Konsep Sehat Dan Sakit Paradigma Keperawatan Caring PDF
Konsep Sehat Dan Sakit Paradigma Keperawatan Caring PDF
Disusun oleh:
Nama : Fida‟ Husain
NIM : 22020111130030
Angkatan/Kelas : 2011/A11.2
Sehat merupakan suatu keadaan yang sempurna baik fisik, mental dan sosial, sehingga
tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan.
Mengandung 3 karakteristik :
Sehat merupakan fungsi efektif dari sumber-sumber perawatan diri (self care
Resouces) yang menjamin tindakan untuk perawatan diri ( self care Aktions) secara adekual.
Self care Aktions perilaku yang sesuai dengan tujuan diperlukan untuk memperoleh,
mempertahankan dan menigkatkan fungsi psicososial da piritual.
Pengertian sehat menurut perseorangan dan gambaran seseorang tentang sehat sangat
bervariasi.
1
Faktor yang mempengaruhi diri seseorang tentang sakit :
1. Status Pekembangan.
Masing-masing kultur punya pandangan tentang sehat dan diturunhan dari orang tua ke
anak. Contoh : - Cina sehat adalah keseimbangan antara Yin dan Yang.
Seseorang dapat mempertimbangkan adanya rasa nyeri / sakit disfungsi (tidak berfungsi)
yang membantu menentukan definisi seseorang tentang sehat.
Seseorang mengharapkan dapat berfungsi pada tingkat yang tinggi, baik fisik maupun
psikososialnya jika mereka sehat.
2.Self Esleem (harga diri), Body Image (gambaran diri), kebutuhan, peran dan kemampuan.
D. Definisi Sakit
Pemons (1972)
Sakit merupakan gangguan dalam fungsi normal individu sebagai tatalitas, termasuk
keadaan organisme sebagai sistem biologis dan penyesuaian sosialnya.
Bauman (1965)
2
2.Persepsi tentang bagaimana mereka merasakan : baik, buruk, sakit.
Penyakit adalah istilah medis yang digambarkan sebagai gangguan dalam fungsi tubuh
yang menyebabkan berkurangnya kapasitas.
Hubungan antara sehat, sakit dan penyakit pada dasarnya merupakan keadaan sehat dan sakit.
3.Gangguan Kesehatan.
1.Suatu skala ukur secara relatif dalam mengukur ke dalam sehat / kesehatan seseorang.
3.Jarak dalam skala ukur : keadaan sehat secara optimal pada satu titik dan kemauan pada titik
yang lain.
Menurut Neuman (1990): ”sehat dalam suatu rentang merupakan tingkat kesejahteraan
klien pada waktu tertentu , yang terdapat dalam rentang dan kondisi sejahtera yang optimal ,
dengan energi yang paling maksimum, sampai kondisi kematian yang menandakan habisnya
energi total”
Jadi menurut model ini “sehat” adalah keadaan dinamis yang berubah secara terus
menerus sesuai dengan adaptasi individu terhadap berbagai perubahan pada lingkungan internal
dan eksternalnya untuk mempertahankan keadaan fisik, emosional, inteletual, sosial,
perkembangan, dan spiritual yang sehat.
Sedangkan “sakit” merupakan proses dimana fungsi individu dalam satu atau lebih
dimensi yang ada mengalami perubahan atau penurunan bila dibandingkan dengan kondisi
individu sebelumnya.
3
Model yang dikembangkan oleh Dunn (1977) ini berorientasi pada cara memaksimalkan
potensi sehat pada individu melalui perubahan perilaku.
Pada pendekatan model ini perawat melakukan intervnsi keperawatan yang dapat
membantu klien mengubah perilaku tertentu yang mengandung resiko tinggi terhadap
kesehatan.
Model ini berhasil diterapkan untuk perawatan lansia, dan juga digunakan dalam
keperawatan keluarga maupun komunitas.
Menurut pendekatan model ini tingkat sehat dan sakit individu atau kelompok ditentukan
oleh hubungan dinamis antara Agen, Pejamu, dan Lingkungan.
