OLEH:
AYU ASTUTI ALAWIYAH
2006111615
JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2021
LAPORAN AKHIR PRATIKUM BIOKIMIA
OLEH:
AYU ASTUTI ALAWIYAH
2006111615
20 MEI 2021
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas laporan akhir praktikum
Biokimia yang berjudul “Karbohidrat, Protein, Minyak dan Lemak” ini tepat
pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan laporan ini adalah untuk memenuhi
tugas akhir praktikum mata kuliah Biokimia, Selain itu, laporan ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan tentang Karbohidrat, Protein, Minyak dan lemak bagi
para pembaca dan juga bagi penulis.
Saya mengucapkan terima kasih kepada Abang Pasaribu dan Kak Vina
selaku asisten praktikum mata kuliah Biokimia yang telah memberikan tugas
akhir ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan saya tentang
Karbohidrat, Protein, Minyak dan lemak.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua teman-teman
agroteknologi-A yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga saya
dapat menyelesaikan laporan ini.
Saya menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan laporan ini,
baik dalam pemaparan materi, maupun penulisannya. Oleh karena itu kritik dan
saran dari semua pihak amatlah penulis harapkan demi perbaikan kedepannya.
Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca dalam memperkaya khasanah
ilmu pengetahuan.
Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
I PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1.2.1 Karbohidrat
Untuk mengidentifikasi adanya karbohidrat dalam suatu bahan
Untuk mengetahui adanya .reaksi-reaksi yang terjadi pada identifikasi
karbohidrat
Uji Benedich untuk membuktikan apanya gula pereduksi
Uji Molish untuk membuktikan adanya karbohidrat secara kualitatif
Uji Iodium untuk menentukan polisakarida
Uji Seliwanof untuk membedakan gula aldosa dan gula ketosa
Uji Barfoed untuk membedakan antara monosakarida dan disakarida
1.2.2 Protein
Untuk mengidentifikasi adanya asam amino dalam protein
Untuk mengetahui adanya molekul-molekul peptida dari protein
Untuk mengetahui adanya unsur protein
Untuk mengetahui cara pemisahan suatu asam amino
Untuk menunjukkan bahwa sebagai makromolekul, protein dapat
dipisahkan dengan mengendapkannya menggunakan absolut
2.1 karbohidrat
Kata karbohidrat berasal dari kata karbon dan air. Secara sederhana
karbohidrat didefinisikan sebagai polimer gula. Karbohidrat adalah karbon yang
mengandung sejumlah besar gugus hidroksil. Karbohidrat paling sederhana bisa
berupa aldehid (disebut polihidroksi aldehid atau aldosa) atau berupa keton
(disebut polihidroksiketon atau ketosa). Berdasarkan pengertian diatas berarti
diketahui bahwa karbohidrat terdiri atas atom C, H dan O. Adapun rumus umum
dari karbohidrat adalah Cn(H2O)n atau CnH2nOn (Wiratmaja, 2011). Melihat
rumus empiris tersebut, maka senyawa ini pernah diduga sebagai ”hidrat
dari karbon”, sehingga disebut sebagai karbohidrat. Sejak tahun 1880 telah
disadari bahwa gagasan ”hidrat dari karbon” merupakan gagasan yang tidak
benar. Hal ini karena ada beberapa senyawa yang mempunyai rumus empiris
seperti karbohidrat tetapi bukan karbohidrat (Tim Dosen, 2010). Asam asetat
misalnya dapat ditulis (C2(H2O)2 dan formaldehid dengan rumus CH2O atau
HCHO. Dengan demikian suatu senyawa termasuk karbohidrat tidak
hanya ditinjau dari rumus empirisnya saja, tetapi yang paling penting
ialah rumus strukturnya (Tim Dosen,2010).
Pada umumnya, karbohidrat berupa serbuk putih yang mempunyai sifat
sukar larut dalam pelarut nonpolar, tetapi mudah larut dalam air. Kecuali
polisakarida bersifat tidak larut dalam air.
Berdasarkan strukturnya karbohidrat dibagi menjadi monosakarida,
disakarida, dan polisakarida. Monosakarida merupakan karbohidrat yang paling
sederhana, terdiri dari satu unit rantai karbon. Disakarida adalah karbohidrat yang
terdiri atas 2 gabungan monosakarida, sedangkan Polisakarida dapat tersusun dari
ratusan atau bahkan ribuan monosakarida.
