Bioproses Polban
Bioproses Polban
Oleh:
2018
I. TUJUAN PERCOBAAN
1) Memahami perbedaan komposisi media fermentasi untuk pertumbuhan dan produksi;
2) Memahami kondisi operasi optimum untuk pembentukan produk asam sitrat;
3) Memahami jenis pola pembentukan produk asam sitrat.
4) Memahami proses fermentasi etanol secara anaerobik yang dijalankan secara batch;
5) Menguasai teknik pembuatan inokulum dan persiapan untuk proses fermentasi anaerobik;
6) Menentukan kurva kalibrasi untuk konsentrasi etanol dan konsentrasi sukrosa terhadap
indeks bias;
7) Menentukan kurva perubahan konsentrasi sel, konsentrasi etanol, dan konsentrasi substrat
terhadap sisa waktu;
Fermentasi adalah proses produksi energi dalam sel dalam keadaan anaerobik (tanpa
oksigen). Secara umum, fermentasi adalah salah satu bentuk respirasi anaerobik, akan tetapi,
terdapat definisi yang lebih jelas yang mendefinisikan fermentasi sebagai respirasi dalam
lingkungan anaerobik dengan tanpa akseptor elektron eksternal.
Gula adalah bahan yang umum dalam fermentasi. Beberapa contoh hasil fermentasi adalah
etanol, asam laktat, dan hidrogen. Akan tetapi beberapa komponen lain dapat juga dihasilkan
dari fermentasi seperti asam butirat dan aseton. Ragi dikenal sebagai bahan yang umum digunakan
dalam fermentasi untuk menghasilkan etanol dalam bir, anggur dan minuman beralkohol lainnya.
Kata “Fermentasi” berasal dari bahasa Latin “Ferment” yang artinya adalah enzim.
Pengertian Fermentasi adalah proses terjadinya penguraian senyawa-senyawa organik untuk
menghasilkan energi serta terjadi pengubahan substrat menjadi produk baru oleh mikroba
(Madigan, 2011).
2.1. Jenis-jenis Fermentasi
1. Berdasarkan penggunaan oksigen, fermentasi dibagi menjadi dua jenis yaitu (Fardiaz,
1992):
Aerobik, yaitu fermentasi yang memerlukan oksigen. contohnya ialah fermentasi
asam sitrat.
Anaerobik, yaitu fermentasi yang tidak memerlukan oksigen. Contohnya ialah
fermentasi etanol, fermentasi asam asetat, dan sebagainya.
2. Berdasarkan produk yang dihasilkan, fermentasi dibagi menjadi dua jenis, yaitu
(Belitz, 2009):
Homofermentatif, yaitu fermentasi yang produk akhirnya hanya berupa asam
laktat. Contoh homofermentatif adalah proses fermentasi yang terjadi dalam
pembutaan yoghurt.
Heterofermentatif, yaitu fermentasi yang produk akhirnya berupa asam laktat
dan etanol sama banyak. Contoh heterofermentatif adalah proses fermentasi
yang terjadi dalam pembuatan tape.
3. Berdasarkan proses yang dihasilkan oleh mikroba, fermentasi dibagi menjadi tiga
jenis, yaitu:
Fermentasi yang memproduksi sel mikroba (biomass).
Produksi komersial dari biomass dapat dibedakan menjadi produksi yeast untuk
industri roti, dan produksi sel mikroba untuk digunakan sebagai makanan
manusia dan hewan.
Fermentasi yang menghasilkan enzim dari mikroba.
Secara komersial, enzim dapat diproduksi oleh tanaman, hewan, dan mikroba,
namun enzim yang diproduksi oleh mikroba memiliki beberapa keunggulan
yaitu, mampu dihasilkan dalam jumlah besar, dan mudah untuk meningkatkan
produktivitas bila dibandingkan dengan tanaman atau hewan.
Fermentasi yang menghasilkan metabolit mikroba.
