Anda di halaman 1dari 6

Bulan Safar Menurut Islam – Mitos dan Dalilnya

Bulan Safar adalah bulan kedua dalam penanggalan Hijriyah yakni bulan sesudah Muharram menurut kalendar Islam atu Hijriyah
dari tahun Qamariyah atau perkiraan bulan mengelilingi bumi. Jika dilihat secara etimologi, Safar dalam bahasa Arab berarti
kosong, kuning dan nama dari penyakit. Berikut ini penjelasan tentang Bulan Safar menurut Islam.

Pemikiran Arab Jahiliyah


Bulan ini dinamakan bulan Safar dalam arti kosong sebab menjadi kebiasaan dari orang Arab pada jaman dulu yang meninggalkan
rumah mereka sehingga menjadi kosong pada bulan tersebut dalam artian menunjukkan arti yang negatif dan inilah yang akhirnya
memberikan arti jika bulan Safar adalah bulan yang harus diwaspadai karena memiliki banyak kesialan.

Ada juga yang mengatakan jika Safar diambil dari nama penyakit seperti yang juga diyakini orang Arab jahiliyah di masa lampau
yakni penyakit safar yang ada di perut sehingga akan membuat seseorang menjadi sakit karena terdapat ulat besar yang sangat
berbahaya. Sadar juga dinyatakan sebagai jenis angin berhawa panas yang terjadi pada perut serta banyak pengartian lainnya dari
kata Safar tersebut.

Pendapat yang menyatakan jika bulan Safar adalah bulan sial dan tidak baik untuk mengadakan sebuah acara penting merupakan
khufarat atau tahayul dan mitos. Khurafat adalah bentuk penyimpangan dalam akidah Islam. Beberapa keyakinan dalam hal ini
meliputi beberapa larangan seperti melakukan pernikahan, khitan dan berbagai perbuatan lain yang apabila dilakukan akan
menimbulkan musibah atau kesialan.

Pemikiran ini terus saja berkembang dari setiap generasi bahkan hingga sekarang yang dianggap sebagai bulan tidak
menguntungkan. Mitos akan hal ini sebenarnya sudah dibantah oleh Rasulullah SAW yang bersabda jika bulan Safar bukanlah bulan
yang sial dan sudah jelas tidak masuk dalam dasar hukum Islam.

Rasulullah SAW juga bersabda: “Tidak ada wabah dan tidak ada keburukan binatang terbang dan tiada kesialan bulan Safar dan
larilah (jauhkan diri) daripada penyakit kusta sebagaimana kamu melarikan diri dari seekor singa” (HR. Bukhari)

Beranggapan sial pada bulan Safar ini masuk kedalam jenis tathayyur yang dilarang dan masuk ke dalam jenis amalan jahiliyyah
yang sudah dibatalkan atau dihapus dalam Islam dan ini menjadi kebiasaan dari jahiliyyah sebab pada dasarnya, pada bulan ini
juga terdapat keutamaan bulan Shafar seperti pada bulan bulan lainnya yakni keutamaan bulan Muharram, keutamaan bulan
Dzulhijjah, keutamaan bulan Rabiul akhir dan sebagainya.

Bulan Safar Dalam Islam


Pada dasarnya, bulan Safar juga terdapat kebaikan serta keburukan seperti halnya bulan yang lain. Kebaikan yang ada hanya
semata mata datang dari Allah dan keburukan terjadi karena taqdir-Nya.

Rasulullah Shallahu ‘alaihi wa Sallam telah bersabda, “Tidak ada penularan penyakit (dengan sendirinya), tidak ada thiyarah, tidak
ada kesialan karena burung hantu, tidak ada kesialan pada bulan Shafar.” [HR. Al-Bukhari 5437, Muslim 2220, Abu Dawud 3911,
Ahmad (II/327)]

Selain itu, kepercayaan, mitos atau tahayul juga sudah secara tegas dibantah oleh Rasulullah SAW. Dari Abu Hurairah r.a., Nabi
Muhammad SAW bersabda, “Tidak ada penyakit menular (yang berlaku tanpa izin Allah), tidak ada buruk sangka pada sesuatu
kejadian, tidak ada malang pada burung hantu, dan tidak ada bala (bencana) pada bulan Safar (seperti yang dipercayai).”

