Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH GIZI & DIET

MENU GIZI & DIET UNTUK PASIEN TYPOID

Disusun Oleh:
Kelompok 8

Zahrah Salsabila (P17320317001)


Aulia Fitriani (P17320317009)
Ririn Riswati (P17320317010)
Dea Amiranti Andini (P17320317027)
Dhani Septian (P17320317038)
Vina Alfiani (P17320317043)

TINGKAT IA
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANDUNG
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN BOGOR
2018
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Badan kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan jumlah kasus Demam Thypoid
di seluruh dunia mencapai 16-33 juta dengan 500-600 ribu kematian tiap tahunnya.
Demam Thypoid merupakan penyakit infeksi menular yang dapat terjadi pada anak
maupun dewasa. Anak merupakan yang paling rentan terkena Demam Thypoid,
walaupun gejala yang dialami anak lebih ringan dari dewasa, dihampir semua daerah
endemik insiden Demam Thypoid banyak terjadi pada anak usia 5-18 tahun
(Widoyono, 2008).
Demam Thypoid masih merupakan masalah kesehatan yg penting di berbagai
negara sedang berkembang. Besarnya angka pasti demam Thypoid di dunia ini sangat
sukar ditentukan, sebab penyakit ini dikenal mempunyai gejala dengan spectrum
klinisnya sangat luas. Di perkirakan angka kejadian dari 150/100.000/ tahun (Sudoyo,
2009).
Demam Thypoid menyerang penduduk di semua negara. Seperti penyakit
menular lainnya, demam Thypoid banyak di temukan di negara berkembang yang
hygiene pribadi dan sanitasi lingkungannya kurang baik. Prevalensi kasus bervariasi
tergantung dari lokasi, kondisi lingkungan setempat, dan perilaku masyarakat. Angka
insiden di Amerika sekitar tahun 1990 adalah 300-500 kasus per tahun dan terus
menurun. Prevalensi di Amerika Latin sekitar 150/100.000 penduduk setiap tahunnya,
sedangkan pervalensi di Asia jauh lebih banyak yaitu sekitar 900/10.000 penduduk per
tahun. Meskipun demam Thypoid menyerang semua umur, namun golongan terbesar
tetap pada usia kurang dari 20 tahun (Widoyono, 2008).
Prevalensi demam Thypoid paling tinggi pada usia 5 - 18 tahun karena pada
usia tersebut orang-orang cenderung memiliki aktivitas fisik yang banyak, atau dapat
dikatakan sibuk dengan pekerjaan dan kemudian kurang memperhatikan pola
makannya, akibatnya mereka cenderung lebih memilih makan di luar rumah, atau jajan
di tempat lain, khususnya pada anak usia sekolah, yang mungkin tingkat kebersihannya
masih kurang dimana bakteri Salmonella thypii banyak berkembang biak khususnya
dalam makanan sehingga mereka tertular demam Thypoid. Pada usia anak sekolah,
mereka cenderung kurang memperhatikan kebersihan atau hygiene perseorangannya
yang mungkin diakibatkan karena ketidaktahuannya bahwa dengan jajan makanan
sembarang dapat menyebabkan tertular penyakit demam Thypoid (Sudoyo, 2009).
Demam Thypoid masih merupakan penyakit endemik di Indonesia. Penyakit
ini termasuk penyakit menular yang tercantum dalam undang-undang no.6 tahun 1962
tentang wabah. Kelompok penyakit menular ini merupakan penyakit yang mudah
menular dan dapat menyerang banyak orang sehingga dapat menimbulkan wabah.
Surveilans Departemen Kesehatan RI, frekuensi kejadian demam Thypoid di Indonesia
pada tahun 2004 sebesar 9,2 dan pada tahun 2008 terjadi peningkatan frekuensi
menjadi 15,4/10.000 penduduk. Dari survai berbagai rumah sakit di Indonesia dari
tahun 2004 sampai dengan 2012 memperlihatkan peningkatan jumlah penderita sekitar
35,8% yaitu dari 19.596 menjadi 28.706 kasus.
Insiden demam Thypoid bervariasi di tiap daerah dan biasanya terkait dengan
sanitasi lingkungan, di daerah rural 157 kasus per 100.000 penduduk, sedangkan di
daerah urban ditemukan 760-810 per 100.000 penduduk. Perbedan insiden di perkotaan
berhubungan erat dengan penyadian air bersih yang belum memadai serta sanitasi
lingkungan dengan pembuangan sampah yang kurang memenuhi syarat kesehatan
lingkungan. Case fatality rate (CFR) demam Thypoid di tahun 2006 sebasar 1,08%
dari seluruh kematian di Indonesia. Namun demikian berdasarkan hasil survei
Kesehatan Rumah Tangga Departemen Kesehatan RI (SKRT Depkes RI) tahun 2005
demam Thypoid tidak termasuk dalam 10 penyakit dengan mortalitas tinggi (Sudoyo,
2009).
Penyakit Demam Thypoid termasuk penyakit yang mengalami angka kejadian
luar biasa (KLB) yang terjadi di Sulawesi, pada tahun 2010 menempati urutan ke-19
dari 22 (1,15%) (Depkes, 2010).
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu demam thypoid?
2. Bagaimana pencegahan dan terapi pada klien dengan demam thypoid?
3. Bagaimanakah cara diet pada klien dengan demam thypoid?

