Anda di halaman 1dari 17

CRITICAL BOOK REVIEW (CBR)

(FILSAFAT ILMU)

Skor Nilai :

Nama Mahasiswa : AHMAD FADLI SILAEN

Nim : 8186182037

DosenPamong : Dr. Daulat Saragi

Mata Kuliah : FILSAFAT ILMU

Prodi Pendidikan Dasar


FAKULTAS PASCA SARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2018

CRITICAL BOOK REVIEW FILSAFAT ILMU DIKDAS 2018


KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Critical Book Filsafat Ilmu saya
selaku penulis berterima kasih kepada Bapak Dosen Pengampu Mata Kuliah yang telah
memberikan bimbingan kepada penulis. Penulis juga menyadari bahwa tugas Critical
Book ini masih banyak kekurangan oleh karena itu Penulis minta maaf jika ada
kesalahan dalam penulisan dan Penulis juga sangat mengharapkan kritikan dan saran
yang dapat membangun untuk kesempurnaan tugas ini.
Akhir kata Penulis ucapkan terima kasih semoga dapat bermanfaat dan dapat
menambah pengetahuan pembaca.

Medan, Oktober 2018

Penulis

CRITICAL BOOK REVIEW FILSAFAT ILMU DIKDAS 2018


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................ i

DAFTAR ISI............................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................

A. Latar Belakang.........................................................................................................

B. Rumusan Masalah.....................................................................................................

C. Tujuan.......................................................................................................................

BAB II RINGKASAN BUKU...................................................................................

A. Identitas Buku..........................................................................................................

B. Ringkasan Buku........................................................................................................

BAB III PEMBAHASAN..........................................................................................

KEUNGGULAN BUKU............................................................................................

KEKURANGAN BUKU............................................................................................

BAB IV PENUTUP...................................................................................................

KESIMPULAN...........................................................................................................

SARAN.......................................................................................................................

ii

CRITICAL BOOK REVIEW FILSAFAT ILMU DIKDAS 2018


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003,
dinyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Adapun fungsi pendidikan nasional
adalah mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa
yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab
(Fokusmedia, 2003).
Berdasarkan klasifikasi yang dilakukan Pusat Perbukuan Departemen
Pendidikan Nasional tentang buku-buku pendidikan diungkapkan terdapat empat jenis,
yaitu buku teks pelajaran, buku pengayaan, buku referensi, dan buku panduan pendidik
(2004: 4). Klasifikasi ini diperkuat lagi oleh Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Nomor 2 tahun 2008 pasal 6 (2) yang menyatakan bahwa “selain buku teks pelajaran,
pendidik dapat menggunakan buku panduan pendidik, buku pengayaan, dan buku
referensi dalam proses pembelajaran”. Berdasarkan ketentuan di atas maka terdapat
empat jenis buku yang digunakan dalam bidang pendidikan, yaitu (1) Buku Teks
Pelajaran; (2) Buku Pengayaan; (3) Buku Referensi; dan (4) Buku Panduan Pendidik.
Untuk memudahkan dalam memberikan klasifikasi dan pengertian pada buku-buku
pendidikan, dilakukan dua pengelompokan buku pendidikan yang ditentukan
berdasarkan ruang lingkup kewenangan dalam pengendalian kualitasnya, yaitu (1)
Buku Teks Pelajaran dan (2) Buku Nonteks Pelajaran. Berdasarkan Peraturan
Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan,
dinyatakan bahwa kewenangan untuk melakukan standarisasi buku teks pelajaran
adalah Badan Standardisasi Nasional Pendidikan (BSNP), sedangkan buku pengayaan,
referensi, dan panduan pendidik bukan merupakan kewenangan badan ini. Hal di atas