Metabolit mikroba dapat dibedakan menjadi metabolit primer dan metabolit
sekunder. Produk metabolisme primer yang dianggap penting contohnya etanol,
asam sitrat, polisakarida, aseton, butanol, dan vitamin. Sedangkan metabolit
sekunder yang dihasilkan mikroba contohnya antibiotik, pemacu pertumbuhan,
inhibitor enzim, dan lain-lain.
Berdasarkan Silcox dan Lee, proses fermentasi yang baik adalah:
1. Mikroorganisme dapat membentuk produk yang diinginkan
2. Organisme ini harus berpropagasi secara cepat dan dapat mempertahanka
keseragaman biologis, sehingga memberikan yield yang dapat diprediksi.
3. Raw material sebagai substrat ekonomis
4. Yieldnya dapat diterima
5. Fermentasi cepat
6. Produk mudah diambil dan dimurnikan
Keasamanasam sitrat didapatkan dari tiga gugus karboksil COOH yang dapat
melepas proton dalam larutan. Jika hal ini terjadi, ion yang dihasilkan adalah ion sitrat.
Sitrat sangat baik digunakan dalam larutan penyangga untuk mengendalikan pH larutan.
Ion sitrat dapat bereaksi dengan banyak ion logam membentuk garam sitrat. Selain itu,
sitrat dapat mengikat ion-ion logam dengan pengkelatan, sehingga digunakan sebagai
pengawet dan penghilang kesadahan air.
Pada temperatur kamar, asam sitrat berbentuk serbuk kristal berwarna putih.Serbuk
kristal tersebut dapat berupa bentuk anhydrous (bebas air), atau bentuk monohidrat yang
mengandung satu molekul air untuk setiap molekul asam sitrat.Bentuk anhydrous asam
sitrat mengkristal dalam air panas, sedangkan bentuk monohidrat didapatkan dari
kristalisasi asam sitrat dalam air dingin. Bentuk monohidrat tersebut dapat diubah menjadi
bentuk anhydrous dengan pemanasan diatas 74 °C. Secara kimia, asam sitrat bersifat seperti
asam karboksilat lainnya. Jika dipanaskan di atas 175 °C, asam sitrat terurai dengan
melepaskan karbon dioksida dan air.
III. PERCOBAAN
3.1. Alat dan Bahan
1. Fermentasi Aerob
Bahan Alat
Media pertumbuhan Erlenmayer 1000 ml
- Gula 7,5 gram Erlenmeyer 100 ml
- (NH4)2SO4 0,225 gram Batang Pengaduk
- KH2PO4 0,1125 gram Neraca Analitik
- Yeast Extract 1 gram Inkubator Shaker
Media fermentasi : Leher Angsa
- Gula 67,5 gram Refraktometer
- (NH4)2SO4 2,7 gram pH meter
- KH2PO4 1,35 gram Pipet ukur
Aspergilus niger Pipet tetes
Aquades Bola hisap
2. Fermentasi Anaerob
Media pertumbuhan: Erlenmeyer 1000ml
- Gula 1 gram Erlenmeyer 250ml
- Pepton 0,25 gram Batang Pengaduk
- Extract Malt 0,25 gram Neraca Analitik
- Yeast Extract 0,25 gram Inkubator Shaker
Media fermentasi : Show case
- Gula 45 gram Refraktometer
- MgSO4.7H2O 0,18 gram Pipet ukur
- (NH4)2SO4 0,9 gram Pipet tetes
- KH2PO4 2,25 gram Bola hisap
Saccharomyces cerevisiae
Aquades
3.2. Prosedur Kerja
1. Fermentasi Aerob
Pembuatan media
Sterilisasi alat dan
Persiapan alat dan fermentasi (450 ml)
media (T = 121°C 15
bahan. dan media
menit)
pertumbuhan (50 ml).
Mengambil sampel
Mencampur media Merangkai alat aerasi,
untuk diuji pH dan %
pertumbuhan ke dan menyimpan
brix. Sampling
dalam media media di dalam
dilakukan selama 4
fermentasi. inkubator
hari.
