Pengantar
Ketua
Program
Studi
Program
Pendidikan
Dokter
Spesialis-‐1
Anestesiologi
dan
Terapi
Intensif
FKUI
Buku
Kurikulum
Program
Studi
Pedidikan
Profesi
Dokter
Spesialis-‐1
Anestesiologi
Fakultas
Kedokteran
Universitas
Indonesia
ini
merupakan
revisi
keempat
dari
“Buku
Kurikulum
Program
Studi
Pendidikan
Kedokteran
Profesi
Dokter
Spesialis-‐1
Anestesiologi”
tahun
2007,
yang
pada
waktu
itu
dilakukan
karena
diterapkannya
kurikulum
dokter
spesialis
berdasarkan
kompetensi.
Revisi-‐revisi
sebelumnya
diwarnai
dengan
perubahan
nama
buku,
yaitu
“Buku
Kurikulum”,
“Buku
Program”
dan
terkahir
berjudul
“Buku
Panduan”,
menyesuaikan
dengan
perubahan-‐
perubahan
aturan
dari
Universitas
Indonesia
maupun
dari
FKUI
serta
ditetapkannya
modul
pendidikan
dari
Kolegium
Anestesiologi
dan
Terapi
Intensif
Indonesia
(KATI).
Dalam
revisi
terakhir
ini
terjadi
perubahan
besar
oleh
karena
perubahan
seluruh
struktur
kurikulum,
sesuai
ketentuan
dari
Kolegium.
Di
samping
itu
struktur
buku
kurikulum
ini
telah
mengacu
pada
petunjuk
penyeragaman
buku
kurikulum
yang
dikeluarkan
oleh
FKUI.
Buku
ini
merupakan
gambaran
garis
besar
pendidikan
PPDS
Anestesiologi
dan
Terapi
Intensif
FKUI,
dengan
bagian
terbesar
adalah
kompetensi
yang
harus
dicapai
peserta
didik,
modul-‐
modul
pembelajaran,
metode
pembelajaran
untuk
mencapai
kompetensi
serta
evaluasi
yang
diperlukan.
Dalam
buku
ini
juga
ditegaskan
tingkat
kompetensi
lulusan
program
yang
setara
dengan
level
8
Kerangka
Kualifikasi
Nasional
Indonesia.
Diharapkan
buku
ini
memberikan
gambaran
pelaksanaan
Program
Pendidikan
Dokter
Spesialis
Anestesiologi
di
FKUI
yang
lebih
jelas
bagi
semua
pihak
dan
dapat
menjadi
panduan
bagi
peserta
didik
mapun
staf
pengajar,
sehingga
pendidikan
dapat
berjalan
dengan
lebih
baik
dan
sesuai
baku
nasional.
Secara
berkala
buku
ini
akan
terus
direvisi
sesuai
dengan
perkembangan
dan
perubahan
pendidkan
kedokteran
profesi
spesialis
di
masa
mendatang.
Jakarta,
April
2015
Ketua
Program
Studi
Ratna
F.
Soenarto
1
Kata
Pengantar
Kepala
Departemen
Anestesiologi
dan
Terapi
Intensif
FKUI
Assalumualaikum
Wr
Wb.
Pertama
tama
kita
panjatkan
puji
syukur
ke
hadirat
Allah
SWT,
atas
ijin
dan
pertolonganNyalah
dapat
diselesaikan
revisi
buku
Kurikulum
Program
Studi
Pendidikan
Dokter
Spesialis-‐1
Anestesiologi
dan
Terapi
Intensif
FKUI
ini.
Sesuai
visi
dan
misi
Departemen
Anestesiologi
yang
merupakan
turunan
dari
visi
dan
misi
FKUI-‐RSCM,
Program
Studi
Pendidikan
Dokter
Spesialis-‐1
Anestesiologi
dan
Terapi
Intensif
diharuskan
dapat
menghasilkan
dokter
spesialis
anestesiologi
bermutu,
dapat
mengembangkan
keilmuan
di
bidangnya,
menerapkan
pengetahuan,
trampil,
profesional
dan
memberikan
pelayanan
kesehatan
dan
kedokteran
terbaik
sesuai
Kerangka
Kualifikasi
Nasional
Indonesia
(KKNI)
level
8
melalui
implementasi
kurikulum
Program
Studi
Pendidikan
Dokter
Spesialis-‐1
Anestesiologi
dan
Terapi
Intensif
yang
menggambarkan
tahap
pencapaian
kompetensi,
proses
pencapaian
dan
evaluasi
hasil
pencapaian
kompetensi
secara
komprehensif.
Dalam
kaitan
tersebut
diperlukan
revisi
kurikulum
secara
reguler
sesuai
regulasi
yang
berlaku,
dimulai
dari
analisis
kebutuhan
dan
masukan
dari
stake
holder
hingga
akhirnya
merumuskan
dan
melaksanakan
evaluasi
keluaran
program.
Revisi
kali
ini
berfokus
pada
upaya
sistematis
merumuskan
kurikulum
berbasis
kompetensi
melalui
pembelajaran
aktif
yang
berpusat
pada
peserta
didik
sehingga
kemampuan
akhir
tercapai
dengan
baik
dan
terlaksana
sesuai
kaidah
kurikulum
berbasis
kompetensi
2012.
Saya
mengucapkan
terima
kasih
kepada
seluruh
staf,
sekretariat
dan
terutama
Ketua
Program
Studi
dan
Sekretaris
Program
Studi
atas
insiatif,
kerja
keras
yang
konsisten
sehingga
buku
ini
dapat
terwujud.
Tentunya
terbitnya
buku
kurikulum
ini
merupakan
langkah
awal
dan
apakah
program
studi
ini
dapat
menghasilkan
lulusan
sesuai
dengan
visi
dan
misi
yang
dicanangkan
akan
sangat
ditentukan
oleh
niat,
peranserta
dan
kolaborasi
seluruh
staf
dan
karyawan
serta
dukungan
dari
suprastruktur.
Akhirul
kalam
semoga
buku
ini
dapat
memacu
semangat
untuk
bekerja
lebih
baik
dan
terukur.
Wassalamu’alaikum
Wr
Wb.
Jakarta,
April
2015
Ketua
Departemen
Departemen
Anestesia
dan
Terapi
Intensif
Aries
Perdana
2
BAB
1
PENDAHULUAN
1.1
SEJARAH
SINGKAT
PROGRAM
STUDI
ANESTESIOLOGI
Pendidikan
dokter
spesialis
anestesiologi
pertama
di
Indonesia
dimulai
di
Jakarta,
yaitu
di
RSCM
(dahulu
RSTM,
RS
Tjipto
Mangoenkoesoemo).
Tahun
1953
dr.
Mochammad
Kelan
(seorang
dokter
asisten
bedah)
kembali
dari
Amerika
untuk
mempelajari
ilmu
anestesia.
Dimulailah
era
anestesia
modern
di
Indonesia
yang
saat
itu
masih
dilakukan
di
bawah
Bagian
Bedah
RSCM.
Sebagai
orang
pertama
yang
merintis
dan
mengaplikasikan
anestesiologi
di
Indonesia,
dr.
Kelan
mulai
melatih
dokter-‐dokter
muda
untuk
melakukan
pembiusan.
Hingga
masa
itu,
fungsi
pelayanan
dan
pendidikan
anestesiologi
hanya
dijalankan
oleh
dr.
Kelan
dibantu
dr.
Oentoeng
Kertodisono
dan
dr.
Muhardi
Muhiman.
Ketiga
tokoh
inilah
yang
patut
disebut
sebagai
“The
Founding
Fathers
of
Anesthesiology”
di
Indonesia.
Tahun
1967
Anestesiologi
resmi
berdiri
sendiri,
terpisah
dari
Bagian
Bedah.
Pendidikan
resmi
anestesiologi
di
Indonesia
pun
dimulai.
Pendidikan
ini
mulai
banyak
diminati
sekitar
tahun
1970.
Dokter-‐dokter
spesialis
anestesiologi
yang
dihasilkan
program
pendidikan
ini
kemudian
menyebar
dan
memulai
profesi
anestesia
di
berbagai
daerah
di
Indonesia.
Sejak
berdirinya,
Bagian
Anestesiologi
yang
kemudian
mejadi
Departemen
Anestesiologi
dan
Terapi
Intensif
FKUI/RSCM
selalu
menjadi
pelopor
di
Indonesia.
Di
sini
juga
dimulai
dan
dikembangkan
ilmu
anestesia
regional,
yang
pertama
kali
diperkenalkan
oleh
dr.
Oentoeng
Kertodisono.
Bagian
Anestesiologi
FKUI/RSCM
bukan
hanya
mengembangkan
ilmu
anestesia
dalam
arti
sempit
(pembiusan)
namun
lebih
jauh
lagi,
mencakup
penguasaan
critical
care
medicine.
Atas
prakarsa
dr.
Muhardi
Muhiman,
tahun
1971
resmi
berdiri
Intensive
Care
Unit
(ICU)
RSCM
yang
menunjang
salah
satu
kompetensi
dokter
spesialis
anestesiologi
dalam
critical
care
medicine
di
atas.
Ini
adalah
ICU
pertama
di
Indonesia.
Staf
Bagian
Anestesiologi
FKUI/RSCM
jugalah
yang
pertama
kali
memprakarsai,
mengembangkan
dan
menyebarluaskan
ilmu
Resusitasi
Jantung
Paru
(Cardiopulmonary
Resuscitation/CPR)
di
Indonesia,
yaitu
dr.
Sun
Sunatrio,
dibantu
dr.
Yani
Kasim
dan
dr.
Jusrafli
Junurham.
Tahun
1973
dr.
Moch.
Kelan
dikukuhkan
sebagai
Guru
Besar
Anestesiologi
yang
pertama
di
Indonesia.
Profesor
dr.
Mochammad
Kelan
Koesoemodipoero,
atas
prakarsa,
jerih
payah
dan
kegigihannya
mengembangkan
ilmu
anestesia,
patut
disebut
sebagai
“Bapak
Anestesiologi
Indonesia”,
yang
memungkinkan
anestesiologi
berkembang
di
Indonesia
hingga
kini.
1.2
PROGRAM
STUDI
PENDIDIKAN
PROFESI
DOKTER
SPESIALIS-‐1
ANESTESIOLOGI
DAN
TERAPI
INTENSIF
Program
Studi
Pendidikan
Profesi
Dokter
Spesialis
Anestesiologi
dilandasi
oleh
kemampuan
akademik
setara
strata
2
serta
bermuatan
materi
profesi
dengan
kompetensi
spesialis,
setara
level
8
dalam
Kerangka
Kualifikasi
Nasional
Indonesia
(KKNI).
Pendidikan
ini
tersusun
dan
terstruktur
di
dalam
kurikulum
Program
Studi
Pendidikan
Kedokteran
Profesi
Dokter
Spesialis-‐1
Anestesiologi
Fakultas
Kedokteran
Universitas
Indonesia.
3
Kurikulum
disusun
mengacu
kepada
:
-‐ Standar
pendidikan
dan
standar
kompetensi
yang
ditetapkan
oleh
Kolegium
Anestesiologi
dan
Terapi
Intensif
Indonesia
dan
telah
disahkan
oleh
Konsil
Kedokteran
Indonesia.
-‐ Peraturan
Akademik
Universitas
Indonesia.
1.3
LANDASAN
PENDIRIAN
PROGRAM
STUDI
PPDS
ANESTESIOLOGI
DAN
TERAPI
INTENSIF
FKUI
1.3.1
Landasan
Hukum
Pendirian
PPDS
Anestesiologi
dan
Terapi
Intensif
FKUI
-‐ Keputusan
Menteri
Pendidikan
Nasional
nomor
232/U/2000
tentang
Pedoman
Penyusunan
Kurikulum
Pendidikan
Tinggi
-‐ Keputusan
Menteri
Pendidikan
Nasional
nomor
045/U/2002
tentang
Kurikulum
Inti
Pendidikan
Tinggi
-‐ Tap
Majelis
Wali
Amanat
UI
No:
006/SK/MWA-‐UI/2004
tentang
kurikulum
pendidikan
akademik
UI
dan
Tap
Majelis
Wali
Amanat
UI
No:
008/Tap/MWA-‐UI/2005
tentang
Norma
Kurikulum
pendidikan
profesi
di
UI
-‐ Peraturan
Pemerintah
nomor
19
tahun
2005
tentang
Standar
Nasional
Pendidikan.
-‐ Peraturan
Pemerintah
nomor
32
tahun
2013
tentang
Perubahan
PP
no
19
tahun
2005.
-‐ Standar
Pendidikan
Profesi
Dokter
Spesialis-‐1
Konsil
Kedokteran
Indonesia
Nomor:
21/KKI/Kep/K/2006
Pendidikan
Berbasis
Kompetensi
-‐ Keputusan
Majelis
Wali
Amanat
UI
Nomor:
005/SK/MWA-‐UI/2007
tentang
Kebijakan
Umum
Arah
Pengembangan
Universitas
Indonesia
2007-‐2010
di
bidang
Akademik
-‐ SK
Senat
Akademik
Fakultas
No:
004/SK/SF.FKUI/2007,
tentang
Program
Studi
Pendidikan
Kedokteran
Profesi
Dokter
Spesialis-‐1
di
Fakultas
Kedokteran
Universitas
Indonesia
-‐ Visi
Departemen
Kesehatan
Indonesia
Sehat
2010
Misi
Departemen
Kesehatan
Pemerataan
Sumber
Daya
Manusia
di
seluruh
Indonesia
-‐ Undang-‐undang
nomor
12
tahun
2012
tentang
Pendidikan
Tinggi.
-‐ Peraturan
Presiden
nomor
08
tahun
2012
tentang
Kerangka
Kualifikasi
Nasional
-‐ Peraturan
Menteri
Pendidikan
dan
Kebudayaan
nomor
73
tahun
2013
tentang
Penerapan
KKNI
Bidang
Pendidikan
Tinggi
-‐ Undang-‐undang
nomor
20
tahun
2013
tentang
Pendidikan
Kedokteran.
-‐ Undang-‐undang
nomor
29
tahun
2014
tentang
Praktik
Kedokteran.
-‐ Peraturan
Pemerintah
nomor
04
tahun
2014
tentang
Penyelenggara
Pendidikan
Tinggi
dan
Pengelola
Perguruan
Tinggi.
-‐ Peraturan
Menteri
Pendidikan
dan
Kebudayaan
nomor
49
tahun
2014
tentang
Standar
Nasional
Pendidikan
Tinggi
-‐ Kolegium
Anestesiologi
dan
Terapi
Intensif
Indonesia,
Standar
Nasional
Pendidikan
Program
Studi
Anestesiologi
dan
Terapi
Intensif
Indonesia,
2014.
-‐ Kolegium
Anestesiologi
dan
Terapi
Intensif
Indonesia,
Standar
Kompetensi
Program
Studi
Anestesiologi
dan
Terapi
Intensif
Indonesia,
2014.
-‐ Rencana
Strategis
FKUI-‐RSCM,
2014.
4
1.3.2
Landasan
Filosofis
Pendirian
PPDS
Anestesiologi
dan
Terapi
Intensif
FKUI
Landasan
filosofis
dibentuknya
program
pendidikan
anestesiologi
dan
terapi
intensif
didasarkan
pada
dua
tujuan
utama
profesi
kedokteran.
Pertama,
menunjang
kehidupan
sebagai
upaya
operasionalisasi
sumpah
dokter
“saya
akan
menghormati
kehidupan
sejak
saat
pembuahan”.
Bentuk
operasional
dari
dasar
ini
adalah
“Life
Support” atau
Bantuan
Medik
Penunjang
Hidup.
Dasar
kedua
adalah
tujuan
meringankan
penderitaan
pasien
yang
diwujudkan
dalam
berbagai
terapi
medis
untuk
menghilangkan
nyeri
dan
kecemasan.
Pendidikan
Profesi
Dokter
Spesialis
Anestesiologi
dan
Terapi
Intensif
adalah
pendidikan
tinggi
jalur
profesi
yang
diselenggarakan
oleh
fakultas
kedokteran
menggunakan
kurikulum
yang
dikembangkan
dari
Kolegium
Anestesiologi
dan
Terapi
Intensif,
dilaksanakan
di
rumah
sakit
pendidikan
dan
jejaringnya
untuk
menghasilkan
dokter
spesialis
anestesiologi
dan
terapi
intensif.
Pendidikan
Profesi
Dokter
Spesialis
Anestesiologi
dan
Terapi
Intensif
merupakan
satu
kesatuan
utuh
antara
pendidikan
akademik
dan
profesi,
yang
menghasilkan
lulusan
yang
memiliki
kompetensi
dalam
ilmu
dan
keterampilan
dalam
bidang
anestesia
dan
terapi
intensif,
dengan
pendekatan
humanistik
terhadap
pasien,
disertai
dengan
profesionalisme
tinggi
dan
pertimbangan
etika,
yaitu
prinsip
tidak
merugikan
(nonmaleficence),
prinsip
berbuat
baik
(beneficence),
prinsip
menghormati
otonomi
pasien
(autonomy)
dan
prinsip
keadilan
(justice).
Dokter
sebagai
salah
satu
komponen
utama
pemberi
pelayanan
kesehatan
masyarakat
mempunyai
peran
yang
sangat
penting
dan
terkait
langsung
dengan
proses
pelayanan
kesehatan,
sehingga
ilmu
pengetahuan,
keterampilan,
sikap
dan
perilaku
selama
pendidikan
sangat
menentukan
mutu
pelayanan
yang
diberikan
ketika
menjadi
dokter
spesialis
kelak.
Salah
satu
tiang
kemajuan
ilmu
kedokteran
terwujud
melalui
ilmu
bedah.
Jelas
bahwa
pembedahan
identik
dengan
timbulnya
nyeri
yang
sangat
intens
yang
tidak
mungkin
diatasi
kecuali
dengan
tindakan
anestesia.
Hanya
dengan
keberadaan
tindakan
anestesia
yang
dilandasi
oleh
ilmu
anestesia
(anestesiologi)
maka
ilmu
bedah
dapat
berkembang.
Semua
tindakan
pembedahan
membutuhkan
anestesia
dan
terlebih
lagi,
membutuhkan
life
support.
Tindakan
anestesia
adalah
tindakan
medis
spesialistik,
yang
seyogyanya
diberikan
oleh
seorang
dokter
yang
telah
mendapat
pendidikan
khusus
untuk
mencapai
kompetensi
paripurna.
Setelah
melalui
lebih
dari
seperempat
abad
pengembangan
maka
diketahui
bahwa
untuk
hasil
pembedahan
yang
baik,
peran
ahli
anestesiologi
tidak
berhenti
saat
pasien
selesai
pembedahan.
Banyak
patologi
yang
terjadi
atau
muncul
akibat
pembedahan
perlu
penanganan
lanjut
pada
masa
pascabedah.
Peran
anestesiologi
kemudian
berkembang
ke
arah
post
anesthesia
care
dan
post
operative
care.
Recovery
room
atau
ruang
pulih
sadar
merupakan
tambahan
kegiatan
tindakan
medis
yang
meningkatkan
patient
safety
ketika
pasien
mulai
sadar
dari
anestesia,
mulai
merasakan
nyeri,
sementara
ancaman
sisa
perdarahan,
gangguan
pernafasan,
gangguan
cairan
dan
elektrolit
serta
asam
basa
masih
terus
berlangsung.
Pada
sebagian
pasien
dengan
kondisi
medik
dan
co-‐morbid
yang
kompleks,
masa
tinggal
2-‐6
jam
di
recovery
room
tidaklah
cukup.
Mereka
membutuhkan
apa
yang
kemudian
disediakan
dalam
Intensive
Care
Unit.
Untuk
bedah
kanker
yang
kompleks,
bedah
jantung,
bedah
otak
serta
segala
kegawatdaruratan
medik
yang
mengancam
jiwa,
pasien
dirawat
oleh
ahli
anestesiologi
yang
fokus
pada
intensive
care
(intensivist).
Sebagian
ahli
anestesiologi
memfokuskan
diri
pada
penanggulangan
nyeri
jangka
panjang
dan
menjadi
pain
specialist.
5
Peran
menunjang
kegawatdaruratan
yang
mengancam
jiwa
memberi
tempat
bagi
Dokter
Spesialis
Anestesiologi
untuk
bekerja
di
Unit
Gawat
Darurat
(Emeregency
Care)
dan
Ruang
Resusitasi
di
mana
setiap
detik
membawa
makna
hidup
atau
mati
(time
saving
is
life
saving).
Dari
uraian
di
atas
nampak
jelas
alasan
diperlukannya
keberadaan
program
pendidikan
dokter
spesialis
anestesiologi
dan
terapi
intensif
untuk
menjamin
tersedianya
tenaga
medik
spesialistik
bagi
segenap
rakyat
Indonesia.
Profesi
dokter
spesialis
anestesiologi
dan
terapi
intensif
saat
ini
merupakan
salah
satu
profesi
yang
masih
sangat
dibutuhkan.
Jumlahnya
sedikit
dan
penyebaran
yang
tidak
rata
merupakan
salah
satu
penyebab.
