten Magelang di timur, Kabupaten
Purworejo di selatan, Kabupaten Kebumen dan Kabupaten Banjarnegara di
barat, serta Kabupaten Batang dan Kabupaten Kendal di utara. Sebagian besar
wilayah Kabupaten Wonosobo adalah daerah pegunungan. Bagian timur
(perbatasan dengan Kabupaten Temanggung) terdapat dua gunung berapi:
Gunung Sindoro (3.136 meter) dan Gunung Sumbing (3.371 meter). Daerah
utara merupakan bagian dari Dataran Tinggi Dieng, dengan puncaknya
Gunung Prahu (2.565 meter). Di sebelah selatan, terdapat Waduk
Wadaslintang dan banyak terdapat sungai-sungai kecil. Wonosobo adalah
wilayah dengan keadaan tanah yang begitu subur sehingga banyak sekali
tanaman yang dapat tumbuh contohnya adalah sayuran dan buah. Salah satu
1
buah yang terkenal dari kabupaten Wonosobo adalah Carica. Kabupaten
Wonosobo juga terkenal dengan kuliner dan pariwisatanya. Salah satu tempat
wisata yang sering dikunjungi yaitu Dataran tinggi Dieng, Puncak Sikunir,
Telaga Warna dan tempat wisata pemandian air hangat.
Kabupaten Wonosobo terdapat 15 kecamatan, salah satu diantaranya
adalah Kecamatan Wadaslintang. Wadaslintang adalah sebuah kecamatan di
Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah, Indonesia. Pada bagian selatan
Kecamatan Wadaslintang, yakni di perbatasan dengan Kabupaten Kebumen
terdapat Waduk Wadaslintang yang membendung Kali Gede dan beberapa
sungai kecil lainnya. Keberadaan waduk ini sangatlah penting, disamping
sebagai PLTA (Pembangkit Listrik Tenaga Air), juga mencegah banjir di
daerah Prembun - Kebumen dan sekitarnya, serta sebagai obyek pariwisata.
Kecamatan Wadaslintang memiliki 17 desa, salah satu diantaranya adalah
Desa Somogede yang berbatasan dengan Desa Lancar dan Desa Trimulyo.
Akses jalan menuju desa Somogede sudah beraspal tetapi terdapat banyak
lobang karena kontour tanah yang tidak stabil dan banyak kendaraan truck
yang melewatinya. Di desa Somogede terdapat beberapa obyek wisata
diantaranya yaitu Puncak bukit siloreng dan pemandian air hangat yaitu
pemandian kalianget yang dalam rencananya akan dibangun Water Park.
Tepat di Dusun Kalianget, Desa Somogede Wadaslintang inilah
mengalir air bening yang bermanfaat. Sumber air panas Kalianget telah
dimanfaatkan sebagai obyek wisata dan terapi pengobatan. Selanjutnya
menurut keterangan salah satu petugas penjual karcis (Awaludin 48 th) setiap
hari pemandian ini dikunjungi sedikitnya 50 orang dan berasal dari berbagai
daerah di Kabupaten Wonosobo. Untuk mengunjungi Pemandian Kalianget
ini dari Jalan Raya Wonosobo-Kebumen sampai di KM 37 dari Wonosobo di
jalan masuk dari pertigaan Topas Kelurahan Wadaslintang turun melalui jalan
yang berkelok menuju Kalianget (kurang lebih 3,5 (baca: Tiga Setengah)
2
Km). setelah jalan diperbaiki dengan aspal hotmix pengunjung meningkat
drastis dari 50 orang per hari menjadi 100 orang per hari.
(Sumber : www.4bp.blogspot.com)
3
pedesaan telah menjadi trend di abad 21. Faktor penting dalam pelayanan dan
transportasi pedesaan adalah pembiayaan dan pengelolaan asset, juga
integrasi antar desa merupakan faktor yang sangat penting demi
mensukseskan pelayanan dan transportasi pedesaan.
Selain jembatan-jembatan untuk penghubung antar pulau dan untuk lalu
lintas kendaraan bermotor, di Indonesia juga terdapat jembatan
penyeberangan orang atau yang biasa disingkat JPO. JPO adalah fasilitas
pejalan kaki untuk menyeberang jalan yang ramai dan lebar. Desain jembatan
penyeberangan biasanya menggunakan prinsip yang sama dengan jembatan
untuk kendaraan. Tetapi karena biasanya lebih ringan dari jembatan
kendaraan, dalam desain JPO biasanya mempertimbangkan getaran dan efek
dinamik dari penggunanya. Di samping itu masalah estetika juga menjadi
pertimbangan penting dalam membangun JPO terutama dijalan-jalan
protokol dimana desain arsitektur menjadi pertimbangan yang penting.
Untuk merencanakan sebuah jembatan yang baik, perencanaan
jembatan harus didasarkan pada 3 prinsip utama yaitu kekuatan, kekakuan
dan stabilitas. Kekuatan jembatan menunjukkan seberapa besar beban yang
mampu ditahan suatu jembatan. Kekakuan jembatan mengindikasikan
seberapa baik setiap elemen jembatan itu bekerja sama. Stabilitas jembatan
berkaitan dengan ketahanan jembatan itu sendiri.
Berdasarkan materialnya, jembatan dibagi menjadi jembatan kayu,
jembatan beton bertulang dan prategang, jembatan komposit dan jembatan
baja. Dari keempat material tersebut, baja menjadi salah satu material yang
paling sering digunakan. Dengan adanya beberapa bahan konstruksi lain
seperti baja, maka perlu dicoba merancang ulang jembatan dengan
menggunakan material baja. Mengingat beberapa keunggulan dari material
baja itu sendiri dibandingkan dengan material yang lain. Keunggulan dari
material baja itu sendiri adalah sebagai berikut :
1. Mempunyai kekuatan yang tinggi, sehingga dapat mengurangi ukuran
struktur serta mengurangi pula berat sendiri dari struktur. Hal ini cukup
4
menguntungkan bagi struktur – struktur jembatan yang berada pada
kondisi tanah yang buruk.
2. Keseragaman dan keawetan yang tinggi, tidak seperti halnya material
beton bertulang yang terdiri dari berbagai macam bahan penyusun,
material baja jauh lebih seragam/homogen serta mempunyai tingkat
keawetan yang jauh lebih tinggi jika prosedur perawatan dilakukan
secara semestinya.
3. Keunggulan lain pemakaian baja sebagai material konstruksi adalah
kemudahan penyambungan antar elemen satu dengan lainnya
menggunakan alat sambung las atau baut. Pembautan baja melalui
proses gilas panas mengakibatkan baja menjadi mudah dibentuk
menjadi penampang yang diinginkan. Kecepatan pelaksanaan kontruksi
baja juga menjadi suatu keunggulan material baja.
5
yang dibentuk pada konsep kali ini diharapkan dapat menjadi desain yang
akhirnya digunakan sebagai alternatif desain atau bahan pertimbangan desain
jembatan.
Perancangan dan perencanaan jembatan penyeberangan orang tersebut
dianalisis menggunakan software SAP 2000. Beberapa hal yang dianalisis
yaitu mengenai kekuatan dan kekakuan jembatan. Bakht dan Jaeger (1987),
mengemukakan bahwa penentuan parameter-parameter merupakan konsep
dasar metode sederhana dalam menganalisa struktur jembatan. Untuk
mengetahui parameter-parameter yang digunakan dalam memperoleh
respons, struktur jembatan dan kendaraan harus diidealisasikan terlebih
dahulu menjadi sebuah model. Permodelan struktur jembatan pada umumnya
adalah sebagai balok silang (grillage) / balok grid. Sedangkan pembebanan
oleh kendaraan dimodelkan menurut peraturan pembebanan untuk jalan raya.
Perilaku pembebanan pada kedua model di atas memberikan suatu keluaran
data (output) dari program SAP 2000 berupa gaya geser dan momen yang
terjadi pada tiap-tiap elemen serta reaksi dukungandan deformasi tiap join
pada model struktur jembatan.
Suatu jembatan rangka baja juga membutuhkan perawatan secara
berkala. Dalam metode perawatan dan pemeliharaan jembatan ini diambil
berdasarkan beberapa peraturan Kementerian PU (Pekerjaan Umum), yang
memuat secara umum tat acara perkuatan struktur jembatan rangka sehingga
dapat mengembalikan kapasitas jembatan mendekati kondisi semula dengan
tindakan yang paling tepat, efektif tanpa mengubah desain awal dengan
spesifikasi yang ada. Jika cara perawatan tidak baik hal ini akan mengurangi
jangka waktu pelayanan. Masalah pemeliharaan jembatan adalah personal
serius bagi teknisi, dengan menjamin keselamatan jembatan serta
memperpanjang waktu investasi pada jembatan adalah penting untuk
mengembangkan dan melengkapkan prosedur inspeksi dan evaluasi.
Dengan adanya kondisi di atas, sudah sewajarnya kita berfikir tentang
adanya layanan infrastruktur jalan dan jembatan yang optimal. Salah satunya
dengan cara perancangan dan pembangunan jembatan yang kuat, kokoh,
6
stabil dan ekonomis. Dikarenakan hal itu kami memilih jembatan rangka baja
yang direncanakan untuk dilewati oleh pejalan kaki agar roda ekonomi dan
aktivitas masyarakat sekitar semakin berkembang dan lancar, jembatan ini
kami berinama Jembatan Carabiner. Jembatan Carabiner adalah jembatan
yang akan dibangun di wilayah Wonosobo, Kecamatan Wadaslintang, Desa
Somogede. Memilih pembangunan jembatan di wilayah tersebut dikarenakan
jembatan yang menghubungkan dusun Kalianget dengan dusun Punthuk
sekaligus merupakan jembatan yang menghubungkan ke tempat wisata
pemandian air hangat tersebut sudah tidak layak digunakan. Jembatan dibuat
dari material bambu yang dibentangkan begitu saja di atas sungai yang
membentang 4 m. dek jembatan yang dijadikan sebagai alas pejalan kaki
hanya menggunakan anyaman bambu seadanya. Usia dari jembatan itu
sendiri kira-kira berumur 8 tahun yang dibangun pada tahun 2008 dan kondisi
saat ini sudah rapuh dan rusak. Dengan jembatan yang sudah tidak layak
tersebut maka roda perokonomian di desa Somogede sebagai daerah obyek
wisata menjadi tidak optimal. Dan juga karena jembatan tersebut merupakan
akses satu-satunya jalan penghubung antar dusun, maka perlu adanya
dibangun ulang jembatan yang dapat mengembalikan kesejahteraan
masyarakat di Desa Somogede dan memperlancar kembali aktivitas
masyarakatnya.
7
Gambar 3. Jembatan yang sudah ada
8
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan, maka dapat
diidentifikasi beberapa masalah, antara lain:
1. Jumlah jembatan yang ada di Indonesia.
2. Adanya pembangunan jembatan tersebut dapat meningkatkan
perekonomian masyarakat sekitar dari sektor pariwisata.