2. Fermentasi Anaerob
Pembuatan media
Sterilisasi alat dan
Persiapan alat dan fermentasi (450 ml)
media (T = 121°C 15
bahan. dan media
menit)
pertumbuhan (50 ml).
Mengambil sampel
Mencampur media
Menyimpannya untuk diuji Indeks
pertumbuhan ke
kembali ke dalam bias dan % brix.
dalam media
inkubator shaker. Sampling dilakukan
fermentasi.
selama 4 hari.
IV. DATA PENGAMATAN
1. Fermentasi Anaerob
6
4
2
0
1.334 1.336 1.338 1.34 1.342 1.344 1.346 1.348
% Brix
1.342
1.34
1.338
1.336 y = -2E-06x + 1.3423
1.334 R² = 0.4867
1.332
0 1000 2000 3000 4000 5000
waktu (menit)
Kurva % Brix terhadap Waktu
10
8
Indeks Bias 6
2 y = -0.0013x + 6.5691
R² = 0.5296
0
0 1000 2000 3000 4000 5000
waktu (menit)
2. Fermentasi Aerob
0
0 1000 2000 3000 4000 5000
Waktu (menit)
Kurva antara pH terhadap %Brix
14
12
10 y = -1.2495x + 18.162
% Brix 8 R² = 0.9562
6
4
2
0
3 4 5 6 7
pH
4000
y = 1022.6x - 3109.7
3000 R² = 0.6583
pH
2000
1000
0
0 1 2 3 4 5 6 7
Waktu
V. PEMBAHASAN
Fermentasi Aerob
Asam sitrat dapat diproduksi melalui proses fermentasi mikroorganisme penghasil
asam sitrat. Aspergilus Niger merupakan salah satu mikroorganisme yang dapat digunakan
pada proses produksi asam sitrat. Pada fermentasi aerob ini menggunakan oksigen pada
prosesnya karena Aspergilus Niger bekerja pada kondisi aerob . Pertimbangan menggunakan
Aspergilus Niger adalah Penanganan mudah, harga substrat yang digunakan murah, dapat
memecah substrat yang bervariasi, Yield tinggi dan Bernilai ekonomis. Dan juga Aspergillus
niger digunakan dalam proses ini karena Aspergillus niger memiliki enzim amylase,
glukoamilase atau amiloglukosedase sehingga senyawa karbohidrat akan dipecah menjadi
glukosa, dan melalui jalur EMP glukosa akan dirubah menjadi asam piruvat. Asam piruvat
melalui siklus krebs atau siklus PCA akan dirubah menjadi asam sitrat
Sama halnya dengan fermentasi anaerob, dilakukan pembuatan bahan media
fermentasi dan pertumbuhan. Bahan media fermentasi yang digunakan adalah gula pasir,
(NH4)2SO4 (sumber nitrogen bagi Aspergillus niger) dan KH2PO4 (penstabil pH media).
Sedangkan bahan media pertumbuhan yang digunakan adalah gula pasir, (NH4)2SO4,
KH2PO4, dan yeast ekstrak (nutrisi tambahan). Dengan media fermentasi sebanyak 450 ml
dengan pH 3 dan media pertumbuhan sebanyak 50 ml dengan pH 6.
