Oleh:
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus dengan judul
“Limfoma Non-Hodgkin”. Shalawat beserta salam penulis sampaikan kepada
Rasulullah SAW yang telah membawa umat manusia ke masa yang menjunjung
tinggi ilmu pengetahuan.Laporan kasus ini merupakan salah satu tugas dalam
menjalankan kepanitraan Senior pada Bagian/SMF Ilmu Kesehatan THT-KL
Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala/RSUD Dr. Zainoel Abidin Banda
Aceh.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada dr. Benny Kurnia, Sp. THT-
KL yang telah bersedia membimbing penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas
ini. Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak
terhadap laporan kasus ini. Semoga laporan kasus ini bermanfaat bagi penulis dan
orang lain.
Penulis
2
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL......................................................................................... i
KATA PENGANTAR........................................................................................ ii
DAFTAR ISI...................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR......................................................................................... iv
DAFTAR TABEL.............................................................................................. v
BAB I PENDAHULUAN............................................................................. 1
BAB V KESIMPULAN..................................................................................... 29
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 30
3
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Anatomi Saluran Napas........................................................................4
Gambar 2.2 Kelenjar limfe leher..............................................................................5
Gambar 2.3 Regio Limfe Leher...............................................................................6
Gambar 3.1 Foto Klinis Pasien..............................................................................20
Gambar 3.2 Foto X-Ray Colli................................................................................23
Gambar 3.3 Foto Toraks........................................................................................23
Gambar 3.4 CT Scan Nasofaring...........................................................................24
4
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Klasifikasi Non Hodgkin Limfoma......................................................... 8
Tabel 2.2 Stadium Klinis dari limfoma malignan menurut Ann Arbor......................... 9
Tabel 2.3 Index Prognosis pasien LNH untuk seluruh pasien LNH .....................15
Tabel 3.1 Hasil pemeriksaan Lab......................................................................... 21
Tabel 3.2 Hasil pemeriksaan Lab......................................................................... 22
Tabel 3.3 Follow Up............................................................................................ 26
5
BAB I
PENDAHULUAN
6
Pengobatan dengan menggunakan kombinasi kemoterapi (multiagent) dapat
mempengaruhi prognosis dari penyakit. Prognosis limfoma tergantung pada tipe
histologi dan staging. (3)
BAB II
7
TINJAUAN PUSTAKA
Leher adalah bagian tubuh yang terletak diantara inferior mandibular dan
line nuchea superior, dan incisura jugularis dan tepi superior clavicula. Jaringan
leher dibungkus oleh 3 fasia, yaitu fasia colli superfisialis membungkus
m.sternokleidomastoideus dan berlanjut ke garis tengah di leher untuk bertemu
dengan fasia sisi lain. Fasia colli media membungkus otot pretrakeal dan bertemu
pula dengan fasia sisi lain di garis tengah yang juga merupakan pertemuan dengan
fasia colli superfisialis. ke dorsal fasia colli media membungkus a. Carotis
communis, v. Jugularis interna dan n. Vagus menjadi satu. Fasia colli profunda
membungkus m. prevertebralis dan bertemu ke lateral dengan fasia colli lateral. (5)
Pembuluh darah arteri pada leher antara lain a. Carotis communis
(dilindungi oleh vena carotica bersama dengan v. Jugularis interna dan n. vagus,
setinggi cornu superior cartilage thyroidea bercabang menjadi a. Carotis interna
dan a. Carotis externa), a. subclavia (bercabang menjadi a. vertebralis dan
a.mammaria interna). (5)
Pembuluh darah vena antara lain v. Jugularis externa dan v. Jugularis
interna. Vasa lymphatica meliputi kelenjar limfe cervicalis superficialis (berjalan
sepanjang v. jugularis eksterna) dan kelenjar limfe cervicalis profundi (berjalan
sepanjang v. jugularis interna). Inervasi oleh plexus cervicalis, n. facialis, n.
