Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PRAKTIKUM PEMBUATAN ETANOL DAN ASAM

SITRAT DENGAN FERMENTASI ANAEROB DAN FERMENTASI


AEROB
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Laboratorium Bioproses

Tanggal Praktikum: 6 dan 13 November 2018

Tanggal Pengumpulan Laporan: 20 November 2018

Dosen Pembimbing: Ayu Ratna Permanasari, S.T., M.T.

Oleh:

Bella Nabila 171411037


Delifa Ariesta 171411038
Dhara Firdausa 171411039
Dhea Elita P 171411040

Kelompok 2 (2B - D3 Teknik Kimia)

JURUSAN TEKNIK KIMIA

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

2018
I. TUJUAN PERCOBAAN
1) Memahami perbedaan komposisi media fermentasi untuk pertumbuhan dan produksi;
2) Memahami kondisi operasi optimum untuk pembentukan produk asam sitrat;
3) Memahami jenis pola pembentukan produk asam sitrat.
4) Memahami proses fermentasi etanol secara anaerobik yang dijalankan secara batch;
5) Menguasai teknik pembuatan inokulum dan persiapan untuk proses fermentasi anaerobik;
6) Menentukan kurva kalibrasi untuk konsentrasi etanol dan konsentrasi sukrosa terhadap
indeks bias;
7) Menentukan kurva perubahan konsentrasi sel, konsentrasi etanol, dan konsentrasi substrat
terhadap sisa waktu;

II. DASAR TEORI

Fermentasi adalah proses produksi energi dalam sel dalam keadaan anaerobik (tanpa
oksigen). Secara umum, fermentasi adalah salah satu bentuk respirasi anaerobik, akan tetapi,
terdapat definisi yang lebih jelas yang mendefinisikan fermentasi sebagai respirasi dalam
lingkungan anaerobik dengan tanpa akseptor elektron eksternal.
Gula adalah bahan yang umum dalam fermentasi. Beberapa contoh hasil fermentasi adalah
etanol, asam laktat, dan hidrogen. Akan tetapi beberapa komponen lain dapat juga dihasilkan
dari fermentasi seperti asam butirat dan aseton. Ragi dikenal sebagai bahan yang umum digunakan
dalam fermentasi untuk menghasilkan etanol dalam bir, anggur dan minuman beralkohol lainnya.
Kata “Fermentasi” berasal dari bahasa Latin “Ferment” yang artinya adalah enzim.
Pengertian Fermentasi adalah proses terjadinya penguraian senyawa-senyawa organik untuk
menghasilkan energi serta terjadi pengubahan substrat menjadi produk baru oleh mikroba
(Madigan, 2011).
2.1. Jenis-jenis Fermentasi
1. Berdasarkan penggunaan oksigen, fermentasi dibagi menjadi dua jenis yaitu (Fardiaz,
1992):
 Aerobik, yaitu fermentasi yang memerlukan oksigen. contohnya ialah fermentasi
asam sitrat.
 Anaerobik, yaitu fermentasi yang tidak memerlukan oksigen. Contohnya ialah
fermentasi etanol, fermentasi asam asetat, dan sebagainya.
2. Berdasarkan produk yang dihasilkan, fermentasi dibagi menjadi dua jenis, yaitu
(Belitz, 2009):
 Homofermentatif, yaitu fermentasi yang produk akhirnya hanya berupa asam
laktat. Contoh homofermentatif adalah proses fermentasi yang terjadi dalam
pembutaan yoghurt.
 Heterofermentatif, yaitu fermentasi yang produk akhirnya berupa asam laktat
dan etanol sama banyak. Contoh heterofermentatif adalah proses fermentasi
yang terjadi dalam pembuatan tape.
3. Berdasarkan proses yang dihasilkan oleh mikroba, fermentasi dibagi menjadi tiga
jenis, yaitu:
 Fermentasi yang memproduksi sel mikroba (biomass).
Produksi komersial dari biomass dapat dibedakan menjadi produksi yeast untuk
industri roti, dan produksi sel mikroba untuk digunakan sebagai makanan
manusia dan hewan.
 Fermentasi yang menghasilkan enzim dari mikroba.
Secara komersial, enzim dapat diproduksi oleh tanaman, hewan, dan mikroba,
namun enzim yang diproduksi oleh mikroba memiliki beberapa keunggulan
yaitu, mampu dihasilkan dalam jumlah besar, dan mudah untuk meningkatkan
produktivitas bila dibandingkan dengan tanaman atau hewan.
 Fermentasi yang menghasilkan metabolit mikroba.
Metabolit mikroba dapat dibedakan menjadi metabolit primer dan metabolit
sekunder. Produk metabolisme primer yang dianggap penting contohnya etanol,
asam sitrat, polisakarida, aseton, butanol, dan vitamin. Sedangkan metabolit
sekunder yang dihasilkan mikroba contohnya antibiotik, pemacu pertumbuhan,
inhibitor enzim, dan lain-lain.
Berdasarkan Silcox dan Lee, proses fermentasi yang baik adalah:
1. Mikroorganisme dapat membentuk produk yang diinginkan
2. Organisme ini harus berpropagasi secara cepat dan dapat mempertahanka
keseragaman biologis, sehingga memberikan yield yang dapat diprediksi.
3. Raw material sebagai substrat ekonomis
4. Yieldnya dapat diterima
5. Fermentasi cepat
6. Produk mudah diambil dan dimurnikan

2.2. Manfaat Fermentasi


Manfaat penting fermentasi ialah pengubahan karbohidrat menjadi asam organik yang
bersifat mengawetkan makanan. contoh fermentasi adalah jus anggur yang difermentasi
menjadi minuman anggur, gandum menjadi bir, dan sebagainya. fermentasi menjadikan
makanan lebih tahan lama. Manfaat-manfaat dari fermentasi adalah
1. Memperkaya variasi makanan dengan mengganti aroma, rasa, dan komposisi
makanan
2. Mengawetkan makanan dengan mereproduksi sejumlah asam laktat, alkohol, dan
asam asetat dalam besaran yang relevan
3. Memperkaya nutrisi makanan dengan menambahkan sejumlah protein, asam amino,
bersama vitamin
4. Mengeliminasi senyawa anti nutrien
5. Mengemat waktu dan sumber kapasitas yang dibutuhkan dalam memproses makanan

2.3. Fermentasi Asam Sitrat


Asam sitrat merupakan asam organik lemah yang ditemukan pada daun dan buah
tumbuhan genus Citrus (jeruk-jerukan). Dalam biokimia, asam sitrat dikenal sebagai
senyawa antara dalam siklus asam sitrat yang terjadi di dalam mitokondria, yang penting
dalam metabolisme makhluk hidup. Zat ini juga dapat digunakan sebagai zat pembersih yang ramah
lingkungan dan sebagai antioksidan.
Asam sitrat terdapat pada berbagai jenis buah dan sayuran, namun ditemukan pada
konsentrasi tinggi, yang dapat mencapai 8% bobot kering, pada jeruk lemon dan limau
(misalnya jeruk nipis dan jeruk purut. Rumus kimia asam sitrat adalah C6H8O7. Struktur
asam ini tercermin pada nama IUPAC-nya,asam 2-hidroksi-1,2,3-propanatrikarboksilat.