Penanaman Aspergillus niger dilakukan dari media kultur murni ke media
pertumbuhan sebanyak 2 ose yang selanjutnya dimasukkan kedalam incubator shaker
selama 24 jam dengan tujuan agar oksigen dapat larut dalam media pertumbuhan karena
adanya kontak antara oksigen dengan media pertumbuhan. Pencampuran antara media
fermentasi dan media pertumbuhan dilakukan. Campuran kedua media yang berada di
erlenmeyer ditutup dan dipasang labu leher angsa yang diisi dengan asam sulfat yang
berfungsi sebagai scrubber atau untuk mencegah kontaminan masuk kedalam media dan
untuk menjaga pH agar sesuai dengan kondisi operasi fermentasi asam sitrat ini. Dilakukan
aerasi karena pada proses pertumbuhan Aspergillus niger dibutuhkan supply oksigen yang
cukup. Selanjutnya melakukan sampling sebanyak 3 kali sehari pada pagi, siang, dan sore
hari dengan menganalisa %brix dan pHnya. Sehingga didapatkan data sebagai berikut :
No Tanggal Waktu pH %Brix Waktu (menit)
1 8/11/2018 14.08 4.46 13 0
2 07.25 4.51 12.85 1,368
3 9/11/2018 12.40 4.24 12.8 1,683
4 15.07 3.96 12.7 1,830
5 07.30 6.12 10.45 2,767
6 12/11/2018 12.07 6.3 10.35 3,044
7 15.54 6.35 10.05 3,271
8 12/10/2018 11.00 6.35 10.25 4,405
Berdasarkan data tersebut diperoleh nilai %brix yang cenderung menurun karena
semakin lama waktu fermentasi maka semakin banyak produk yang dihasilkan dan bahan
baku (gula) banyak terkonversi menjadi produk. Sedangkan nilai pH terjadi fluktuasi
sehingga pH akhir tidak menjadi 3 disebabkan terjadinya pertumbuhan biomassa dan
agitasi yang kurang sehingga pH menjadi naik.
Selanjutnya, setelah data pengamatan dikumpulkan lalu dibuat kurva indeks bias
terhadap %brix dengan persamaan garis :
y = -1,2495x + 18,162
R2 = 0,9562
Sedangkan persamaan garis dari kurva waktu terhadap pH sebagai berikut :
y = 1022,6x -3109,7
R2 = 0,6583
Dhara Firdausa (171411039)
Pada percobaan kali ini kami melakukan proses fermentasi aerob dan anaerob.
Percobaan pertama yang kami lakukan yaitu proses fermentasi anaerob. Dari proses
fermentasi anaerob ini diharapkan menghasilkan etanol sebagai produknya. Untuk
mengetahui kandungan yang terdapat pada hasil fermentasi, kami melakukan sampling
dengan menguji indeks bias dan % brixnya. Bakteri yang kami gunakan pada fermentasi
anaerob yaitu Saccharomyces cerevisiae. Sebelum melakukan proses fermentasi kami
membuat media pertumbuhan (inoculum) dan media fermentasi. Banyaknya inoculum yaitu
10% dari banyaknya media fermentasi. Pada media pertumbuhan ataupun media fermentasi
terdapat nutrisi-nutrisi yang diperlukan untuk mendukung pertumbuhan dari bakterinya itu
sendiri. Nutrisi tersebut diantaranya karbohidrat yang didapatkan dari glukosa, mineral
sulfur dari (NH4)2SO4, dan mineral fosfor dari KH2PO4. Setelah membuat media, kami
melakukan sterilisasi dengan tujuan untuk memusnahkan mikroorganisme yang terdapat
pada bahan ataupun alat. Setelah melakukan sterilisasi, media kami simpan didalam
showcase selama satu hari. Pada hari berikutnya kami memasukkan kultur murni bakteri
Saccharomyces cerevisiae, lalu kami menyimpannya di dalam incubator shaker dengan
tujuan agar pertumbuhannya homogen dan bakteri bisa mendapatkan nutrisinya secara
menyeluruh. Setelah disimpan dari incubator shaker selama satu malam, kami memasukkan
inoculum tersebut ke dalam media fermentasi. Pada inoculum tidak terjadi perubahan
dimana airnya masih bening. Akhirnya kami menambahkan fermipan agar bakteri yang
tumbuh semakin banyak. Pada saat kami memasukkan inoculum ke media fermentasi, kami
mengaduknya lalu mengambil sampel (t nol) untuk diuji indeks bias dan % brixnya. Kami
melakukan pengambilan sampel selama empat hari. Sampling yang kami lakukan yaitu
dengan cara mengambil satu tetes media fermentasi dengan pipet tetes, lalu media tersebut
kami simpan kembali di dalam incubator shaker.