Monosakrida adalah karbohidrat yang tidak dapat dihidrolisis menjadi
karbohidrat yang lebih sederhana. Monosakarida ini dapat diklasifikasikan sebagai
triosa, tetrosa, pentosa, heksosa, atau heptosa, bergantung pada jumlah atom
karbon; dan sebagai aldosa atau ketosa bergantung pada gugus aldehida atau keton
yang dimilki senyawa tersebut (Murray dkk, 2009).
Disakarida adalah produk kondensasi dua unit monosakarida. Ada empat
jenis disakarida yaitu sukrosa atau sakarosa, maltosa, laktosa, dan trehalosa.
Trehalosa tidak begitu penting dalam ilmu gizi. Kedua monosakarida yang saling
mengikat berupa ikatan glikosidik melalui satu atom oksigen. Ikatan glikosidik ini
biasanya terjadi antara atom C nomor 1 dengan atom C nomor 4 dan membentuk
ikatan alfa, dengan melepaskan satu molekul. Hanya karbohidrat yang unit
monosakaridanya terikat dalam bentuk alfa dapat dicernakan. Disakarida dapat
dipecah kembali menjadi dua molekul monosakarida melalui hidrolisis. Glukosa
terdapat pada empat jenis disakarida; monosakarida lainnya adalah fruktosa dan
galaktosa (Almatsier, 2010).
Polisakarida dapat dihidrolisis oleh asam atau enzim tertentu yang
kerjanya spesifik. Hidrolisis sebagian polisakarida menghasilkan oligosakarida
dan dapat digunakan untuk menentukan struktur molekul polisakarida (Sirajuddin
dan Najamuddin, 2011).
Karbohidrat kompleks ini dapat mengandung sampai tiga ribu unit gula
sederhana yang tersusun dalam bentuk rantai panjang lurus atau bercaban. Gula
sederhana ini terutama adalah glukosa. Jenis polisakarida yang penting dalam
ilmu gizi adalah pati, dekstrin, glikogen, dan polisakarida nonpati (Almatsier,
2010).
Adapun fungsi dari karbohidrat diantaranya (Almatsier, 2010):
1. Sumber energi : fungsi utama karbohidrat adalah menyediakan energi bagi
tubuh. Karbohidrat di dalam tubuh berada dalam sirkulasi darah sebagai
glukosa untuk keperluan energi segera;sebagian disimpan sebagai
glikogen dalam hati dan jaringan otot, dan sebagian diubah menjadi lemak
untuk kemudian disimpan sebagai cadangan energi di dalam jaringan
lemak.
2. Pemberi rasa manis pada makanan : karbohidrat memberi rasa manis pada
makanan, kecapan pada ujung lidah merasakan rasa manis tersebut. Gula
tidak mempunyai rasa manis yang sama. Fruktosa adalah gula paling
manis.
3. Pengatur metabolisme lemak : karbohidrat mencegah terjadinya oksidasi
lemak yang tidak sempurna, sehingga menghasilkan bahan-bahan keton
berupa asam asetoasetat, aseton, dan asam beta-hidroksi-butirat.
Uji benedict pertama kali ditemukan oleh seorang ahli kimia Amerika
bernama Stanley Rossiter Benedict. Semua jenis monosakarida akan
menunjukkan hasil positif dengan uji benedict, disakarida pereduksi seperti
maltosa dan laktosa juga menunjukkan hasil positif. Disakarida non pereduksi
seperti sukrosa dan jenis-jenis polisakarida tidak bereaksi positif dengan uji ini.
2.1.3 Uji Seliwanof
Uji seliwanoff atau tes seliwanoff digunakan untuk membedakan gula
(karbohidrat) yang diuji masuk kategori ketosa atau aldosa. Gula aldosa memiliki
gugus aldehida, sedangkan ketosa memiliki gugus keton. Dasar dari uji ini adalah
bahwa ketosa lebih cepat terdehidrasi dibandingkan aldosa saat dipanaskan. HCl
dalam reagen seliwanof akan mendehidrasi gula menjadi furfural yang akan
bereaksi dengan resorsinol membentuk senyawa berwarna merah.