CRITICAL BOOK REVIEW FILSAFAT ILMU DIKDAS 2018


dipertegas lagi oleh surat Badan Standarisasi Nasional Pendidikan nomor
0103/BSNP/II/2006 tanggal 22 Februari 2006 yang menegaskan bahwa BSNP hanya
akan melaksanakan penilaian untuk Buku Teks Pelajaran dan tidak akan melakukan
penilaian atau telaah buku selain buku teks pelajaran. Oleh karena itu kewenangan
untuk melakukan stadarisasi buku-buku pendidikan, selain buku teks pelajaran adalah
Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional. Hal ini sesuai dengan Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional nomor 23 tahun 2006 tentang Struktur Organisasi Pusat-
pusat di Lingkungan Departemen Pendidikan Nasional. Dalam ketententuan tersebut
dinyatakan bahwa fungsi Pusat Perbukuan adalah melakukan pengembangan naskah,
pengendalian mutu buku, dan melakukan fasilitasi perbukuan, khususnya bagi lembaga
pendidikan dasar dan menengah.
Berdasarkan pengelompokkan di atas maka buku nonteks pelajaran berbeda
dengan buku teks pelajaran. Jika dicermati berdasarkan makna leksikal, buku teks
pelajaran merupakan buku yang dipakai untuk memelajari atau mendalami suatu
subjek pengetahuan dan ilmu serta teknologi atau suatu bidang studi, sehingga
mengandung penyajian asas-asas tentang subjek tersebut, termasuk karya kepanditaan
(scholarly, literary) terkait subjek yang bersangkutan. Sementara itu, buku nonteks
pelajaran merupakan buku-buku yang tidak digunakan secara langsung sebagai buku
untuk memelajari salah satu bidang studi pada lembaga pendidikan.
Berdasarkan Permendikbud Nomor 8 Tahun 2016 tentang Buku Yang Digunakan
Oleh Satuan Pendidikan, buku teks pelajaran adalah sumber pembelajaran utama untuk
mencapai kompetensi dasar dan kompetensi inti dan dinyatakan layak oleh
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk digunakan pada satuan pendidikan.
Sedangkan, buku non teks pelajaran adalah buku pengayaan untuk mendukung proses
pembelajaran pada setiap jenjang pendidikan dan jenis buku lain yang tersedia di
perpustakaan sekolah.
Buku yang digunakan oleh Satuan Pendidikan, baik berupa Buku Teks Pelajaran
maupun Buku Non Teks Pelajaran, merupakan sarana proses pembelajaran bagi guru
dan peserta didik, agar peserta didik dapat meningkatkan pengetahuan dasar untuk
jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Materi pengetahuan yang diinformasikan melalui
Buku Teks Pelajaran dan Buku Non Teks Pelajaran sangat penting.
Oleh karena itu penyajian materi harus ditata dengan menarik, mudah dipahami,
memiliki tingkat keterbacaan yang tinggi, dan memenuhi nilai/norma positif yang

CRITICAL BOOK REVIEW FILSAFAT ILMU DIKDAS 2018


berlaku di masyarakat, antara lain tidak mengandung unsur pornografi, paham
ekstrimisme, radikalisme, kekerasan, SARA, bias gender, dan tidak mengandung nilai
penyimpangan lainnya.
Buku Teks Pelajaran dan Buku Non Teks Pelajaran harus memuat unsur-unsur
kulit buku, yakni kulit depan, kulit belakang, dan punggung buku. Selain itu, buku teks
pelajaran dan buku non teks pelajaran juga harus memuat bagian-bagian buku, yang
meliputi bagian awal buku, bagian isi, dan bagian akhir buku.
Oleh karena itu, perlu diadakannya analisis terhadap buku non teks tersebut,
dalam hal ini Filsafat Pendidikan Gama Media tersebut telah benar-benar memenuhi
kriteria buku yang baik. Buku tersebut menarik untuk dikaji karena memiliki latar
belakang penerbit yang berbeda dan mengenai kesesuaiannya dengan buku teks yang
ideal serta telah memenuhi kriteria buku non teks yang baik. Untuk mengetahui materi-
materi yang disajikan di setiap bab tersebut memiliki kesesuaian keilmuan, kurikulum,
dan memiliki.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah buku “Filsafat Pendidikan Gama Media” sudah memenuhi standar aspek
materi, penyajian, dan bahasa buku teks pendamping yang baik?

C. Tujuan
1. Mengetahui buku “Filsafat Pendidikan Gama Media sudah memenuhi standar
aspek materi, penyajian, dan bahasa buku teks pendamping yang baik?