glossopharyngeus, dan n. Vagus. (5)
Sistem aliran limfe leher penting untuk dipelajari karena hampir semua
bentuk radang atau keganasan kepala dan leher akan terlihat bermanifetasi ke
kelenjar limfe leher. Kelenjar limfe yang selalu terlibat dalam metastasis tumor
8
adalah kelenjar limfe rangkaian jugularis interna yang terbentang antara klavicula
sampai dasar tengkorak, dimana rangkaian ini terbagi menjadi kelompok superior,
media dan inferior. Kelompok kelenjar limfe yang lain adalah submental,
submandibular, servicalis superficialis, retrofaring, paratrakeal, spinalis asesorius,
skalenus anterior dan supraclavicular. (6)
9
Gambar 2.3 Regio Kelenjar Limfe Leher
2.3 Epidemiologi
10
2.4 Etiologi
Penyebab yang pasti dari limfoma maligna masih belum diketahui dengan
jelas. Walaupun demikian bukti-bukti epidemiologi, serologi dan histologi
menyatakan bahwa faktor infeksi terutama infeksi virus diduga memegang
11
Lbl = Lymphoblastic
C = Cleaved
S = Small
Lg = Large
D = Diffuse
12
IIIS di dua sisi diafragma
Limpa disertai kelenjar getah bening di dua sisi
IIIES
diafragma
IV IV
Keduanya
Penyebaran luas pada kelenjar getah bening dan organ
ekstralimfatik
Masing-masing stadium masih dibagi lagi menjadi dua subklasifikasi A dan B
A. Bila tanpa keluhan
B. Bila terdapat keluhan sistemik sebagi berikut:
- Panas badan yang tidak jelas sebabnya, kumat-kumatan dengan suhu
diatas 38oC
- Penurunan berat badan lebih dari 10% dalam kurun waktu 6 bulan
- Keringat malam dan gatal-gatal
2.6 Patogenesis
Berbeda dengan sel hematopoeitik yang lain, limfosit matang bukanlah sel
tahap akhir dari perkembangannya, akan tetapi mereka dapat merupakan
permulaan limfopeisis baru yang timbul sebagai reaksi terhadap antigen yang
tepat. (1)
Apabila ada rangsangan oleh antigen yang sesuai, limfosit T maupun B akan
bertransformasi menjadi bentuk aktif dan berproliferasi. Limfosit T aktif
menjalankan fungsi respon imunitas seluler, sedangkan limfosit B aktif menjadi
imunoblas yang kemudian menjadi sel plasma yanng membentuk imunoglobulin.
Terjadi perubahan morfologi yang mencolok pada perubahan ini, dimana
sitoplasma yang sedikit /kecil pada limfosit B tua menjadi bersitoplasma
banyak/luas pada sel plasma. Perubahan ini terjadi pada sel limfosit B di sekitar
atau di dalam centrum germinativum. Sedangkan limfosit T aktif berukuran lebih
besar dibanding limfosit T tua. (1)
Perubahan sel limfosit normal menjadi sel limfoma merupakan akibat
terjadinya mutasi gen pada salah satu sel dari sekelompok sel limfosit tua yang
tengah berada dalam proses transformasi menjadi imunoblas (terjadi akibat
adanya rangsangan imunogen). Proses ini terjadi di dalam kelenjar getah bening,
dimana sel limfosit tua berda di luar centrum germinativum sedangkan imunoblast
berada di bagian paling sentral dari centrum germinativum. Beberapa perubahan
yang terjadi pada limfosit tua antara lain: 1) ukurannya semakin besar, 2)
Kromatin inti menjadi lebih halus, 3) nukleolinya terlihat, 4)protein permukaan
sel mengalami perubahan. (1)
13
2.7 Diagnosis
Anamnesis (1)
Umum:
a. Pembesaran kelenjar getah bening dan malaise umum
b. Berat badan menurun 10% dalam waktu 6 bulan
c. Demam tinggi 38oC 1 minggu tanpa sebab
d. Keringat malam
e. Keluhan anemia
f. Keluhan organ (misalnya lambung, nasofaring)
g. Penggunaan obat (diphantoine)
Khusus:
a. Penyakit autoimun (SLE, Sjogren, Reuma)
b. Kelainan darah
c. Penyakit infeksi (toksoplasma, mononukleosis, tuberkulosis lues, penyakit
cakar kucing)
Pemeriksaan Fisik
a. Pembesaran KGB
b. Kelainan/pembesaran organ
Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium: Hematologi, urinalisa, kimia klinik
b. Biopsi
Biopsi KGB dilakukan hanya 1 kelenjar yang paling representatif,
superfisial, dan perifer. Jika terdapat kelenjar perifer/superfisial yang
representatif, maka tidak perlu biopsi intra abdominal atau intratorakal.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan histopatologi dan sitologi.
