Anda di halaman 1dari 8

PENGARUH TERAPI MUSIK TERHADAP

PERUBAHAN PERILAKU PADA KLIEN


SKIZOFRENIA DENGAN RESIKO PERILAKU
KEKERASAN DI RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI
JAWA BARAT

PROPOSAL SKRIPSI

Oleh:
IRSHAN RIVAI
NPM.213217026

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN (S.1)


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
JENDERAL ACHMAD YANI
CIMAHI
2019

BAB I

1
2

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Skizofrenia adalah gangguan mental yang ditandai dengan gangguan

dalam proses berpikir, persepsi, responsif emosional, dan interaksi sosial.

Meskipun perjalanan skizofrenia bervariasi di antara individu, skizofrenia

biasanya persisten dan dapat menjadi parah dan melumpuhkan. Skizofrenia

merupakan salah satu dari 15 penyebab utama kecacatan di dunia. Individu

dengan skizofrenia memiliki peningkatan risiko kematian dini (kematian pada

usia yang lebih muda dari populasi umum). Diperkirakan 4,9% orang dengan

skizofrenia meninggal karena bunuh diri, angka yang jauh lebih besar

daripada populasi umum, dengan risiko tertinggi pada tahap awal penyakit

(National Institute of Mental Health, 2018).

Skizofrenia menyerang lebih dari 23 juta orang di seluruh dunia tetapi

tidak biasa seperti banyak gangguan mental lainnya. Ini lebih umum di

antara laki-laki (12 juta), daripada perempuan (9 juta). Skizofrenia juga

biasanya dimulai lebih awal pada pria. Skizofrenia dikaitkan dengan

kecacatan yang cukup dan dapat mempengaruhi kinerja pendidikan dan

pekerjaan. Pada umumnya, individu dengan skizofrenia mendapatkan

stigma, diskriminasi dan pelanggaran hak asasi manusia (World Health

Organization, 2018).

Skizofrenia mempunyai beberapa tipe yang mempunyai kekhasan

tersendiri dalam gejala-gejala yang diperlihatkan dan memiliki perjalanan

penyakit yang berbeda-beda. Tipe skizofrenia paranoid mempunyai

karakteristik yang berkontribusi terhadap perilaku kekerasan karena


3

mempunyai ciri ansietas, kemarahan, menjaga jarak dan berargumentasi.

Individu mungkin mempunyai tingkah laku superior dan memimpin dan

mungkin mempunyai interaksi interpersonal yang kaku, formal atau terlalu

intense. Halusinasi yang berkaitan dengan waham kejar dan kombinasi

dengan waham kebesaran, kemudian disertai kemarahan bisa menjadi faktor

predisposisi bagi tindakan kekerasan (Arif, 2006).

Tipe paranoid mempunyai gejala-gejala umum, yaitu gangguan

psikomotor (seperti adanya stupor, negativisme, rigiditas, postur aneh,

agitasi, dan mutisme atau bisu), cenderung mengalami waham kebesaran,

ansietas, marah dan argumentatif, hubungan interpersonal menguat,

berpotensi berperilaku agresif pada diri sendiri atau orang lain, keterampilan

kognitif dan afektif tetap utuh (Lisa & Sutrisna, 2013). Dilihat dari ciri-ciri dan

gejala umumnya, perilaku kekerasan termasuk ke dalam tipe paranoid.

Menururt Stuart & Sundeen (2007), perilaku kekerasan adalah suatu

keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan

secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain, maupun lingkungan.

Menurut Yusuf, Fitryasari & Nihayati (2015), perilaku kekerasan pada diri

sendiri berbentuk melukai diri untuk bunuh diri atau membiarkan diri dalam

bentuk penelantaran diri. Perilaku kekerasan pada orang lain adalah

tindakan agresif yang ditujukan untuk melukai atau membunuh orang lain.

Perilaku kekerasan pada lingkungan dapat berupa perilaku merusak

lingkungan, melempar kaca, genting, dan semua yang ada di llingkungan.

Perilaku kekerasan merupakan bagian dari rentang respons marah yang

paling maladaptif yaitu amuk yang ditandai dengan perasaan marah dan
4

bermusuhan yang kuat disertai hilangnya kendali sehingga individu dapat

merusak diri sendiri, orang lain, dan lingkungan.

Gejala perilaku yang berkaitan dengan perilaku kekerasan antara lain

menyerang atau menghindar (fight of flight), menyatakan secara asertif

(assertiveness), dan memberontak (acting out). Pada keadaan menyerang

atau menghindar, respons fisiologis timbul karena kegiatan sistem saraf

otonom bereaksi terhadap sekresi epinephrin yang menyebabkan tekanan

darah meningkat, takikardi, wajah merah, pupil melebar, sekresi HCl

meningkat, peristaltik gaster menurun, pengeluaran urine dan saliva

meningkat, konstripasi, kewaspadaan juga meningkat disertai ketegangan

otot, seperti rahang terkatup, tangan dikepal, tubuh menjadi kaku, dan

disertai reflek yang cepat. Perilaku asertif sering ditampilkan dengan perilaku

pasif, agresif, dan asertif sedangkan perilaku memberontak muncul biasanya

disertai konflik perilaku “acting out” untuk menarik perhatian orang lain

(Muhith, 2015).

Upaya yang dilakukan untuk mengatasi perilaku kekerasan adalah

dengan pemberian psikofarmaka, psikoterapi dan modifikasi lingkungan.

