Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH JEJAK TARI PRAJURITAN

DARI KABUPATEN SEMARANG

MARET 2019
OLEH : WAHYU DINI ASTUTIK, SE
SMA NEGERI 1 TUNTANG
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta'ala karena atas

limpahan rahmat dan karunia-nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat

waktu.

Makalah ini kami buat sebagai syarat untuk mengikuti kegiatan Jejak Tradisi

Budaya Daerah 2019 dengan tema “Semangat persaudaraan dalam keberagaman guna

menguatkan persatuan bangsa “ yang diadakan di Rembang Jawa Tengah.

Kami menyadari bahwa di dalam pembuatan makalah ini masih terdapat banyak

kekurangan sehingga kami berharap saran dan kritik dari Pembaca sekalian agar kami

dapat meningkatkan mutu dalam penyajian berikutnya Akhir kata kami ucapkan terima

kasih

Kab.Semarang, 27 Maret

2019

Penyusun

1
DAFTAR ISI

Kata pengantar......................................................................................................... 1

Daftar isi ................................................................................................................... 2

Bab 1 Pendahuluan

A. Latar belakang .................................................................................................... 3

B. Tujuan penulisan ..................................................................................................4

C. Rumusan masalah ................................................................................................ 5

Bab 2 Pembahasan

A. Latar belakang lahirnya tari tradisional prajuritan di Kab. Semarang................ 6

B. Filosofi yang terkandung di dalam tari prajuritan .............................................. 7

C. Upaya dalam melestarikan budaya Tari prajuritan .............................................. 8

Bab 3 Penutup

A. Kesimpulan ........................................................................................................ 9

B. Saran ................................................................................................................... 10

Daftar pustaka........................................................................................................... 11

2
BAB I

PENDAHULUAN

Kebudayaan Indonesia berkembang luas kemajuan teknologi khususnya di

bidang komunikasi dan transportasi telah memberikan kemudahan dan memperlancar

masuknya budaya baru sampai ke pelosok desa pengaruh asing sebagai akibat teknologi

menyebabkan daya seleksi masyarakat melemah masyarakat tidak mampu memilih unsur

budaya asing mana yang diperlukan yang sesuai dengan nilai-nilai yang ada didalam

pribadi masyarakat tersebut dan semangat kebangsaan. Makalah ini dibuat untuk

mengingat kembali kesenian tradisional yang hampir jarang diketahui oleh generasi

muda sehingga perlu untuk ditampilkan sehingga masyarakat Indonesia pada umumnya

dan masyarakat Kabupaten Semarang pada khususnya lebih mengenal kesenian

tradisional dari daerah mereka sendiri.

A. Latar belakang

Kabupaten Semarang mempunyai kekayaan dan keragaman seni tradisional yang

luar biasa banyak kelompok seni tersebar hampir diseluruh pelosok wilayah

kabupaten Semarang.

Ada beraneka ragam kesenian tradisional yang hidup di dalam masyarakat

terutama di dalam Kabupaten Semarang contoh tari prajuritan tari ketoprak Lesung

dan lain-lain dari berbagai kesenian tersebut tidak semua generasi muda paham dan

tahu tentang kesenian tersebut.

Untuk itu di dalam makalah ini penulis ingin menyajikan Salah satu bentuk kesenian

tradisional yang berasal dari kabupaten Semarang yaitu Tari prajuritan.

3
Tari prajuritan Semarang , berasal dari Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang.

Yang diperkirakan muncul sekitar abad ke 18.

B. Tujuan penulisan

Makalah ini ditulis dengan tujuan untuk mengetahui apa dan bagaimana tari

prajuritan dari kabupaten Semarang

C. Rumusan masalah

Dalam makalah ini masalah dirumuskan sebagai berikut :

1. Apakah yang melatarbelakangi tari tradisional prajuritan tersebut tercipta .

2. Filosofi apa yang terdapat dalam tari prajuritan tersebut.

3. Bagaimana upaya pemerintah dalam menjaga budaya tersebut.

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Latar belakang lahirnya tari tradisional prajuritan di Kabupaten Semarang

Kesenian tradisional muncul di tengah-tengah masyarakat yang masih sederhana

titik kesenian ini lahir karena adanya dorongan emosi dan kehidupan batin masyarakat

pendukungnya dorongan emosi koma salah satunya melalui gerak titik karena hidup di

lingkungan masyarakat sederhana maka gerak gerak , iringan dan alat tambahan yang

digunakan juga masih sederhana.