Kolegium
Anestesiologi
dan
Terapi
Intensif,
Kementerian
Kesehatan
serta
institusi
pendidikan
dokter
spesialis
anestesiologi
dan
terapi
intensif
menyadari
keterbatasan
itu
dan
telah
berupaya
dengan
meningkatkan
daya
tampung,
kualitas
pendidikan
dan
kompetensi
lulusan.
Kementerian
Kesehatan
telah
menyediakan
bea
siswa
untuk
ikatan
dinas.
Berbagai
institusi
pendidikan
dokter
spesialis
anestesiologi
dan
terapi
intensif
telah
pula
melakukan
kerja
sama
dengan
rumah
sakit
afiliasi
untuk
menambah
sarana,
kasus
maupun
dosen
pembimbing.
1.3.3
Landasan
Sosiologis
Pendirian
PPDS
Anestesiologi
FKUI
Program
Studi
Anestesiologi
dan
Terapi
Intensif
didirikan
untuk
pemenuhan
kebutuhan
tenaga
dokter
spesialis
di
seluruh
Indonesia
dalam
rangka
meningkatkan
taraf
kesehatan
masyarakat,
termasuk
penurunan
angka
kematian
ibu
dan
anak.
Menurut
Journal
of
Global
Health
(artikel
berjudul
“Access
to
Safe
Anesthesia:
A
global
perspective”),
masalah
dalam
suatu
negara
akan
timbul
jika
satu
orang
spesialis
anestesiologi
tidak
mencapai
100.000
penduduk
untuk
dilayani.
Untuk
250
juta
penduduk
Indonesia,
setidaknya
diperlukan
2500
spesialis
anestesiologi.
Saat
ini
jumlah
spesialis
anestesiologi
di
Indonesia
sekitar
1300
orang
atau
separuh
dari
kebutuhan
seluruh
negeri.
Jika
jumlah
penduduk
Indonesia
berkembang
terus,
angka
ini
makin
menjauh
dari
kebutuhan.
1.4
PROFIL
PROGRAM
STUDI
PPDS
ANESTESIOLOGI
DAN
TERAPI
INTENSIF
FKUI
Dokter
Spesialis
Anestesiologi
dan
Terapi
intensif
yang
bekerja
di
Indonesia
harus
merupakan
5
stars
doctors
dan
berperan
sebagai
care
provider,
communicator,
decision
maker,
manager,
community
leader
dan
sebagai
researcher.
1. Care
Provider
Lulusan
Program
Studi
Anestesiologi
dan
Terapi
Intensif
Fakultas
Kedokteran
Universitas
Indonesia
mampu
memberikan
layanan
anestesia
paripurna
sesuai
baku
nasional
dan
internasional,
yang
berasaskan
empati,
humaniora
dan
sosiobudaya.
2. Communicator
Lulusan
Program
Studi
Anestesiologi
dan
Terapi
Intensif
Fakultas
Kedokteran
Universitas
Indonesia
mampu
menjalin
komunikasi
efektif,
baik
dengan
pasien
dan
keluarganya
maupun
dengan
mitra
kerja
dan
masyarakat,
yang
bertujuan
akhir
peningkatan
taraf
kesehatan
masyarakat
Indonesia.
3. Decision
Maker
Lulusan
Program
Studi
Anestesiologi
dan
Terapi
Intensif
Fakultas
Kedokteran
Universitas
Indonesia
dapat
mengambil
keputusan
krusial
demi
keuntungan
pasien,
6
dengan
tetap
berasaskan
empati,
humaniora
dan
sosiobudaya,
meski
dihadapkan
pada
kondisi
yang
sulit.
4. Manager
Lulusan
Program
Studi
Anestesiologi
dan
Terapi
Intensif
Fakultas
Kedokteran
Universitas
Indonesia
memiliki
kemampuan
manajerial
untuk
mengelola
suatu
sistem
interdisiplin
maupun
multidisiplin,
untuk
tujuan
jangka
pendek
maupun
jangka
panjang,
yang
bertujuan
akhir
peningkatan
pelayanan
kesehatan
dan
peningkatan
keselamatan
pasien.
5. Community
Leader
Lulusan
Program
Studi
Anestesiologi
dan
Terapi
Intensif
Fakultas
Kedokteran
Universitas
Indonesia
menunjukkan
kemampuan
kepemimpinan,
baik
dalam
pelayanan
medis
jangka
pendek
dan
jangka
panjang,
maupun
dalam
aspek
manajerial.
6. Researcher
Lulusan
Program
Studi
Anestesiologi
dan
Terapi
Intensif
Fakultas
Kedokteran
Universitas
Indonesia
mampu
melakukan
penelitian
yang
baik,
bermanfaat
dan
mengindahkan
etika
penelitian
sesuai
Good
Clinical
Practice
dan
sesuai
aturan
etika
penelitian
FKUI/RSCM,
untuk
pengembangan
ilmu
pengetahuan,
ilmu
kedokteran
dan
pelayanan
anestesia
dan
tatalaksana
pasien
kritis.
7
BAB
2
VISI,
MISI,
TUJUAN
DAN
SASARAN
PROGRAM
STUDI
2.1
VISI
PROGRAM
STUDI
PPDS
ANESTESIOLOGI
DAN
TERAPI
INTENSIF
FKUI
Menciptakan
sinergi
lingkungan
akademik
dan
profesional
untuk
mencapai
pengalaman
tak
terbatas
dalam
upaya
mewujudkan
pelayanan
anestesia
dan
terapi
intensif
terbaik.
2.2
MISI
PROGRAM
STUDI
PPDS
ANESTESIOLOGI
DAN
TERAPI
INTENSIF
FKUI
1. Menjadi
pusat
pendidikan
dan
pelatihan
dokter
spesialis
anestesiologi
dan
terapi
intensif
yang
memenuhi
baku
nasional
maupun
internasional
yang
terpadu
dengan
pelayanan
anestesia
dan
terapi
intensif,
paripurna,
bermutu
dan
inovatif.
2. Menghasilkan
dokter
spesialis
anestesiologi
dan
terapi
intensif
yang
kompeten
berlandaskan
ilmu
pengetahuan
dengan
pendekatan
empati
dan
sosiobudaya
serta
berorientasi
pada
keselamatan
pasien.
3. Menjadikan
ilmu
kedokteran
berbasis
bukti
sebagai
penunjang
pendidikan,
penelitian
dan
dasar
peningkatan
pelayanan
anestesiologi
dan
terapi
intensif.
4. Mewujudkan
tata
kelola
organisasi
dan
manajemen
yang
menunjang
kondisi
pendidikan
yang
nyaman
serta
terlaksananya
sistem
pendidikan
yang
baik,
kredibel
dan
akuntabel.
2.3
TUJUAN
PROGRAM
STUDI
PPDS
ANESTESIOLOGI
DAN
TERAPI
INTENSIF
FKUI
2.3.1
Tujuan
Umum
Program
Studi
Tujuan
Umum
Program
Studi
Pendidikan
Profesi
Dokter
Spesialis
Anestesiologi
adalah
menghasilkan
dokter
spesialis
anestesiologi
dan
terapi
intensif
yang
kompeten
dalam
memberikan
pelayanan
kedokteran
spesialistik
berbasis
bukti,
profesional
dan
komunikatif
melalui
suatu
sistem
pendidikan
yang
terstruktur,
kredibel
dan
akuntabel.
2.3.2
Tujuan
Khusus
Program
Studi
Program
Studi
Pendidikan
Profesi
Dokter
Spesialis
Anestesiologi
secara
khusus
bertujuan
menghasilkan
dokter
spesialis
anestesiologi
yang
memiliki
karakteristik:
1. Mempunyai
rasa
tanggung
jawab
dalam
pengamalan
ilmu
anestesiologi
sesuai
dengan
ketentuan
pemerintah
2. Mempunyai
pengetahuan
yang
luas
dalam
bidang
anestesiologi
serta
mempunyai
ketrampilan
dan
sikap
yang
baik,
sehingga
sanggup
memahami
dan
memecahkan
masalah
kesehatan
secara
ilmiah
dan
dapat
mengamalkan
ilmu
anestesiologi
kepada
masyarakat
secara
optimal
3. Mempunyai
kemampuan
untuk
melakukan
komunikasi
secara
baik
dengan
para
sejawat
dokter
dan
anggota
tim
kesehatan
yang
lain
serta
anggota
masyarakat
4. Mampu
mengembangkan
sikap
pribadi
sesuai
dengan
etika
ilmu
dan
etika
profesi
5. Mempunyai
kemampuan
untuk
mengelola
kegiatan
pelayanan
anestesiologi
secara
bertanggung
jawab
sebagai
anggota
tim
pelayanan
kesehatan
di
dalam
maupun
di
luar
rumah
sakit
6. Mempunyai
kemampuan
untuk
mengelola
kedokteran
gawat
darurat
(Critical
Care
Medicine)
8
yang
meliputi
trias:
-‐ resusitasi
-‐ pengelolaan
pasien
gawat
(emergency
care)
untuk
keadaan
yang
mengancam
kehidupan
-‐ pengelolaan
terapi
intensif
(intensive
care
therapy)
7. Mampu
menentukan,
merencanakan
dan
melaksanakan
pendidikan
dan
penelitian
secara
mandiri
dan
mengembangkan
ilmu
ke
tingkat
akademik
yang
lebih
tinggi.
8. Mempunyai
kemampuan
untuk
mengembangkan
pengetahuan
dan
ketrampilan
sebagai
dokter
spesialis
anestesiologi
sesuai
dengan
tuntutan
masyarakat
dan
kemajuan
ilmu
pengetahuan.
2.4
SASARAN
PROGRAM
STUDI
Dengan
pelaksanaan
pendidikan
berbasis
kompetensi
melalui
42
modul
yang
disusun
dengan
mempertimbangkan
keputusan
kolegium
dan
spesifikasi
lokal,
diharapkan
peserta
didik
dapat
memenuhi
empat
ranah
kompetensi
(kognisi,
psikomotor,
komunikasi
dan
profesionalisme).
Indikator
tercapainya
sasaran
adalah
:
-‐ Jumlah
kelulusan
tepat
waktu
-‐ IPK
lulusan
>
3
-‐ Kepuasan
peserta
didik
>
75%
-‐ Kepuasan
staf
departemen
>
80%
-‐ Kepuasan
pelanggan
(pengguna
jasa
alumni)
>
75%
2.5
STRATEGI
PENCAPAIAN
-‐ Pelaksanaan
rotasi
(stase)
peserta
didik
yang
memuat
modul-‐modul
yang
telah
ditetapkan,
dengan
supervisi
Pembimbing
Akademik,
diakhiri
dengan
sistem
evaluasi
terstruktur.
-‐ Kerjasama
dengan
RS
satelit/
afiliasi
FKUI
untuk
mempercepat
pencapaian
kompetensi.
-‐ Penyediaan
sarana
dan
prasarana
penunjang
pendidikan
yang
mutakhir
dan
berkualitas.
-‐ Evaluasi
pelaksanaan
program
oleh
peserta
didik
(residen)
dalam
bentuk
survey
berkala.
-‐ Rekrutmen
staf
pengajar
berdasarkan
POB
yang
berkesinambungan.
-‐ Peningkatan
terus
menerus
kualitas
staf
pengajar
melalui
P2KB,
pelatihan
Clinical
Teacher,
kursus-‐kursus
yang
berhubungan
dengan
Evidence-‐Based
Medicine
serta
kursus-‐kursus
sertifikasi
dosen.
-‐ Evaluasi
kepuasan
staf
pengajar.
-‐ Evaluasi
kepuasan
pelanggan/
pengguna
jasa
alumni
program
studi.
-‐ Benchmarking
dan
kerjasama
dengan
institusi
di
luar
negeri,
termasuk
dengan
pusat
pendidikan
anestesiologi
Eropa
(CEEA)
maupun
dengan
federasi
anestesiologi
dunia
(WFSA).
-‐ Evaluasi
program
secara
kontinyu
melalui
EVISEM
(evaluasi
semester)
UI.
-‐ Evaluasi
pelaksanaan
program
berkala
melalui
Rapat
Kerja
Tahunan
Departemen
Anestesiologi.
-‐ Revisi
kurikulum
dan/
atau
modul-‐modul
pembelajaran.
9
BAB
3
KOMPETENSI
Sesuai
ketentuan
pendidikan
nasional,
kompetensi
seorang
dokter
spesialis
anestesiologi
adalah
level
8
menurut
Kerangka
Kualifikasi
Nasional
Indonesia
(KKNI).
Peringkat
ini
satu
tingkat
lebih
tinggi
daripada
kompetensi
dokter
umum,
yaitu
level
7
dalam
KKNI.
Di
bawah
ini
adalah
rumusan
capaian
peserta
didik
Program
Studi
Anestesiologi
dan
Terapi
Intensif
FKUI
sesuai
proyeksinya
pada
KKNI
level
8.
Tabel
1.
Rumusan
Kompetensi/Capaian
Pembelajaran
Sesuai
KKNI
No
Uraian
kemampuan
kerja,
wewenang
Rumusan
kompetensi
Tagihan/bukti
pencapaian
dan
tanggung
jawab
sesuai
KKNI
8
inti/capaian
pembelajaran
Kemampuan
Kerja
1
Mampu
bekerja
di
bidang
keahlian
Mampu
melakukan
berbagai
Minimal
requirement
sesuai
pokok/profesi
untuk
jenis
pekerjaan
prosedur
anestesia,
baik
ketentuan
Kolegium
yang
spesifik
dan
kompleks,
dan
anestesia
umum
maupun
Anestesiologi
dan
Terapi
memiliki
kompetensi
kerja
yang
anestesia
regional
sesuai
Intensif
Indonesia,
yang
minimal
setara
dengan
standar
prosedur
operasional
baku
dibuktikan
dengan
buku
log
kompetensi
profesi
tersebut
yang
(POB)
yang
didasarkan
atas
POB
dan
diperoleh
setelah
verifikasi
berlaku
secara
nasional/internasional;
yang
berlaku
internasional
dan
dosen,
berdasar
aturan
dan
mengacu
pada
keselamatan
POB
yang
berlaku.
pasien.
Mampu
melakukan
tatalaksana
dasar
pasien
kritis
sesuai
prosedur
operasional
baku
(POB)
yang
didasarkan
atas
POB
yang
berlaku
internasional
dan
mengacu
pada
keselamatan
pasien.
Mampu
melakukan
tatalaksana
kegawatan
pada
pasien
dalam
prosedur
pembedahan
maupun
tidak,
sesuai
POB
yang
berlaku
internasional
dan
mengacu
pada
keselamatan
pasien.
Mampu
melakukan
transportasi
pasien
kritis
dengan
prosedur
dan
peralatan
yang
sesuai
kondisi
pasien,
mengacu
pada
keselamatan
pasien
dan
persyaratan
sesuai
Joint
Comission
International.
10
No
Uraian
kemampuan
kerja,
wewenang
Rumusan
kompetensi
Tagihan/bukti
pencapaian
dan
tanggung
jawab
sesuai
KKNI
8
inti/capaian
pembelajaran
2
Mampu
membuat
keputusan
yang
Mampu
menilai
dan
Penilaian
dalam
SIAK-‐NG,
independen
dalam
menjalankan
memutuskan
kelayakan
pasien
yang
merupakan
penilaian
pekerjaan
profesinya
berdasarkan
untuk
menjalani
anestesia
atau
empat
ranah
kompetensi
pemikiran
logis,
kritis,
kreatif,
dan
prosedur-‐prosedur
terkait
dalam
setiap
modul
yang
komprehensif;
anestesia.
berhubungan
langsung
dengan
praktik
klinis.
Mampu
menilai
dan
memutuskan
kelayakan
pasien
untuk
mendapat
bantuan
hidup
dasar
atau
bantuan
hidup
lanjut,
termasuk
memberi
pertimbangan
witholding
atau
withdrawing
bantuan
hidup
terhadap
pasien.
Mampu
menetapkan
kelayakan
suatu
tempat
pelayanan
untuk
dilakukannya
berbagai
prosedur
anestesia
atau
tatalaksana
pasien
kritis,
terkait
kelengkapan
peralatan,
obat
dan
peralatan
keselamatan,
mengacu
pada
keselamatan
pasien
dan
persyaratan
sesuai
Joint
Comission
International.
3
Mampu
menyusun
laporan
hasil
studi
Mampu
melakukan
penelitian
Tesis
penelitian
sebagai
setara
tesis
yang
hasilnya
disusun
akhir
atau
meta-‐analisis
dan
karya
tulis
ilmiah
akhir
dalam
bentuk
publikasi
pada
jurnal
mempublikasikan
hasilnya
pada
yang
diunggah
ke
situs
UI
ilmiah
profesi
yang
terakreditasi,
atau
jurnal
ilmiah
atau
situs
milik
atau
dipublikasikan
di
menghasilkan
karya
desain
yang
Universitas
Indonesia.
jurnal
ilmiah.
spesifik
beserta
deskripsinya
berdasarkan
metoda
atau
kaidah
desain
dan
kode
etik
profesi
yang
diakui
oleh
masyarakat
profesi
pada
tingkat
regional
atau
internasional;
4
Mampu
mengkomunikasikan
hasil
kajian/kritik/apresiasi/
argumen,
atau
karya
inovasi
yang
bermanfaat
bagi
pengembangan
profesi,
kewirausahaan,
dan
kemaslahatan
manusia,
yang
dapat
dipertanggungjawabkan
secara
ilmiah
dan
etika
profesi,
kepada
masyarakat
umum
melalui
berbagai
bentuk
media;
11
No
Uraian
kemampuan
kerja,
wewenang
Rumusan
kompetensi
Tagihan/bukti
pencapaian
dan
tanggung
jawab
sesuai
KKNI
8
inti/capaian
pembelajaran
5
Mampu
meningkatkan
mutu
sumber
Mampu
mendidik
dan
melatih
Bukti
sebagai
pembicara/
daya
untuk
pengembangan
program
tenaga
kesehatan
lain
untuk
instruktor
pada
sesi
strategis
organisasi;
melakukan
bantuan
hidup
dasar
ilmiah/pelatihan
BHD
bagi
dengan
bertanggungjawab,
mahasiswa/
perawat/
sesuai
POB
yang
didasarkan
karyawan
RS/
masyarakat
atas
POB
yang
berlaku
awam
internasional.
Mampu
menyadari
batas
Bukti
keikutsertaan
dalam
kompetensi
dan
kewenangan
kursus/
kegiatan
ilmiah
dan
dengan
sadar
melakukan
lokal,
nasional
atau
intern
P2KB,
termasuk
mengikuti
asional
berbagai
pelatihan
dan
pendidikan
di
dalam
maupun
luar
negeri
untuk
menjadi
konsultan
di
bidang
tertentu.
Wewenang
&
Tanggungjawab
1
Mampu
bertanggungjawab
atas
Melakukan
berbagai
prosedur
1. Nilai
semua
modul
pekerjaan
di
bidang
profesinya
sesuai
anestesia
dan
tatalaksana
dalam
SIAK-‐NG
dengan
kode
etik
profesinya.
pasien
kritis
atau
prosedur
2. Formulir
self
spesifik
terkait
anestesia
dan
assessment
tiap
tatalaksana
pasien
kritis
sesuai
semester.
POB
yang
mengacu
prosedur
3. Sebuah
makalah
baku
yang
berlaku
systematic
internasional.
rieview/critical
appraisal.
2
Mampu
melakukan
evaluasi
secara
1. Mampu
menyusun
self-‐
kritis
terhadap
hasil
kerja
dan
assessment
secara
berkala.
keputusan
yang
dibuat
dalam
2. Mampu
membuat
melaksanakan
pekerjaan
profesinya
systematic
rieview/critical
baik
oleh
dirinya
sendiri,
sejawat,
atau
appraisal
terhadap
hasil
sistem
institusinya.
penelitian
yg
telah
dipublikasi
3
Mampu
memimpin
suatu
tim
kerja
Mampu
melaksanakan
crisis
untuk
memecahkan
masalah
baik
resource
management
dan
pada
bidang
profesinya,
maupun
bertindak
sebagai
koordinator
masalah
yang
lebih
luas
dari
bidang
dalam
setiap
kegawatan,
baik
di
profesinya.
dalam
maupun
di
luar
kamar
bedah.
Untuk
dapat
mencapai
kompetensi
sesuai
KKNI
8
di
atas,
peserta
didik
akan
menjalani
pendidikan
yang
secara
bertahap
akan
menuju
pencapaian
kompetensi
yang
diharapkan.
Berbagai
kompetensi
ini
dikelompokkan
dalam
9
area
kompetensi
yang
mengadopsi
7
area
kompetensi
nasional
yang
ditetapkan
Kolegium
Anestesiologi
dan
Terapi
Intensif
Indonesia.
12
Kompetensi
dari
tiap-‐tiap
area
kompetensi
dicapai
melalui
beberapa
tahap
pendidikan,
yaitu
tahap
1,
tahap
2,
tahap
3
dan
tahap
4.
Peserta
didik
tahap
1
(tahap
pembekalan)
adalah
peserta
pada
semester
1
dan
2.