3. Belum diketahuinya data hasil pengujian laboratorium tentang
pengujian sondir di wilayah Wadaslintang.
4. Dengan adanya optimalisasi fasilitas-fasilitas khususnya akses jalan
apakah dapat meningkatkan sektor Pariwisata di kabupaten Wonosobo.
5. Desain jembatan penyebrangan orang yang memiliki nilai estetika.
6. Perencanaan jembatan yang memenuhi 3 prinsip utama yaitu kekuatan,
kekakuan, dan kestabilan.
7. Material struktur jembatan yang memiliki kekuatan dan keawetan yang
tinggi, serta memiliki kemudahan untuk dikerjakan.
8. Perencanaan struktur jembatan rangka baja canai dingin model k-truss
yang kuat.
9. Perencanaan kekuatan dan kekakuan struktur jembatan menggunakan
program SAP 2000.
10. Metode perawatan struktur jembatan rangka baja secara berkala.
C. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah, untuk memperjelas permasalahan
yang akan diperhitungkan, maka akan dibatasi pada hal-hal berikut:
1. Kekuatan, kekakuan, dan kestabilan jembatan merupakan aspek yang
penting yang harus terpenuhi.
2. Material utama jembatan adalah canai dingin.
3. Model dan desain jembatan menggunakan tipe jembatan k-truss.
4. Besarnya kekuatan dan kekakuan pada struktur model jembatan yang
telah direncanakan menggunakan program SAP 2000.
9
5. Perawatan struktur jembatan rangka baja secara berkala.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang ada pada latar belakang terdapat rumusan
masalah yang akan menjadi batasan dalam pembuatan proposal, yaitu sebagai
berikut :
1. Bagaimana desain jembatan yang kokoh, ringan, kaku, dan stabil?
2. Bagaimana kekuatan jembatan yang menggunakan material canai
dingin?
3. Berapakah biaya yang dibutuhkan untuk membuat jembatan Carabiner?
4. Bagaimana hasil desain jembatan dari kayu (stik es krim) yang dibuat
sesuai dengan model yang telah direncanakan?
5. Berapakah besar kekuatan pada struktur jembatan baja menggunakan
program SAP 2000?
6. Bagaimana cara perawatan berkala jembatan rangka baja ringan?
E. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah jembatan ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk menghasilkan desain jembatan yang kokoh, kaku, ringan dan
stabil.
2. Mengetahui kekuatan dan kekakuan struktur model jembatan rangka
baja ringan hasil perancangan.
3. Membuat model jembatan dari kayu (stik es krim) yang dibuat dari
model rancangan yang telah direncanakan sebagai simulasi jembatan
aslinya.
4. Untuk mengetahui cara perawatan berkala jambatan rangka baja ringan.
10
F. Manfaat
Manfaat dalam pembuatan proposal ini adalah:
1. Solusi dalam pembuatan jembatan baja canai dingin yang kokoh, kaku
ringan dan stabil.
2. Sebagai alternatif desain atau bahan pertimbangan desain jembatan.
3. Sebagai solusi dalam merencanakan ukuran atau penampang bagian
struktur jembatan baja ringan yang efisien.
4. Sebagai acuan dalam pembuatan jembatan rangka baja dengan bahan
stik es krim.
5. Melatih kemampuan kita untuk mendesain, menganalisa, dan
menentukan suatu model dalam pembuatan jembatan baja ringan.
11
BAB II
DESAIN JEMBATAN UKURAN SEBENARNYA
12
diperkirakan sebelumnya secara rasional harus dipertimbangkan dalam
perencanaan.
Menurut Supriyadi (2007), data yang diperlukan dalam proses
perencanaan jembatan adalah :
a. Lokasi jembatan
1) Topografi
2) Lingkungan
3) Tanah dasar
b. Keperluan : melintasi sungai, melintasi jurang / lembah, melintasi
jalan, dll.
c. Bahan struktur
1) Karakteristiknya
2) Ketersediaannya
d. Peraturan yang berlaku
Untuk memudahkan proses perencanaan diperlukan sebuah
diagram alir perencanaan sebagai panduan / alur perencanaan.
Diagram alir perencanaan jembatan Carabiner ditunjukan pada
berikut.
13
Mulai
Survey Pendahuluan
Data topografi
Analisa Geometri
Alternatf
Terpilih
Perhitungan
konstruksi
Gambar Desain
Selesai
14
3. Komponen Jembatan
Secara umum struktur jembatan terdiri atas 3 bagian utama yaitu
struktur atas (superstructure), struktur bawah (substructure) dan
pondasi.
a. Struktur Atas (superstructure) merupakan bagian yang menerima
beban langsung yang meliputi berat sendiri, beban mati, beban
mati tambahan, beban lalu-lintas kendaraan,gaya rem, beban
pejalan kaki, dll.
b. Struktur Bawah (substructure) berfungsi memikul seluruh beban
struktur atas dan beban lain yang ditimbulkan oleh tekanan tanah,
aliran air dan hanyutan, tumbukan, gesekan pada tumpuan dan
lain sebagainya, selanjutnya beban yang sudah diterima akan
disalurkan ke pondasi. Struktur bawah jembatan umumnya
meliputi:
1) Abutment adalah struktur pada bagian bawah jembatan yang terletak
pada kedua ujung pilar-pilar jembatan yang berfungsi untuk menerima
beban hidup (angin, kendaraan, dll.) dan beban mati (beban gelagar,
dll.) pada struktur jembatan. Pada bagian kepala jembatan terdapat
jugalandasan atau bearing yang menghubungkan antara girder jembatan
dengan abutment.
Gambar 7. Abutment
(sumber:http://www.ilmutekniksipil.com/struktur-jembatan-2/abutment-
jembatan)
15
2) Pilar jembatan terletak di tengah jembatan (di tengah sungai) yang
memiliki kesamaan fungsi dengan kepala jembatan yaitu mentransfer
gaya jembatan rangka ke tanah. Sesuai dengan standar yang ada.
panjang bentang rangka baja. Sehingga apabila bentang sungai
melebihi panjang maksimum jembatan tersebut maka dibutuhkan pilar.
Sama halnya dengan abutment, pada pilar jembatan rangka juga
terdapat komponen-komponen seperti lateral stop block dan bearing
pad, tetapi yang berbeda adalah pada pilar terdapat seismic buffer block.
3) Pondasi jembatan berfungsi meneruskan seluruh beban jembatan ke
tanah dasar. Pondasi dalam jembatan dapat dibedakan menjadi
beberapa macam, antara lain:
1) Pondasi tapak,
2) Pondasi sumuran,
3) Pondasi tiang.
B. Krtiteria Perancangan
1. Material
Pada perancangan kali ini material yang digunakan adalah baja
canai dingin. Baja cold-formed atau cold-rolled (canai dingin) atau
light-gage atau baja ringan adalah komponen struktur baja dari
lembaran atau pelat baja dengan proses pengerjaan dingin. Potongan
penampang, konfigurasi, proses manufaktur dan fabrikasi cold-formed
steel berbeda dengan baja konvensional. Pada produksi cold-formed
steel, baja dibentuk sedemikian rupa dalam suhu ruangan dengan
menggunakan bending brakes, press brake, dan roll-forming machines.
Baja canai dingin semakin populer digunakan sebagai alternatif
pengganti kayu dan secara intensif dipakai pada bangunan rendah tidak-
bertingkat (low-rise building).
Baja canai dingin dengan kualitas tinggi yang bersifat ringan dan
tipis namun kekuatannya tidak kalah dengan baja konvensional. Baja
ringan memiliki tegangan tarik tinggi (G550). Baja G550 berarti baja
16
memiliki kuat tarik 550 MPa (Mega Pascal). Baja ringan adalah Baja
High Tensile G-550 (Minimum Yeild Strength 5500 kg/m2 ) dengan
standar bahan ASTM A792, JIS G3302, SGC 570. Untuk melindungi
material baja mutu tinggi dari korosi, harus diberikan lapisan pelindung
(coating) secara memadai. Berbagai metode untuk memberikan lapisan
pelindung guna mencegah korosi pada baja mutu tinggi telah
dikembangkan.
Kuat
Teganga
Standar yang Tarik
Mutu n Leleh
digunakan (fu)
(fy) MPa
MPa
17
Kuat
Teganga
Standar yang Tarik
Mutu n Leleh
digunakan (fu)
(fy) MPa
MPa
18
Kuat
Teganga
Standar yang Tarik
Mutu n Leleh
digunakan (fu)
(fy) MPa
MPa
2. Alat Sambung
Sistem dan model dari suatu sambungan merupakan bagian yang
paling penting pada perencanaan konstruksi baja, di mana sambungan
yang merupakan titik buhul menghubungkan beberapa rangka batang
menjadi sebuah rangka batang. Sambungan tersebut akan menyalurkan
gaya-gaya yang akan dipikul oleh batang yang satu dengan batang yang
lain sehingga seluruh rangka batang akan memikul perlakuan gaya
sesuai dengan perilaku batang masing-masing.
19
Karena sambungan berperan menyalurkan gaya ke komponen
lain, maka sambungan tersebut harus dirancang sedemikian rupa
sehingga menghasilkan suatu sambungan yang aman, ekonomis dan
mampu dibuat secara praktis. Kriteria dasar yang umum dalam
perencanaan sambungan antara lain sebagai berikut:
a. Kekuatan (strength)
Dari segi kekuatan sambungan harus dapat menahan
momen, gaya geser, gaya aksial yang dipindahkan dari batang
yang satu kebatang yang lain.
b. Kekakuan (stiffness)
Kekakuan sambungan secara menyeluruh sangatlah penting
antara lain untuk menjaga lokasi semua komponen struktur satu
sama lain.
c. Ekonomis
Sambungan harus sederhana, biaya fabrikasi yang murah
tapi memenuhi secara, cukup kuat dan mudah dalam
pelaksanaanya.
20
e. Untuk memberikan kemungkinan adanya bagian / batang
konstruksi yang dapat bergerak misal peristiwa muai susut baja
akibat perubahan suhu.
3. Beban
Proses penentuan beban-beban yang bekerja pada struktur
mungkin merupakan tahapan terpenting sekaligus tersulit yang harus
dihadapi perencana struktur dalam suatu rangkaian proses desain.
Disebut demikian karena untuk mencapai hasil rancangan yang tepat
dan akurat perencana harus :
a. Mampu menentukan nilai maksimum beban yang akan
ditanggung struktur selama masa layan.
b. Mampu menentukan penempatan beban yang paling memberikan
pengaruh paling buruk (worst) terhadap struktur.
c. Pada struktur tertentu perencana juga dituntut harus mampu
menentukan tahapan pembebanan yang tepat, misalnya pada
struktur komposit dimana tahapan pembebanan menentukan
kapasitas suatu penampang.