Psikofarmaka yang diberikan pada klien perilaku kekerasan berupa

pemberian obat anti psikotik baik typical, atypical, maupun kombinasi typical

dan atypikal. Pemberian psikofarmaka baik typikal, atypikal, maupun

kombinasi kedua antipsikotik tersebut berfungsi menurunkan gejala perilaku

kekerasan pada klien Skizofrenia. Tindakan keperawaran sebagai bentuk

psikoterapi berupa cognitive therapy, logotherapy, behaviour therapy,

cognitive behaviour therapy, assertive training, music therapy, progressive

muscle relaxation, dan lain-lain (diperoleh dari, pada bulan Januari, 2019).
5

Salah satu bentuk psikoterapi yang dilakukan terhadap pasien

skizofrenia yang mengalami perilaku kekerasan adalah terapi musik. Terapi

musik adalah penggunaan intervensi musik berbasis klinis dan berbasis bukti

untuk mencapai tujuan individual dalam hubungan terapeutik oleh seorang

profesional yang terpercaya yang telah menyelesaikan program terapi musik

yang disetujui. Terapi musik adalah salah satu terapi ekspresif, yang terdiri

dari proses di mana seorang terapis musik menggunakan musik dan semua

aspeknya (fisik, emosional, mental, sosial, estetika, dan spiritual) untuk

membantu klien meningkatkan kesehatan fisik dan mental mereka (Suryana,

2018).

Terapis musik terutama membantu klien meningkatkan kesehatan

mereka di beberapa domain, seperti fungsi kognitif, keterampilan motorik,

perkembangan emosi, komunikasi, sensorik, keterampilan sosial, dan

kualitas hidup dengan menggunakan pengalaman musik yang aktif dan

reseptif seperti improvisasi, penciptaan kembali, komposisi, dan

mendengarkan dan diskusi musik untuk mencapai tujuan pengobatan

(Suryana, 2018).

Pengaruh terapi musik terhadap perubahan perilaku kekerasan pada

pasien skizofrenia ditunjukkan oleh beberapa penelitian, diantaranya

penelitian Candra (2013) menunjukkan adanya pengaruh yang sangat

signifikan pemberian terapi musik klasik terhadap perubahan gejala perilaku

agresif pada pasien skizofrenia di Ruang Kunti RSJ Provinsi Bali Tahun 2013

dengan nilai p=0,000.

Hasil penelitian Aprini (2018) juga menunjukkan bahwa terapi musik

klasik efektif untuk menurunkan risiko perilaku kekerasaan pada pasien di


6

RSJ Provinsi Lampung dari 60% hingga 20%. Dalam kedua penelitian

tersebut, terapi musik menggunakan musik klasik dan dilakukan selama 30

menit, sedangkan dalam penelitian ini terapi musik menggunakan terapi

musik kesukaan dengan tempo lambat (50-70 ketukan/menit, dan dilakukan

selama 10-15 menit sesuai dengan Schou (2007).

Terapi musik digunakan dalam penelitian ini karena terapi musik

adalah terapi yang universal dan bisa diterima oleh semua orang karena kita

tidak membutuhkan kerja otak yang berat untuk menginterpretasi alunan

musik. Terapi musik sangat mudah diterima organ pendengaran kita dan

kemudian melalui saraf pendengaran disalurkan ke bagian otak yang

memproses emosi (sistem limbik) (diperoleh dari http://www.terapi-

musik.com, 2019).

Musik memiliki kekuatan untuk mengobati penyakit dan

meningkatkan kemampuan pikiran seseorang, sehingga ketika musik

diterapkan menjadi sebuah terapi, musik dapat meningkatkan, memulihkan,

dan memelihara kesehatan fisik, mental, emosional, sosial dan spiritual.

Kelebihan terapi musik yaitu bersifat nyaman, menenangkan, membuat

rileks, berstruktur, dan universal. Banyak dari proses dalam hidup selalu

berirama, seperti nafas, detak jantung, dan pulsasi (diperoleh dari

http://www.terapimusik.com, 2019).

Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

tentang ”Pengaruh Terapi Musik Terhadap Perubahan Perilaku Pada Klien

Skizofrenia Denga Resiko Perilaku Kekerasan di Rumah Sakit Jiwa Provinsi

Jawa Barat Tahun 2019”.


7

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti merumuskan

masalah sebagai berikut : ”Apakah ada pengaruh terapi musik terhadap

perubahan perilaku pada klien skizofrenia dengan resiko perilaku kekerasan

di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat Tahun 2019?”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengaruh terapi musik terhadap perubahan

perilaku pada klien skizofrenia dengan resiko perilaku kekerasan di

Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat Tahun 2019.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui gambaran perilaku pada klien skizofrenia dengan resiko

perilaku kekerasan di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat Tahun

2019 sebelum dan sesudah diberikan terapi musik.

b. Mengetahui pengaruh terapi musik terhadap perubahan perilaku pada

klien skizofrenia dengan resiko perilaku kekerasan di Rumah Sakit

Jiwa Provinsi Jawa Barat Tahun 2019.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritik

Hasil penelitian ini dapat dijadikan tambahan informasi dalam

ilmu keperawatan untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang terapi

musik dan pengaruhnya terhadap perubahan perilaku pasien skizofrenia

yang mempunyai resiko perilaku kekerasan.


8

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan

untuk memberikan terapi musik dalam asuhan keperawatan terhadap

pasien skizofrenia dengan resiko perilaku kekerasan.

Anda mungkin juga menyukai