Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN

TETRALOGI OF FALLOT

DISUSUN OLEH :

DELIANA MONIZ 113063C117004


DEWI SINTA 113063C117005
DESTERINA AGMI 113063C117006
EEN SEPTERIA 113063C117007
ELISA TARA PANDUYAN 113063C117008

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUAKA INSAN


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN DAN PROFESI NERS
BANJARMASIN
2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit jantung bawaan (PJB) merupakan kelainan struktural atau susunan
jantung dan pembuluh darah besar intratorak, yang berpotensi atau secara nyata
memberikan pengaruh fungsional yang segnifikan, mungkin sudah terdapat sejak
lahir. Di Indonesia, angka kejadian 8 tiap 1000 kelahiran hidup. Secara garis besar
PJB dibagi atas dua kelompok, yaitu sianoti dan asianotik. Pada PJB sianotik terjadi
sianosis sentral oleh karena aliran darah paru berkurkurang akibat obsutruksi aliran
keluar verntikel kanan sehingga terjadi pirau kanan ke kiri.
Tetralogi of fallot merupakan penyakit jantung bawaan sianotik yang paling
banyak di temukan, yakni lebih kurang 10% dari seluruh kejadian penyakit jantung
bawaan. Penyakit jantung bawaan tersebut memiliki 4 komponen, yaitu defek septum
verntikel, over-riding aorta, stenosis pulmonal, serta hipertrofi vrentikel kanan.
Komponen yang paling penting, yang menentukan derajat beratnya penyakit, adalah
stenosis pulmonal, yang bervariasi dari sangat ringan hingga berupa atresia pulmonal.
Manifestasi klinis utama berupa sianosis dengan derajat bervariasi tergantung
pada sumber dan jumlah aliran darah paru yang berasal dari duktus artriosus persisten,
major aurtopulmonari collateral arteries (MAPCAs), atau kombinasi keduanya.pada
waktu lahir, bayi biasanya belum sianotik, tetapi kemudian gejala tersebut muncul
setelah tumbuh.
Bayi atau anak dengan tetralogi fallot memiliki peluang untuk mengalami
komplikasi neurologis. Komplikasi neorologis yang paling utama adalah bencana
serbrovaskular (cerebrovascular accident/stroke) dan abses serbri, yang sangat
bepengaruh terhadap mortalitas maupun morbiditas pasien. Insiden kedua komplikasi
tersebut, berdasarkan dokumentasi beberapa literalur di negara-negara barat, adalah
8,6% pada bencana serebrovascular dan 13,7% pada abses serebri. Defisit neorologis
yang di sebabkan oleh komplikasi tersebut dapat bervariasi berdasarkan deteksi dini.

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari penyakit Tetralogi of Fallot?
2. Apa etiologi dari penyakit Tetralogi of Fallot?
3. Apa manifestasi klinis dari penyakit Tetralogi of Fallot?
4. Bagaimana patofisiologi dan pathway dari penyakit Tetralogi of Fallot?
5. Apa komplikasi dari penyakit Tetralogi of Fallot?
6. Apa pentalaksnaan dari penyakit Tetralogi of Fallot?
7. Bagaimana asuhan keperawatan dari penyakit Tetralogi of Fallot?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui definisi dari penyakit Tetralogi Fallot
2. Untuk mengetahui etiologi dari penyakit Tetralogi Fallot
3. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari penyakit Tetralogi Fallot
4. Untuk mengetahui patofisiologi dan pathway dari penyakit Tetralogi Fallot
5. Untuk mengetahui komplikasi dari penyakit Tetralogi Fallot
6. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari penyakit Tetralogi Fallot
7. Untuk mengetahui asuhan keperawatan dari penyakit Tetralogi Fallot.