Peserta
didik
tahap
2
(tahap
magang)
adalah
peserta
didik
pada
semester
3
dan
4,
atau
yang
sudah
lulus
ujian
kenaikan
jenjang/tahap
pertama.
Peserta
didik
tahap
3
(tahap
mandiri)
adalah
peserta
didik
semester
5
dan
6,
atau
yang
sudah
lulus
ujian
kenaikan
jenjang/tahap
kedua.
Peserta
didik
tahap
4
(tahap
paripurna)
adalah
yang
telah
melampaui
semua
pembelajaran
yang
diperlukan
untuk
menjadi
spesialis
anestesiologi
dan
perlu
berlatih
melakukan
prosedur
anestesia
secara
paripurna
tanpa
supervisi,
termasuk
anestesia
di
daerah
rural.
Berikut
ini
adalah
tingkat
pencapaian
kompetensi
berdasarkan
area
kompetensinya.
Tabel
2.
Area
Kompetensi
dan
Tingkat
Pencapaian
Sesuai
Tahap
Pendidikan
No
Area
kompetensi
Deskripsi
Tingkat
pencapaian
dan
deskripsinya
Tahap
1
Tahap
2
Tahap
3
Tahap
4
1
Etika
Profesi
&
Mampu
Mampu
Mampu
Mampu
Mampu
Medikolegal
mengamalkan
ilmu
menerapkan
menerapkan
mengevaluasi
menyusun
secara
disiplin
dan
etika
&
prinsip
etika
&
aspek
etika
dan
pertimbangan
bertanggungjawab
medikolegal
prinsip
&
medikolegal
yang
didasari
sesuai
etika
dalam
situasi
medikolegal
atas
situasi
etika
dan
kedokteran
dan
tersimulasi
dalam
praktik
klinis
yang
medikolegal
hukum
yang
maupun
praktik
klinik
sehari-‐ dihadapi
dalam
kasus
berlaku
klinis
terbatas.
hari
dilematik,
untuk
membantu
pengambilan
keputusan
termasuk
keputusan
DNR,
withhold
atau
withdraw
therapy.
2
Profesionalisme
Mampu
bertindak
Mampu
Menunjukkan
Berperilaku
Berperilaku
profesional
dalam
mengenali
sikap
dan
professional
profesional
mengamalkan
ilmu
komponen
perilaku
dalam
praktik
dalam
interaksi
dan
menjalankan
profesionalitas
profesional
klinis
sehari-‐ interprofesi
&
fungsi
sebagai
dalam
situasi
dalam
situasi
hari.
interdisiplin,
dokter
tersimulasi
rutin
sesuai
guidelines
anestesiologis
maupun
praktik
sehari-‐hari.
internasional
sesuai
guidelines
klinis
terbatas
/American
Soc.
of
internasional.
Anesthesiologists
3
Patient
Safety
Mampu
melakukan
Memahami
Mampu
Mampu
Mampu
pelayanan
prinsip-‐prinsip
menerapkan
menerapkan
melakukan
berkualitas
yang
dasar
pelayanan
prinsip
metode
kerja
evaluasi
dan
berorientasi
pada
kesehatan
yang
keselamatan
yang
perbaikan
keselamatan
pasien
aman
bagi
pasien
dalam
berorientasi
prosedur
&
pada
setiap
pasien
praktik
klinis
pada
sistem
kerja
yang
tindakan
yang
terbatas
keselamatan
berorientasi
pada
dilakukan.
sehari-‐hari.
pasien
dan
keselamatan
pencegahan
pasien.
serta
penanggulanga
n
adverse
event.
13
No
Area
kompetensi
Deskripsi
Tahap
1
Tahap
2
Tahap
3
Tahap
4
4
Landasan
Ilmiah
Mampu
Mampu
Mampu
Mampu
Mampu
menerapkan
ilmu
menjelaskan
menerapkan
memilih
teknik
menerapkan
ilmu
kedokteran
dasar
ilmu
dasar
ilmu
dasar
dan
obat
kedokteran
dasar
dan
teori
kedokteran,
kedokteran,
anestetik
dalam
anestesiologi
terutama
terutama
berdasarkan
pengembangan
dalam
praktik
klinis
fisiologi,
fisiologi,
pertimbangan
praktik
klinis
dan
maupun
kegiatan
anatomi
dan
anatomi
dan
ilmu
dasar
penelitian.
ilmiah.
farmakologi
farmakologi
kedokteran,
obat
yang
serta
terutama
berhubungan
interaksinya
anatomi,
dengan
dengan
fisiologi
dan
anestesia
dan
anestesia
farmakologi,
tatalaksana
dalam
praktik
termasuk
pasien
kritis.
klinis
sehari-‐ potensi,
prosedur
hari
maupun
pencegahan
anestesia
dalam
dan
kegiatan
penanggulanga
ilmiah.
n
adverse
event.
5
Ketrampilan
Klinis
Mampu
melakukan
Mampu
Mampu
Mampu
Mampu
prosedur
anestesia
melakukan
melakukan
melakukan
melakukan
dan
tatalaksana
resusitasi
pemantauan,
pemantauan
analisis-‐sintesis
pasien
kritis
sesuai
jantung-‐paru
termasuk
invasif
lanjut,
hasil
pemantauan
baku
internasional
dan
ketrampilan
pemantauan
mampu
invasif
lanjut
dasar
anestesia
invasif
melakukan
pada
pasien
dan
blok
terbatas
anestesia
dengan
penyulit,
subarakhnoid
(tekanan
umum
dan
blok
melakukan
serta
arterial
dan
perifer
pada
anestesia
umum
pemantauan
tekanan
vena
pasien
ASA
3,
dan
regional
noninvasif.
sentral),
termasuk
pada
pasien
ASA
mampu
pasien
bedah
4
serta
melakukan
saraf
dan
tatalaksana
anestesia
kardiotorasik
pasien
kritis,
umum
dan
serta
sesuai
baku
blok
epidural
tatalaksana
internasional.
pada
pasien
pasien
kritis,
ASA
1-‐2
sesuai
baku
termasuk
internasional.
pasien
pediatrik
serta
tatalaksana
dasar
pasien
kritis.
6
Komunikasi
Mampu
melakukan
Mampu
Mampu
Mampu
Mampu
Efektif
&
komunikasi
efektif
memahami
brkomunikasi
berkomunikasi
berkomunikasi
Kemampuan
dengan
pasien,
aspek-‐aspek
dengan
efektif
dengan
efektif
secara
Kerjasama
keluarga
pasien
dan
komunikasi
pasien/keluar semua
sumber
horizontal
mitra
kerja
efektif
dan
ganya
serta
daya
dalam
maupun
vertikal,
sehubungan
dengan
pentingnya
mitra
kerja
situasi
kritis,
baik
dengan
kondisi
pasien,
kerjasama
dalam
praktik
tersimulasi
pasien/keluargan
prosedur
yang
dengan
klinis
pada
maupun
kondisi
ya,
sejawat
lain
dijalani
dan
risiko
berbagai
pihak.
situasi
relatif
patologis
yang
maupun
dengan
komplikasi
serta
normal.
sebenarnya.
atasan/dosen.
membangun
dan
melaksanakan
kerja
tim
yang
baik
yang
berorientasi
pada
kepentingan
pasien.
14
No
Area
kompetensi
Deskripsi
Tahap
1
Tahap
2
Tahap
3
Tahap
4
7
Kedokteran
Melakukan
Mampu
Mampu
Mampu
Mampu
Berbasis
Bukti
&
prosedur
anestesia
menjelaskan
menggunakan
menerapkan
menerapkan
Pemanfaatan
dan
tatalaksana
penerapan
teknologi
kedokteran
kedokteran
Teknologi
pasien
kritis
kedokteran
informasi
utk
berbasis
bukti
berbasis
bukti
Informasi
didasarkan
bukti
berbasis
bukti
memperoleh
dalam
praktik
dlm
penelitian
dan
bukti
yang
klinis
dan
penggunaan
diperlukan
memanfaatkan
teknologi
sebagai
dasar
teknologi
informasi
untuk
praktik
klinis.
informasi
untuk
untuk
menunjang
kepentingan
proses
penelitian
praktik
klinis.
8
Mawas
Diri
&
Senantiasa
Mampu
Mampu
Mampu
Mampu
Pengembangan
menyadari
mengenali
mengenali
mengenali
mengenali
Diri
keterbatasan
diri
keterbatasan
keterbatasan
keterbatasan
keterbatasan
dan
melakukan
pribadi,
pribadi,
pribadi,
pribadi,
proses
belajar
kompetensi
dan
kompetensi
kompetensi
dan
kompetensi
dan
seumur
hidup.
wewenang
dan
wewenang,
wewenang
serta
serta
menyadari
wewenang
turut
mengikuti
kepentingan
serta
mampu
mengawasi
berbagai
kegiatan
belajar
mandiri
merujuk
pada
keterbatasan
ilmiah
utk
utk
menambah
pihak
yg
lebih
pihak
dengan
pengembangan
kemampuan.
kompeten.
kompetensi
diri.
lebih
rendah
serta
melakukan
rujukan
kepada
pihak
yang
lebih
kompeten.
9
Pengelolaan
Melakukan
Memahami
Mampu
Mampu
Mampu
Masalah
pengelolaan
faktor-‐faktor
mengenali
mengenali
mengenali
faktor-‐
Kesehatan
masalah
kesehatan
sosio-‐budaya
faktor-‐faktor
faktor-‐faktor
faktor
sosio-‐
individu
melalui
masyarakat
sosio-‐budaya
sosio-‐budaya
pd
budaya
pd
pasien
pendekatan
sosio-‐ yang
dapat
pd
pasien
yg
pasien
yg
yg
berhubungan
budaya,
yang
berpengaruh
berhubungan
berhubungan
dg
kondisi
bertujuan
akhir
thd
tingkat
dg
kondisi
dg
kondisi
penyakitnya,
meningkatkan
taraf
kesehatan.
penyakitnya.
penyakitnya,
dihubungkan
dg
kesehatan
dihubungkan
dg
tatalaksana
masyarakat.
tatalaksana
anestesia/
pasien
anestesia/
kritis,
serta
pasien
kritis.
mampu
mejelaskan
kepada
pasien/keluargan
ya
hal-‐hal
terkait
perbaikan
kesehatan
di
masa
datang.
10
Penelitian
Mampu
melakukan
-‐
Mampu
-‐
Mampu
penelitian
yang
baik
menyusun
&
melakukan
dan
benar,
sesuai
mempresenta penelitian
sesuai
prinsip
Good
sikan
garis
prinsip
Good
Clinical
Practice.
besar
Clinical
Practice,
perencanaan
menghasilkan
penelitian
tesis
hasil
dalam
bentuk
penelitian
akhir.
praproposal.
Dalam
pelaksanaannya,
pencapaian
kompetensi
diperoleh
melalui
pelaksanaan
modul-‐
modul
pengajaran
yang
berbeda-‐beda
untuk
tiap
semester
yang
dijalani.
Dalam
satu
modul
15
dapat
termuat
beberapa
area
kompetensi,
sebaliknya
satu
area
kompetensi
dapat
dicapai
melalui
beberapa
modul.
No/
Kode
Modul
Semester
Nama
Modul
Tahap
SKS
MKDU
I
Filsafat
I.P
dan
Etika
Profesi
Pembekalan
1
MKDU
Metodologi
Penelitian
3
MKDU
Biostatistik
&
Komputer
Sts.
3
MKDU
Biologi
Molekular
2
MKDU
Farmakologi
Klinik
2
MKDU
Epidemiologi
Klinik
&
EBM
3
MKDU
Q
&
S
2
1
Komunikasi
&
Profesionalisme
2
No
Modul
Semester
Nama
Modul
Tahap
SKS
2
II
Anestesiologi
Dasar
Pembekalan
2
3
Anestesia
Umum
3
4
Anest.
Bd.
Ortopedi
2
5
Pengelolaan
Nyeri
3
6
Anes.
Regional
1
2
7
Anes.
Obstetrik
1
2
8
Anes.
Bd.
THT
1
2
9
Anes.
Bd.
Oftalmologi
2
10
Karya
Tulis
1
(TP1)
2
No
Modul
Semester
Nama
Modul
Tahap
SKS
11
III
ICU
1
(Junior)
Magang
2
12
Anest.
Obstetrik
2
2
13
Ked.
Perioperatif
2
14
Traumatologi
3
15
Anestesia
Bedah
Urologi
2
16
Post
Anesthesia
Care
(PACU)
2
17
Anes.
Bd.
Plastik
&
Rekonstruksi
2
18
Seminar
Proposal
Penelitian
2
No
Modul
Semester
Nama
Modul
Tahap
SKS
19
IV
Anestesia
Pediatrik
1
Magang
2
20
Anestesia
Pediatrik
2
2
21
Anestesia
Bedah
Darurat
4
22
Anestesia
Bedah
THT
2
2
23
Anestesia
Regional
2
2
24
ICU
2
3
25
Karya
Tulis
2
(TP2)
3
No
Modul
Semester
Nama
Modul
Tahap
SKS
26
V
Anestesia
Bedah
Invasif
Minimal
Mandiri
2
27
Anestesia
Bedah
Saraf
1
2
28
Anestesia
Bedah
Saraf
2
3
29
ICU
3
(Senior)
4
30
Anestesia
Regional
3
2
31
Anestesia
Bedah
Rawat
Jalan
2
32
Karya
Tulis
3
(LK)
4
16
No
Modul
Semester
Nama
Modul
Tahap
SKS
33
VI
Anestesia
pd
Penyakit
Khusus
Mandiri
3
34
Anestesia
pd
Penyakit
Jarang
2
35
Anestesia
Kardiotorasik
1
2
36
Anestesia
Kardiotorasik
2
3
No
Modul
Semester
Nama
Modul
Tahap
SKS
37
VII
Anestesia
di
Luar
Kamar
Bedah
Paripurna
2
38
Anestesia
Komprehensif
6
39
Karya
Tulis
4
(JR)
2
No
Modul
Semester
Nama
Modul
Tahap
SKS
40
VIII
Komunikasi
&
Profesionalisme
2
Paripurna
2
41
Penelitian
4
42
Seminar
Hasil
Penelitian
3
Total
SKS
:
121
Area
Kompetensi
1
:
Etika
Profesi
&
Medikolegal
Semester
1
:
Modul
Filsafat
Ilmu
Pengetahuan
&
Etika
Profesi,
modul
Metodologi
Penelitian,
modul
Q
&
S.
Semester
2
:
Modul
2-‐9
Semester
3
:
Modul
11-‐17
Semester
4
:
Modul
19-‐24
Semester
5
:
Modul
26-‐31
Semester
6
:
Modul
33-‐36
Semester
7
:
Modul
37
dan
38
Semester
8
:
Modul
41
Area
Kompetensi
2:
Profesionalisme
Semester
1
:
Modul
Q
&
S,
modul
1
Semester
2
:
Modul
2-‐9
Semester
3
:
Modul
11-‐17
Semester
4
:
Modul
19-‐24
Semester
5
:
Modul
26-‐31
Semester
6
:
Modul
33-‐36
Semester
7
:
Modul
37
dan
38
Semester
8
:
Modul
40
Area
Kompetensi
3:
Patient
Safety
Semester
1
:
Modul
Filsafat
&
Etika
Profesi,
modul
metodologi
penelitian,
modul
Q
&S,
modul
Farmakologi
Klinik
Semester
2
:
Modul
2-‐10
Semester
3
:
Modul
11-‐17
Semester
4
:
Modul
19-‐24
Semester
5
:
Modul
26-‐31
Semester
6
:
Modul
33-‐36
Semester
7
:
Modul
37
dan
38
Semester
8
:
Modul
41
17
Area
Kompetensi
4:
Landasan
Ilmiah
Semester
1
:
Modul
Metodologi
Penelitian,
modul
Biosatatisik,
modul
Q
&
S,
modul
Biologi
Molekular,
modul
Farmakologi
Klinik,
modul
Epidemiologi
Klinik
&
EBM
Semester
2
:
Modul
2-‐10
Semester
3
:
Modul
11-‐17
Semester
4
:
Modul
19-‐24
Semester
5
:
Modul
26-‐31
Semester
6
:
Modul
33-‐36
Semester
7
:
Modul
37
dan
38
Semester
8
:
Modul
40,
41,
42
Area
Kompetensi
5:
Ketrampilan
Klinis
Semester
2
:
Modul
2-‐9
Semester
3
:
Modul
11-‐17
Semester
4
:
Modul
19-‐24
Semester
5
:
Modul
26-‐31
Semester
6
:
Modul
33-‐36
Semester
7
:
Modul
37
dan
38
Area
Kompetensi
6:
Komunikasi
Efektif
&
Kemampuan
Kerjasama
Semester
1
:
Modul
1
Semester
2
:
Modul
2-‐9
Semester
3
:
Modul
11-‐17
Semester
4
:
Modul
19-‐24
Semester
5
:
Modul
26-‐31
Semester
6
:
Modul
33-‐36
Semester
7
:
Modul
37
dan
38
Semester
8
:
Modul
40
Area
Kompetensi
7:
Kedokteran
Berbasis
Bukti
&
Pemanfaatan
Teknologi
Semester
1
:
Modul
Metodologi
Penelitian,
modul
Biosatatisik,
modul
Biologi
Molekular,
modul
Epidemiologi
Klinik
Semester
2
:
Modul
2-‐10
Semester
3
:
Modul
11-‐18
Semester
4
:
Modul
19-‐24
Semester
5
:
Modul
26-‐32
Semester
6
:
Modul
33-‐36
Semester
7
:
Modul
37
dan
38
Semester
8
:
Modul
41,
42
Area
Kompetensi
8:
Mawas
Diri
&
Pengembangan
Diri
Semester
1
:
Modul
Filsafat
&
Etika
Profesi,
modul
Biostatistik
Semester
2
:
Modul
2-‐10
Semester
3
:
Modul
11-‐17
Semester
4
:
Modul
19-‐24
Semester
5
:
Modul
26-‐31
Semester
6
:
Modul
33-‐36
Semester
7
:
Modul
37,
38
dan
modul
39
18
Area
Kompetensi
9:
Pengelolaan
Masalah
Kesehatan
Semester
3
:
Modul
12,
13
Semester
4
:
Modul
20
dan
24
Semester
5
:
Modul
29
Semester
7
:
Modul
38
Semester
8
:
Modul
40
Area
Kompetensi
10:
Penelitian
Kompetensi
ini
dicapai
melalui
modul
18
pada
semester
ketiga,
yaitu
berupa
pembuatan
dan
presentasi
praproposal
penelitian
serta
modul
41
dan
42
pada
akhir
masa
pendidikan.
Tabel
3.
Pemetaan
pencapaian
area
kompetensi
terhadap
modul
dalam
Program
Studi
No
Nama
modul
Semester
Area
Kompetensi
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
MKDU
Filsafat
Ilmu
Pengetahuan
&
Etika
Profesi
1
MKDU
Metodologi
Penelitian
1
MKDU
Biostatistik
dan
Komputer
Statistik
1
MKDU
Quality
&
Safety
1
MKDU
Biologi
Molekular
1
MKDU
Farmakologi
Klinik
1
MKDU
Epidemiologi
Klinik
&
EBM
1
1
Komunikasi
&
Profesionalisme
1
2
Anestesiologi
Dasar
2
3
Anestesia
Umum
2
4
Anest.
Bd.
Ortopedi
2
5
Pengelolaan
Nyeri
2
6
Anes.
Regional
1
2
7
Anes.
Obstetrik
1
2
8
Anes.
Bd.
THT
1
2
9
Anes.
Bd.
Oftalmologi
2
10
Karya
Tulis
1
(TP1)
2
11
ICU
1
(Junior)
3
12
Anest.
Obstetrik
2
3
13
Ked.
Perioperatif
3
14
Anes.
Bd.
Plastik
&
Rekonstruksi
3
15
Traumatologi
3
16
Anestesia
Bedah
Urologi
3
17
Post
Anesthesia
Care
(PACU)
3
18
Seminar
Proposal
Penelitian
3
19
Anestesia
Pediatrik
1
4
20
Anestesia
Pediatrik
2
4
21
Anestesia
Bedah
Darurat
4
22
Anestesia
Bedah
THT
2
4
23
Anestesia
Regional
2
4
24
ICU
2
(intermediate)/
ICU
IGD
4
25
Karya
Tulis
2
(TP2)
4
26
Anestesia
Bedah
Invasif
Minimal
5
27
Anestesia
Bedah
Saraf
1
5
28
Anestesia
Bedah
Saraf
2
5
29
ICU
3
(Senior)
5
30
Anestesia
Regional
3
5
31
Anestesia
Bedah
Rawat
Jalan
5
32
Karya
Tulis
3
(LK)
5
33
Anestesia
pd
Penyakit
Khusus
6
34
Anestesia
pd
Penyakit
Jarang
6
19
35
Anestesia
Kardiotorasik
1
6
36
Anestesia
Kardiotorasik
2
6
37
Anestesia
di
Luar
Kamar
Bedah
7
38
Anestesia
Komprehensif
7
39
Karya
Tulis
4
(Critical
Appraisal)
7
40
Komunikasi
&
Profesionalisme
2
8
41
Penelitian
8
42
Seminar
Hasil
Penelitian
8
20
BAB
4
MATERI
KAJIAN
DAN
POKOK
BAHASAN
Di
luar
modul
khusus
MKDU
pada
semester
1,
terdapat
42
modul
pembelajaran
dengan
total
SKS
121
yang
dicapai
dalam
delapan
(8)
semester.