C. Manfaat Penelitian
1. Menambah pemahaman tentang diet demam typhoid yang berguna bagi

bidang kesehatan dan keperawatan.

2. Penelitian ini dimaksudkan untuk menambah wawasan dan pengetahuan

peneliti melalui tingkat kemampuan dan keterampilan dalam menghasilkan

karya tulis ilmiah.

3. Penelitian ini dimaksudkan untuk menambah wawasan dan pengetahuan

bagi tenaga kesehatan terkait tentang diet demam typhoid.

4. Penelitian ini dimaksudkan sebagai sumber informasi tentang diet demam

typhoid.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Demam Thypoid

Demam tifoid disebabkan oleh infeksi kuman Salmonella typhi, basil gram
negatif, berflagel (bergerak dengan bulu getar), anaerob, dan tidak menghasilkan
spora. Bakteri tersebut memasuki tubuh manusia melalui saluran pencernaan dan
manusia merupakan sumber utama infeksi yang mengeluarkan mikroorganisme
penyebab penyakit saat sedang sakit atau dalam pemulihan. Kuman ini dapat hidup
dengan baik sekali pada tubuh manusia maupun pada suhu yang lebih rendah sedikit,
namun mati pada suhu 70°C maupun oleh antiseptik (Soedarto, 1996).

Salmonella typhi memiliki tiga macam antigen yaitu, antigen O (somatik)


merupakan polisakarida yang sifatnya spesifik untuk grup Salmonella dan berada
pada permukaan organisme dan juga merupakan somatik antigen yang tidak
menyebar, H (flagela) terdapat pada flagella dan bersifat termolabil dan antigen Vi
berupa bahan termolabil yang diduga sebagai pelapis tipis dinding seli kuman dan
melindungi antigen O terhadap fagositosis (Mansjoer et, al 2008). Salmonella typhi
biasanya ditularkan oleh unggas yang terkontaminasi, daging merah, telur, dan susu
yang tidak dipasteurisasi. Juga ditularkan melalui kontak dengan hewan peliharaan
yang terinfeksi seperti kura-kura, reptil (Marlane 2008).

2.2 Patofisiologi Typhoid Fever

Salmonella typhi masuk kedalam tubuh manusia dengan melalui makanan dan
air yang tecemar. Sebagian kuman dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagian
lagi masuk kedalam usus halus dan mencapai jaringan limfoid plak peyeri di ileum
terminalis yang hipertrofi. Bila terjadi komplikasi pendarahan dan perforasi intestinal,
kuman menembus lamina propia, masuk aliran limfe mencapai kelanjar limfe
mesentrial dan masuk aliran darah melalui duktus torasikus (Mansjoer et, al 2008).
Salmonella typhi dapat mencapai hati melalui sirkulasi portal dari usus.
Salmonella typhi bersarang di plak peyeri, limfa, hati dan bagian-bagian lain sistem
retikuloendotelial. Endotoksin salmonella typhi berperan dalam proses inflamasi
lokal pada jaringan tempat kuman tersebut berkembang biak. Salmonella typhi dan
endotoksinnya merangsang sintesis dan pelepasan zat pirogen dan leukosit pada
jaringan yang meradang, sehingga terjadi demam (Mansjoer et, al 2008). Berikut ini
adalah skema penyebaran salmonella typhi di dalam organ tubuh.