CRITICAL BOOK REVIEW FILSAFAT ILMU DIKDAS 2018


BAB II

RINGKASAN BUKU

1.1. Identitas Buku

1. Judul buku : FILSAFAT PENDIDIKAN


2. Pengarang : George R. Knight
3. Penerjemah : Dr. Mahmud Arif, M. Ag
4. Penerbit : Gama Media
5. Tahun terbit : 2008
6. Kota Terbit : Yokyakarta
7. Jumlah halaman : 252
8. ISBN : 979-3092-64-5

CRITICAL BOOK REVIEW FILSAFAT ILMU DIKDAS 2018


1.2. Ringkasan Buku
BAB I
HAKIKAT FILSAFAT DAN PENDIDIKAN
I. Mengapa Mengkaji Filsafat Pendidikan?
Mengkaji filsafat pendidikan adalah
1) untuk membantu para pendidik menjadi paham akan persoalan-persoalan
mendasar pendidikan
2) memungkinkan mereka untuk bisa mengevaluasi secara lebih baik tawaran-
tawaran yang sedemikian banyak sebagai solusi bagi persoalan-persoalan
3) untuk membekali mereka berpikir yang kalrifikatif tentang tujuan-tujuan hidup
dan pendidikan
4) untuk memberi bimbingan dalam pengembangan suatu sudut pandang yang
konsisten secara internal dan suatu program yang berhubungan secar realistic
dengan konteks dunia glonal yang lebih luas
II. Apakah Filsafat Itu?
Filsafat dalam arti teknis kiranya paling tepat dipahami sebagai tiga aspek, yaitu
sebuah aktivitas (kegiatan, serangkaian sikap, dan sebuah keterpaduan isi.
III. Apakah Pendidikan Itu?
Belajar adalah suatu proses yang tidak seperti sekolah, tidak terbatasi oleh
konteks kelembagaan. Pendidikan kiranya dapat dilihat sebagi bagian daei suatu
rangkaian belajar. Pelatihan adalah subrangkaian pendidikan, sementara
pendidikan adalah subrangkaian belajar.
Jadi, pendidikan dan pelatihan adalah bentuk khusus belajar, sedangkan
pelatihan adalah bentuk khusus pendidikan.

BAB 2
ISU-ISU FILOSOFIS DALAM PENDIDIKAN
Filsafat pendidikan tidak berbeda dengan filsafat umum, ia merupakan filsafat
umum yang diterapkan pada pendidikan sebagai suatu wilayah spesifik dari usaha
serius manusia. Untuk bisa melakukan ini, kita harus menelah pemetaan metafisika,
epistemology dan aksiologi.

CRITICAL BOOK REVIEW FILSAFAT ILMU DIKDAS 2018


A. Metafisika
Metafisika adalah cabang filsafat memperbincangkan tentang hakikat realitas.
Metafisika, kajian tentang realitas puncak, adalah pusat bagi konsep apa pun dari
pendidikan karena sangatlah penting bahwa program pendidikan sekolah itu
didasarkan atas fakta dan realitas daripada atas khayalan, ilusi atau angan-angan
kosong. Pengaruh ini berlangsung terhadap isu-isu kepentingan kependidikan
seperti dari kurikulum, system pendidikan apa yang harus diupayakan bagi
individu dan masyarakat, peran guru dan hubugan guru dengan murid.
B. Epistemology
Cabang filsafat yang mengkaji hakikat, sumber dan validitas (keabsahan)
pengetahuan adalah epistemology. Hubungan anatara metafisika dan
epistemologi adalah skeptimisme atau pendapat yang menganggap bahwa
tidaklah mungkin mencapai pengetahuan bahwa usaha pencarian kebenaran itu
sia-sia. Istilah yang dekat dengan skeptimisme adalah agnotisisme atau suatu
pernyataan ketidaktahuan, khususnya terkait dengan ada tidaknya Tuhan
daripada suatu penyangkalan atau keabsahan pengetahuan apapun.
Sumber-sumber pengetahuan yaitu panca indera, wahyu, otoritas, akal-fikir,
intuisi dan watak.
C. Aksiologi
Aksiologi adalah cabang filsafat yang berupaya menjawa persoalan. Aspek utama
pendidikan adalah pengembangan referensi (kecendrungan diri). Ruang kelas
merupakan teater dari aksiolgis dimana sang guru tidak bisa menyembunyikan
moral dirinya. Aksiologi mempunyai dua cabang yaitu etika (nilai dan perilaku
moral) dan estetika (prinsip perpaduan kreasi dan apresiasi terhadap keindahan
dan seni).