Beberapa
modul
adalah
gabungan
dari
beberapa
submodul
yang
pelaksanaannya
dapat
terintegrasi.
Berikut
ini
adalah
daftar
modul
dan
pokok
bahasan
untuk
tiap-‐tiap
modul
beserta
tingkat
pencapaian
akhir
yang
diharapkan.
Tabel
4.
Modul
Pembelajaran
dan
Pokok
Bahasan
No
Nama
modul
Submodul
SKS
Tahap/
Pokok
bahasan
Tingkat
pencapaian
Semester
kemampuan
akhir
1
Komunikasi
&
-‐
2
1
1. Komponen
Mampu
bersikap
Profesionalis profesionalisme
dalam
profesional,
patuh
pada
me
anestesia
hukum
&
aturan,
2. Kepatuhan
pd
POB
bertindak
dg
orientasi
pd
3. Informed
consent
patient
safety,
menghargai
pasien
dengan
memberikan
penjelasan
dg
baik,
mempertimbangkan
aspek
sosiobudaya
dan
empati.
2
Anestesiologi
Persiapan
Alat
2
1
1. Safety
system
dalam
ruang
Mampu
melakukan
Dasar
&
Obat
bedah.
persiapan
anestesia
yang
2. Mesin
anestesia
lengkap,
termasuk
3. Vaporizer
peralatan
dan
obat
yang
4. Obat-‐obat
anestetik
mengacu
pada
5. Pencegahan
human
error
keselamatan
pasien.
dalam
penggunaan
obat
1. Anatomi
jalan
nafas,
Mampu
melakukan
Manajemen
2. Fisiologi
&
patofisiologi
manajemen
jalan
nafas
Dasar
Jalan
jalan
nafas
pada
situasi
tersimulasi.
Nafas
3. Manajemen
dasar
jalan
nafas
4. Manajemen
lanjut
jalan
nafas,
&
pengenalan
risiko
kesulitan
jalan
nafas.
5. Algoritma
manajemen
jalan
nafas
1. Anatomi
&
fisiologi
Mampu
mengenali
Kardiovaskular
kardiovaskular
kondisi
abnormal
dan
Anestesia
2. Patofisiologi
kardiovaskular
pada
kardiovaskular
situasi
tersimulasi.
3. Perubahan
kardiovaskular
dalam
anestesia.
1. Fisiologi
respirasi
Mampu
mengenali
Respirasi
dan
2. Perubahan
respirasi
dalam
kelainan
fungsi
respirasi
Anestesia
anestesia
pada
situasi
tersimulasi.
3. Dasar
ventilasi
mekanik
1. Anatomi
&
fisiologi
SSP
Mampu
menjelaskan
Fisiologi
nyeri
2. Jaras
nyeri
patofisiologi
nyeri
dan
3. Neurobiologi
nosiseptif
pentingnya
tatalaksana
4. Akibat
nyeri
akut
dan
nyeri
kronik
21
No
Nama
modul
Submodul
Tahap/
1. Pokok
bahasan
Tingkat
pencapaian
Semester
kemampuan
akhir
Resusitasi
2. Bantuan
Hidup
Dasar
dan
Mampu
melakukan
Jantung
Paru
Bantuan
Hidup
Lanjut
Advanced
Life
Support
3. Algoritma
RJP
terbaru,
dalam
situasi
tersimulasi.
4. Electrical
therapy,
5. Post
Cardiac
Arrest
Syndrome
3
Anestesia
Anestesia
3
2
1. Dasar
anestesia
umum
Mampu
menentukan
Umum
Umum
2. Klasifikasi
ASA
kelas
fungsional
pasien
3. Manajemen
perioperatif
dengan
benar,
melakukan
dasar
manajemen
perioperatif
4. Transfusi
produk
darah
terbatas
sesuai
kondisi
5. Medikasi
pra-‐anestesia
pasien,
melakukan
6. Induksi
&
ko-‐induksi
anestesia
pada
prosedur
7. Pemantauan
sederhana
dan
pasien
8. Rekam
medis
relatif
sehat,
melakukan
pemantauan
yang
tercatat
sepanjang
prosedur.
Anestesia
1. Akibat
kemoterapi
Mampu
melakukan
Bedah
Onkologi
2. Pengaruh
anestesia
prosedur
anestesia
pada
terhadap
metastasis
pasien
dengan
3. Cancer
pain
keganasan.
Anestesia
1. Manajemen
jalan
nafas
Mampu
melakukan
Bedah
Gigi
&
2. Tumor
jaringan
lunak
anesthesia
pada
berbagai
Mulut
mulut
dan
sekitarnya
kondisi
patologis
mulut
&
3. Tumor
jaringan
keras
sekitarnya
untuk
bedah
mulut
&
sekitarnya
gigi
&
mulut.
4
Anest.
Bd.
2
2
1. Bone
cement
syndrome
Mampu
melakukan
Ortopedi
2. Spine
surgery
manajemen
anestesia
&
3. Penggunaan
tourniquet
perioperatif
pada
4. Anestesia
regional
untuk
berbagai
bedah
bedah
ortopedik
ortopedik,
mengantisipasi
komplikasi
dan
melakukan
tatalaksana
yang
sesuai.
5
Pengelolaan
-‐
3
2
1. Jaras
nyeri,
neurobiologi
1. Mampu
melakukan
Nyeri
nosiseptif,
klasifikasi
pengelolaan
nyeri
serta
akibat
nyeri
akut
dan
akut
secara
lengkap,
kronik
termasuk
2. Farmakologi
dan
aplikasi
manajemen
klinik
obat
yg
digunakan
komplikasinya.
3. Diagnosis
nyeri
akut
&
kronik,
hasil
terapi
nyeri
2. Mampu
menjelaskan
akut
pascabedah
tatalaksana
nyeri
4. Analgesia
multimodal
dan
kronik/
nyeri
kanker
pre-‐emptive
5. Pain
assessment
&
tatalaksana
nyeri
pascabdh.
6. Pengelolaan
nyeri
pascabdh
dg
anestesia
regional,
patient
controlled
analgesia
7. Analgesia
pascabedah
pada
populasi
khusus
(ambulatory,
geriatrik,
pediatrik,
intoleransi
opioid,
substance
abuser,
obesitas,
OSA,
CKD)
8. Pengelolaan
nyeri
pd
pasien
kritis
&
pasien
22
emergensi
9. Pengelolaan
nyeri
neuropatik
10. Pengelolaan
nyeri
kanker
6
Anes.
-‐
2
2
1.
Anatomi
tulang
belakang
Mampu
melakukan
Regional
1
dan
dermatom
persarafan
anestesia
subarakhnoid
saraf
spinal
dengan
benar
dan
baik,
2. Fisiologi
cairan
CSF
termasuk
tatalaksana
3. Farmakologi
anestetika
komplikasinya.
lokal
dan
ajuvan
4. Anestesia
subarakhnoid
dan
segala
aspeknya
7
Anes.
-‐
2
2
1. Perubahan
anatomi
dan
Mampu
melakukan
Obstetrik
1
fisiologi
kehamilan
normal
persiapan
praoperatif
2. Pregnancy-‐induced
dengan
baik
dan
cermat,
hypertension
melakukan
pembiusan
3. Anestesia
umum
pd
bedah
umum
dan
regional
Sesar
sesuai
Prosedur
4. Anestesia
regional
pd
Operasional
Baku
pada
bedah
Sesar
(blok
pasien
obstetrik
subarakhnoid)
sederhana
tanpa
penyulit
5. Farmakologi
obat
untuk
memperoleh
anestetik
pd
kehamilan
keberhasilan
yang
tinggi,
6. Pemantauan
fetal
melakukan
pemantauan
7. Neonatal
resuscitation
intraoperatif
dengan
baik
8. Perdarahan
abnormal
pd
serta
mencegah
dan
masa
perinatal
menangani
komplikasi
9. Peripartum
cardiac
arrest
yang
mungkin
terjadi
pada
operasi
bedah
Sesaria
dan
kuratase,
termasuk
resusitasi
neonatus
dan
peripartum
cardiac
arrest.
8
Anes.
Bd.
THT
-‐
2
2
1. Anatomi
telinga,
hidung
Mampu
melakukan
1
dan
jalan
nafas.
anestesia
untuk
bedah
2. Bedah
telinga
tengah,
N2O
THT
sederhana
pada
dan
PONV
pasien
relatif
normal,
3. Tonsilektomi
termasuk
penanganan
4. Bedah
hidung
&
sinus
komplikasinya.
5. Penggunaan
infiltrasi
epinefrin
&
komplikasi
6. OSA
9
Anes.
Bd.
-‐
2
2
1. Anatomi
&
inervasi
mata
Mampu
melakukan
Oftalmologi
2. Fisiologi
tekanan
anestesia
untuk
bedah
intraokular
oftalmologi
beserta
3. Refleks
okulokardiak
antisipasi
dan
tatalaksana
4. Obat-‐obat
topikal
mata
komplikasinya
5. Bedah
mata
rawat
jalan
6. Blok
saraf
untuk
bedah
mata
7. Operasi
strabismus
8. Vitrektomi
10
Karya
Tulis
1
-‐
2
2
Fisiologi
atau
farmakologi
yang
Mampu
membuat
satu
terkait
anestesia
makalah
Tinjauan
Pustaka
1
yang
dipresentasikan.
11
ICU
1
-‐
2
3
1. Indikasi
rawat
ICU
&
Mampu
memutuskan
tatalaksana
inisial
perawatan
ICU
bagi
2. Analisis-‐sintesis
diagnosis
pasien,
melakukan
pasien
kritis
melalui
tatalaksana
inisial
di
ICU,
anamnesis,
pemeriksaan
menegakkan
diagnosis
fisis
dan
interpretasi
data
dan
melakukan
3. Analisis
gas
darah,
tatalaksana
dasar
sesuai
23
keseimbangan
asam-‐basa
diagnosis
dan
kondisi
dan
elektrolit
pasien.
4. Terapi
oksigen,
manajemen
jalan
nafas
dasar
pasien
kritis
5. Pemantauan
kardiovaskular
invasif
dasar
(arterial
&
central
line)
6. Adavnced
Life
Support
pada
pasien
kritis
7. Tatalaksana
&
keseimbangan
cairan
pd
pasien
kritis
8. Nutrisi
pasien
kritis
12
Anest.
-‐
2
3
1. Kehamilan
risiko
tinggi
Mampu
mengelola
semua
Obstetrik
2
2. Diabetes
&
kehamilan
jenis
operasi
obstetrik
3. Obesitas
&
kehamilan
mulai
dari
persiapan
4. Kehamilan
&
PJB
anestesia
prabedah
5. Kehamilan
dan
penyakit
sampai
penatalaksanaan
katup
jantung
pascabedah,
terutama
6. Emboli
air
ketuban
pada
kasus
berpenyulit
7. Pasien
hamil
untuk
bedah
atau
berpenyakit
non-‐obstetrik
penyerta.
8. Anestesia
regional
untuk
bedah
Sesar
(blok
epidural)
13
Ked.
-‐
2
3
1. Deteksi
pasien
risiko
tinggi
Mampu
menentukan
Perioperatif
2. Pemilihan
pasien
fast
kelayakan
pasien
untuk
track,
rawat
inap
atau
ICU
pembedahan
terencana
pascabedah
dan
rencana
perawatan
3. Informed
consent
pascabedahnya.
14
Traumatologi
-‐
3
3
1. Deteksi
dan
tata
laksana
Mampu
melakukan
kegawatdaruratan
trauma
tatalaksana
2. Resusitasi
tingkat
lanjut
kegawatdaruratan
terhadap
kasus
trauma
dengan
prosedur
kegawatdaruratan
trauma
yang
benar.
3. Tata
laksana
perioperatif
kasus
trauma
4. Kasus
trauma
dengan
komorbiditas
5. EFAST
(USG-‐guided)
15
Anestesia
-‐
2
3
1. Anestesia
pd
pasien
Mampu
melakukan
Bedah
Urologi
dengan
gangguan
fungsi
anestesia
untuk
berbagai
ginjal
prosedur
urologi
dengan
2. TURP
syndrome
berbagai
posisi,
3. Obturator
reflex
pd
TUR
mencegah
dan
buli
menatalaksana
4. Posisi
pembedahan
dan
komplikasinya.
implikasinya
pd
anesthesia
5. Percutaneous
Nephrolithotomy
(PCNL)
24
16
Post
-‐
2
3
1.Kelengkapan
sarana-‐ Mampu
menentukan
Anesthesia
prasarana
Post
Anesthesia
Care
pasien
untuk
PACU,
Care
Unit
(PACU)
melakukan
pemantauan
2.Kriteria
pasien
untuk
PACU
yang
esensial
sesuai
3.Transportasi
pasien
dari
kam
kondisi
dan
jenis
bedah
ke
PACU
pembedahannya
serta
4.Pemantauan
di
PACU
melakukan
tindakan
yang
5.Kriteria
pengeluaran
dari
sesuai
dengan
kondisinya.
PACU
6.
Transportasi
pasien
dari
PACU
ke
ruangan
17
Anes.
Bd.
-‐
2
3
1.Kraniomaksilofasial
Mampu
melakukan
Plastik
&
2.Estetika
prosedur
anestesia
&
Rekonstruksi
3.Cleft
surgery
perioperatif
pada
4.Rekonstruksi
&
bedah
mikro
berbagai
bedah
plastik/
5.Luka
bakar
rekonstruksi
18
Seminar
-‐
2
3
1. Judul
penelitian
Tersusunnya
satu
Proposal
2. Latar
belakang
makalah
praproposal
Penelitian
3. Hipotesis
yang
dipresentasikan.
4. Metodologi
penelitian
19
Anestesia
-‐
2
4
1. Terminologi
umur
Mampu
melakukan
Pediatrik
1
gestasional
&
umur
manajemen
perioperatif
konseptual,
batasan
pada
anak,
mengenali
prematur,
neonatus,
risiko
penyulit
anestesia
infant
dan
anak
serta
dihubungkan
dengan
kaitannya
dengan
perbedaan
usia
anak
dan
anesthesia.
penyakit
penyerta,
serta
2. Sirkulasi
transisional.
mampu
memutuskan
3. Perbedaan
anatomi,
perawatan
ICU
fisiologi
dan
farmakologi
pascabedah.
pada
anak
dibandingkan
orang
dewasa.
4. Komorbid
yang
sering
pada
pasien
anak
dan
interaksi
dg.
anestesia.
5. Kelainan
kongenital
yg
berhubungan
dengan
penyulit
jalan
nafas.
6. Pediatric
Advanced
Life
Support
(PALS)
dan
resusitasi
neonatus.
7. Manajemen
perioperatif
pada
pasien
anak.
8. Perlengkapan
anestesia
&
pemantauan
pada
anak.
9. Anestesia
regional
pd
anak.
10. Kegawatan
intra-‐anestesia
yg
sering
terjadi
pd
anak.
11. Kriteria
rawat
ICU.
20
Anestesia
-‐
2
4
1. Manajemen
anestesia
&
Mampu
melakukan
Pediatrik
2
perioperatif
pd
berbagai
manajemen
anestesia
penyakit
&
operasi
yg
pada
pasien
anak
berisiko
berisiko
pd
neonatus,
tinggi,
mampu
melakukan
infant
dan
anak.
manajemen
anestesia
di
2. Anestesia
di
luar
kamar
luar
kamar
bedah
pada
bedah
untuk
anak.
pasien
anak
serta
mampu
3. Manajemen
nyeri
pada
melakukan
manajemen
anak.
nyeri
yang
tepat
bagi
anak.
21
Anestesia
-‐
4
4
1. Indikasi
tindakan
&
Mampu
melakukan
25
Bedah
persiapan
anestesia
untuk
prosedur
anestesia
pada
Darurat
kasus
bedah
darurat.
kondisi
tak
terencana
2. Tatalaksana
intraoperatif
dengan
pasien
yang
tidak
&
pascabedah
pada
kasus
dipersiapkan
serta
dalam
bedah
darurat.
keterbatasan
waktu
3.
Kasus
bedah
darurat
untuk
persiapan.
dengan
komorbiditas.
22
Anestesia
-‐
2
4
1. Panendoskopi
Mampu
melakukan
Bedah
THT
2
2. Pemantauan
pasien
tatalaksana
anestesia
pd
selama
bronkoskopi.
kasus
kegawatan
THT
dan
3. Penggunaan
fiberoptik
utk
prosedur
yang
difficult
airway
complicated.
4. Tonsilektomi
emergensi
pd
abses
peritonsilar.
5. Trakeostomi
perkutan
&
krikotirotomi
emergensi.
6. Teknik
hipotensi
7. Bedah
laser
pd
jalan
nafas
8. Rekonstruksi
laring
&
trakea
9. Bedah
tumor
kepala-‐leher
23
An.
Regional
2
-‐
2
4
1. Anatomi
ruang
epidural,
Mampu
melakukan
landmark,
tekanan
negatif
anestesia
epidural
ruang
epidural
dan
cara
dengan
baik
dan
benar,
identifikasi
termasuk
pemantauan
2. Anestesia
epidural
dan
tercatat
dan
manajemen
segala
aspeknya
komplikasinya.
3. Teknik
dan
pemilihan
obat
4. Test
dose
dan
top-‐up
dose
5. Pemantauan
ketinggian
blok
6. Pemantauan
pasien
7. Blok
diferensial
&
blok
segmental
8. Blok
kaudal
dan
segala
aspeknya.
9. Manajemen
komplikasi
dan
kegagalan
blok
24
ICU
2
-‐
3
4
1. Tatalaksana
inisial
kondisi
Mampu
melakukan
akut
pasien
kritis
pengelolaan
dasar
pasien
2. Tatalaksana
Post
Cardiac
kritis
di
ICU,
termasuk
Arrest
Syndrome
tindakan
invasif
yang
3. Identifikasi
&
analisis
sering
dilakukan.
kondisi
co-‐morbid
pd
kondisi
akut
4. Pengenalan
darurat
obstetrik
5. Pengenalan
sepsis
berat,
syok
septik
dan
EGDT
6. Pengenalan
gagal
multiorgan
7. Obat-‐obat
kardiovaskular
pd
pasien
kritis
8. Tatalaksana
ventilasi
mekanik
pasien
kritis
9. USG-‐guided
vascular
access
10. Tatalaksana
inisial
kegawatan
kardiovaskular
11. Pemantauan
tindakan
invasif
pd
pasien
kritis,
termasuk
renal
replacement
therapy
26
12. Sedasi
&
analgesia
pasien
kritis
13. Transportasi
pasien
kritis
25
Karya
Tulis
2
-‐
3
4
Anestesia
dan
interaksinya
Mampu
membuat
satu
(TP2)
dengan
fisiologi
atau
makalah
Tinjauan
Pustaka
farmakologi.
2
yang
dipresentasikan
26
Anestesia
-‐
5
1. Manajemen
perioperatif
Mampu
menilai
Bedah
Invasif
bedah
laparoskopik
kelayakan,
melakukan
Minimal
2. Manajemen
perioperatif
manajemen
perioperatif
Endovascular
Aortic
Repair
dan
merencanakan
(EVAR)
perawatan
pascabedah
3. Manajemen
perioperatif
pasien
yang
menjalani
VATS
(Video-‐assisted
bedah
invasif
minimal.
Thoracoscopic
Surgery)
4. Manajemen
perioperatif
pada
embolisasi
dan
clipping
pembuluh
darah
27
Anestesia
-‐
5
1. Anatomi
dan
fisiologi
Mampu
melakukan
Bedah
Saraf
1
sistem
saraf
pusat
tatalaksana
perioperatif
2. Faktor-‐faktor
penentu
dan
prosedur
anestesia
tekanan
intrakranial
untuk
bedah
saraf
3. Farmakologi
anestetika
terencana
sesuai
kondisi
terhadap
fisiologi
serebral
pasien
dan
patofisiologi
dan
elektrofisiologi
saraf
intrakranialnya,
termasuk
4. Faktor-‐faktor
penentu
merencanakan
tekanan
perfusi
serebral
perawatan
pascabedah.
28
Anestesia
-‐
5
1. Tatalaksana
perioperatif
Mampu
melakukan
Bedah
Saraf
2
bedah
saraf
gawat
darurat
tatalaksana
perioperatif
2. Prinsip
dasar
anestesia
dan
anestesia
untuk
perioperatif
untuk
kasus
bedah
saraf
dalam
supratentorial
kondisi
mengancam
3. Prinsip
dasar
anestesia
nyawa
dan
tanpa
pasien
dengan
masalah
persiapan
memadai.
neurologik
yang
menjalani
prosedur
non-‐bedah
saraf
4. Pengaturan
posisi
pasien
5. Venous
air
embolism
29
ICU
3
-‐
5
1. Advanced
management
1. Mampu
melakukan
pada
kondisi
akut
pasien
tatalaksana
lanjut
kritis
akut
pada
pasien
2. Tatalaksana
bencana
kritis,
termasuk
massal/disaster
korban
bencana
3. Pemantauan
massal.
kardiovaskular
invasif
2. Mampu
melakukan
4. Pemantauan
tekanan
tatalaksana
pasien
intrakranial
kritis
medis
maupun
5. Basic
USG
(EFAST)
surgical,
termasuk
6. Tatalaksana
kondisi
kritis
menggunakan
terapi
karena
gangguan
antimicrobial
dg
endokrin,
jantung
dan
benar.
