Anda di halaman 1dari 4

MANAJEMEN PEMELIHARAAN BURUNG MERPATI

Oleh :

CITRA ARDELIA
23010116140106

PROGRAM STUDI S1 PETERNAKAN


FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2019
Manajemen pemeliharaan Burung Merpati

Burung merpati (Columba livia) merupakan salah satu unggas yang dipelihara untuk

kesenangan, burung merpati juga dikonsumsi. Merpati memiliki banyak macam dan populasi

yang sangat besar. Burung merpati banyak diternakkan untuk digunakan sebagai burung

permainan dan burung potong yang dapat menjadi salah satu pilihan kebutuhan gizi

masyarakat. Pemberian pakan yang di bawah standar, kondisi kandang yang buruk, serta

sanitasi yang kurang baik, dapat menyebabkan imunitas tubuh burung merpati menurun dan

merpati mudah terserang penyakit. Sehingga untuk mendapatkan burung merpati yang sehat

harus dilakukan pemeliharaan burung merpati dengan baik.

Umumnya masyarakat memelihara burung merpati dengan cara sederhana dengan

cara pemeliharaan secara ekstensif, yaitu merpati dipelihara dengan menggunakan kandang

yang sangat sederhana dan diletakkan di atap rumah serat diberi pakan berupa sisa nasi kering

dan gabah. Tingkah laku makan burung merpati dipengaruhi oleh faktor genetik dan

pengaturan pemberian pakan. Keberhasilan pemeliharaan burung merpati dipengaruhi antara

lain oleh faktor pakan yang meliputi macam bahan pakan, cara pemberian pakan serta waktu

pemberian pakan. Berdasarkan beberapa penelitian burung merpati menyukai pakan jagung

karena jagung memiliki warna yang cerah serta sifat kimiawi dan fisik yang terdapat pada

jagung. Selain itu burung merpati juga menyukai kedelai karena memiliki warna yang cerah

pula dan berbentuk bijian. Selain biji-bijian burung merpati juga membutuhkan grit.

Pemberian pakan sebaiknya dilakukan dua kali sehari yaitu pagi hari dan sore hari. Konsumsi

pakan sepasang burung merpati yaitu sekitar 100 – 150 gram stiap harinya.

Sistem pemeliharaan burung merpati dapat dilakukan dengan cara sistem umbaran,

sistem kurung dan campuran. Masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan masing-

masing misalnya pada sistem umbaran akan lebih menghemat biaya produksi karena tidak
perlu memerlukan biaya untuk pembuatan kandang tetapi dengan sistem umbaran dapat

memungkinkan burung merpati kekurangan pakan. Sistem kurung dibagi menjadi dua yaitu

koloni dan battery. Pemeliharaan burung merpati dengan sistem kurung kurang efektif karena

burung merpati adalah burung yang suka bersosialisasi dan gemar terbang sedangkan sistem

campuran yaitu perpaduan antara sistem umbar dan sistem kurung. Kandang berdasarkan

tahap pemeliharaannya dibagi menjadi tiga yaitu kandang jodoh, kandang pembesaran dan

kandang karantina. Pembuatan kandang harus menghadap kearah sinar matahari. Sanitasi

kandang harus rutin dilakukan untuk mencegahnya pertumbuhan dan penyebaran penyakit.

Perkawinan pertama hendaknya dilakukan pada umur 5 – 8 bulan. Sebelum kawin

merpati jantan akan mengembangkan temboloknya, bulu diekarkan dan terlihat tenang.

Setelah kawin merpati jantan akan mencari bahan untuk dijadikan sarang, maka peternak

hendaknya menyediakan jerami, lidi atau bahan apa pun yang dapat dirangkai menjadi

sarang. Setelah sarang terbentuk merpati betina akan bertelur pertama kali dan kemudian

telur kedua dikeluaran 24 jam setelah telur pertama dikeluarkan. Telur pertama akan menetas

pada hari ke 17-18 hari setelh dierami sedangkan telur kedua 48 jam lebih lambat

dibandingkan telur pertama.


Sumber :

Erina., A. A. Harahap., M. Abrar., T. Z. Helmi., M. N. Salim dan Rinidar. 2018. Deteksi


antibodi virus avian influenza subtipe h5n1 pada burung merpati (columba livia). J.
Ilmiah mahasiswa veteriner. 3(1) : 16 – 23.
Hamid, A. 2015.Pola Tingkah Laku Makan Burung Merpati (Columba Livia) Jantan Jurusan
Peternakan Fakultas Universitas Negeri Gorontalo Pola Tingkah Laku Makan Burung
Merpati ( Columba Livia ) Jantan Yang Dipelihara Secara Pola Tingkah Laku Makan
Burung Merpati ) Jantan Yang Dipelihara Secara Intensif. Fakultas Ilmu Pertanian.
Universitas Negeri Gorontalo. (Skripsi).
Sahara, A., J. Prastowo., D. PriyoWidodo., E. S. Rohayati dan S. Widyarini. 2013.
Identifikasi cacing trematoda dan gambaran patolog ginjal burung merpati yang
terinfeksi. J. Veteriner. 14(4) : 402 – 407.

Anda mungkin juga menyukai