Anda di halaman 1dari 53

KEMENTRIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERISTAS BRAWIJAYA
FAKUTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK MESIN
MALANG

Tugas Material Teknik Unsur Non Logam

MAKALAH POLIMER

Dosen Pembimbing :
Putu Hadi Setyarini, ST., MT.

Disusun Oleh :
Muh Yuniar Ilham Sulthoni (175060207111006)

Semester Antara
Tahun Ajaran 2018/2019
POLIMER

Polimer merupakan suatu golongan kimia penting dalam kehidupan kita sehari-hari maupun dalam
industry. Polimer meliputi plastik, karet, serat, dan nilon. Beberapa senyawa penting dalam tubuh makhluk
hidup, yaitu karbohidrat (polisakarida), protein, dan asam nukleat juga merupakan polimer. Kita akan
melihat bahwa polimer adalah suatu makro molekul yang terbentuk dari molekul-molekul sederhana yang
kita sebut sebagai monomer.
Proses pembentukan polimer dari monomernya kita sebut sebagai polimerisasi. Dalam makalah ini
akan dibahas tentang reaksi pembantukan polimer, penggolongan polimer, serta kegunaan dan dampak
polimer.
Seringkali kita mendengarnya, namun mungkin belum tahu apa yang dimaksud secara mendetail.
Kadang bayangan kita, polimer identik dengan plastik. Lebih jauh ingin tahu tentang polimer. Baca ulasan
singkat berikut.
Polimer berasal dari bahasa Yunani, yaitu poly yang berarti “many” (banyak) dan meros yang
berarti “part” (bagian). Dari sini dapat kita katakan bahwa
polimer adalah susunan dari bagian-bagian yang banyak.

Secara lengkapnya, Polimer ialah


rangkaian atom yang panjang dan berulang-
ulang dan dihasilkan dari sambungan
beberapa molekul lain yang dinamakan monomer.
Monomer- monomer ini mungkin serupa, atau
mungkin juga mempunyai satu atau lebih kumpulan kimia
yang diganti.
Polimer kadang disebut pula
dengan plastik. Namun plastik sebenarnya hanya
sebagian saja dari polimer karena polimer begitu banyak
ragamnya. Di antara polimer ada yang alami dan adapula yang sintetik. Contoh bahan-bahan yang berasal
dari polimer adalah sebagai berikut:
1. PVC (Polyvinyl chloride).
Plastik PVC bersifat termoplastik dengan daya
tahan kuat. Plastik ini juga bersifat tahan serta kedap
terhadap minyak dan bahan organik. Ada dua tipe plastik
PVC yaitu bentuk kaku dan bentuk fleksibel. Plastik bentuk
kaku digunakan untuk membuat konstruksi bangunan,
mainan anak-anak, pipa PVC (paralon), meja, lemari,
piringan hitam, dan beberapa komponen mobil. Adapun
plastik bentuk fleksibel, jenis ini digunakan untuk membuat selang plastik dan isolasi listrik.
Dalam hal penggunaannya, plastic PVC menempati urutan ketiga dan sekitar 68 % digunakan untuk
konstruksi bangunan (pipa saluran air).

2. Polyethylen
Polyetilen adalah bahan termoplastik yang kuat dan dapat
dibuat dari yang lunak sampai yang kaku. Ada dua jenis polyetilen
yaitu polietilen densitas rendah (low-density polyethylene / LDPE)
dan polyetilen densitas tinggi (high-density polyethylene / HDPE).
Polyetilen densitas rendah relatif lemas dan kuat, digunakan antara
lain untuk pembuatan kantong kemas, tas, botol, industri bangunan,
dan lain-lain.
Polyetilen densitas tinggi sifatnya lebih keras, kurang
transparan dan tahan panas sampai suhu 1000C. Campuran polietilen
densitas rendah dan polyetilen densitas tinggi dapat digunakan
sebagai bahan pengganti karat, mainan anak-anak, dan lain-lain.

3. PTFE (Polytetrafluoroethylene)
Teflon merupakan lapisan tipis yang sangat tahan
panas dan tahan terhadap bahan kimia. Teflon digunakan
untuk pelapis wajan (panic anti lengket), pelapis tangki di
pabrik kimia, pipa anti patah, dan kabel listrik.
4. Rubber (karet)
Dengan semakin meningkatnya kebutuhan akan ban mobil
dan motor, ahli-ahli kimia organik telah mengembangkan
pembuatan karet sintetis untuk mempercepat perolehan kebutuhan
tersebut.
Karet-karet sintetis tersebut dibuat dengan menggunakan bahan
dasar monomer, seperti butadiene dan stirena dengan cara
kopolimerisasi.

Reaksi Pembentukan Polimer


Polimerisasi merupakan suatu reaksi pembentukan polimer dari monomernya. Dua jenis utama
dari reaksi polimerisasi adalah polimerisasi adisi dan polimerisasi kondensasi. Jenis reaksi yang
monomernya mengalami perubahan reaksi tergantung pada strukturnya. Suatu polimer adisi memiliki atom
yang sama seperti monomer dalam unit ulangnya, sedangkan polimer kondensasi mengandung atom-atom
yang lebih sedikit karena terbentuknya produk sampingan selama berlangsungnya proses polimerisasi.

1. Polimer Adisi
Polimerisasi adisi adalah perkaitan langsung antar monomer berdasarkan reaksi adisi. Polimerisasi
adisi terjadi pada monomer yang mempunyai ikatan rangkap dua. Polimerisasi dapat berlangsung dengan
bantuan katalisator.
Perhatikan Gambar 1 yang menunjukkan bahwa monomer etilena mengandung ikatan rangkap dua,
sedangkan di dalam polietilena tidak terdapat ikatan rangkap dua.
Gambar 1. Monomer etilena mengalami reaksi adisi membentuk polietilena yang digunakan sebagai tas
plastik, pembungkus makanan, dan botol. Pasangan elektron ekstra dari ikatan rangkap dua pada
tiap monomer etilena digunakan untuk membentuk suatu ikatan baru menjadi monomer yang lain.
Menurut jenis reaksi adisi ini, monomer-monomer yang mengandung ikatan rangkap dua saling
bergabung, satu monomer masuk ke monomer yang lain, membentuk rantai panjang. Produk yang
dihasilkan dari reaksi polimerisasi adisi mengandung semua atom dari monomer awal. Berdasarkan Gambar
1, yang dimaksud polimerisasi adisi adalah polimer yang terbentuk dari reaksi polimerisasi disertai dengan
pemutusan ikatan rangkap diikuti oleh adisi dari monomer-monomernya yang membentuk ikatan tunggal.
Dalam reaksi ini tidak disertai terbentuknya molekul-molekul kecil seperti H2O atau NH3.
Contoh lain dari polimer adisi diilustrasikan pada Gambar 2. Suatu film plastik yang tipis terbuat
dari monomer etilen dan permen karet dapat dibentuk dari monomer vinil asetat.

Gambar 2. Polietilen dan polivinil asetat adalah contoh polimer yang dibuat melalui polimerisasi adisi.
Dalam reaksi polimerisasi adisi, umumnya melibatkan reaksi rantai. Mekanisme polimerisasiadisi
dapat dibagi menjadi tiga tahap yaitu:

Sebagai contoh mekanisme polimerisasi adisi dari pembentukan polietilena:


a) Inisiasi, untuk tahap pertama ini dimulai dari penguraian inisiator dan adisi molekul monomer pada
salah satu radikal bebas yang terbentuk. Bila kita nyatakan radikal bebas yang terbentuk dari inisiator
sebagai R’, dan molekul monomer dinyatakan dengan CH2 = CH2, maka tahap inisiasi dapat
digambarkan sebagai berikut:

b) Propagasi, dalam tahap ini terjadi reaksi adisi molekul monomer pada radikal monomer yang terbentuk
dalam tahap inisiasi.

Bila proses dilanjutkan, akan terbentuk molekul polimer yang besar, dimana ikatan rangkap C = C
dalam monomer etilena akan berubah menjadi ikatan tunggal C – C pada polimer polietilena
c) Terminasi, dapat terjadi melalui reaksi antara radikal polimer yang sedang tumbuh dengan radikal
mula-mula yang terbentuk dari inisiator (R’) CH2 – CH2 + R � CH2 – CH2- R atau antara radikal
polimer yang sedang tumbuh dengan radikal polimer lainnya,
sehingga akan membentuk polimer dengan berat molekul tinggi R-(CH2)n-CH2° + °CH2-(CH2)n-
R’�R(CH2)n-CH2CH2-(CH2)n-R’. Beberapa contoh polimer yang terbentuk dari polimerisasi adisi
dan reaksinya antara lain.

 Polivinil kloridan
CH2 = CHCl→ [ - CH2 - CHCl - CH2 - CHCl - ]n Vinil klorida polivinil klorida
 Poliakrilonitriln
CH2 = CHCN→[ - CH2 - CHCN - ]n
 Polistirena

2. Polimer Kondensasi
Polimer kondensasi terjadi dari reaksi antara gugus fungsi pada monomer yang sama atau
monomer yang berbeda.
Dalam polimerisasi
kondensasi kadang-kadang
disertai dengan terbentuknya
molekul kecil seperti H2O,
NH3, atau HCl. Di dalam jenis reaksi polimerisasi yang kedua ini, monomer-monomer bereaksi secara adisi
untuk membentuk rantai. Namun demikian, setiap ikatan baru yang dibentuk akan bersamaan dengan
dihasilkannya suatu molekul kecil – biasanya air – dari atom-atom monomer. Pada reaksi semacam ini, tiap
monomer harus mempunyai dua gugus fungsional sehingga dapat menambahkan pada tiap ujung ke unit
lainnya dari rantai tersebut. Jenis reaksi polimerisasi ini disebut reaksi kondensasi. Dalam polimerisasi
kondensasi, suatu atom hidrogen dari satu ujung monomer bergabung dengan gugus -OH dari ujung
monomer yang lainnya untuk membentuk air. Reaksi kondensasi yang digunakan untuk membuat satu jenis
nilon ditunjukkan pada Gambar 3 dan Gambar 4.
Gambar 3. Kondensasi terhadap dua monomer yang berbeda yaitu 1,6 – diaminoheksana dan
asam adipat yang umum digunakan untuk membuat jenis nylon. Nylon diberi nama menurut jumlah atom
karbon pada setiap unit monomer. Dalam gambar ini, ada enam atom karbon di setiap monomer, maka
jenis nylon ini disebut nylon 66.

Gambar 4. Pembuatan Nylon 66 yang sangat mudah di laboratorium.


Contoh lain dari reaksi polimerisasi kondensasi adalah bakelit yang bersifat keras, dandracon, yang
digunakan sebagai serat pakaian dan karpet, pendukung pada tape – audio dan tape – video, dan kantong
plastik. Monomer yang dapat mengalami reaksi polimerisasi secara kondensasi adalah monomer-monomer
yang mempunyai gugus fungsi, seperti gugus -OH; -COOH; dan NH3.
Struktur Sifat Polimer
Perulangan unit polimer dipengaruhi oleh sifat polimer.
Sifat-sifat polimer tersebut antara lain:
1. Pertumbuhan rantai polimer bersifat acak. Pengaruh penyusunan molekul polimer mengakibatkan sifat
struktur yang berbeda, dikarenakan massa atom relatif polimer merupakan nilai rata-rata dari monomer-
monomer penyusunnya, sehingga mengakibatkan pertumbuhan rantai menjadi acak.
2. Dalam satu bahan polimer dimungkinkan terdapat 2 daerah yaitu:
- Daerah teratur
- Daerah tidak teratur
Kalau rantai teratur disebut: kristal. Kalau rantai tidak teratur disebut: amorf. Salah satu cara untuk
mengetahui kristal dan amorf yaitu (secara visual): kristal: keras dan amorf tak keras
3. Rantai polimer yang keras dapat saling mendekati dengan jarak yang lebih pendek dibandingkan dengan
rantai polimer yang bercabang.
4. Polimer dengan kesatuan yang teratur dengan gaya antaraksi yang tinggi akan memiliki kekristalan dan
gaya tegang.