D. Manfaat
Manfaat dari pembuatan makalah ini yaitu untuk menambah pengetahuaan terkait
konsep dasar Penyakit Tetralogi of Fallot pada anak dan konsep asuhan keperawatan
Penyakit Tetralogi of Fallot pada anak.
BAB II

TEORI DAN ASKEP

A. Konsep Dasar Penyakit Tetralogi of Fallot


1. Definisi
Tetralogi of fallot adalah defek jantung kongenital yang terdiri dari empat
defek jantung, yaitu stenosis pulmonal (penyempitan katup pulmonal dan saluran
keluar, menciptakan obstruksi aliran darah dari ventrikel kanan ke arteri
pulmonalis), depek septum ventrikel, tumpang tindih aorta (pembesaran katup
aorta sehingga tampak lebih tinggi dari ventrikel kanan dan kiri dari pada
ventrikel kiri yang tepat secara anatomis), dan hipertropi ventrikel kanan
(peningkatan ukuran dinding otot ventrikel kanan karena terus menerus
digunakan secara berlebihan ketika ventrikel kanan berusaha mengatasi gradien
bertekanan tinggi) (Carman, s & Kyle, T,2014).
Tetralogi fallot (TF) adalah kelainan jantung dengan gangguan sianosis yang
ditandai dengan kombinasi empat hal yang abnormal meliputi defek septum
ventrikel, stenosis pulmonal, overriding aorta, dan hipertropi ventrikel kanan
(Aspiani, 2014).
Tetralogi fallot merupakan jantung sianotik yang paling banyak di temukan
dimana tetralogi fallot menempati urutan ke empat penyakit jantung bawaan pada
anak setelah defek septum ventrikel, defek septum antrium dan duktus
anteriousus persistem atau lebih kurang 10-15% dari seluruh penyakit jantung
bawaan, diantara penyakit jantung bawaan siatonik tetralogi fallot merupakan 2/3
nya. Tetralogi fallot merupakan penyakit jantung bawaan yang paling sering
ditemukan yang ditandai dengan sianosi sentral akibat adanya pirau kanan kekiri
(Oktavianus, 2014).

2. Etiologi
Oktavianus (2014), menyatakan pada sebagian besar kasus, penyebab penyakit
jantung bawaan tidak diketahui secara pasti. Diduga karena adanya faktor
endogen dan eksogen.
a. Faktor endogen
1. Berbagai jenis penyakit genetik: kelianan kromosom
2. Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan.
3. Adanya penyekit tertentu dalam keluarga, seperti diabetes melitus,
hipertensi, penyakit jantung atau kelainan bawaan.
b. Faktor eksogen
1. Riwayat kehamilan ibu
2. Sebelumnya ikut program KB oral atau suntik, minum obat-obatan tanpa
resep dokter (talidamid, dekstroamfetamin, aminoptrerin,
ametopterin,jamu)
3. Ibu menderita penyakit infeksi rubela
4. Pajanan terhadap sinar X.

