RUU Pemasyarakatan Revisi Final (16.09.16) PDF

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 15

RANCANGAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA


NOMOR ... TAHUN ...
TENTANG
PEMASYARAKATAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa pada hakikatnya perlakuan terhadap pelanggar


hukum pidana harus didasarkan pada prinsip
perlindungan hukum dan penghormatan hak asasi
manusia yang berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
b. bahwa Sistem Pemasyarakatan merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari sistem pemidanaan yang
dilaksanakan oleh pemerintah dalam melaksanakan
penegakan hukum pada sistem peradilan pidana terpadu;
c. bahwa perkembangan perlakuan terhadap pelanggar
hukum di berbagai belahan dunia telah mengacu pada
pendekatan reintegrasi sosial dan keadilan restoratif yang
pelaksanaannya sesuai dengan Sistem Pemasyarakatan;
d. bahwa Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang
Pemasyarakatan sudah tidak sesuai lagi dengan
perkembangan hukum masyarakat dan belum
mengakomodasi kebutuhan pelaksanaan pembinaan
Pemasyarakatan sehingga perlu diganti;
e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d, perlu
membentuk Undang-Undang tentang Pemasyarakatan;

Mengingat : Pasal 5 ayat (1), Pasal 20, Pasal 27 ayat (1), dan Pasal 28 D ayat
(1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945;

Dengan Persetujuan Bersama


DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
dan
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : UNDANG-UNDANG TENTANG PEMASYARAKATAN.

1
2

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1
Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:
1. Pemasyarakatan adalah bagian dari sistem peradilan pidana yang Commented [W1]: Untuk mempertegas posisi pemasyarakatan
dalam system peradilan pidana.
menyelenggarakan penegakan hukum di bidang Perlakuan terhadap Lihat naskah akademik.
Anak, Tahanan, Narapidana, dan Klien. Commented [W2]: Tahanan tidak dipersamakan dengan WBP
2. Sistem Pemasyarakatan adalah suatu tatanan mengenai arah dan batas karena tahanan masih dalam proses peradilan sehingga asas
serta metode Perlakuan terhadap Anak, Tahanan, Narapidana, dan Klien praduga tak bersalah harus dikedepankan.

yang dilaksanakan secara terpadu. Commented [W3]: Tahanan tidak dipersamakan dengan WBP
karena tahanan masih dalam proses peradilan sehingga asas
3. Tahanan adalah tersangka atau terdakwa yang ditahan di rumah tahanan praduga tak bersalah harus dikedepankan.
negara selama proses penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di
pengadilan.
4. Terpidana adalah seseorang yang dipidana berdasarkan putusan
pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.
5. Narapidana adalah terpidana yang menjalani pidana hilang kemerdekaan
di Lembaga Pemasyarakatan.
6. Anak Didik Pemasyarakatan yang selanjutnya disebut Anak adalah anak
yang sedang menjalani proses penyidikan, penuntutan dan pemeriksaan
di pengadilan atau dalam proses Pembinaan.
7. Klien Pemasyarakatan yang selanjutnya disebut Klien adalah seseorang
yang berada dalam Pembimbingan Balai Pemasyarakatan.
8. Lembaga Penempatan Anak Sementara yang selanjutnya disebut LPAS
yaitu Unit Pelaksana Teknis Pemasyarakatan yang menjalankan fungsi
Pelayanan terhadap Anak yang ditempatkan di LPAS.
9. Rumah Tahanan Negara yang selanjutnya disebut Rutan yaitu Unit
Pelaksana Teknis Pemasyarakatan yang menjalankan fungsi Pelayanan
terhadap Tahanan.
10. Lembaga Pembinaan Khusus Anak yang selanjutnya disebut LPKA yaitu
Unit Pelaksana Teknis Pemasyarakatan yang menjalankan fungsi
Pembinaan terhadap Anak yang ditempatkan di LPKA.
11. Lembaga Pemasyarakatan yang selanjutnya disebut Lapas yaitu Unit
Pelaksana Teknis Pemasyarakatan yang menjalankan fungsi Pembinaan
terhadap Narapidana.
12. Balai Pemasyarakatan yang selanjutnya disebut Bapas adalah Unit
Pelaksana Teknis Pemasyarakatan yang menjalankan fungsi
Pembimbingan terhadap Klien.
13. Rumah Penyimpanan Benda Sitaan dan Barang Rampasan Negara yang
selanjutnya disebut Rupbasan yaitu Unit Pelaksana Teknis
Pemasyarakatan yang menjalankan fungsi Pengelolaan.
14. Petugas Pemasyarakatan adalah pegawai negeri sipil yang diberi
wewenang berdasarkan undang-undang untuk melaksanakan tugas-
tugas Pemasyarakatan dalam sistem peradilan pidana.
15. Perlakuan adalah serangkaian kegiatan yang diselenggarakan untuk
memberikan Pelayanan, Pembinaan, dan Pembimbingan dengan tetap
memberikan pelindungan terhadap hak asasinya.
16. Pelayanan adalah kegiatan yang dilaksanakan untuk memenuhi hak
Anak yang ditempatkan di LPAS dan Tahanan sejak penerimaan sampai
dengan pengeluaran atau perubahan status menjadi Anak yang
ditempatkan di LPKA dan Narapidana.
3