ARDS
3. Mampu
menjelaskan
7. Terapi
antimikrobial,
penggunaan
USG
utk
penunjang
kardiovaskular
menunjang
dan
pengganti
fngsi
ginjal
tatalaksana
psn
pada
pasien
gagal
kritis.
multiorgan.
4. Mampu
menjelaskan
8. Critical
care
pascabedah
kepada
psn
maupun
saraf
sejawat
lain
tentang
9. Critical
care
pascabedah
end
of
life
care.
jantung
10. End
of
life
care
30
Anestesia
-‐
5
1. Blok
epidural
torakal
dan
Mampu
melakukan
Regional
3
segala
aspeknya
anestesia
regional
dengan
27
2. Komplikasi
&
tingkat
kesulitan
tinggi,
manajemennya
baik
secara
teknis
3. Fisiologi
konduksi
saraf
maupun
pasien
yang
dan
cara
kerja
nerve
dihadapi.
stimulator
4. Pleksus
brakhialis,
lumbosakralis.
5. Blok
interskalenus
6. Blok
aksilaris
7. Blok
femoralis
8. Blok
skiatik.
31
Anestesia
-‐
5
1. Jenis
tindakan
bedah
Mampu
menentukan
Bedah
Rawat
rawat
jalan
kelayakan
dan
melakukan
Jalan
2. Persyaratan
bedah
rawat
prosedur
anestesia
untuk
jalan,
sarana,
SDM,
bedah
rawat
jalan,
baik
organisasi
dan
pasien
pada
pasien
dewasa
3. Teknik
anestesia
&
maupun
pediatrik.
tatalaksana
perioperatifnya.
32
Karya
Tulis
3
-‐
5
Kasus
anestesia
/
pasien
kritis
Mampu
membuat
(LK)
dan
tatalaksananya.
laporan
kasus
dengan
format
publikasi.
33
Anestesia
pd
-‐
6
1. Obesitas
morbid
Mampu
melakukan
Penyakit
2. Geriatri
anestesia
pada
kasus-‐
Khusus
3. Autisme
kasus
khusus
yang
cukup
4. CKD
&
transplantasi
ginjal
banyak
terdapat
pada
5. Liver
failure
populasi,
dan
mampu
&Transplantasi
hepar
melakukan
manajemen
perioperatif
utk.
pembedahan
khusus
yang
complicated.
34
Anestesia
pd
-‐
6
1. Feokromositoma
Mampu
melakukan
Penyakit
2. Manajemen
anestesia
pd
manajemen
anesthesia
Jarang
pasien
dg
pacemaker/ICD
pada
berbagai
kondisi
3. Berbagai
sindrom
yang
tidak
sering
kongenital
&
hubungannya
dijumpai.
dg
anestesia.
35
Anestesia
-‐
6
1. Anatomi
rongga
toraks
&
Mampu
melakukan
Kardiotorasik
mediastinum
prosedur
anestesia
dan
1
2. Sirkulasi
sitemik
&
tatalaksana
perioperatif
pulmonal
pasien
untuk
bedah
3. Gangguan
pertukaran
gas
toraks,
di
paru
Mampu
mengantisipas
4. V/Q
mismatch
dan
mengatasi
komplikasi
5. Massa
mediastinum
&
SVC
akibat
pembedahan
syndrome
toraks.
6. Myasthenia
gravis
7. Hipertensi
pulmonal
8. One
lung
ventilation
&
intubasi
DLT
9. Pemantauan
invasive
10. Manajemen
nyeri
pascabedah.
36
Anestesia
-‐
6
1. Manajemen
perioperatif
1. Mampu
melakukan
Kardiotorasik
penyakit
jantung
iskemik
anestesia
bedah
2
2. PCI,
trombolitik
dan
nonkardiak
pada
antikoagulan
pasien
dg
berbagai
3. Manajemen
perioperatif
kelainan
jantung.
penyakit
katup
jantung
2. Mampu
melakukan
4. Intervensi
kardiologi
pd
anestesia
pada
penyakit
katup
jantung.
berbagai
tindakan
5. Manajemen
perioperatif
kardiologi
PJB
nonsianotik
intervensional.
28
6. Manajemen
perioperatif
3. Mampu
menjelaskan
PJB
sianotik
aspek-‐aspek
dalam
7. Bedah
paliatif
PJB
bedah
jantung,
8. Intervensi
kardiologi
pd
termasuk
kaitannya
PJB
dg
penggunaan
CPB.
9. Cardiopulmonary
bypass
4. Mampu
10. IABP
dan
pacemaker.
menatalaksana
11. Cardiac
intensive
care
pasien
kegawatan
kardiovaskular,
termasuk
penggunaan
alat
bantu
kardiak.
37
Anestesia
di
-‐
7
1. Klasifikasi
sedasi
Mampu
melakukan
Luar
Kamar
2. Syarat
anestesia
di
luar
berbagai
prosedur
sedasi
Bedah
kamar
bedah
&
anestesia
sesuai
kondisi
3. Pemilihan
obat
untuk
dan
keperluan
prosedur
anestesia
di
luar
kamar
medis.
bedah
38
Anestesia
Chief
Resident
7
1. Koordinasi
seluruh
Menjadi
dokter
spesialis
Komprehensif
Anestesia
di
kegiatan
pendidikan
dan
anestesiologi
dengan
daerah
rural
pelayanan,
termasuk
kemampuan
manajerial
pelayanan
di
ICU.
dan
kemampuan
2. Koordinasi
semua
residen
beradaptasi
dalam
di
luar
RSCM.
berbagai
kondisi.
3. Melakukan
fingsi
kontrol
terhadap
kepatuhan
residen
pada
POB
dan
aturan
lain
yang
berlaku.
4. Anestesia
di
daerah
rural
dengan
keterbatasan
sarana.
39
-‐
Membuat
telaah
terhadap
hasil
Tersusunnya
satu
Karya
Tulis
4
penelitian
yang
dipublikasi
di
makalah
systematic
jurnal,
diutamakan
penelitian
review/critical
appraisal
DBRCT.
terhadap
jurnal
yg
telah
diterbitkan.
40
Komunikasi
&
-‐
8
1. Pemberian
Mampu
berperilaku
Profesionalis informasi/pendidikan
bagi
sebagai
health
provider
me
2
peserta
didik/tenaga
yang
professional
dan
kesehatan
yg
lebih
rendah
komunikatif,
baik
secara
tingkatnya
(mahasiswa,
vertikal
maupun
perawat,
karyawan
RS
horizontal.
dsb)
2. Pemberian
pendidikan
kesehatan
bagi
masyarakat
awam
41
Penelitian
-‐
8
1. Proposal
final
Mampu
melakukan
2. Kaji
etik
penelitian
yang
baik
dan
3. Prosedur
penelitian
di
benar,
sesuai
prinsip
FKUI
&
RSCM
Good
Clinical
Practice
42
Seminar
Hasil
-‐
8
1. Kesesuaian
metodologi
Tersedianya
hasil
Penelitian
2. Analisis
statistik
penelitian
dalam
bentuk
3. Hasil
penelitian
tesis
yang
siap
diunggah
4. Keterbatasan
penelitian
dan
dipublikasikan
5. Pembahasan
6. Simpulan
29
BAB
5
METODE
PENGAJARAN
DAN
PEMBELAJARAN
Pencapaian
kompetensi
dalam
tiap-‐tiap
modul
didapat
melalui
proses
belajar-‐mengajar.
Oleh
karena
pendidikan
ini
merupakan
perpaduan
antara
pendidikan
akademis
dan
profesional,
maka
metode
yang
digunakan
juga
merupakan
perpaduan
antara
metode
akademik
dan
praktik
klinis,
yang
dilaksanakan
baik
di
lingkup
FKUI
maupun
RSCM
serta
rumah
sakit
afiliasi,
sejalan
dengan
prinsip
Academic
Health
Center.
Tabel
5.
Metode
Pengajaran
dan
Pembelajaran
No
Tahap
Pendidikan
Modul
Metode
Uraian
Pembelajaran
1
Tahap
1
(Pembekalan)
a.
Semester
1
1
&
2
Kuliah
Kuliah
interaktif
untuk
penyampaian
pokok
bahasan
di
tiap-‐tiap
modul.
Belajar
mandiri
Peserta
didik
memanfaatkan
teknologi
informasi
untuk
memperoleh
materi
pembelajaran
yang
ditugaskan.
Demonstrasi/simulasi
Dosen
memperagakan
beberapa
prosedur
pada
manikin
dan
atau
simulator
tertentu.
Praktik
pada
manikin
Setelah
demonstrasi/simulasi,
peserta
didik
diharuskan
melakukan
berbagai
tindakan
pada
manikin,
hingga
mahir.
b.
Semester
2
3
–
10
Praktik
klinis
Setelah
peserta
didik
mahir
melakukan
tindakan
pada
manikin,
diperbolehkan
mulai
melakukan
pada
pasien
yang
sebenarnya.
Bedside
teaching
Proses
pembelajaran
antara
dosen-‐
peserta
didik
terjadi
selama
prosedur
anestesia
yang
sebenarnya.
Belajar
mandiri
Peserta
didik
memanfaatkan
teknologi
informasi
untuk
memperoleh
materi
pembelajaran
yang
ditugaskan.
2
Tahap
2
(Magang)
11
–
17
Bedside
teaching
Proses
pembelajaran
antara
dosen-‐
peserta
didik
terjadi
selama
prosedur
anestesia
yang
sebenarnya.
19
–
24
Belajar
mandiri
Peserta
didik
memanfaatkan
teknologi
informasi
untuk
memperoleh
materi
pembelajaran
yang
ditugaskan.
CBD
Diskusi
antara
dosen-‐peserta
didik
30
berdasarkan
hal-‐hal
yg
ditemukan
pada
prosedur
klinis
yang
sedang/telah
dilakukan.
18,25
Belajar
mandiri
Peserta
didik
diharuskan
aktif
mendapatkan
materi
untuk
membuat
karya
tulis
ilmiah,
baik
menggunakan
teknologi
informasi
maupun
secara
manual.
Bimbingan
a. Peserta
didik
secara
langsung
bertatapmuka
dengan
pembimbing
makalah.
b. Peserta
didik
memanfaatkan
teknologi
informasi
untuk
berkonsultasi
maupun
menerima
koreksi
dari
dosen
pembimbing
makalah.
No
Tahap
Pendidikan
Modul
Metode
Uraian
Pembelajaran
3
Tahap
3
(Mandiri)
26
–
31
Bedside
teaching
Proses
pembelajaran
antara
dosen-‐
peserta
didik
terjadi
selama
prosedur
anestesia
yang
sebenarnya.
33
–
36
Belajar
mandiri
Peserta
didik
memanfaatkan
teknologi
informasi
untuk
memperoleh
materi
pembelajaran
yang
ditugaskan.
CBD
Diskusi
antara
dosen-‐peserta
didik
berdasarkan
hal-‐hal
yg
ditemukan
pada
prosedur
klinis
yang
sedang/telah
dilakukan.
32
Belajar
mandiri
Peserta
didik
diharuskan
aktif
mendapatkan
materi
untuk
membuat
karya
tulis
ilmiah,
baik
menggunakan
teknologi
informasi
maupun
secara
manual.
Bimbingan
1. Peserta
didik
secara
langsung
bertatapmuka
dengan
pembimbing
makalah.
2. Peserta
didik
memanfaatkan
teknologi
informasi
untuk
berkonsultasi
maupun
menerima
koreksi
dari
dosen
pembimbing
makalah.
4
Tahap
4
(Paripurna)
37-‐40
Mandiri
Peserta
didik
melakukan
pendidikan
tanpa
supervisi.
39,
41,
42
Belajar
mandiri
Peserta
didik
diharuskan
aktif
mendapatkan
materi
untuk
membuat
penelitian
ilmiah,
baik
menggunakan
teknologi
informasi
maupun
secara
manual.
Bimbingan
1. Peserta
didik
secara
langsung
bertatapmuka
dengan
pembimbing
penelitian.
2. Peserta
didik
memanfaatkan
teknologi
informasi
untuk
berkonsultasi
maupun
menerima
koreksi
dari
dosen
pembimbing
penelitian.
31
BAB
6
SUMBER
DAYA
6.1 SARANA
DAN
PRASARANA
PENDIDIKAN
Program
Studi
memiliki
sarana
yang
diperuntukkan
bagi
kemudahan
proses
belajar-‐mengajar,
baik
untuk
kegiatan
akademik
maupun
praktik
klinis.
1. Perpustakaan.
Perpustakaan
Dept.
Anestesiologi
dan
Terapi
Intensif
FKUI/RSCM
dilengkapi
dengan
pendingin
ruangan
(AC),
akses
internet
(WiFi)
24
jam
dan
jurnal-‐
jurnal
kedokteran
on-‐line,
koleksi
electronic
books
serta
buku-‐buku
teks
yang
merupakan
referensi
berbagai
modul
pendidikan.
Perpustakaan
juga
memiliki
beberapa
personal
computer,
mesin
fotokopi
dan
scanner.
2. Ruang
Kuliah.
Ada
dua
ruang
kuliah
utama,
yaitu
ruang
kuliah
besar
dengan
kapasitas
200
orang
dan
dapat
disekat
menjadi
dua
ruang
kuliah
kecil,
terletak
di
Dept.
Anestesiologi
serta
ruang
kuliah
di
dekat
ICU
yang
berkapasitas
100
orang.
Di
samping
itu
kuliah,
diskusi
dan
ujian
peserta
didik
dapat
dilakukan
juga
di
Ruang
Rapat
Besar
dan
Ruang
Rapat
Kecil.
Kesemua
ruang
dilengkapi
dengan
pendingin
ruangan,
koneksi
internet
dan
sistem
audiovisual.
Ruang
diskusi/kuliah
lain
tersedia
di
berbagai
unit
kerja
peserta
pendidikan,
antara
lain
di
Pelayanan
Jantung
Terpadu
dan
di
Instalasi
Bedah
Pusat.
3. Skill
Laboratory.
Skill
Lab
merupakan
ruang
simulasi
untuk
melatih
kemampuan
psikomotor
sebelum
melakukannya
pada
pasien.
Skill
Lab
dilengkapi
dengan
berbagai
manikin
untuk
resusitasi
jantung-‐paru
(dewasa
dan
anak),
simulasi
aritmia
dan
defibrilasi/kardioversi,
manajemen
jalan
nafas,
pemasangan
kanula
vena
perifer
dan
blok
subarakhnoid.
Skill
Lab
telah
pula
dilengkapi
dengan
manikin
high
fidelity
(”Sim
Man”)
sebagai
sarana
simulasi
komprehensif
terkomputerisasi.
4. ICTEC.
ICTEC
merupakan
sarana
yang
disediakan
oleh
RSCM
bagi
pendidikan,
berupa
pusat
simulasi
yang
terdiri
atas
beberapa
ruang
simulasi
canggih
yang
dapat
dipantau
dari
ruang
kontrol
dan
ruang
kuliah
dan
terkomputerisasi.
5. Sarana
pembelajaran/
praktik
klinis
tersebar
di
beberapa
tempat
pelayanan
:
-‐ Instalasi
Bedah
Pusat
(12
ruang
bedah,
ruang
pulih
5
bed)
-‐ Bedah
Rawat
Jalan
(2
ruang
bedah,
ruang
pulih
2
bed)
32
-‐ Pelayanan
Jantung
Terpadu
(2
ruang
bedah
jantung,
2
laboratorium
kateterisasi
jantung,
Cardiac
ICU
8
bed)
-‐ ICU
Pusat
(15
bed)
-‐ High
Care
Unit
(8
bed
dengan
4
ventilator)
-‐ HCU
Neurosurgery
(5
bed,
2
ventilator)
-‐ Instalasi
Gawat
Darurat
(ruang
resusitasi,
5
ruang
bedah,
ICU
10
bed,
HCU
4
bed)
-‐ Pusat
Kraniofasial
(3
ruang
bedah,
ruang
pulih
2
bed)
-‐ Pusat
Kesehatan
Mata/
Kirana
(4
ruang
bedah,
ruang
pulih
6
bed)
-‐ Radioterapi
(2
ruang
tindakan,
ruang
pulih
1
bed)
-‐ Pusat
Endoskopi
(2
ruang
tindakan
dalam
anestesia,
6
ruang
untuk
MAC)
-‐ Klinik
Praoperatif
Anestesia
-‐ Ruang
Pencitraan
Diagnostik
(CT
scan
dan
MRI).
6. Rumah
Sakit
Afiliasi
FKUI
adalah
rumah
sakit
lahan
pendidikan
FKUI
di
luar
RSCM,
merupakan
sarana
untuk
membantu
peserta
pendidikan
mencapai
kompetensinya.
Rumah
sakit
tersebut
adalah:
-‐ RS
Persahabatan
-‐ RSPAD
Gatot
Subroto
-‐ RSUD
Provinsi
Tangerang
-‐ RS
Fatmawati
-‐ RS
Kanker
Dharmais
-‐ RSAB
Harapan
Kita
-‐ RSUD
Ruteng,
Nusa
Tenggara
Timur
6.2 PENDANAAN
Sumber
dana
Program
Studi
didapat
dari
Universitas
Indonesia
sesuai
RBA
tahunan
FKUI.
Pendanaan
bercermin
pada
gambaran
mengenai
kebutuhan
dana
investasi,
dana
operasional,
dan
pemeliharaan
serta
kebutuhan
dana
lainnya,
disertai
dengan
gambaran
mengenai
sumber-‐
sumber
yang
ada
untuk
memenuhi
kebutuhan
tersebut,
dalam
bentuk
:
-‐ Komputer
-‐ Majalah
Anestesiologi
Indonesia
-‐ Jurnal-‐jurnal
on
line
-‐ Buku
ajar
-‐ Skill
Lab
dengan
manikin.
Pengadaan
manikin
dilakukan
sedikit
demi
sedikit
secara
33
bertahap,
mengingat
tingginya
biaya
(berkisar
Rp
20
–
60
juta
per
manikin).
Saat
ini
sebagian
besar
manikin
telah
ada
di
Departemen
Anestesiologi
dan
Terapi
Intensif
FKUI
dan
telah
dimanfaatkan
oleh
peserta
didik.
Diperlukan
pengadaan
beberapa
manikin
lagi
untuk
kelengkapan
skill
lab.
-‐ Keperluan
surat
menyurat
alat
tulis
menulis
kantor.
-‐ Pengadaan
ulang
alat
audiovisual
untuk
kepentingan
kuliah
dan
presentasi
ilmiah.
-‐ Sarana
komunikasi
dan
transportasi.
Sarana
komunikasi
yang
tersedia
berupa
koneksi
internet
dan
telepon
selular.
Telepon
selular
terutama
diperuntukkan
bagi
peserta
didik
yang
sedang
menjalani
tugas
jaga,
untuk
keperluan
komunikasi
segera
dengan
dosen.
6.2.2
Dana
Operasional
dan
Pemeliharaan
Dana
operasional
dan
pemeliharaan
didapatkan
melalui
UMK
bulanan.
Penggunaan
dana
operasional
diperuntukkan
bagi:
34
6.3 SUMBER
DAYA
MANUSIA
Sumber
daya
manusia
dalam
Program
Studi
terdiri
atas
Staf
Pengajar
dan
Staf
Admistrasi.
1. Staf
Pengajar
Departemen
Anestesiologi
dan
Terapi
Intensif
mayoritas
adalah
dosen
purnawaktu
(fulltimer)
berjumlah
23
orang,
terdiri
atas
3
orang
guru
besar,
3
doktor,
13
konsultan
(subspesialis).
Di
samping
itu
terdapat
juga
dosen
luarbiasa
FKUI
yang
jumlahnya
dapat
bervariasi
sesuai
tugas
akademik
dari
FKUI.
2. Staf
Administrasi
berjumlah
3
orang,
terdiri
atas
seorang
staf
administrasi,
seorang
staf
keuangan
dan
seorang
staf
penunjang
akademis.
6.3.1 Staf
Pengajar
1. Staf
pengajar
terdiri
atas
dokter-‐dokter
spesialis
anestesiologi
yang
terpilih
dan
direkrut
untuk
melaksanakan
pendidikan
dan
proses
belajar-‐mengajar
kepada
peserta
didik,
penelitian
dan
pengabdian
pada
masyarakat
sesuai
dengan
ilmu
kedokteran
anestesiologi
dan
terapi
intensif.