Dengan uji ini, gula ketosa seperti fruktosa akan menghasilkan warna
merah ceri, sedangkan gula aldosa seperti glukosa akan memberikan hasil negatif
dengan tidak muncul warna merah pada larutan.
Uji ini ditemukan oleh ahli kimia Rusia bernama Theodore Seliwanoff
pada tahun 1887. Tes ini populer digunakan dalam menguji karbohidrat secara
kualitatif, untuk mengetahui jenis gula yang diuji termasuk ketosa atau aldosa.
Apabila memberikan hasil positif berarti gula yang diuji merupakan /
mengandung ketosa, sedangkan apabila memberikan hasil negatif berarti gula
yang diuji merupakan aldosa.
2.2. Protein
Protein merupakan komponen utama dalam semua sel hidup baik
tumbuhan maupun hewan. Pada sebagian besar jaringan tubuh protein merupakan
komponen terbesar Setelah air di dalam tubuh, protein mempunyai peranan yang
sangat penting. Fungsi utamanya sebagai zat pembangun atau pembentuk struktur
sel misalnya untuk pembentukan kulit, otot, rambut, membran sel, jantung, hati,
ginjal, dan beberapa organ penting lainnya.
Protein dalam tubuh manusia diperoleh dari bahan makanan baik yang
berasal dari hewan maupun tumbuhan. Protein yang berasal dari hewan disebut
protein hewani, sedangkan yang berasal dari tumbuhan disebut protein nabati.
Protein dalam makanan yang dikonsumsi manusia akan dipecah menjadi di Asam
amino dalam proses pencernaan dengan dibantu oleh enzim seperti protein dan
tripsin. Asam-asam amino yang dihasilkan kemudian diserap oleh usus dan
dibawa ke arah hati atau didistribusikan ke jaringan jaringan yang membutuhkan.
Selain untuk pembentukan sel-sel tubuh, protein dapat digunakan sebagai bahan
bakar apabila keperluan energi tubuh tidak terpenuhi oleh karbohidrat dan lemak.
Secara kimia protein merupakan senyawa polimer yang tersusun atas
satuan-satuan asam-asam amino sebagai monomernya. Asam-asam amino terikat
satu sama lain melalui ikatan peptide, yaitu ikatan antara gugus karboksil (-
COOH) asam amino yang satu dengan gugus amino (-NH2) dari asam amino yang
lain dengan menggunakan dengan melepaskan satu molekul air. Peptide yang
terbentuk atas 2 Asam amino disebut dipeptida. Sebaliknya sebaliknya peptide
yang terbentuk terdiri atas tiga, empat atau lebih asam amino masing-masing
disebut tripeptida tetrapeptida dan seterusnya.
Pada umumnya protein sangat peka terhadap pengaruh-pengaruh fisik dan
zat kimia, sehingga mudah mengalami perubahan bentuk perubahan atau
modifikasi pada struktur molekul protein disebut denaturasi. Hal-hal yang dapat
menyebabkan denaturasi adalah panas, PH, tekanan, aliran listrik, dan adanya
bahan kimia seperti alkohol, urea atau sabun. Proses denaturasi kadang-kadang
berlangsung secara reversibel, tetapi ada pula yang irreversible, tergantung pada
penyebabnya. Protein yang mengalami denaturasi akan menurunkan aktivitas
biologinya dan berkurang kelarutannya sehingga mudah mengendap.
Protein dapat mempertahankan kesesuaian bentuknya asalkan lingkungan
fisik dan kimianya dipertahankan. Jika lingkungan berubah, maka protein dapat
terurai atau mengalami perubahan. Mereka dapat kehilangan struktur sekunder,
tersier, dan kuarter nya sehingga aktivitas biologisnya juga hilang sebagian
protein dapat dikembalikan ke bentuk aslinya jika terdenaturasi tanpa harus
menjadi insoluble (tidak dapat larut). Contoh setelah pemanasan ringan, protein
dapat kembali ke bentuk aslinya jika kembali ke suhu normal. Perbedaan panas
yang besar dapat menyebabkan denaturasi yang menetap.