BAB 3
FILSAFAT TRADISONAL DAN PENDIDIKAN
Pendekatan yang berbeda terhadap pertanyaan memunculkan beragam aliran
filsafat seperti idelisme, realism, neoskolatisme, pragmatism atau ektensiaslisme.
Aktivitas pada zaman dahuku selalu mengacu pada kegiatan non ralistis. Aktivitas ini
menjadi sumber mindlessness pada penyelenggaraan pendidikan. Para pendidik harus
menyadari bahwa semua praktik-praktik pendidikan itu harus dibangun di atas asumsi-

CRITICAL BOOK REVIEW FILSAFAT ILMU DIKDAS 2018


asumsi yang berakar dari filsafat dan bahwa titik tolak filosifis yang berbeda dapat
membawa ke arah praktik-praktik pendidikan yang berlainan.
I. Idealism Pendidikan
Idealism dengan penekanannya pada ide-gagasan masa lampau, khususnya ide-
gagasan berkenaan dengan yang absolute, mempunyai kebijakan sosial yang
konservatif. Fungsi ini mengarah ke fungsi sosial sekolah yaitu melestarikan
warisan budaya dan melampaui pengetahuan tentang masa lampau. Sekolah
bukanlah agen perubahan, ia agaknya lebih sebagai pendukung status quo.
II. Realism Pendidikan
Menurut penganut realism, pelajar itu dipandang sebagai suatu organism hidup
yang dapat melalui pengalaman indrawiah, menangkap tatanan alam dunia ini
dan kemudian sampai pada pergumulan langsung dengan realitas. Metode
pengajaran penganut realism sangatlah dekat dengan epistemology, jika
kebenaran dicapai melalui serapan indrawi, maka pengalaman-pengalamn
belajar harus diorganisir pada tingkat luas dalam suatu cara memanfaatkan
indra-indra.
III. Neoskolatisme Pendidikan
Aliran neoskolatisme terdiri atas sekuler dan religious dimana keduanya
sangatlah konsisten dalam keterkaitan antara pandangan filosofis mereka
dengan rekomendasi-rekomendasi kependidikan. Pelajar menurut kedua aliran
ini adalah makhluk rasional yang memiliki potensi alamiah untuk menggapai
kebenaran dan pengetahuan. Hal ini diperkuat dengan aliran religious nya dima
pelajar sebagai makhluk spiritual yang dapat berhubungan dengan Tuhan.
Tanggung jawab sekolah adalah membantu pelajar mengembangkan
kemampuan-kemampuannya itu.

BAB 4
FILSAFAT-FILSAFAT MODERN DAN PENDIDIKAN
Filsafat tradisional mempunyai kesamaan dasar dalam hal kekhususan
memperhatikan metafisika yaitu persoalan tentang realitas. Terkait dengan dengan
filsafat modern, ada satu pergesaran yang jelas dalam jenjangan tiga kategori filosofis
dasar. Selama beberapa abad pengetahuan dan persfektif filosofis umat manusia berada
dalam keajegan (kestatisan). Pengetahuan baru apa yang ditemukan secara umum