4. Manisfestasi Klinis
Oktavianus (2014), menyatakan ada beberapa manifestasi klinis dari tetralogi
of fallot, yaitu:
a. Tanda dan gejala
Tanda dan gejala yang muncul pada tetralogy of fallot antara lain:
1) Sianosis bertambah pada waktu bangun tidur, menangis atau sesudah
makan
2) Dispnea
3) Mudah lelah
4) Gangguan pertumbuhan
5) Hipoksia (timbul sekitar umur 18 tahun)
6) Dapat terjadi apnea
7) Sering terjadi kehilangan kesadaran.
8) Sering jongkok bila berjalan untuk mengurangi dispnue.
9) Takipnue
10) Jari tabuh, (pemukul gendang) kuku seperti gelas berloji.
11) Hipertropi gingiva (gusi)
12) Vena jugularis terlihat penuh atau menonjol.
13) Jantung : bising sistolik keras disela iga 4/VSD.
14) Darah : Hb dapat besar sampai lebih 17 g% Hct dapat sampai 50-80%
kadang ada anemia hipokromik relative.
5. Patofisiologi Tetralogi of Fallot
Tetralogi of Fallot merupakan kelainan “Empat Sekawan” yang terdiri atas
defek septum ventrikel, overriding aorta, stenosis infundibuler dan hipertrofi
ventrikel kanan.
Ada beberapa penyebab terjadinya penyakit jantung bawaan seperti Tetralogi
of Fallot yang meliputi beberapa faktor yaitu faktor endogen dan faktor eksogen.
Faktor endogen meliputi berbagai jenis penyakit genetik : kelainan kromosom,
anak yang lain sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan karena adanya
garis keturunan, adanya penyakit tertentu dalam keluarga seperti DM karena ibu
dengan DM yang hamil dianjurkan untuk mengendalikan gula darah sejak
sebelum mengupayakan kehamilan tujuannya agar dapat mengurangi risiko cacat
jantung bawaan, hipertensi, penyakit jantung atau kelainan bawaan. Adapula
faktor eksogen yang meliputi riwayat kehamilan ibu, sebelumnya ikut program
KB oral atau suntik, minum obat-obatan tanpa resep dokter (obat oral anti
diabetes seperti sulfonil urea) jika diminum di awal sebelum hari ke-17 sebelum
pembuahan dapat menyebabkan kematian janin, cacat bawaan dan Tetralogi of
Fallot. Obat-obatan tanpa resep dokter jika dikonsumsi secara sembarangan dapat
mengakibatkan gangguan pada tumbuh kembang janin melalui plasenta yaitu
lewat jalan yang juga dilalui zat gizi untuk tumbuh kembang janin yang
menyebabkan mengerutnya pembuluh darah sehingga mengurangi suplai oksigen
dan zat gizi ke janin serta menyebabkan otot rahim berkontraksi sangat kuat,
sehingga mengurangi aliran darah ke janin dan mencederainya dan membuat
kecacatan atau kematian janin. Pada ibu yang terinfeksi rubella terjadi pelepasan
prostaglandin meningkat yang disertai dengan faktor nekrosis tumor yang dapat
menyerang sistem pernapasan janin kemudian masuk ke pembuluh darah dan
merusak jantung janin.
Pada anak yang mengalami kelainan jantung kongenital seperti Tetralogi of
Fallot akan mengalami beberapa tanda dan gejala salah satunya yaitu sianosis.
Sianosis merupakan gejala Tetralogi of Fallot yang utama. Berat ringannya
sianosis ini tergantung dari tingkat keparahan stenosis infundibuler yang terjadi
pada tetralogi of fallot dan arah pirau inteventrikuler. Sianosis dapat timbul
semenjak lahir dan ini menandakan adanya suatu stenosis pulmonal yang berat
atau bahkan atresia pulmonal atau dapat pula sianosis timbul beberapa bulan
kemudian pada stenosis pulmona yang ringan. Sianosis biasanya berkembang
perlahan-lahan dengan bertambahnya usia dan ini menandakan adanya
peningkatan hipertrofi infundibuler yang memperberat obstruksi pada bagian itu.
Tanda dan gejala lain pada anak yang mengalami Tetralogi of Fallot yaitu
dispnea. Dispnea terjadi jika penderita melakukan aktivitas fisik seperti menyusu,
berjalan dan beraktivitas. Anak menjadi dispnea dan gelisah, sianosis yang terjadi
menjadi bertambah hebat dan penderita mulai sulit bernapas (Oktavianus, 2014).

6. Penatalaksanaan
Oktavianus (2014), menyatakan ada beberapa pemeriksaan diagnostik dari
tetralogi of fallot, yaitu:
a. Pemeriksaan diagnostik
1) EKG : Pada EKG sumbu QRS hampir selalu berdeviasi kekanan. Tampak
pula hipertropi ventrikel kanan. Pada anak besar dijumpai P pulmonal.
2) Ekokardiograpi : memperlihatkan dilatasi aorta, overriding aorta dilatasi
ventrikel kanan, penurunan ukuran arteri pulmonalis dan penurunan aliran
darah ke paru-paru
3) Rotgen : ditemukan atrium dan ventrikel yang membesar
4) Program terapi
a) Morphine sulfat 0,1-0,2 mg/kg SC IM untuk menekan pusat
pernafasan dan mengatasi takipnue.
b) Bikarbonas natrikus 1 meq/kg BB/IV untuk mengatasi asidosis
c) O2 2L/mnt dengan canula binasal
d) Propanol 0.01-0.25 mg/kg IV perlahan-lahan untuk penurunan denyut
jantung sehingga serangan dapat diatasi
e) Ketamin 1-3 mg/kg IV perlahan untuk meningkatkan resistensi
vaskuler sistemik dan juga sadatif.
b. Penatalaksanan
Penatalaksaan dilakukan tergantung pada usia, keadaan klinis dan tingkat :
1) TF ringan
Dilakukan tindakan konservatif seperti mempertahan kadar Hb yang
optimal dan endokarditis bacterial dilakukan koreksi total secara dini
terhadap bertambah beratnya gejala akibat peningkatan aktivitas pada usia
sekolah.
2) TF berat
Sianosis spell (tampak biru) sering timbul sewaktu-waktu dan harus
segera ditangani atau diatasi
- Letakkan pasien dengan posisi kneechest agar aliran balik ke jantung
berkurang dan resiskusi perifer meningkat sehingga pirau dari kanan
kekiri berkurang.
- Berikan O2 melalui masker
- Berikan injeksi morphin 0,2 mg/kg BB atau propanolol 0,1 mg/kg
BB/IV
- Berikan profelaksis oral propanolol 1mg/kg BB/hari.