Berdasarkan struktur molekulnya, protein dapat dibagi menjadi dua
golongan utama yaitu :
1) Protein globular
Yaitu protein berbentuk bulat atau elips dengan rantai polipeptida yang
berikat. Umumnya protein globular larut dalam air, asam, basa, maupun
etanol. Contoh : albumin, globulin, protein, enzim, dan antibodi.
2) Protein Serat (Fiber)
Yaitu protein berbentuk serat atau serabut dengan rantai polipeptida
memanjang pada satu sumbu. Hampir semua protein fiber memberikan
peran struktural atau pelindung. Protein fiber tidak larut dalam air, asam,
basa maupun etanol contoh : keratin, kolagen, fibroin.
3.2.2 Protein
3.2.2.1 Uji Millon
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam identifikasi Protein dengan
uji millon adalah sebagai berikut : 1).Alat→ Adapun alat yang digunakan pada
percobaan ini adalah 3 buah tabung reaksi, pipet tetes, pipet tang, pipet volume,
rak tabung reaksi, beaker glass, serta hot plate ; 2). Bahan→ Adapun bahan yang
digunakan adalah Pepton 1%, Larutan Albumin, Larutan susu putih, serta reagen
Millon.
3.2.2.2 Uji Ninhidrin
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam identifikasi Protein dengan
uji Ninhidrin adalah sebagai berikut : 1).Alat→ Adapun alat yang digunakan
pada percobaan ini adalah 3 buah tabung reaksi, rak tabung reaksi, pipet mikro
1000 mL+tips ; 2). Bahan→ Adapun bahan yang digunakan adalah Albumin 2%,
Kasein, (NH4)2SO4, serta reagen Ninhidrin.
3.2.2.3 Uji Biuret
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam identifikasi Protein dengan
uji Biuret adalah sebagai berikut : 1).Alat→ Adapun alat yang digunakan pada
percobaan ini adalah 3 buah tabung reaksi, rak tabung reaksi, pipet tetes, pipet
tang, serta pipet volume ; 2). Bahan→ Adapun bahan yang digunakan adalah
;Pepton 1%, Larutan Albumin, Larutan susu putih, serta reagen CuSO4 1%, dan
NaOH2N.
3.2.2.4 Pengendapan Protein dengan Pelarut Organik
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam identifikasi Protein dengan
uji Pengendapan Protein dengan Pelarut Organik adalah sebagai berikut :
1).Alat→ Adapun alat yang digunakan pada percobaan ini adalah 2 buah tabung
reaksi, rak tabung reaksi, pipet pam, serta beaker glass ; 2). Bahan→ Adapun
bahan yang digunakan adalah Pepton 1%, Larutan Albumin, serta Etanol Absolut.
Dimasukkan ke dalam penangas air dengan suhu 100°C dan dibiarkan selama 5
menit
Setelah itu angkat tabung reaksi kemudian amati hasilnya
Masukkan tabung reaksi yang berisi sampel tersebut kedalam air yang telah
dipanaskan sebelumnya
Tambahkan 5 tetes larutan HCl pada masing-masing tabung reaksi yang sudah
berisi sampel kemudian digoyangkan agar tercampur rata
Setelah itu dipanaskan tabung reaksi yang berisi larutan sampel tersebut ke dalam
penangas air dan dibiarkan mendidih selama 10 menit
3.3.2 Protein
3.3.2.1 Uji Millon
Setelah itu masukkan tabung reaksi tersebut ke dalam air yang telah dipanaskan
sebelumnya
Setelah itu inkubasi ketiga tabung dalam air mendidih selama ±10 menit
Angkat tabung reaksi lalu dinginkan tabung reaksi tersebut dalam air dingin (es)
Pada uji ini disiapkan 6 buah Aqua gelas kosong dimana 2 Aqua gelas diisi dengan
alkohol, 2 Aqua gelas diisi dengan air, 2 aqua gelas dengan minyak, serta 1 aqua
gelas lagi diisi dengan margarin