Berdasarkan strukturnya polimer dibedakan atas :


1. Polimer linear
Polimer linear terdiri dari rantai panjang atom-atom kerangka yang dapat mengikat gugus substituen.
Polimer ini biasanya dapat larut dalam beberapa pelarut, dan dalam keadaan padat pada temperatur normal.
Polimer ini terdapat sebagai elastomer, bahan yang fleksibel (lentur) atau termoplastik seperti gelas).
Rantai utama linear

Contoh : Polietilena, polivinil klorida (PVC), polimetil metakrilat (PMMA), Lucite, Plexiglas, atau
perspex), poliakrilonitril (orlon atau creslan) dan nylon 66.

2. Polimer bercabang
Polimer bercabang dapat divisualisasi sebagai polimer linear dengan percabangan pada struktur dasar yang
sama sebagai rantai utama. Rantai utama (terdiri dari atom-atom kerangka)

3. Polimer jaringan tiga dimensi (three-dimension network)


Polimer jaringan tiga dimensi adalah polimer dengan ikatan kimianya terdapat antara rantai. Bahan ini
biasanya di-swell (digembungkan) oleh pelarut tetapi tidak sampai larut. Ketidaklarutan ini dapat digunakan
sebagai kriteria dari struktur jaringan. Makin besar persen sambung-silang (cross-links) makin kecil jumlah
penggembungannya (swelling). Jika derajat sambung-silang cukup tinggi, polimer dapat menjadi kaku, titik
leleh tinggi, padat yang tak dapat digembungkan, misalnya intan (diamond).

Gambar :Polimer jaringan tiga dimensi


Sifat Polimer
Sifat polimer terhadap panas ada yang menjadi lunak jika dipanaskan dan keras jika didinginkan,
polimer seperti ini disebut termoplastik. Contohnya: plastik yang digunakan untuk kantong dan botol
plastik. Sedangkan polimer yang menjadi keras jika dipanaskan disebut termosetting, contohnya melamin.
Polimer alam akan mempunyai kelenturan yang berbeda dengan polimer sintetis. Umumnya
polimer alam agak sukar untuk dicetak sesuai keinginan, sedangkan polimer sintetis lebih mudah dicetak
untuk menghasilkan bentuk tertentu.
Polimer alam seperti wol, sutra, atau selulosa tidak tahan terhadap mikroorganisme atau ulat
(rayap). Sedangkan polimer sintetis lebih tahan terhadap mikroorganisme atau ulat. Sifat polimer yang lain
bergantung pada pemakaiannnya untuk kemasan atau alat-alat industri. Untuk tujuan pengemasan harus
memperhatikan:
Toksisitasnya
Daya tahan terhadap air, minyak atau panas
Daya tembus udara (oksigen)
Kelenturan
Transparansi

Konsep Stress dan Strain


Sifat mekanik polimer ditandai dengan menggunakan parameter yang sama dengan logam, yaitu
modulus elastisitas yield dan tensile strength. Kebanyakan material polimer diuji dengan tes sederhana
untuk mengetahui karakteristik stress-strain untuk beberapa parameter yang sama. Sifat mekanik polimer
sebagian besar memiliki sensitivitas yang tinggi terhadap deformasi (laju strain), suhu, dan sifat alami
lingkungan (kesediaan unsur air oksigen dan pelarut organik). Beberapa modifikasi untuk pengujian dan
spesimen yang biasa digunakan untuk logam juga digunakan untuk polimer khususnya untuk material yang
memiliki elastisitas tinggi seperti karet.

Gambar :grafik stress vs strain

Ada tiga jenis stress–strain yang biasa ditemukan pada polimer, seperti ditampilkan pada gambar
di atas. Kurva A mengilustrasikan karakteristik stress-strain untuk polimer rapuh. Kurva B
mengilustrasikan karakteristik stress–strain untuk plastik. Kurva C mengilustrasikan karakteristik stress-
strain untuk material karet.
Modulus elastisitas (tensile modulus) dan persen elongasi ditentukan oleh kesamaan sifat antara
polimer dan logam. Untuk polimer plastik, titik yield diambil dari nilai maksimal kurva yang terjadi diluar
wilayah linear elastis. Stress pada nilai maksimal ini disebut dengan yield strength (σy). Selain itu tensile
strain (TS) menerangkan tegangan yang terjadi di fraktura. Tensile stress nilainya mungkin lebih besar atau
lebih kecil dari σy. Strength untuk polimer plastik biasanya diambil dari nilai tensile stress.

Gambar: Kurva sistematik stress–strain untuk polimer plastik


Polimer secara mekanis berbeda dengan logam. Sebagai contoh modulus untuk polimer yang
memiliki elastisitas tinggi nilainya dibawah 7 Mpa ( 103 psi) tetapi juga dapat bernilai diatas 4 GPa. Tensile
stress maksimal untuk polimer bernilai sekitar 100 MPa. Sebagaimana logam yang memiliki sifat elongasi
diatas 100%,
beberapa polimer juga memiliki sifat yang sama diatas 1000%. Untuk tambahan, sifat mesin
polimer secara umum lebih sensitif terhadap perubahan suhu. Penambahan suhu mengakibatkan penurunan
elastisitas, pengurangan tegangan tensile stress dan peningkatan ductility pada 4oC, material sangat rapuh
ketika memperhatikan defomasi plastik pada suhu 50-60oC. Pengaruh deformasi pada sifat mekanik sangat
penting. Umumnya, pengurangan deformasi memiliki pengaruh yang sama dengan sifat stress–strain
seiring penambahan suhu dimana material akan menjadi lebih lunak dan dapat dibentuk.

Stiffness (kekakuan)
Pertimbangkan sebuah molekul individu dalam polimer amorf. Ketika tegangan diterapkan,
deformasi dapat terjadi melalui dua proses, peregangan ikatan dan pembukaan sudut ikatan, dan rotasi
segmen rantai di sekitar tulang punggung rantai. Di bawah suhu transisi gelas, yang pertama adalah
mekanisme deformasi utama. Namun, ketika suhu meningkat di atas Tg, ikatan tulang belakang individu
dapat berputar dan, karena ikatan karbon-karbon berada pada sudut 109 ° 28 ′ satu sama lain, kemampuan
untuk memutar ini dapat membawa perubahan besar pada polimer. rantai, yang menjadi kusut secara acak.
Selain itu, rantai individual dapat bergeser secara lokal relatif satu sama lain, dengan daerah lain tetap
memiliki cacat elastis. Saat dibongkar, bagian elastis ini menarik polimer kembali ke bentuk aslinya. Proses
kental ini membutuhkan waktu dan polimer akan menunjukkan sifat kasar yang responsnya dapat
dimodelkan secara empiris oleh kombinasi ‘pegas dan dasbor’
Oleh karena itu, sifat-sifat mekanik polimer tergantung pada waktu dan suhu dan Gambar 5.6
menggambarkan secara skematis bagaimana, untuk waktu pemuatan yang konstan, modulus elastis suatu
polimer akan berubah dengan suhu deformasi yang dinormalisasi sehubungan dengan Tg. Pada suhu jauh
di bawah Tg, itu akan rapuh-elastis, kemudian, melewati kisaran Tg, itu menjadi viskoelastik, kemudian
kenyal dan akhirnya kental. Seperti yang ditunjukkan pada Gambar 5.6, modulus dapat berubah dengan
faktor 103 atau lebih pada kisaran ini.
Deformasi Polimer
Dalam ilmu material, deformasi adalah perubahan bentuk atau ukuran objek yang terjadi karena
adanya gaya pada material tersebut. Deformasi dapat berupa hasil dari gaya tarik, tekan, geser, atau torsi
(memutar). Deformasi sering digambarkan sebagai strain.
Deformasi terjadi akibat internal antar-molekul yang muncul dari kekuatan-kekuatan yang
menentang gaya diterapkan pada material. Jika gaya yang diberikan tidak terlalu besar, kekuatan-kekuatan
ini mungkin cukup untuk menolak kekuatan, tetapi jika gaya diterapkan yang lebih besar dapat
menyebabkan deformasi permanen dari objek atau bahkan kegagalan struktural. Dari gambar berikut dapat
dilihat bahwa beban kompresi (ditandai dengan tanda panah) telah menyebabkan deformasi dalam silinder
sehingga bentuk asli (garis putus-putus) telah diubah menjadi satu dengan sisi menonjol. Tonjolan sisi
terjadi karena walaupun materi cukup kuat untuk tidak retak atau gagal tetapi tidak cukup kuat untuk
mendukung beban tanpa perubahan, sehingga material dipaksa keluar lateral.
Gambar 2.7. Diagram stress-regangan kurva,
Menunjukkan hubungan antara stress (gaya yang diberikan) dan regangan (deformasi) dari logam
yang ulet. Konsep benda tegar dapat diterapkan jika deformasi diabaikan. Pengaruh terjadinya strain pada
kerja alat adalah penting. Umumnya, mengurangi kecepatan terjadinya deformasi memiliki pengaruh yang
sama pada karakteristik stress-strain dengan menaikkan suhu sehingga bahan menjadi lebih lunak dan bisa
dibentuk.

Makroskopik Deformasi
Beberapa aspek makroskopik deformasi polimer semikristal patut kita perhatikan. Kurva tarik
antara tegangan dan regangan untuk bahan semikristal yang awalnya tidak mengalami deformasi. Diatas
titik luluh, bentuk leher kecil di dalam bagian alat ukur. Rantai mengalami orientasi yaitu rantai sumbu
menjadi sejajar dengan arah pemanjangan yang mengarah pada penguatan lokal. Akibatnya, ada
perlawanan untuk mengalami deformasi pada titik ini dan hasil pemanjangan spesimen oleh propagasi
daerah leher ini sepanjang panjang ukur, orientasi rantai fenomena menyertai ekstensi pada leher.

Viskoelastisitas
Viskoelastisitas adalah karakteristik mekanis gabungan antara liquid dan polimer pada temperatur
yang tinggi. Contoh ekstrem viskoelastisitas dapat ditemukan pada sebuah silikon polimer.
Perilaku elastisitas stress-strain yang diikuti regangan bergantung waktu suatu bentuk tidak elastis.
Ketika meluncur ke bola dan jatuh ke permukaan horizontal, memantul elastis dan laju deformasi selama
bounce yang sangat cepat. Di sisi lain, jika ditarik dalam ketegangan dengan menerapkannya secara
bertahap untuk meningkatkan stress, materi berelongasi atau mengalir seperti cairan yang sangat kental.
Untuk bahan-bahan viskoelastisitas lain, laju regangan menentukan apakah deformasi tersebut merupakan
deformasi elastik atau kental.
Fraktur Polimer
Kekuatan retak bahan polimer relatif rendah jika dibandingkan dengan logam maupun keramik.
Pada umumnya, sifat polimer termosetting rapuh. Dalam istilah sederhana, selama proses fraktur, bentuk
retakan di konsentrasi local stress misalnya goresan, takik. Seperti logam stress diperkuat di ujung retakan
ini menuju perambatan retak dan patah. Struktur crosslinked putus selama fraktur. Untuk polimer
termoplastik,memiliki sifat yang dapat dibentuk dan rapuh. Faktor yang mengakibatkan terjadinya fracture
adalah penurunan suhu, peningkatan laju regangan, kehadiran takik tajam, peningkatan ketebalan spesimen
dan setiap modifikasi struktur polimer yang meningkatkan suhu transisi gelas (Tg). Kaca termoplastik rapuh
dibawah temperatur gelas. Namun ketika suhu dinaikkan akan dapat dibentuk. Suatu fenomena yang sering
mendahului fracture di beberapa polimer termoplastik adalah crazing. Crazes merupakan daerah deformasi
plastik.

Karakteristik Mekanik Lainnya

Dampak Kekuatan
Tingkat ketahanan bahan polimer terhadap beban tekan perlu diperhatikan. Metode yang dipakai
untuk mengukur beban tekan adalah Izod atau tes Charpy. Seperti logam, polimer bisa dibentuk atau
patahan yang rapuh merupakan dampak di bawah kondisi beban tekan tergantung pada suhu, spesimen
ukuran, laju regangan dan cara pemuatan. Semikristal dan polimer amorf rapuh pada temperatur rendah dan
memiliki kekuatan pengaruh yang relatif rendah. Namun bisa dibentuk untuk rapuh.