Agen : Berbagai faktor internal-eksternal yang dengan atau tanpanya dapat menyebabkan
terjadinya penyakit atau sakit. Agen ini bisa bersifat biologis, kimia, fisik, mekanis, atau
psikososial. Jadi Agen ini bisa berupa yang merugikan kesehatan (bakteri, stress) atau yang
meningkatkan kesehatan (nutrisi, dll).
Pejamu: Sesorang atau sekelompok orang yang rentan terhadap penyakit/sakit tertentu. Faktor
pejamu antara lain: situasi atau kondisi fisik dan psikososoial yang menyebabkan seseorang
yang beresiko menjadi sakit. Misalnya: Riwayat keluarga, usia, gaya hidup dll.
• Lingkungan fisik: tingkat ekonomi, iklim, kondisi tempat tinggal, penerangan, kebisingan
• Lingkungan sosial: Hal-hal yang berkaitan dengan interaksi sosial, misalnys: stress, konflik,
kesulitan ekonomi, krisis hidup.
Model ini menyatakan bahwa sehat dan sakit ditentukan oleh interaksi yang dinamis dari
ketiga variabel tersebut. Menurut Berne et al (1990) respon dapat meningkatkan kesehatan atau
yang dapat merusak kesehatan berasal dari interaksi antara seseorang atau sekelompok orang
dengan lingkungannya.
Selain dalam keperawatan komunitas model ini juga dikembangkan dalam teori umum
tentang berbagai penyebab penyakit.
4.Model Keyakinan-Kesehatan
Model Keyakinan-Kesehatan menurut Rosenstoch (1974) dan Becker dan Maiman (1975)
menyatakan hubungan antara keyakinan seseorang dengan perilaku yang ditampilkan. Model ini
4
memberikan cara bagaimana klien akan berprilaku sehubungan dengan kesehatan mereka dan
bagaimana mereka mematuhi terapi kesehatan yang diberikan.
Misal: seorang klien perlu mengenal adanya pernyakit koroner melalui riwayat keluarganya,
apalagi kemudian ada keluarganya yang meninggal maka klien mungkin merasakan resiko
mengalami penyakit jantung.
Dipengaruhi oleh variabel demografi dan sosiopsikologis, perasaan terancam oleh penyakit,
anjuran untuk bertindak (misal: kampanye media massa, anjuran keluarga atau dokter dll)
c.Persepsi Individu tentang manfaat yang diperoleh dari tindakan yang diambil.
Model ini membantu perawat memahami berbagai faktor yang dapat mempengaruhi
persepsi, keyakinan, dan perilaku klien, serta membantu perawat membuat rencana perawatan
yang paling efektif untuk membantu klien, memelihara dan Model Peningkatan-Kesehatan
(Pender)
Dikemukakan oleh Pender (1982,1993,1996) yang dibuat untuk menjadi sebuah model
yang menyeimbangkan dengan model perlindungan kesehatan. Fokus dari model ini adalah
menjelaskan alasan keterlibatan klien dalam aktivitas kesehatan (kognitif-persepsi dan faktor
pengubah).
5
Keyakinan seseorang terhadap kesehatan sebagian terbentuk oleh variabel intelektual,
yang terdiri dari pengetahuan (informasi yang salah) tentang berbagai fungsi tubuh dan
penyakit, latar belakang pendidikan, dan pengalaman di masa lalu.
c. Persepsi tentang fungsi
Cara seseorang merasakan fungsi fisik akan berakibat pada keyakinan terhadap kesehatan
dan cara melaksanakannya. Ketika perawat mengkaji tingkat kesehatan klien, mereka
mengumpulkan data subjektif tentang cara klien merasakan fungsi fisik, seperti tingkat
keletihan, sesak napas, atau nyeri. Mereka juga mengumpulkan data objektif tentang
fungsi actual, seperti tekanan darah, tinggi badan, dan bunyi paru.