CRITICAL BOOK REVIEW FILSAFAT ILMU DIKDAS 2018


tidaklah begitu banyak dan berkualitas sehingga masyarakat merasa kesulitas untuk
menyelaraskannya ke dalam pandangan dunia dan praktik keseharian mereka. Aliran
filsafat modern terdiri dari pragmatism dan eksistensialisme
I. Pragmatism Pendidikan
Pelajar dari sudut pandang epitemologis kalangan pragmatis adalah subjek yang
memiliki pengalaman, sehingga menjadikannya mampu mengggunakan
kecerdasannya untuk memecahkan siatuasi-situasi problematic. Guru dalam
kalangan ini merupakan pendamping yang lebih berpengalaman karenanya
dipandang sebagai pemndu atau pengarah dan sebagai penasehat serta pemandu
aktivitas-aktivitas subjek didik yang muncul di luar apa yang dibutuhkan subjek
didik tadi. Hal ini dia melaksanakan peran dalam kontek pertimbangan dan
pengalaman yang leih luas, akan tetapi ia tidak mendasarkan aktivitas-aktivitas
kelas pada apa yang merasa ia butuhkan.
II. Eksistensialisme Pendidikan
Kalangan eksistensialisme benar-benar terganggu akan apa yang mereka
dapatkan pada kemapanan pendidikan. Mereka dengan segera menegaskan
bahwa banyak dari apa yang disebut pendidikan sebenarnya tidaklah apa-apa
kecuali propaganda yang digunakan untuk memikat audiens. Guru pada
kalangan ini bukanlah sosok yang mempunyai jawaban-jawaban benar tak
terbantahkan. Ia kiranya lebih sebagai sesorang yang berkemauan membantu
para subjek didik mengeksplorasi jawaban-jawaban yang mungkin.

BAB 5
TEORI-TEORI PENDIDIKAN KONTEMPORER
Pada bab ini memfokuskan teori-teoriyang menjadikan persoalan-persoalan
pendidikan sebagaintiti tolaknya dan mencari jawaban-jawaban melalui pengaitan ke
filsafat. Formulasi teori-teori tersebut pada umumnya merupakan sebuah fenomena
abad XX. Banyak ciri-cirinya telah muncul pada masa lalu dalam sebuah bentuk
informal, akan tetapi elaborasi detailnya menanti konflik pendidikan yang secara sadar
menyeruak di abad ini.
I. Progresivisme
Progresivisme sebagai suatu teoti pendidikan muncul sebagai bentuk reaksi
terbatas terhadap pendidikan tradisional yang menekankan metode-metode

CRITICAL BOOK REVIEW FILSAFAT ILMU DIKDAS 2018


formal pengajaran, belajar mental (kejiwaan), dan susastra klasi peradaban
Barat. Proses pendidikan menemukan asal-muasal dari tujuannya pada anak.
Subjek-subjek didik adalah aktif bukan pasif. Peran guru adalah sebagai
penasihat, pembimbing dan pemandu daripada sebagai rujukan otoriter (tak bisa
dibantah) dan pengarah ruang kelas. Sekolah adalah sebuah dunia kecil
(miniature) masyarakat besar. Aktivitas ruang kelas memfokuskan pada
pemecahan masalah daripada metode-metode artificial (buatan) untuk
pengajaran materi kajian. Atmosfer sosial sekolah harus kooperatif dan
demokratis.
II. Perenialisme
Perenialisme modern secara umum menampilkan sebuah penolakan besar-
besaran terhadap cara pandang progresivisme. Bagi kalangan perenialisme,
permanensi (keajegan), meskipun pergolakan-pergolakan politik dan sosial yang
sangat menonjol, adalah lebih riil (nyata) daripada konsep perubahan kalangan
pragmatis. Dengan demikian kalangan perenialisme mempelopori gerakan
kembali pada hal-hal absolute dan memfokuskan pada ide-gagasan yang luhur
menyejarah dari budaya manusia, ide-gagasan semacam ini telah terbukti
keabsahan dan kegunaanya karena mampu bertahan dari ujian waktu.
Perenialisme adalah pendidikan klasik/tradisional dalam bentuk yang
diperbaharui yang lebih spesifik dalam formulasi-formulasi teoritisnya karena
kemunculannya dilatari oleh musuh yang nyata dan berpengaruh dalam
progrevisme kependidikan. Dalam kalangan ini dijelaskan beberapa maksud
yang mendasar. Manusia adalah hewan rasional. Hakikat (watak dasar) manusia
secara universal tak berubah, oleh karena itu, pendidikan harus sama untuk
setiap orang. Pengetahuan secara universal tak berubah, karena itu ada materi
kajian dasar tertentu yang harus diajarkan pada semua orang. Materi kajian,
bukan subjek didik, harus berada pada inti usaha serius kependidikan. Karya-
karya masa lampau adalah sebuah gudang pengetahuan dan kebijaksanaan yang
telah teruji waktu dan relevan dengan masa kita. Pengalam pendidikan adalah
lebih dari sebuah persiapan untuk hidup daripada sebuah kondisi kehidupan
yang riil.