Fatigue
Polimer mungkin mengalami kegagalan dalam kondisi fatigue siklik saat terjadinya loading.
Seperti logam, fatigue terjadi pada tingkat stres yang rendah relatif terhadap kekuatan luluh. Pengujian
fatigue dalam polimer belum ekstensif hampir sama seperti logam, namun fatigue diplot dengan cara yang
sama untuk kedua jenis bahan dan hasil kurva memiliki bentuk umum yang sama. Fatigue kurva untuk
beberapa polimer umum seperti stress versus jumlah siklus kegagalan. Beberapa polimer memiliki batas
fatigue. Seperti yang diharapkan kekuatan fatigue dan batas fatigue untuk bahan polimer jauh lebih rendah
dibandingkan dengan logam. Perilaku fatigue polimer jauh lebih peka terhadap frekuensi daripada pada
logam. Polimer pada frekuensi tinggi atau relatif besar tegangan dapat menyebabkan daerah pemanasan
mengalami kegagalan disebabkan oleh pelunakan dari bahan yang bukan sebagai proses fatigue. .
Tear Strength and hardness
Sifat mekanik lain yang kadang-kadang berpengaruh pada kesesuaian suatu polimer untuk beberapa
aplikasi adalah strength dan hardness. Tear strength, parameter mekanis yang diukur adalah energi yang
dibutuhkan untuk memecah belah pemotongan spesimen yang memiliki standar geometri. Besarnya
strength tarik saling berhubungan. Seperti logam, kekerasan merupakan bahan perlawanan terhadap
menggaruk, penetrasi, maan seterusnya. Polimer lebih lembut dari logam dan keramik dan sebagian besar
tes kekerasan dilakukan oleh teknik penetrasi. Untuk polimer digunakan tes rockwell.

Deformasi dan Mekanisme untuk Memperkuat Polimer


Sangat penting memahami mekanisme deformasi polimer dalam mengelola karakteristik bahan-
bahan. Deformasi untuk dua jenis polimer-semikristal dan elastomerik patut kita perhatikan. Kekakuan dan
kekuatan semycristalline penting untuk diperhatikan, mekanisme terjadinya deformasi plastis dan elastis
akan dibahas dibawah ini.

Deformasi Polimer Semikristal


Banyak polimer semikristal dalam bentuk bulk memiliki struktur spherulitic yang terdiri dari
banyak rantai-pita dilipat atau lamel yang memancar ke luar dari pusat. Mekanisme deformasi elastis
polimer yang relatif rendah terjadi pada tingkat stress pada kurva tegangan dan regangan. Terjadinya
deformasi elastis untuk semikristal merupakan hasil dari rantai polimer molekul dalam daerah amorf.
Sedangkan mekanisme deformasi plastik transisi dari elastis ke deformasi plastis terjadi pada tahap tiga.
Deformasi semikristal tarik polimer menghasilkan struktur yang sangat berorientasi. Proses orientasi ini
disebut sebagai menggambar dan umumnya yang digunakan untuk memperbaiki sifat mekanik polimer
serat dan film. Selama deformasi yang spherulites perubahan bentuk untuk tingkat moderat dari elongasi.
Namun untuk deformasi besar maka struktur spherulitic hampirhancur. Jika deformasi dihentikan pada
suatu tahap dan spesimen dipanaskan ke suhu tinggi titik lelehnya dekat.

Deformasi Elastomer
Salah satu yang menarik dari sifat elastomerik bahan karet adalah memiliki kemampun untuk
menjadi cacat deformasi yang cukup besar dan kemudian kembali ke bentuk semula. Ini hasil dari silang
dalam polimer yang memberikan kekuatan untuk mengembalikan rantai yang undeformed konformasi.
Elastomeric perilaku mungkin pertama kali diamati pada karet alam, telah membawa sintesis sejumlah
besar elastomer dengan berbagai sifat.
Kristalisasi
Kristalisasi kimia juga merupakan pemisahan padat-cair teknik, di mana transfer massa zat terlarut
dari larutan cair murni fase kristalin padat terjadi.

Proses Kristalisasi
Proses kristalisasi terdiri dari dua peristiwa besar, nucleasi dan pertumbuhan kristal. Nucleasi
adalah langkah di mana terlarut molekul terdispersi dalam pelarut mulai mengumpul di dalam cluster, pada
skala nanometer yang stabil di kondisi operasi tertentu. Kelompok yang stabil ini merupakan inti. Ukuran
kritis ditentukan oleh kondisi operasi (suhu, jenuh, dll). Ini merupakan tahap nukleasi yang mengatur atom
dan periodik dengan cara yang mendefinisikan struktur kristal. Struktur kristal adalah istilah khusus yang
mengacu pada susunan relatif atom, bukan sifat-sifat makroskopik kristal (ukuran dan bentuk), meskipun
mereka adalah hasil dari internal struktur kristal.
Pertumbuhan kristal berikutnya adalah pertumbuhan inti yang berhasil mencapai ukuran cluster
kritis. Nucleasi dan pertumbuhan terus terjadi secara simultan sementara tersedia secara jenuh. Jenuh adalah
kekuatan pendorong dari kristalisasi, maka laju pertumbuhan nukleasi dan didorong oleh jenuh yang ada
dalam larutan. Tergantung pada kondisi, baik nukleasi maupun pertumbuhan dominan lain ialah kristal
dengan berbagai ukuran dan bentuk yang diperoleh (kontrol ukuran dan bentuk kristal merupakan salah
satu tantangan utama di industri manufaktur, seperti untuk obat-obatan ). Setelah fasa jenuh selesai, padat-
cair sistem mencapai keseimbangan dan kristalisasi selesai, kecuali kondisi operasi yang dimodifikasi dari
kesetimbangan sehingga larutan jenuh lagi.
Banyak senyawa memiliki kemampuan untuk mengkristal dengan berbagai struktur kristal yang
disebut polymorphism. Setiap polymorph sebenarnya adalah termodinamik yang berbeda dan keadaan
padat polymorph kristal senyawa yang sama menunjukkan sifat-sifat fisik yang berbeda, seperti
pembubaran menilai, bentuk (sudut antara aspek dan segi tingkat pertumbuhan), titik lebur, dll Untuk alasan
ini, polimorfisme adalah sangat penting dalam industri pembuatan produk kristal.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kekristalan:


1. Larutan polimer Jika larutan polimer encer maka jarak antara satu molekul dengan molekul yang
lain dalam rantai polimer saling berjauhan. Akibatnya ruang rantai tidak bersifat kristal. Jika polimer
pekat, maka jarak antara molekulnya saling berdekatan sehingga mengakibatkan keteraturan ruang
yang lebih bersifat kristal.

2. Gaya antar rantai


- Efek induksi
Antara dua atom yang saling berikatan satu sama lain akan tertarik ke atom yang memiliki
keelektronegativan yang lebih tinggi.

Contoh:
- Gaya London
Gaya yang terjadi akibat tidak tersebar meratanya elektron di seputar intinya karena lebih banyak
elektron pada satu sisi daripada sisi lainnya sehingga terjadi tarikan antar rantai.
- Ikatan Hidrogen Ikatan yang terjadi antara atom O dan atom H.
- Ikatan intra molekul dan antar molekul adalah ikatan hidrogen yang terjadi antara gugus - gugus
pada rantai yang sama.
3. Derajat kekristalan Derajat kekristalan dapat ditentukan dengan cara hamburan sinar-X.
4. Keteraturan struktur molekul
5. Taksisitas
Ada dua golongan susunan geometris rantai yang perlu diperhatikan dalam mempelajari sifat dan struktur
molekul polimer:
- Geometri yang timbul dari rotasi gugus terhadap ikatan tunggal atau disebut juga perubahan
konformasi. Konformasi ini tidak menimbulkan perubahan struktur kimia rantai polimer karena
perubahan konformasi adalah reversibel (bolak - balik). Konformasi hanya menyebabkan
perubahan sifat fisik dari bahan polimer seperti perbedaan derajat kristalinitas dan sebagainya.
Bila bahan polimer dipanaskan melampaui suhu transisi kaca, gugus - gugus dalam rantai polimer
akan membentuk konformasi tertentu (bertindihan atau bergiliran). Bila kemudian didinginkan,
rantai polimer dengan konformasi tersebut dapat tersusun lebih rapi untuk membentuk struktur
kristalin. Bahan polimer berstruktur kristal bersifat lebih keras, liat dan tahan terhadap bahan
kimia dibandingkan dengan struktur bukan kristal (amorf).

- Geometri kedua dari rantai polimer adalah susunanan yang dapat berubah hanya dengan jalan
pemutusan ikatan kimia, ini disebut dengan konfigurasi. Perubahan konfigurasi rantai polimer
akan menyebabkan perubahan struktur kimia, dan karena itu menyebabkan perubahan sifat kimia
dan sifat fisika dari bahan polimer yang bersangkutan. Misalnya perubahan konfigurasi cis dan
trans pada poliisoprena, menimbulkan dua macam struktur polimer karet alam (isomer cis) dan
getah perca (isomer trans).

Konfigurasi lain adalah yang disebabkan oleh atom C* (C asimetri, >C<BA, A#B), yang terdapat
pada rantai polimer. Ini mengakibatkan terjadinya bentuk isomer D dan L dan perubahan taksisitas rantai
polimer yakni perubahan struktur yang berhubungan dengan perubahan susunan gugus >C<BA. Bila
diujung rantai polimer setiap atom karbon asimetri berkonfigurasi ruang sama (D dan L) struktur rantai
disebut isotaktik. Rantai sindiotaktik terbentuk bila ada dua atom karbon asimetri berdekatan berkonfigurasi
ruang atau bangunan (D dan L), sedangkan polimer ataktik tidak mempunyai konfigurasi ruang yang
beraturan.
Di samping hal di atas, perbedaan struktur rantai polimer mungkin dapat terjadi selama polimerisasi
(terutama dari hasil polimerisasi adisi). Bila kedua atom atau gugus pada ujung ikatan rangkap suatu
monomer tidak setara (kepala dan ekor), maka kemungkinan adisi molekul monomer ke monomer lainnya
dapat berlangsung secara kepala ke kepala, kepala ke ekor atau ekor ke ekor.

Berdasarkan jenis bahan, ukuran dan geometri objek, dan kekuatan yang diterapkan, deformasi terdiri
atas 2 jenis yaitu deformasi elastis dan deformasi plastik.

1. Deformasi Elastis
Deformasi elastis merupakan jenis deformasi reversibel. Setelah gaya tidak lagi diterapkan, objek
kembali ke bentuk aslinya. Termoplastik dan logam konvensional memiliki rentang deformasi elastis
moderat, sementara keramik, kristal, dan plastik termosetting hampir tidak mengalami deformasi elastis.
Deformasi elastis linear diatur oleh hukum Hooke yang menyatakan:
dimana σ adalah stress, E adalah material konstanta yang disebut modulus Young, dan ε adalah hasil
ketegangan. Hubungan ini hanya berlaku dalam rentang elastis dan menunjukkan bahwa kemiringan kurva
tegangan vs regangan dapat digunakan untuk menentukan modulus Young. Rentang elastis berakhir ketika
bahan mencapai kekuatan luluh. Pada titik ini deformasi plastik dimulai.

2. Deformasi Plastik

Deformasi plastik merupakan jenis deformasi yang tidak dapat dibalikkan. Namun, sebuah objek dalam
kisaran deformasi plastik akan terlebih dahulu mengalami deformasi elastis yang reversible, sehingga objek
dapat kembali ke bentuk aslinya. Soft termoplastik memiliki deformasi plastik agak besar, begitu juga
dengan logam seperti tembaga, perak, dan emas. Akan tetapi hard termosetting seperti plastik, karet, kristal,
dan keramik memiliki rentang deformasi plastik yang kecil. Bahan dengan kisaran deformasi plastik besar
adalah permen karet yang dapat ditarik puluhan kali panjang aslinya.
Forming processes untuk polimer
Pertimbangan utama dalam pemilihan polimer yang diberikan adalah apakah bahan tersebut dapat
diproses menjadi barang yang diperlukan dengan mudah dan ekonomis. Termoset dipanaskan, dibentuk
dan disembuhkan secara bersamaan, biasanya dengan cetakan kompresi. Produk dapat dikeluarkan dari
cetakan saat masih panas, sehingga waktu siklus bisa relatif singkat. Termoplastik melunak ketika
dipanaskan dan dapat dipompa, dicampur dan kemudian dibentuk oleh salah satu dari beberapa metode
yang mungkin.
1. Extruder-based processes
Cara paling sederhana dan paling umum untuk mencapai ekstrusi adalah dengan menggunakan sekrup
Archimedean tunggal dalam tong yang dipanaskan. Butiran polimer dimasukkan ke dalam sekrup, yang
memadat dan mencampurnya dan mengangkutnya ke daerah yang dipanaskan di mana pencairan terjadi

2. Injection moulding
Dalam cetakan injeksi, lelehan yang muncul dari alat ekstrusi sekrup disuntikkan di bawah tekanan
ke dalam cetakan split dingin. Diperlukan tekanan hingga 120 MPa dan cetakan dengan presisi dimensi
tinggi dapat dihasilkan, meskipun prosesnya memiliki waktu siklus yang lambat, karena produk harus
dingin sebelum dikeluarkan dari cetakan agar bentuknya dipertahankan.