21
satuan dengan jembatan (Sumantri, 1989:63). Dalam menentukan
besarnya muatan mati harus dipergunakan nilai berat volume
untuk bahan-bahan bangunan.
b. Beban hidup
Yang termasuk dengan beban hidup adalah beban yang
berasal dari berat kendaraan-kendaraan bergerak lalu lintas
dan/atau pejalan kaki yang dianggap bekerja pada jembatan.
Berdasarkan PPPJJR-1987, halaman 5-7, beban hidup yang
ditinjau terdiri dari Secara umum, beban lajur “D” akan menjadi
beban penentu dalam perhitungan jembatan yang mempunyai
bentang sedang sampai panjang,sedangkan beban truk “T”
digunakan untuk bentang pendek dan lantai kendaraan. Interaksi
antara kendaraan yang bergerak dengan jembatan akan
menghasilkan beban dinamis yang dalam perencanaan
dinyatakan sebagai beban statis ekuivalen.
Untuk mendapatkan simulasi kejut dari kendaraan bergerak
padastruktur jembatan digunakan faktor beban dinamis (FBD)
yang berlaku bagi beban “D” maupun beban “T”. Besarnya FBD
tergantung kepada frekuensi dasar darisuspensi kendaraan,
biasanya 2 sampai 5 Hz untuk kendaraan berat, dan frekuensidari
getaran lentur jembatan. Untuk pembebanan “D”, FBD
merupakan fungsi dari panjang bentang ekuivalen untuk bentang
tunggal, panjang bentang ekuivalen diambil sama dengan panjang
bentang sebenarnya.
Beban lajur “D” (TD) terdiri dari beban terbagi merata
(Uniformly Distributed Load) UDL dan beban garis (knife Edge
Load) KEL. UDL mempunyai intensitas q (kPa) yang besarnya
tergantung pada panjang total L (Panjang bentang jembatan) yang
dibebani dan dinyatakan dengan rumus sebagai berikut:
q = 9.0 kPa untuk L ≤ 30 m
22
15
q 0.9 0.5 kPa ……………...………………….(1)
L
untuk L ≥ 30 m
KEL memiliki intensitas, p = 49.0 kN/m
Faktor beban dinamis (Dynamic Load Allowance) untuk
KEL diambil sebagai berikut:
DLA = 0.4 untuk L ≤ 50 m
DLA 0.4 0.0025L 50 ……………………………(2)
untuk 50 < L < 90 m
DLA = 0.4 untuk L ≥ 90 m
c. Beban pejalan kaki
Beban pejalan kaki ditentukan oleh luas deck yang ada,
diketahui sebgai berikut:
Untuk A < 10m2 , q = 5 kPa
Untuk 10m2 < A < 100m2 , q = kPa
Untuk A > 100m2 , q = 2 kPa,
Setelah diketaui nilai A dari perhitungan bentang ekivalen
dikalikan dengan lebar jembatan, maka dapat diketahui nilai BTR
dari pejalan kaki adalah
Q q b (kN/m) ...........................................................(3)
d. Beban Kejut
Beban kejut diperhitungkan pengaruh getaran-getaran dari
pengaruh dinamis lainnya., tegangan-tegangan akibat beban garis
(P) harus dikalikan dengan koefisien kejut. Sedangkan beban
terbagi rata (q) dan beban terpusat (T) tidak dikalikan dengan
koefisien kejut. Besarnya koefisien kejut ditentukan dengan
rumus:
20
K 1 ………………………………………..(4)
50 L
Sedangkan Beban Sekunder terdiri dari beban angin,gaya
rem, dan gaya akibat perbedaan suhu.
23
e. Beban Angin
Pengaruh tekanan angin bekerja dalam arah horizontal
sebesar 100 kg/cm2. Dalam memperhitungkan jumlah luas
bagian jembatan pada setiap sisi digunakan jumlah luas bagian
jembata pada setiap sisi digunakan ketentuan sebagai berikut:
1) Untuk jmbatan berdinding penuh diambil sebesar 100% terhadap luas
sisi jembatan.
2) Untuk jembatan rangka diambil sebesar 30% terhadap luas sisi
jembatan.
Gaya akibat angin dihitung dengan rumus:
TEW 0.0006 Cw Vw 2 Ab kN ……………………….(5)
Cw = koefisien seret
Vw = Kecepatan angin rencana
Ab = Luas bidang samping jembatan (m2 )
24
Perbedaan suhu harus ditetapkan sesuai dengan keadaan
setempat. Diasumsikan untuk baja sebesar C dan beton 10.
Peninjauan khusus terhadap timbulnya tegangan-tegangan akibat
perbedaan suhu yang ada antara bagian-bagian jembatan dengan
bahan yang berbeda.
h. Beban gempa
Pada perhitungan beban gempa dapat dilakukan melalui
beberapa metode diantaranya:
1) Metode static ekivalen
2) Metode dinamika response spectrum
3) Pengaruh susut rangkap
4. Metodologi Perancangan
25
C. Sistem Struktur
Secara umum struktur jembatan terbagi menjadi 3 (tiga) bagian utama
yaitu struktur atas (superstructures) dan struktur bawah (substructures) dan
Pondasi.
1. Struktur atas
Struktur atas jembatan merupakan bagian yang menerima beban
langsung yang meliputi berat sendiri, beban mati, beban mati tambahan,
beban lalu-lintas kendaraan, gaya rem, beban pejalan kaki, dll. Struktur
atas jembatan umumnya meliputi :
a. Trotoar
1) Sandaran dan tiang sandaran,
2) Peninggian trotoar (Kerb),
3) Slab lantai trotoar.
b. Slab lantai kendaraan
c. Gelagar (Girder)
d. Balok diafragma
e. Ikatan pengaku (ikatan angin, ikatan melintang),
f. Tumpuan (Bearing).
2. Struktur bawah
Struktur bawah jembatan berfungsi memikul seluruh beban
struktur atas dan beban lain yang ditumbulkan oleh tekanan tanah,
aliran air dan hanyutan tumbukan, gesekan pada tumpuan dsb. untuk
kemudian disalurkan ke fondasi. Selanjutnya beban-beban tersebut
disalurkan oleh pondasi ke tanah dasar. Struktur bawah jembatan
umumnya meliuputi :
a. Pangkal jembatan (abutment)
1) Dinding belakang (Back wall),
2) Dinding penahan (Breast wall),
26
3) Dinding sayap (Wing wall),
4) Oprit, plat injak (Approach slab)
5) Konsol pendek untuk jacking (Corbel),
6) Tumpuan (Bearing).
b. Pilar jembatan
1) Kepala pilar (Pier Head),
2) Pilar (Pier), yg berupa dinding, kolom, atau portal,
3) Konsol pendek untuk jacking (Corbel),
4) Tumpuan (Bearing)
c. Pondasi
Pondasi jembatan berfungsi meneruskan seluruh beban
jembatan ke tanah dasar.
D. Modelisasi Struktur
Dalam ilmu teknik sipil perlu diketahui tentang bangunan gedung,
jembatan dan lain sebagainya. Untuk itu, perlu mengetahui bagaimana cara
permodelan dalam mekanika teknik, apa itu beban, balok, kolom, reaksi, gaya
dalam dan bagaimana cara penggambarannya dalam mekanika teknik. Bentuk
anatomi dari jembatan rangka baja dan elemen-elemenya terlihat dalam
gambar berikut:
27
1. Distribusi jarak dan variasi waktu dengan mempertimbangkan dengan
besarnya gaya dinamika yang terjadi.
2. Respon desain spektrum terhadap besarnya gaya perlu diperhitungkan.
Pendekatan lebih terfokus kepada finite element models dengan metode
3D analisis dinamika jembatan untuk menentukan faktor yang berpengaruh
terhadap prilaku jembatan yaitu antara lain defleksi dinamika struktur pada
lokasi yang berbeda-beda dengan faktor dimensi yang mempengaruhi yaitu
material, elemen, karakteristik redaman, kekasaran permukaan dan beban
kendaraan, kecepatan dan lokasi.
E. Analisa Struktur
1. Desain prototype
Deskripsi jembatan
a. Jembatan pejalan kaki.
b. Bentang 4m.
c. Lebar jembatan 90cm.
d. Tinggi jembatan 60cm.
Deskripsi material struktur jembatan:
a. Baja ringan c-75.
b. Papan kayu jati tebal 12mm sebagai deck pejalan kaki.
c. Baut 10 x 19
28
Gambar 10. Tampak atas struktur jembatan Carabiner.
(sumber: Dokumentasi pribadi)
2. Pembebanan prototype
a. Beban pejalan kaki
A Le S
A 4 0.9
A 3.6m 2 q 5Kpa
29
Q qS
Q 5 0.45
Q 2.25kN / m
Q 225kg / m
b. Beban deck
Bj kayu Jati = 700 kg/m3
30
Tebal dek = 12 mm
Volume Deck = P × L × T
Volume Deck = 0.9 × 0.4 × 0.012
c. Beban railing
Material :
Kayu meranti : 5 cm x 7 cm
Bj : 615 kg/m3
Massa jenis : 605 kg/m3
31
Gambar 15. Profil Railing Jembatan Carabiner.
(Sumber : Dokumentasi pribadi)
32
Gambar 17. Pembebanan Railing Pada Jembatan.
(Sumber : Dokumentasi Pribadi)
b. Berat sendiri
Berat sendiri dari keseluruhan jembatan adalah 93.90 kg.
33
Gambar 19. Berat sendiri jembatan.