CRITICAL BOOK REVIEW FILSAFAT ILMU DIKDAS 2018


III. Esensialisme
Kalangan esensialisme tidak seperti kalangan progresif dan perenialis, tidak
mempunyai dasar filosofi tunggal. Filsafat-filsafat yang melandasi esensialisme
adalah idealisme dan realism. Selain itu, tradisi esensialisme juga menghimpun
sejumlah nesar warga masyarakat yang risau kerena melihat sekolah-sekolah
‘mulai rusak’ dan perlu untuk kemabli kepada kedisiplinan yang keras serta
pengkajian hal-hal dasariah. Prinsip kalangan esensialisme mengacu pada tugas
pertama sekolah adalah mengajarkan pengetahuan dasariah. Belajar adalah
usaha keras dan menuntut kedisiplinan serta guru adalah lokus otoritas ruang
kelas.
IV. Rekonstruksionisme
Sebuah decade krisis berdampak pada ekonomi Eropa, Asia dan Amerika.
Seorang filsuf bergerak dan mempropagandakan dan mengajak para pendidik
untuk membuang mentalitas budak mereka, agar secara hati-hati menggpai
kekuatan dan kemudian berjuang membentuk suatu tatanan sosial baru yang
didasarkan pada system ekonomi kolektif dan prinsip-prinsip politik demokratis.
Prinsip yang terkadung dalam rekontrusionime ini berupa masyarakat dunia
sedang kondisi krisis, jika praktik praktik yang ada sekarang tidak dibalik
(diubah secara mendasar), maka peradaban yang kita kenal ini akan mengalami
kehancuran. Untuk itu solusi efektif satu-satunya bagi persoalan-persoalan dunia
kita adalah penciptaan tatanan sosial yang menjagat. Kemudian pendidikan
formal dapat menjadi agen utama dalam rekontruksi tatanan sosial. Hal ini
tercipta dengan metode-metode pengajaran harus didasarkan pada prinsip-
prinsip demokratis yang bertumpu apada kecerdasaran ‘asali’ jumlah mayoritas
untuk merenungkan dan menawarkan solusi yang paling valid bagi persoalan-
persoalan umat manusia. Jika pendidikan formal adalah bagian tak terpisahkan
dari solusi sosial dalam krisis dunia sekarang, maka ia harus secara aktif
mengajarkan perubahan sosial.
V. Behaviorisme
Sebuah aliran utama dalam pendidikan semenjak pertengahan abad ini adalah
behaviorisme. Behaviorisme mempunyai beragam akar ideologis. Salah satunya
adalah realism filosofis yang memusatkan perhatian pada hokum-hukum alam.
Prinsip kalangan ini berupa manusia adalah sebuah binatang yang berkembang

CRITICAL BOOK REVIEW FILSAFAT ILMU DIKDAS 2018


tinggi dan ia belajar sebagaimana binatang-binatang lainnya belajar. Kemudian
pendidikan merupakan sebuah proses rekayasa tingkah laku. Dimana peran guru
menciptakan sebuah ;ingkungan belajar yang efektif. Kemudian efisiensi,
ekonomi, ketepatan dan ojektivitas merupakan pertimbangan-pertimbangan
nilai inti dalam pendidikan.