3. Blow moulding
Dalam blow molding pada botol plastik, lelehan diekstrusi dari cetakan annular untuk membentuk
perbandingan. Udara kemudian disuntikkan ke pusat annulus dan cetakan dingin menutup di sekitarnya.
Bagian atas perbandingan dipotong oleh penutupan cetakan dan bagian bawah menjadi mulut botol.
Udara disuntikkan dan parison yang dipompa membeku dalam cetakan yang kemudian terbuka untuk
mengeluarkan botol dan seluruh siklus diulang.
Joining of polymers (penggabungan pada polimer)
Pertanyaan tentang pengabungan polimer yang sama atau berbeda sering muncul, karena sering
diperlukan untuk merakit dua sub-komponen ketika suatu produk diproduksi. Sekali lagi, barang-barang
umumnya dibuat dari lembaran atau bagian setengah jadi, yang membutuhkan pengerjaan teknik pengikatan
atau pengelasan. Kami akan mempertimbangkan tiga mode penggabungan polimer: pengelasan, perekat
dan pengencang mekanis.
1. Welding of polymers (pengelasan pada polimer)
Karena pengelasan melibatkan peleburan dan aliran permukaan yang akan disatukan, teknik ini
hanya akan berlaku untuk polimer termoplastik. Benda kerja dapat dinaikkan suhunya dengan
melakukan kerja mekanik lokal dari gesekan atau dengan aplikasi energi panas.

Pengelasan gesekan (friction welding)


Pengelasan gesekan dapat dicapai dengan beberapa teknik; yang paling sederhana adalah
pengelasan putaran dari dua termoplastik dengan kecepatan relatif hingga 20 m dt-1 di bawah tekanan
antara 80 dan 150 kPa. Lasan berkualitas tinggi dapat diproduksi dalam beberapa detik, meskipun
tegangan sisa dapat dihasilkan. Tabung dan bagian berongga dapat dilas dengan memuaskan dan,
karena prosesnya dapat dilakukan dalam cairan, itu juga merupakan metode enkapsulasi cairan yang
berguna. Pergerakan relatif komponen oleh getaran dalam osilasi linier juga dapat digunakan. Metode
pengelasan gesekan ini banyak digunakan dalam industri manufaktur otomotif untuk menghasilkan
sambungan yang besar dan kompleks. Pengembangan prinsip ini adalah pengelasan ultrasonik, di
mana bagian-bagian yang akan disatukan disatukan di bawah tekanan sementara getaran mekanis
yang tegak lurus dengan bidang kontak diterapkan dengan menggunakan transduser piezo-listrik pada
frekuensi dalam kisaran 20-40 kHz. Karena keluaran energi dari perangkat ini terbatas, ukuran
pengelasan yang mungkin jauh lebih kecil dari pada pengelasan dan perkakas getaran yang normal
mahal, tetapi metode ini cocok untuk produksi massal dan menemukan banyak digunakan dalam
industri dalam perakitan produk dalam negeri. Tidak diperlukan panas, dan kekuatan sambungan
mendekati 100% dari bahan induk mudah dicapai.

Metode pemanasan eksternal (External heating methods)


Pengelasan alat panas menggunakan pelat datar yang dipanaskan dengan listrik yang diapit di
antara dua bagian yang akan disambung. Ketika suhu 180-230 ° C (tergantung pada polimer tertentu)
telah tercapai, pelat ditarik dan permukaan ditekan bersama di bawah tekanan yang ditentukan untuk
waktu yang cukup untuk sambungan dibuat. Untuk item penampang besar, seperti pipa besar, kali ini
bisa sangat panjang (beberapa puluh menit adalah umum), tetapi sambungan yang sangat kuat dapat
diproduksi, dengan kekuatan setidaknya 90% dari bahan induk. Sangat penting bahwa permukaan
yang akan disambungkan bersih, agar lasan berhasil dicapai. Varian dari pendekatan ini adalah
penggunaan 'konektor electrofusion', untuk bergabung dengan pipa plastik. Ini terdiri dari elemen
pemanas listrik melingkar yang tertanam di dekat permukaan bagian dalam sambungan yang dibuat
khusus yang terbuat dari plastik yang sama dengan pipa yang akan disambungkan. Sambungan
dipasang, arus dilewatkan dan sambungan melebur dengan material pipa. Waktu pengelasan yang
cepat dapat dicapai, meskipun kekuatan sambungan dapat terganggu oleh kehadiran elemen pemanas.
Pengelasan gas panas memanaskan batang pengisi dan tepi benda kerja yang akan dilas melalui aliran
gas panas dari senapan pengelasan. Udara terkompresi biasanya digunakan, tetapi jika polimer dapat
mengalami degradasi dengan oksidasi, maka aliran nitrogen digunakan. Suhu 200–300 ° C dicapai
dan teknik ini dapat diterapkan pada berbagai termoplastik, jika perlu dalam bentuk komponen
kompleks besar. Ada bahaya kantong udara terperangkap ketika teknik ini digunakan, dengan risiko
fraktur yang terjadi jika polimer tidak peka.
2. Adhesive bonding (ikatan perekat)
Ikatan perekat biasanya dilkukan penggabungan logam juga dapat dilakukan pada polimer, tetapi
penggunaannya juga banyak ditemui dalam penggabungan polimer. Pembasahan yang baik dari polimer
oleh perekat diperlukan dan ini akan tercapai jika ada ikatan kimia yang kuat terbentuk antara perekat dan
adherand. Ada tiga kategori perekat penting yang dapat digunakan untuk menyatukan polimer:
1. Hot melt adhesives. Ini adalah termoplastik seperti PE atau PET, yang dilebur dan diterapkan ke
adherand, yang kemudian diperas bersama selama siklus pendinginan. Meskipun kekuatan ikatan yang baik
dapat dicapai, sambungan dapat merayap dalam layanan jika suhunya tidak rendah.
2. Perekat berbasis pelarut. Plastik amorf adalah yang paling mungkin larut dalam pelarut yang sesuai dan
ini termasuk bahan-bahan seperti PS, ABS (alkylbenzene sulphonate), PVC dan PC. Solvent sendiri akan
membentuk sambungan perekat, tetapi solusi polimer memiliki sifat mengisi celah yang lebih baik dan
tersedia dalam berbagai viskositas tergantung pada aplikasi. Banyak dari perekat ini didasarkan pada karet
dan digunakan sebagai perekat 'kontak' untuk membentuk sambungan yang kuat dengan kekuatan yang
cukup rendah.
3. Reaksi sembuh perekat. Kekuatan ikatan sangat tinggi dapat dicapai dengan kelas perekat ini:
polimerisasi dan ikatan silang terjadi setelah pencampuran prekursor dengan viskositas rendah. Perekat
semacam itu biasanya tahan suhu dan pelarut, jenis utamanya adalah: (i) epoksi (ii) fenolik (iii) sianakrilat,
banyak digunakan dalam pengikatan karet, dan (iv) anaerobik, yang menyembuhkan ketika udara
dikecualikan (berguna dalam aplikasi penguncian ulir).

Degradasi polimer

Plastik sering lebih disukai daripada logam untuk digunakan dalam aplikasi struktural karena
ketahanannya terhadap korosi. Mereka sering dianggap lebih tahan korosi daripada logam, tetapi pandangan
ini adalah penyederhanaan situasi yang berlebihan dan sebenarnya ada sejumlah cara di mana bahan
polimer dapat terdegradasi selama periode waktu tertentu. Ini adalah sebagai berikut:
1. Degradasi oksidatif
2. Degradasi radiasi
3. Degradasi mekanis
4. Degradasi mikrobiologis dan
5. Pengaruh bahan kimia.

a. Degradasi oksidatif
Degradasi oksidatif adalah proses serangan autokatalitik pada atom hidrogen, untuk membentuk
hidroperoksida. Stabilitas polimer dengan demikian berbanding terbalik dengan jumlah atom hidrogen
dengan atom karbon yang ada dalam rantai polimer. Degradasi dikatalisis oleh logam berat seperti
tembaga. Reaksi degradatif dapat dihambat oleh adanya senyawa hidrogendonasi seperti fenol yang
dihambat atau oleh pengurai peroksida. Campuran dari berbagai jenis stabilisator nampak sinergis
dalam pengaruhnya. Karet alam dan elastomer lainnya dapat dilindungi dari serangan ozon dengan
menambahkan lilin mikrokristalin. Stabilisasi yang lebih permanen diperoleh dengan penambahan
turunan dari fenol pphenylenediamene.
b. Degradasi radiasi
Plastik rekayasa umumnya digunakan di luar pintu dan sekarang diketahui bahwa sinar matahari
dengan panjang gelombang kurang dari 290 nm bertanggung jawab atas foto-oksidasi permukaan
polimer. Panjang gelombang panjang memiliki energi yang tidak cukup untuk memutus ikatan kovalen
dalam senyawa organik, tetapi panjang gelombang ultraviolet secara selektif akan membangkitkan
elektron dalam rantai polimer. Ini meningkatkan energi getaran dan rotasi ikatan kovalen, yang
mengarah ke degradasi oleh pembelahan ikatan. Untungnya, intensitas cahaya di daerah panjang
gelombang 290-320 nm diperkirakan menyumbang tidak lebih dari 0,5% dari energi radiasi sinar
matahari pada siang hari di wilayah selatan. Jika ini bukan masalahnya, beberapa plastik akan berguna
di luar. Jenis-jenis degradasi yang umum termasuk menguning, kapur tulis, embrittlement permukaan,
kehilangan kekuatan tarik atau impak, dan retak. Proses biasanya berasal dari lapisan permukaan dan
permukaan yang melemah dapat bertindak sebagai situs untuk nukleasi retak. Retak seperti itu
kemudian dapat merambat ke material yang tidak terdegradasi di bawahnya, menyebabkan kegagalan.
Tidak ada perubahan fotokimia yang terjadi ketika cahaya menghilang secara tidak berbahaya karena
panas, dan pigmen seperti karbon hitam biasanya ditambahkan untuk menyerap radiasi ultraviolet dan
kemudian memancarkannya kembali sebagai energi termal. Hydroxybenzophenones dan
benzotriazoles juga banyak digunakan sebagai peredam ultraviolet. Polimer alifatik seperti PE
terdegradasi oleh radiasi gamma, meskipun polimer aromatik, seperti PS, relatif tahan terhadap radiasi
energi tinggi. Peralatan yang terbuat dari PP dapat mengalami kerusakan akibat radiasi jika dikenakan
perawatan sterilisasi dengan dosis radiasi gamma 2,5 Mrad. Peralatan harus dirancang untuk bertahan
40 tahun ketika dikenakan dosis 20 Mrad.