2. Pelaksanaan
program
studi
merupakan
tanggung
jawab
setidaknya
enam
(6)
orang,
yaitu
dokter
yang
telah
lulus
pendidikan
Dokter
SpesialisI
Anestesiologi
dan
diakui
oleh
Kolegium
Anestesiologi
dan
Terapi
Intensif
serta
terdaftar
sebagai
dosen
tetap
Fakultas
Kedokteran
Universitas
Indonesia.
3. Tenaga
dari
luar
institusi:
Penyelenggara
program
studi
dapat
mengangkat
tenaga
pengajar
dari
luar
FKUI/RSCM
sesuai
dengan
peraturan
yang
berlaku
:
a. Dokter
Spesialis
Anestesiologi
dan
Terapi
Intensif
yang
berasal
dari
rumah
sakit
afiliasi
FKUI
yang
diangkat
melalui
surat
keputusan
Dekan
menjadi
dosen.
b. Dokter
Spesialis
Anestesiologi
dan
Terapi
Intensif
yang
berasal
dari
institusi
lain
yang
diangkat
melalui
surat
keputusan
Dekan
sebagai
dosen
luar
biasa.
c. Staf
pengajar
tamu
dengan
rekomendasi
dari
kolegium
pendidikan
yang
berwenang.
6.3.1.a
Penanggung
jawab
Program
Studi
1. Kepala
Departemen
Anestesiologi
dan
Terapi
Intensif
RSCM/FKUI
:
dr.
Aries
Perdana,
Sp.An-‐K
2. Ketua
Program
Studi
:
Dr.dr.
Ratna
Farida
Soenarto,
Sp.An-‐KAKV
3. Sekretaris
Program
Studi
:
dr.
Adhrie
Sugiarto,
Sp.An-‐KIC
35
Tabel
6.
Komposisi
Staf
Pengajar
No
Nama
Gelar
Akademis
Jabatan
Gelar
Kualifikasi
Keterangan
Akademis
Profesional
1
Amir
Sjarifuddin
Madjid
Profesor
Dr.
dr
Guru
Besar
Sp.An-‐KIC
Dosen
Penilai
2
M.
Ruswan
Dachlan
Profesor
dr.
Guru
Besar
Sp.An-‐KIC
Dosen
Penilai
3
Darto
Satoto
Profesor
dr.
Guru
Besar
Sp.An-‐KAR
Dosen
Penilai
4
Susilo
Chandra
dr.
Dosen
Tetap
Sp.An-‐KAR,
Dosen
Penilai
FRCA
5
Eddy
Harijanto
dr.
Dosen
Tetap
Sp.An-‐KIC
Dosen
Penilai
6
Arif
H.M.
Marsaban
dr.
Dosen
Tetap
Sp.An-‐KAP
Dosen
Penilai
7
Ratna
F.
Soenarto
Dr.
dr.
Dosen
Tetap
Sp.An-‐KAKV
Dosen
Penilai
8
Aries
Perdana
dr.
Dosen
Tetap
Sp.An-‐K
Dosen
Penilai
9
Aida
R.
Tantri
Dr.
dr.
Dosen
Tetap
Sp.An-‐KAR
Dosen
Penilai
10
Rudyanto
Sedono
dr.
Dosen
Tetap
Sp.An-‐KIC
Dosen
Penilai
11
Pryambodho
dr.
Dosen
Tetap
Sp.An-‐KAR
Dosen
Penilai
12
Andi
Ade
Wijaya
dr.
Dosen
Tetap
Sp.An-‐KAP
Dosen
Penilai
13
Jefferson
K.
Hidayat
dr.
Dosen
Tetap
Sp.An-‐KAKV
Dosen
Penilai
14
Dita
Aditianingsih
dr.
Dosen
Tetap
Sp.An-‐KIC
Dosen
Penilai
15
Riyadh
Firdaus
dr.
Dosen
Tetap
Sp.An-‐K
Dosen
Penilai
16
Alfan
Mahdi
Nugroho
dr.
Dosen
Tetap
Sp.An-‐K
Dosen
Penilai
17
Christopher
Kapuangan
dr.
Dosen
Tetap
Sp.An-‐K
Dosen
Penilai
18
Adhrie
Sugiarto
dr.
Dosen
Tetap
Sp.An-‐KIC
Dosen
Penilai
19
Aldy
Heriwardito
dr.
Dosen
Tetap
Sp.An-‐KAKV
Dosen
Penilai
20
R.
Besthadi
Sukmono
dr.
Dosen
Tetap
Sp.An
Dosen
Pendidik
21
Rahendra
dr.
Dosen
Tetap
S.An
Dosen
Pendidik
22
Anas
Alatas
dr.
Dosen
Luarbiasa
Sp.An
Dosen
Pembimbing
23
Indro
Muljono
dr.
Dosen
Luarbiasa
Sp.An
Dosen
Penilai
24
Yohanes
W.H.
George
dr.
Dosen
Luarbiasa
Sp.An-‐KIC
Dosen
Pendidik
25
Endah
Permatasari
dr.
Dosen
Luarbiasa
Sp.An-‐KIC
Dosen
Pembimbing
26
Maman
Kusmana
dr.
Dosen
Luarbiasa
Sp.An
Dosen
Pembimbing
27
Fahrul
Rozi
dr.
Dosen
Luarbiasa
Sp.An-‐KIC
Dosen
Pembimbing
28
Nugroho
dr.
Dosen
Luarbiasa
Sp.An
Dosen
Pembimbing
29
Dewa
dr.
Dosen
Luarbiasa
Sp.An
Dosen
Pembimbing
30
Djalil
Matondang
dr.
Dosen
Luarbiasa
Sp.An
Dosen
Pembimbing
31
Ranjan
Kumar
dr.
Dosen
Luarbiasa
Sp.An
Dosen
Pembimbing
32
Navy
G.H.
Lolong
dr.
Dosen
Luarbiasa
Sp.An-‐KIC
Dosen
Pembimbing
35
Ernita
Akmal
dr.
Dosen
Luarbiasa
Sp.An-‐KIC
Dosen
Pembimbing
36
Thariq
Emil
Hasibuan
dr.
Dosen
Luarbiasa
Sp.An
Dosen
Pembimbing
36
6.3.1.b
Kualifikasi
Dosen
dan
Guru
Besar
• S1
adalah
lulusan
pendidikan
strata
satu
ilmu
kedokteran
dengan
gelar
akademik
S.Ked
(Sarjana
Kedokteran).
• S2
adalah
lulusan
pendidikan
strata
dua
di
berbagai
bidang
dengan
gelar
akademik
M
(Magister).
• S3
adalah
lulusan
pendidikan
strata
tiga
di
bidang
ilmu
kedokteran
atau
ilmu
biomedik
dengan
gelar
akademik
Dr
(Doktor).
• Sp-‐I
adalah
lulusan
pendidikan
dokter
spesialis
(di
bidang
anestesiologi)
dengan
gelar
Sp.An
di
belakang
namanya.
• Subspesialis
adalah
lulusan
pendidikan
subspesialistik
dengan
gelar
Sp.An-‐Konsultan
di
belakang
namanya.
• Guru
Besar
adalah
guru
besar
tetap
dalam
bidang
anestesiologi
dan
terapi
intensif
yang
diusulkan
oleh
Senat
Guru
Besar
fakultas
dan
disahkan
oleh
Rektor
universitas
dan
Menteri
Pendidikan
dan
Kebudayaan
Republik
Indonesia.
Dosen
Pembimbing
:
adalah
tenaga
pengajar
yang
melaksanakan
pengawasan
dan
bimbingan
terutama
dalam
hal
ketrampilan
peserta
didik,
tetapi
tidak
diberi
tanggungjawab
atas
bimbingan
peningkatan
bidang
ilmiah
(kognitif).
Kualifikasi
:
Dokter
Sp-‐I
dalam
bidangnya
dan
yang
selama
pendidikannya
berminat
dan
berpengalaman
dalam
pendidikan
dan
diangkat
atas
usul
KPS
yang
diputuskan
dalam
rapat
dosen
penilai.
Dosen
Pendidik
:
adalah
tenaga
pengajar
yang
berkemampuan
dalam
tugasnya
sebagai
pendidik
yang
selain
mempunyai
tugas
sebagai
pembimbing,
juga
bertanggung
jawab
atas
peningkatan
bidang
ilmiah
(kognitif)
Kualifikasi
:
Dokter
spesialis
dengan
pengalaman
kerja
sebagai
pembimbing
minimal
tiga
(3)
tahun
dan
diangkat
atas
usul
KPS
yang
diputuskan
dalam
rapat
dosen
penilai.
Dosen
Penilai
:
adalah
tenaga
pengajar
yang
selain
mempunyai
tugas
sebagai
pendidik
juga
diberi
wewenang
untuk
menilai
peserta
program.
Kualifikasi
:
Dokter
Spesialis-‐Konsultan
(K)
dalam
bidangnya
dengan
pengalaman
kerja
sebagai
pendidik
minimal
tiga
tahun
dan
diangkat
atas
usul
KPS
yang
diputuskan
dalam
rapat
dosen
penilai.
6.3.1.c
Beban
Tugas
Per
Semester
Tiap-‐tiap
pengajar
mempunyai
beban
tugas
berkisar
antara
1
SKS
hingga
4
SKS
per
semester.
Beban
ini
termasuk
tugas
mengajar,
diskusi/tutorial,
bedside
teaching
dan
bimbingan
makalah
dan/atau
penelitian,
serta
tugas
menguji.
Rincian
beban
tugas
ini
disertakan
dalam
lampiran
terpisah
37
6.3.1.d
Tugas,
Tanggungjawab,
Hak
dan
Kewajiban
Staf
Pengajar
Tugas
1. Melaksanakan
proses
belajar-‐mengajar
sesuai
prinsip-‐prinsip
clinical
teacher
dan
kualifikasinya.
2. Melakukan
pengawasan,
bimbingan
dan
evaluasi
terhadap
peserta
didik
maupun
terhadap
kegiatan
pendidikan
dan
pelayanan
sesuai
bidang
keahlian
masing-‐masing,
mengacu
pada
kurikulum
dan
Buku
Rancangan
Pengajaran
Program
Studi.
3. Menyusun
standar
prosedur
operasional
serta
menyusun
kegiatan
pendidikan
peserta
didik
dalam
bidang
tersebut
beserta
perangkat
evaluasinya.
4. Melakukan
pengembangan
dalam
pendidikan,
pelayanan
dan
penelitian
sesuai
bidang
keahlian
masing-‐masing.
Tanggung
jawab
1. Bertanggungjawab
terhadap
kelangsungan
pendidikan
dan
pelayanan
sesuai
bidang
keahlian
masing-‐masing,
sesuai
peraturan
dan
hukum
yang
berlaku.
2. Mempertahankan
dan
meningkatkan
keilmuan
dengan
secara
aktif
mengikuti
pendidikan
kedokteran
berkelanjutan
(Continuing
Medical
Education)
dalam
bidang
keminatan,
baik
tingkat
lokal,
nasional
maupun
internasional.
Kewajiban
Menjamin
kelancaran
pendidikan
berkualitas
melalui
pelayanan
bermutu
dan
berorientasi
pada
keselamatan
pasien,
serta
bertindak
selaku
clinical
teacher
yang
baik
bagi
peserta
PPDS
sesuai
bidang
keahlian
masing-‐masing,
sesuai
peraturan
dan
hukum
yang
berlaku.
Hak
1. Mendapat
kompensasi
finansial
sebagai
staf
pengajar
Departemen
Anestesiologi
&
Terapi
Intensif
2. Mendapat
jasa
medis
atas
tindakan
yang
dilakukan
3. Memiliki
hak
suara
dalam
rapat
staf
4. Mendapat
kesempatan
untuk
mengikuti
pendidikan
berkelanjutan
5. Mendapat
sarana
dan
prasarana
kerja
6. Mendapat
perlindungan
hukum
sebagai
staf
Departemen
Anestesiologi
&Terapi
Intensif
7. Mendapat
hak
cuti
sesuai
aturan
dan
prosedur
yang
berlaku.
38
3. Melakukan
dokumentas/filing
surat-‐surat
dan
dokumen-‐dokumen
penting
terkait
Program
Studi
dalam
sistem
folder
yang
berbeda.
4. Bertanggungjawab
terhadap
data
staf
pengajar
dalam
sistem
SIPEG
Universitas
Indonesia
dan
SIAK-‐NG
Universitas
Indonesia,
termasuk
pemutakhiran
password
berkala.
5. Bertanggung
jawab
terhadap
penyusunan
jadwal
kuliah/diskusi/presentasi,
jadwal
pergantian
rotasi
peserta
didik
dan
jadwal
ujian,
dengan
persetujuan
KPS/SPS.
6. Bertanggungjawab
terhadap
pencatatan
dan
pelaporan
kegiatan
akademis
dan
rapat
pendidikan.
7. Bertanggung
jawab
terhadap
pengadaan
soal
ujian,
koreksi
nilai
dan
pengumuman
hasil
ujian.
8. Mengumpulkan
hasil
penilaian
peserta
program
pada
setiap
lahan
pendidikan
yang
ada
dari
staf
akademis
lahan
pendidikan.
9. Membantu
KPS/SPS
dalam
mengunggah
nilai-‐nilai
modul
dalam
SIAK-‐NG.
10. Bertanggung
jawab
dalam
mengkoordinasikan
kerja
staf
akademis
di
RS
Lahan
Pendidikan,
termasuk
dokumen
terkait
status
dosen/
dosen
luarbiasa
FKUI.
11. Bertanggungjawab
terhadap
proses
administrasi
seleksi
peserta
pendidikan,
termasuk
pelaporan
penerimaan
peserta
didik
kepada
FKUI
dan
Kolegium
Anestesiologi
dan
Terapi
Intensif
Indonesia.
12. Bertanggungjawab
terhadap
proses
administrasi
ujian-‐ujian
nasional,
tertulis
maupun
komprehensif,
termasuk
permintaan
bukti
kelulusan
peserta
kepada
Kolegium
Anestesiologi
dan
Terapi
Intensif
Indonesia.
13. Membuat
jadwal
pertemuan/rapat
akademis
Program
Studi
pada
akhir
rotasi/akhir
masa
pendidikan
peserta
program.
14. Bertanggungjawab
terhadap
kebersihan
dan
kerapihan
ruang
kerja.
39
4. Membantu
sivitas
akademika
Dept.
Anestesiologi
dan
Terapi
Intensif
FKUI
dalam
pengunggahan
karya
tulis
ilmiah
dan
pengunduhan
materi
ilmiah.
5. Bertanggungjawab
terhadap
pengadaan
dan
operasional
sistem
audiovisual
untuk
proses
belajar-‐mengajar,
termasuk
pengadaan
papan
kuliah/
flipchart
dsb.
6. Bertanggungjawab
terhadap
inventarisasi
barang-‐barang
peraga/
simulasi
milik
Program
Studi.
7. Melakukan
pencatatan
terhadap
setiap
peminjaman
atau
pengalihan
barang-‐barang,
surat-‐surat
atau
dokumen-‐dokumen,
termasuk
buku/majalah
milik
perpustakaan,
perlengkapan
mengajar
dsb.
8. Bertanggungjawab
terhadap
penyimpanan
dan
ekshibisi
karya
ilmiah
dan
karya
seni
sivitas
akademika
Dept.
Anestesiologi
dan
Terapi
Intensif
FKUI
yang
dipresentasikan
dalam
berbagai
forum
nasional
maupun
internasional.
Tabel
7.
Jumlah
&
Kualifikasi
Tenaga
Administrasi
&
Penunjang
Akademik
Kualifikasi
Status
Jumlah
Nama
Keterangan
Jenjang
pendidikan
S1
RSCM
1
Nurul
Hasanah
Staf
administrasi
untuk
Prodi
Jenjang
pendidikan
D3
RSCM
1
Eko
Suwarsono
Staf
penunjang
akademis
untuk
teknologi
informasi
Jumlah 3
40
BAB
7
EVALUASI
Evaluasi
yang
dilakukan
meliputi
evaluasi
terhadap
peserta
didik
(evaluasi
hasil
pembelajaran),
evaluasi
terhadap
program
studi,
evaluasi
terhadap
proses
belajar-‐mengajar
di
rumah
sakit
afiliasi
serta
self
assessment,
baik
untuk
peserta
didik
maupun
untuk
staf
pengajar.
7.1
Evaluasi
Hasil
Pembelajaran
Evaluasi
kinerja
peserta
didik
meliputi
penilaian
akademis
dan
profesional.
Nilai
akademis
didapat
melalui
pre-‐post
test,
ujian
tulis
esai
atau
ujian
pilihan
ganda
(multiple-‐choice
test).
Di
samping
itu
penilaian
khusus
dilakukan
untuk
tugas-‐tugas
karya
ilmiah,
yaitu
Tinjauan
Pustaka
1,
Tinjauan
Pustaka
2,
Laporan
Kasus
dan
Systematic
Review/Critical
Appraisal,
di
samping
pembuatan
praproposal
penelitian,
penelitian
dan
seminar
hasil
penelitian.
Penilaian
professional
meliputi
penilaian
psikomotor
dan
penilaian
perilaku
(komunikasi
dan
profesionalisme).
Untuk
psikomotor,
nilai
didapat
melalui
ujian
simulasi
dengan
manikin
atau
pasien
standar
(standarlized
patient
exam),
penilaian
buku
log,
OSCE
dan
ujian
psikomotor
pada
pasien
sesungguhnya
dengan
Direct
Observation
Professional
Skill
(DOPS).
Penilaian
perilaku
pada
dasarnya
berjalan
sepanjang
masa
pendidikan
dan
melekat
pada
setiap
modul.
Kemampuan
komunikasi
efektif
dan
profesionalisme
seorang
dokter
peserta
didik
dinilai
melalui
daftar
tilik
dan
evaluasi
360o.
Penilaian
formatif
dilakukan
setiap
akhir
rotasi
untuk
modul-‐modul
yang
dijalani
dalam
rotasi
tersebut.
Beberapa
modul
dijalani
dalam
satu
kali
rotasi
sekaligus
(misalnya
modul
anestesia
regional
1
dan
modul
obstetrik
1).
Nilai
final
suatu
modul
didapatkan
pada
akhir
semester
oleh
karena
pemenuhan
kasus
secara
kuantitatif
memerlukan
waktu.
Nilai
modul
ini
diunggah
dalam
sistem
komputerisasi
UI
(SIAK-‐NG)
dan
tiap
nilai
merupakan
penjumlahan
dari
empat
(4)
komponen
penilaian.
41
1
Kognisi
0
–
100
40%
2
Psikomotor
0
–
100
35%
3
Profesionalisme
0
–
100
15%
4
Komunikasi
efektif
0
–
100
10%
Penilaian
sumatif
dilakukan
tiga
kali,
yaitu:
1. Ujian
kenaikan
jenjang
pertama
(dari
Tahap
Pembekalan
ke
Tahap
Magang).
Syarat
untuk
ujian
ini
adalah
peserta
didik
telah
menyelesaikan
dan
mempresentasikan
makalah
Tinjauan
Pustaka
1.
2. Ujian
kenaikan
jenjang
kedua
(dari
Tahap
Magang
ke
Tahap
Mandiri).
Syarat
untuk
ujian
ini
adalah
peserta
didik
telah
lulus
rotasi
Anestesia
Pediatrik,
telah
menyelesaikan
dan
mempresentasikan
makalah
Tinjauan
Pustaka
2.
3. Ujian
kenaikan
jenjang
ketiga
(untuk
mencapai
Tahap
Paripurna).
Syarat
untuk
ujian
ini
adalah
peserta
didik
telah
selesai
menjalani
pendidikan
hingga
modul
36,
telah
menyelesaikan
dan
mempresentasikan
makalah
Laporan
Kasus.
4. Ujian
komprehensif
akhir.
Untuk
dapat
menjalani
ujian
akhir
ini
peserta
didik
diharuskan
menyelesaikan
dan
lulus
semua
modul
pembelajaran
dan
telah
menyelesaikan
penelitian.
Tabel
9.
Pedoman
penilaian
sesuai
peraturan
akademik
FKUI
42
Predikat
IPK
Memuaskan
2,75
–
3,40
Sangat
memuaskan
3,41
–
3,
70
Cum
laude
3,71
–
4,00
Predikat kelulusan cum laude diberikan kepada lulusan yang menyelesaikan masa studi tepat
waktu dan diperoleh tanpa mengulang mata ajar/ modul, dengan IPK di atas 3.70.
7.2
Tahap
Supervisi
dan
Kewenangan
Tahap
supervisi
tidak
selalu
berkorelasi
dengan
tahap
pendidikan,
akan
tetapi
terkait
dengan
risiko
atau
tingkat
bahaya
prosedur-‐prosedur
yang
dilakukan
dalam
suatu
modul.
Sebagai
contoh,
peserta
didik
semester
1
yang
menjalani
modul
Anestesia
Dasar,
meskipun
kompetensinya
rendah,
tingkat
supervisi
adalah
1,
oleh
karena
peserta
didik
tidak
menghadapi
pasien
berisiko
melainkan
hanya
pasien
simulasi.
Sebaliknya,
peserta
didik
tahap
mandiri
yang
menjalani
modul
Anestesia
Kardiotorasik,
meski
kompetensinya
secara
umum
telah
tinggi
namun
taraf
supervisinya
2
(kehadiran
DPJP
adalah
mandatori).
