BAB 5.
Senyawa organik yang terdapat pada limbah cair bersumber dari domistik
ataupun industri. Kandungan senyawa limbah cair ini biasanya berupa lipid,
karbohidrat dan protein.
Lipid termasuk juga dengan lemak, minyak dan lilin. Lemak dan minyak
terdiri dari molekul moleku asam lemak, gliserol dan gula alkohol. Karbohidrat
adalah gula dan turunannya, karbohidrat sederhana disebut monokasrida. Jika
monosakarida ini bergabung akan membentuk polisakarida. Asam amino adalah
penyusun protein.
Semakin komplek senyawa organik yang terdapat pada limbah cair, maka
semakin lama waktu yang diperlukan untuk mendegradasi senyawa organik
tersebut. Hasil dari dekomposisi senyawa karbon berupa karbondioksida, air, dan
oksigen dan dapat mengandung nitrogen, phosphor dan sulfur dalam konsentrasi
rendah. Senyawa organik ini berubah menjadi energi yang akan digunakan untuk
mensisntesis biomassa.
Secara alami semua jenis lipid dapat didegradasi. Lemak bukan hanya
mengandung energi bagi bakteri anaerob namun juga mengandung vitamin yang
larut seperti (D,E dan K). sebagian besar lipid memiliki kelarutan yang rendah
terhadap air namun sangat larut terhadapat alkohol-eter. Karbohidrat dan protein
memiliki kelarutan yang rendah pada pelarut ini. Lilin merupakan lipid dalam bentuk
padat. Ion metal akan lebih reaktif dengan asam-asam lemak ketimbang dengan
hidrokarbon. Ion metal yang tidak larut dalam air akan menjadi sampah dalam
TOPIK PENGOLAHAN LIMBAH/TK5043 3 Oktober 2019
Nama : Gustin Mustika Krista /23019028
Dosen: Prof. Tjandra Setiadi, Ph.D.
tangki. Sehingga sering disebut “hard water” jika proses tersebut banyak
mengandung kalsium dan magnesium.
Tidak seperti lemak, asam lemak mudah terurai oleh hidrolisisi beberapa
jenis bakteri anaerob dengan melalui proses reaksi biokimia komplek yang disebut
beta okidasi. Hasil dari proses ini adalah bitirik, propionik dan asam asetik. Senyawa
yang memiliki berat molekul yang kecil disebut asam volatil karena akan tervaporasi
pada tekanan atm. Komponen terpenting penanda adanya gas metan adalah
didahului dengan asam asetik dan asetat.
Protein tersusun atas asam amino. Beberapa asam amino memiliki rantai
lurus dan beberapa lagi memiliki rantai melingkar (aromatic). Bakteri anaerob dapat
menghidrolisis protein anatara ikatan peptidanya. Hidrolisis protein mirip dengan
TOPIK PENGOLAHAN LIMBAH/TK5043 3 Oktober 2019
Nama : Gustin Mustika Krista /23019028
Dosen: Prof. Tjandra Setiadi, Ph.D.
Perubahan dari senyawa organik menjadi gas metan dalam digesen beberapa
tahap, ada yang membaginya menjadi 2 tahap, 3 tahap bahkan 6 tahap.
Komposisi Nutrien
Nilai DO dalam anaerobik digester
Suhu digester
pH (konsentrasi ion H+ ) dalam digester
Konsentrasi solid volatil
Konsentrasi asam volatil
KOMPOSISI NUTRIEN. Proses anaerob dapat digunakan dalam kondisi ekstrim yang
mengandung suspended solid tinggi maupun rendah, dapat juga digunakan sebagai
primary ataupun secondary treatment pada pengolahan aerob konvensional. Limbah
cair dan lumpurnya merupakan campuran dari senyawa organik kompleks dengan
berbagai ragam sifat fisika dan kimia nya. Dalam proses pengolahan limbah cair
sangat penting untuk mengetahui kandungan total organik, yaitu dengan
menghitung jumlah karbohidrat, protein dan lipid komplek. Semua organik ini dapat
diubah menjadi asam volatil kemudian menjadi gas metan.
Bakteri fakultatif dan strict aerob yang terdapat dalam aerobik digester akan
mensintesis lumpur yang mengandung vitamin dan material lain untuk berkembang.
Proses degradasi ini sangat dibutuhkan, karena sebagian besar sakarida yang
tersedia pada limbah akan menipis pada proses aerob ataupun pada proses
pengolahan pertama. Selama proses hidrolisis amino, asam amino dan nitrogen
mengandung senyawa organik sperti DNA, RNA dan enzim. Hasilnya akan
meningkatkan kandungan nitrogen pada lumpur, lemak akan menghasilkan asam
TOPIK PENGOLAHAN LIMBAH/TK5043 3 Oktober 2019
Nama : Gustin Mustika Krista /23019028
Dosen: Prof. Tjandra Setiadi, Ph.D.
lemak dengan rantai yang lebih Panjang, nantinya akan diubah menjadi ratai yng
lebih pendek (asam lemak volatile). Komposisi nutrient pada lumpur akan
mempengaruhi komposisi biogas. CH4 memiliki porsi yang besar sebagai hasil proses
yaitu 60-90%. Meskipun hasil CO2 besar namun larut dalam cairannya digester.