 Sifat Fisik dan Kimia

Keasamanasam sitrat didapatkan dari tiga gugus karboksil COOH yang dapat
melepas proton dalam larutan. Jika hal ini terjadi, ion yang dihasilkan adalah ion sitrat.
Sitrat sangat baik digunakan dalam larutan penyangga untuk mengendalikan pH larutan.
Ion sitrat dapat bereaksi dengan banyak ion logam membentuk garam sitrat. Selain itu,
sitrat dapat mengikat ion-ion logam dengan pengkelatan, sehingga digunakan sebagai
pengawet dan penghilang kesadahan air.
Pada temperatur kamar, asam sitrat berbentuk serbuk kristal berwarna putih.Serbuk
kristal tersebut dapat berupa bentuk anhydrous (bebas air), atau bentuk monohidrat yang
mengandung satu molekul air untuk setiap molekul asam sitrat.Bentuk anhydrous asam
sitrat mengkristal dalam air panas, sedangkan bentuk monohidrat didapatkan dari
kristalisasi asam sitrat dalam air dingin. Bentuk monohidrat tersebut dapat diubah menjadi
bentuk anhydrous dengan pemanasan diatas 74 °C. Secara kimia, asam sitrat bersifat seperti
asam karboksilat lainnya. Jika dipanaskan di atas 175 °C, asam sitrat terurai dengan
melepaskan karbon dioksida dan air.

 Kegunaan Asam Sitrat


Penggunaan utama asam sitrat saat ini adalah sebagai zat pemberi cita rasa dan
pengawet makanan dan minuman, terutama minuman ringan. Sifat sitrat sebagai larutan
penyangga digunakan sebagai pengendali pH dalam larutan pembersih dalam rumah tangga
dan obat-obatan. Kemampuan asam sitrat untuk meng-kelat logam menjadikannya berguna
sebagai bahan sabun dan deterjen. Dengan meng-kelat logam pada air sadah, asam sitrat
memungkinkan sabun dan deterjen membentuk busa dan berfungsi dengan baik tanpa
penambahan zat penghilang kesadahan. Asam sitrat digunakan di dalam industri
bioteknologi dan obat-obatan untuk melapisi (passivate) pipa mesin dalam proses
kemurnian tinggi sebagai ganti asam nitrat, karena asam nitrat dapat menjadi zat berbahaya
setelah digunakan untuk keperluan tersebut, sementara asam sitrat tidak.

 Proses Pembentukan Asam Sitrat


Siklus asam sitrat dimulai dengan satu molekul asetil-KoA bereaksi dengan satu
molekul H2O, melepaskan gugus koenzim-A,dan mendonorkan dua atom karbon yang tersisa dalam
bentuk gugus asetil kepada asam oksaloasetat yang memiliki molekul dengan empat atom
karbon, hingga menghasilkan asam sitrat dengan enam atom karbon.
 Aspergillus Niger
Aspergilus niger merupakan fungi dari filum Ascomycetes yang berfilamen,
mempunyai hifa berseptat, dan dapat ditemukan melimpah di alam. Fungi ini biasanya
diisolasi dari tanah, sisa tumbuhan, dan udara di dalam ruangan. Koloninya berwarna putih
pada Agar Dekstrosa Kentang (PDA) 25 °C dan berubah menjadi hitam ketika konidia
dibentuk. Kepala konidia dari Aspergillus Niger berwarna hitam, bulat,cenderung memisah
menjadi bagian-bagian yang lebih longgar seiring denganbertambahnya umur.

 Habitat Aspergillus Niger


Aspergillus Niger dapat tumbuh optimum pada suhu 35-37 °C. Jika di atas 30ºC
akan menurunkan jumlah asam sitrat dan menaikkan akumulasi asam oksalat. Waktu
optimum inkubasi untuk menghasilakan asam sitrat yang maksimum tergantung pada
organisme yang dipakai dan kondisi fermentasi.
Selain itu, dalam proses pertumbuhannya fungi ini memerlukan oksigen yang
cukup (aerobik) sehingga diperlukan aerasi dan kecepatan aerasi dapat mempengaruhi
produksi asam sitratnya. Dengan menaikkan kecepatan aerasi, waktu fermentasi menjadi
lebih pendek dan yield akan naik.
Aspergillus Niger memiliki warna dasar berwarna putih atau kuning dengan lapisan
konidiospora tebal berwarna coklat gelap sampai hitam.

 Metabolisme Aspergilus Niger


Dalam metabolismenya Aspergillus Niger dapat menghasilkan asam sitrat sehinga
fungi ini banyak digunakan sebagai model fermentasi karena fungi ini tidak menghasilkan
mikotoksin sehingga tidak membahayakan. Aspergillus Niger dapat tumbuh dengan cepat,
oleh karena itu banyak digunakan secara komersial dalam produksi asam sitrat, asam
glukonat, dan pembuatan berapa enzim seperti amilase,pektinase, amiloglukosidase, dan
selulase.Selain itu, Aspergillus Niger juga menghasilkan gallic acid yang merupakan
senyawa fenolik yang biasa digunakan dalam industri farmasi dan juga dapat menjadi
substrat untuk memproduksi senyawa antioksidan dalam industri makanan. Aspergillus
Niger dalam pertumbuhannya berhubungan langsung dengan zat makanan yang terdapat
dalam substrat, molekul sederhana yang terdapat disekeliling hifa dapat langsung diserap
sedangkan molekul yang lebih kompleks harus dipecah dahulu sebelum diserap ke dalam
sel, dengan menghasilkan beberapa enzim ekstraseluler seperti protease, amilase,
mananase, dan α-glaktosidase. Bahan organik darisubstrat digunakan oleh Aspergillus
Niger untuk aktivitas transport molekul, pemeliharaan struktur sel, dan mobilitas sel.