(sumber : Dokumentasi Pribadi)
c. Gaya Batang
34
Tabel 2. Tabel gaya batang jembatan prototype Carabiner
35
Tabel 2. Tabel gaya batang jembatan prototype Carabiner
36
Tabel 2. Tabel gaya batang jembatan prototype Carabiner
37
Tabel 2. Tabel gaya batang jembatan prototype Carabiner
38
Tabel 2. Tabel gaya batang jembatan prototype Carabiner
39
Tabel 2. Tabel gaya batang jembatan prototype Carabiner
40
Tabel 2. Tabel gaya batang jembatan prototype Carabiner
41
Tabel 2. Tabel gaya batang jembatan prototype Carabiner
42
Tabel 3. Joint Moment Jembatan Prototype Carabiner
F. Desain Komponen
43
a. Data Analisis
Gaya Tarik Maksimal : 12470,2 N
Panjang Bentang : 410 Mm
Profil Desain : C-75
Mutu : G550
Modulus Elastisitas : 200000 Mpa
Fy : 550 Mpa
Fu : 550 Mpa
N-Baut :4
Diamter : 6 mm
Tabel 4. Data Profil C75
H 75.000 mm
Panjang B 37.800 mm
A 12.700 mm
Bmt T 0.700 mm
2
Luas Ag 112.227 mm
Rx 29.746 mm
Radius Girasi
Ry 19.360 mm
4
Ix 99300.340 mm
Momen Inersia 4
Iy 42065.408 mm
x0 13.161 mm
Titik Berat
y0 37.500 mm
44
e. Analisis perhitungan
1) Luasan netto penampang
A 112.227 mm2
An A ( Diameter tebal. pelat nBaut)
An 112.227 (6 0.7 4)
An 95.427 mm2
2) Kapasitas penampang sentris
a) Kondisi leleh
Tr1 ty Ag Fy.......................................................(6)
Tr1 0.9 112 .227 550
Tr1 55552 .365 N
Tr1 pload 12470 ,2 N OK
b) Kondisi ultimate
Tr 2 tu An Fu.....................................................(7)
Tr 2 0.75 95.427 550
Tr 2 39363 .637 N
Tr 2 Ploud 12470 .2 N
45
e x0 13.161mm
Fy
Tr1 ........................................................(9)
1 e
Ag St
0.9 550
Tr1
1 13.6
112 .227 3196 .217
Tr1 37598 .148 N
Tr1 Pload 12470 .2 N
b) Kondisi ultimate
Iyn I (n d t x)............................................(10)
Iyn 42065.408 (4 6 0.70 13.161)
Iyn 41844 .303mm4
Iyn
St
x
41844 .303
St
13.161
St 3179 .417 mm3
Fu
Tr 2
1 e
Ag St
0.75 550
Tr 2
1 13.161
112 .227 3179 .417
Tr 2 31609 .318 N
Tr 2 Pload 12470 .2 N
46
Iy
ry ..................................................................(11)
A
42065.408
ry
112 .227
ry 19.360 mm
KL
r
1 410
19.360
21.177 300 Aman
47
Tabel 5. Data Profil C75
H 75.000 mm
Panjang B 37.800 mm
a 12.700 mm
Bmt T 0.700 mm
2
Luas Ag 112.227 mm
Rx 29.746 mm
Radius Girasi
Ry 19.360 mm
4
Ix 99300.340 mm
Momen Inersia 4
Iy 42065.408 mm
x0 13.161 mm
Titik Berat
y0 37.500 mm
b. Analisis perhitungan
h
Ia 4 26 t 4 18t 4 .....................................................(12)
t
75
Ia 4 26 0.70 4 18 0.70 4
0.70
h h h
Is 5ht 3 0.7
astif astif 50
48
Jarak elemen pengaku (astif) = 47.17 mm
75 75 75
Is 5 75 0.7 3 0.7
47.17 47.17 50
1
wn 3Isf 3
t s t .........................................................(13)
2p pt 3
1
59.14 3 19.6 3
t s 0.7
2 60.68 60.68 0.70 3
t s 0.906 mm
Nilai tebal efektif penampang
Elemen badan , teff = t s
Elemen sayap , teff = t
4 200000
Wlim 0.644
4601 .8
112 .227
Wlim 89.953
Syarat batasan :
49
a) Web
h h
Ww 200 dan Ww .........(15)
teff teff
75
Ww 107 .143 200
0 .7
Ww Wlim
Syarat Ww < Wlim , maka : Ww = W
b) Flange
h
Wf 200 .
teff
h
Wf Wlim
teff
37.8
Wf 54 200 dan Wf < Wlim
0.7
Syarat Wf < Wlim , maka : Wf = W
Ae 165.52mm 2
50
Gambar 23. Profil PC-75
(sumber : www.desain.analisis.desain.baja.ringan.com)
5) Buckling arah y
2 E Iy
Pyer ..............................................(16)
Ky Ly2
2 200000 42065 .608
Pyer
1 800 2
Pyer 78259 .03 N
78259 .03
Fey
165 .52
Fey 427 .8Mpa
Syarat : Fpy Fy 2
51
Fy 2
Fay Fy .............................................(17 )
4 Fpy
550 2
Fay 550
4 393 .84
Fay 357 .98Mpa
Cry . Ae.Fay...................................................(18)
Cry 0.9 165.52 357.98
Cry 533327 .62 N
Cry 53327 .62 N Pload 11517 .20 N Aman
6) Buckling Arah X
2 E Ix
PWer .............................................(19)
Ky Ly2
2 200000 99300 .34
PWer
1 800 2
PWer 580079820 N
PWer
Fex .........................................................(20)
Ae
580079820
Fex
165 .52
Fex 3502474 Mpa
Syarat Fpx Fy 2
Maka 2917561 275
52
Fy 2
Fax Fy ....................................................(22)
4 Fpx
550 2
Fax 550
4 2917561
Fax 549 .97 Mpa
Crx Ae Fax........................................................(23)
Crx 0.9 165 .52 49.97
Crx 81928 .53 N Pload 11517 .20 N Aman
E
G ...................................................................(24)
21
200000
G
21 0.3
G 76923 .07 Mpa
53
1
J bi hi3 ............................................................(25)
3
1 1 1
J 2 37.8 0.7 3 97.07 0.7 3 2 12.7 0.7 3
3 3 3
J 8.64 11.09 2.9
J 22.63mm4
Ix
rx ..............................................................................(26)
A
99300 .340
rx
112 .227
rx 29.745 mm
h 2 xo
ex 2 ........................................................................(27 )
4 rx
97.07 2 13.161
ex
4 29.745 2
ex 35.04 mm
x ex xo............................................................................(28)
x 35.04 13.161
x 48.201mm2
Ips Ix Iy A x 2 .........................................................(30)
Ips 99300 .340 42065 .408 112.227 48.2012
Ips 402106 .82mm4
54
Ips
ro .....................................................................................(31)
A
402106 .82
ro
112 .227
ro 59.85mm
xo 2
1 ....................................................................................(32)
ro 2
13.1612
1
59.85 2
0.951
1 2 .E.Cw
Pz 2 G. J ...................................................(33)
ro k .L 2
2 200000 22966820 .44
76923 .07 22.63
1
Pz
2
59.85 1 5812
Pz 37940 .95 N
Pz
Fz .........................................................................................(34)
Ae
37940 .95
Fz
165 .52
Fz 229 .22 MPa
2
Syarat : Fpz Fy 2
55
Fy 2
Faz Fy .................................................................(36)
4 Fpz
550 2
Faz 550
4 x556 .102
Faz 414 MPa
Crz Ae Faz.................................................................(37)
Crz 0.9 165 .52 414
Crz 61672 .7 N Pload 11517 .20 N Aman
56
Dipilih Vb yang terkecil, yaitu Vb = 8415 N
Vb * b Vb
81.42 N 0.5 8415 .98 N
81.42 4207 .99 OK
b. Detail sambungan
Gaya Tarik : 12470 N
Nt * Nt n.........................................................................(41)
Nt * Nov n...................................................................(43)
1247 0.5 7543 .8 n
n 3.3 4sekrup
Vb* Vb n.........................................................................(44)
81.42 4207 .99 n
n 0.02 4sekrup
Vb* Vb n
81.42 N 16831 .96 N Aman
Vb n 1.25 Vb
16831 .96 N 5259 .99 N Aman
57
BAB III
DESAIN MODEL JEMBATAN
H. Kriteria Perencanaan
Perencanaan harus berdasarkan pada suatu prosedur yang memberikan
jaminan ringan, kokoh, kaku dan stabil. Perencanaan kekuatan elemen baja
sebagai komponen struktur jembatan yang diperhitungkan terhadap lentur,
geser, aksial, puntir serta kombinasinya, harus didasarkan pada cara
perencanaan berdasarkan Beban dan Kekuatan Terfaktor (PBKT).
Jika parameter jembatan ringan, kokoh, kaku dan stabil digunakan
untuk pemilihan material konstruksi agar dapat dengan mudah ditentukan
bahwa material baja adalah yang unggul dibandingkan beton dan kayu. Rasio
58
kuat dibanding berat untuk volume yang sama dari baja ternyata lebih tinggi
(efisien) dibanding beton. Ini indikasi jika perencanaannya optimal maka
bangunan dengan konstruksi baja tentunya akan menghasilkan sistem pondasi
yang lebih ringan dibanding konstruksi beton, meskipun masih kalah
dibanding kayu atau bambu.
Tipe rangka (truss). Tipe ini sudah dikenal sejak saat dipatenkan dengan
tipe Howe (batang diagonal tertekan), Pratt (batang diagonal tertarik) dan
Warren (batang diagonal bergantian ada yang tertekan dan tertarik). Masih
ada jenis lain yaitu tipe K dan tipe Baltimore yang merupakan kombinasi dari
tipe Warren. Dari cara pembebannya, maka ada dua istilah yaitu tipe dek
(deck type) bila beban melalui titik-titik buhul sisi atas rangka, dan tipe thru
atau pony (thru type atau pony type) bila beban melalui titik-titik buhul sisi
bawah.
Struktur truss atau rangka batang adalah sebuah struktur yang terangkai
dari beberapa batang yang disambungkan pada ujung batang di titik buhul
atau simpul. Pada umumnya bentuk tersebut terdiri dari deretan bentuk
segitiga yang disambungkan. Sambungan pada titik buhul biasanya memakai
alat sambung baut, paku keling atau las. Dalam analisis, sambungan atau titik
buhul dianggap sendi sempurna. Sehingga batang-batang hanya akan
menerima gaya normal berupa beban aksial tekan atau tarik yang akan
menimbulkan tegangan normal. Gaya aksial ini akan diterima atau direspon
oleh batang yang disebut gaya batang, yang menghasilkan tegangan yang
disebut dengan tegangan primer (Primary stresses).
Pada dasarnya sambungan pada titik buhul tidaklah sendi murni karena
akibat pengencangan baut, keling atau las maka buhul tersebut bersifat tidak
bebas berputar atau kaku. Ketika terjadi perubahan panjang pada batang
akibat beban aksial, maka buhul tidak dapat berputar atau berdeformasi untuk
menyesuaikan perubahan tersebut akibat gesekan atau buhul yang kaku.
Maka terjadi momen pada buhul yang dinamakan momen sekunder
(Secondary moments) yang selanjutnya menyebabkan terjadinya tegangan
lain yang dinamakan tegangan sekunder (secondary stresses).
59
Ciri struktur truss yaitu bidangnya berupa segitiga dan beban yang
bekerja pada struktur berupa beban terpusat. Pada struktur truss perpindahan
yang terjadi hanya berupa translasi, sedangkan rotasi tidak ada karena truss
adalah tipe struktur yang dalam merespon gaya hanya akan diterima sebagai
gaya aksial. Pada struktur portal (frame) perpindahan yang terjadi dapat
berupa translasi maupun rotasi.
1. Kelebihan jembatan rangka batang:
a. Batang utama merupakan gaya aksial.
b. Dengan sistem badan terbuka (open web) pada rangka batang
dimungkinkan menggunakan tinggi maksimal dibandingkan
dengan jembatan balok tanpa rongga.
2. Kekurangan jembatan rangka batang:
Efisiensi rangka batang tergantung dari panjang bentangnya,
artinya jika jembatan rangka batang dibuat semakin panjang, maka
ukuran dari rangka batang itu sendiri juga harus diperbesar atau dibuat
lebih tinggi dengan sudut yang lebih besar untuk menjaga
kekakuannya, sampai rangka batang itu mencapai titik di mana berat
sendiri jembatan terlalu besar sehingga rangka batang tidak mampu lagi
mendukung beban tersebut.
