A. Defenisi Kebisingan
Bising Dalam kesehatan kerja, bising diartikan sebagai suara yang dapat
menurunkan pendengaran baik secara kwantitatif [ peningkatan ambang pendengaran ]
maupun secara kwalitatif [ penyempitan spektrum pendengaran ], berkaitan dengan
faktor intensitas, frekuensi, durasi dan pola waktu.
Kebisingan didefinisikan sebagai "suara yang tak dikehendaki, misalnya yang
merintangi terdengarnya suara-suara, musik dsb, atau yang menyebabkan rasa sakit atau
yang menghalangi gaya hidup. (JIS Z 8106 [IEC60050-801] kosa kata elektro-teknik
Internasional Bab 801: Akustikal dan elektroakustik)".
Jadi dapat disimpulkan bahwa kebisingan adalah bunyi atau suara yang tidak
dikehendaki dan dapat mengganggu kesehatan, kenyamanan serta dapat menimbulkan
ketulian.
Gangguan Pendengaran
Gradasi Parameter
Normal : Tidak mengalami kesulitan dalam percakapan biasa (6m)
Sedang : Kesulitan dalam percakapan sehari-hari mulai jarak >1,5 m
Menengah : Kesulitan dalam percakapan keras sehari-hari mulai jarak >1,5 m
Berat : Kesulitan dalam percakapan keras / berteriak pada jarak >1,5 m
Sangat berat : Kesulitan dalam percakapan keras / berteriak pada jarak <1,5 m
Tuli Total : Kehilangan kemampuan pendengaran dalam berkomunikasi
Adalah angka dB yang dianggap aman untuk sebagian besar tenaga kerja bila
bekerja 8 jam/hari atau 40 jam/minggu.
Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Koperasi No. SE-01 /MEN/ 1978,
Nilai Ambang Batas untuk kebisingan di tempat kerja adalah intensitas tertinggi dan
merupakan nilai rata-rata yang masih dapat diterima tenaga kerja tanpa mengakibatkan
hilangnya daya dengar yang tetap untuk wwaktu terus menerus tidak lebih dari 8 jam
sehari atau 40 jam seminggunya. Waktu maksimum bekerja adalah sebagai berikut:
82 dB : 16 jam per hari
85 dB : 8 jam per hari
88 dB : 4 jam per hari
91 dB : 2 jam per hari
97 dB : 1 jam per hari
100 dB : ¼ jam per hari
Berdasarkan sifat dan spektrum frekuensi bunyi, bising dapat dibagi atas:
1. Bising yang kontinyu dengan spektrum frekuensi yang luas. Bising ini relatif tetap
dalam batas kurang lebih 5 dB untuk periode 0,5 detik berturut-turut. Misalnya
mesin, kipas angina, dapur pijar.
2. Bising yang kontinyu dengan spektrum frekuensi yang sempit. Bising ini juga relatif
tetap, akan tetapi ia hanya mempunyai frekuensi tertentu saja (pada prekuensi 500,
1000, dan 4000 Hz). Misalnya gergaji serkuler, katup gas.
3. Bising terputus-putus (Intermitten). Bising di sini tidak terjadi secara terus menerus,
melainkan ada periode relatif tenang. Misalnya suara lalu lintas, kebisingan di
lapangan terbang.
4. Bising Implusif. Bising jenis ini memiliki perubahan tekanan suara melebihi 40 dB
dalam waktu sangat cepat dan biasanya mengejutkan pendengarnya. Misalnya
tembakan, suara ledakan mercon, meriam.
5. Bising Implusif berulang. Sama dengan bising implusif, hanya saja disini terjadi
secara berulang-ulang. Misalnya mesin tempa.
Tipe Uraian
Gangguan
Kejengkelan, kebingungan
emosional
1. Tujuan Program
Umum
Meningkatkan produktifitas kerja melalui pencegahan ketulian akibat bisingdi
tempat kerja dengan melaksanakan program konservasi pendengaran yang
melibatkan seluruh unsur dalam perusahaan.