BAB 6
FILSAFAT ANALITIS DAN PENDIDIKAN
Kiranya sangat tepat bila filsafat analitis dilihat sebagai sebuah perlawanan
terhadap tujuan-tujuan dan metode-metode filsafat tradisional. Ia bukanlah suatu aliran
filsafat, akan tetapi lebih sebagai sebuah pendekatan untuk berfilsafat. Gerakan analitis
dalam filsafat bukanlah sebuah filsafat sistematis seperti idealism dan pragmatism.
Filsafat analitis bertolak meninggalkan peran-peran spekulatif, prekriptif dan sintesis
dari filsafat. Akar-akar historis filsafat analitis modern dapat dilacak pada analisi
linguistic dan postivisme. Perlu dicatat bahwa filsafat analitis adalah sebuah istilah
“payung” yang mencakup sejumlah pemikiran yang berbeda yang merujuk pada
sebutan-sebutan semisal : positivisme logis, empirisme logis, analisis linguistic,
atomisme logis dan analisis Oxford.

BAB 7
KE ARAH FILSAFAT PERSONAL PENDIDIKAN
Setiap orang memiliki sebuah filsafat hidup yang kita bawa ke dalam ruang kelas.
Bagi seorang guru, menyelenggarakan dan menilai ujian untuk tujuan mendorong
siswa menguasai materi pelajaran tidaklah semata-mata usaha yang dilakukan guru
untuk mengukur pengetahuan. Ini menyiratkan sebuah kepercayaan menyangkut watak
dasar manusia, bahwa siswa-siswa tidak aka serius berusaha untuk menguasai materi
pelajaran jika guru tidak memberikan dorongan yang memadai (yakni, sebagai banyak
siswa cenderung bermalas-malas dalam persoalan intelektual.
Dalih bab ini adalah setiap pendidik memerlukan sebuah filsafat pendidikan
yang dipertimbangkan sepenuhnya dan diuji secara sadar jika ia bertindak
mendayagunakan waktu yang yang dimiliki dan energy siswanya. Sebuah renungan
brilian filsafat pendidikan hanya mempunyai nilai, jika ia menjadi sarana menuju suatu

CRITICAL BOOK REVIEW FILSAFAT ILMU DIKDAS 2018


tujuan, daripada menjadi tujuan itu sendiri. Tujuan demikian akan menjadikan praktik
pendidikan yang lebih berdaya guna.
Tanpa filsafat pendidikan, tidak bisa ada praktik yang bermakna. Dengan
demikian lagkah pertama dalam mengembangkan praktik adalah upaya logis
meningkatkan pemikiran Anda kerjakan dan mengapa Anda mengerjakannnya. Sama
pentingnya dengan filsafat pendidikan, bagaimanapun setiap pendidik harus menyadai
bahwa filsafat pendidikan hanyalah salah satu dari unsure-unsur fondasional yang
‘membingkai’ proses pendidikan.

BAB III
PEMBAHASAN
KEUNGGULAN BUKU :
- Cover pada buku ini terlihat cukup menarik perhatian pembaca karena cover
yang digunakan disertai oleh gambar-gambar dan beberapa warna yang
digunakan cukup menarik sehingga terkesan tertantang untuk membacanya.
- Setiap memiliki keterkaitan dikarenakan system bab nya berkelanjutan.
- Materi yang ada dalam buku ini cukup tersusun secara rapi sehingga para
pembaca mudah memahami isi buku dengan mudah.
- Materi sangat dalam dikupas habis dikarenakan pengarang yang dibidangnya
yaitu George R Knight (seorang Guru Besar Andrews University, Michigan, USA)
- Isi pada buku ini juga sangat bagus dikarenakan dalam setiap bab atau topik
pembahasan disertai dengan gambar-gambar yang membuat anak-anak atau
pembaca dapat lebih mengerti tentang pembahasan dalam buku ini. Buku ini
juga membuat kutipan yang langsung memiliki keterangan sumbernya sehingga
para pembaca yang membacanya dapat melihat terjemah dari kata-kata yang
terlalu rumit.
- Kehadiran buku ini mampu memberikan kehangatan dan pencerahan intelektual
tersendiri bagi para pembaca yang haus akan informasi kefilsafatan dan
pendidikan
- Bila selama ini pembaca dihantui perasaan minder dan bingung kala
mempelajari filsafat, maka keberadaan buku ini diharapkan dapat menemani dan
menjadi mitra dialog setia yang sanggup menumbuhkan rasa percaya diri.