Tari prajuritan disebut sebagai salah satu seni tradisional dari kabupaten

Semarang tradisional merupakan istilah dari kata tradisi yang berasal dari bahasa latin

"Tradio" artinya mewariskan ( Rusliana, 1979/1980: 5). Warisan itu berupa kebudayaan

yang di dalamnya mencakup pengetahuan seni moral hukum adat istiadat dan

kebudayaan lainnya yang pernah dilakukan oleh nenek moyang titik warisan itu

kemudian diturunkan dari generasi ke generasi melalui proses titik dengan kata lain

tradisi artinya warisan budaya dari masa lalu ke masa sekarang hal itu dapat berupa

pandangan hidup kepercayaan kesenian atau upacara adat.

Menurut Gitokahyono (TT:3) bahwa tari prajuritan adalah kesenian tradisional

yang berbentuk tarian massal titik tarian ini merupakan peninggalan sejarah bekas

prajurit Pangeran Diponegoro dalam melawan kompeni . Perang Pangeran Diponegoro

terjadi pada tahun 1925 dengan pusat operasi tempurnya meliputi daerah Getasan, Kab.

Semarang, Salatiga dan sekitarnya. Di tempat-tempat itulah pemuda-pemuda pengikut

setia Pangeran Diponegoro memusatkan latihan tentang bagaimana cara mengatur teknik

5
perang dengan menggunakan bunyi-bunyian panggilan perang seperti bende, bedug, dan

lain-lain. Beberapa macam teknik perang yang digunakan oleh pasukan Pangeran

Diponegoro antara lain :

1. Gelar perang Supit Urang yaitu prajurit mengepung dari segala penjuru baru

kemudian digempur

2. Gelar perang kuntul nibo yaitu penyerangan dilakukan dari tengah kota

kemudian menyebar menuju markas markas Belanda secara berkelompok.

3. Gelar perang Garuda nglayang yaitu teknik yang mengambil gerak burung

garuda yang sedang terbang teknik penyerangan yang dilakukan dari

belakang sambil menunggu kelemahan musuh bila kamu sudah lengah baru

diserang.

Gerak-gerak itulah yang digunakan prajurit Pangeran Diponegoro berperang melawan

Belanda dan ternyata selalu membawa hasil banyak markas Belanda yang berhasil

direbut oleh prajurit Pangeran Diponegoro. Rencana perang prajurit Diponegoro tidak

selalu berjalan lancar suatu ketika ketika teknik melemahkan musuh dapat diketahui oleh

Belanda sehingga banyak prajurit Diponegoro yang tewas dan menjadi tawanan Belanda

titik dan sudah menjadi tradisi apabila seorang prajurit yang tertangkap maka dengan

mudah satu kelompok akan tertangkap semua untuk menghindari hal tersebut maka

pasukan Pangeran Diponegoro mempunyai cara lain yaitu dengan melakukan

penyamaran titik para prajurit menyamar sebagai penari.

Kelompok penari ini ditugaskan untuk memata-matai markas Belanda dengan cara

melakukan pentas hiburan. Dengan demikian pasukan Belanda tidak mencurigai kegiatan

pasukan Pangeran Diponegoro.

6
Dalam kelompok tari ini ada yang berperan sebagai pasukan atau manggolo yudo dan

telik sandi atau intelejen serta sebagai penyampai pesan. Pasukan Diponegoro sering

berpindah tempat untuk menghindari kejaran Belanda sehingga desa - desa yang

ditinggalkan sebagai markas- markas sementara terdapat warga yang masih hafal dengan

gerakan-gerakan pasukan Pangeran Diponegorodalam berlatih olah perang . Sisa-sisa

gerak dan baris berbaris dan itulah yang menjadi cikal bakal tari tradisional prajuritan.

B. Filosofi Tari prajuritan

Selain gerak gerak yang indah dan ritmis dalam seni tari tradisional terkandung

pola falsafah dan ajaran hidup yang dapat digunakan sebagai suri tauladan seperti apa

yang diungkapkan Wardana ( 1990 : 18) bahwa seni tari adalah ungkapan nilai-nilai

keindahan dan keluhuran lewat gerak dan sikap.

Keluhuran budi seseorang dapat dilihat dari sikap dan tingkah laku demikian juga

seorang pencipta tari sebuah tarian merupakan ungkapan keluhuran Budi dan perwujudan

watak dari seorang pencipta sehingga penonton dapat dalam hal ini apresiator akan

mudah untuk masing-masing pencipta seni tari.

Tari prajuritan terdiri dari tiga bagian titik:

1. Bagian awal

Pada awal tarian ini digambarkan Bagaimana prajurit Pangeran

Diponegoro mengadakan persiapan untuk latihan perang atau gladen alat yang

digunakan adalah senjata pedang dan tameng

7
2. Bagian tengah

Pada bagian ini menggambarkan isi dari latihan perang tersebut titik pada

bagian ini menunjukkan Bagaimana prajurit Pangeran Diponegoro mengadakan

latihan perang gerak-gerak yang digunakan di bagian tengah Ini menggunakan

gerakan tangan kosong tanpa senjata. Di mana mereka menggambarkan teknik

teknik peperangan seperti gelar supit urang , dedoro merto atau kuntul nebo.