Dari data hasil pengamatan dan grafik, kami mendapatkan data bahwa indeks biasnya
tidak stabil tetapi konstan di 1,33 sedangkan pada t nol indeks biasnya 1.3471. Semakin
bertambahnya waktu indeks biasnya semakin menurun, begitu juga pada % brixnya. Dari
hasil pengamatan tersebut, terdapat perbedaan dengan teori dimana berdasarkan teori indeks
bias etanol yaitu 1.361. Hal tersebut menunjukkan bahwa fermentasi ini tidak menghasilkan
etanol yang murni. Perbedaan tersebut dapat terjadi karena adanya penyimpangan atau
kesalahan pada saat praktikum diantaranya penambahan fermipan pada inoculum dan hanya
mengaktifkan dalam waktu 2 jam saja, adanya pengotor yang masuk saat sampling, tidak
melakukan pengadukan pada saat sampling, kondisi operasi yang tidak tepat seperti pH dan
suhunya yang tidak stabil pada saat pertumbuhan, dan terbentuknya biomassa yang
menyebabkan etanol yang dihasilkan tidak maksimal.
Setelah melakukan fermentasi anaerob, pada minggu kedua kami melakukan proses
fermentasi aerob. Adapun bakteri yang kami gunakan yaitu Aspergillus Niger. Dari hasil
proses fermentasi aerob ini, diharapkan kami bisa menghasilkan produk berupa asam sitrat.
Pengamatan yang kami lakukan yaitu mengetahu nilai pH dan % brixnya. Sama seperti pada
fermentasi anaerob, kami melakukan pembuatan media pertumbuhan, media fermentasi,
sterilisasi dan penanaman kultur murni jamur. Setelah mencampur kultur murni jamur,
keesokan harinya inoculum berubah menjadi keruh dan terdapat benang-benang didalamnya.
Hal tersebut menunjukkan jamur sudah mampu beradaptasi dan tumbuh dengam baik.
Setelah itu, kami memasukkan inoculum ke dalam media fermentasi dan mengambil sampel
untuk t nol. Berbeda dengan fermentasi anaerob, pada fermentasi aerob media disimpan pada
kondisi teraerasi dengan tujuan agar suplai oksigen maksimal. Pada reaktor dipasan leher
angsa yang dimasukan H2SO4 dengan tujuan untuk menyaring udara yang masuk agar tidak
ada mikroorganisme yang bias mengganggu proses fermentasi. Sama seperti pada fermentasi
anaerob, sampel kami analisa dengan cara mengambil beberapa tetes menggunakan pipet
tetes.
Dari data hasil pengamatan dan grafik, didapat bahwa pH nya tidak stabil tetapi
cenderung mengalami kenaikan dari 4.46 menjadi 6.35 dan % brixnya mengalami penurunan
dari 13 menjadi 10.25. Karena produknya berupa asam maka seharusnya pH mengalami
penurunan. Dari hasil tersebut, kemungkinan terdapat kesalahan pada praktikum diantaranya
adanya pengotor yang masuk akibat penyaringan dengan H2SO4 yang tidak maksimal, tidak
melakukan kalibrasi pH meter, menghitung pH dengan pH meter yang berbeda pada
beberapa titik, adanya pengotor pada saat pengambilan sampel, kondisi operasi pada awal
fermentasi yang tidak sesuai, dan terbentuknya biomassa jamur yang berupa gumpalan-
gumpalan akibat kami tidak melakukan proses agitasi sehingga suplai oksigen terhalang dan
mempengaruhi terbentuknya asam sitrat.
Dhea Elita P (171411040)
Fermentasi Anaerob
Pada praktikum kali ini kami melakukan percobaan praktikum fermentasi anaerob
dan aerob. Praktikum pertama kami melakukan praktikum fermentasi anaerob.