Pada percobaan pertama akan kita ujikan margarin dengan alkohol caranya yaitu
siapkan alkohol sekitar 20 ml lalu di tambahkan margarin sekitar 2 sendok makan
kita kocok/ aduk dan kita diamkan hingga terlihat hasilnya
Pada percobaan ke-2 kita ujikan margarin dengan air biasa caranya yaitu siapkan
sekitar 20 ml lalu ditambahkan sekitar 2 sendok makan margarin kita goyang-
goyangkan dan kita diamkan hingga terlihat hasilnya
Pada percobaan ketiga kita ujikan margarin dengan minyak, caranya yaitu kita
sediakan sekitar 20 ml minyak goreng lalu kita tambahkan 2 sendok makan
margarin kita goyang-goyangkan dan kita diamkan hingga terlihat hasilnya
Siapkan alat dan bahan yang diperlukan atau digunakan dalam percobaan uji
minyak dan lemak dengan uji akrolein ini
Pada percobaan pertama kita reaksikan bubuk KHSO4 dengan gliserol caranya
yaitu kita ambil 1 buah tabung reaksi lalu masukkan bumbu halus KHSO4
sebanyak 1 cm setelahnya tambahkan ke dalam tabung reaksi 4 tetes minyak
kelapa
Pada percobaan ke-2 kita reaksikan bubuk KHSO4 dengan gliserol caranya yaitu
kita ambil 1 buah tabung reaksi lalu masukkan bumbu halus KHSO4 sebanyak 1
cm setelahnya tambahkan ke dalam tabung reaksi 4 tetes gliserol
Kemudian kedua tabung reaksi tersebut kita panaskan secara perlahan di atas
lampu bunsen sekitar ±5 menit Setelah itu kita cium masing-masing tabung reaksi
apakah mengeluarkan bau akrolein atau tidak
3.3.3.3 Uji Safonifikasi
Siapkan alat dan bahan yang diperlukan dalam percobaan uji minyak dan lemak
dengan uji saponifikasi ini
Langkah kedua kita haluskan padatan NaOH 1 gram dengan menggunakan mortar
Langkah ketiga kita masukkan minyak kelapa yang sudah diukur ke dalam
Erlenmeyer lalu ditambahkan padatan NaOH yang sudah dihaluskan tadi ke dalam
Erlenmeyer
Langkah keempat kita masukkan etanol 96% ke dalam Erlenmeyer kita aduk secara
perlahan agar endapan dapat terlarut dengan merata
Langkah kelima masukkan Erlenmeyer ke dalam air panas sekitar 15 menit, amati
setiap perubahan yang terjadi. Setelahnya kita masukkan Erlenmeyer ke dalam air
dingin selama ±5 menit, setelah 5 menit larutan dalam Erlenmeyer berubah menjadi
beku atau padatan
Langkah keenam kita ambil satu tabung reaksi lalu kita beri sedikit air, selanjutnya
kita ambil padatan dari Erlenmeyer sekitar 2 cm. kemudian kita kocok tabung
reaksi hingga larutan mengeluarkan buih
Kedua tuangkan larutan KOH alkoholis 0,5 N dari Buret sebanyak 20 ml ke dalam
Erlenmeyer kosong
Ketiga isi kembali Buret dengan larutan KOH alkoholis 0,5 N hingga angka nol .
Selanjutnya tuangkan larutan KOH alkoholis 0,5 N dari Buret sebanyak 20 ml ke
dalam Erlenmeyer yang berisi sampel minyak
Kedua masukkan Erlenmeyer yang sudah berisi bahan kedalam magnetik stirrer
pasang magnetic stirrer dengan kolom kondensor atur suhu magnetic stirrer pada
100 - 150 °C dan atur juga kecepatan dari magnetic stirrer biarkan proses refluks
berlangsung hingga 30 menit
Keempat matikan hot plate dan stirrer setelah 30 menit lalu larutan yang sudah
direfluks diturunkan dan didinginkan secara manual setelah itu dingin,
ditambahkan kedalam larutan indikator fenol phenolphthalein beberapa tetes
Kelima titrasi larutan sampel dengan menggunakan KOH 0.1N dari Buret.
Hentikan proses titrasi jika larutan memunculkan/terbentuk warna merah muda .