Kewenangan
peserta
didik
sebagian
besar
berhubungan
dengan
tindakan/
prosedur
medis
yang
diperbolehkan
untuk
dilakukan.
Kewenangan
ini
terkait
dengan
kompetensi
dan
tahap
pembelajarannya.
Kode
warna
yang
digunakan
untuk
membedakan
kewenangan
ini
berlaku
di
seluruh
RS
Cipto
Mangunkusumo.
Tabel
11.
Deskripsi
Tahap
Supervisi
No
Tahap
Supervisi
Deskripsi
1
Tahap
Supervisi
1
Dilakukan
di
bawah
pengawasan
peserta
didik
senior
2
Tahap
Supervisi
2
Tindakan
dilakukan
di
bawah
pengawasan
langsung
Dokter
Spesialis
yang
memiliki
SIP
(DPJP)
3
Tahap
Supervisi
3
DPJP
dapat
memberikan
konsultasi
segera
bila
dibutuhkan,
baik
langsung
(tindakan
invasif)
maupun
per
telepon
(non-‐invasif)
4
Tahap
Supervisi
4
Tindakan
dapat
dilakukan
dengan
laporan
pada
DPJP
sebelum
dan
sesudah
tindakan.
Keberadaan
DPJP
tidak
dibutuhkan
segera
5
Tahap
Supervisi
5
Dapat
melakukan
secara
mandiri
dan
membimbing
peserta
didik
lainnya
43
memberikan
penjelasan
dg
baik,
mempertimbangkan
aspek
sosiobudaya
dan
TS
:
1
empati.
2
Anestesiologi
Dasar
2
2
Penilaian
dengan
>75%
“baik”
Mampu
melakukan
persiapan
daftar
tilik.
anestesia
yang
lengkap,
termasuk
peralatan
dan
obat
yang
mengacu
pada
keselamatan
pasien.
Mampu
melakukan
Ujian
praktik
pada
Mampu:
manajemen
jalan
nafas
pada
manikin
-‐ ventilasi
situasi
tersimulasi.
-‐ intubasi
-‐ insersi
sungkup
laring
Ujian
simulasi
Mampu
aritmia
&
terapi
mengenali
&
Mampu
mengenali
kondisi
listrik
menatalaksana
abnormal
kardiovaskular
aritmia
yg
pada
situasi
tersimulasi.
mengancam
nyawa.
Ujian
simulasi
Mampu
Mampu
mengenali
kelainan
mengenali
fungsi
respirasi
pada
situasi
kelainan
fungsi
tersimulasi.
respirasi
pd
situasi
tersiulasi
Mampu
menjelaskan
Ujian
tertulis
MCQ
Nilai
>70
patofisiologi
nyeri
dan
pentingnya
tatalaksana
nyeri
Mampu
melakukan
Advanced
Ujian
ALS
pd
Lulus
ujian
ALS
Life
Support
dalam
situasi
manikin
TS
:
1
tersimulasi.
3
Anestesia
Umum
3
2
Mampu
menentukan
kelas
-‐ Penilaian
DOPS
-‐ >75%
DOPS
fungsional
pasien
dengan
-‐ Buku
log
dinilai
“layak”
benar,
melakukan
-‐ Melakukan
50
manajemen
perioperatif
kasus
anestesia
terbatas
sesuai
kondisi
umum
pada
pasien,
melakukan
anestesia
akhir
semester
pada
prosedur
sederhana
dan
pasien
relatif
sehat,
melakukan
pemantauan
yang
tercatat
sepanjang
prosedur.
Mampu
melakukan
prosedur
-‐ Ujian
tertulis
-‐ Nilai
MCQ
>70
anestesia
pada
pasien
dengan
MCQ
-‐ Melakukan
25
keganasan.
-‐ Buku
log
kasus
onkologi
pada
akhir
semester.
Mampu
melakukan
anestesia
Buku
log
Melakukan
20
pada
berbagai
kondisi
kasus
bedah
patologis
mulut
&
sekitarnya
mulut
pada
akhir
TS
:
2
untuk
bedah
gigi
&
mulut.
semester
4
Anest.
Bd.
Ortopedi
2
2
Mampu
melakukan
-‐ Ujian
tulis
MCQ
-‐ Nilai
MCQ
>70
manajemen
anestesia
&
-‐ Buku
log
-‐ Melakukan
30
perioperatif
pada
berbagai
kasus
ortopedi
bedah
ortopedik,
pada
akhir
mengantisipasi
komplikasi
semester
dan
melakukan
tatalaksana
TS
:
2
yang
sesuai.
5
Pengelolaan
Nyeri
3
2
1. Mampu
melakukan
-‐ Ujian
tulis/
-‐ Nilai
post
test
pengelolaan
nyeri
akut
pre&post
test
>70
secara
lengkap,
termasuk
-‐ Buku
log
-‐ Melakukan
50
manajemen
komplikasinya.
-‐ Portfolio
kasus
44
5. Mampu
menjelaskan
pengelolaan
tatalaksana
nyeri
kronik/
nyeri
akut
pada
nyeri
kanker
akhir
semester
-‐ Membuat
portfolio
3
kasus
pengelolaan
TS
:
3
nyeri.
6
Anes.
Regional
1
2
2
Mampu
melakukan
anestesia
-‐ Peilaian
DOPS
-‐ >75%
DOPS
subarakhnoid
dengan
benar
-‐ Ujian
praktik
dinilai
“layak”
dan
baik,
termasuk
-‐ Buku
log
-‐ Lulus
ujian
tatalaksana
komplikasinya.
praktik
-‐ Melakukan
50
kasus
subarakhnoid
pada
akhir
TS
:
2
semester.
7
Anes.
Obstetrik
1
2
2
1. Mampu
melakukan
-‐
Pre
&
post
test
-‐ Post
test
>70
prosedur
anestesia
-‐
Penilaian
DOPS
-‐ >75%
DOPS
subarakhnoid
untuk
bedah
-‐
Buku
log
“layak”
Sesar
pada
kehamilan
-‐
Case-‐based
-‐ Melakukan
normal.
discussion
(CBD)
anest
utk
2.
Mampu
menjelaskan
bedah
Sesar
50
tatalaksana
peripartum
kasus
pada
cardiac
arrest.
akhir
semester
-‐ NIlai
CBD
TS
:
2
“baik”
8
2
2
Mampu
melakukan
anestesia
-‐ Pre
&
post
test
-‐ Post
test
>70
Anes.
Bd.
THT
1
untuk
bedah
THT
sederhana
-‐ Buku
log
-‐ Melakukan
30
pada
pasien
relatif
normal,
-‐ CBD
kasus
THT
pada
termasuk
penanganan
akhir
semester
komplikasinya.
-‐ Nilai
CBD
“baik”
TS
:
2
9
Anes.
Bd.
Oftalmologi
2
2
Mampu
melakukan
anestesia
-‐ Pre
&
post
test
-‐ Post
test
>70
untuk
bedah
oftalmologi
-‐ Buku
log
-‐ Melakukan
50
beserta
antisipasi
dan
-‐ CBD
kasus
bedah
tatalaksana
komplikasinya.
oftalmologi
pada
akhir
semester
-‐ Nilai
CBD
“baik”
TS
:
2
10
Karya
Tulis
1
(TP1)
2
2
Mampu
membuat
satu
Penilaian
makalah
Nilai
final
>70
makalah
Tinjauan
Pustaka
1
&
penilaian
yang
dipresentasikan.
presentasi
11
ICU
1
2
3
Mampu
memutuskan
-‐ Pre
&
post
test
-‐ Post
test
>70
perawatan
ICU
bagi
pasien,
-‐ CBD
-‐ Nilai
CBD
“baik”
melakukan
tatalaksana
inisial
-‐ Portfolio
-‐ Minimal
3
di
ICU,
menegakkan
diagnosis
portfolio
dan
melakukan
tatalaksana
dengan
kasus
dasar
sesuai
diagnosis
dan
berbeda
dan
TS
:
2
kondisi
pasien.
dinilai
“layak”
12
Anest.
Obstetrik
2
2
3
1. Mampu
melakukan
-‐
Pre
&
post
test
-‐ Post
test
>70
prosedur
anestesia
umum
-‐
Buku
log
-‐ Melakukan
20
maupun
regional
untuk
-‐
Case-‐based
kasus
obstetrik,
bedah
Sesar
pada
berbagai
discussion
(CBD)
dengan
kehamilan
dengan
-‐
Portfolio
anestesia
patologi.
umum
atau
2. Mampu
menjelaskan
regional.
prosedur
tatalaksana
-‐ Nilai
CBD
“baik”
emboli
air
ketuban
dalam
-‐ Portfolio
kondisi
tersimulasi.
minimal
3
45
kasus
obstetrik
TS
:
3
berpenyulit.
13
Ked.
Perioperatif
2
3
Mampu
menentukan
-‐ Pre
&
post
test
-‐ Post
test
>70
kelayakan
pasien
untuk
-‐ Buku
log
-‐ Melakukan
pembedahan
terencana
dan
pelayanan
di
rencana
perawatan
Klinik
pascabedahnya.
Perioperatif
sebanyak
50
kasus
pada
TS
:
3
akhir
semester.
14
3
3
Mampu
melakukan
-‐ Pre
&
post
test
-‐ Post
test
>70
Traumatologi
tatalaksana
-‐ Buku
log
-‐ Melakukan
kegawatdaruratan
trauma
dg.
tatalaksana
prosedur
yang
benar.
kegawatdarurat
an
trauma
sebanyak
20
kasus
pada
akhir
semester.
TS
:
3
15
Anestesia
Bd.
Urologi
2
3
Mampu
melakukan
anestesia
-‐ Pre
&
post
test
-‐ Post
test
>70
utk.
berbagai
prosedur
-‐ Buku
log
-‐ Melakukan
urologi
dg.
berbagai
posisi,
-‐ CBD
kasus
urologi
serta
mencegah
dan
sebanyak
50
menatalaksana
kasus
pada
komplikasinya.
akhir
semester.
TS
:
3
-‐ Nilai
CBD
“baik”
16
Post
Anesthesia
Care
2
3
Mampu
menentukan
pasien
-‐ Pre
&
post
test
-‐ Post
test
>70
(PACU)
untuk
PACU,
melakukan
-‐ Buku
log
-‐ Melakukan
pemantauan
yang
esensial
-‐ CBD
tatalaksana
di
sesuai
kondisi
&
jenis
-‐ Portfolio
PACU
sebanyak
pembedahan,
serta
50
kasus
pada
melakukan
tindakan
yang
akhir
semester.
sesuai
dengan
kondisinya.
-‐ Nilai
CBD
“baik”
-‐ Portfolio
3
kasus
PACU
TS
:
3
berbeda.
17
Anes.
Bd.
Plastik
&
2
3
Mampu
melakukan
prosedur
-‐ Pre
&
post
test
-‐ Post
test
>70
Rekonstruksi
anestesia
&
perioperatif
pada
-‐ Buku
log
-‐ Melakukan
30
berbagai
bedah
plastik/
-‐ CBD
kasus
plastik
rekonstruksi
-‐ Portfolio
/rekonstruksi
pada
akhir
semester.
-‐ Nilai
CBD
“baik”
-‐ Portfolio
3
kasus
(luka
bakar,
kosmetik,
TS
:
3
rekonstruksi)
18
2
3
Tersusunnya
satu
makalah
Penilaian
untuk
Praproposal
Seminar
Proposal
praproposal
yang
kesesuaian
judul,
diterima.
Penelitian
dipresentasikan.
latar
belakang,
pertanyaan
penelitian,
hipotesis
19
Anestesia
Pediatrik
1
2
4
Mampu
melakukan
-‐ Pre
&
post
test
-‐ Post
test
>70
manajemen
perioperatif
pada
-‐ Buku
log
-‐ Melakukan
anak,
mengenali
risiko
-‐ CBD
anestesia
penyulit
anestesia
pediatrik
50
dihubungkan
dengan
kasus
pada
perbedaan
usia
anak
dan
akhir
semester.
46
penyakit
penyerta,
serta
-‐ Nilai
CBD
“baik”
mampu
memutuskan
TS
:
2
perawatan
ICU
pascabedah.
20
2
4
Mampu
melakukan
-‐ Buku
log
-‐ Melakukan
Anestesia
Pediatrik
2
manajemen
anestesia
pada
-‐ Portfolio
anestesia
pasien
anak
berisiko
tinggi,
-‐ Ujian
anestesia
pediatrik
mampu
melakukan
pediatrik
berpenyulit
30
manajemen
anestesia
di
luar
kasus
kamar
bedah
pada
pasien
(termasuk
10
anak
serta
mampu
kasus
melakukan
manajemen
nyeri
neonatus)
pada
yang
tepat
bagi
anak.
akhir
semester.
-‐ Portfolio
3
kasus
dinilai
layak.
-‐ Lulus
ujian
anestesia
pediatrik.
TS
:
3
21
Anestesia
Bd.Darurat
4
4
Mampu
melakukan
prosedur
-‐ Buku
log
-‐ Melakukan
100
anestesia
pada
kondisi
tak
-‐ Ujian
MCQ
kasus
bedah
terencana
dengan
pasien
darurat
pada
yang
tidak
dipersiapkan
serta
akhir
semester.
dalam
keterbatasan
waktu
-‐ Nilai
MCQ
>70.
TS
:
3
untuk
persiapan.
22
Anestesia
Bdh.
THT
2
2
4
Mampu
melakukan
-‐ Pre
&
post
test
-‐ Post
test
>70
tatalaksana
anestesia
pd
-‐ Buku
log
-‐ Melakukan
kasus
kegawatan
THT
dan
-‐ CBD
anestesia
THT
prosedur
yang
complicated.
berpenyulit
20
kasus
pada
akhir
semester.
TS
:
3
-‐ Nilai
CBD
“baik”
23
2
4
Mampu
melakukan
anestesia
-‐ Pre
&
post
test
-‐ Post
test
>70
Anestesia
Regional
2
epidural
dengan
baik
dan
-‐ Buku
log
-‐ Melakukan
benar,
termasuk
pemantauan
-‐ CBD
anestesia
tercatat
dan
manajemen
epidural
30
komplikasinya.
kasus
pada
akhir
semester.
-‐ Nilai
CBD
“baik”
TS
:
3
24
3
4
Mampu
melakukan
-‐ Pre
&
post
test
-‐ Post
test
>70
ICU
2
pengelolaan
dasar
pasien
-‐ CBD
-‐ Nilai
CBD
“baik”
kritis
di
ICU,
termasuk
-‐ Portfolio
-‐ Minimal
5
tindakan
invasif
yang
sering
portfolio
dilakukan.
dengan
kasus
berbeda
dan
dinilai
“layak”
TS
:
3
25
Karya
Tulis
2
(TP2)
3
4
Mampu
membuat
satu
Penilaian
makalah
Nilai
final
>70
makalah
Tinjauan
Pustaka
2
&
penilaian
yang
dipresentasikan.
presentasi
26
Anestesia
Bedah
Invasif
2
5
Mampu
menilai
kelayakan,
-‐ Pre
&
post
test
-‐ Post
test
>70
Minimal
melakukan
manajemen
-‐ Buku
log
-‐ Melakukan
20
perioperatif
dan
-‐ Portfolio
kasus
merencanakan
perawatan
-‐ Minimal
5
pascabedah
pasien
yang
portfolio
menjalani
bedah
invasif
dengan
kasus
minimal.
berbeda
dan
dinilai
“layak”
TS
:
4
-‐
47
27
Anestesia
Bd.
Saraf
1
2
5
Mampu
melakukan
-‐ Pre
&
post
test
-‐ Post
test
>70
tatalaksana
perioperatif
dan
-‐ CBD
-‐ Nilai
CBD
“baik”
prosedur
anestesia
untuk
bedah
saraf
terencana
sesuai
kondisi
pasien
dan
patofisiologi
intrakranialnya,
termasuk
merencanakan
TS
:
2
perawatan
pascabedah.
28
Anestesia
Bd.
Saraf
2
3
5
Mampu
melakukan
-‐ CBD
-‐
Nilai
CBD
tatalaksana
perioperatif
dan
-‐ Portfolio
“baik”
anestesia
untuk
bedah
saraf
-‐ Minimal
5
dalam
kondisi
mengancam
portfolio
nyawa
dan
tanpa
persiapan
dengan
kasus
memadai.
berbeda
dan
TS
:
3
dinilai
“layak”
29
4
5
1.
Mampu
melakukan
-‐ Pre
&
post
test
-‐ Post
test
>70
ICU
3
tatalaksana
lanjut
akut
pada
-‐ CBD
-‐ Nilai
CBD
“baik”
pasien
kritis,
termasuk
-‐ Portfolio
-‐ Minimal
8
korban
bencana
massal.
portfolio
2.
Mampu
melakukan
dengan
kasus
tatalaksana
pasien
kritis
berbeda
medis
maupun
surgical,
(termasuk
termasuk
menggunakan
withhold
/
terapi
antimikrobial
dg
withdraw)
dan
benar.
dinilai
“layak”
3. Mampu
menjelaskan
penggunaan
USG
utk
menunjang
tatalaksana
psn
kritis.
4.
Mampu
menjelaskan
kepada
keluarga
pasien
maupun
sejawat
lain
tentang
end
of
life
care.
TS
:
4
30
2
5
Mampu
melakukan
anestesia
-‐ Ujian
tulis
MCQ
-‐ MCQ
>70
Anestesia
Regional
3
regional
dengan
tingkat
-‐ Buku
log
-‐ Melakukan
10
kesulitan
tinggi,
baik
secara
-‐ CBD
blok
perifer
teknis
maupun
pasien
yang
-‐ Portfolio
-‐ Nilai
CBD
“baik”
dihadapi.
-‐ Minimal
3
portfolio
kasus
berbeda
dan
dinilai
“layak”
TS
:
2
31
Anestesia
Bedah
Rawat
2
5
Mampu
menentukan
-‐ Pre
&
post
test
-‐ Post
test
>70
Jalan
kelayakan
dan
melakukan
-‐ CBD
-‐ Nilai
CBD
“baik”
prosedur
anestesia
untuk
-‐ Portfolio
-‐ Minimal
3
bedah
rawat
jalan,
baik
pada
portfolio
kasus
pasien
dewasa
maupun
berbeda
dan
TS
:
4
pediatrik.
dinilai
“layak”
32
4
5
Mampu
membuat
laporan
Penilaian
makalah
Nilai
final
>70
Karya
Tulis
3
(LK)
kasus
dengan
format
&
presentasi
publikasi.
33
Anestesia
pd
Penyakit
3
6
Mampu
melakukan
anestesia
-‐ Pre
&
post
test
-‐ Post
test
>70
Khusus
pada
kasus-‐kasus
khusus
-‐ CBD
-‐ Nilai
CBD
“baik”
yang
cukup
banyak
terdapat
Portfolio
-‐ Minimal
3
pada
populasi,
dan
mampu
portfolio
melakukan
manajemen
transplantasi
perioperatif
utk.
organ
dan
pembedahan
khusus
yang
dinilai
“layak”
TS
:
2
complicated.
48
34
2
6
Mampu
melakukan
-‐ Pre
&
post
test
-‐ Post
test
>70
Anestesia
pd
Penyakit
manajemen
anesthesia
pada
-‐ CBD
-‐ Nilai
CBD
“baik”
Jarang
berbagai
kondisi
yang
tidak
-‐ Portfolio
-‐ Minimal
3
sering
dijumpai.
portfolio
dengan
kasus
berbeda
dan
dinilai
“layak”
TS
:
2
35
Anestesia
Kardiotorasik
2
6
1.
Mampu
melakukan
-‐ Pre
&
post
test
-‐ Post
test
>70
1
prosedur
anestesia
dan
-‐ CBD
-‐ Nilai
CBD
“baik”
tatalaksana
perioperatif
-‐ DOPS
-‐ Intubasi
DLT
pasien
untuk
bedah
toraks.
minimal
3
2.Mampu
mengantisipasi
&
kasus
mengatasi
komplikasi
akibat
pembedahan
toraks.
TS
:
2
36
Anestesia
Kardiotorasik
3
6
1.Mampu
melakukan
-‐ Pre
&
post
test
-‐ Post
test
>70
2
anestesia
bedah
-‐ CBD
-‐ Nilai
CBD
“baik”
nonkardiak
pada
pasien
dg
-‐ DOPS
-‐ Melakukan
berbagai
kelainan
jantung.
-‐ Portfolio
insersi
CVC
&
2.Mampu
melakukan
arterial
line
anestesia
pada
berbagai
dengan
tindakan
kardiologi
keberhasilan
intervensional.
>75%
3.Mampu
menjelaskan
aspek-‐ -‐ Minimal
4
aspek
dalam
bedah
portfolio
jantung,
termasuk
(CABG,
katup,
kaitannya
dg
penggunaan
TOF,
close
CPB.
heart
surgery
4.Mampu
menatalaksana
dan
intervensi)
pasien
kegawatan
dan
dinilai
kardiovaskular,
termasuk
“layak”
penggunaan
alat
bantu
TS
:
2
kardiak.