Pengaruh Makro Komponen


Pada umumnya, strain dari Aspergillus niger membutuhkan kondisi dengan konsentrasi
awal gula sekitar 15-18%. Jika lebih tinggi maka residu gula yang tertinggal lebih banyak yang
menyebabkan tidak ekonomis tetapi bila terlalu rendah kadar gulanya maka yield menurun dan
terjadi akumulasi asam oksalat. Unsur-unsur lain yang diperlukan oleh Aspergillus niger antara
lain nitrogen dan fosfat. Sumber nitrogen dapat diperoleh dengan menambahkan (NH4)2SO4,
NH4NO3, KNO3, urea, dan lain-lain.
Pengaruh Mikro Elemen
Walaupun untuk pertumbuhan maupun produksi asam sitrat diperlukan kation Fe, Cu,
Zn, Mn, dan Mg. Akan tetapi, jika berlebihan akan menjadi racun. Batas kandungan kation
adalah sebagai berikut :
 Mg = 0,02 – 0,025%
 Fe < 0,2 ppm
 Cu = 0,1 – 500 ppm
 Zn = 1 -2 µ M
2.4. Fermentasi Etanol
Fermentasi etanol adalah proses biologi yang melibatkan mikroorganisme untuk
mengubah bahan organik menjadi komponen sederhana. Selama proses fermentasi
mikroorganisme memproduksi enzim untuk menghidrolisis substrat menjadi komponen
sederhana (gula) selanjutnya mengubahnya menjadi etanol (Lia dan Tanaka, 2015)
Reaksi Kimia :
C6H1206 2C2H5OH + 2CO2 + 2 ATP
Ragi dikenal sebagai bahan yang umum digunakan dalam fermentasi untuk
menghasilkan etanol dalam bir, anggur dan minuman beralkohol lainnya. Etanol untuk
kegunaan konsumsi manusia (seperti minuman beralkohol) dan kegunaan bahan bakar
produksi dengan cara fermentasi. Spesies ragi tertentu (misalnya Saccharomyces
Cereviciae) mencerna gula dan menghasilkan etanol
C6H1206 2C2H5OH + 2CO2
Proses membiakkan ragi untuk mendapatkan alkohol disebut sebagi fermenatsi.
Konsentrasi etanol yang tinggi akan beracun bagi ragi. Pada jenis ragi yang paling toleran
terhadap etanol, ragi tersebut hanya dapat bertahan pada lingkungan 15% etanol
berdasarkan volume. Fermentasi etanol oleh ragi Saccharomyces cerevisiae akan berjalan
secara optimal pada temperatur 32 oC dengan pH medium 4,5 (Maziar, 2009).

 Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ragi adalah :


1. Nutrisi (gizi)
Khamir memerlukan tambahan nutrisi untuk pertumbuhan dan
perkembangbiakannya, yaitu :
 Unsur C, dari karbohidrat
 Unsur N, dari penambahan pupuk yang mengandung nitrogen (urea, ZA, dan
lain-lain)
 Unsur P, dengan penambahan pupuk fosfat (NPK, TSP, DSP, dan lain-lain)
 Mineral dan vitamin
2. Keasaman (pH)
Khamir memerlukan media dengan suasana asam, yaitu antara pH 4,8-5,0.
Pengaturan pH dapat dilakukan dengan penambahan asam sulfat jika substratnya
alkalis atau natrium bikarbonat jika substratnya asam.
3. Suhu
Suhu optimum untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan adalah 28-32°C
4. Kadar gula
Kadar gula : 10-14 %

 Proses Fermentasi Etanol


Dalam keadaan anaerob, asam piruvat yang dihasilkan oleh proses glikolisis akan
diubah menjadi asam asetat dan CO2. Selanjutnya, asam asetat diubah menjadi alkohol.
Proses perubahan asam asetat menjadi alkohol tersebut diikuti pula dengan perubahan
NADH menjadi NAD+. Dengan terbentuknya NAD+, peristiwa glikolisis dapat terjadi
lagi. Dalam fermentasi alkohol ini, dari satu mol glukosa hanya dapat dihasilkan 2
molekul ATP. Pada beberapa mikroba, peristiwa pembebasan energi terlaksana karena
asam piruvat diubah menjadi asam asetat dan karbondioksida selanjutnya asam asetat
diubah menjadi alkohol. Dalam fermentasi alkohol, satu molekul glukosa hanya dapat
menghasilkan 2 molekul ATP, jika dibandingkan dengan respirasi aerob, satu molekul
glukosa mampu menghasilkan 38 molekul ATP. Gula yang berfungsi sebagai substrat
awal diubah menjadi asam piruvat melalui proses glikolis. Kemudian terjadi proses
dekarboksilasi asam piruvat menjadi asetaldehid dan karbondioksida dengan bantuan
enzim piruvat dekarboksilase. Asetaldehid hasil dari dekarboksilasi asam piruvat
tersebut kemudian diubah menjadi alkohol (ethanol) dengan adanya alkohol
dehidrogenase.

III. PERCOBAAN
3.1. Alat dan Bahan
1. Fermentasi Aerob
Bahan Alat
Media pertumbuhan Erlenmayer 1000 ml
- Gula 7,5 gram Erlenmeyer 100 ml
- (NH4)2SO4 0,225 gram Batang Pengaduk
- KH2PO4 0,1125 gram Neraca Analitik
- Yeast Extract 1 gram Inkubator Shaker
Media fermentasi : Leher Angsa
- Gula 67,5 gram Refraktometer
- (NH4)2SO4 2,7 gram pH meter
- KH2PO4 1,35 gram Pipet ukur
Aspergilus niger Pipet tetes
Aquades Bola hisap

2. Fermentasi Anaerob
Media pertumbuhan: Erlenmeyer 1000ml
- Gula 1 gram Erlenmeyer 250ml
- Pepton 0,25 gram Batang Pengaduk
- Extract Malt 0,25 gram Neraca Analitik
- Yeast Extract 0,25 gram Inkubator Shaker
Media fermentasi : Show case
- Gula 45 gram Refraktometer
- MgSO4.7H2O 0,18 gram Pipet ukur
- (NH4)2SO4 0,9 gram Pipet tetes
- KH2PO4 2,25 gram Bola hisap
Saccharomyces cerevisiae
Aquades
3.2. Prosedur Kerja
1. Fermentasi Aerob

Pembuatan media
Sterilisasi alat dan
Persiapan alat dan fermentasi (450 ml)
media (T = 121°C 15
bahan. dan media
menit)
pertumbuhan (50 ml).

Menyimpan media Penanaman kultur


Menyimpan media
pertumbuhan dan murni jamur
pertumbuhan di dalam
media fermentasi aspergillus niger ke
inkubator shaker
dalam show case dalam media
selama 1 malam
selama 1 malam. pertumbuhan.

Mengambil sampel
Mencampur media Merangkai alat aerasi,
untuk diuji pH dan %
pertumbuhan ke dan menyimpan
brix. Sampling
dalam media media di dalam
dilakukan selama 4
fermentasi. inkubator
hari.