d. Faktor emosional
Faktor emosional juga mempengaruhi keyakinan terhadap kesehatan dan cara
melaksanakannya. Banyak orang yang memiliki reaksi emosional yang berlebihan, yang
berlawanan dengan kenyataan yang ada, sampai-sampai mereka berpikir tentang resiko
menderita kanker dan akan menyangkal adanya gejala dan menolak untuk mencari
pengobatan.
e. Faktor spiritual
Terlihat dari bagaimana seseorang menjalani kehidupannya, mencakup nilai dan
keyakinan yang dilaksanakan, hubungan dengan keluarga/teman, dan kemampuan mencari
harapan dan arti dalam hidup.
2. Variabel eksternal
a. Praktek di keluarga
Cara bagaimana keluarga klien menggunakan pelayanan kesehatan biasanya akan
mempengaruhi cara klien dalam melaksanakan kesehatan. Klien kemungkinan besar akan
melakukan tindakan-tindakan pencegahan bila keluarganya melakukan hal yang sama.
b. Faktor sosio-ekonomik
Faktor sosial dan psiko-sosial dapat meningkatkan resiko terjadinya penyakit dan
mempengaruhi cara seseorang mendefinisikan dan bereaksi terhadap penyakit. Variabel
psiko-sosial mencakup stabilitas perkawinan/hubungan intim seseorang, kebiasaan gaya
hidup, dan lingkungan kerja. Variabel sosial berperan dalam menentukan bagaimana
system pelayanan kesehatan menyediakan pelayanan medis.
c. Latar belakang budaya
Mempengaruhi keyakinan, nilai, dan kebiasaan individu. Budaya juga mempengaruhi
tempat masuk ke dalam sistem pelayanan kesehatan dan mempengaruhi cara
melaksanakan kesehatan pribadi.
1. Variabel internal
6
Variabel internal yang penting dan dapat mempengaruhi perilaku pada saat klien sakit antara
lain persepsi mereka terhadap gejala dan sifat sakit yang dialami. Jika klien merasa yakin
bahwa gejala sakit tersebut dapat mengganggu kehidupan sehari-hari, maka mereka lebih
cenderung mencari bantuan kesehatan dibandingkan bila klien tidak memandang gejala
tersebut dapat menjadi suatu gangguan baginya.
2. Variabel eksternal
Yang mempengaruhi perilaku sakit klien terdiri dari gejala yang dapat dilihat, kelompok
sosial, latar belakang budaya, variabel ekonomi, kemudahan akses ke dalam system pelayanan
kesehatan, dan dukungan sosial.
Kondisi sakit tidak dapat dipisahkan dari peristiwa kehidupan. Klien dan keluarganya
harus menghadapi berbagai perubahan yang terjadi akibat kondisi sakit dan pengobatan yang
dilaksanakan. Setiap klien akan berespons secara unik terhadap kondisi sakit yang dialaminya,
oleh karena itu intervensi keperawatan yang diberikan harus bersifat individual. Klien dan
keluarga umumnya akan mengalami perubahan perilaku dan emosional, seperti perubahan peran,
gambaran diri, konsep diri, dan dinamika dalam keluarga.