c. Aspirasi sumsum tulang dan biopsi sumsum tulang
d. Radiologi
- Toraks foto PA dan lateral
- CT scan abdomen
- CT scan thoraks
- USG abdomen
2.8 Diagnosis Banding
Limfoma Hodgkin
Penyakit Hodgkin adalah limfoma yang terutama ditemukan pada orang
dewasa muda antara umur 18-35 tahun dan pada orang di atas umur 50 tahun.
Pasien umumnya menunjukkan pembesaran kelenjar getah bening, teraba seperti
karet, tidak nyeri teka di bawah area servikal atau supraklavikular atau mengalami
batuk kering dan napas pendek akibat limfadenopati hilar. (8)
14
Penyakit hodgkin adalah suatu jenis keganasan sistem kelenjar getah bening
dengan gambaran histologis yang khas. Ciri histologis yang dianggap khas adalah
adanya sel Reed-Sternberg atau variannya yang disebut sel Hodgkin dan
gambaran selular getah bening yang khas. (9)
Limfadenitis Tuberkulosa
Limfadenitis Tuberkulosa merupakan salah satu penyebab pembesaran
kelenjar limfe yang paling sering ditemukan. Biasanya mengenai kelenjar limfe
leher, berasal dari mulut dan tenggorok (tonsil). (9)
Pembesaran kelenjar-kelenjar limfe bronchus disebabkan oleh tuberkulosis
paru-paru, sedangkan pembesaran kelenjar limfe mesenterium disebabkan oleh
tuberkulosis usus. Apabila kelenjar ileocecal terkena pada anak-anak sering
timbul gejala-gejala appendicitis acuta, yaitu nyeri tekan pada perut kanan bawah,
ketegangan otot-otot perut, demam, muntah dan lekositosis ringan. Mula-mula
kelenjar-kelenjar keras dan tidak saling melekat, tetapi kemudian karena terdapat
periadenitis, terjadi perlekatan-perlekatan. (9)
2.9 Penatalaksanaan
Pilihan terapi bergantung pada beberapa hal, antara lain: tipe limfoma (jenis
histologi), stadium, sifat tumor (indolen/progresif), usia, dan keadaan umum
pasien. (10)
I. LNH Indolen (Folikular)
A. LNH Indolen stadium I dan II
Radioterapi memperpanjang disease free survival pada beberapa pasien.
Standar pilihan terapi :
1. Iradiasi
2. Kemoterapi + radiasi
3. Extended (regional) iradiasi
4. Kemoterapi (terutama pada stadium ≥2 menurut kriteria GELF)
5. Kombinasi kemoterapi dan imunoterapi
15
dapat diberikan maka kemoterapi kombinasi merupakan pilihan pertama
misalnya :
- COPP: Siklofosfamid + Vinkristin + Prokarbazin + Prednison
- CHOP: Siklofosfamid + Doksorubisin + Vinkristin + Prednison
- FND: Fludarabin + Mitoksantron ± Deksametason
3. Purine nucleoside analogs (Fludarabin) pada LNH primer
4. Alkylating agent oral (dengan/tanpa steroid), bila kemoterapi kombinasi tidak
dapat diberikan/ditoleransi ( (cyclofosfamid, chlorambucil)
5. Rituximab maintenance dapat dipertimbangkan
6. Kemoterapi intensif ± Total Body Irradiation (TBI) diikuti dengan stem cell
resque dapat dipertimbangkan pada kasus tertentu
7. Radioterapi paliatif, diberikan pada tumor yang besar (bulky) untuk
mengurangi nyeri/obstruksi.