2. Fermentasi Anaerob

Pembuatan media
Sterilisasi alat dan
Persiapan alat dan fermentasi (450 ml)
media (T = 121°C 15
bahan. dan media
menit)
pertumbuhan (50 ml).

Menyimpan media Penanaman kultur


Menyimpan media
pertumbuhan dan murni jamur
pertumbuhan di dalam
media fermentasi aspergillus niger ke
inkubator shaker
dalam show case dalam media
selama 1 malam
selama 1 malam. pertumbuhan.

Mengambil sampel
Mencampur media
Menyimpannya untuk diuji Indeks
pertumbuhan ke
kembali ke dalam bias dan % brix.
dalam media
inkubator shaker. Sampling dilakukan
fermentasi.
selama 4 hari.
IV. DATA PENGAMATAN
1. Fermentasi Anaerob

No Tanggal Waktu Indeks Bias % Brix t (menit)


1 2/11/2018 12.32 1.3471 9.5 0
2 08.30 1.3374 3.1 1198
3 5/11/2018 12.15 1.3369 2.65 1423
4 15.30 1.3375 4.4 1618
5 06.54 1.3372 2.53 2602
6 6/10/2018 12.53 1.3366 2.45 2961
7 15.35 1.3368 2.75 3123
8 7/10/2018 08.26 1.3367 2.55 4204

Kurva Indeks Bias terhadap % Brix


10
8 y = 659.3x - 878.58
R² = 0.9577
Indeks Bias

6
4
2
0
1.334 1.336 1.338 1.34 1.342 1.344 1.346 1.348
% Brix

Kurva Indeks Bias terhadap Waktu


1.348
1.346
1.344
Indeks Bias

1.342
1.34
1.338
1.336 y = -2E-06x + 1.3423
1.334 R² = 0.4867
1.332
0 1000 2000 3000 4000 5000
waktu (menit)
Kurva % Brix terhadap Waktu
10
8

Indeks Bias 6

2 y = -0.0013x + 6.5691
R² = 0.5296
0
0 1000 2000 3000 4000 5000
waktu (menit)

2. Fermentasi Aerob

No Tanggal Waktu pH %Brix Waktu (menit)


1 8/11/2018 14.08 4.46 13 0
2 07.25 4.51 12.85 1368
3 9/11/2018 12.40 4.24 12.8 1683
4 15.07 3.96 12.7 1830
5 07.30 6.12 10.45 2767
6 12/11/2018 12.07 6.3 10.35 3044
7 15.54 6.35 10.05 3271
8 13/11/2018 11.00 6.35 10.25 4405

Kurva Waktu terhadap % Brix


15 y = -0.0009x + 13.595
R² = 0.7667
10
% Brix

0
0 1000 2000 3000 4000 5000
Waktu (menit)
Kurva antara pH terhadap %Brix
14
12
10 y = -1.2495x + 18.162
% Brix 8 R² = 0.9562
6
4
2
0
3 4 5 6 7
pH

Kurva antara pH terhadap Waktu


5000

4000
y = 1022.6x - 3109.7
3000 R² = 0.6583
pH

2000

1000

0
0 1 2 3 4 5 6 7
Waktu

V. PEMBAHASAN

Bella Nabila (171411037)