• Pencegahan primordial
• Pencegahan primer
• Pencegahan sekunder
Tujuannya untuk menyembuhkan dan mengurangi akibat yang lebih serius lewat
diagnosis & pengobatan yang dini. Tertuju pada periode diantara timbulnya penyakit dan
waktu didiagnosis & usaha prevalensi. Dilaksanakan pada penyakit dengan periode awal
mudah diindentifikasi dan diobati sehingga perkembangan kearah buruk dapat di stop, Perlu
7
metode yang aman & tepat untuk mendeteksi adanya penyakit pada stadium preklinik. Misal :
Screening pada kanker cervik, pengukuran tekanan darah secara rutin dll
• Pencegahan tersier
a. Health Promotion
Saat pejamu sehat dengan tujuan meningkatkan status kesehatan atau memelihara kesehatan :
Penyuluhan/pendidikan kesehatan
Rekreasi sehat
Olahraga teratur
b. Specific Protection
Imunisasi
Perbaikan lingkungan
Dilakukan bila pejamu sakit, setidak – tidaknya diduga sakit (penyakitnya masih ringan)
mencegah orang lain tertular. Misal : Case finding, skrining survei penyakit asymtomatis,
deteksi dini pencemaran dll
Dilakukan waktu pejamu sakit / sakit berat de ngan tujuan mencegah cacat lebih lanjut,
fisik, sosial maupun mental. Misal : Amputasi pada ganggren karena DM, pada penyakit-
penyakit menahun diatasi gang guan mental maupun sosialnya
8
e. Rehabilitation
Mengembalikan penderita agar berguna di masyarakat maupun bagi diri nya sendiri,
mencegah cacat total setelah terjadi perubahan anatomi/fisiologi. Misal : Fisioterapi pada
kelumpuhan supaya ti dak timbul kontraktur/atropi, psikoterapi pada gangguan mental, latihan
ketrampilan tertentu pada penderita cacat, prothesa post amputasi, penyediaan fasilitas khusus
pada penderita.
C. PARADIGMA KEPERAWATAN
Paradigma keperawatan merupakan suatu cara pandang dari profesi keperawatan untuk
melihat suatu kondisi dan fenomena (manusia, lingkungan, kesehatan, intervensi keperawatan)
yang terkait secara langsung dengan aktifitas yang terjadi dalam profesi tersebut.
1. Konsep manusia
Komponen ini merupakan komponen pertama sebagai salah satu fokus dari pelayanan
keperawatan.manusia bertindak sebagai klien dalam konteks paradigma keperawatan ini
bersifat individu,kelompok dan masyarakat daam suatu sistem.sistem tersebut dapat meliputi:
2. Konsep keperawatan
Konsep ini adalah suatu bentuk peleyanan kesehatan yang bersifat profesional dalam
memenuhi kebutuhan dasar manusia yang dapat ditunjukkan kepada individu,keluarga atau
masyarakat dalam rentang sehat sakit.dengan demikian konsep ini memandang bahwa bentuk
pelayanan keperawatan yang diberikan pada klien dalam bentuk pemberian asuhan
keperawatan adalah dalam keadaan tidak mampu,tidak mau dan tidak tahu dalam proses
pemenuhan kebutuhan dasar.
9
3. Konsep sehat sakit
Komponen ini memandang bahwa keperawatan itu bahwa bentuk pelayanan yang diberikan
pada manusia dalam rentang sehat sakit.
2. Sehat merupakan gaya hidup, disain gaya hidup menuju pencapaian potensial tertinggi untuk
sehat
3. Sehat merupakan proses, perkembangan tingkat kesadaran yang tidak pernah putus, kesehatan
dan kebahagiaan dapat terjadi di setiap momen, ”here and now.”
4. Sehat efisien dalam mengolah energi, energi yang diperoleh dari lingkungan, ditransfer melalui
manusia, dan disalurkan untuk mempengaruhi lingkungan sekitar.
5. Sehat integrasi dari tubuh, pikiran dan jiwa, apresiasi yang manusia lakukan, pikirkan, rasakan
dan percaya akan mempengaruhi status kesehatan.
1. Perkembangan
Status kesehatan dapat dipengaruhi oleh faktor perkembangan yang mempuyai arti bahwa
perubahan status kesehatan dapat ditentukan oleh faktor usia.
Hal ini dapat juga mempengaruhi proses perubahan bahan status kesehatan seseorang karena
akan mempengaruhi pemikiran atau keyakinan sehingga dapat menimbulkan perubahan dalam
perilaku kesehatan.
Hal ini dapat mempegaruhi perubahan status kesehatan,dapat diketahiu jika ada pengalaman
kesehatan yang tidak diinginkan atau pengalamam kesehatan yang buruk sehingga berdampak
besar dalam status kesehatan selanjutya.