C. LNH refrakter/relaps
- Pasien LNH refrakter yang gagal mencapai remisi, dapat diberikan terapi
salvage dengan radioterapi jika area yang terkena tidak ekstensif. Terapi pilihan
bila memungkinkan adalah kemoterapi salvage diikuti dengan transplantasi
sumsum tulang
• Kemoterapi salvage seperti R-DHAP maupun R-ICE High dose chemotherapy
plus radioterapi diikuti dengan transplantasi sumsum tulang
16
2.10 Komplikasi
Akibat langsung penyakitnya
- Penekanan terhadap organ khususnya jalan nafas, usus dan saraf
- Mudah terjadi infeksi, bisa fatal
Akibat efek samping pengobatan
- Aplasia sumsum tulang
- Gagal jantung oleh obat golongan antrasiklin
- Gagal ginjal oleh obat sisplatinum
- Neuritis oleh obat vinkristin
2.11 Prognosis
17
keterlibatan ekstranodal <=1 tempat= 0
>1 tempat = 1
Skor
- Low risk: 0,1
- Intermediate: 2
- High intermediate :3
- High risk : 4,5
BAB III
LAPORAN KASUS
3.2. Anamnesis
Keluhan Utama
Benjolan dileher kiri sejak 2 bulan yang lalu
Keluhan Tambahan
Nyeri leher, sulit menelan, sulit berbicara
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD dengan keluhan benjolan dileher sebelah kiri sejak ±
2 bulan yang lalu. Keluhan dirasakan semakin lama semakin memberat sejak 15
hari terakhir. Benjolan awalnya dirasakan kecil kira – kira sebesar kelerang, tidak
nyeri dan tidak mengeluarkan cairan pada sisi leher kiri pasien namun lama
kelamaan benjolan semakin membesar. Sejak 15 hari terakhir benjolan semakin
membesar dan nyeri.
Pasien juga mengeluhkan sulit menelan, sulit membuka mulut, dan sulit
berbicara sejak 15 hari yang lalu seiring dengan membesarnya benjolan. Keluhan
dirasakan semakin memberat sejak 1 hari ini. Demam dikeluhkan sesekali pada
malam hari disertai dengan keringat. Riwayat sakit gigi sebelumnya sudah dialami
pasien sejak 1 tahun yang lalu. Keluhan hidung tersumbat, mimisan, penurunan
18
berat badan, batuk pilek, mual dan muntah disangkal oleh pasien. Riwayat pusing
yang berputar disangkal. Riwayat padangan double disangkal.
19
Perlengketan : tidak ada / tidak ada
Sikatrik : tidak ada
Faring
Mukosa : merah muda
Granul : tidak ada
Bulging : tidak ada
Reflek muntah: ada
Arcus Faring : merah muda
Palatum : palatum molle dan durum merah muda dan baik
Laring
Laring indirect : tidak dilakukan
Thoraks :
Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris
Palpasi :Stem fremitus kanan = Stem fremitus kiri
Perkus :Sonor/Sonor
Auskultasi : Suara Pernapasan : vesikuler di seluruh lapangan paru.