SUHU DIGESTER. Suhu dalam digester sangat mempengaruhi banyak hal untuk
mikroorganisme, seperti : mempercepat/menghambat pertumbuhan mikroba,
waktu penghancuran sel, hasil gas, penggunaan substrat dan kegiatan biologis
lainnya. Enzim pada prosespun sangat sensitive terhadap suhu. Suhu pada
digesterpun akan mempengaruhi umur lumpur. Sebagai contoh, pada suhu 18oC
umur lumpur adalah 28 hari, sedangkan pada suhu 30oC umur lumpur menjadi 14
hari. Tiap bakteri mempunyai suhu optimumnya tersendiri untuk tumbuh.
menghentika produksi gas methan yang dihasilkan oleh bakteri sebagai hasil produk
sintesis.
pH DIGESTER. pH sangat penting dalam proses biologi, karena pada proses ini enzim
sangat dipengaruhi kerjanya oleh pH. Tiap organisme memiliki range pH
optimumnya untuk berkembang. Kebanyakan mikroorganisme anaerob digester
berkembang pada pH 6.5-7.5 buffering capacity menggambarkan kemampuan cairan
bertahan(tidak terpengaruh) terhadap perubahan pH. Ammonium (NH 4+) dan
bikarbonat (HCO3-) merupakan buffering aggents alami. Konsentrasi ion bikarbonat
sangat penting dalam mengontrol pH dalam digester anaerob, karena dapat
menekan keasaman yang diakibatkan konsentrasi ion H yang tinggi.
KONSENTRASI DARI VOLATIL SOLID. Jumlah volatile solid dalam digester anaerob
dapat membantu dalam menghitug beban proses. Semakin besar jumlah volatile
solid dalam umpan makan makin besar beban proses. Volatile solid merupakan
sumber energi untuk proses hidrolisis dan pembentukan asam pada digester
anaerob sehingga gas yang dihasilkanpun dipengaruhi oleh konsentrasi volatile solid
yang ada.
KONSENTRASI DARI ASAM VOLATIL. Limbah cair yang berasal dari industri
pengolahan makanan banyak mengandung asam lemak. Asam lemak akan diubah
menjadi asam volatile. Akumulasi dari asam volatile ini akan menurunkan pH ada
digester. Penurunan pH ini akan mengganggu proses hidrolisis dan metanogenesis.
ION LOGAM BERAT. Logam berat yang berlebih akan berbahaya terhadap
proses-proses anaerob pada digaster. Ion logam berat pun dapat menjadi lapisan
TOPIK PENGOLAHAN LIMBAH/TK5043 3 Oktober 2019
Nama : Gustin Mustika Krista /23019028
Dosen: Prof. Tjandra Setiadi, Ph.D.
pada digester, seperti ion karbonat dan sulfat yang bereaksi akan membentuk
lapisan. Pada proses anaerob sulfat (S-) banyak terbentuk dari sulfat (SO4). SO4 akan
berkurang menjadi hidrogen sulfida. Sebagian lagi akan menjadi protein bagi
lumpur. Ion logam berat akan berbahaya pada mikroorganisme karena membuat
enzim menjadi tidak aktif. Hal ini terjadi akibat kombinasi antara logam berat
dengan kelompok -SH, sehingga proses dalam digester dan pembentukan metan
tidak akan terjadi. Konsentrasi dari logam berat akan menjadi penghambat proses,
bergantung pada bahan kimia dalam limbah cair.
GAS AMONIA TERLARUT. Efek racun dari ammonia yang terlarut, terbatas pada
proses metagenosis saja, namun dalam juml;ah yang cukup akan berpengaruh juga
terhadap proses hidrolisis dan pembentukan asam organik.
pH akan turun menjadi 5.5 (sejalan dengan kenaikan konsentrasi ion hidrogen).
Ammonia dapat menjadi buffer yang penting dalam digester anaerob. Kapasitas
buffer ammonia menjadikan digester dapat memperbaiki sistemnya sendiri. Masalah
yang muncul dari tingginya konsentrasi ammonia yang terlarut dengan adanya
penurunan methan produk dan peningkatan akumulasi asam volatile. Salah satu
masalah yang sering ditemukan adalah konsetrasi ammonia yang kurang untuk
meniungkatkan bakteri metagenosis. Masalah lainnya adalah shock loading. Ketika
TOPIK PENGOLAHAN LIMBAH/TK5043 3 Oktober 2019
Nama : Gustin Mustika Krista /23019028
Dosen: Prof. Tjandra Setiadi, Ph.D.
konsentrasi ammonia tinggi ditambahkan dalam digester melebihi batas disain nya.
Hal ini akan menyebabkan peningkatan produksi asam volatile sehingga
menurunnya pH dalam digester.
ASAM VOLATIL YANG TIDAK TER-ION KAN. Jumlah akumulasi dari molekul kecil
asam lemak akan menyebabkan penurunan pH dalam digester. Akumulasi ini dapat
disebebkan oleh kegagalan proses untuk mengubah asam menjadi methan, shock
loading, dan keberadaan inhibitor seperti logam berat, sianida, formaldehid atau
kloroform. Diantara asam volatile, asetat merupakan yang paling tidak berbahasa
bagi bakteri metagenosis, kemudian asam butyral lalu propionic. Masalah akumulasi
yang besar dari ion asam volatile dapat diselesaikan dengan penambahan alkaline
seperti sodium, hidroksida, atau kalsium karbonat.
INHIBITOR LAINNYA. Beberapa senyawa yang sering ditemukan berasal dari rumah
tangga seperti lauryl sulfate, yang akan menghancurkan dinding sel bakteri gram
positif ataupun gram negative. Namun hal ini dapat diselesaikan dengan melakukan
pengolahan limbah rumah tangga yang mengandung ditergen sebelum masuk
digester anaerob, untuk menghilangkan lauryl sulfate. Selain itu ditemukan juga
chlorinated, senyawa antropogenik organik yang berasal dari limbah solvent, cairan
pembersih, cairan pembunuh serangga, cairan penghilang jamur dan lain-lain.
Senyawa tersebut dapat menghambat proses metanogenesis dalam digester
anaerob.