10
4. Harapan seseorang tentang dirinya
Harapan merupakan salah satu bagian yang penting dalam meningkatkan perubahan status
kesehatan kearah yang optimal.
5. Keturunan
Keturunan juga memberikan pengaruh terhadap status kesehatan seseorang mengingat potensi
perubahan status kesehatan telah dimiliki melalui faktor genetik.
6. Lingkungan
7. Pelayanan
Pelayanandapat berupa tempat pelayanan atau sistem pelayanan yang dapat mempengaruhi
status kesehatan
b. Rentang Sakit
Rentang ini dimulai dari keadaan setengah sakit,sakit,sakit kronis dan kematian.
1. Tahap gejala
Merupakan tahap awal seseorang mengalami proses sakit dengan ditandai adanya perasaan
tidak nyaman terhadap dirinya karena timbulnya suatu gejala.
Pada tahap inin seseorang akan melakukan interpretasi terhadap sakit yang di alaminya dan
akan merasakan keraguan pada kelainan atau gangguan yang di rasakan pada tubuhnya.
Tahap ini seorang mengadakan hubungan dengan pelayanan kesehatan dengan meminta
nasehat dari profesi kesehatan.
4. Tahap penyembuhan
11
Tahap ini merupakan tahapan terakhir menuju proses kembalinya kemampuan untuk
beradaptasi,di mana srsrorang akan melakukan proses belajar untuk melepaskan perannya
selama sakit dan kembali berperan seperti sebelum sakit.
4. Konsep lingkungan
Peran perawat pada individu sebagai klien adalah memenuhi kebutuhan dasarnya mencakup
kebutuhan biologi, sosial, psikologi dan spiritual karena adanya kelemahan fisik dan mental,
keterbatasan pengetahuan, kurang kemauan menuju kemandirian pasien.
Kepada Keluarga
Kepada Masyarakat
Pelayanan kesehatan pada masyarakat ini dapat berbentuk pelayanan kepada masyarakat
umum dan kelompok – kelompok masyarakat tertentu (balita dan lansia). Pelayanan perawatan
tersebut diberikan setelah melalui proses berikut ini :
1) Pertemuan penjajakan kepada pemuka masyarakat agar dicapai kesepakatan tentang ide
yang dikemukakan.
2) Pengumpulan data pada masyarakat melalui survey atau sensus dengan menggunakan
daftar pertanyaan atau kuosioner
3) Analisis data dan perumusan masalah
4) Pembahasan hasil analisis dalam forum lokakarya mini dengan masyarakat untuk
kemudian ditetapkan prioritas masalah beserta penyelesaiannya.
5) Perumusan rencana tindakan penyelesaian masalah bersama dengan wakil masyarakat.
6) Pelaksanaan tindakan pemecahan masalah. Pelaksanaan ini dilakukan bersama dengan
masyarakat melalui sumber daya ayang ada di masyarakat tersebut.
12
7) Evaluasi
8) Dilakukan untuk menilai proses dan hasil program tindakan, dalam sebuah lokakarya.
9) Tindak lanjut atau menangani masalah yang ada
D. CARING
Caring merupakan fenomena universal yang berkaitan dengan cara seseorang berpikir,
perperasaan, dan bersikap ketika berhubungan dengan orang lain. Caring dalam keperawatan
berarti menolong klien meningkatkan perubahan positif dalam aspek fisik, psikologis, spiritual,
dan sosial. Caring sebagai suatu moral imperatif (bentuk moral) sehingga perawat harus terdiri
dari orang-orang yang bermoral baik dan memiliki kepedulian terhadap kesehatan pasien, yang
mempertahankan martabat dan menghargai pasien sebagai seorang manusia, bukan malah
melakukan tindakan amoral saat melakukan tugas pendampingan perawatan. Caring juga sebagai
suatu efek yang digambarkan sebagai suatu emosi, perasaan belas kasih atau empati terhadap
pasien yang mendorong perawat untuk memberikan asuhan keperawatan bagi pasien. Dengan
demikian perasaan tersebut harus ada dalam diri setiap perawat supaya mereka bisa merawat
pasien.