Akan tetapi pada kenyataannya, masih banyak umat muslim yang percaya jika bulan Safar adalah bulan bencana yang bisa
memberikan banyak keburukan meskipun sudah dibantah dengan tegas oleh Rasulullah SAW. Sebuah keyakinan inilah yang dapat
menjerumuskan seseorang pada jurang kemusyrikan.

Sial, naas ataupun bala bisa terjadi kapan saja dan tidak hanya sebatas bulan Safar saja. Allah SWT menegaskan, “Katakanlah:
“Sekali-kali tidak akan menimpa Kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah untuk kami. Dialah pelindung Kami, dan hanya
kepada Allah orang-orang yang beriman harus bertawakal.” (QS. At-Taubah: 51 ).

Tidak terdapat amalan istimewa yang dikhususkan untuk dirayakan pada bulan Safar dan amalan yang ada dalam bulan Safar juga
sama dengan bulan lainnya. Kepercayaan tentang keburukan pada sebuah hari, bulan atau pun tempat hanyalah kepercayaan
jahiliyyah sebelum datangnya Islam.

Rasulullah Saw bersabda: “Tidak ada wabah dan tidak ada keburukan binatang atau hewan hala menurut Islam, binatang haram
dalam Islam, binatang terbang dan tiada kesialan bulan Safar dan larilah (jauhkan diri) daripada penyakit kusta sebagaimana kamu
melarikan diri dari seekor singa” (HR. Bukhari).

Keyakinan Syirik Bertentangan Dengan Islam


Awal dari kesyirikan yang beranggapan jika ada hari dan bulan yang baik dan buruk berasal dari adat jahiliyyah yang diterima dari
tukang sihir atau kahin dan bulan Safar menjadi salah satu bulan yang dimasukkan ke dalam jenis bulan penuh petaka.

 Masyarakat Arab jahiliyyah beranggapan jika bulan Safar merupakan bulan penuh sial. ( Shahih Bukhari no. 2380 dan Abu
Dawud no. 3915 ).

 Masyarakat Arab jahiliyyah meyakini jika ada penyakit cacing atau ular dalam perut yang dinamakan safar dan akan
berontak saat lapar sekaligus membunuh penderitanya yang juga diyakini lebih menular dari Jarab atau penyakit gatal. ( Shaih
Muslim : 1742, Ibnu Majah : 3539 )

 Keyakinan masyarakat Arab Jahiliyah bahwa pada bulan shafar tahun sekarang diharamkan untuk berperang dan pada
shafrar tahun berikutnya boleh berperang. ( Abu Dawud : 3913, 3914 ).

 Sebagian dari mereka beranggapan jika umrah di bulan haji termasuk bulan Muharram atau Safar awal merupakan
kejahatan terburuk di dunia. ( Bukhari no. 1489, Muslim : 1240, 1679 ).
 Sebagian orang di india yakni jika tiga belas hari pertama pada bulan Safar merupakan hari naas yang terdapat banyak
bala. ( Ad-Dahlawi, Risalah Tauhid )

 Sebagian umat Islam Indonesia pada setiap tahun lebih tepatnya hari Rebo wekasan Allah menurunkan tiga ratus dua
puluh malapetaka atau bencana. ( Al-Buni dalam Kitab Al-Firdaus serta Faridudin dalam Kitab Awradu Khawajah dan tokoh-tokoh
sufi lainnya ).

Pada hari Rebo wekasan ini juga diyakini tidak diperbolehkan melakukan kegiatan yang penting seperti perjalanan jauh,
pernikahan, berdagang dan sebagainya. Jika masih dilakukan, maka akan mendapat kesialan.

Meski banyak komentar negatif terhadap bulan Safar, namun sumber pokok ajaran Islam sendiri tidak mengenal adanya hari atau
bulan celaka, sial, naas, malang, buruk dan sejenisnya dan yang ada hanyalah setiap hari dan setiap bulan adalah baik. Jika
kesialan terjadi, maka itu adalah takdir dan tidak berhubungan dengan bulan yang tidak baik.

Peristiwa Bulan Safar Dalam Kehidupan Rasulullah SAW


Ibnu Qoyyim mengatakan, “Kemudian beliau berperang sendiri dalm perang ‘Abwan’ atau dikenal dengan ‘Waddan’ yaitu perang
yang pertama kali beliau ikut berperang sendiri. Terjadi pada bulan Shafar dua belas bulan dari peristiwa hijrah. Yang membawa
bendera perang adalah Hamzah bin Abdul Mutholib dan berwarna putih. Yang menggantikan di Madinah adalah Sa’ad bin Ubadah.
Orang-orang Muhajirin keluar khusus untuk menghadang barang dagangan Quraisy. Mereka tidak mendapatkan tipu daya.