Khusus
Mengetahui tingkat kebisingan pada lokasi kerja sesuai karakteristik kegiatanya.
Meningkatkan upaya pencegahan ketulian akibat bising melalui upaya
mengurangi paparan terhadap pekerja, baik secara teknis maupun administratif.
Deteksi dini adanya kasus Noise Induced Hearing Loss dan mencegah
Temporary Threshold Shift (TTS) yang timbul menjadi permanen.
Meningkatkan pengetahuan karyawan mengenai kebisingan dan pengaruh
terhadap kesehatan.
2. Mamfaat
Bagi Perusahaan:
Sesuai dengan perundangan yang berlaku (taat hukum).
Meningkatkan kinerja (produktifitas) dan efisiensi.
Meningkatkan moral dan kepuasan pekerja sehingga terbina hubungan baik.
Mengurangi angka kecelakaan, kesakitan, hilangnya hari kerja, menurunkan turn
over rate serta absenteeism (loss time).
Menekan biaya kesehatan akibat preventable diseases serta klaim kompensasi.
Menghindari terjadinya kehilangan tenaga kerja yang terampil dan skilled.
Bagi Karyawan:
Mencegah terjadinya ketulian akibat bising yang bersifat menetap dan
irreversible.
Bisa mengurangi stress.
Mamfaat bersama:
Membangun komitmen untuk selalu bersama-sama memperhatikan keselamatan
dan kesehatan kerja.
Meningkatkan Safety Awarness dikalangan karyawan.
Perubahan perilaku yang tumbuh nantinya akan menjadi gaya hidup positif yang
tidak hanya mendukung program konservasi pendengaran saja, namun juga akan
membawa perubahan perilaku yang positif dalam permasalahan kesehatan
lainnya, seperti mengurangi kebiasaan merokok serta gaya hidup sehat lainnya.
Menghindari kebisingan
Melakukan tranning
Pemakaian alat pelindung diri merupakan pilihan terakhir yang harus dilakukan.
Alat pelindung diri yang dipakai harus mampu mengurangi kebisingan hingga mencapai
level TWA atau kurang dari itu, yaitu 85 dB. Ada 3 jenis alat pelindung pendengaran
yaitu :
1. Sumbat telinga (earplug), dapat mengurangi kebisingan 8-30 dB. Biasanya
digunakan untuk proteksi sampai dengan 100 dB. Beberapa tipe dari sumbat
telinga antara lain : Formable type, Costum-molded type, Premolded type.
2. Tutup telinga (earmuff), dapat menurunkan kebisingan 25-40 dB. Digunakan
untuk proteksi sampai dengan 110 dB.
3. Helm (helmet), mengurangi kebisingan 40-50 dB
Faktor yang harus dipertimbangkan dalam penggunaan alat pelindung telinga adalah:
Alat pelindung telinga harus dapat melindungi pendengaran dari bising yang
berlebihan.
Harus ringan, nyaman dipakai, sesuai dan efisien (ergonomik).
Harus menarik dan harga yang tidak terlalu mahal.
Tidak memberikan efek samping atau aman dipakai.
Tidak mudah rusak
Faktror Penghambat
Belum nampak adanya suatu komitmen bersama untuk mengatasi hal ini, menambah
sebab kegagalannya program konservasi pendengaran ini
Pihak karyawan yang terpapar, yaitu kurangnya pemahaman bahwa pajanan
kebisingan untuk jangka waktu lama akan membawa dampak yang buruk
terhadap kesehatan dan kurangnya kesadaran tentang penggunaan APD.
Pihak pimpinan dan pengawasan kerja, adanya pemahaman yang kurang atau
keliru serta sikap dan perilaku yang tidak mendukung.