17. Pembinaan adalah kegiatan yang dilaksanakan untuk memberikan


dukungan pada proses tumbuh kembang Anak yang ditempatkan di LPKA
yang menitikberatkan pada pendidikan dan untuk meningkatkan kualitas
kepribadian dan kemandirian Narapidana.
18. Pembimbingan Klien Pemasyarakatan yang selanjutnya disebut
Pembimbingan adalah kegiatan yang dilakukan untuk memberikan
bantuan dan tuntunan kepada Klien Pemasyarakatan melalui proses
pendampingan, bimbingan, bimbingan lanjutan dan pengawasan baik
pada tahap pra adjudikasi, adjudikasi maupun post adjudikasi.
19. Penelitian Kemasyarakatan yang selanjutnya disebut Litmas adalah
kegiatan pengumpulan, pengolahan, analisis, dan penyajian data yang
dilakukan secara sistematis dan objektif dalam rangka penilaian untuk
kepentingan klasifikasi, Pelayanan, Pembinaan, Pembimbingan, dan
pemberian hak kepada Anak yang ditempatkan di LPAS, Tahanan, Anak
yang ditempatkan di LPKA, Narapidana, dan Klien, serta sebagai dasar
pertimbangan penyidik, penuntut umum dan hakim dalam penyelesaian
perkara yang bersifat independen.
20. Pembimbing Kemasyarakatan adalah pejabat fungsional penegak hukum
yang melaksanakan Litmas dan Pembimbingan di dalam dan di luar
proses peradilan pidana.
21. Benda Sitaan yang selanjutnya disebut Basan adalah benda yang disita
untuk keperluan proses peradilan termasuk di dalamnya benda temuan.
22. Barang Rampasan yang selanjutnya disebut Baran adalah barang yang
dirampas oleh negara berdasarkan putusan pengadilan yang mempunyai
kekuatan hukum tetap.
23. Pengelolaan Benda Sitaan dan Barang Rampasan Negara yang
selanjutnya disebut Pengelolaan adalah segala kegiatan yang
dilaksanakan untuk mengelola dan memelihara agar kualitas dan
kuantitas Basan dan Baran tetap utuh dan terjaga.
24. Dewan Pertimbangan Pemasyarakatan yang selanjutnya disingkat DPP
adalah suatu badan yang terdiri dari para ahli yang merupakan wakil
instansi pemerintah terkait, badan non pemerintah dan/atau perorangan
lainnya yang mempunyai tugas memberikan saran, pertimbangan dan
rekomendasi kepada Menteri terkait bidang Pemasyarakatan.
25. Tim Pengamat Pemasyarakatan yang selanjutnya disebut TPP adalah tim
yang memberikan saran, pertimbangan, serta rekomendasi mengenai
pelaksanaan tugas Pemasyarakatan.
26. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang hukum dan hak asasi manusia.
27. Direktur Jenderal adalah direktur jenderal yang tugas dan tanggung
jawabnya di bidang Pemasyarakatan.