3. Degradasi mekanis
Degradasi mekanis dapat terjadi ketika tekanan diberikan pada polimer melalui pemesinan,
peregangan atau ultrasonik. Pembelahan ikatan dapat terjadi, membentuk makroradikal yang dapat
menambah oksigen dan menghasilkan senyawa yang akan mengalami reaksi degradatif.
4. Degradasi mikrobiologis
Bahan plastik yang paling banyak digunakan adalah lembam di hadapan mikroba dan stabilitas ini
penting dalam banyak aplikasi. Hanya kinerja jangka pendek yang diperlukan dalam situasi tertentu
sebelum bahan tersebut dibuang, misalnya dalam kemasan makanan cepat saji. Ini dianggap sebagai
keuntungan jika plastik yang dibuang terdegradasi ketika terpapar mikroba dan merupakan tantangan
bagi para ilmuwan polimer untuk mengembangkan plastik yang memiliki sifat-sifat yang diperlukan
untuk umur layanan yang diantisipasi, tetapi yang pada akhirnya mampu merendahkan dengan cara
yang aman. Pada tahun 1987, plastik 6 × 109 kg digunakan untuk aplikasi pengemasan jangka pendek
dan hari ini angka ini melebihi 60 × 109 kg. Kami dapat mendefinisikan plastik yang dapat
terbiodegradasi sebagai plastik yang integritas fisiknya hilang saat kontak dengan mikroba dan / atau
aktivitas invertebrata di lingkungan alami dalam periode waktu terbatas. Pada batasnya, ini
merupakan konversi bahan menjadi karbon dioksida, air, garam anorganik, komponen seluler
mikroba, dan produk samping lainnya. Sebagian besar plastik saat ini digunakan untuk kemasan
terdiri dari PE kepadatan tinggi dan rendah, yang tidak terdegradasi oleh aksi mikrobiologis. Karena
panjang rantai besar dan berat molekul tinggi, plastik alkaneder yang paling banyak digunakan
mungkin memiliki masa hidup ratusan tahun ketika terkubur di tempat pembuangan limbah padat.
Hidrokarbon dengan berat molekul rendah dapat didegradasi oleh mikroba, tetapi laju degradasi
menjadi sangat lambat ketika panjang rantai polimer melebihi 24 hingga 30 atom karbon. Mengurangi
molekul polimer khas ke dimensi yang dapat diterima secara biologis membutuhkan penghancuran
luas dari matriks PE. Penghancuran ini sebagian dapat dicapai dalam campuran PE dan polimer alami
yang dapat terurai oleh aksi makroorganisme seperti artropoda, kaki seribu, siput dan siput. Kompleks
pati-polietilen telah dibuat yang menunjukkan sifat fisik mendekati orang-orang dengan kepadatan
rendah PE. Pati hadir sebagai fase terpisah dan diserang oleh jamur dan bakteri. Ini melemahkan
matriks polimer dan akhirnya rantai polimer mengurangi berat molekul yang meningkatkan serangan
mikroba.

5. Pengaruh kimia
Plastik rentan terhadap kegagalan lingkungan ketika terpapar bahan kimia organik tertentu dan ini
membatasi penggunaannya dalam banyak aplikasi. Bahkan media air dapat menyebabkan degradasi,
meskipun proses yang terlibat berbeda dari serangan korosif logam di lingkungan tersebut. Difusi
spesies menjadi plastik adalah hal biasa dan efek buruk dapat muncul yang tidak bersifat kimiawi.
Dalam sebagian besar interaksi air dengan plastik struktural tidak ada ikatan kimia yang diubah, tetapi
kerusakan yang dikenal sebagai 'korosi fisik' dapat terjadi. Kelembaban yang terserap telah terbukti
bertindak sebagai plasticizer, mengurangi suhu transisi gelas dan kekuatan polimer. Efek-efek ini
pada dasarnya bersifat reversibel, meskipun efek-efek lain yang tidak dapat dibalik, mungkin ditemui,
seperti microcracking atau crazing, serta degradasi kimiawi pada struktur polimer. Cairan organik,
seperti cairan pembersih, deterjen, bensin dan pelumas dapat secara serius mengurangi sifat mekanik
plastik. Seperti yang sudah dibahas, masalah paling serius muncul ketika suatu bahan terpapar dengan
cairan agresif ketika sedang stres. Cairan organik dapat berinteraksi secara kimiawi dan fisik dengan
polimer. Interaksi kimia dapat melibatkan penurunan berat molekul dengan kerusakan rantai; ini pada
gilirannya dapat menyebabkan penurunan sifat mekanik seperti kekuatan tarik, kekakuan dan
ketangguhan retak.

Gambar 5.11 menggambarkan penurunan kekuatan tarik poliuretan-poliuretan (PUR) sebagai fungsi
dari waktu pemaparan dalam metanol. Metanol diyakini membengkak PUR dan juga menyebabkan
penurunan berat molekul melalui kerusakan rantai. Sebagai contoh interaksi fisik ketika komponen
plastik terkena bahan kimia organik, molekul agresif dapat berdifusi ke dalam bahan yang mengarah
ke plastisisasi. Pembengkakan hasil polimer dalam tekanan tinggi yang dapat menyebabkan krasing
atau retak. Fraktur yang timbul dari efek fisik telah diamati pada banyak plastik seperti PMMA, PS
dan PC karena pembengkakan anisotropik.
Penggolongan Polimer
Dari berbagai jenis polimer yang banyak kita jumpai, polimer dapat digolongkan berdasarkan
asalnya, pembuatannya, jenis monomer, sifatnya terhadap panas dan reaksi pembentukannya.
a. Penggolongan Primer berdasarkan asalnya
Berdasarkan asalnya, polimer dapat dibedakan atas polimer alam dan polimer sintesis.
1) Polimer Alam
Polimer alam adalah polimer yang terdapat di alam dan berasal dari makhluk hidup. Contoh polimer
alam dapat dilihat pada table di bawah ini
No Polimer Monomer Polimerisasi Contoh
1. Pati/amilum Glukosa Kondensasi Biji-bijian, akar umbi
2. Selulosa Glukosa Kondensasi Sayur, Kayu, Kapas
3. Protein Asam amino Kondensasi Susu, Daging, Telur, Wol, Sutera
4. Asam nukleat Nukleotida Kondensasi Molekul DNA dan RNA (sel)
5. Karet alam Isoprena Adisi Getah pohon karet

Sifat-sifat polimer alam kurang menguntungkan. Contohnya, karet alam kadang-kadang cepat
rusak, tidak elastis, dan berombak. Hal tersebut dapat terjadi karena karet alam tidak tahan terhadap minyak
bensin atau minyak tanah serta lama terbuka di udara. Contoh lain, sutera dan wol merupakan senyawa
protein bahan makanan bakteri, sehingga wol dan sutera cepat rusak. Umumnya polimer alam mempunyai
sifat hidrofilik (suka air), sukar dilebur dan sukar dicetak, sehingga sangat sukar mengembangkan fungsi
polimer alam untuk tujuan-tujuan yang lebih luas dalam kehidupan masyarakat sehari-hari.

2) Polimer Sintesis
Polimer sintesis atau polimer buatan adalah polimer yang tidak terdapat di alam dan harus dibuat
oleh manusia. Sampai saat ini, para ahli kimia polimer telah melakukan penelitian struktur molekul alam
guna mengembangkan polimer sintesisnya. Dari hasil penelitian tersebut dihasilkan polimer sintesis yang
dapat dirancang sifat-sifatnya, seperti tinggi rendahnya titik lebur, kelenturan dan kekerasannya, serta
ketahanannya terhadap zat kimia. Tujuannya, agar diperoleh polimer sintesis yang penggunaannya sesuai
yang diharapkan. Polimer sintesis yang telah dikembangkan guna kepentingan komersil, misalnya
pembentukan serat untuk benang kain dan produksi ban yang elastis terhadap jalan raya. Ahli kimia saat
ini sudah berhasil mengembangkan beratus-ratus jenis polimer sintesis untuk tujuan yang lebih luas. Contoh
polimer sintesis dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
No Polimer Monomer Terdapat pada

1. Polietena Etena Kantung, kabel plastik

2. Polipropena Propena Tali, karung, botol plastik

3. PVC Vinil klorida Pipa paralon, pelapis lantai

4. Polivinil alcohol Vinil alcohol Bak air

5. Teflon Tetrafluroetena Wajan atau panci anti lengket


Pipa rekam magnetik, kain atau
6. Dakron Metil tereftalat dan etilene glikol tekstil (wol sintetis)
Asam adipat dan heksametilena
7. Nilon diamin Tekstil

8. Polibutadiena Butadiena Ban motor

9. Poliester Ester dan etilena glikol Ban mobil

10. Melamin Fenol frmaldehida Piring dan gelas melamin


Metoksi benzena dan alcohol
11. Epoksi resin sekunder Penyalut cat (cat epoksi)

Penggolongan polimer berdasarkan jenis monomernya


Berdasarkan jenis monomernya, polimer dapat terdiri atas homopolimer dan kopolimer.
1) Homopolimer
Homopolimer adalah polimer yang monomernya sejenis. Contohnya, selulosa dan protein.

Pada polimer adisi homopolimer, ikatan rangkapnya terbuka lalu berikatan membentuk polimer
yang berikatan tunggal.
2) Kopolimer
Kopolimer atau disebut juga heteropolimer adalah polimer yang monomernya tidak sejenis. Contoh
dakron, nilon-66, melamin (fenol formaldehida). Proses pembentukan polimer berlangsung dengan
suhu dan tekanan tinggi atau dibantu dengan katalis, namun tanpa katalis strukyur molekul yang
terbentuk tidak beraturan. Jadi, fungsi katalis adalah untuk mengendalikan proses pembentukan struktur
molekul polimer agar lebih teratur sehingga sifat-sifat polimer yang diperoleh sesuai dengan yang
diharapkan. Contoh struktur rantai molekul polimer tidak beraturan 9 produk polimerisasi tanpa katalis)
adalah sebagai berikut :
(-P-S-S-P-P-S-S-S-P-S-P-)
Kopolimer tidak beraturan
Pada proses pembentukan polimer yang digunakan katalis, struktur molekul yang terbentukakan
beraturan. Contoh struktur rantai molekul polimer teratur (produk polimerisasi dengan katalis)adalah
sebagai berikut :
- Sistem blok : (-P-P-P-S-S-S-P-P-P-S-S-S-)n (Kopolimer blok)
- Sistem berseling : (-P-S-P-S-P-S-P-S-P-S-P-S-P-)n (Kopolimer berseling)

Gambar: kopolimer

Penggolongan polimer berdasarkan sifatnya terhadap panas


Berdasarkan sifatnya terhadap panas, polimer dapat dibedakan atas polimer termoplas (tidak
tahan panas, seperti plastik) dan polimer termosting (tahan panas, seperti melamin).
1) Polimer termoplas
Polimer termoplastik adalah polimer yang mempunyai sifat tidak tahan terhadap panas. Jika polimer jenis
ini dipanaskan, maka akan menjadi lunak dan didinginkan akan mengeras. Proses tersebut dapat terjadi
berulang kali, sehingga dapat dibentuk ulang dalam berbagai bentuk melalui cetakan yang berbeda untuk
mendapatkan produk polimer yang baru. Polimer yang termasuk polimer termoplastik adalah jenis polimer
plastik. Jenis plastik ini tidak memiliki ikatan silang antar rantai polimernya, melainkan dengan struktur
molekul linear atau bercabang.
Polimer termoplastik memiliki sifat – sifat khusus sebagai berikut:
Berat molekul kecil
Tidak tahan terhadap panas
Jika dipanaskan akan melunak
Jika didinginkan akan mengeras
Mudah untuk diregangkan
Fleksibel
Titik leleh rendah
Dapat dibentuk ulang (daur ulang)
Mudah larut dalam pelarut yang sesuai
Memiliki struktur molekul linear/bercabang

Bahan Baku Termoplastik


1. POLYPROPYLENE (PP) merupakan polimer kristalin yang dihasilkan dari proses polimerisasi
gas propilena. Propilena mempunyai specific gravity rendah dibandingkan dengan jenis plastik
lain. Sebagai perbandingan terlihat pada Tabel.
Polypropylene mempunyai titik leleh yang cukup tinggi (190 – 200 Oc), sedangkan titik kristalisasinya
antara 130 – 135 C. Polypropylene mempunyai ketahanan terhadap bahan kimia ( hemical Resistance)
yang tinggi, tetapi ketahanan pukul (impact strength) nya rendah.