13
Faktor ini berkaitan dengan kepuasan melalui memberi dan memperluas rasa diri (sense of
self). Meskipun nilai dipelajari pada awal kehidupan, nilai dapat langsung dipengaruhi oleh
pendidik.
• Instilling faith & hope (Mengajarkan agar orang lain percaya dan mempunyai pengharapan :
fasilitas optimisme, menyesuaikan diri)
• Cultivating sensitivity to one‟s self (Sensitif terhadap diri sendiri dan orang lain)
• Developing a helping – trust relation (Membina hubungan saling percaya : jujur, empati)
• Expressing & feeling (Mengekspresikan perasaan positif dan negatif)
• Using creative problem-solving caring process (Mengambil keputusan dengan menggunakan
metode pemecahan masalah yang ilmiah dan sistemik)
• Promoting interpersonal teaching – learning (Meningkatkan proses belajar)
• Providing a supportive, protective, or corrective mental-phisical sociocultural & spiritual
environment. (Memberikan lingkungan fisik, mental, sosio kultural dan spiritual yang
bersifat suportif, protektif dan korektif )
• Assisting with the gratification of human needs (Membantu dalam pemenuhan kebutuhan
dasar)
•Allowing for existential-phenomenologic forces (Memberi kesempatan untuk
mengekspresikan aspek manusia) (Susilaningsih, 2008)
Dari kesepuluh carative faktor di atas, Caring dalam keperawatan menyangkut upaya
memperlakukan klien secara manusiawi dan utuh sebagai manusia yang berbeda dari manusia
lainnya (Watson,1985) ini berkenaan dengan proses yang humanitis dalam menentukan
kondisi terpenuhi tidaknya kebutuhan dasar manusia dan melakukan upaya pemenuhannya
melalui berbagai bentuk intervensi yang bukan hanya berupa kemampuan teknis tetapi disertai
“warmth, kindness, compassion”.
Faktor carative ini perlu selalui dilakukan oleh perawat agar semua aspek dalam diri
klien dapat tertangani sehingga asuhan keperawatan profesional dan bermutu dapat
diwujudkan. Selain itu melalui penerapan faktor karatif ini perawat juga dapat belajar untuk
lebih memahami diri sebelum memahami orang lain. Keperawatan merupakan suatu proses
interpersonal yang terapeutik dan signifikan. Inti dari asuhan keperawatan yang diberikan
kepada klien adlah hubungan perawat-klien yang bersifat profesional dengan penekanan pada
bentuknya tinteraksi aktif antara perawat dan klien. Hubungan ini diharapkan dapat
memfasilitasi partisipasi klien dengan memotivasi keinginan klien untuk bertanggung jawab
terhadap kondisi kesehatannya.
Pembahasan di atas telah menunjukkan bahwa teori caring yang dikemukakan oleh
Watson menekankan akan kebutuhan klien secara jasmani dan kebutuhan pendekatan spiritual
bagi iman klien. Dengan demikian, perawat dituntut untuk mengenal dirinya sendiri secara
spiritual dan menerapkannya dalam profesi keperawatan dalam memberikan perawatan dengan
14
cinta dan caring. Jadi, dari teori caring menurut Watson dapat disimpulkan bahwa adanya
keseimbangan antara aspek jasmani dan spiritual dalam asuhan keperawatan. (Sujana, 2008)
Lima C dari Caring, Roach (1984) :
1. Compassion (Kasih sayang)
2. Competence (Kompetensi)
3. Conscience (Kesadaran)
4. Confidence (Kepercayaan)
5. Commitment (Komitmen)
Asuhan keperawatan bermutu yang diberikan oleh perawat dapat dicapai apabila perawat
dapat memperlihatkan sikap caring kepada klien. Dalam memberikan asuhan, perawat
menggunakan
a. Keahlian
b. Kata-kata yang lemah lembut
c. Sentuhan
d. Memberikan harapan
e. Selalu berada disamping klien
f. Bersikap “caring” sebagai media pemberi asuhan
Para perawat dapat diminta untuk merawat, namun meraka tidak dapat diperintah untuk
memberikan asuhan dengan menggunakan spirit caring. Spirit caring harus tumbuh dari dalam
diri perawat dan berasal dari hati perawat yang terdalam. Spirit caring bukan hanya
memperlihatkan apa yang dikerjakan perawat yang bersifat tindakan fisik, tetapi juga
mencerminkan siapa dia. Oleh karenanya, setiap perawat dapat memperlihatkan cara yang berada
ketika memberikan asuhan kepada klien.