CRITICAL BOOK REVIEW FILSAFAT ILMU DIKDAS 2018


Terdapat fitur menarik yakni,
- Penggunaan tanda baca yang digunakan di buku di dalam buku ini juga sudah
cukup baik.
- Harga cukup terjangkau untuk terjemahan
- Bagus dalam referensi buku non teks tambahan.

KEKURANGAN BUKU :
- Setiap bab memiliki beberapa kalimat cukup sulit dimengerti, khususnya
dibidang-bidang teoritikalnya.
- Kemutakhirannya menurut saya tidak ada yang lebih, semua berbentuk kata-
kata. Sebaiknya dikombinasikan dengan gambar, baik itu tokoh filsfunya atau
keterkaitannya dengen pencetus-pencetus teori.
- Adanya beberapa bahasa ilmiah yng dapat membuat pembaca salah penafsiran
dan membuat bingung pembaca

BAB IV
PENUTUP
KESIMPULAN :
Filsafat pendidikan tidak berbeda dengan filsafat umum, ia merupakan filsafat
umum yang diterapkan pada pendidikan sebagai suatu wilayah spesifik dari usaha
serius manusia. Untuk bisa melakukan ini, kita harus menelah pemetaan metafisika,
epistemology dan aksiologi. Pendekatan yang berbeda terhadap pertanyaan
memunculkan beragam aliran filsafat seperti idelisme, realism, neoskolatisme,
pragmatism atau ektensiaslisme. Aktivitas pada zaman dahuku selalu mengacu pada
kegiatan non ralistis. Aktivitas ini menjadi sumber mindlessness pada penyelenggaraan
pendidikan.
Filsafat tradisional mempunyai kesamaan dasar dalam hal kekhususan
memperhatikan metafisika yaitu persoalan tentang realitas. Terkait dengan dengan
filsafat modern, ada satu pergesaran yang jelas dalam jenjangan tiga kategori filosofis
dasar.

CRITICAL BOOK REVIEW FILSAFAT ILMU DIKDAS 2018


Formulasi teori-teori tersebut pada umumnya merupakan sebuah fenomena abad
XX. Banyak ciri-cirinya telah muncul pada masa lalu dalam sebuah bentuk informal,
akan tetapi elaborasi detailnya menanti konflik pendidikan yang secara sadar
menyeruak di abad ini.
Kiranya sangat tepat bila filsafat analitis dilihat sebagai sebuah perlawanan
terhadap tujuan-tujuan dan metode-metode filsafat tradisional. Ia bukanlah suatu aliran
filsafat, akan tetapi lebih sebagai sebuah pendekatan untuk berfilsafat. Gerakan analitis
dalam filsafat bukanlah sebuah filsafat sistematis seperti idealism dan pragmatism.
Filsafat analitis bertolak meninggalkan peran-peran spekulatif, prekriptif dan sintesis
dari filsafat. Akar-akar historis filsafat analitis modern dapat dilacak pada analisi
linguistic dan postivisme.
Tanpa filsafat pendidikan, tidak bisa ada praktik yang bermakna. Dengan demikian
lagkah pertama dalam mengembangkan praktik adalah upaya logis meningkatkan
pemikiran Anda

SARAN :
Salah satu tujuan filsafat pendidikan adalah membekali diri dengan alat-alat agar
bisa memahami secara lebih baik filsafat personal Anda, filsafat sosial dari budaya
tempat Anda hidup dan bekerja, serta sarana-sarana yang dapat Anda gunakan untuk
‘meramu’ kedua hal itu secara bertanggung jawab.
Kehadiran buku ini mampu memberikan kehangatan dan pencerahan intelektual
tersendiri bagi para pembaca yang haus akan informasi kefilsafatan dan pendidikan.
Bila selama ini pembaca dihantui perasaan minder dan bingung kala mempelajari
filsafat, maka keberadaan buku ini diharapkan dapat menemani dan menjadi mitra
dialog setia yang sanggup menumbuhkan rasa percaya diri.

CRITICAL BOOK REVIEW FILSAFAT ILMU DIKDAS 2018

Anda mungkin juga menyukai