Suara tambahan : Tidak dijumpai
Cor : BJ I > BJ II, reguler, bising (-)
Abdomen :
Inspeksi : distensi (-) simetris (+)
Palpasi : Nyeri tekan (-), Hepar/Lien/Renal tidak teraba
Perkusi : timpani (+)
Auskultasi : Peristaltik (+)
Leher : II I II
V III III V
IV IV
KGB Colli
Upper jugular : tidak ada pembesaran / tidak ada pembesaran
Mid Jugullar : tidak ada pembesaran / tidak ada pembesaran
Lower Jugular : tidak ada pembesaran / tidak ada pembesaran
Sub Mandibula : terdapat pembesaran / terdapat pembesaran
Sub mental : terdapat pembesaran / terdapat pembesaran
Supraclavicula : tidak ada pembasaran/ tidak ada pembesaran
Ukuran Nodul :
sinistra
Panjang : 5 cm
Lebar : 6 cm
Kedalaman : 2 cm
20
3.4 Foto Klinis
Interpretasi :
21
Netrofil
2-6% 0 -
Batang
Netrofil
50-70% 69 -
Segmen
Limfosit 20-40% 21 -
Monosit 2-8% 9 -
SGOT <31 U/L - -
SGPT <34 U/L - -
Protein Total 6.4-8.3 U/L - -
Albumin 3.5 - 5.2 g/dL - -
Globulin - -
Natrium 135-145 mmol/L - 142
Kalium 3.5- 4.5 mmol/L - 4,6
Clorida 90-110 mmol/L - 100
Kalsium (Ca) 8,6-10,3 mmol/L - 9,4
Magnesium 1,6-2,6 mmol/L - -
Ureum 13-43 mg/dl - 52
Kreatinin 0.51-0.95 mg/dl - 0,86
Glukosa Darah
60-110 mg/dl - 114
Puasa
Glukosa Darah
100-140 mg/dl - 141
2 jam PP
HbA1c <6,5 % 6,70 -
Foto Thoraks PA
22
Kesimpulan :
Kor dan Pulmo dalam batas normal
23
Gambar 3.2 Foto CT Scan Nasopharynx tanpa kontras
Kesimpulan :
Massa soft tissue submandibula sinistra
24
Gambar 3.3 Foto CT Scan Nasopharynx dengan kontras
Kesan: Massa soft tissue submandibula sinistra
USG Abdomen
USG Ginjal : Tidak tampak kelainan
USG Hepar/Lien : Tidak tampak proses metastase di hepar dan paraaorta
USG Pancreas : Normal
USG vesika urinaria dan prostat: Tidak tampak kelainan
25
Pemeriksaan patologi anatomi Hipofaring (21/12/2015)
Kesimpulan: Menyokong malignancy
Pemeriksaan Patologi anatomi aspirasi nodul (02/02/2016)
Kesimpulan: suatu Adenoid cystic carcinoma
Pemeriksaan patologi anatomi submandibula sinistra (07/10/2016)
Kesimpulan : Non Hodgkin Limfoma
Tatalaksana
- IVFD RL 20 gtt/i
- Diet M1
- Fosmycin 1 gr/8 jam
- Methylprednisolon 125 mg/12 jam
- Ranitidin 1 amp/12 jam
- Ketorolac 3% amp/8 jam
1.8 Edukasi
- Menjelaskan tentang penyakit pasien
- Menjelaskan tindakan selanjutnya dimana pasien menjalankan kemoterapi
akan dilakukan radioterapi
- Menyarakan kepada pasien untuk memakan makan yang sehat dan
mengurangi makanan yang mengandung karsinogen.
3.9 Prognosis
Quo ad vitam : Dubia Ad Malam
Quo ad functionam : Dubia Ad Bonam
Quo ad Sanactionam : Dubia
3.10 Follow Up
26
ureum/kreatinin,
elektrolit.
3. CT Scan Colli
Kontras/non kontras
27
keras, terfiksir, hangat, - Inj Metilprednisolon
dan nyeri tekan (+) 62,5 mg/12 jam
A: Tumor sub mental - Inj. Ranitidin 1
+sub mandibula amp/12 jam
NHL ? - Duralgesic patch 12,5
P: USG abdomen & echo
mg
Susul hasil CT Scan
28
Persiapan kemoterapi
17/10/2016 S: sakit kepala berkurang, Terapi:
sulit menelan (+) - IVFD RL 20 gtt/i
O: cm - Sonde TKTP
Submandibula : teraba - Inj. fosmycin 1 gr/12
massa, keras, terfiksir, jam
- Inj. Ranitidin 1
dan nyeri tekan (+)
A: NHL amp/12 jam
P: Susul hasil CT Scan - Metilprednisolon 3 x
dan USG abdomen 4 mg
Persiapan open biopsi - Duralgesic patch 12,5
- IVFD RL 20 gtt/i
- Inj. fosmycin 1 gr/12 jam
- Inj. Ranitidin 1 amp/12 jam
- Inj. Ketorolac 3% amp/8 jam
29
BAB IV
ANALISA KASUS
30
timbul. Kira-kira 20% atau lebih pasien menunjukkan gejala-gejala yang berkaitan
dengan pembesaran kelenjar getah bening retroperitoneal atau mesenterium, dan
timbul bersama nyeri abdomen atau buang air besar yang tidak teratur. Sering
didapatkan menyerang lambung dan usus halus. (8).