Pada praktikum kali ini kami melakukan percobaan fermentasi aerob dan fermentasi anaerob
a) Fermentasi Anaerob
Fermentasi anaerob merupakan fermentasi yang tidak memerlukan bantuan oksigen
dalam proses fermentasi tersebut. Pada percobaan kali ini dilakukan fermentasi alcohol
secara batch dengan menggunakan bakteri Saccharomyces Cerevisiae. Fermentasi tersebut
dilakukan secara anaerob untuk mencegah terjadinya perubahan jalur metabolisme biokatalis
ragi (yeast) sehingga terbentuk alcohol sesuai yang diharapkan. Oksigen yang terdapat dalam
proses akan menghasilkan peningkatan biomassa dalam sel (ragi).
Pada praktikum kali ini media pertumbuhan yang digunakan memiliki komposisi
sebagai berikut: Gula 1 gram, Pepton 0,25 gram, Extract Malt 0,25 gram dan Yeast Extract
0,25 gram. Sedangkan pada media fermentasi, komposisinya adalah Gula 45 gram,
MgSO4.7H2O 0,18 gram, (NH4)2SO4 0,9 gram dan KH2PO4 2,25 gram. Zat-zat tersebut
merupakan tambahan nutrisi dan zat pendukung yang dibutuhkan oleh ragi selama proses
berlangsung. Fungsi (NH4)2SO4 ditambahkan sebagai sumber nitrogen untuk ragi dan
KH2PO4 sebagai penstabil pH media. Ditambahkan juga Yeast Extract sebagai nutrisi
tambahan untuk ragi. Juga disini, glukosa merupakan substrat.
Setelah kami membuat media pertumbuhan dan media fermentasi, kami melakukan
sterilisasi media dan alat. Kemudian, media fermentasi dimasukan ke dalam show case
sedangkan media pertumbuhan dimasukan kedalam incubator shaker. Media pertubuhan
kemudian ditambahkan bakteri Saccharomyces cerevisiae. Kemudian, media pertumbuhan
didiamkan selama 1 hari. Setelah didiamkan selama 1 hari, media media fermentasi
dikeluarkan dari show case dan didiamkan hingga suhu ruangan. Setelah media fermentasi
pada suhu ruangan, media pertumbuhan, dimasukan kedalam media fermentasi. Lalu media
fermentasi dimasukkan ke dalam incubator shaker.
Keesokkan harinya kami melakukan sampling data sebanyak 8 data. Berikut adalah
data yang kami dapatkan:
No Tanggal Waktu Indeks Bias % Brix t (menit)
1 2/11/2018 12.32 1.3471 9.5 0
2 08.30 1.3374 3.1 1198
3 5/11/2018 12.15 1.3369 2.65 1423
4 15.30 1.3375 4.4 1618
5 06.54 1.3372 2.53 2602
6 6/10/2018 12.53 1.3366 2.45 2961
7 15.35 1.3368 2.75 3123
8 7/10/2018 08.26 1.3367 2.55 4204
Pengukuran %Brix bertujuan untuk mengetahui kadar glukosa sisa yang terdapat
dalam media, yang mana semakin bertambahnya waktu semakin kadar glukosa semakin
berkurang. Berdasarkan pengukuran % Brix dan Indeks bias yang semakin bertambahnya
waktu semakin berkurang, hal ini mengindikasikan bahwa produk (Ethanol) tidak
terbentuk . Hal ini dapat disebabkan , karena tidak diberlakukannya purge N2 sehingga
dalam media fermentasi masih terdapat oksigen dan memungkinkan terjadinya
metabolisme ragi dan pertumbuhan sel. Hal ini mengakibatkan tidak maksimal produksi
metabolit sekunder (alkohol) . Dapat disimpulkan bahwa dalam media tidak terjadi proses
fermentasi sehingga tidak terjadi pembentukan etanol tetapi hanya terjadi pertumbuhan
biomassa saja.. Reaksi dari fermentasi ini adalah:
C6H12O6  2C2H5OH + 2CO2 + 2ATP
b) Fermentasi Aerob
Pada praktikum kali ini kami melalukan fermentasi asam sitrat secara aerob, yang
merupakan fermentasi yang bantuan memerlukan oksigen.. Hal ini dikarenakan, bakteri
yang kami gunakan membutuhkan oksigen dalam pertubuhannya. Percobaan kali ini kami
menggunakan bantuan jamur Aspergillus niger. Pada prinsipnya kami mengubahan
sukrosa menjadi asam sitrat dengan bantuan jamur Aspergillus niger
Pada percobaan kali ini kami menggunakan media pertumbuhan dengan komposisi
yang digunakan adalah ; Gula 7,5 gram, (NH4)2SO4 0,225 gram, KH2PO4 0,1125 gram dan
Yeast Extract 1 gram. Sedangkan media fermentasi memiliki komposisi sebagai berikut :
Gula 67,5 gram, (NH4)2SO4 2,7 gram dan KH2PO4 1,35 gram. . Zat-zat tersebut merupakan
tambahan nutrisi dan zat pendukung yang dibutuhkan oleh ragi selama proses berlangsung.
Fungsi (NH)2SO4 ditambahkan sebagai sumber nitrogen untuk ragi dan KH2PO4 sebagai
penstabil pH media. Juga disini, glukosa merupakan substrat.
Setelah itu dilakukan sterilisasi agar tidak ada mikroba yang menggangu. Kemudian,
media fermentasi dimasukan kedalam show case. Media pertumbuhan ditambahkan jamur
Aspergillus niger. Lalu dimasukan kedalam incubator shaker dan didiamkan selama 24
jam. Setelah didiamkan selama 24 jam, media media fermentasi dikeluarkan dari show case
dan didiamkan hingga suhu ruangan. Setelah media fermentasi pada suhu ruangan, media
pertumbuhan, dimasukan kedalam media fermentasi. Lalu media fermentasi dimasukkan
ke dalam lemari aerasi. Untuk dilakukan proses aerasi.
Setelah itu kami melakukan sampling. Dengan mengambil data pH dan %brix. Kami
melakukan sampling data sebanyak 8 kali. Data yang kami dapatkan adalah sebagai
berikut:
No Tanggal Waktu pH %Brix Waktu (menit)
1 8/11/2018 14.08 4.46 13 0
2 07.25 4.51 12.85 1368
3 9/11/2018 12.40 4.24 12.8 1683
4 15.07 3.96 12.7 1830
5 12/11/2018 07.30 6.12 10.45 2767
6 12.07 6.3 10.35 3044
7 15.54 6.35 10.05 3271
8 13/11/2018 11.00 6.35 10.25 4405
Dari data tersebut, dapat dilihat bahwa semakin lama waktu maka %brix menjadi
semakin kecil. Hal ini dikarenakan gula pasir sebagai sumber karbon digunakan oleh
mikroba sehingga semakin lama jumlahnya semakin kecil. Hal ini menunjukkan bahwa
fermentasi asam sitrat telah terjadi. Sedangkan pada pengukuran pH dapat dilihat bahwa
pada Hari ke 1 Dan kedua terjadi penurunan pH sesuai dengan literature. Akan tetapi pada
hari ke 3 dan ke 4 terjadi kenaikan pH, Hal tersebut diakibatkan oleh lamanya jarak waktu
pengambilan sampel antara hari 1 & 2 dengan Hari ke 3 & 4. Serta aerasi yang kurang baik.
Maka dari itu dari praktikum yang kami lakukan kali in tidak terbentuk asam sitrat
melainkan biomassa karena nilai pH yang didapatkan tidak sesuai dengan pH asam sitrat
sesuai dengan literature. Nilai pH asam sitrat yang seharusnya dicapai adalah 3.

Delifa Ariesta (171411038)


Pada praktikum kali ini kami melakukan percobaan fermentasi anaerob (fermentasi
etanol) dan fermentasi aerob (fermentasi asam sitrat).
Fermentasi Anaerob
Salah satu metode yang digunakan untuk produksi alkohol adalah dengan metode
fermentasi. Fermentasi etanol/ alkohol adalah proses biologi yang melibatkan
mikroorganisme untuk mengubah bahan organik menjadi komponen sederhana. Selama
proses fermentasi mikroorganisme memproduksi enzim untuk menghidrolisis substrat
menjadi komponen sederhana (gula) selanjutnya mengubahnya menjadi etanol (Lia dan
Tanaka, 2015). Pada fermentasi anaerob ini tidak menggunakan oksigen pada prosesnya
karena jika di supply oksigen akan terbentuk metabolit alkohol dan akan menghasilkan
peningkatan biomassa sel (ragi). Fermentasi ini menggunakan Saccharomyces Cereviciae
(ragi) karena bakteri ini dapat hidup pada lingkungan tanpa oksigen.
Pada praktikum ini digunakan media fermentasi dan media pertumbuhan. Bahan-
bahan media fermentasi yang digunakan adalah Sukrosa, MgSO4.7H2O (sebagai
makronutrien tambahan yang akan terurai menjadi unsur-unsur S, P, dan Mg+2), (NH4)2SO4
(sumber nitrogen bagi ragi) dan KH2PO4 (penstabil pH media). Sedangkan bahan untuk
membuat media pertumbuhan adalah glukosa, yeast ekstrak (nutrisi tambahan ragi), pepton,
dan ekstrak malt. Dengan media fermentasi sebanyak 450 ml dengan suhu 37°C dan media
pertumbuhan sebanyak 50 ml dengan suhu 30°C dan pH 4,5.
Reaksi dari fermentasi ini adalah:
C6H12O6  2C2H5OH + 2CO2 + 2ATP
Sterilisasi media dilakukan pada kedua media menggunakan autoclave untuk
membunuh semua mikroorganisme yang terdapat pada alat. Setelah sterilisasi, media
pertumbuhan dimasukkan kedalam incubator shaker selama 24 jam untuk
menghomogenkan media agar nutrien menyebar merata dengan suhu 30°C karena suhu
tersebut adalah suhu Saccharomyces Cereviciae untuk tumbuh optimal. Sedangkan media
fermentasi dimasukkan kedalam showcase. Dilakukan penanaman Saccharomyces
Cereviciae secara aseptis dari media kultur murni ke dalam media pertumbuhan sebanyak 2
ose dan dilakukan inkubasi kembali di dalam incubator shaker untuk membiakkan ragi.
Pencampuran media fermentasi (dikeluarkan dari showcase hingga suhu ruangan) dan media
pertumbuhan (setelah dilakukan penanaman dan inkubasi kembali). Campuran media
fermentasi dan media pertumbuhan dimasukkan kembali ke showcase. Proses fermentasi
etanol dilakukan pada suhu 37˚C karena merupakan kondisi temperature optimum untuk
pembentukan produk (etanol). Dilakukan sampling sebanyak 3 kali sehari yaitu pagi, siang
dan sore dengan menganalisa %brix dan indeks biasnya. Sehingga didapatkan data sebagai
berikut
No Tanggal Waktu Indeks Bias % Brix t (menit)
1 2/11/2018 12.32 1.3471 9.5 0
2 08.30 1.3374 3.1 1,198
3 5/11/2018 12.15 1.3369 2.65 1,423
4 15.30 1.3375 4.4 1,618
5 06.54 1.3372 2.53 2,602
6 6/10/2018 12.53 1.3366 2.45 2,961
7 15.35 1.3368 2.75 3,123
8 7/10/2018 08.26 1.3367 2.55 4,204
Dari data tersebut didapatkan bahwa semakin lama terjadi penurunan pada nilai
indeks bias maupun pada %brix. %brix adalah kandungan gula dari suatu larutan sehingga
penurunan nilai %brix karena semakin lama waktu fermentasi maka semakin banyak etanol
yang dihasilkan dan bahan baku (gula) banyak terkonversi menjadi etanol. Sementara
penurunan nilai indeks bias dikarenakan semakin lama waktu fermentasi maka semakin
banyak biomassa yang terbentuk dan semakin sedikit substrat (glukosa) yang terdapat dalam
media.
Pada praktikum yang kami lakukan didapatkan nilai indeks bias akhir yaitu sebesar
1.3367 dan %brix akhir sebesar 2.55.
Selanjutnya, setelah data pengamatan dikumpulkan lalu dibuat kurva indeks bias
terhadap %brix dengan persamaan garis :
y = 659,3x – 878,58
R2 = 0,9577
Sedangkan persamaan garis dari kurva waktu terhadap %brix sebagai berikut :
y = -0,0013x + 6,5691
R² = 0,5296