2.3 Pencegahan dan Terapi

Penyakit typhoid fever disebabkan oleh salmonella typhi maka penderita perlu
diberikan antibiotik seperti ampisilin, azitromisin, chloramphenicol, sefalosporin
generasi ketiga, atau Bactrim (Marlane 2008). Terapi penyembuhan yang diberikan
dengan cara mengistirahatkan dan melakukan perawatan profesional yang bertujuan
untuk mencegah komplikasi dan mempercepat penyembuhan. Penderita typhoid fever
harus tirah baring sampai minimal 7 hari bebas demam atau kurang lebih selama 14
hari. Selain itu hygiene dan sanitasi perorangan harus dijaga.

Diet yang diberikan pada penderita typhoid fever adalah diet tinggi kalori dan
tinggi protein, diet ini bertujuan untuk mengganti kalori yang hilang akibat demam
dan memenuhi kebutuhan zat-zat gizi lainya agar gizi penderita normal kembali.
Setiap kenaikan 1ºC kebutuhan energi ditambahkan 13% dari energi basalnya
(Samkani dkk 2003).

Diet dan terapi yang diberikan pada penderita dilihat berdasarkan keadaan
penderita. Pada penderita yang mengalami komplikasi ataupun dengan keadaan yang
berat diberikan diet bubur saring, kemudian meningkat dengan pemberian bubur
kasar dan akhirnya nasi sesuai dengan kesembuhan. Namun dalam beberapa
penelitian menunjukkan bahwa pemberian makanan padat dini, yaitu nasi dengan
lauk pauk rendah selulosa (pantang sayuran dengan serat kasar) dapat diberikan
dengan aman. Selain makanan perlunya diberikan vitamin dan mineral yang cukup
untuk mendukung keadaan umum penderita. Diharapkan dengan menjaga keadaan
homeostasis, system imun akan tetap berfungsi dengan optimal.

2.4 Diet Demam Typhoid

Diet demam thypoid adalah diet yang berfungsi untuk memenuhi kebutuhan
makan penderita thypoid dalam bentuk makanan lunak rendah serat. Tujuan
utamanya adalah memenuhi kebutuhan nutrisi penderita demam thypoid dan
mencegah kekambuhan. Penderita penyakit demam Tifoid selama menjalani
perawatan haruslah mengikuti petunjuk diet yang dianjurkan oleh dokter untuk di
konsumsi, antara lain:

a) Makanan yang cukup cairan, kalori, vitamin & protein.


b) Tidak mengandung banyak serat.
c) Tidak merangsang dan tidak menimbulkan banyak gas.
d) Makanan lunak diberikan selama istirahat.

Makanan dengan rendah serat dan rendah sisa bertujuan untuk memberikan
makanan sesuai kebutuhan gizi yang sedikit mungkin meninggalkan sisa sehingga
dapat membatasi volume feses, dan tidak merangsang saluran cerna. Pemberian bubur
saring, juga ditujukan untuk menghindari terjadinya komplikasi perdarahan saluran
cerna atau perforasi usus. Syarat-syarat diet sisa rendah adalah:

1) Energi cukup sesuai dengan umur, jenis kelamin dan aktivitas


2) Protein cukup, yaitu 10-15% dari kebutuhan energi total
3) Lemak sedang, yaitu 10-25% dari kebutuhan energi total
4) Karbohidrat cukup, yaitu sisa kebutuhan energi total
5) Menghindari makanan berserat tinggi dan sedang sehingga asupan serat
maksimal 8 gr/hari. Pembatasan ini disesuaikan dengan toleransi perorangan
6) Menghindari susu, produk susu, daging berserat kasar (liat) sesuai dengan
toleransi perorangan.
7) Menghindari makanan yang terlalu berlemak, terlalu manis, terlalu asam dan
berbumbu tajam.
8) Makanan dimasak hingga lunak dan dihidangkan pada suhu tidak terlalu
panas dan dingin
9) Makanan sering diberikan dalam porsi kecil
10) Bila diberikan untuk jangka waktu lama atau dalam keadaan khusus, diet
perlu disertai suplemen vitamin dan mineral, makanan formula, atau makanan
parenteral.