Pasal 2
Sistem Pemasyarakatan diselenggarakan untuk:
a. memberikan pelayanan dan jaminan pelindungan terhadap hak Anak
yang ditempatkan di LPAS dan Tahanan; dan
b. meningkatkan kualitas Anak yang ditempatkan di LPKA dan Narapidana
agar menyadari kesalahan, memperbaiki diri, dan tidak mengulangi
tindak pidana sehingga dapat diterima kembali oleh lingkungan
masyarakat, dapat hidup secara wajar sebagai warga yang baik, taat
hukum, dan bertanggung jawab, serta dapat aktif berperan dalam
pembangunan.
4

Pasal 3
Sistem Pemasyarakatan dilaksanakan berdasarkan asas:
a. pengayoman;
b. nondiskriminasi;
c. persamaan perlakuan;
d. kemanusiaan;
e. gotong royong;
f. kemandirian;
g. proporsionalitas; dan
h. profesionalitas.

Pasal 4
(1) Fungsi Pemasyarakatan meliputi:
a. Pelayanan;
b. Pembinaan; dan
c. Pembimbingan.
(2) Selain fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pemasyarakatan juga memiliki
fungsi Pengelolaan di Rupbasan.

Pasal 5
(1) Untuk melaksanakan fungsi Pemasyarakatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
4, Menteri menetapkan kebijakan penyelenggaraan Sistem Pemasyarakatan.
(2) Kebijakan penyelenggaraan Sistem Pemasyarakatan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilaksanakan oleh Direktur Jenderal.
(3) Untuk melaksanakan kebijakan penyelenggaraan Sistem Pemasyarakatan di
wilayah, dibentuk unit pelaksana teknis pemasyarakatan di setiap
Kabupaten/Kota.
(4) Unit pelaksana teknis pemasyarakatan sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
terdiri atas:
a. Rutan;
b. LPAS;
c. Lapas;
d. LPKA;
e. Bapas; dan
f. Rupbasan.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan kebijakan penyelenggaraan
Sistem Pemasyarakatan diatur dengan Peraturan Pemerintah.

BAB II
HAK DAN KEWAJIBAN ANAK YANG DITEMPATKAN DI LPAS, TAHANAN. ANAK
YANG DITEMPATKAN DI LPKA, NARAPIDANA, DAN KLIEN

Bagian Kesatu
Umum

Paragraf 1
Hak

Pasal 6
5

Anak yang ditempatkan di LPAS, Tahanan, Anak yang ditempatkan di LPKA,


dan Narapidana berhak:
a. menjalankan ibadah sesuai dengan agama atau kepercayaannya;
b. mendapatkan perawatan, baik jasmani maupun rohani;
c. mendapatkan pendidikan, pengajaran, dan rekreasi serta kesempatan
mengembangkan potensi;
d. mendapat pelayanan kesehatan dan makanan yang layak sesuai dengan
kebutuhan gizi;
e. menyampaikan pengaduan dan/atau keluhan;
f. mendapat bahan bacaan dan mengikuti siaran media massa yang tidak
dilarang; dan
g. menerima atau menolak kunjungan dari keluarga, pendamping,
penasehat hukum, dan masyarakat.

Paragraf 2
Kewajiban

Pasal 7
Anak yang ditempatkan di LPAS, Tahanan, Anak yang ditempatkan di LPKA,
dan Narapidana wajib:
a. menaati peraturan tata tertib yang berlaku;
b. mengikuti secara tertib program dan kegiatan lainnya;
c. memelihara perikehidupan yang aman, tertib dan damai; dan
d. menghargai hak asasi setiap orang di lingkungannya.