Madeleine Leinigner (1991) menyatakan bahwa “perawatan manusia adalah intisar
keperawatan dan nyata, dimensi pusat dan koheren, yang pada akhirna menjadi fokus utama kita.
Merawat, menembus dan memelihara jaringan hidup keperawatan.
Perawat makin menjadi „penulis kreatif‟ bagi hidupnya sendiri, sebuah kehidupan yang
tinggal dalam hubungan dan penghubung dan saling menghubungkan dengan orang lain. „Caring‟
adalah cara keperawatan. Hal ini bagaimanapun perlu dijabarkan untuk mendapatkan kejelasan.
15
Pelajar keperawatan perlu menggal secara dalam untuk menemukan nilai yang tersimpan, arti
pribadi dari keperawatan yang akan berlanjut menjadi pemeliharaan hubungan pendekatan yang
dalam dengan orang lain, itulah keperawatan, komitmen merawat itu harus membuat kontribusi
pokok yang jelas dari perawat untuk memberikan perawatan kesehatan pada individu, keluarga
dan komunitas pada saat ini dan masa yang akan datang.
Akan tetapi tidak mudah merubah perilaku seseorang dalam waktu yang singkat. Bukan
pekerjaan yang mudah untuk merubah perilaku seseorang. Yang terbaik adalah membentuk
Caring perawat sejak dini, yaitu sejak berada dalam pendidikan. Artinya peran pendidikan dalam
membangun caring perawat sangat penting. Dalam penyusunan kurikulum pendidikan perawatan
harus selalu memasukkan unsur caring dalam setiap mata kuliah. Penekanan pada humansitik,
kepedulian dan kepercayaan, komitmen membantu orang lain dan berbagai unsur caring yang lain
harus ada dalam pendidikan perawatan. Andaikata pada saat rekruitmen sudah ada system yang
bisa menemukan bagaimana sikap caring calon mahasiswa keperawatan itu akan membuat
perbedaan yang mendasar antara perawat sekarang dan yang akan datang dalam perilaku caring –
nya.
Caring behaviour (perilaku caring) merupakan suatu sikap, rasa peduli, hormat dan
menghargai orang lain, artinya memberikan perhatian yang lebih kepada seseorang dan
bagaimana seseorang itu bertindak. Karena perilaku caring merupakan perpaduan perilaku
manusia yang berguna dalam peningkatan derajat kesehatan dalam membantu pasien yang sakit.
Perilaku caring sangat penting untuk mengembangkan, memperbaiki dan meningkatkan kondisi
atau cara hidup manusia. Perilaku caring sangat penting dalam layanan keperawatan karena akan
memberikan kepuasan pada klien dan perawatan akan lebih memahami konsep caring, khususnya
perilaku caring dan mengaplikasikan dalam pelayanan keperawatan.
16
DAFTAR PUSTAKA
Dwidiyanti, Meidiana. 2008. Keperawatan Dasar Konsep ”Caring”, Komunikasi, Etik dan Spiritual
dalam Pelayanan Keperawatan. Semarang : Penerbit Hasani.
http://aienie.blogspot.com
http://eprints.undip.ac.id
http://irmanthea.blogspot.com
http://stikeskabmalang.wordpress.com
http://umitrastikes.blogspot.com
http://911medical.blogspot.com
17