Keberadaan kabel prategang pada model jembatan rangka selain
bisa memberikan lendutan yang mengarah ke atas juga dapat
meningkatkan kekakuan model jembatan sehingga lendutan yang
terjadi akibat beban yang bekerja pun menjadi berkurang. Hal ini terjadi
dengan adanya kabel prategang yang menahan terjadi deformasi pada
jembatan menyebabkan seolah-olah jembatan memiliki batang
tambahan pada strukturnya. Sehingga pada akhirnya dikarenakan
jumlah batang bertambah, kekakuan model jembatan meningkat.
Jembatan pelengkung adalah struktur setengah lingkaran dengan
abutmen di kedua sisinya. Desain pelengkung (setengah lingkaran)
secara alami akan mengalihkan beban yang diterima lantai kendaraan
jembatan menuju ke abutmen yang menjaga kedua sisi jembatan agar
60
tidak bergerak ke samping. Ketika menahan beban akibat berat sendiri
dan beban lalu lintas, setiap bagian pelengkung menerima gaya tekan,
karena alasan itulah jembatan pelengkung harus terdiri dari material
yang tahan terhadap gaya tekan.
61
Tabel 6. Tipe umum jembatan rangka batang.
Tipe Konfigurasi Rangka Material Keterangan
Sering digunakan lebih
banyak di masa lampau
Pratt Baja dari pada tipe-tipe rangka
lainnya, bentang
maksimal 200 feet
Sering digunakan dimasa
lampau tetapi sangat
Howe Baja sedikit digunakan dimasa
sekarang, bentang
maksimal 200 feet
Sangat umum, untuk
Warren Baja bentang maksimal 200
feet
Untuk bentang di atas
180 feet atau 200 feet
Parker Baja
sampai 350 feet atau 360
feet, lebih ekonomis
Tipe jembatan rangka batang ini ditemukan oleh Thomas dan Caleb
Pratt pada tahun 1844. Jembatan rangka batang tipe Pratt ini memiliki elemen
62
diagonal yang mengarah kebawah dan bertemu pada titik tengah batang
jembatan bagian bawah.
6) Tipe K (K Truss)
63
I. Kriteria Perencanaan
1. Material
a. Kayu
Kayu merupakan bahan produk alami yang tersedia di alam.
Kayu merupakan bahan bangunan yang banyak digunakan orang
atas pertimbangan arsitektur maupun struktur. Dari aspek struktur
atau kekuatan, kayu cukup kuat dan kaku walaupun bahan kayu
tidak sepadat baja atau beton. Kayu mudah dikerjakan –
disambung dengan alat relatif sederhana. Bahan kayu merupakan
bahan yang dapat didaur ulang. Karena dari bahan alami, kayu
merupakan bahan bangunan ramah lingkungan.
Karena berasal dari alam, kita tak dapat mengontrol kualitas
bahan kayu. Sering kita jumpai cacat produk kayu yang
disebabkan proses tumbuh maupun kesalahan akibat pengolahan
dari produk kayu tersebut. Dibanding dengan bahan beton dan
baja, kayu memiliki kekurangan terkait dengan ketahanan-
keawetan. kayu memiliki karakter kekuatan yang berbeda dari
bahan baja maupun beton terkait dengan arah beban dan pengaruh
kimiawi. Karena struktur serat kayu memiliki nilai kekuatan yang
berbeda saat menerima beban. Kayu memiliki kekuatan lebih
besar saat menerima gaya sejajar dengan serat kayu dan lemah
saat menerima beban tegak lurus arah serat kayu.
Sifat umum yang terdapat pada kayu:
1) Kayu tersusun dari sel-sel yang memiliki tipe bermacam-macam dan
susunan dinding selnya terdiri dari senyawa kimia berupa selulosa dan
hemi selulosa (karbohidrat) serta lignin (non karbohidrat).
2) Semua kayu bersifat anisotropik, yaitu memperlihatkan sifat-sifat yang
berlainan jika diuji menurut tiga arah utamanya (longitudinal, radial dan
tangensial).
64
3) Kayu merupakan bahan yang bersifat higroskopis, yaitu dapat
menyerap atau melepaskan kadar air (kelembaban) sebagai akibat
perubahan kelembaban dan suhu udara disekelilingnya.
4) Kayu dapat diserang oleh hama dan penyakit juga dapat terbakar
terutama dalam keadaan kering. Kayu dapat membusuk karena jamur
dan kandungan air yang berlebihan, lapuk karena serangan hama dan
kayu lebih mudah terbakar jika tersulut api.
65
(1) Kekuatan geser sejajar arah serat
(2) Kekuatan geser tegak lurus arah serat dan
(3) Kekuatan geser miring
Kekuatan geser tegak lurus serat jauh lebih besar daripada
kekuatan geser sejajar arah serat.
d) Kekuatan lengkung
Kekuatan lengkung atau lentur adalah kekuatan untuk
menahan gaya-gaya yang berusaha melengkungkan kayu atau
untuk menahan beban mati maupun hidup selain beban pukulan.
Terdapat 2 (dua) macam kekuatan yaitu :
(1) Kekuatan lengkung statik, yaitu kekuatan kayu menahan
gaya yang mengenainya secara perlahan-lahan.
(2) Kekuatan lengkung pukul, yaitu kekuatan kayu menahan
gaya yang mengenainya secara mendadak.
e) Kekakuan
Kekakuan adalah kemampuan kayu untuk menahan
perubahan bentuk atau lengkungan. Kekakuan tersebut
dinyatakan dalam modulus elastisitas.
f) Keuletan
Keuletan adalah kemampuan kayu untuk menyerap
sejumlah tenaga yang relatif besar atau tahan terhadap kejutan-
kejutan atau tegangan-tegangan yang berulang-ulang yang
melampaui batas proporsional serta mengakibatkan perubahan
bentuk yang permanen dan kerusakan sebagian.
g) Kekerasan
Kekerasan adalah kemampuan kayu untuk menahan gaya
yang membuat takik atau lekukan atau kikisan (abrasi). Bersama-
sama dengan keuletan, kekerasan merupakan suatu ukuran
tentang ketahanan terhadap pengausan kayu.
66
Sebagaimana yang telah dijelaskan pada sifat kayu, kayu akan
lebih kuat jika menerima beban sejajar dengan arah serat dari pada
menerima beban tegak lurus serat. Ini karena struktur serat kayu yang
berlubang. Semakin rapat serat kayu, umumnya memiliki kekuatan
yang lebih dari kayu dengan serat tidak rapat. Kerapatan ini umumnya
ditandai dengan berat kayu persatuan volume / berat jenis. Berikut tabel
menunjukkan kelas berat jenis kayu dan besaran kuat kayu.
b. Lem G
Lem G adalah lem perekat yang multi fungsi, yakni perekat yang
berguna untuk merekatkan benda dengan jenis benda dari bahan yang
sama atau berlainan jenisnya. Seperti dari bahan kayu, kertas, kaca,
plastik, keramik, karet, mika, dll.
Kelebihan dari lem G:
1) Harga terjangkau
2) Kekuatan lebih tahan lama
3) Dapat merekatkan berbagai macam benda
Kekurangan dari lem G:
1) Panas jika terkena tangan
67
2) Lebih cepat merekat
J. Kriteria Perencanaan
Berdasarkan material yang digunakan untuk konstruksi, jembatan
terdiri atas jembatan baja canai dingin sedangkan menurut fungsinya,
jembatan terdiri atas jembatan untuk pejalan kaki. Dalam perencanaan
struktur, jembatan dibagi kedalam dua sistem struktur, yaitu sistem struktur
atas (superstructure) dan sistem struktur bawah (substructure). Sistem
struktur atas terdiri dari sistem pelat-girder jembatan dan joint yang
menghubungkan antar pelat-girder tersebut, sedangkan sistem struktur bawah
terdiri dari pier, bearing, abutment, dan pondasi. Gabungan kedua sistem
struktur atas dan bawah.
K. Modelisasi Struktur
Elemen-elemen batang lurus yang dirangkai dalam suatu bidang datar
dengan sambungan antar ujung-ujung batang yang diasumsikan “kaku
sempurna” namun dapat berpindah tempat dalam bidang strukturnya dan
68
dapat berputar dengan sumbu putar yang tegak lurus bidang strukturnya,
merupakan struktur sistem portal 2 dimensi. Pada sistem portal 2 dimensi,
beban luar yang bekerja boleh berada di titik-titik buhul maupun titik-titik
yang berada di sepanjang batang dengan arah sembarang namun harus
sebidang dengan bidang struktur tersebut. Jepit, sendi, ataupun rol,
merupakan tumpuan yang posisinya harus berada pada titik buhul.
Mengingat sambungan antar ujung-ujung batang yang kaku sempurna,
dapat menjamin stabilitas elemen. Bentuk-bentuk sistem portal 2 dimensi
yang biasanya mendekati bentuk segi empat, namun pada prinsipnya boleh
berbentuk sembarang dan tidak memerlukan bentuk dasar segitiga seperti
halnya pada sistem rangka batang 2 dimensi. Elemen-elemen pembentuk
system portal 2 dimensi tersebut akan dapat mengalami gaya-gaya dalam
yang berupa gaya aksial (desak atau tarik), momen lentur, dan gaya geser.
L. Analisa Struktur
a. Spesifikasi Model
i. Bentang 40cm
ii. Stik es krim bahan kayu sengon (1 Lapis 9x2mm, 2 Lapis
9x4.5mm, 3 Lapis 9x7mm)
iii. Plat menggunakan susunan stik es krim 2 lapis setebal 4.5mm
b. Desain Model
69
Gambar 26. Tampak Depan struktur jembatan.
(sumber : dokumen pribadi)
c. Pembebanan Model
Dalam pengujian ini, digunakan beban merata hanya pada tengah
bentang dengan rincian sebagai berikut:
a. Beban 10 kg = 10kg/0.045m = 222.22 kg/m
b. Beban 20 kg = 20kg/0.045m = 444.44 kg/m
c. Beban 30 kg = 30kg/0.045m = 666.66 kg/m
d. Beban 40 kg = 40kg/0.045m = 888.88 kg/m
70
e. Beban 50 kg = 50kg/0.045m = 1111.11 kg/m
d. Hasil Analisa
Tabel 8. Defleksi dan Beban
No. Beban (kg) BTR (kg/m) Defleksi (cm)
1. 10 222.22 0.1077
2. 20 444.44 0.2153
3. 30 666.66 0.3229
4. 40 888.88 0.4304
5. 50 1111.11 0.5380
60
50 y = 92,963x - 0,0139
40
Beban (kg)
30
20
10
0
0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6
δ (cm)
71
Dari grafik didapatkan persamaan y = 92.963 x δ – 0.0139, defleksi
maksimum adalah L/500, yaitu 0.08 cm. Maka, beban yang menghasilkan
defleksi 0.08 cm adalah 7.425 kg.