Gambar: polypropylene digunakan sebagai bahan pembuatan botol air minum

2. POLYSTIRENE (PS)
adalah hasil polimerisasi dari monomer-monomer stirena, dimana monomer stirena- nya didapat dari
hasil proses dehidroge nisasi dari etil benzene (dengan bantuan katalis), sedangkan etil benzene-nya
sendiri merupakan hasil reaksi antara etilena dengan benzene (dengan bantuan katalis).
Sifat-sifat umum dari poli stirena :
- Sifat mekanis Sifat-sifat mekanis yang menonjol dari bahan ini adalah kaku, keras, mempunyai bunyi
seperti metallic bila dijatuhkan.
- Ketahanan terhadap bahan kimia Ketahanan PS terhadap bahan-bahan kimia umumnya tidak sebaik
ketahanan yang dipunyai oleh PP atau PE. PS larut dalam eter, hidrokarbon aromatic dan chlorinated
- Hydrocarbon. PS juga mempunyai daya serap air yang rendah, dibawah o,25%.
- Abrasion resistance PS mempunyai kekuatan permukaan relative lebih keras dibandingkan dengan
jenis termoplastik yang lain. Meskipun demikian, bahan ini mudah tergores.
- Transparansi - Sifat optis dari PS adalah mempunyai derajat transparansi yang tinggi, dapat melalui
semua panjang gelombang cahaya ( 90%). Disamping itu dapat memberikan kilauan yang baik yang
tidak dipunyai oleh jenis plastic lain, dimana bahan ini mempunyai indeks refraksi 1,592.
- Sifat elektrikal Karena mempunyai sifat daya serap air yang rendah maka PS digunakan untuk
keperluan alat-alat listrik. PS foil digunakan untuk spacers, slot liners dan covering dari kapasitor, koil
dan keperluan radar.
- Ketahanan panas PS mempunyai softening point rendah (90oc) sehingga PS tidak digunakan untuk
pemakaian pada suhu tinggi, atau misalnya pada makanan yang panas. Suhu maksimum yang boleh
dikenakan dalam pemakaian adalah 75oc. Disamping itu, PS mempunyaisifat konduktifitas panas yang
rendah.

PS dibuat dalam berbagai grade yang dapat digunakan untuk membuat produk jadi. Pemilihan grade
sangat penting dan disesuaikan dengan produk jadinya. Grade-grade PS yang umum dipakai adalah:
general purpose, light stabilized, heat resistance, Impact grade. Polistrena dapat diproses dengan cara
pengolahan yang umum digunakan untuk PP atau PE, yaitu: cetak injeksi, extrusion, thermoforming.

Gambar: Styrofoam merupakan slah satu produk berbahan polystyrene

3. ACRYLONITRILE BUTADIENE STYRENE (ABS)


termasuk kelompok engineering thermoplastic yang berisi 3 monomer pembentuk. Akrilonitril bersifat
tahan terhadap bahan kimia dan stabil terhadap panas. Butadiene memberi perbaikan terhadap sifat
ketahanan pukul dan sifat liat (toughness). Sedangkan stirena menjamin kekakuan (rigidity) dan mudah
diproses. Beberapa grade ABS ada juga yang mempunyai karakteristik yang berfariasi, dari kilap tinggi
sampai rendah dan dari yang mempunyai impact resistance tinggi sampai rendah. Berbagai sifat lebih
lanjut juga dapat diperoleh dengan penambahan aditif sehingga diperoleh grade ABS yang bersifat
menghambat nyala api, transparan, tahan panas tinggi, tahan terhadap sinar UV, dll.

ABS mempunyai sifat-sifat :


- tahan bahan kimia
- liat, keras, kaku
- tahan korosi
- dapat didesain menjadi berbagai bentuk.
- biaya proses rendah
- dapat direkatkan
- dapat dielektroplating
- memberi kilap permukaan yang baik

ABS dapat diproses dengan tehnik cetak injeksi, ekstrusi, thermoforming, cetak tiup, roto moulding
dan cetak kompresi. ABS bersifat higroskopis, oleh karena itu harus dikeringkan dulu sebelum proses
pelelehan.

Penggunaannya :
- Peralatan Karena keunggulan sifat-sifatnya maka banyak digunakan membuat peralatan seperti : hair
dryer, korek api gas, telepon, intercom, body dan komponen mesin ketik elektronik maupun mekanik,
mesin hitung, dll.
- Otomotif Karena sifatnya yang ringan, tidak berkarat, tahan minyak bumi, maka ABS digunakan
untuk radiator grill, rumah-rumah lampu, emblem, horn grill, tempat kaca spion, dll.
- Barang-barang tahan lama :
ABS dengan grade tahan nyala api digunakan untuk cabinet TV, kotak penutup video, dll.
Grade tahan pukul pada suhu rendah dan tahan fluorocarbon dapat digunakan untuk pintu dan
body kulkas.
Penggunaan lain : komponen AC, kotak kamera, dudukan kipas angina meja, dll.
- Bangunan dan perumahan : dudukan kloset, bak air, frame kaca, cabinet, kran air, gantungan handuk,
saringan, dll.
- Elektroplated ABS : regulator knob, pegangan pintu kulkas, pegangan paying, spareparts kendaraan
bermotor, tutup botol, dll.
4. POLYVINYL CHLORIDE (PVC)
merupakan hasil polimerisasi monomer vinil klorida dengan bantuan katalis. Pemilihan katalis
tergantung pada jenis proses polimerisasi yang digunakan.

Gambar: pvc

Untuk mendapatkan produk-produk dari PVC digunakan beberapa proses pengolahan yaitu :
- Calendering Produk akhir : sheet, film, leather cloth dan floor covering.
- Ekstrusi Merupakan carapengolahan PVC yang banyak digunakan karena dengan proses ini dapat
dihasilkan bermacam-macam produk. ‘Extruder head’ dapat diganti dengan bermacam bentuk untuk
menghasilkan :
pipa, tube, building profile, sheet, floor covering dan monofilament.
Isolasi kabel listrik dan telepon.
Barang berongga dan blown film.
- Cetak injeksi Produk yang diperoleh adalah :
sol sepatu, sepatu, sepatu boot
container, sleeve (penguat leher baju), valve.
Fitting, electrical and engineering parts.

5. POLYACETAL ATAU POLYOXYMETHYLENE (POM)


merupakan salah satu engineering plastic yang penting yang banyak digunakan di bidang teletronik,
bangunan dan sector alat-alat tehnik. Ada 2 tipe poliasetal yaitu homopolimer dan kopolimer. Asetal
homopolimer merupakan polimer kristalin yang dibuat dari formaldehida Resin ini secara tehnis disebut
polioksi metilena (POM). Asetal homopolimer dapat dicampur daengan aditif seperti : antioksidan,
lubrikan, filler, pewarna, UV stabilizer, dll. Resin ini aslinya berwarna putih buram.

Sifat-sifat umum resin asetat adalah:


- Strength Tanpa adanya modifikasi, resin ini mempunyai kekuatan tarik, kekuatan kompresi dan
ketahanan gesek yang tinggi. Resin ini halus dan deformasinya rendah jika diberi beban. Resin ini
mempunyai batas lelah bengkukan (flexural fatique) yang tinggi sehingga baik digunakan sebagai
bahan baku pegas.
- Toughness Resin ini umumnya liat, tahan pukul meskipun pada suhu rendah, kemulurannya pada suhu
kamar mencapai 12% dan pada suhu yang lebih tinggi mencapai 18%.
- Thermal Titik leleh homopolimer asetal lebih rendah daripada engineering thermoplastic lainnya.
- Elektrikal Sifat elektrikalnya dipengaruhi oleh kandungan uap air. Konstanta dielektrikalnya
bervariasi dari frekwensi 102-106 Hz, dan dielectric strength-nya tinggi.
- Chemical Tahan terhadap bermacam-macam pelarut, eter, minyak pelumas, minyak, bensin, bahan
baker dari methanol, dll.
- Friksi/umur pakai Sifat pakai dan friksi baik karena permukaannya lebih keras dan koefisien
gesekannya rendah.
- Flameability Resin asetal homopolimer ini merupakan material yang terbakar pelan-pelan dan berasap
sedikit.
- Stabiliants dimensi Karena asetal menyerap sangat sedikit uap air, maka perubahan dimensinyapun
sangat kecil.
6. POLYCARBONATE (PC)
merupakan engineering plastic yang dibuat dari reaksi kondensasi bisphenol A dengan fosgen
(phosgene) dalam media alkali. Polikarbonat mempunyai sifat-sifat : jernih seperti air, impact
strengthnya sangat bagus, ketahanan terhadap pengaruh cuaca bagus, suhu penggunaannya tinggi,
mudah diproses, flameabilitasnya rendah. Untuk menghasilkan produk–produknya melalui proses
dengan tehnik pengolahan thermoplastic pada umumnya, yaitu: cetak injeksi, ekstruksi, cetak tiup, dan
structural foam moulding. Sheet polikarbonat dapat diproses dengan tehnik thermoforming
menggunakan tekanan maupun vakum. PC juga dapat dikenai proses finishing meliputi pelarut dan
adhesive bonding, pengecatan, printing, hot-stamping, ultrasonic welding, dll.

Penggunaan PC di berbagai sektor sangat luas, antara lain: 1.Sektor otomotif. PC memberi performance
tinggi pada lensa lampu depan/belakang. PC ‘opaque grade’ digunakan untuk rumah lampu dan
komponen elektrik. ‘Glass reinforced grade’ digunakan untuk grill. 2.Sektor makanan, PC digunakan
untuk tempat minuman, mangkuk pengolah makanan, alat makan/minum, alat masak microvwave, dll,
khususnya yang memerlukan produk yang jernih. 3. Bidang medis : filter housing, tubing connector,
peralatan operasi yang harus disterilisasai. 4. Industri elektrikal. PC digunakan untuk membuat
konektor, pemutus arus, tutup baterai, ‘light concentrating panels’ untuk display kristal cair, dll 5.
Alat/mesin bisnis. PC dapat digunakan untuk membuat : rumah dan komponen bagian dalam dari
printer, mesin fotokopi, konektor telepon, dll.

7. POLIAMIDA (NYLON)
merupakan istilah yang digunakan terhadap poliamida yang mempunyai sifat-sifat dapat dibentuk
serat, film dan plastic. Struktur nylon ditunjukkan oleh gugus amida yang berkaitan dengan unit
hidrokarbon ulangan yang panjangnya berbeda-beda dalam suatu polimer.

Sifat-sifat nylon :
1. Secara umum nylon bersifat keras, berwarna cream, sedikit tembus cahaya.
2. Berat molekul nylon bervariasi dari 11.000-34.000
3. Nylon merupakan polimer semi kristalin dengan titik leleh 350-570 Of. Titik leleh erat kaitannya
dengan jumlah atom karbon. Jumlah atom karbon makin besar, kosentrasi amida makin kecil, titik
lelehnyapun menurun.
4. Sedikit higroskopis : oleh karena itu perlu dikeringkan sebelum dipakai, karena sifat mekanis maupun
elektriknya dipengaruhi juga oleh kelembaban relative dari admosfir.
5. Tahan terhadap solvent organic seperti alcohol, eter, aseton, petroleum eter, benzene, CCl4 maupun
xylene.
6. Dapat bereaksi dengan phenol, formaldehida, alcohol, benzene panas dan nitrobenzene panas.
7. Nylon relative tidak dipengaruhi oleh waktu simpan yang lama pada suhu kamar. Tetapi pada suhu
yang lebih tinggi akan teroksidasi menjadi berwarna kuning dan rapuh. Demikian juga sinar matahari
yang kuat akan kurang baik terhadap sifat mekanikalnya.
8. Penambahan aditif dalam nylon dimaksud untuk memperbaiki sifat-sifat nylon.

Teknik pengolahan nylon yang utama adalah cetak injeksi dan ekstrusi. Tehnik lain seperti cetak tiup,
rotational moulding, reaction injection moulding (RIM) . Adapun penggunaannya adalah sebagai
berikut : - Industri listrik dan elektronika. Nylon 6, baik yang diberi pengisi maupun tidak, mempunyai
sifat-sifat yang cocok untuk industri, elektronika maupun telekomunikasi, antara lain yaitu : tahan
suhu tinggi pada pengoperasian yang kontinu. Bersifat isolasi Ketahanan pukulnya tinggi - Mobil

Nylon 6 dapat digunakan untuk membuat : pelampung tangki bahan baker, blok bantalan, komponen
motor, speedometer, gear, pengisi udara karburator, kerangka kaca, penutup tangki bahan baker,
reflector lampu depan, penutup stir, dop roda mobil, dll. - Tekstil Di industri tekstil, nylon 6 digunakan
untuk membuat : bobbin (gelondong benang), perkakas tenun, ring yang dapat dipindah-pindah, gear,
dll. - Peralatan rumah tangga Nylon digunakan untuk furniture, peralatan dapur, folding door,
komponen mesin jahit, kancing, pegangan pisau, kerangka pencukur elektrik. - Mesin- mesin industri
Mesin- mesin yang dibuat dari nylon 6 antara lain : gear, bantalan (bearing), pulley, impeller pompa
motor, sprocket, rol, tabung, alat pengukur pada pompa bensin. - Kemasan Dapat digunakan untuk
mengemas makanan seperti : ikan, daging, saus, keju, coklat, kopi, dll.