Bagian Kedua
Khusus

Paragraf 1
Hak Anak yang ditempatkan di LPAS

Pasal 8
Selain hak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6, Anak yang ditempatkan di
LPAS berhak:
a. diperlakukan secara manusiawi dengan memperhatikan kebutuhan
tumbuh kembang Anak;
b. tidak disatukan dengan orang dewasa;
c. mendapatkan bantuan hukum;
d. mendapatkan akses pelayanan sosial;
e. dilindungi dari tindakan penyiksaan, eksploitasi, pembiaran, kekerasan
dan segala tindakan yang membahayakan kesejahteraan, kesehatan baik
fisik maupun mental dan perkembangan Anak; dan
f. mendapatkan akses pelayanan terhadap Anak yang mempunyai
kebutuhan khusus.

Paragraf 2
Hak Tahanan

Pasal 9
Selain hak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6, Tahanan berhak:
a. mendapat penyuluhan hukum dan bantuan hukum; dan
6

b. mendapatkan informasi tertulis tentang peraturan yang mengatur


perlakuan bagi Tahanan.

Paragraf 3
Hak Anak yang ditempatkan di LPKA

Pasal 10
(1) Selain hak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6, Anak yang
ditempatkan di LPKA berhak:
a. diperlakukan secara manusiawi dengan memperhatikan kebutuhan
tumbuh kembang Anak;
b. tidak disatukan dengan orang dewasa;
c. mendapatkan pendidikan, pengajaran, dan rekreasi serta
kesempatan mengembangkan potensi; dan
d. dilindungi dari tindakan penyiksaan, eksploitasi, pembiaran,
kekerasan dan segala tindakan yang membahayakan kesejahteraan,
kesehatan baik fisik maupun mental dan perkembangan Anak yang
ditempatkan di LPKA.
(2) Anak yang ditempatkan di LPKA yang telah memenuhi persyaratan tertentu
dapat diberikan hak:
a. remisi;
b. asimilasi;
c. cuti mengunjungi keluarga;
d. pembebasan bersyarat;
e. cuti bersyarat;
f. cuti menjelang bebas; dan
g. hak-hak lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.

Paragraf 4
Hak dan Kewajiban Narapidana

Pasal 11
(1) Selain hak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6, Narapidana berhak:
a. mendapatkan informasi tertulis tentang peraturan yang mengatur
perlakuan bagi Narapidana; dan
b. mendapatkan upah atau premi hasil bekerja.
(2) Narapidana yang telah memenuhi persyaratan tertentu dapat diberikan
hak:
a. remisi;
b. asimilasi;
c. cuti mengunjungi keluarga;
d. pembebasan bersyarat;
e. cuti bersyarat;
f. cuti menjelang bebas; dan
g. hak-hak lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.

Pasal 12
7

(1) Selain kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7, Narapidana wajib


bekerja dengan mempertimbangkan kondisi kesehatan mereka.
(2) Pekerjaan bagi Narapidana harus memiliki nilai guna.

Paragraf 5
Hak dan Kewajiban Klien

Pasal 13
Selain hak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6, Klien berhak:
a. mendapatkan pendampingan dari pembimbing kemasyarakatan pada
tahap pra adjudikasi, adjudikasi, post adjudikasi dan bimbingan
lanjutan;
b. mendapatkan layanan bimbingan, penyuluhan dan konseling di bidang
psikologis, keagamaan, pendidikan sosial dan budaya serta upaya
penguatan lainnya pada tahap pra adjudikasi, adjudikasi, post
adjudikasi dan bimbingan lanjutan;
c. mendapatkan layanan Litmas untuk kepentingan diversi, sidang
pengadilan, pembinaan, dan pembimbingan;
d. mendapatkan informasi terkait hasil pemantauan, evaluasi dan
rekomendasi yang dilakukan oleh pembimbing kemasyarakatan; dan
e. menyampaikan keluhan dan pengaduan terkait pemenuhan hak dan
pelaksanaan kewajiban Klien serta hal-hal yang berhubungan dengan
penyelenggaraan tugas Bapas.