72
Tabel 9. Gaya Batang
Frame Station P M3 Frame Station P M3
Text Cm Kgf Kgf-cm Text cm Kgf Kgf-cm
14 3 36.07 -56.73 111 6 -36.05 2.13E-14
14 3 -36.05 56.67 112 0 27.61 0
14 6 -36.05 1,42E-11 112 3 27.61 70.7
15 0 36.07 0 112 3 -75.02 -87.58
15 3 36.07 -56.41 112 6 -75.02 -2.8E-14
15 3 -36.05 55.47 113 0 36.18 0
15 6 -36.05 -1,42E-11 113 3 36.18 -71.4
16 0 27.61 0 113 3 -65.32 88.34
16 3 27.61 70.7 113 6 -65.32 4.26E-14
16 3 -75.02 -87.58 114 0 -15.2 0
16 6 -75.02 0 114 4 -15.2 -2.2E-19
17 0 36.18 0 115 0 16.39 0
17 3 36.18 -71.4 115 4 16.39 -2.2E-19
17 3 -65.32 88.34 116 0 19.99 0
17 6 -65.32 -2,84E-11 116 4 19.99 -2.2E-19
18 0 -15.2 0 117 0 -18.48 0
18 4 -15.2 -2,17E-16 117 4 -18.48 -2.2E-19
19 0 16.39 0 118 0 10.7 0
19 4 16.39 -2,17E-16 118 4 10.7 -2.2E-19
20 0 19.99 0 119 0 40.29 0
20 4 19.99 -2,17E-16 119 4 40.29 -2.2E-19
21 0 -18.48 0 120 0 60.93 0
21 4 -18.48 -2,17E-16 120 2.236 60.93 0.000295
22 0 10.7 0 120 4.472 60.93 4.34E-19
22 4 10.7 -2,17E-16 121 0 166.31 0
23 0 40.29 0 121 2.062 166.31 0.000272
23 4 40.29 -2,17E-16 121 4.123 166.31 -2.2E-19
24 0 60.93 0 122 0 169.56 0
24 2.236 60.93 0.0002952 122 2.062 169.56 0.000272
24 4.472 60.93 4,34E-16 122 4.123 169.56 -2.2E-19
25 0 166.31 0 123 0 65.7 0
25 2.062 166.31 0.0002721 123 2.236 65.7 0.000295
25 4.123 166.31 -2,17E-16 123 4.472 65.7 4.34E-19
26 0 169.56 0 124 0 84.09 0
26 2.062 169.56 0.0002721 124 2.5 84.09 0.00033
26 4.123 169.56 -2,17E-16 124 5 84.09 0
27 0 65.7 0 125 0 -46.02 0
27 2.236 65.7 0.0002952 125 2.5 -46.02 0.00033
27 4.472 65.7 4,34E-16 125 5 -46.02 0
28 0 -62.81 0 126 0 79.62 0
28 2.5 -62.81 0.00033 126 2.5 79.62 0.00033
73
Tabel 9. Gaya Batang
Frame Station P M3 Frame Station P M3
Text Cm Kgf Kgf-cm Text cm Kgf Kgf-cm
28 5 -62.81 0 126 5 79.62 0
29 0 62.84 0 127 0 -62.16 0
29 2.5 62.84 0.00033 127 2.5 -62.16 0.00033
29 5 62.84 0 127 5 -62.16 0
30 0 -62.81 0 128 0 62.16 0
30 2.5 -62.81 0.00033 128 2.5 62.16 0.00033
30 5 -62.81 0 128 5 62.16 0
31 0 16.28 0 129 0 -60.13 0
31 4 16.28 -2,17E-16 129 2.5 -60.13 0.00033
32 0 -15.36 0 129 5 -60.13 0
32 4 -15.36 -2,17E-16 130 0 60.09 0
33 0 -43.8 0 130 2.5 60.09 0.00033
33 4 -43.8 -2,17E-16 130 5 60.09 0
34 0 62.84 0 131 0 -62.12 0
34 2.5 62.84 0.00033 131 2.5 -62.12 0.00033
34 5 62.84 0 131 5 -62.12 0
35 0 -46.02 0 132 0 62.2 0
35 2.5 -46.02 0.00033 132 2.5 62.2 0.00033
35 5 -46.02 0 132 5 62.2 0
36 0 79.62 0 133 0 -60.12 0
36 2.5 79.62 0.00033 133 2.5 -60.12 0.00033
36 5 79.62 0 133 5 -60.12 0
37 0 -60.13 0 134 0 60.09 0
37 2.5 -60.13 0.00033 134 2.5 60.09 0.00033
37 5 -60.13 0 134 5 60.09 0
38 0 60.09 0 135 0 -62.35 0
38 2.5 60.09 0.00033 135 2.5 -62.35 0.00033
38 5 60.09 0 135 5 -62.35 0
39 0 -60.12 0 136 0 171.85 0
39 2.5 -60.12 0.00033 136 2.5 171.85 0.000495
39 5 -60.12 0 136 5 171.85 0
40 0 171.85 0 137 0 167.9 0
40 2.5 171.85 0.000495 137 2.5 167.9 0.000495
40 5 171.85 0 137 5 167.9 0
41 0 167.9 0 138 0 -24.28 0
41 2.5 167.9 0.000495 138 6.021 -24.28 -6.5E-19
41 5 167.9 0 139 0 -39.8 0
42 0 -87.4 0 139 2 -39.8 0
42 1.5 -87.4 0 139 4 -39.8 0
42 3 -87.4 0 140 0 -38.17 0
43 0 -39.8 0 140 2 -38.17 0
74
Tabel 9. Gaya Batang
Frame Station P M3 Frame Station P M3
Text Cm Kgf Kgf-cm Text cm Kgf Kgf-cm
43 2 -39.8 0 140 4 -38.17 0
43 4 -39.8 0 141 0 -125.11 0
44 0 -38.17 0 141 2.5 -125.11 0.00033
44 2 -38.17 0 141 5 -125.11 0
44 4 -38.17 0 142 0 108.99 0
45 0 -125.11 0 142 2.062 108.99 0.000272
45 2.5 -125.11 0.00033 142 4.123 108.99 -2.2E-19
45 5 -125.11 0 143 0 -126.52 0
46 0 108.99 0 143 2.5 -126.52 0.00033
46 2.062 108.99 0.0002721 143 5 -126.52 0
46 4.123 108.99 -2,17E-16 144 0 110.14 0
47 0 -126.52 0 144 2.062 110.14 0.000272
47 2.5 -126.52 0.00033 144 4.123 110.13 -2.2E-19
47 5 -126.52 0 145 0 -8.52 0
48 0 110.14 0 145 3.75 -8.52 0.000278
48 2.062 110.14 0.0002721 145 7.5 -8.52 -2.2E-19
48 4.123 110.13 -2,17E-16 146 0 -8.52 0
49 0 -53.49 0 146 3.75 -8.52 0.000278
49 4 -53.49 -2,17E-16 146 7.5 -8.52 -2.2E-19
50 0 -292.18 0 147 0 0 0
50 4 -292.18 50.41 147 4.5 0 -2.2E-19
50 4 -292.97 49.99 148 0 0 0
50 8 -292.97 -2,02E-11 148 4.5 0 -2.2E-19
51 0 -58.56 0 149 0 -2.26 0
51 4 -58.56 -2,17E-16 149 4.5 -2.26 -1.1E-19
52 0 -38.63 0 150 0 -2.26 0
52 4 -38.63 -2,17E-16 150 4.5 -2.26 -1.1E-19
53 0 -11.67 0 151 0 61.96 0
53 4 -11.67 -2,17E-16 151 2.5 61.96 0.00033
54 0 17.12 0 151 5 61.96 0
54 4 17.12 -2,17E-16 152 0 -60.3 0
55 0 17.12 0 152 2.5 -60.3 0.00033
55 4 17.12 -2,17E-16 152 5 -60.3 0
56 0 -11.67 0 153 0 59.9 0
56 4 -11.67 -2,17E-16 153 2.5 59.9 0.00033
57 0 -38.63 0 153 5 59.9 0
57 4 -38.63 -2,17E-16 154 0 3.05 0
58 0 13.63 0 154 6.021 3.05 -6.5E-19
58 3 13.63 55.5 155 0 3.05 0
58 3 -66.85 -55.12 155 6.021 3.05 -6.5E-19
58 6 -66.85 -1,42E-11 156 0 -24.28 0
75
Tabel 9. Gaya Batang
Frame Station P M3 Frame Station P M3
Text Cm Kgf Kgf-cm Text cm Kgf Kgf-cm
59 0 40.29 0 156 6.021 -24.28 -6.5E-19
59 3 40.29 56.85 157 0 -23.09 0
59 3 -40.19 -56.71 157 6.021 -23.09 -6.5E-19
59 6 -40.19 -7,11E-12 158 0 0.08264 0
60 0 40.25 0 158 6.021 0.08264 -6.5E-19
60 3 40.25 60.65 159 0 0.08264 0
60 3 -40.22 -23.73 159 6.021 0.08264 -6.5E-19
60 4 -40.22 23.73 160 0 -23.09 0
60 4 -40.22 -94.93 160 6.021 -23.09 -6.5E-19
60 6 -40.22 0 161 0 -69.75 0
61 0 11.79 0 161 4 -69.75 -2.2E-19
61 3 11.79 -56.92 162 0 -3.06 0
61 3 -62.81 56.92 162 6.021 -3.06 -6.5E-19
61 6 -62.81 0 163 0 -3.06 0
62 0 37.3 0 163 6.021 -3.06 -6.5E-19
62 3 37.3 -58.12 164 0 -290.65 0
62 3 -37.3 58.3 164 4 -290.65 53.29
62 6 -37.3 0 164 4 -290.65 54.02
-2,00E-
63 0 37.27 0 164 8 -290.65
14
63 3 37.27 -58.01 166 0 -5.36 0
63 3 -37.32 57.06 166 6.021 -5.36 -6.5E-19
63 6 -37.32 -7,11E-12 167 0 -5.36 0
64 0 30.02 0 167 6.021 -5.36 -6.5E-19
64 3 30.01 72.86 180 0 -6.78 0
64 3 -77.39 -88.89 180 6.021 -6.78 -6.5E-19
64 6 -77.39 -1,42E-11 181 0 -6.78 0
65 0 37.41 0 181 6.021 -6.78 -6.5E-19
65 3 37.41 -73.69 184 0 -3.51 0
65 3 -67.9 90.53 184 6.021 -3.51 -6.5E-19
65 6 -67.9 1,42E-11 185 0 -3.51 0
66 0 -24.62 0 185 6.021 -3.51 -6.5E-19
66 4 -24.62 -2,17E-16 188 0 -0.59 0
67 0 10.07 0 188 6.021 -0.59 -6.5E-19
67 4 10.07 -2,17E-16 189 0 -0.59 0
68 0 16.23 0 189 6.021 -0.59 -6.5E-19
68 4 16.23 -2,17E-16 192 0 2.09 0
69 0 -18.97 0 192 6.021 2.09 -6.5E-19
69 4 -18.97 -2,17E-16 193 0 2.09 0
70 0 11.33 0 193 6.021 2.09 -6.5E-19
70 4 11.33 -2,17E-16 268 0 -0.06137 0
76
Tabel 9. Gaya Batang
Frame Station P M3 Frame Station P M3
Text Cm Kgf Kgf-cm Text cm Kgf Kgf-cm
71 0 42.07 0 268 4.5 -0.06137 -1.1E-19
71 4 42.07 -2,17E-16 269 0 -0.06137 0
72 0 60.23 0 269 4.5 -0.06137 -1.1E-19
72 2.236 60.23 0.0002952 270 0 -0.0004 0
72 4.472 60.23 4,34E-16 270 4.5 -0.0004 -2.2E-19
73 0 170.36 0 271 0 -0.0004 0
73 2.062 170.36 0.0002721 271 4.5 -0.0004 -2.2E-19