Beliau juga berkata, “Ketika bulan Shafar (tahun ketiga Hijriyah). Kaum ‘Adhol dan Qorah’ datang, mereka menyebutkan di dalam
(kaum) mereka ada yang masuk Islam. Sehingga mereka meminta agar diutus bersama mereka orang yang mengajarkan agama
dan membacakan Qur’an sehingga bisa mengetahui cara cepat membaca Alquran. Sehingga diutus bersama mereka enam orang –
menurut pendapat Ibnu Ishaq, sementara Bukhori mengatakan, “Mereka ada sepuluh, diangkat jadi pemimpinnya adalah Martsad
bin Abi Martsad Al-Gonawi. Di dalamnya juga ada Khubaib bin Ady. Mereka pergi bersamanya, ketika sampai di Roji’ –yaitu mata air
kepunyaan Huzail kea rah Hijaz- mereka berkhianat. Mereka minta tolong suku Huzail lalu mereka datang mengepungnya. Maka
para sahabat hampir semuanya dibunuh sedangkan Khubaib bin Ady dan Zaid bin Datsinah ditawan. Keduanya dibawa dan dijual di
Mekkah yang merupakan tempat bersejarah Islam dan keduanya pernah membunuh pembesar (Mekkah) waktu perang Badar.
(Zadul Ma’ad, 3/244).

Ibnu Qoyyi berkata, “Sesungguhnya beliau berangkat (maksudnya ke Khaibar) di akhir bulan Muharam bukan di awalnya dan
ditaklukkan pada bulan Shafar.” (Zadul Ma’ad, 3/339-340).

Beliau mengatakan, “Ada utasan dari ‘Uzrah’ datang menghadap Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam pada bulan Shafar tahun
kesembilan. Ada duabelas orang di antaranya ada Hamzah bin Nukman dan Rasulullah bertanya, “Siapa kaum ini? Juru bicaranya
menjawab, “Orang yang tidak anda ingkari, kami dari Bani Uzrah. Saudara Qusay dari ibunya. Kami yang membantu Qusay, dan
menolong dari daerah Mekkah kabilah Khuza’ah dan Bani Bakr. Kami mempunyai kerabat dan keluarga. Rasulullah mengatakan,
“Selamat datang dan silahkan. Saya tidak mengetahui kalian. Kemudian mereka masuk Islam atau menjadi mualaf. Rasulullah
sallallahu alaihi wa sallam memberi kabar gembira dengan ditaklukkannya Syam, Heraklius kabur dari negaranya . Rasulullah juga
melarang mereka meminta ke dukun, dan memakan sembelihan yang mereka sembelih. Beliau juga memberitahu kepada mereka
bahwa tidak ada perintah qurban dan aqiqah (untuk menyembelih) untuk mereka selain berkurban. Mereka berdiam diri beberapa
hari di Dar Ramlah kemudian mereka pulang setelah diberi izin.” (Zadul Ma’ad, 3/657).

*Jika artikel ini bermanfaat, mohon di share ^V^!


8 Keutamaan Bulan Safar Menurut Islam yang Istimewa
Bulan Safar merupakan bulan kedua dalam kalender islam. Orang-orang mendefinisikan bulan Safar sebagai kekosongan. Hal ini
didasarkan pada sejarah islam di Arab Saudi yang menjelaskan kebiasaan masyarakat Arab jaman dahulu yang kerap
mengosongkan rumahnya untuk pergi berperang pada bulan Safar. Selain itu, orang Arab jahiliyah juga meyakini bahwa bulan Safar
merupakan bulan yang penuh malapetaka. Dan sayangnya, keyakinan ini masih terbawa hingga saat ini di beberapa kalangan umat
islam di dunia, termasuk Indonesia.

Beberapa khurafat pada bulan Safar, diantaranya:

1. Hari rabu terakhir adalah hari turunnya 320.00 bala

Ulama Indonesia terdahulu meyakini bahwa pada hari rabu terakhir di bulan Safar akan datang 320.000 musibah yang menimpa
manusia. Maka itu, hari tersebut diperingati sebagai Yaumi Nahsin Musta’mir.