Kerjasama lintas departemen, semua pihak tidak bertanggung jawab serta
kurang merasa terlibat dengan program ini.
KESIMPULAN
Departemen Kesehatan, RI. Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Oleh Pusat Kesehatan
KCM (Kompas Cyber Media). Kesehatan. Kebisingan dan Getaran Bisa Akibatkan
Kecelakaan Kerja. Jakarta. http://www.kompas.com/kesehatan/index.html
KCM (Kompas Cyber Media). Iptek. Mengukur Kebisingan dan Getar di Tempat
Kerja. Jakarta. http://www.kompas.com/kompas-cetak/0309/05/iptek/index.html
Nainggolan Bilman Ir. Kesehatan Kerja dan Lingkungan Kerja. Dinas Tenaga Kerja
dan Transmigrasi Propinsi Sumatera Utara: Medan.
Top page. Kebisingan dan Getaran dan Pengertian Dasar Tentang Kebisingan .
http://www.menlh.go.id/apec_vc/osaka/eastjava/noise_id/index/articles.html
Jakarta, Kompas - Pajanan bising dan getar terus- menerus bisa mengganggu
pendengaran dan keseimbangan. Oleh karena itu, Pemerintah Indonesia perlu
menerapkan peraturan perlindungan kerja dan pemantauan ketat, termasuk melindungi
fungsi pendengaran dan keseimbangan untuk mencegah penyakit akibat kerja dan
terjadinya kecelakaan kerja.
Tempat kerja yang bising dan penuh getaran bisa mengganggu pendengaran dan
keseimbangan para pekerja. Gangguan yang tidak dicegah maupun diatasi bisa
menimbulkan kecelakaan, baik pada pekerja maupun orang di sekitarnya. Masalah ini
perlu lebih diperhatikan untuk menghindarkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
Demikian antara lain isi di-sertasi dr Jenny Bashiruddin (44) dari Bagian Telinga
Hidung Tenggorok (THT) Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/Rumah Sakit
Cipto Mangunkusumo (FKUI/RSCM), yang memaparkan hasil penelitiannya terhadap
350 pengemudi bajaj di Jakarta, Rabu (14/8). Bunyi dan getaran bajaj diukur dengan
Octave band analyzer dan vibrasimeter. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan klinis THT,
tinggi dan berat badan, tekanan darah, dan gula darah. Sedangkan fungsi keseimbangan
dan pendengaran diukur dengan posturografi dan audiometri.
Dari penelitian itu diketahui bahwa intensitas bising bajaj berkisar antara 64 dB
(desibel) sampai 96 dB, atau rata-rata 91 dB. Sedang rata-rata akselerasi getar 4,2 m/dt2.
"Semua nilai itu melebihi ambang batas keamanan yang direkomendasikan oleh
Occupational Safety and Health Administration (OSHA) dan Organisasi Kesehatan
Gangguan keseimbangan dan pendengaran dipengaruhi faktor usia lebih dari 40 tahun,
masa kerja lebih dari sembilan tahun, jam kerja per hari lebih dari delapan jam, bekas
perokok berat dan kegemukan. Gangguan keseimbangan dipengaruhi hal yang sama,
hanya masa kerjanya lima sampai sembilan tahun, sedangkan gangguan pendengaran
hanya dipengaruhi oleh faktor usia lebih dari 40 tahun. Bising dan getaran bisa merusak
koklea di telinga dalam sehingga mengganggu pendengaran. kerusakan yang
ditimbulkan pada saraf vestibuler ditelinga dalam, menyebabkan gangguan
keseimbangan.
Berdasarkan faktor-faktor yang didapat pada penelitian, Jenny menyusun Skor Risiko
Gangguan Pendengaran dan Keseimbangan. Skor itu bisa dimanfaatkan untuk
menskrining pekerja di pelbagai bidang lain yang berada di lingkungan bising dan
getaran sebagai upaya mencegah gangguan pendengaran dan keseimbangan.