73 4.123 170.36 -2,17E-16 274 0 2.26 0
74 0 176.24 0 274 4.5 2.26 -1.1E-19
74 2.062 176.24 0.0002721 275 0 2.26 0
74 4.123 176.24 -2,17E-16 275 4.5 2.26 -1.1E-19
75 0 68.71 0 278 0 0.000609 0
75 2.236 68.71 0.0002952 278 4.5 0.000609 -2.2E-19
75 4.472 68.71 4,34E-16 279 0 0.000609 0
76 0 60.09 0 279 4.5 0.000609 -2.2E-19
76 2.5 60.09 0.00033 280 0 0.003429 0
76 5 60.09 0 280 4.5 0.003429 -2.2E-19
77 0 -60.3 0 281 0 0.003429 0
77 2.5 -60.3 0.00033 281 4.5 0.003429 -2.2E-19
77 5 -60.3 0 284 0 3.84 0
78 0 59.9 0 284 4.5 3.84 -1.1E-19
78 2.5 59.9 0.00033 285 0 3.84 0
78 5 59.9 0 285 4.5 3.84 -1.1E-19
79 0 -67.15 0 286 0 0.02853 0
79 2.5 -67.15 0.00033 286 4.5 0.02853 -2.2E-19
79 5 -67.15 0 287 0 0.02853 0
80 0 66.99 0 287 4.5 0.02853 -2.2E-19
80 2.5 66.99 0.00033 288 0 0.16 0
80 5 66.99 0 288 4.5 0.16 -2.2E-19
81 0 -62.81 0 289 0 0.16 0
81 2.5 -62.81 0.00033 289 4.5 0.16 -2.2E-19
81 5 -62.81 0 290 0 0.63 0
82 0 62.84 0 290 4.5 0.63 -1.1E-19
82 2.5 62.84 0.00033 291 0 0.63 0
82 5 62.84 0 291 4.5 0.63 -1.1E-19
83 0 -67.09 0 294 0 0 0
83 2.5 -67.09 0.00033 294 4.5 0 -2.2E-19
83 5 -67.09 0 295 0 0 0
84 0 67.03 0 295 4.5 0 -2.2E-19
84 2.5 67.03 0.00033 296 0 52.48 0
84 5 67.03 0 296 4.5 52.48 -2.2E-19
77
Tabel 9. Gaya Batang
Frame Station P M3 Frame Station P M3
Text Cm Kgf Kgf-cm Text cm Kgf Kgf-cm
85 0 -62.81 0 297 0 52.48 0
85 2.5 -62.81 0.00033 297 4.5 52.48 -2.2E-19
85 5 -62.81 0 298 0 34.15 0
86 0 62.84 0 298 4.5 34.15 -2.8E-13
86 2.5 62.84 0.00033 299 0 34.15 0
86 5 62.84 0 299 4.5 34.15 -2.8E-13
87 0 -50.03 0 302 0 4.4 0
87 2.5 -50.03 0.00033 302 4.5 4.4 -2.2E-19
87 5 -50.03 0 303 0 4.4 0
88 0 180.45 0 303 4.5 4.4 -2.2E-19
88 2.5 180.45 0.000495 304 0 -1.54 0
88 5 180.45 0 304 4.5 -1.54 -1.1E-19
89 0 173.33 0 305 0 -1.54 0
89 2.5 173.33 0.000495 305 4.5 -1.54 -1.1E-19
89 5 173.33 0 306 0 -7.37 0
90 0 -128.21 0 306 3.75 -7.37 0.000278
90 1.5 -128.21 0 306 7.5 -7.37 -2.2E-19
90 3 -128.21 0 307 0 -7.37 0
91 0 -42.23 0 307 3.75 -7.37 0.000278
91 2 -42.23 0 307 7.5 -7.37 -2.2E-19
91 4 -42.23 0 308 0 0.44 0
92 0 -39.39 0 308 4.5 0.44 -1.1E-19
92 2 -39.39 0 309 0 0.44 0
92 4 -39.39 0 309 4.5 0.44 -1.1E-19
93 0 -129.88 0 310 0 2.61 0
93 2.5 -129.88 0.00033 310 4.5 2.61 -1.1E-19
93 5 -129.88 0 311 0 2.61 0
94 0 112.89 0 311 4.5 2.61 -1.1E-19
94 2.062 112.89 0.0002721 312 0 4.96 0
94 4.123 112.89 -2,17E-16 312 4.5 4.96 -1.1E-19
95 0 -132.58 0 313 0 4.96 0
95 2.5 -132.58 0.00033 313 4.5 4.96 -1.1E-19
95 5 -132.58 0 314 0 0 0
96 0 114.83 0 314 4.5 0 -2.2E-19
96 2.062 114.83 0.0002721 315 0 0 0
96 4.123 114.83 -2,17E-16 315 4.5 0 -2.2E-19
97 0 -58.56 0 316 0 0.11 0
97 4 -58.56 -2,17E-16 316 4.5 0.11 -2.2E-19
98 0 -292.97 0 317 0 0.11 0
98 4 -292.97 49.99 317 4.5 0.11 -2.2E-19
98 4 -292.18 50.41 318 0 0.0171 0
78
Tabel 9. Gaya Batang
Frame Station P M3 Frame Station P M3
Text Cm Kgf Kgf-cm Text cm Kgf Kgf-cm
98 8 -292.18 -2,02E-11 318 4.5 0.0171 -2.2E-19
99 0 -53.49 0 319 0 0.0171 0
99 4 -53.49 -2,17E-16 319 4.5 0.0171 -2.2E-19
100 0 -43.8 0 320 0 0.002889 0
100 4 -43.8 -2,17E-16 320 4.5 0.002889 -2.2E-19
101 0 -15.36 0 321 0 0.002889 0
101 4 -15.36 -2,17E-16 321 4.5 0.002889 -2.2E-19
102 0 16.28 0 322 0 0.63 0
102 4 16.28 -2,17E-16 322 4.5 0.63 -1.1E-19
103 0 -63.07 0 323 0 0.63 0
323 4.5 0.63 -1.1E-19
79
BAB IV
PERAKITAN JEMBATAN
A. Pengertian Umum
Secara umum metode perakitan jembatan rangka baja ada beberapa
metode , yaitu diantaranya metode perancah, metode semi kantilever dan
metode kantilever serta metode sistem peluncuran. Pemilihan sistem
perakitan yang akan dipakai sangat tergantung pada situasi dan kondisi lokasi
yang akan dibangun.
Komponen jembatan rangka baja dirancang menggunakan baut yang di
galvanis. Komponen tersebut dikirim bersama alat perakitan dan buku
panduan atau manual book.
Beberapa faktor penting yang mendasari pemilihan sistem perakitan
adalah pertimbangan mengenai kemudahan pelaksanaan, kecepatan, biaya
dan keamanan konstruksi selama perakitan, ilustrasi umum masing-masing
metode dapat ditunjukan sebagai berikut :
1. Perakitan dengan Perancah
Biasa dilaksanakan pada sungai yang tidak begitu dalam dengan
tepi sungai yang landai sehingga memungkinkan dipasang perancah
untuk perakitan. Perancah dipasang pada buhul dengan jarak anatara 10
sampai dengan 15 m (3 buhul @ 5 m). Ilustrasi pada gambar dibawah
ini
80
2. Perakitan sistem Semi Kantilever
Merupakan gabungan antara sistem perancah dengan sistem
kantilever sehingga bisa terjadi jika kondisi sungai yang memiliki
kondisi gabungan yaitu memiliki bagian yang dangkal / landai (tepi
sungai) dan kondisi yang dalam (area alur pelayaran).
3. Perakitan Kantilever
Biasa dilaksanakan pada perakitan bentang rangka jembatan
ditengah sungai (area jalur pelayaran), banyak dilakukan pada perakitan
bentang jamak / multy span atau pada sungai yang memiliki dasar yang
dalam dengan tebing yang curam atau pada celah yang dalam, sehingga
terdapat kesulitan bila dipasang perancah meskipun bukan bentang
jamak Dengan pemanfaatan bentang sebelumnya yang sudah selesai
terakit yang sekaligus dapat menjadi bentang pemberat. Hal tersebut
dilaksanakan jika perangkat penghubung dipindahkan untuk perakitan
pada bentang berikutnya. Untuk ilustrasi system kantilever dan
kantilever bentang banyak (multi span) dapat dilihat pada gambar
berikut :
81
4. Sistem Pelucuran
Biasanya memiliki kriteria-kriteria khusus, mengingat untuk
sistem ini membutuhkan biaya relatif lebih mahal karena melibatkan
suatu tambahan perangkat khusus yang harus disediakan yaitu :
seperangkat peralatan untuk sistem peluncuran. Metode ini relatif
kurang fleksibel mengingat untuk lokasi yang bersifat remote area akan
menjadi beban kesulitan tambahan, oleh karena itu dalam buku ini tidak
dibahas metode peluncuran (di Indonesia jarang dipakai).
5. Launching Truss System
Metode perakitan ini dengan awal rangka jembatan sudah dibuat,
kemudian dipindahkan dengan menggunakan crane.
82
counter weight bagi konstruksi rangka di span selanjutnya. Untuk
jelasnya lihat gambar-gambar dibawah ini.
83
8. Traveler System or Heavy Gantry System
Sistem traveller umumnya digunakan untuk tipe jembatan
balance box cantilever, khususnya untuk lantai jembatan dengan beton
cor di tempat. Bila pada tipe jembatan tipe ini menggunakan beton
precast box segmental, maka sistem alat angkat gantry harus
digunakan.
Sistem kedua alat angkat ini juga digunakan untuk konstruksi
jembatan kabel, khususnya untuk tipe cable stay, maka erection deck
juga memanfaatkan struktur kabel sebagai tumpuan baru sebelum
nantinya sistem traveler (bila beton adalah cast in place) atau heavy
gantry (bila beton adalah precast) akan maju ke segmen berikutnya.