Pasien adalah seorang petani kopi yang sering terpapar dengan pupuk
kimia. Pasien juga seorang perokok aktif selama ± 16 tahun, sehari 3 bungkus
rokok Secara teori ada beberapa pekerjaan yang berisiko tinggi terjadinya LNH,
yaitu peternak serta pekerja hutan dan pertanian. Hal ini disebabkan karena
adanya paparan herbisida dan pelarut organik. Selain itu risiko LNH juga
meningkat pada orang yang mengkonsumsi makanan tinggi lemak hewani,
merokok, dan yang terkena paparan ultraviolet. (1)
Dari pemeriksaan fisik didapatkan pembesaran dari kelenjar getah bening
pada sisi leher sebelah kiri dan pembesaran tonsil. Berdasarkan teori, jaringan
limfatik tonsilar pada orofaring dan nasofaring (cincin waldeyer) juga merupakan
tempat yang diserang pada 15% - 30% pasien LNH(8).
Hasil FNAB pada massa di leher kanan didapati hasil Non hodgkin
limfoma. Pemeriksaan biopsi ini sendiri adalah pemeriksaan yang penting untuk
menentukan apakah penderita termasuk Limfoma hodgkin atau LNH.
Pada pasien ini juga dilakukan pemeriksaan ct-scan kontras region
nasopharing dan hipopharing dimana hasil ct-scan menunjukkan adanya massa
soft tissue submandibula sinistra. Kedua pemeriksaan tersebut berguna untuk
menentukan stadium klinis dari LNH. Berdasarkan klasifikasi ann Arbor, pasien
ini masuk ke stadium III dimana terjadi pembesaran KGB di dua sisi diafragma
dan tidak ada metastase ke organ ekstra limfatik.(1)
Pada Pasien ini tatalaksana yang dilakukan adalah kemoterapi dan akan
dilanjutkan dengan radioterapi. Hal ini sesuai dengan tatalaksana penderita LNH
dengan kategori IWF yaitu tatalaksana akan diberikan sesuai dengan tingkat
stadium penyakit pasien. Pasien diberikan kemoterapi dengan regimen
cyclosphosphamide 1327,5 mg/hari, oncovin 0,70 mg/hari, doxorubicin 106
mg/hari, prednison 3 x 4 tablet. Berdasarkan teori, salah satu protokol kombinasi
regimen kemoterapi LNH adalah CHOP : cyclosphosphamide + doxorubicin +
vinkristin (oncovin) + prednison.(1)
31
BAB V
KESIMPULAN
1. Telah dilaporkan suatu kasus limfoma non hodgkin pada seorang laki-laki usia
49 tahun yang ditegakkan diagnosis berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan CT Scan yang menunjukkan
adanya massa soft tissue submandibula sinistra, pemeriksaan biopsi nodul di
leher dengan hasil limfoma non hodgkin.
2. Sebagai dokter umum bila menemukan kasus adanya benjolan di leher pada
pasien, hal yang dapat dilakukan adalah :
Anamnesis : lokasi pembesaran KGB, karakteristik benjolan, riwayat
demam, riwayat penurunan berat badan, serta keringat malam.
Pemeriksaan fisik dengan perhatian khusus pada sistem limfatik (kelenjar
getah bening, hati, dan lien.)
Pemeriksaan laboratorium darah rutin
32
DAFTAR PUSTAKA
x
33