Dari proses titrasi tersebut kita dapatkan volume KOH sebesar 1,60 ml
4.1. Hasil
4.1.1 Karbohidrat
4.1.1.1 Uji Molisch
No Tabung Nama Bahan Uji Reaksi Hasil Warna
1 Aquades - Tidak terbentuk cincin ungu
2 Ribosa + Terbentuk cincin ungu
3 Glukosa + Terbentuk cincin ungu
4 Fruktosa + Terbentuk cincin ungu
5 Laktosa + Terbentuk cincin ungu
6 Sukrosa + Terbentuk cincin ungu
7 Pati (Amilum) + Terbentuk cincin ungu
4.1.2 Protein
4.1.2.1 Uji Millon
No Tabung Nama Bahan Uji Reaksi Hasil
1 Pepton - Tidak terjadi perubahan
tetap endapan putih
2 Albumin + Berwarna Merah
3 Susu putih - Tidak terjadi perubahan
tetap endapan putih
4.1.2.2 Uji Ninhidrin
No Tabung Nama Bahan Uji Reaksi Hasil
1 Albumin + Ungu
2 Kasein + Kuning kecoklatan
3 (NH)2SO4 - Bening
4.2.2 Protein
4.2.2.1. Uji Millon
Berdasarkan hasil pengamatan pada uji millon, terlihat bahwa Albumin
bereaksi positif menghasilkan warna merah. Ini berarti bahwa Albumin
mengandung asam amino dengan gugus fenol. Berbeda dengan pepton dan susu
putih yang bereaksi negatif dan tidak mengalami perubahan warna menjadi merah.
Hal ini berarti bahwa pepton dan susu putih tidak mengandung asam amino
dengan gugus fenol.
pereaksi millon adalah larutan merkuro dan merkuri nitrat dalam asam
nitrat. Apabila pereaksi ini ditambahkan pada larutan protein, akan menghasilkan
endapan putih yang dapat berubah menjadi merah oleh pemanasan. Pada dasarnya
reaksi ini positif untuk fenol – fenol karena terbentuknya senyawa merkuri gugus
hidroksifinil yang berwarna. Protein yang mengandung tirosin akan memberikan
hasil positif.
Penambahan dengan pereaksi millon membentuk suatu senyawa
kompleks. Adanya ikatan-ikatan peptida dari gugus karboksil dengan pereaksi
membentuk suatu senyawa yang dengan pemanas dihidrolisa menjadi
phenylpeptida atau gugus aromatik. pemanasan yang dilakukan untuk
mempercepat reaksi antara pereaksi dengan larutan protein sehingga dihasilkan
warna yang jelas sebagai indikator adanya senyawa tertentu pada sampel yang
diamati.
5.1 Kesimpulan
5.1.1 Karbohidrat
Gula reduksi pada suatu karbohidrat dapat dibuktikan dengan terbentuknya
endapan berwarna merah bata pada ribosa, glukosa, laktosa.
Suatu karbohidrat dapat dibuktikan dengan uji molisch yaitu dengan
terbentuknya cincin berwarna ungu pada ribose, glukosa, fruktosa, laktosa
sukrosa, pati.
Pada pengujian seliwanoff dapat dibuktikan dengan terbentuknya senyawa
kompleks berwarna merah pada fruktosa sehingga mengandung ketosa.
Monosakarida dan disakarida dapat dibedakan dengan terbentuknya
endapan merah bata pada monosakarida sedangkan disakarida tidak
terdapat endapan merah.
Polisakarida dibuktikan dengan terbentuknya kompleks berwarna spesifik
yang berwarna ungu pekat dan terdapat endapan.
5.1.2 Protein
Uji millon adalah uji yang menunjukkan adanya asam amino dengan
gugus fenol yaitu ditandai dengan perubahan warna menjadi merah setelah
dipanaskan. Berdasarkan uji millon ini bahwa albumin lah yang
mengandung asam amino dengan gugus fenol tersebut.
Uji ninhidrin adalah uji yang digunakan untuk menunjukkan bahwa suatu
protein mengandung gugus amino bebas. Berdasarkan uji yang dilakukan
menunjukkan bahwa albumin dan casein bereaksi positif menghasilkan
warna ungu, namun kasein menghasilkan warna kuning kecoklatan karena
kasein mengandung gugus protein atau hidroksiprolin.
Uji biuret adalah uji yang digunakan untuk menunjukkan bahwa suatu
protein mempunyai ikatan peptida. Berdasarkan uji yang dilakukan bahwa
pepton, albumin, dan susu putih menghasilkan warna ungu, ini
menandakan bahwa ketiga bahan uji tersebut mempunyai ikatan peptida.