84
a. Urutan Perakitan
Setelah semua perancah selesai dibuat dan berdiri pada posisi
yang tepat, maka perakitan dapat dimulai. Perakitan dimulai dengan
terlebih dahulu memilih semua komponen yang akan dirakit terlebih
dahulu dan harus sesuai dengan gambar erection jembatan.
Adapun urutan perakitannya adalah sebagai berikut :
Tabel 10. Urutan perakitan jembatan
Urutan Uraian
85
Tabel 10. Urutan perakitan jembatan
Urutan Uraian
86
Untuk memudahkan proses perakitan diperlukan sebuah diagram alir
perencanaan sebagai panduan / alur perakitan. Diagram alir perakitan
jembatan Carabineer ditunjukan pada gambar berikut.
Mulai
Selesai
87
Gambar 36. Diagram alir perakitan jembatan Carabiner
( Sumber : Dokumentasi Pribadi )
88
Khusus pada metode pemasangan kantilever balok penopang dan
lantai profil baja belum boleh dipasang sebelum prosedur tersebut
selesai dan setiap bentang yang menumpu pada keempat sudutnya.
Selama pemasangan kantilever, pengikat sementara batang datar
diletakkan pada bagian ujung rangka untuk pengaturan rangka
penghubung. Balok penopang tidak akan cocok sementara tidak ada
pengikat yang menempel.
d. Bagian yang harus dipasang setelah perakitan selesai.
Bagian-bagian yang harus dipasang setelah perakitan selesai
meliputi pemasangan pipa sandaran, penahan gerak latera dan peredam
dan baja penopang serta pelat lantai baja.
89
2. Langkah Pengerjaan
90
b. Menyiapkan mal berupa gambar cetakan dari jembatan model
c. Memotong dan mengukur ukuran stik sesuai dengan mal dan
rangka jembatan.
d. Merakit stik untuk membuat rangka utama jembatan dengan
dimensi yang telah ditentukan.
e. Menjepit stik yang telah dirangkai dan diberi lem G hingga lem
mengering
f. Merangkai rangka jembatan yang horizontal
g. Merangkai dan mengelem bagian rangka dalam
jembatan/brecing jembatan
h. Menunggu bagian brecing kering dari lem
i. Sambil menunggu lem kering, rangka utama jembatan disisi
lainya dirangkai dengan cara yang sama.
j. Setelah kedua sisi rangka utama jembatan berhasil dirangkai,
stik disiapkan untuk brecing jembatan.
k. Kedua sisi rangka utama dirangkai dengan gelagar memanjang
dan melintang yang dibuat dari beberapa lapis stik es krim.
l. Setelah disatukan, dek/lantai jembatan disusun di atas gelagar
memanjang hingga menutupi semua permukaan gelagar
memanjang.
m. Amplas jembatan pada bagian sudut/ bekas pengeleman supaya
rapi.
n. Jembatan model sudah siap diuji.
91
Mulai
Menyiapkan alat
dan bahan
Tidak lengkap
Lengka
ppp
Menggambar pola
Elemen
Tidak
lengkap
Lengka
p
Memotong stik es krim menjadi
sebuah Elemen
Selesai
92
BAB V
A. Pengertian Umum
Jembatan merupakan bagian yang penting dalam suatu sistem jaringan
jalan, karena pengaruhnya yang berarti bila jembatan itu runtuh atau tidak
berfungsi dengan baik. Jembatan merupakan struktur yang melintasi sungai
atau penghalang lalulintas lainnya, maka keruntuhan jembatan akan
mengurangi atau menahan lalulintas, yang berarti mengganggu kelancaran
transportasi orang dan barang.
B. Pemeriksaan
Pemeriksaan jembatan adalah suatu proses pengumpulan data fisik
dan kondisi dari struktur jembatan. Data dari hasil pemeriksaan digunakan
untuk menentukan jenis penanganan yang akan dilakukan.
Pemeriksaan yang akan dilakukan diharapkan menggunakan
prosedur yang standar. Tujuan dari penggunaan prosedur yang standar untuk
memastikan:
1. Data administrasi lengkap dan akurat.
2. Semua komponen dan elemen jembatan telah diperiksa dan kondisinya
telah dinilai.
3. Semua kerusakan sudah diselidiki dan mencatat tindakan yang perlu
dilakukan.
93
2. Mencegah terjadinya penutupan lalu lintas pada jembatan.
3. Mendata kondisi jembatan.
4. Menyiapkan data untuk perencanaan, pelaksanaan dan pemeliharaan.
5. Memeriksa pengaruh akibat beban kendaraan dan jumlah kendaraan.
6. Memantau keadaan jembatan dalam jangka waktu yang lama.
94
4. Pemeriksaan khusus
Pemeriksaan khusus dilakukan jika selama pemeriksaan detail
kekurangan sumber daya, pelatihan atau pengalaman untuk menilai
dengan yakin kondisi jembatan.
5. Pemeriksaan sewaktu-waktu
Pemeriksaan sewaktu-waktu merupakan pemeriksaan visual
singkat terhadap jembatan.
C. Penanganan
Setiap jembatan akan mengalami penurunan kondisi baik kekuatan
maupun fungsinya, maka diperlukan adanya tindakan untuk mengembalikan
kondisinya. Adapun tindakan-tindakan untuk mengembalikan kondisi
jembatan, yaitu :
1. Pemeliharaan rutin dan perbaikan minor
Pemeliharaan rutin berkala pada dasarnya menjaga jembatan
dalam keadaan seperti semula dan mencakup beberapa pekerjaan yang
berulang, yang secara teknis cukup sederhana. Pemeliharaan rutin harus
dimulai pada waktu jembatan selesai dibangun (jembatan masih dalam
keadaan baru) dan dilanjutkan seumur jembatan tersebut. Hal ini
merupakan suatu pengalokasian dana yang efektif dalam hal
pemeliharaan.
Pemeliharaan rutin jembatan biasanya dimasukkan dalam
pekerjaan pemeliharaan rutin jalan dan dilaksanakan bersamaan dengan
pemeliharaan rutin jalan tersebut . Lingkup perkerjaan pemeliharaan
rutin jembatan adalah sebagai berikut :
a. Pembersihan secara umum.
b. Pembersihan dan pelancaran saluran.
c. Penanganan kerusakan ringan drainase.
d. Pengecatan sederhana.
e. Pemeliharaan permukaan lantai kendaraan.
95
2. Pemeliharaan berkala
Pemeliharaan berkala adalah usaha untuk menjaga jembatan tetap
dalam kondisi dan daya layan yang baik setelah pembangunan yang
mencakup beberapa kegiatan yaitu :
a. Pengecatan ulang.
b. Penggantian lapisan permukaan.
c. Pembersihan jembatan secara keseluruhan.
d. Pemeliharaan peletakan/landasan.
e. Penggantian siar muai (expansion joint).
f. Penggantian bagian-bagian kecil dan elemen yang kecil.
g. Perbaikan tebing yang longsor dan terkena erosi.
h. Perbaikan bangunan pengaman yang sederhana.
3. Perbaikan
Perbaikan merupakan tindakan untuk membuat jadi baik atau
mengembalikan ke kondisi kerja yang baik. Tindakan perbaikan lebih
menekankan pada kerusakan-kerusakan setempat pada elemen struktur
daripada kerusakan jembatan secara menyeluruh.
4. Rehabilitasi
Rehabilitasi merupakan tindakan untuk mengembalikan,
termasuk memperbaharui baik kondisi maupun fungsi. Tindakan
rehabilitasi menekankan pada struktur jembatan secara menyeluruh,
termasuk komponen-komponen utama jembatan.
5. Penggantian
Penggantian merupakan tindakan mengganti atau mengubah
beberapa komponen pada jembatan. Komponen utama pada jembatan
yang biasanya diganti, yaitu lantai jembatan, gelagar, siar muai,
peletakan, dan sebagainya. Mengganti jembatan secara keseluruhan
merupakan usaha paling akhir karena merupakan tindakan yang drastis
dan membutuhkan biaya yang besar.
96
6. Perkuatan
Perkuatan merupakan tindakan meningkatkan atau menambah
kapasitas daya dukung jembatan dengan penambahan material dan
komponen seperti prategang eksternal dan sebagainya.
7. Modernisasi
Modernisasi merupakan salah satu bentuk up grading dengan
menambahkan kelengkapan baru pada jembatan. Sebagai contoh
pengatur arus lalu lintas, rambu, marka, pagar dan lain-lain. Selain itu,
modernisasi juga dapat diartikan sebagai tindakan yang melibatkan
beberapa pekerjaan yang dilakukan sekaligus.
97
Perawatan Jembatan
Administrasi
Kerusakan dan
Pemeriksaan tindakan yang harus
dilakukan
Menjaga kondisi
Penanganan jembatan
Meminimalkan
kerusakan jembatan
Perawatan
Meningatkan
ketahanan dari aksi
lingkungan
Memaksimalkan
kapasitas lalu lintas
Memperpanjang umur
jembatan
Mendapat informasi
kondisi komponen
jembatan
98
BAB VI
RENCANA ANGGARAN BIAYA PEMBUATAN PROTOTYPE
JEMBATAN
99
Tabel 14. Analisa harga satuan pekerjaan persiapan
1 Analisa 1 m bouwplank
Jenis Koefisien Satuan Harga (Rp) Jumlah harga (Rp)
kayu kruing 0,005 m3 6.875.000 34.375
paku 0,02 kg 15.500 310
bahan 34.685
tukang kayu 0,12 orang 80.000 9.600
kepala tukang kayu 0,027 orang 90.000 2.430
upah 12.030
total 46.715
100
Tabel 17. Analisa harga satuan pekerjaan tanah dan pasir
6 Analisa 1 m2 Plesteran 1 PC : 2 PS
Jenis Koefisien Satuan Harga (Rp) Jumlah harga (Rp)
PC @50 kg 0,112 zak 73.000 8.176
pasir pasang 0,0171 m3 276.600 4.730
bahan 12.906
total 12.906
pekerja 0,4 orang 70.000 28.000
tukang batu 0,15 orang 80.000 12.000
kepala tukang batu 0,015 orang 90.000 1.350
upah 41.350
total 54.256
101
Tabel 20. Analisa harga Alat
102
Tabel 24. Analisa harga upah tenaga pekerjaan Struktur Jembatan dan Dek
103
Tabel 26. Kurva S pembuatan jembatan carabiner
Anonim.http://taufikhurohman.blogspot.com/2012/12/metoda-pelaksanaan-
pekerjaan-konstruksi.html. Diakses pada tanggal 20 April 2016 pada pukul
19.00.
http://www.ilmutekniksipil.com/struktur-jembatan-2/abutment-jembatan). Diakses
pada tanggal 22 April 2016 pada pukul 20.33.
Dr. Ir. Bambang Supriyadi, Ces., Dea., Montohar Agus, ST. 2007. Jembatan.
Yogyakarta.