Pasal 14
Selain kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7, Klien wajib:
a. mematuhi persyaratan pembimbingan;
b. memberikan informasi yang sebenarnya terkait pelaksanaan
pembimbingan; dan
c. bekerja sama dengan semua pihak yang terkait.

BAB III
PENYELENGGARAAN FUNGSI PEMASYARAKATAN

Bagian Kesatu
Pelayanan Anak yang ditempatkan di LPAS

Pasal 15
(1) Pelayanan terhadap Anak yang ditempatkan di LPAS diselenggarakan
selama Anak berada di LPAS.
(2) Dalam menyelenggarakan Pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), Kepala LPAS bertugas:
a. melakukan penerimaan, pendaftaran, dan penempatan;
b. melaksanakan program pelayanan dengan memperhatikan
kepentingan terbaik bagi Anak;
c. memelihara keamanan dan ketertiban; dan
d. melaksanakan pemindahan atau pengeluaran.
(3) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Kepala
LPAS berwenang:
8

a. menerima atau menolak Anak;


b. menetapkan program pelayanan;
c. melakukan tindakan pengawasan meliputi:
1. memeriksa dan menggeledah badan dan barang;
2. merampas, menyita, dan memusnahkan barang;
3. memeriksa pelanggaran dan menjatuhkan tindakan tata tertib;
dan
d. mengeluarkan jika terjadi keadaan darurat.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tugas dan wewenang sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 16
Kepala LPAS wajib mengeluarkan demi hukum Anak yang telah habis masa
penahanan atau masa perpanjangan penahanannya.

Bagian Kedua
Pelayanan Tahanan

Pasal 17
(1) Pelayanan terhadap Tahanan diselenggarakan selama Tahanan berada di
Rutan.
(2) Dalam menyelenggarakan Pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), Kepala Rutan bertugas:
a. melakukan penerimaan, pendaftaran, dan penempatan;
b. melaksanakan program pelayanan;
c. memelihara keamanan dan ketertiban; dan
d. melakukan pengeluaran.
(3) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Kepala
Rutan berwenang:
a. menerima atau menolak Tahanan;
b. menetapkan program pelayanan;
c. melakukan tindakan pengamanan meliputi:
1. memeriksa dan menggeledah badan dan barang;
2. merampas, menyita, dan memusnahkan barang;
3. memeriksa pelanggaran dan menjatuhkan tindakan disiplin; dan
d. mengeluarkan jika terjadi keadaan darurat.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tugas dan wewenang sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 18
Kepala Rutan wajib mengeluarkan demi hukum Tahanan yang telah habis
masa penahanan atau perpanjangan penahanannya.

Bagian Ketiga
Pembinaan Anak yang Ditempatkan di LPKA

Pasal 19
(1) Pembinaan Anak yang ditempatkan di LPKA diselenggarakan selama Anak
berada di LPKA.
9

(2) Dalam menyelenggarakan Pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat


(1), Kepala LPKA bertugas:
a. melakukan penerimaan, pendaftaran, dan penempatan;
b. melaksanakan program pembinaan dengan memperhatikan
kepentingan terbaik bagi Anak;
c. memelihara keamanan dan ketertiban; dan
d. melaksanakan pemindahan atau pengeluaran.
(3) Dalam menyelenggarakan pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), Kepala LPKA berwenang:
a. menetapkan program pembinaan;
b. melakukan tindakan pengawasan meliputi:
1. memeriksa dan menggeledah badan dan barang;
2. merampas, menyita, dan memusnahkan barang;
3. memeriksa pelanggaran dan menjatuhkan tindakan tata tertib;
dan
c. mengeluarkan jika terjadi keadaan darurat.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tugas dan wewenang sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 20
Kepala LPKA wajib mengeluarkan demi hukum Anak yang telah habis
menjalani masa pidananya.