Fermentasi Aerob
Asam sitrat dapat diproduksi melalui proses fermentasi mikroorganisme penghasil
asam sitrat. Aspergilus Niger merupakan salah satu mikroorganisme yang dapat digunakan
pada proses produksi asam sitrat. Pada fermentasi aerob ini menggunakan oksigen pada
prosesnya karena Aspergilus Niger bekerja pada kondisi aerob . Pertimbangan menggunakan
Aspergilus Niger adalah Penanganan mudah, harga substrat yang digunakan murah, dapat
memecah substrat yang bervariasi, Yield tinggi dan Bernilai ekonomis. Dan juga Aspergillus
niger digunakan dalam proses ini karena Aspergillus niger memiliki enzim amylase,
glukoamilase atau amiloglukosedase sehingga senyawa karbohidrat akan dipecah menjadi
glukosa, dan melalui jalur EMP glukosa akan dirubah menjadi asam piruvat. Asam piruvat
melalui siklus krebs atau siklus PCA akan dirubah menjadi asam sitrat
Sama halnya dengan fermentasi anaerob, dilakukan pembuatan bahan media
fermentasi dan pertumbuhan. Bahan media fermentasi yang digunakan adalah gula pasir,
(NH4)2SO4 (sumber nitrogen bagi Aspergillus niger) dan KH2PO4 (penstabil pH media).
Sedangkan bahan media pertumbuhan yang digunakan adalah gula pasir, (NH4)2SO4,
KH2PO4, dan yeast ekstrak (nutrisi tambahan). Dengan media fermentasi sebanyak 450 ml
dengan pH 3 dan media pertumbuhan sebanyak 50 ml dengan pH 6.
Penanaman Aspergillus niger dilakukan dari media kultur murni ke media
pertumbuhan sebanyak 2 ose yang selanjutnya dimasukkan kedalam incubator shaker
selama 24 jam dengan tujuan agar oksigen dapat larut dalam media pertumbuhan karena
adanya kontak antara oksigen dengan media pertumbuhan. Pencampuran antara media
fermentasi dan media pertumbuhan dilakukan. Campuran kedua media yang berada di
erlenmeyer ditutup dan dipasang labu leher angsa yang diisi dengan asam sulfat yang
berfungsi sebagai scrubber atau untuk mencegah kontaminan masuk kedalam media dan
untuk menjaga pH agar sesuai dengan kondisi operasi fermentasi asam sitrat ini. Dilakukan
aerasi karena pada proses pertumbuhan Aspergillus niger dibutuhkan supply oksigen yang
cukup. Selanjutnya melakukan sampling sebanyak 3 kali sehari pada pagi, siang, dan sore
hari dengan menganalisa %brix dan pHnya. Sehingga didapatkan data sebagai berikut :
No Tanggal Waktu pH %Brix Waktu (menit)
1 8/11/2018 14.08 4.46 13 0
2 07.25 4.51 12.85 1,368
3 9/11/2018 12.40 4.24 12.8 1,683
4 15.07 3.96 12.7 1,830
5 07.30 6.12 10.45 2,767
6 12/11/2018 12.07 6.3 10.35 3,044
7 15.54 6.35 10.05 3,271
8 12/10/2018 11.00 6.35 10.25 4,405

Berdasarkan data tersebut diperoleh nilai %brix yang cenderung menurun karena
semakin lama waktu fermentasi maka semakin banyak produk yang dihasilkan dan bahan
baku (gula) banyak terkonversi menjadi produk. Sedangkan nilai pH terjadi fluktuasi
sehingga pH akhir tidak menjadi 3 disebabkan terjadinya pertumbuhan biomassa dan
agitasi yang kurang sehingga pH menjadi naik.
Selanjutnya, setelah data pengamatan dikumpulkan lalu dibuat kurva indeks bias
terhadap %brix dengan persamaan garis :
y = -1,2495x + 18,162

R2 = 0,9562
Sedangkan persamaan garis dari kurva waktu terhadap pH sebagai berikut :
y = 1022,6x -3109,7

R2 = 0,6583
Dhara Firdausa (171411039)