Percobaan ini menghasilkan etanol atau alkohol sebagai produknya. Fermentasi aerob
ini pada prosesnya tidak membutuhkan oksigen, karena bakteri yang dipakai dapat hidup
walaupun tanpa oksigen. Bakteri yang dipakai adalah bakteri saccharomyces cerevisiae,
pada praktikum kami saccharomyces cerevisiae didapat dari fermipan.
Pada saat awal praktikum kami membuat dua media yaitu media pertumbuhan dan
media fermentasi. Media pertumbuhan dibuat dalam 50 ml dengan komposisinya
sebagai berikut, glukosa 1,00 gram; yeast ekstrak 0,25 gram; pepton 0,25 gram; dan
ekstrak malt 0,25 gram. Selain itu dibuat media fermentasi dalam 450 ml dengan
komposisi sebagai berikut, sukrosa 45 gram; MgSO4.7H2O 0,18 gram; (NH4)2SO4 0,9
gram; dan KH2PO4 2,25 gram. Komposisi tersebut telah mengandung nutrisi-nutrisi
seperti unsur C, N, O, P serta mineral lainnya untuk kebutuhan hidup bakteri tersebut.
Karena fermentasi ini tidak membutuhkan udara maka kami menyiapkan penutupnya
pada Erlenmeyer tersebut dengan kapas. Kapas tersebut merupakan kapas berlemak
yang akan memperkecil pori-pori pada kapas sehingga akan memperkecil udara yang
masuk. Setelah itu semua peralatan dan media fermentasi di sterilisasi dengan
menggunakan autoclave. Setelah itu barulah kita bisa inokulasi bakteri ke dalam media
pertumbuhan. Inokulasi ini hanya membutuhkan satu ujung spatula yang dipakai. Lalu
dimasukan ke incubator shaker selama 24 jam. Akan terjadi perubahan warna menjadi
sedikit keruh pada larutannya, namun karena pada kelompok kami belum keruh juga,
maka dengan pertimbangan ditambah lagi fermipan tersebut satu ujung spatula dan
ditunggu sekitar 2 jam lagi. Setelah itu barulah kita memasukkan media pertumbuhan
tersebut ke dalam media fermentasi dan diambil sampel t0 sesaat setelah media
pertumbuhan dimasukan ke media fermentasi. Sampel yang diambil berupa %brix dan
indeks bias serta pengambilan sampel dilakukan setiap sehari 3 kali. Suhu optimum
fermentasi aerob yaitu 30oC dan pH optimumnya sebesar 4,5. Pada percobaan kami ini
semakin lama waktu fermentasi menghasilkan bau yang khas, media yang semakin
kental dan warna larutan yang asalnya berwarna kuning kecoklatan akan menjadi
semakin putih keruh dan juga ada endapan dibawahnya.
Dari hasil praktikum kami didapatkan %brix hasil sampel pertama yaitu 9,5 karena
ditinggal selama 2 hari yaitu sabtu dan minggu, lalu baru mulai kembali sampling hari
senin, % brix nya langsung turun hingga 3,1. Artinya media fermentasi tersebut telah
menurunkan kadar gula, yang mengindikasikan bahwa gula tersebut telah dirubah
menjadi etanol. Selanjutnya ketika sampling terus dilakukan didapatkan data yang
fluktuatif, walaupun perubahannya tidak terlalu signifikan. Pada akhir sampling yaitu
pada t8 %brixnya mencapai 2,55. Selain itu hasil pada indeks bias pada pertama
sampling yaitu 1,3471 lalu setelah 2 hari tidak sampling, pada t1 indeks biasnya sebesar
1,3374. Sampling selanjutnya hasilnya fluktuatif walaupun tidak signifikan seperti
antara t0 dan t1. Dan akhir sampel indeks biasnya adalah 1,3367
Fermentasi Aerob
Pada praktikum aerob ini adalah kebalikan dari anaerob yaitu pada prosesnya
dibutuhkan udara. Mikroba yang dipakai yaitu Aspergillus Niger. Dengan memakai
jamur Aspergillus Niger ini akan mengahasilkan produk Asam sitrat. Pada praktikum
ini diperlukan aerasi dan agitasi, serta erlenmeyer yang digunakan dipakaikan leher
angsanya fungsinya adalah pada leher angsa akan diberi asam sulfat yang bertujuan agar
udara yang sengaja dimasukkan ke dalam erlenmeyer ini akan tersterilisasi dengan asam
sulfat, sehingga meminimalisir kontaminasi. Selain itu agitasi disini berfungsi agar
miselia jamur disini agar terpecah-pecah sehingga tidak akan menghambat proses
fermentasi.