Bagian Keempat
Pembinaan Narapidana

Pasal 21
(1) Pembinaan terhadap Narapidana diselenggarakan selama Narapidana
berada di Lapas.
(2) Dalam menyelenggarakan Pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), Kepala Lapas bertugas:
a. melakukan penerimaan, pendaftaran, dan penempatan;
b. melaksanakan program pembinaan;
c. memelihara keamanan dan ketertiban; dan
d. melakukan pengeluaran.
(3) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Kepala
Lapas berwenang:
a. menetapkan program pembinaan;
b. melakukan tindakan pengamanan meliputi:
1. memeriksa dan menggeledah badan dan barang;
2. merampas, menyita, dan memusnahkan barang;
3. memeriksa pelanggaran dan menjatuhkan tindakan disiplin; dan
c. mengeluarkan jika terjadi keadaan darurat.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tugas dan wewenang sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 22
Kepala Lapas wajib mengeluarkan demi hukum Narapidana yang telah habis
menjalani masa pidananya.

Bagian Kelima
10

Pembimbingan Klien

Pasal 23
(1) Pembimbingan terhadap Klien diselenggarakan di Bapas.
(2) Dalam menyelenggarakan Pembimbingan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), Kepala Bapas bertugas:
a. melakukan penerimaan dan pendaftaran; dan
b. melaksanakan Pembimbingan.
(3) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Kepala
Bapas berwenang:
a. memanggil dan meminta kehadiran Klien, keluarga atau penanggung
jawab Klien untuk kepentingan penyelenggaraan litmas, diversi,
pembimbingan, pendampingan, dan pengawasan;
b. meminta keterangan dan meminta data termasuk mengambil
gambar, baik kepada instansi terkait maupun kepada perorangan
atau kepada masyarakat, Klien dan keluarga Klien di setiap tahapan
pra adjudikasi, adjudikasi dan post adjudikasi serta tahapan
bimbingan lanjutan;
c. mengeluarkan surat izin dan surat keterangan lainnya untuk
kepentingan pelaksanaan diversi, pembimbingan, pendampingan,
dan pengawasan;
d. mengusulkan surat pencabutan bimbingan terhadap Klien yang
melanggar ketentuan pembimbingan;
e. meminta tanggapan atas hasil Litmas kepada aparat penegak
hukum serta institusi terkait lainnya di tahapan pra adjudikasi,
adjudikasi, post adjudikasi dan bimbingan lanjutan; dan
f. melakukan supervisi terhadap keterlibatan masyarakat serta pihak
ketiga lainnya dalam upaya merencanakan dan melaksanakan
kesinambungan bimbingan lanjutan pada saat Klien berada di
tengah masyarakat.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tugas dan wewenang sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 24
Pembimbingan Klien dapat berakhir karena:
(1) habis masa pembimbingan sesuai dengan lama bimbingan berdasarkan
putusan pengadilan negeri atau surat keputusan menteri;
(2) meninggal dunia; dan
(3) dicabut pembimbingannya, karena melanggar persyaratan
pembimbingan.

Bagian Keenam
Pengelolaan Basan dan Baran

Pasal 25
(1) Basan dan Baran ditempatkan di Rupbasan.
(2) Rupbasan mempunyai tugas melaksanakan Pengelolaan Benda Sitaan
dan Barang Rampasan Negara.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan Pengelolaan Benda Sitaan
dan Barang Rampasan Negara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
ayat (2) diatur dengan Peraturan Pemerintah.
11

BAB IV
PERLAKUAN TERHADAP KELOMPOK RENTAN
DAN RESIKO TINGGI

Bagian Kesatu
Kelompok Rentan

Pasal 26
(1) Terhadap Anak yang ditempatkan di LPAS, Tahanan, Anak yang
ditempatkan di LPKA, atau Narapidana kelompok rentan diberikan
perlakuan secara khusus.
(2) Kelompok rentan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:
a. wanita dalam fungsi reproduksi;
penjelasan: yang dimaksud dengan “wanita dalam fungsi
reproduksi antara lain, wanita yang sedang mengandung,
melahirkan, atau menyusui.”
b. pengidap penyakit kronis.
c. penyandang disabilitas; dan
d. manusia lanjut usia.
penjelasan: yang dimaksud dengan “manusia lanjut usia” adalah
manusia dengan usia 65 tahun ke atas.
(3) Anak dari Narapidana wanita yang sudah melahirkan dapat tinggal
bersama ibunya hanya sampai usia dua tahun.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai perlakuan khusus sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Pemerintah.