Untuk menghindari bala tersebut, terdapat beberapa hal yang harus dilakukan:

 Tidak boleh berdangang

 Tidak boleh melakukan perjalanan jauh

 Tidak boleh menyelenggarakan acara khusus, seperti pernikahan, khitanan dan sebagainya

 Disunnahkan untuk berdoa memohon perlindungan kepada Allah, dengan didahului membaca surat Yaasin sebanyak 313
kali

 Melakukan sholat sunnah 4 rakaat. Dimana dalam sholat tersebut diharuskan membaca surat pendek diantaranya Al-
kautsar sebanyak 17 kali, Al-ikhlas sebanyak 5 kali, Ma’udzatain sebanyak 1 kali.

2. Pada 13 hari pertama adalah waktu datangnya bala

Di India keyakinan khurafat bulan Safar sedikit berbeda dari Indonesia. Masyarakat disana percaya bahwa pada 13 hari pertama
adalah waktu diturunkanya bala secara besar-besaran.

3. Diharamkan melakukan umrah

Masyarakat Arab jahiliyah terdahulu berkeyakinan bahwa melakukan umrah pada bulan Muharam atau Safar awal adalah kejahatan
terburuk di dunia

4. Safar dianggap sebagai cacing dalam perut

Orang-orang jahiliyah juga mempercayai bahwa ada cacing dalam perut yang disebut Safar. Cacing ini dianggap dapat menular dan
membunuh orang yang dijangkiti.

Dalil-Dalil yang Menegaskan Bahwa Bulan Safar Bukanlah Bulan Kesialan


Islam tidak pernah mengajarkan tentang khurafat ataupun tahayul. Kepercayaan terhadap hari-hari sial tentu dilarang dalam islam.
Sebab apa-apa yang menimpa manusia, entah itu buruk ataupun baik datangnya hanya dari Allah Ta’ala.

Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam juga telah membantah tentang kesialan pada hari Safar. Dalam suatu hadist
dijelaskan:

“Tidak ada wabah dan tidak ada keburukan binatang terbang dan tiada kesialan bulan Safar dan larilah (jauhkan diri) daripada
penyakit kusta sebagaimana kamu melarikan diri dari seekor singa.” (HR. Bukhari).

“Tiada kejangkitan, dan juga tiada mati penasaran, dan tiada juga Safhar”, kemudian seorang badui Arab berkata: “Wahai
Rasulullah SAW, onta-onta yang ada di padang pasir yang bagaikan sekelompok kijang, kemudian dicampuri oleh Seekor onta
betina berkudis, kenapa menjadi tertular oleh seekor onta betina yang berkudis tersebut ?”. Kemudian Rasulullah SAW menjawab:
“Lalu siapakah yang membuat onta yang pertama berkudis (siapa yang menjangkitinya)?” (HR. Bukhari dan Muslim).

Rasulullah shalallhu ‘alaihi wa salam bersabda: “.Allah telah menetapkan takdir untuk setiap makhluk sejak lima puluh ribu tahun
sebelum penciptaan langit dan bumi.” (HR. Muslim)

Ibnu Mas’ud RA pernah berkata: “Jika kesialan terdapat pada sesuatu maka ada di lidah, karena lidah adalah salah satu indera
manusia yang sering dibuat maksiat.”

Allah Ta’ala juga telah menjelaskan dalam firmanNya di Al-Quran:

 “Katakanlah (wahai Muhammad), tidak sekali-kali akan menimpa kami sesuatu pun melainkan apa yang telah ditetapkan
Allah bagi kami. Dialah pelindung yang menyelamatkan kami dan kepada Allah jualah hendaknya orang-orang yang beriman
bertawakkal.” (QS. At-Taubah 51).

 “Tidak ada sesuatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah; Dan barang siapa yang beriman
kepada Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu .” (QS. At Taghabun:
11)

 “Allah-lah yang menciptakan, mengatur, menguasai, mengizinkan segala sesuatu terjadi sesuai dengan takdir-Nya”. (QS.
Yunus: 31-33).
 “Jika Allah menimpakan sesuatu kemudaratan kepadamu, tidak ada yang dapat menghilangkannya kecuali Dia. Jika
Allah menghendaki kebaikan bagi kamu, tak ada yang dapat menolak karunia-Nya. Dia memberikan kebaikan itu kepada siapa yang
dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Yunus : 107).

 “Jika kamu ditimpa musibah, maka katakanlah “Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un (kita ini milik Allah, dan kepada-Nya kita
kembali)” (QS. Al Baqarah : 156).

 “Sampai waktu yang ditentukan, lalu Kami tentukan (bentuknya), maka Kami-lah sebaik-baik yang menentukan .” (Al-
Mursalaat: 22-23).