Pada percobaan kali ini kami melakukan proses fermentasi aerob dan anaerob.
Percobaan pertama yang kami lakukan yaitu proses fermentasi anaerob. Dari proses
fermentasi anaerob ini diharapkan menghasilkan etanol sebagai produknya. Untuk
mengetahui kandungan yang terdapat pada hasil fermentasi, kami melakukan sampling
dengan menguji indeks bias dan % brixnya. Bakteri yang kami gunakan pada fermentasi
anaerob yaitu Saccharomyces cerevisiae. Sebelum melakukan proses fermentasi kami
membuat media pertumbuhan (inoculum) dan media fermentasi. Banyaknya inoculum yaitu
10% dari banyaknya media fermentasi. Pada media pertumbuhan ataupun media fermentasi
terdapat nutrisi-nutrisi yang diperlukan untuk mendukung pertumbuhan dari bakterinya itu
sendiri. Nutrisi tersebut diantaranya karbohidrat yang didapatkan dari glukosa, mineral
sulfur dari (NH4)2SO4, dan mineral fosfor dari KH2PO4. Setelah membuat media, kami
melakukan sterilisasi dengan tujuan untuk memusnahkan mikroorganisme yang terdapat
pada bahan ataupun alat. Setelah melakukan sterilisasi, media kami simpan didalam
showcase selama satu hari. Pada hari berikutnya kami memasukkan kultur murni bakteri
Saccharomyces cerevisiae, lalu kami menyimpannya di dalam incubator shaker dengan
tujuan agar pertumbuhannya homogen dan bakteri bisa mendapatkan nutrisinya secara
menyeluruh. Setelah disimpan dari incubator shaker selama satu malam, kami memasukkan
inoculum tersebut ke dalam media fermentasi. Pada inoculum tidak terjadi perubahan
dimana airnya masih bening. Akhirnya kami menambahkan fermipan agar bakteri yang
tumbuh semakin banyak. Pada saat kami memasukkan inoculum ke media fermentasi, kami
mengaduknya lalu mengambil sampel (t nol) untuk diuji indeks bias dan % brixnya. Kami
melakukan pengambilan sampel selama empat hari. Sampling yang kami lakukan yaitu
dengan cara mengambil satu tetes media fermentasi dengan pipet tetes, lalu media tersebut
kami simpan kembali di dalam incubator shaker.
Dari data hasil pengamatan dan grafik, kami mendapatkan data bahwa indeks biasnya
tidak stabil tetapi konstan di 1,33 sedangkan pada t nol indeks biasnya 1.3471. Semakin
bertambahnya waktu indeks biasnya semakin menurun, begitu juga pada % brixnya. Dari
hasil pengamatan tersebut, terdapat perbedaan dengan teori dimana berdasarkan teori indeks
bias etanol yaitu 1.361. Hal tersebut menunjukkan bahwa fermentasi ini tidak menghasilkan
etanol yang murni. Perbedaan tersebut dapat terjadi karena adanya penyimpangan atau
kesalahan pada saat praktikum diantaranya penambahan fermipan pada inoculum dan hanya
mengaktifkan dalam waktu 2 jam saja, adanya pengotor yang masuk saat sampling, tidak
melakukan pengadukan pada saat sampling, kondisi operasi yang tidak tepat seperti pH dan
suhunya yang tidak stabil pada saat pertumbuhan, dan terbentuknya biomassa yang
menyebabkan etanol yang dihasilkan tidak maksimal.
Setelah melakukan fermentasi anaerob, pada minggu kedua kami melakukan proses
fermentasi aerob. Adapun bakteri yang kami gunakan yaitu Aspergillus Niger. Dari hasil
proses fermentasi aerob ini, diharapkan kami bisa menghasilkan produk berupa asam sitrat.
Pengamatan yang kami lakukan yaitu mengetahu nilai pH dan % brixnya. Sama seperti pada
fermentasi anaerob, kami melakukan pembuatan media pertumbuhan, media fermentasi,
sterilisasi dan penanaman kultur murni jamur. Setelah mencampur kultur murni jamur,
keesokan harinya inoculum berubah menjadi keruh dan terdapat benang-benang didalamnya.
Hal tersebut menunjukkan jamur sudah mampu beradaptasi dan tumbuh dengam baik.
Setelah itu, kami memasukkan inoculum ke dalam media fermentasi dan mengambil sampel
untuk t nol. Berbeda dengan fermentasi anaerob, pada fermentasi aerob media disimpan pada
kondisi teraerasi dengan tujuan agar suplai oksigen maksimal. Pada reaktor dipasan leher
angsa yang dimasukan H2SO4 dengan tujuan untuk menyaring udara yang masuk agar tidak
ada mikroorganisme yang bias mengganggu proses fermentasi. Sama seperti pada fermentasi
anaerob, sampel kami analisa dengan cara mengambil beberapa tetes menggunakan pipet
tetes.
Dari data hasil pengamatan dan grafik, didapat bahwa pH nya tidak stabil tetapi
cenderung mengalami kenaikan dari 4.46 menjadi 6.35 dan % brixnya mengalami penurunan
dari 13 menjadi 10.25. Karena produknya berupa asam maka seharusnya pH mengalami
penurunan. Dari hasil tersebut, kemungkinan terdapat kesalahan pada praktikum diantaranya
adanya pengotor yang masuk akibat penyaringan dengan H2SO4 yang tidak maksimal, tidak
melakukan kalibrasi pH meter, menghitung pH dengan pH meter yang berbeda pada
beberapa titik, adanya pengotor pada saat pengambilan sampel, kondisi operasi pada awal
fermentasi yang tidak sesuai, dan terbentuknya biomassa jamur yang berupa gumpalan-
gumpalan akibat kami tidak melakukan proses agitasi sehingga suplai oksigen terhalang dan
mempengaruhi terbentuknya asam sitrat.
Dhea Elita P (171411040)
 Fermentasi Anaerob
Pada praktikum kali ini kami melakukan percobaan praktikum fermentasi anaerob
dan aerob. Praktikum pertama kami melakukan praktikum fermentasi anaerob.
Percobaan ini menghasilkan etanol atau alkohol sebagai produknya. Fermentasi aerob
ini pada prosesnya tidak membutuhkan oksigen, karena bakteri yang dipakai dapat hidup
walaupun tanpa oksigen. Bakteri yang dipakai adalah bakteri saccharomyces cerevisiae,
pada praktikum kami saccharomyces cerevisiae didapat dari fermipan.
Pada saat awal praktikum kami membuat dua media yaitu media pertumbuhan dan
media fermentasi. Media pertumbuhan dibuat dalam 50 ml dengan komposisinya
sebagai berikut, glukosa 1,00 gram; yeast ekstrak 0,25 gram; pepton 0,25 gram; dan
ekstrak malt 0,25 gram. Selain itu dibuat media fermentasi dalam 450 ml dengan
komposisi sebagai berikut, sukrosa 45 gram; MgSO4.7H2O 0,18 gram; (NH4)2SO4 0,9
gram; dan KH2PO4 2,25 gram. Komposisi tersebut telah mengandung nutrisi-nutrisi
seperti unsur C, N, O, P serta mineral lainnya untuk kebutuhan hidup bakteri tersebut.
Karena fermentasi ini tidak membutuhkan udara maka kami menyiapkan penutupnya
pada Erlenmeyer tersebut dengan kapas. Kapas tersebut merupakan kapas berlemak
yang akan memperkecil pori-pori pada kapas sehingga akan memperkecil udara yang
masuk. Setelah itu semua peralatan dan media fermentasi di sterilisasi dengan
menggunakan autoclave. Setelah itu barulah kita bisa inokulasi bakteri ke dalam media
pertumbuhan. Inokulasi ini hanya membutuhkan satu ujung spatula yang dipakai. Lalu
dimasukan ke incubator shaker selama 24 jam. Akan terjadi perubahan warna menjadi
sedikit keruh pada larutannya, namun karena pada kelompok kami belum keruh juga,
maka dengan pertimbangan ditambah lagi fermipan tersebut satu ujung spatula dan
ditunggu sekitar 2 jam lagi. Setelah itu barulah kita memasukkan media pertumbuhan
tersebut ke dalam media fermentasi dan diambil sampel t0 sesaat setelah media
pertumbuhan dimasukan ke media fermentasi. Sampel yang diambil berupa %brix dan
indeks bias serta pengambilan sampel dilakukan setiap sehari 3 kali. Suhu optimum
fermentasi aerob yaitu 30oC dan pH optimumnya sebesar 4,5. Pada percobaan kami ini
semakin lama waktu fermentasi menghasilkan bau yang khas, media yang semakin
kental dan warna larutan yang asalnya berwarna kuning kecoklatan akan menjadi
semakin putih keruh dan juga ada endapan dibawahnya.
Dari hasil praktikum kami didapatkan %brix hasil sampel pertama yaitu 9,5 karena
ditinggal selama 2 hari yaitu sabtu dan minggu, lalu baru mulai kembali sampling hari
senin, % brix nya langsung turun hingga 3,1. Artinya media fermentasi tersebut telah
menurunkan kadar gula, yang mengindikasikan bahwa gula tersebut telah dirubah
menjadi etanol. Selanjutnya ketika sampling terus dilakukan didapatkan data yang
fluktuatif, walaupun perubahannya tidak terlalu signifikan. Pada akhir sampling yaitu
pada t8 %brixnya mencapai 2,55. Selain itu hasil pada indeks bias pada pertama
sampling yaitu 1,3471 lalu setelah 2 hari tidak sampling, pada t1 indeks biasnya sebesar
1,3374. Sampling selanjutnya hasilnya fluktuatif walaupun tidak signifikan seperti
antara t0 dan t1. Dan akhir sampel indeks biasnya adalah 1,3367