Bagian Kedua
Kelompok Resiko Tinggi

Pasal 27
(1) Terhadap Anak yang ditempatkan di LPAS, Tahanan, Anak yang
ditempatkan di LPKA, atau Narapidana kelompok resiko tinggi diberikan
Perlakuan khusus.
(2) Penentuan kelompok resiko tinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berdasarkan hasil asesmen.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai Perlakuan khusus sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Perturan Pemerintah.

BAB V
SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PEMASYARAKATAN

Pasal 28
(1) Dalam rangka mendukung pelaksanaan tugas Pemasyarakatan dibangun
Sistem Informasi Manajemen Pemasyarakatan oleh Menteri.
(2) Sistem Informasi Manajemen Pemasyarakatan berfungsi untuk
menyatukan dan menghubungkan proses pengelolaan data dan
informasi, aplikasi, serta perangkat berbasis teknologi informasi dan
komunikasi informasi pada seluruh pelaksana fungsi Pemasyarakatan
secara terpadu.
12

(3) Pengelolaan Sistem Informasi Manajemen Pemasyarakatan menjadi


tanggung jawab Direktur Jenderal.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai Sistem Informasi Manajemen
Pemasyarakatan diatur dengan Peraturan Menteri.

BAB VI
PETUGAS PEMASYARAKATAN

Pasal 29
Petugas Pemasyarakatan bertanggung jawab terhadap kegiatan:
a. Pelayanan;
b. Pembinaan;
c. Pembimbingan;
d. Pengelolaan; dan
e. Pengamanan.

Pasal 30
Untuk dapat diangkat sebagai Petugas Pemasyarakatan, selain memenuhi
syarat-syarat yang ditentukan dalam penerimaan CPNS, juga telah mengikuti
pendidikan dan pelatihan dasar di bidang Pemasyarakatan.

Pasal 31
Guna mendukung pelaksanaan tugas Pemasyarakatan, diperlukan Petugas
Pemasyarakatan yang memiliki kualifikasi: psikologi, psikiatri, medis, guru,
pekerja sosial, instruktur dan ahli lainnya dalam jumlah yang memadai.

Pasal 32
(1) Petugas Pemasyarakatan berhak mendapat pelindungan dalam
melaksanakan tugas dan fungsinya sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(2) Pelindungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa:
a. bantuan hukum; dan
b. pelindungan keamanan.

Pasal 33
(1) Dalam hal terjadi tindak pidana di dalam LPAS, Rutan, LPKA, dan/atau
Lapas, Penyidik Pegawai Negeri Sipil berwenang melakukan penyidikan.
(2) Dalam melakukan penyidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
Penyidik Pegawai Negeri Sipil melakukan tindakan berupa:
a. penyitaan sementara barang bukti yang diduga merupakan alat
dan/atau hasil kejahatan;
b. pemeriksaan atas kebenaran keterangan berkaitan dengan
penyidikan tindak pidana di dalam LPAS, Rutan, LPKA, dan/atau
Lapas;
c. permintaan keterangan dari Narapidana;
d. penindakan terhadap tindak pidana yang dilakukan di dalam LPAS,
Rutan, LPKA, dan/atau Lapas menurut ketentuan peraturan
perundang-undangan;
e. pembuatan dan penandatangan berita acara pemeriksaan;
f. penghentian penyidikan jika tidak terdapat cukup bukti; dan/atau
g. penahanan yang berkaitan terhadap tindak pidana yang dilakukan
di dalam LPAS, Rutan, LPKA, dan/atau Lapas.
13

(3) Dalam melakukan penyidikan, Penyidik Pegawai Negeri Sipil


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berkoordinasi dengan Kepolisian.