 “Apakah kamu tidak mengetahui bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa saja yang ada di langit dan di bumi?;
bahwasanya yang demikian itu terdapat dalam sebuah kitab (Lauh Mahfuzh). Sesungguhnya yang demikian itu amat mudah bagi
Allah” (QS. Al Hajj:70).

 “Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia
mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan
tidak jatuh sebutir biji-pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab
yang nyata (Lauh Mahfudz)”” (QS. Al An’am:59).

Keutamaan Bulan Safar Menurut Islam


Sebenarnya bulan Safar adalah bulan yang baik seperti halnya bulan-bulan lainnya. Selain itu, untuk amalan sunnah di bulan Safar
juga tidak ada hadist shahihnya. Nabi dan para sahabat tidak pernah mencontohkan amal-amal tertentu di bulan tersebut.

Adapun keutamaan bulan safar yang bisa kita ambil, diantaranya:

1. Berupaya menjadi pribadi yang ta’at dengan menjunjung tinggi nilai-nilai ketauhidan dan menolak khurafat

2. Bulan Safar menjadi bulan yang menguji keimanan kita. Terutama bagi yang tinggal di lingkungan yang masih
menerapkan amal-amal khurafat, kita tidak boleh ikut-ikutan.

3. Apabila terjadi musibah di bulan Safar, kita harus mempercayai bahwa itu ujian dari Allah Ta’ala. Bukan ujian yang datang
karena bulan tertentu. Ini menjadi tantangan bagi diri sendiri untuk meyakini ketetapan Allah Ta’ala.

4. Melatih diri untuk menjadi seseorang yang berpendirian dengan berpegang teguh pada Al-Quran dan As-sunnah.

5. Menjalani aktivitas seperti biasa di bulan Safar menjadi bukti bahwa kita tidak mempercayai khurafat. Nabi Muhammad
shallallahu alaihi wa sallam bersabda: “Barangsiapa yang keperluannya tidak dilaksanakan disebabkan berbuat thiyarah, sungguh
ia telah berbuat kesyirikan. Para sahabat bertanya, ’Bagaimanakah cara menghilangkan anggapan (thiyarah) seperti itu?’ Beliau
bersabda; ’Hendaklah engkau mengucapkan (doa), Ya Allah, tidak ada kebaikan kecuali itu datang dari Engkau, tidak ada kejelekan
kecuali itu adalah ketetapan dari Engkau, dan tidak ada yang berhak diibadahi dengan benar selain Engkau’.” (HR. Ahmad dan Ath-
Thabrani).

6. Meningkatkan ketaqwaan, menjalani apa-apa yang diperintahkan Allah Ta’ala dan menjauhi larangannya, termasuk
percaya pada hari sial tentu harus dihindari.

7. Melakukan amal ibadah harian yang dilakukan secara rutin di waktu yang sama, seperti sholat dhuha, witir, qobliyah,
ba’diyah, puasa senin-kamis tanpa memandang hari. Dengan tujuan semata-mata mengharap ridho Allah Ta’ala.

8. Kita bisa memberikan contoh yang baik kepada masyarakat untuk menjadi umat islam yang lurus dan tidak melakukan
ritual-ritual penolakan bala.

Dalam Al-Quran dijelaskan:

“Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah
menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. dan Barangsiapa mendurhakai
Allah dan Rasul-Nya Maka sungguhlah Dia telah sesat, sesat yang nyata .” (QS. Al Ahzab: 36)

“Apabila Allah menetapkan suatu perkara, Dia akan mengatakan, ‘Jadilah.’ Maka terjadilah.” (QS. Ali Imran: 47).

“Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul
Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (Kami jelaskan yang demikian
itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa
yang diberikan-Nya kepadamu..” (QS. Al Hadiid:22-23)

Pada intinya, tidak ada keutamaan tertentu pada bulan Safar menurut islam. Apabila kita melakukan amalan ibadah sebagaimana
yang dicontohkan Rasul dan para sahabatnya, serta memenuhi rukun islam, rukun iman, fungsi agama islam, dan Fungsi Al-quran
Bagi Umat Manusia maka insyaAllah kita mendapatkan pahala. Sedangkan untuk hal-hal yang mengacu pada kesialan, hendaknya
kita mempercayai qadha dan qadar Allah. Apapun itu harus diyakini sebagai takdir Allah. Kita hanya perlu berupaya sebaik
mungkin. Sedangkan hasilnya kita pasrahkan pada Allah Ta’ala. Dan yang terpenting kita jadikan Al-Quran sebagai pedoman untuk
memahami Tujuan Penciptaan Manusia, Proses Penciptaan Manusia , Hakikat Penciptaan Manusia , dan Konsep Manusia dalam
Islam.