8. POLYETHYLENE PEREPHTALATE (PET)


dibuat dari glikol (EG) dan terephtalic acid (TPA) atau dimetyl ester atau asam terepthalat (DMT).

Sifat-sifat PET : PET merupakan keluarga polyester seperti halnya PC. Polymer PET dapat diberi
penguat fiber glass, atau filler mineral. PET film bersifat jernih, kuat, liat, dimensinya stabil, tahan
nyala api, tidak beracun, permeabilitas terhadap gas, aroma maupun air rendah. PET engineer resin
mempunyai kombinasi sifat-sifat: kekuatan (strength)-nya tinggi, kaku (stiffness), dimensinya stabil,
tahan bahan kimia dan panas, serta mempunyai sifat elektrikal yang baik. PET memiliki daya serap uap
air yang rendah, demikian juga daya serap terhadap air. PET dapat diproses dengan proses ekstrusi pada
suhu tinggi 518-608 Of, selain itu juga dapat diproses dengan tehnik cetak injeksi maupun cetak tiup.
Sebelum dicetak sebaiknya resin PET dikeringkan lebih dahulu (maksimum kandungan uap air 0,02
%) untuk mencegah terjadinya proses hidrolisa selama pencetakan. Penggunaan PET sangat luas antara
lain : botol-botol untuk air mineral, soft drink, kemasan sirup, saus, selai, minyak makan.

BAHAN TAMBAH (ADITIF)


- Penstabil (Stabillizer)
Stabilizer berfungsi untuk mempertahankan produk plastik dari kerusakan, baik selama proses, dalam
penyimpanan maupun aplikasi produk. Ada 3 jenis bahan penstabil yaitu : penstabil panas (heat stabilizer)
penstabil terhadap sinar ultra violet (UV Stabilizer) dan antioksidan.
- UV stabilizer
UV stabilizer berfungsi mencegah kerusakan barang plastic akibat pengaruh sinar matahari. Hal ini
dikarenakan sinar matahari mengandung sinar ultra violet dengan panjang gelombang 3000-4000A yang
mampu memecah sebagian besar senyawa kimia terutama senyawa organik.
- Antioksidan
Antioksidan berfungsi mencegah atau mengurangi kerusakan produk plastk karena pengaruh oksidasi
yang dapat menyebabkan pemutusan rantai polimer. Tanda-tanda yang terlihat apabila produk plastik rusak
adalah :
- polimer menjadi rapuh
- kecepatan alir polimer tidak stabil dan cenderung menjadi lebih tinggi.
- Sifat kuat tariknya berkurang
- Terjadi retak-retak pada permukaan produk - Terjadi perubahan warna
PEWARNA ( COLORANT )
Bahan pewarna berfungsi untuk meningkatkan penampilan dan memperbaiki sifat tertentu dari
bahan plastik. Pertimbangan yang perlu diambil dalam memilih warna yang sesuai meliputi :
- Aspek yang berkaitan dengan penampilan bahan plastik selama pembuatan produk warna,
meliputi daya gabung, pengaruh sifat alir apada system dan daya tahan terhadap panas serta bahan
kimia.
- Aspek yang berkaitan dengan produk akhir, antara lain meliputi ketahanan terhadap cuaca, bahan
kimia dan solvent.

Colorant dapat diklasifikasikan dalam 2 jenis, yaitu :


- Dyes
Bahan ini larut dalam bahan plastik sehingga menjadi satu system dan terdispersi secara merata setelah
melalui proses pencampuran. Dyes mempunyai light fastness dan ketahanan panas kurang baik dan dapat
mengalami migrasi (bergerak ke permukaan) sehingga mengurangi daya tarik dan kadang-kadang dapat
meracuni kulit. Penggunaan dyes dalam plastik jumlahnya terbatas.

- Pigment
Bahan ini tidak larut dalam bahan plastik tetapi hanya terdispersi diantara rantai molekul bahan plastik
tersebut. Pencampuran bahan tersebut dengan bahan plastik kadang-kadang memerlukan tehnologi dan
peralatan khusus. Derajat disperse pigmen dalam bahan plastik tergantung pada suhu, waktu pencampuran
dan alat pencampur serta ukuran partikel pigmen dan berat molekul bahan plastik. Pigmen dapat
dikelompokkan menjadi 2 tipe yaitu pigmen anorganik dan pigmen organik. Pigmen anorganik mempunyai
molekul yang lebih besar dan luas permukaanya lebih kecil, permukaannya buram karena menyebarkan
sinar. Contoh pigment anorganik : titanium dioksida yang memberi warna putih, besi oksida memberi warna
kuning, coklat, merah dan hitam, cadmium yang memberi warna kuning terang dan merah, dll. Pigmen
organik ukuran partikelnya lebih kecil, warna lebih kuat, dan dispersinya lebih mudah namun harganya
lebih mahal.

Contoh polimer plastik yang diklasifikasikan berdasarkan bahan bakunya:


1. Polietilena (PE), misalnya botol plastik, mainan, bahan cetakan, ember, drum, pipa saluran, isolasi kawat
dan kabel, kantong plastik dan jas hujan.
2. Polivinilklorida (PVC), misalnya pipa air, pipa plastik, pipa kabel listrik, kulit sintetis, ubin plastik,
piringan hitam, bungkus makanan, sol sepatu, sarung tangan dan botol detergen.
3. Polipropena (PP),misalnya karung, tali, botol minuman, serat, bak air, insulator, kursi plastik, alat-alat
rumah sakit, komponen mesin cuci, pembungkus tekstil, dan permadani.
4. Polistirena, misalnya insulator, sol sepatu, penggaris, gantungan baju.

2) Polimer termosting
Polimer termosetting adalah polimer yang mempunyai sifat tahan terhadap panas. Jika polimer ini
dipanaskan, maka tidak dapat meleleh. Sehingga tidak dapat dibentuk ulang

kembali. Susunan polimer ini bersifat permanen pada bentuk cetak pertama kali (pada saat
pembuatan). Bila polimer ini rusak/pecah, maka tidak dapat disambung atau diperbaiki lagi. Polimer
termosetting memiliki ikatan-ikatan silang yang mudah dibentuk pada waktu dipanaskan. Hal ini
menyebabkan polimer menjadi kaku dan keras. Semakin banyak ikatan silang pada polimer ini, maka
semakin kaku dan mudah patah. Bila polimer ini dipanaskan untuk kedua kalinya maka akan
menyebabkan rusak atau lepasnya ikatan silang antar rantai polimer.

Sifat polimer termosetting sebagai berikut.


Keras dan kaku (tidak fleksibel)
Jika dipanaskan akan mengeras
Tidak dapat dibentuk ulang (sukar didaur ulang)
Tidak dapat larut dalam pelarut apapun
Jika dipanaskan akan meleleh
Tahan terhadap asam basa
Mempunyai ikatan silang antarrantai molekul
Contoh plastik termosetting adalah bakelit, asbak, fitting lampu listrik, steker listrik, peralatan
fotografi, radio, dan perekat plywood

Berbagai macam polimer


Dalam kehidupan sehari-hari, kita pasti banyak menggunakan polimer buatan. Berikut ini beberapa
contoh polimer buatan di sekitar kita:
1. Karet Sintesis
Dengan semakin meningkatnya kebutuhan akan ban mobil dan motor, ahli-ahli kimia organic telah
mengembangkan pembuatan karet sintetis untuk mempercepat perolehan kebutuhan tersebut.
Karet-karet sintetis tersebut dibuat dengan menggunakan bahan dasar monomer, seperti butadiene
dan stirena dengan cara kopolimerisasi.
Polibutadiena-stirena disebut juga dengan Buna atau nama dagangnya SBR (stirena-butadiena
rubber). Ada dua jenis Buna, yaitu Buna-N dan Buna-S. tidak seperti polimer lain yang monomernya
1:1, pada Buna-N perbandingan antara 1,3-butadiena dan stirena adalah 3:1, sedangkan Buna-S
perbandingan antara 1,3-butadiena dan stirena adalah 7:3. polimer tersebut merupakan karet sintetis
yang kuat hampir menyamai karet alam karena resisten oksidasi dan abrasi dibandingkan karet alam.
SBR mengandung ikatan rangkap dan dapat dicross-linked kan dengan sulfur dengan proses
vulkanisasi. Saat ini Buna banyak digunakan sebagai ban mobil.
Jika karet yang divulkanisasi ini diregangkan, jembatan belerang menahan rantai-rantai polimer
sehingga tidak mudah putus, kemudian karet tersebut akan kembali pada bentuk semula setelah
meregang. Karet sintetis lain adalah neoprene yang berasal dari monomer kloropropena, polibutadiena,
dan Thiokol.

2. Serat Sintetis
Kapas merupakan serat alam yang merupakan polimer dari karbohidrat (selulosa), dan polimer dari
protein (wol dan sutera). Seperti halnya karet, serat memiliki polimer sintetis, yaitu nilon dan poliester
(dakron).
Dakron atau tetoron merupakan polyester. Polimer ini yang sangat kuat, sangat lentur dan
transparan. Polimer ini juga digunakan untuk membuat sintetis dan membuat lembaran film tipis yang
dalam perdagangan disebut mylar. Mylar banyak digunakan untuk pita rekam magnetic dan untuk
membuat gelembung balon yang dimanfaatkan dalam penelitian cuaca di atmosfer.
Nilon-66 merupakan serat polimer yang titik leburnya tinggi. Disebut nilon-66 karena polimernya
tersusun dari enam atom C dari 1,6-heksametilena diamina dan enam atom C darimolekul asam 1,6
heksanadioat. Nilon-66 digunakan untuk serat kain.
3. Orlon
Orlon merupakan polimer adisi dari monomer akrilonitril. Polimer ini merupakan serat sintetis,
seperti wol digunakan dalam tekstil sebagai campuran wol, karpet, dan kaus kaki.

4. Plastik
Plastik merupakan polimer sintetis yang paling populer karena banyak digunakan dalam kehidupan
sehari-hari.
Berdasarkan jenis monomernya, ada beberapa jenis plastik yaitu sebagai berikut :
a) Polietena (Polietilena)
Polietilena merupakan polimer plastik yang sifatnya ulet (liat), massa jenis rendah, lentur, sukar
rusak apabila lama dalam keadaan terbuka di udara maupun apabila terkena tanah lumpur, tetapi
tidak tahan panas. Polietena adalah plastik yang banyak diproduksi, dicetak lembaran untuk
kantong plastik, pembungkus halaman, ember, dsb.
b) Polipropena (Polipropilena)
Polipropena mempunyai sifat yang sama dengan polietena. Oleh karena plastik ini juga banyak
diproduksi, hanya kekuatannya lebih besar dari polietena dan lebih tahan panas serta tahan terhadap
reaksi asam dan basa. Plastik ini juga digunakan untuk membuat botol plastik, karung, bakair, tali,
dan kanel listrik (insulator).
c) PVC (Polivinil Klorida)
PVC mempunyai sifat keras dan kaku digunakan untuk membuat pipa plastik, pipa paralon,
pipakabel listrik, kulit sintetis, dan ubin plastik.
d) Teflon (Tetrafluoroetena)
Teflon merupakan lapisan tipis yang sangat tahan panas dan tahan terhadap bahan kimia.
Teflon digunakan untuk pelapis wajan (panic anti lengket), pelapis tangki di pabrik kimia, pipa
antipatah, dan kabel listrik.
e) Bakelit (Fenol Formaldehida)
Bakelit adalah suatu jenis polimer yang dibuat dari dua jenis monomer, yaitu fenol dan
formaldehida. Polimer ini sangat keras, titik leburnya sangat tinggi dantahan api. Bakelit digunakan
untuk instalasi listrik dan alat-alat yang tahan suhu tinggi, misalnya asbak dan fiting lampu listrik.
f) Flexiglass (Polimetil Metakrilat)
Polimetil Metakrilat disingkat PMMA mempunyai nama dagang flexiglass. Polimetil
metakrilat merupakan polimerisasi adisi dari monomer metil metakrilat (H2C = CH-COOH3).
PMMA merupakan plastik yang kuat dan transparan. Polimer ini digunakan untuk jendela pesawat
terbang dan lampu belakang mobil.