7. Komplikasi
Oktavianus (2014), menyatakan ada beberapa komplikasi dari tetralogi of
fallot, yaitu:
a. Polistemia
b. Thrombophlebitis
c. Emboli
d. Penyakit pembuluh darah otak
e. Hiperpnea dengan sianotik berat dapat berakibat tidak sadarkan diri dan
meninggal.

B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas (data biografi)
Tetralogi fallot sering ditemukan pada anak-anak. Manifestasi yang paling
sering muncul adalah sianosis. Tetralogi fallot juga dapat diturunkan secara
genetik dari orang tua yang menderita jantung bawaan atau juga karena
kelainan kromosom.
b. Keluhan utama
Klien tetralogi fallot sering mengalami sianosis. Saat melakukan aktifitas fisik
seperti pada saat bayi atau anak-anak yang mulai belajar berjalan akan
bermain aktif untuk waktu singkat kemudian akan duduk atau berbaring.
c. Riwayat penyakit sekarang
Pada klien tetralogi fallot biasanya akan diawali dengan tanda-tanda sianosis
dispnea, sesak nafas ketika melakukan aktifitas, jantung berdebar.
d. Riwayat penyakit terdahulu
Perlu ditanyakan apakah klien lahir prematur atau ibunya menderita infeksi
rubela.
e. Riwayat penyakit keluarga
Perlu ditanyakan tentang riwayat penyakit tetralogi fallot pada anggota
keluarga yang lain karena penyakit ini dapat diturunkan secara genetik atau
karena kelainan kromosom.
f. Riwayat tumbuh
Biasanya anak cenderung mengalami keterlambatan pertumbuhan karena
keletihan. Anak akan sering jongkok selama beberapa waktu sebelum ia
berjalan kembali.
g. Riwayat psikososial
1) B1 (pernafasan)
Nafas cepat dan dalam, dispnea, sianosis, sesak nafas, ketika melakukan
akitifitas, sianosis. Aulkultasi terdengar bising sistolik yang keras didaerah
pulmonal yang semakin melemah dengan bertambahnya derajat obstruksi.
2) B2 (kardiovaskular)
Takikardia, disritmia, adanya jari tabuh, setelah enam bulan, sianosis pada
membran mukosa, gigi sianotik.
3) B3 (persarafan)
Kejang, kaku kuduk, tingkat kesadaran letargi hingga koma bahkan
kematian. Sakit kepala berdenyut hebat pada frontal, leher kaku, tampak
terus terjaga, gelisah, menanggis/mengaduh/mengeluh.
4) B4 (perkemihan)
Adanya inkontinensia dan/atau retensi urine.
5) B5 (percernaan)
Kehilangan nafsu makan kesulitan menelan, sulit menyusu, anoreksia,
muntah, turgor kulit jelek, membran mukosa kering.
6) B6 (musculoskeletal dan integumen)
Malaise, keterbatasan aktifitas atau istirahat karena kondisinya. Ataksia,
lemah, masalah berjalan, kelemahan umum, keterbatasan dalam rentang
gerak. Ketergantungan terhadapan semua kebutuhan perawatan diri.

2. Diagnosa keperawatan
a. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan keletihan dan dispnea.
Tujuan dan kriteria hasil :
1) Menunjukkan jalan napas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama
napas, frekuensi pernapsan dalam rentang normal, tidak ada suara napas
abnormal)
2) Tanda-tanda vital dalam rentang normal (tekanan darah, nadi, pernapasan)
3) Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara napas yang bersih, tidak ada
sianosis dan dispnea.