Demikian penjelasan terkait apa saja keutamaan keutamaan yang ada di bulan safar dengan keistimewaannya, apabila
dilaksanakan. Keutamaan-keutamaan tersebut disinyalir mampu menambahkan pahala dan memudahkan jalan kita saat kita
berada di jalan menuju syurgaNya nanti. Semoga penjelasan diatas memberikan manfaat bagi kita para umat muslim dan
muslimah. Aamiin Ya Rabbal A’lamiin.
Kelebihan Dan Fadhilat Bulan Safar
Amalan-amalan sunat di bulan Safar adalah sama seperti amalan-amalan sunat
di bulan-bulan lain.

Tiada amalan-amalan istimewa yang khas untuk bulan Safar yang menjadi
amalan Rasulullah saw ataupun para sahabat mahupun salafus-soleh.

Kita dianjurkan untuk meningkatkan amalan-amalan baik dari hari ke hari


tanpa mengira apa jua bulan dalam taqwim.

Tingkatkan mutu amalan-amalan fardhu dan tambah amalan-amalan sunat


pada setiap masa seperti yang disarankan oleh Islam tidak kira di dalam bulan
mana sekalipun.

Yang penting adalah niat yang disertakan keikhlasan.

Kepercayaan dan Amalan-amalan Khurafat

Walaupun sudah semakin kurang namun masih ada segelintir di kalangan


masyarakat kita yang masih berpegang dengan kepercayaan dan amalan-
amalan karut datuk nenek moyang kita yang entah dari mana asasnya.

Di antara kepercayaan dan amalan-amalan karut yang berlaku dan ada kaitan
dengan bulan Safar itu ialah;

Rabu terakhir adalah hari malang

Biawak petanda celaka

Burung hantu petanda kemudharatan

Burung gagak petanda kematian

Bulan Safar adalah bulan bala

Kononnya untuk mengelakkan petanda-petanda buruk ini dari berlaku maka


disunatkan mandi Safar, berpuasa dan membuat kenduri tolak bala khas di
bulan Safar. Kepercayaan dan amalan-amalan di atas tadi adalah khurafat
kerana tiada asas ataupun sumber rujukan dari mana asalnya.

Adapun ada hadis-hadis yang mengatakan tentang perkara-perkara tersebut


adalah ditolak kerana ia adalah hadis palsu yang sengaja direka-reka dan
sudah dinafikan oleh satu hadis shahih yang diriwayatkan oleh imam Bukhari;

Maksudnya;

Tiada jangkitan, tiada sial, tiada kemudharatan burung, tiada bala bulan Safar
dan larilah engkau dari orang yang berpenyakit kusta seperti mana engkau lari
dari singa.

Maka hukum berpegang dengan kepercayaan karut adalah ditolak. Jika ia


berkaitan atau menyalahi akidah maka ia boleh membawa kepada syirik dan
merosakkan iman. Apabila iman sudah rosak, maka ia akan mempengaruhi
amalan maka amalan juga tidak akan diterima oleh Allah subhanahu wa ta’ala.

Beramal dengan perkara-perkara tersebut juga adalah ditolak kerana ia adalah


bid’ah dhalalah. Maka beramal dengan perkara-perkara bid’ah dhalalah adalah
haram hukumnya. Dan ada banyak lagi kepercayaan dan amalan-amalan yang
karut berkaitan dengan bulan Safar ini mengikut kawasan-kawasan dan kaum-
kaum tertentu.

Oleh itu ilmu agama yang berpandukan al-Qur’an dan as-Sunnah adalah neraca
untuk menilai setiap sesuatu sama ada mengikut Syarak atau sebaliknya.
Dalam memperbetulkan perlakuan segelintir umat di kalangan masyarakat
Islam yang masih berpegang dengan kepercayaan dan amalan-amalan karut
ini, maka pendakwah dan individu yang faham dan ingin membetulkannya
hendaklah melengkapkan diri dengan ilmu agama dan methodologi dakwah itu
sendiri agar kerja dakwah itu menjadi lebih berkesan dan lancar.

Anda mungkin juga menyukai