37
Anestesia
di
Luar
2
7
Mampu
melakukan
berbagai
-‐ Ujian
tulis
MCQ
-‐ MCQ
>70
Kamar
Bedah
prosedur
sedasi
&
anestesia
-‐ CBD
-‐ Nilai
CBD
“baik”
sesuai
kondisi
dan
keperluan
-‐ Portfolio
-‐ Minimal
3
prosedur
medis.
portfolio
dengan
kasus
berbeda
dan
TS
:
5
dinilai
“layak”
o
38
6
7
Menjadi
dokter
spesialis
-‐ Evaluasi
360
-‐ Nilai
evaluasi
o
Anestesia
anestesiologi
dengan
-‐ CBD
360
>75
Komprehensif
kemampuan
manajerial
dan
-‐ Portfolio
-‐ Portfolio
3
kemampuan
beradaptasi
kasus
di
daerah
dalam
berbagai
kondisi.
rural.
TS
:
5
39
Karya
Tulis
4
2
7
Tersusunnya
satu
makalah
-‐ Penilaian
Makalah
(Systematic
Review/
systematic
review/critical
penggunaan
tool
systematic
review
Critical
Appraisal)
appraisal
terhadap
jurnal
yg
yg
tepat
yang
baik.
telah
diterbitkan.
-‐ Penilaian
presentasi
dlm
bahasa
Inggris.
o
40
Komunikasi
&
2
8
Mampu
berperilaku
sebagai
-‐ Evaluasi
360
-‐ Nilai
evaluasi
Profesionalisme
2
health
provider
yang
-‐ Buku
log
baik
professional
dan
komunikatif,
-‐ Portfolio
-‐ Melakukan
5
baik
secara
vertikal
maupun
kegiatan
horizontal.
edukasi/
pembicara
ilmiah
-‐ Potfolio
3
bukti
sbg
pembicara
49
dlm
sesi
edukasi/
TS
:
5
instruktor
41
Penelitian
4
8
Mampu
melakukan
penelitian
-‐ Metodologi
Tesis
lengkap
yang
baik
dan
benar,
sesuai
-‐ Lolos
etik
yang
siap
diuji.
prinsip
Good
Clinical
Practice
-‐ Data
otentik
-‐ Analisis
statistik
yg
sesuai
42
Seminar
Hasil
3
8
Mampu
membuat
hasil
Penilaian
thd:
Tesis
lengkap
Penelitian
penelitian
dalam
bentuk
tesis
-‐ Isi
tesis
yang
siap
yang
baik,
sesuai
aturan
&
-‐ Presentasi
diunggah
/
format
UI.
-‐ Relevansi
latar
dipublikasikan.
belakang
hingga
simpulan
-‐ Hasil
penelitian
&
pembahasan
Tabel
13.
Kewenangan
peserta
Program
Pendidikan
Dokter
Spesialis
dan
tingkat
supervisi
NO
TAHAP
SEMESTER
MODUL
TARAF
WEWENANG
SUPERVISI
1
Pembekalan
1
Komunikasi
&
1
Anamnesis,
pemeriksaan
fisis,
Bantuan
Profesionalisme
Hidup
Dasar
2
Anestesiologi
Dasar
1
Manajemen
jalan
nafas
normal
Anestesia
Umum
2
RJP-‐Bantuan
Hidup
Lanjut
Anest.
Bd.
Ortopedi
2
Kunjungan
pra-‐anestesia
tanpa
assessment
Anes.
Obstetrik
1
2
Persiapan
alat
&
obat
anestesia
Anestesia
umum
pd
pasien
dewasa
ASA
1
Anes.
Regional
1
2
dan
2
Anestesia
subarakhnoid
pasien
dewasa
Anes.
Bd.
THT
1
2
ASA
1
dan
2
Anes.
Bd.
Oftalmologi
2
Pengelolaan
nyeri
akut
pascabedah
Pengelolaan
Nyeri
3
Karya
Tulis
1
(TP1)
2
Magang
3
ICU
1
(Junior)
2
Tatalaksana
Dasar
Pasien
Kritis
Ked.
Perioperatif
Pemantauan
Invasif
:
intra-‐arterial
&
vena
1
sentral
Pengambilan
informed
consent
terbatas
Anest.
Obstetrik
2
3
ASA
1-‐3
Anes.
Bd.
Plastik
&
Kunjungan
pra-‐anestesia
dengan
Rekonstruksi
3
assessment
terbatas
ASA
1-‐3
Traumatologi
3
Anestesia
Bedah
Anestesia
umum,
subarakhnoid
dan
Urologi
3
epidural
untuk
pasien
ASA
1-‐3
Post
Anesthesia
Care
(PACU)
3
Supervisi
Mahasiswa
S1
Seminar
Proposal
Penelitian
4
Anestesia
Pediatrik
1
2
Anestesia
Pediatrik
2
3
Anestesia
Bedah
Darurat
3
Anestesia
Bedah
THT
2
3
Anestesia
Regional
2
3
ICU
2
(intermediate)/
ICU
IGD
3
Karya
Tulis
2
(TP2)
3
Mandiri
5
ICU
3
(Senior)
4
Manajemen
pasien
kritis,
kecuali
pasien
bedah
jantung
50
Anestesia
Bedah
Invasif
4
Manajemen
Perioperatif
Pasien
ASA
1-‐4,
Minimal
kecuali
Pasien
Bedah
Jantung
Anestesia
Bedah
Saraf
1
2
Manajemen
perioperatif
pasien
ASA
1-‐4
Anestesia
pasien
ASA
1-‐4,
kecuali
bedah
Anestesia
Bedah
Saraf
2
3
jantung
Anestesia
Regional
3
2
Supervisi
peserta
PPDS
t.
pembekalan
Anestesia
Bedah
Rawat
Jalan
4
Blok
perifer
pasien
ASA
1-‐4
Karya
Tulis
3
(LK)
Anestesia
pd
Penyakit
6
Khusus
2
Anestesia
pd
Penyakit
2
Jarang
Anestesia
Kardiotorasik
1
2
Anestesia
Kardiotorasik
2
2
4
Paripurna
Anestesia
di
Luar
Kamar
Manajemen
perioperatif
dan
anestesia
7
Bedah
5
semua
pasien
kecuali
bedah
jantung.
Anestesia
Komprehensif
5
Supervisi
peserta
PPDS
tahap
magang.
Karya
Tulis
4
(Critical
Appraisal)
Komunikasi
&
8
Profesionalisme
2
5
Penelitian
Seminar
Hasil
Penelitian
7.2
EVALUASI
PROGRAM
DAN
EVALUASI
KURIKULUM
Evaluasi
program
secara
umum
dilakukan
minimal
sekali
dalam
setahun
dalam
rapat
kerja
departemen.
Untuk
evaluasi
rutin
tiap
semester,
Universitas
Indonesia
telah
memiliki
sistem
evaluasi
semester
(EVISEM)
yang
terpadu
dalam
komputer
UI.
Evaluasi
khusus
(kepuasan
peserta
didik
dan
staf
pengajar,
evaluasi
hasil
pembelajaran
dan
penelusuran
lulusan)
dilakukan
terpisah
sekali
dalam
setahun.
Tabel
13.
Evaluasi
program
dan
evaluasi
kurikulum
Evaluasi
sumatif
Sumber
data
Metode
Indikator
keberhasilan
Rencana
tindak
lanjut
program
pengumpulan
data
perbaikan
a.
Kepuasan
Data
Prodi
ttg
Random,
kuesioner
>75%
peserta
puas
Raker
departemen
peserta
didik
peserta
didik
b.
Kepuasan
staf
Data
Dept.
Anest.
Kuesioner
>80%
staf
puas
Raker
departemen
pengajar
c.
Evaluasi
hasil
Data
lulusan
Prodi
Pencatatan
&
-‐ IPK
>
3
Rapat
pendidikan
pembelajaran
kalkulasi
langsung
-‐ Lulus
tepat
departemen
waktu
d.
Penelusuran
Data
Prodi
Kuesioner,
>75%
pengguna
jasa
Rapat
pendidikan
lulusan
(tracer
memanfaatkan
IT.
alumni
puas
departemen
study)
7.3
Evaluasi
Kurikulum
51
Kurikulum
dievaluasi
tiap
tahun
dalam
Raker
tahunan
Dept.
Anestesiologi.
Revisi
kurikulum
(bilamana
ada)
akan
dipresentasikan
dalam
rapat
pendidikan
departemen
untuk
disetujui
sebelum
secara
resmi
diajukan
kepada
Dekan
FKUI
sebelum
tanggal
30
Maret
setiap
tahunnya.
BAB
8
KARAKTERISTIK
PESERTA
DIDIK
8.1
PERSYARATAN
PESERTA
PPDS
ANESTESIOLOGI
DAN
TERAPI
INTENSIF
FKUI
Sebelum
dapat
menjadi
peserta
didik,
seorang
dokter
harus
melalui
prosedur
pendaftaran
di
tingkat
universitas
(secara
online),
di
tingkat
fakultas
(Sekretariat
Bersama)
dan
di
tingkat
Program
Studi.
Persyaratan
masuk
di
Sekretariat
Bersama:
1. Foto
kopi
ijazah
Dokter
yang
dilegalisasi
oleh
Dekan
2. Formulir
lamaran
3. Transkrip
akademik
Profesi
Dokter
4. Formulir
Riwayat
Hidup
5. Surat
rekomendasi
IDI
setempat
6. Surat
keterangan
sehat
dari
Rumah
Sakit
Pemerintah
7. Pasfoto
ukuran
4x6
sebanyak
empat
lembar
Persyaratan
masuk
di
Fakultas
Kedokteran
Universitas
Indonesia:
1. Kelengkapan
berkas
lamaran
2. Nilai
TOEFL
500
(TOEFL
Internasional/TOEFL
Institusional
yang
diakui
FKUI,
misalnya
PPB
UI
atau
Lembaga
Kedutaan
Asing)
3. Tidak
boleh
melamar
lebih
dari
2
kali
di
Program
Studi
yang
sama
4. Usia:
-‐
<
36
tahun,
Calon
Peserta
Umum
-‐ ≤
40
tahun,
bagi
Calon
Peserta
Khusus:
TNI,
Polri,
Staf
Institusi
Pendidikan,
Pemerintah
Daerah,
BUMN,
Rumah
Sakit
Swasta
dan
Perorangan/Perluasan
52
Anestesiologi
dan
Terapi
Intensif
FKUI
yang
ditunjuk
sebagai
anggota
“Tim
Seleksi
Calon
Peserta
PPDS
Anestesiologi
dan
Terapi
Intensif”.
Seleksi
dilakukan
dengan
sistem
skoring
yang
terdiri
atas
10
kriteria
:
1. Umur
calon
peserta
2. Asal
lulusan
3. Status
kepegawaian
4. IPK
5. Nilai
akademik
anestesiologi
6. Pelatihan-‐pelatihan
terkait
7. Pengalaman
tugas/
PTT
8. Ujian
tulis
9. Tes
psikologi
dan
MMPI
10.Wawancara
Ujian
tulis
dimaksudkan
untuk
menilai
pengetahuan
kedokteran
secara
umum
dan
bidang
anestesiologi
secara
khusus.
Potensi
akademik
diketahui
dengan
melihat
nilai
IPK
(Indeks
Prestasi
Kumulatif)
dan
nilai
anestesiologi.
Tes
psikologi
dan
MMPI
:
untuk
menilai
potensi
psikopatologik,
menilai
kepribadian
yang
sesuai
bagi
calon
anestesiologis
dan
potensi
kemampuan
dalam
menjalani
pendidikan.
Hasil
tes
ini
merupakan
penentu
untuk
melanjutkan
tahap
seleksi
terakhir,
yaitu
wawancara.
Wawancara
merupakan
ujian
seleksi
terakhir.
Wawancara
dilakukan
untuk
menilai:
-‐ Penampilan/
perilaku
profesional
calon
peserta
-‐ Kemampuan
berkomunikasi/diskusi
potensi
akademik
-‐ Motivasi,
pandangan
dan
sikap
terhadap
anestesiologi
-‐ Kemauan
dan
pengalaman
pendidikan
-‐ Kemauan
dan
pengalaman
penelitian
-‐ Kemauan
mengembangkan
ilmunya
-‐ Keadaan/kesiapan
ekonomi
yang
menunjang
keluarga
Penentuan
penerimaan
dan
jumlah
peserta
didik
dilakukan
melalui
rapat
tim
seleksi
sesuai
urutan
(rank)
nilai
calon
peserta
didik.
Hasil
seleksi
akademik
dilaporkan
kepada
Dekan
Fakultas
Kedokteran
Universitas
Indonesia
dan
selanjutnya
akan
diteruskan
ke
Universitas
Indonesia.
8.3
PENGHENTIAN
PENDIDIKAN
Pendidikan
peserta
PPDS
Anestesiologi
dihentikan
apabila:
1. Peserta
didik
dinyatakan
lulus
dari
program
pendidikan.
2. Peserta
didik
mengundurkan
diri
disertai
surat
resmi
pengunduran
diri
kepada
Dekan
FKUI.
3. Peserta
didik
tidak
memenuhi
kriteria
penilaian
dan
persyaratan
kelulusan
dalam
masa
studi
yang
telah
ditetapkan,
sesuai
Ketetapan
Majelis
Wali
Amanat
Universitas
Indonesia
No:
003/TAP/MWA-‐UI/2005
Bab
VII
pasal
9
dan
SK
Rektor
Universitas
Indonesia
No:
478/SK/R/UI/2004
pasal
7,
pasal
9,
pasal
10,
pasal
12
dan
pasal
17.
53
4. Peserta
didik
melakukan
pelanggaran
tata
tertib
kehidupan
kampus,
sesuai
SK
Rektor
Universitas
Indonesia
No:
478/SK/R/UI/2004
pasal
20,
Ketetapan
Majelis
Wali
Amanat
UI
No:
008/SK/MWA-‐UI/2004
dan
keputusan
Dekan
FKUI
No:
862/SK/D/FKUI/2009.
5. Peserta
pendidikan
melakukan
pelanggaran
berat
sesuai
peraturan
tertulis
yang
ditetapkan
Program
Studi
Anestesiologi.
8.4
HAK
DAN
KEWAJIBAN
PESERTA
DIDIK
8.4.1
Hak
Peserta
Didik
Setiap
peserta
PPDS
(selanjutnya
disebut
Residen)
mempunyai
hak
sbb:
1. Mendapat
penjelasan
tentang
sistem
pendidikan,
kurikulum
dan
peta
kurikulum
pendidikan.
2. Mendapat
penjelasan
tentang
peraturan
yang
berlaku
di
tingkat
universitas,
fakultas
dan
departemen.
3. Mendapat
penjelasan
tentang
tata
tertib
kegiatan,
prosedur
dan
hirarki
kerja.
4. Mendapat
buku
panduan
pendidikan,
buku
rancangan
pengajaran
dan
buku
log.
3. Mematuhi
peraturan
yang
berlaku
di
Departemen
Anestesiologi
FKUI/
RSCM
bagi
peserta
PPDS.
4. Mematuhi
peraturan
dan
hukum
yang
berlaku
di
Republik
Indonesia.
54
5. Bersikap
profesional
dan
menjunjung
tinggi
kehormatan
profesi
serta
mengetengahkan
konsep
humaniora
dalam
kehidupan
profesional
sehari-‐hari.
(Hak
dan
kewajiban
Residen
ini
dapat
berubah
sesuai
kebutuhan
dan
perkembangan).
8.4.3
Hak
dan
Kewajiban
Residen
Tahap
Pembekalan
Hak
1. Mendapat
penjelasan
tentang
sistem
pendidikan,
kurikulum
dan
peta
kurikulum
pendidikan.
2. Mendapat
penjelasan
tentang
peraturan
yang
berlaku
di
tingkat
universitas,
fakultas
dan
departemen.
3. Mendapat penjelasan tentang tata tertib kegiatan, prosedur dan hirarki kerja.
4. Mendapat buku panduan pendidikan, buku program pendidikan, buku log dan buku kumpetensi.
6. Mendapat salinan SK Rektor UI tentang tatacara penulisan makalah ilmiah.
7. Mendapat
hak
izin
tidak
masuk
dalam
keadaan
mendesak
(sakit
atau
musibah),
namun
jumlah
kehadiran
tidak
kurang
dari
75%.
9. Mendapat perlindungan hukum jika terjadi tuntutan medikolegal selama menjalani pendidikan.
11. Menggunakan semua fasilitas umum di Departemen Anestesiologi dan Terapi Intensif.
12. Memanfaatkan
secara
cuma-‐cuma
fasilitas
perpustakaan
Departemen
Anestesiologi,
baik
berupa
buku
maupun
teknologi
informasi.
Kewajiban
1. Hadir
tiap
hari
kerja
dan
mengikuti
kegiatan
“parade
pagi”
setiap
pukul
07.00
pagi.
55
11. Melakukan
kunjungan
pra-‐anestesia
dan
bersama
senior
melaporkan
hasil
kunjungan
kepada
konsulen.
12. Melakukan
tindakan-‐tindakan
medis
yang
diharuskan
sesuai
tahap
kompetensinya,
terutama
intubasi
endotrakeal
dan
blok
subarakhnoid,
dengan
jumlah
sesuai
keharusan.
13. Mengisi buku log dan disahkan supervisor setiap kali melakukan tindakan.
14. Ujian kenaikan tahap : anestesia umum (pasien ASA I-‐II) dan anestesia subarakhnoid.
Kewajiban
1. Hadir
tiap
hari
kerja
dan
mengikuti
kegiatan
“parade
pagi”
setiap
pukul
07.00
pagi.
2. Melakukan
rotasi
(stase)
sesuai
yang
dijadwalkan,
termasuk
stase
di
luar
RSCM.
56
2. Mendapat
hak
izin
tidak
masuk
dalam
keadaan
mendesak
(sakit
atau
musibah),
namun
jumlah
kehadiran
tidak
kurang
dari
75%.
3. Menyampaikan
pendapat,
permasalahan
atau
himbauan
kepada
staf
pengajar
Departemen
Anestesiologi
dan
Terapi
Intensif,
dengan
cara
yang
baik
dan
bermartabat.
4. Mendapat
perlindungan
hukum
jika
terjadi
tuntutan
medikolegal
selama
menjalani
pendidikan.
5. Mendapat
Surat
Izin
Praktik
sementara
selama
pendidikan.
6. Menggunakan
semua
fasilitas
umum
di
Departemen
Anestesiologi
dan
Terapi
Intensif.
5. Menggunakan
semua
fasilitas
umum
di
Departemen
Anestesiologi
dan
Terapi
Intensif.
6. Memanfaatkan
secara
cuma-‐cuma
fasilitas
perpustakaan
Departemen
Anestesiologi,
baik
berupa
buku
maupun
teknologi
informasi.
57
7. Mendapatkan
akomodasi,
konsumsi,
uang
jasa
dan
transportasi
jika
menjalani
stase
di
daerah
(luar
P.
Jawa)
Kewajiban
1. Hadir
tiap
hari
kerja,
mengikuti
dan
memimpin
kegiatan
“parade
pagi”
setiap
pukul
07.00
pagi
hingga
selesai.
2. Mengetahui
seluruh
masalah
pasien
yang
dihadapi
PPDS.
3. Bertanggungjawab
dan
mengkoordinasikan
tugas-‐tugas
pelayanan
dan
pendidikan
di
antara
Residen.
4. Mengatur
alokasi
tenaga
untuk
stase
dengan
berkoordinasi
dengan
Sekretariat
Pendidikan
Departemen
Anestesiologi.
5. Mendampingi
semua
prosedur
induksi
anesthesia
oleh
Residen
yang
lebih
junior.
6. Menjadi
penghubung
antara
staf
pengajar
dan
seluruh
Residen
mengenai
kebijakan
baru
yang
diberlakukan.
Hak
1. Mendapat
hak
izin
tidak
masuk
dalam
keadaan
mendesak
(sakit
atau
musibah),
namun
jumlah
kehadiran
tidak
kurang
dari
75%.
2. Menyampaikan
pendapat,
permasalahan
atau
himbauan
kepada
staf
pengajar
Departemen
Anestesiologi
dan
Terapi
Intensif,
dengan
cara
yang
baik
dan
bermartabat.
3. Mendapat
perlindungan
hukum
jika
terjadi
tuntutan
medikolegal
selama
menjalani
pendidikan.
4. Mendapat
Surat
Izin
Praktik
sementara
selama
pendidikan.
5. Menggunakan
semua
fasilitas
umum
di
Departemen
Anestesiologi
dan
Terapi
Intensif.
58
Kewajiban
13. Hadir
tiap
hari
kerja,
mengikuti
dan
memimpin
kegiatan
“parade
pagi”
setiap
pukul
07.00
pagi
hingga
selesai.
14. Mengetahui
seluruh
masalah
pasien
yang
dihadapi
PPDS.
23. Melakukan
penelitian
akhir
dan
mempresentasikan
hasilnya
dalam
ujian
tesis.
24. Menjalani
ujian
akhir
komprehensif,
lokal
dan
nasional.
59
60