BAB VII
TIM PENGAMAT PEMASYARAKATAN

Pasal 34
Dalam rangka pelaksanaan tugas Pemasyarakatan dibentuk TPP.

Pasal 35
(1) TPP terdiri atas:
a. TPP Pusat;
b. TPP Kantor Wilayah; dan
c. TPP UPT Pemasyarakatan.
(2) TPP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibentuk pada Kantor Pusat,
Kantor Wilayah, dan Unit Pelaksana Teknis (UPT).
(3) Keanggotaan TPP dapat melibatkan instansi terkait dan masyarakat.

Pasal 36
(1) TPP bertugas:
a. memberi saran mengenai bentuk dan program Pelayanan,
Pembinaan, dan Pembimbingan; dan
b. membuat penilaian atas pelaksanaan program Pelayanan,
Pembinaan, dan Pembimbingan.
(2) Dalam menjalankan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), TPP
Pusat bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal.
(3) Dalam menjalankan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), TPP
Kantor Wilayah bertanggung jawab kepada Kepala Kantor Wilayah.
(4) Dalam menjalankan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), TPP UPT
Pemasyarakatan bertanggung jawab kepada UPT Pemasyarakatan.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai keanggotaan dan tata kerja Tim
Pengamat Pemasyarakatan diatur dengan Peraturan Menteri.

BAB VIII
DEWAN PEMBINA PEMASYARAKATAN

Pasal 37
(1) Dalam rangka pelaksanaan tugas Pemasyarakatan, Menteri membentuk
DPP.
(2) DPP terdiri atas para ahli di bidang Pemasyarakatan yang merupakan
wakil instansi pemerintah terkait, badan nonpemerintah, dan perorangan
lainnya.
(3) DPP bertugas memberi saran, pertimbangan, dan atau rekomendasi
kepada Menteri.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai keanggotaan dan tata kerja DPP
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) diatur dengan
Peraturan Menteri.
14

BAB IX
KERJA SAMA DAN PERAN SERTA MASYARAKAT

Pasal 38
(1) Dalam rangka pelaksanaan tugas, Pemasyarakatan dapat mengadakan
kerja sama dengan badan, lembaga, serta instansi di dalam dan di luar
negeri serta perorangan yang kegiatannya seiring dengan
penyelenggaraan Sistem Pemasyarakatan.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai kerja sama sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Menteri.

BAB X
KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 39
Terhadap terpidana mati yang sedang menunggu putusan permohonan grasi
atau menunggu eksekusi atas putusan pidana mati ditempatkan di Lapas.

Pasal 40
Pada saat undang-undang ini mulai berlaku, semua peraturan pelaksanaan
yang berkaitan dengan Pemasyarakatan tetap berlaku, sepanjang tidak
bertentangan atau belum diatur dengan peraturan pelaksanaan baru
berdasarkan undang-undang ini.

BAB XI
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 41
Berdasarkan ordonansi staatblad nomor 25 tahun 1912, Pemerintah Hindia
Belanda menetapkan pulau Nusakambangan sebagai pulau khusus
pembinaan Narapidana.

Pasal 42
Berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Hindia Belanda Nomor 32 Tahun
1937, kewenangan atas pengelolaan Pulau Nusakambangan diberikan
sepenuhnya kepada Departemen Van Justitie.

Pasal 43
Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku, Undang-Undang Nomor 12
Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1995 Nomor 77, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3614) dicabut
dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 44
Undang-undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap
orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Undang-undang ini
dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.
15

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Undang-


undang ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik
Indonesia.

Disahkan di Jakarta
pada tanggal …

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

JOKO WIDODO

Diundangkan di Jakarta
pada tanggal ...

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA


REPUBLIK INDONESIA

YASONNA H. LAOLY

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN … NOMOR …

Anda mungkin juga menyukai