Praktikum ini pertama membuat media pertumbuhan dan media fermentasi. Media
pertumbuhan dibuat dalam 50 mL dan media fermentasi dibuat dalam 450 mL. Media
ini memakai nutrisi dari zat-zat seperti MgSO4.7H2O, (NH4)2SO4, KH2PO4, dan
glukosa. Setelah media siap, media tersebut di sterilisasi dengan autoclave serta
peralatan lainnya. Lalu inokulasi dilakukan keesokan harinya dengan kultur murni
Aspergillus Niger dengan menggunakan jarum ose dan dilakukan secara aseptis. Lalu
disimpan dalam incubator shaker selama 24 jam. Setelah 24 jam di dalam media
fermentasi tersebut sudah ada seperti benang benang berwarna putih yang
mengindikasikan adanya jamur dalam media tersebut. Lalu dimasukan media
pertumbuhan tersebut ke dalam media fermentasi. Pada saat itu juga dirangkai alat yang
akan dipakai yaitu leher angsa serta pompa udara sebagai aerasinya. Selain itu dihitung
juga sampel pada t0 sesaat setelah media pertumbuhan dimasukan ke media fermentasi.
Sampel yang diukur yaitu pH dan %brix. Sampling dilakukan sehari sebanyak 3 kali.
Pada praktikum kami larutan pada media fermentasi semakin lama semakin putih
keruh, lebih kental serta memiliki bau. Selain itu biomassa nya, jamur semakin
bertumbuh besar, ini dapat terjadi karena kita tidak memakai agitator sehingga jamur
yang tumbuh semakin besar dan menjadi gumpalan-gumpalan. Selain itu gumpalan-
gumpalan tersebut mengakibatkan proses aerasinya terhambat karena gumpalan tersebut
menghalangi aliran udara dari pompa.
Dari hasil sampel kami, didapat bahwa %brix nya semakin hari semakin turun, jika
semakin turun mengindikasikan bahwa kadar gula dalam media tersebut telah diubah
menjadi asam sitrat, namun memang perubahan dalam fermentasi ini tidak signifikan
yaitu dari sampel pertama yaitu t0 %brix = 13,00 dan terakhir t8 %brix = 10,25. Selain
itu pH yang kami dapat pada sampling pertama yaitu 4,46 dan diakhir sampel 6,35.
Walaupun pH nya naik turun. pH optimum proses fermentasi aerob dengan Aspergillus
niger ini yaitu 6,0 maka, fermentasi kami mendekati pH optimumnya.
VI. KESIMPULAN
Bailey, James E. and David F. Ollis, 1986, Biochemical Engineering Fundamentals, 2nd
edition, McGraw-Hill Book Co., Singapore.
Manfaati, Rintis. 2011.“Pembuatan Asam Sitrat”. Politeknik Negeri Bandung.
Pakpahan, Charina. 2016. ”Fermentasi Etanol”. Politeknik Negeri Surabaya.
https://www.scribd.com/document/364034318/makalah-fermentasi-etanol
Satrio, Arief. 2012. “Fermentasi Asam Sitrat”. Politeknik Negeri Bandung.
https://www.scribd.com/doc/116526202/fermentasi-asam-sitrat