Kegunaan Polimer
Kegunaan polimer dalam kehidupan sehari-hari adalah sebagai berikut :
a) Plastik Polietilentereftalat (PET)
Plastik PET merupakan serat sintetik poliester (dakron) yang transparan dengan daya tahan kuat,
tahan terhadap asam, kedap udara, fleksibel, dan tidak rapuh. Dalam hal penggunaannya, plastik PET
menempati urutan pertama. Penggunannya sekitar 72 % sebagai kemasan minuman dengan kualitas
yang baik. Plastik PET merupakan poliester yang dapat dicampur dengan polimer alam seperti: sutera,
wol dan katun untuk menghasilkan bahan pakaian yang bersifat tahan lama dan mudah perawatannya.
b) Plastik Polietena/Polietilena (PE)
Terdapat dua jenis plastik PE, yaitu Low Density Polyethylene (LDPE) dan High Density
Polyethylene (HDPE). Plastik LDPE banyak digunakan sebagai kantung plastik serta pembungkus
makanan dan barang.
Plastik HDPE banyak digunakan sebagai bahan dasar membuat mainan anak-anak, pipa yang kuat,
tangki korek api gas, badan radio dan televisi, serta piringan hitam.
c) Polivinil Klorida (PVC)
Plastik PVC bersifat termo plastik dengan daya tahan kuat. Plastik ini juga bersifat tahan serta
kedap terhadap minyak dan bahan organik. Ada dua tipe plastik PVC yaitu bentuk kaku dan bentuk
fleksibel. Plastik bentuk kaku digunakan untuk membuat konstruksi bangunan, mainan anak-anak, pipa
PVC (paralon), meja, lemari, piringan hitam, dan beberapa komponen mobil. Adapun plastic bentuk
fleksibel, jenis ini digunakan untuk membuat selang plastik dan isolasi listrik. Dalam hal
penggunaannya, plastic PVC menempati urutan ketiga dan sekitar 68% digunakan untuk konstruksi
bangunan (pipa saluran air).
d) Plastik Nilon
Plastik nilon merupakan polimer poliamida (proses pembentukannya seperti pembentukan protein).
Plastik Nilon ditemukan pada tahun 1934 oleh Wallace Carothers dari Du Pont Company. Ketika itu,
Carothers mereaksikan asam adipat dan heksametilendiamin. Plastik yang bersifat sangat Kuat (tidak
cepat rusak) dan halus ini banyak digunakan untuk pakaian, peralatan kemah dan panjat tebing,
peralatan rumah tangga serta peralatan laboratorium.
e) Karet Sintetik
Karet Sintetik yang terkenal adalah Styrene Butadiene Rubber (SBR), suatu polimer yang terbentuk
dari reaksi polemerisasi antara stirena dan 1,3-butadiena. Karet sintetik ini banyak digunakan untuk
membuat ban kendaraan karena memiliki kekuatan yang baik dan tidak mengembang apabila terkena
minyak atau bensin.
f) Wol
Wol adalah serat alami dari protein hewani (keratin) yang tidak larut. Struktur protein wol yang
lentur menghasilkan kain dengan mutu yang baik, namun kadang-kadang menimbulkan masalah karena
dapat mengerut dalam pencucian. Oleh karena itu, wol dicampur dengan PET untuk menghasilkan kain
yang bermutu baik dan tidak mengerut pada saat pencucian

g) Kapas
Kapas merupakan serat alami dari bahan nabati (selulosa) yang paling banyak digunakan (hampir
50% pemakaian serat alami berasal dari kapas). Kain katun dibuat dari serat kapas dengan perlakuan
kimia sehingga menghasilkan kain yang kuat, enak dipakai, dan mudah perawatannya.

Penanganan Limbah Plastik


Sekitar 20% volum sampah perkotaan berupa limbah plastik. Pada umumnya, sampah tersebut
dibuang ke tempat pembuangan sampah. Oleh karena limbah plastik itu tidak dapat diuraikan oleh
mikroorganisme, akibatnya kita terus menerus memerlukan areal untuk pembuangan sampah. Meskipun
tidak beracun, limbah plastik dapat menyebabkan pencemaran tanah, selain merusak
pemandangan.Beberapa cara yang dapat ditempuh dalam mengatasi limbah plastik adalah dengan mendaur
ulang (recycle), dengan incinerasi dan dengan membuat plastik yang dapat mengalami biodegradasi.
1) Daur Ulang (Recycle)
Penanganan limbah plastik yang paling ideal adalah dengan mendaur ulang. Akan tetapi, hal itu
tampaknya tidak mudah dijalankan. Proses daur ulang melalui tahap-tahap pengumpulan (sortir),
pelelehan, dan pembentukan ulang. Tahapan paling sulit adalah pengumpulan dan pemisahan.
Keduatahapan ini akan lebih mudah dilakukan jika masyarakat dengan disiplin tinggi ikut
berpartisipasi, yaitu ketika membuang sampah plastik.
Dewasa ini plastik yang cukup banyak di daur ulang adalah jenis HDPE dan botol- botol plastik.
2) Incinerasi (Incineration)
Cara lain untuk mengatasi limbah plastik adalah dengan membakarnya pada suhu tinggi
(incinerasi). Limbah plastik mempunyai nilai kalor yang tinggi, sehingga dapat digunakan sebagai
sumber tenaga untuk pembangkit listrik. Beberapa pembangkit listrik membakar batu bara yang
dicampur beberapa persen ban dan plastik bekas. Akan tetapi pembakaran sebenarnya menimbulkan
masalah baru, yaitu pencemaran udara. Pembakaran plastik seperti PVC menghasilkan gas HCl yang
bersifat korosif/racun. Pembakaran ban bekas menghasilkan asap hitam yang sangat pekat dan gas-gas
yang bersifat korosif.
Gas- gas korosif ini membuat incinerator cepat terkorosi. Polusi yangpaling serius adalah
dibebaskannya gas Dioksin yang sangat beracun pada pembakaran senyawa yang mengandung klorin
seperti PVC. Untuk itu, pembakaran harus dilakukan dengan pengontrolan yangbaik untuk mengurangi
polusi udara.
3) Plastik Yang Mudah Diuraikan Mikroorganisme (Biodegradable Plastics)
Sekitar setengah dari penggunaan plastik adalah untuk kemasan. karena itu, sangat baik jika dibuat
plastik yang bio- atau fotodegradable. Hal ini diupayakan dan mulai dipasarkan. Kebanyakan plastik
biodegradable berbahan dasar Amilum (Zat Tepung). Sayangnya, plastik jenis ini lebih mahal dan
kelihatannya masyarakat enggan untuk membayar lebih.

Aplikasi dan Dampak Polimer


Berdasarkan aplikasinya dibagi 3 kelompok yaitu:
- Polimer komersial, yaitu polimer yang disintesis dengan biaya murah dan diproduksi secara besar
- besaran. Polimer komersial pada prinsipnya terdiri dari 4 jenis polimer utama yaitu: Polietilena,
Polipropilena, Poli(vinil klorida), dan Polisterena. Polietilena dibagi menjadi produk massa jenis rendah (<
0,94 g/cm3), dan produk massa jenis tinggi (> 0,94 g/cm3). Perbedaan dalam massa jenis ini timbul dari
strukturnya yakni: polietilena massa jenis tinggi secara esensial merupakan polimer linier dan polietilena
massa jenis rendah bercabang. Plastik - plastik komoditi mewakili sekitar 90% dari seluruh produksi
termoplastik dan sisanya terbagi diantara kopolimer stirena – butadiena, kopolimer akrilonitril – butadiena
– stirena (ABS), poliamida dan poliester. Contoh plastik-plastik komoditi dan penggunaannya dapat dilihat
pada table
Polimer teknik, yaitu polimer yang memiliki sifat unggul tetapi harganya mahal. Konsumsi plastik teknik
kimia hingga akhir tahun 1980-an mencapai kira - kira 1,5 x 109 kg/tahun diantaranya poliamida,
polikarbonat, asetal, poli(fenilena oksida) dan poliester mewakili sekitar 99% dari pemasaran. Yang tidak
diperhatikan adalah bahan - bahan berkualitas teknik dari kopolimer akrilonitril – butadiena – stirena,
berbagai polimer terfluorinasi dan sejumlah kopolimer serta bahan paduan polimer yang meningkat
jumlahnya. Ada banyak kesamaan dalam pasaran plastik - plastik teknik tetapi plastik - plastik ini dipakai
terutama dalam bidang transportasi seperti (mobil, truk, pesawat udara), konstruksi (perumahan, instalasi
pipa ledeng, perangkat keras), barang - barang listrik dan elektronik (mesin bisnis, komputer), mesin - mesin
industri dan barang- barang konsumsi. Selain polimer - polimer yang telah diperlihatkan, kopolimer dan
paduan polimer teristimewa yang disesuaikan untuk memperbaiki sifat (mutu) semakin bertambah
jumlahnya. Pemasaran plastik - plastik teknik tumbuh dengan cepat dengan proyeksi pemakaian yang
meningkat hingga 10% per tahun.

Contoh Polimer teknik yang utama dapat dilihat pada Tabel


- Polimer dengan tujuan khusus, yaitu polimer yang memiliki sifat spesifik yang unggul dan dibuat untuk
keperluan khusus. Contoh: alat-alat kesehatan seperti termometer/timbangan.

Polimer – Polimer Industri


Ada tiga klasifikasi utama dari industri polimer : plastik, serat, karet atau elastomer. Perbedaan (dan
kegunaan produk akhir) dari ketiga tipe polimer ini didasarkan pada tingkat yang besar dari sifat mekanik
khusus polimer yang disebut modulus, yang dalam istilah yang lebih umum mempunyai arti kekakuan.
Produk yang terakhir ini termasuk plastik-plastik selulosa, selulosa (kapas, sisal, dan lain-lain) dan serat-
serat protein (wol, sutera), dan karet alam. Dua polimer industri lainnya juga digambarkan melalui
kegunaan akhirnya: bahan pelapis dan bahan perekat. Konsumsi polimer sintetis dunia sekarang ini kira-
kira 70 juta metric ton per tahun, hampir 56 % di antaranya terdiri dari plastik, 18% serat, dan 11% karet
sintetis. Sisanya terdiri dari bahan pelapis dan bahan perekat.
Plastik
Plastik – Plastik komoditi

Plastik-plastikteknik

Plastik – Plastik thermoset


Serat
Karet (elastomer)

Bahan Pelapis dan Perekat


Dengan berkembangnya polimer-polimer sintetis pada abad ke-20, industri bahan pelapis telah berkembang
dari pernis dan cat sintetis (alkida) poliester awal yang diperkenalkan pada tahun 1920-an hingga ke cat-
cat lateks yang lebih mutakhir yang terdiri dari polimer-polimer yang diemulsi dalam air. Yang mula-mula
muncul adalah cat-cat dinding lateks yang didasarkan pada kopolimer stirena-butadiena, kemudian cat-cat
lateks luar yang menggunakan poli (vinil asetat) dan berbagai jenis poli (akrilat ester) Seperti bahan pelapis,
bahan-bahan perekat pun mendapatkan tempatnya dengan berkembangnya polimer-polimer sintetis.
Polimer fenol-formaldehida dan urea-formaldehida yang masih banyak digunakan terutama dalam industri
kayu (plywood, particle board, dan lain-lain). Belakangan muncul epoksi, sianoakrilat, dan lain-lain. Akhir-
akhir ini, industri bahan perekat telah meliputi sebagian besar tipe polimer untuk digunaka dalam aplikasi-
aplikasi angkasa luar. Industri bahan pelapis dan bahan perekat jauh lebih kompleks daripada polimer-
polimer yang digunakan. Formulasi-formulasi mencakup pelarut, bahan pengisi, penstabil dan berbagai
bahan tambahan lain bergantung pada aplikasi.

Anda mungkin juga menyukai