Rencana intervensi keperawatan dan rasional :

Intervensi Rasional
1. Buka jalan napas dengan cara 1. Memaksimalkan jalan nafas.
menggunakan teknik chin lift
atau jaw thrust.
2. Berikan posisi pada pasien 2. Memaksimalkan ventilasi, dan
dengan cara memberikan mengurangi diafragma dan
posisi semi fowler. memperkuat tarikan oleh otot-
otot pernapasan.
3. Identifikasikan pasien 3. Untuk menentukan intervensi
perlunya pemasangan alat selanjutnya.
jalan napas buatan dengan
cara menghitung SPO2
4. Berikan bronkodilator bila 4. Melebarkan bronkus (saluran
perlu dengan cara pernapasan) dan merelaksasi
menggunakan masker otot-otot pada saluran
(berukuran kecil atau pernapasan.
sedang), yang ditempatkan
pada wajah.

b. Intoleransi terhadap aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai


dan kebutuhan oksigen.
Tujuan dan kriteria hasil :
1) Berpastisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan tekanan
darah, nadi dan RR.
2) Mampu melakukan akttivitas sehari-hari.
3) Tanda-tanda vital normal.
Intervensi keperawatan dan rasional :
Intervensi Rasional
1. Ikuti pola istirahat pasien, 1. Hindari gangguan pada
hindari pemberian intervensi istirahat tidur pasien sehingga
pada saat istirahat dengan cara kebutuhan energi dapat
membuat jadwal istirahat dibatasi untuk aktifiitas lain
pasien sehingga perawat yang lebih penting.
mengetahui kapan perawat
harus memberikan intevensi
tanpa mengganggu jam
istirahat pasien
2. Lakukan perawatan dengan 2. Meningkatkan kebutuhan
cepat dengan cara hindari istirahat pasien.
pengeluaran energi berlebih
dari pasien.
3. Bantu pasien memilih 3. Menghemat energi dengan
kegiatan yang tidak cara menghindarkan pasien
melelahkan dengan cara dari kegiatan yang
memberikan aktivitas yang melelahkkan dan
tidak menguras tenaga pasien. meningkatkan beban kerja
4. Hindari perubahan suhu jantung.
lingkungan yang mendadak 4. Perubahan suhu lingkungan
dengan cara mengatur suhu yang mendadak merangsang
ruangan. kebutuhan akan oksigen yang
5. Kurangi kecemasan pasien meningkat
dan keluarga dengan cara 5. Kecemasan meningkatkan
memberi penjelasan yang respon psikologis yang
dibutuhkan pasien dan merangsang peningkatan
keluarga. kortisol dan meningkatkan
suplai O2.

c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


faktor biologis.
Tujuan dan kriteria hasil:
1) Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan
2) Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan.
3) Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi.
4) Tidak ada tanda-tanda malnutrisi.

Intervensi keperawatan dan rasional :

Intervensi Rasional
1. Kaji adanya alergi makanan 1. Menghindari adanya mual dan
dengan cara menanyakan muntah.
kepada keluarga pasien apakah
anak mempunyai alergi
terhadap makanan tertentu.
2. Ajarkan keluarga bagaimana 2. Sebagai acuan dalam
membuat catatan makanan pemenuhan kebutuhan nutrisi
harian dengan cara membuatkan pasien.
jadwal makan anak dengan
teratur.
3. Kolaborasi dengan ahli gizi 3. Menentukan jumlah kalori dan
untuk menentukan jumlah nutrisi yang dibutuhkan pasien.
kalori dan nutrisi yang
dibutuhkan pasien dengan cara
memberikan informasi tentang
status nutrisi pasien yang harus
dipenuhi kepada ahli gizi.
BAB III

KASUS DAN PEMBAHASAN

Batita perempuan usia 2 bulan dirawat di Ruang Anak dengan keluhan kebiruan pada saat
menangis lama. Anak di diagnosis tetralogy of fallot. Saat ini anak diperbolehkan pulang. Ibu
bertanya apa yang harus dilakukan jika anak mengalami kebiruan.

Apakah pendidikan kesehatan yang tepat diberikan pada kasus tersebut?

Pembahasan:

Posisi knee chest atau jongkok akan membuat anak merasa nyaman/lebih baik sebab
sianosis akan berkurang. Mekanisme terjadinya hal tersebut, yaitu knee chest atau jongkok
akan menurunkan aliran darah balik yang kurang kandungan oksigennya. Akibatnya
resistensi sistemik akan meningkat sehingga pirau kanan ke kiri akan menurun dan aliran
darah paru meningkat. Saturasi oksigenpun meningkat dan sianoisis berkurang.

Strategi :

Pada pasien Tetralofy of Fallot sering mengalami hipersianosis. Tata laksana yang harus
dilakukan adalah memberikan posisi knee chest atau jongkok.

Anda mungkin juga menyukai