Pengendapan protein dengan alkohol adalah ujian digunakan untuk
menunjukkan bahwa suatu protein mempunyai kandungan alkohol.
Berdasarkan pengamatan bahwa album yang menghasilkan endapan, ini
menandakan bahwa album ini mempunyai kandungan alkohol
DAFTAR PUSTAKA
Ariani, Destri. dan Sahri Yanti. 2017.Studi kualitatif dan kuantitatif minyak
goreng yang digunakan oleh penjual gorengan di kota Sumbawa. Jurnal
Tambora. 2(3): 1-8.
Ariani, Yolla. dan Shabrina Ardhista. 2019. Uji lipid pada minyak kelapa,
margarine dan gliserol. Jurnal Sainteks. 16(1): 19-23.
Azka, Aulia. dan Nurjannah.2012. Aktivitas antioksidan dan komponen bioaktif
semanggi air (Marsilea crenata). Jurnal Inovasi dan Kewirausahaan. 1(3):
152-158.
Bahri, Saiful. dan Sulfitri. 2020. Perbandingan kadar albumin ikan gabus (Channa
striata) dari proses perebusan dan pengukusan dengan menggunakan uji
biuret. Jurna Riset Kimia. 6(1): 67-73.
Bintang, M. 2010. Biokimia Teknik Penelitian. Erlangga: Jakarta.
Desi, Adelya. 2019. Analisa Kadar Lemak. Universitas Brawijaya: Malang.
Desniar, Rifki Aditia. dan Wini Trilaksani. 2018. Aktivitas antioksidan dan
antibakteri hidrolisat protein hasil fermentasi telur ikan cakalang. Jurnal
Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia. 21(1): 1-12.
Febiola, Intan. 2018. Pengaruh Waktu Penggunaan Minyak Goreng Kelapa Sawit
Terhadap Karakteristik Trigliserida dan Gliserol. Universitas
Muhammadiyah: Sidoarjo.
Fessenden, Ralp J. 1990. Kimia Organik Edisi Ketiga. Erlangga: Jakarta.
Mardiah, Srirezeki. 2019. Analisis mutu minyak goreng dengan pengulangan
penggorengan. Jurnal Pangan Halal. 1(1):1-8.
Manruw. 2010. Pengantar Biokimia. UI Press: Jakarta.
Naomi, Phatalina. dan Limban Gaol. 2013. Pembuatan sabun lunak dari minyak
goreng bekas ditinjau dari kinetika reaksi kimia. Jurnal Teknik Kimia.
2(19) : 1-7.
Nurvita, Sinta. 2020. Karbohidrat. Universitas Indonesia: Jakarta.
Ngili, Yohanes. 2013. Biokimia Dasar Edisi Revisi. Rekayasa Sains: Bandung.
Poedjaji, A. 1994. Dasar-dasar Biokimia. UI Press: Jakarta.
Putra, A. A. dan Putu Wibawa. 2017. Karbohidrat. Universitas Udayana:
Denpasar.
Ratna, P Ayu. dan Fitria Yulistiani. 2015. Pembuatan gula cair dari pati singkong
dengan menggunakan hidrolisis enzim. Jurnal Teknik Kimia. 11(2) : 9-14.
Rivai, Hamizum. dan Meliana Dian Handayani. 2010. Karakteristik ekstrak spon
laut (Axinella Carteri) secara fisika, kimia, dan fisikomia. Jurnal Farmasi
Higea. 2(1) : 1-12.
Suseno, Dedy. dan Anna P Rosmiem. 2018. Isolasi dan identifikasi gelatin pada
sediaan obat tablet yang tidak berbahan aktif protein. Jurnal Envi Science.
2(2): 85-90.
Violita, Diana. 2016. Pengujian Protein Tentang Uji Millon. Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Muhammadiyah. Prisewu: Lampung.
.
LAMPIRAN
1.Dokumentasi
Karbohidrat
Uji Molisch
Uji Biuret
Uji Seliwanoff
Uji Barfoed
Uji Iodin
Protein
Uji Millon
Uji Ninhidrin
Uji Biuret
Uji Pengendapan Protein dengan Alkohol
Uji Safonifikasi
Penentuan Bilangan Penyabunan