3. Bagian akhir

Pada bagian ini merupakan penutup dari tari prajuritan dengan

menggunakan alat pedang dan tameng.

Dari semua rangkaian gerak yang ditampilkan dalam tari prajuritan mengandung

filosofi sebuah semangat dan kerja keras serta jiwa rela berkorban dalam melaksanakan

tugas yang pada saat itu para pasukan Pangeran Diponegoro mempunyai tugas untuk

menjaga keselamatan Pimpinan dan keselamatan wilayah dari serangan Belanda atau

penjajah dengan tidak membahayakan warga yang ada di sekitarnya.

Semboyan yang dimiliki oleh pasukan Pangeran Diponegoro pada saat itu adalah

“ Tiji Tibeh Mati Siji Mati Kabeh Mukti Siji Mukti Kabeh”. Hal ini menggambarkan

betapa pada saat itu pasukan Pangeran Diponegoro sudah mempunyai jiwa nasionalisme

dan patriotisme yang luar biasa dan jiwa ini yang harus dimiliki oleh generasi penerus

bangsa pada saat ini untuk menjaga keutuhan NKRI dari segala bentuk gangguan dan

ancaman.

8
C. Upaya dalam melestarikan Tari prajuritan

Kepedulian Pemerintah Kabupaten Semarang dalam menjaga warisan budaya yang telah

ada di dalam masyarakat sangat diharapkan.

Sudah terlihat upaya pemerintah Kabupaten Semarang dalam melestarikan

kesenian tradisional ini antara lain menampilkan an tari tradisional ini pada peringatan

hardiknas tahun 2018 di Kabupaten Semarang secara kolosal oleh siswa-siswi SD se

Kabupaten Semarang. Hal ini Seharusnya sejalan dengan pemangku pemangku

kepentingan kesenian yang lain sehingga upaya untuk melestarikan budaya yang sudah

ada bisa berbicara dengan lebih baik. Dengan demikian generasi muda akan dapat

mengambil hikmah dari perjuangan para pendahulunya untuk menjaga keutuhan NKRI

ini.

Begitu juga di beberapa wilayah kecamatan –kecamatan yang ada di Kab.

Semarang seperti Kec. Banyubiru , Getasan maupun Tuntang sering diadakan kegiatan

merti desa dengan menampilkan Tari Prajuritan sebagai pentas untuk menarik warga .

9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Tari prajuritan ini lahir karena kecintaan dari pasukan pangeran Diponegoro dalam

menjaga junjungan mereka dan keutuhan wilayah dari para penjajah Belanda, dimana

mereka dengan segala upaya menyamar sebagai penari agar tetap aman dalam

menjalankan tugasnya. Semangat menjaga persatuan dan kesatuan bangsa inilah yang

harus dimiliki oleh generasi - generasi penerus bangsa saat ini yang tumbuh dalam arus

globalisasi yang terkadang lupa dengan jati dirinya sebagai bangsa Indonesia.

Untuk itu perlu kita tunjukkan kesenian tradisional kita yang sarat dengan filosofi

kebangsaan tidak kalah indah dan menarik dengan kesenian dari luar.

B. Saran

Agar tetap lestari dan terjaga kesenian tradisional ini maka diperlukan kerjasama yang

baik antara pemangku kepentingan baik pemerintah, swasta maupun masyarakat dalam

upaya melestarikan budaya tradisional sebagai identitas bangsa dan ciri khas daerah

terutama Kab. Semarang. Marilah kita bangga sebagai bangsa Indonesia bangsa yang

berbudaya dengan segala yang kita miliki demi persatuan dan persatuan bangsa. Bangsa

yang ber Bhineka Tunggal Ika.

"Warisan budaya bangsa layak untuk dijaga demi kelangsungan hidup generasi

sebuah bangsa, mewarisi bukan hanya melestarikan tetapi bagaimana memaknai setiap

nilai dari peninggalan yang ada"

10
DAFTAR PUSTAKA

https://budayajawa.id/tari-prajuritan-kesenian-khas-kabupaten-semarang/ , diunduh tanggal

25 Maret 2019 pukul 20.00 wib

http://adi806.blogspot.com/2014/10/kesenian-kabsemarang.html , diunduh tanggal 25 Maret

2019 pukul 20.30 wib

Rusliana, Iyus 1986. Pendidikan Seni Tari untuk SMA, Bandung : Angkasa

Wardana, wisnu. 1990 . Kepekaan Estetis dalam Pendidikan Seni, Jakarta :Depdikbud
LAMPIRAN

FOTO - FOTO

Anda mungkin juga menyukai