 Fermentasi Aerob
Pada praktikum aerob ini adalah kebalikan dari anaerob yaitu pada prosesnya
dibutuhkan udara. Mikroba yang dipakai yaitu Aspergillus Niger. Dengan memakai
jamur Aspergillus Niger ini akan mengahasilkan produk Asam sitrat. Pada praktikum
ini diperlukan aerasi dan agitasi, serta erlenmeyer yang digunakan dipakaikan leher
angsanya fungsinya adalah pada leher angsa akan diberi asam sulfat yang bertujuan agar
udara yang sengaja dimasukkan ke dalam erlenmeyer ini akan tersterilisasi dengan asam
sulfat, sehingga meminimalisir kontaminasi. Selain itu agitasi disini berfungsi agar
miselia jamur disini agar terpecah-pecah sehingga tidak akan menghambat proses
fermentasi.
Praktikum ini pertama membuat media pertumbuhan dan media fermentasi. Media
pertumbuhan dibuat dalam 50 mL dan media fermentasi dibuat dalam 450 mL. Media
ini memakai nutrisi dari zat-zat seperti MgSO4.7H2O, (NH4)2SO4, KH2PO4, dan
glukosa. Setelah media siap, media tersebut di sterilisasi dengan autoclave serta
peralatan lainnya. Lalu inokulasi dilakukan keesokan harinya dengan kultur murni
Aspergillus Niger dengan menggunakan jarum ose dan dilakukan secara aseptis. Lalu
disimpan dalam incubator shaker selama 24 jam. Setelah 24 jam di dalam media
fermentasi tersebut sudah ada seperti benang benang berwarna putih yang
mengindikasikan adanya jamur dalam media tersebut. Lalu dimasukan media
pertumbuhan tersebut ke dalam media fermentasi. Pada saat itu juga dirangkai alat yang
akan dipakai yaitu leher angsa serta pompa udara sebagai aerasinya. Selain itu dihitung
juga sampel pada t0 sesaat setelah media pertumbuhan dimasukan ke media fermentasi.
Sampel yang diukur yaitu pH dan %brix. Sampling dilakukan sehari sebanyak 3 kali.
Pada praktikum kami larutan pada media fermentasi semakin lama semakin putih
keruh, lebih kental serta memiliki bau. Selain itu biomassa nya, jamur semakin
bertumbuh besar, ini dapat terjadi karena kita tidak memakai agitator sehingga jamur
yang tumbuh semakin besar dan menjadi gumpalan-gumpalan. Selain itu gumpalan-
gumpalan tersebut mengakibatkan proses aerasinya terhambat karena gumpalan tersebut
menghalangi aliran udara dari pompa.
Dari hasil sampel kami, didapat bahwa %brix nya semakin hari semakin turun, jika
semakin turun mengindikasikan bahwa kadar gula dalam media tersebut telah diubah
menjadi asam sitrat, namun memang perubahan dalam fermentasi ini tidak signifikan
yaitu dari sampel pertama yaitu t0 %brix = 13,00 dan terakhir t8 %brix = 10,25. Selain
itu pH yang kami dapat pada sampling pertama yaitu 4,46 dan diakhir sampel 6,35.
Walaupun pH nya naik turun. pH optimum proses fermentasi aerob dengan Aspergillus
niger ini yaitu 6,0 maka, fermentasi kami mendekati pH optimumnya.

VI. KESIMPULAN

VII. DAFTAR PUSTAKA

Bailey, James E. and David F. Ollis, 1986, Biochemical Engineering Fundamentals, 2nd
edition, McGraw-Hill Book Co., Singapore.
Manfaati, Rintis. 2011.“Pembuatan Asam Sitrat”. Politeknik Negeri Bandung.
Pakpahan, Charina. 2016. ”Fermentasi Etanol”. Politeknik Negeri Surabaya.
https://www.scribd.com/document/364034318/makalah-fermentasi-etanol
Satrio, Arief. 2012. “Fermentasi Asam Sitrat”. Politeknik Negeri Bandung.
https://www.scribd.com/doc/116526202/fermentasi-asam-sitrat

Anda mungkin juga menyukai