Makanan yang dianjurkan untuk pasien thypoid antara lain :

1) Sumber karbohidrat : beras dibubur/tim, roti bakar, kentang rebus, krakers,


tepung-tepungan dibubur atau dibuat puding
2) Sumber protein hewani: daging empuk, hati, ayam, ikan direbus, ditumis,
dikukus,diungkep, dipanggang; telur direbus, ditim, diceplok air, didadar,
dicampur dalam makanan dan minuman; susu maksimal 2 gelas per hari
3) Sumber protein nabati : tahu, tempe ditim, direbus, ditumis; pindakas; susu
kedelai
4) Sayuran : sayuran berserat rendah dan sedang seperti kacang panjang, buncis
muda, bayam, labu siam, tomat masak, wortel direbus, dikukus, ditumis
5) Buah-buahan : semua sari buah; buah segar yang matang (tanpa kulit dan biji)
dan tidak banyak menimbulkan gas seperti pepaya , pisang, jeruk, alpukat
6) Lemak nabati : margarin, mentega, dan minyak dalam jumlah terbatas untuk
menumis, mengoles dan setup
7) Minuman : teh encer, sirup
8) Bumbu : garam, vetsin, gula, cuka, salam, laos, kunyit, kunci dalam jumlah
terbatas.

Sedangkan makanan yang tidak dianjurkan adalah :

1) Sumber karbohidrat : beras ketan, beras tumbuk/merah, roti whole wheat,


jagung, ubi, singkong, talas, tarcis, dodol dan kue-kue lain yang manis dan
gurih
2) Sumber protein hewani : daging berserat kasar (liat), serta daging, ayam, ikan
diawetkan, telur mata sapi, didadar
3) Sumber protein nabati : Kacang merah serta kacang-kacangan kering seperti
kacang tanah, kacang hijau, kacang kedelai, dan kacang tolo
4) Sayuran : sayuran yang berserat tinggi seperti : daun singkong, daun katuk,
daun pepaya, daun dan buah melinjo, oyong,timun serta semua sayuran yang
dimakan mentah
5) Buah-buahan : buah-buahan yang dimakan dengan kulit seperti apel, jambu
biji, jeruk yang dimakan dengan kulit ari; buah yang menimbulkan gas
seperti durian dan nangka
6) Lemak : minyak untuk menggoreng, lemak hewani, kelapa dan santan
7) Minuman : kopi dan teh kental; minuman yang mengandung soda dan alkohol
8) Bumbu : cabe dan merica

Contoh Menu Makanan untuk Penderita Tifus


 Makan Pagi :
a) Bubur ayam tanpa bumbu kuning saring
b) Telur Rebus Matang
c) Susu
 Makan Siang :
a) Tim saring
b) Abon ayam tabur
c) Sup/Sayur bening labu siam
d) Semangka potong
 Makan Malam :
a) Tim saring (Blender,dengan campuran dada ayam,udang
kupas,wortel,brokoli,sedikit bawang putih)
b) Sup tahu rebus
c) Pudding buah susu
d) Jus melon

Catatan:

 Pastikan banyak minum air putih.


 Tirah baring (istirahat total).
 Minum obat yang dianjurkan dokter secara teratur.
 Multivitamin.
 Selalu jaga kebersihan.
 Jauhkan pasien dari hewan peliharaan.

Pencegahan :

 Makanlah makanan dan minuman yang sudah pasti matang.


 Lindungi makanan dari lalat, kecoa dan tikus ataupun hewan peliharaan
 Cucilah tangan dengan sabun setelah beraktivitas
 Hindari jajan ditempat yang kurang bersih
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Demam thypoid yang tersebar di seluruh dunia tidak tergantung pada iklim.
Kebersihan perorangan yang buruk merupakan sumber dari penyakit ini meskipun
lingkungan hidup umumnya adalah baik. Penyakit demam tifoid ( Typhoid fever )
merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri Salmonella, khususnya turunannya
yaitu Salmonella typhi yang menyerang bagian saluran pencernaan. Dengan berbagai
transmisi yaitu transmisi oral, transmisi dari tangan ke mulut dan transmisi kotoran.
Diet pada orang yang terserang demam thypoid, makanan harus mengandung
cukup cairan, kalori dan tinggi protein, tidak merangsang dan tidak menimbulkan
banyak gas. Bahan makanan tidak boleh mengandung banyak serat, karena untuk
mengurangi kerja saluran cerna yang sedang bermasalah.
Pasien juga harus banyak mendapatkan asupan cairan baik dari oral maupun
melalui intravena untuk menggantikan cairan yang hilang yang diakibatkan dari gejala
yang muncul. Contoh makanan untuk penderita tifus: bubur, pudding, nasi tim ayam,
kentang tumbuk, biskuit, pisang, alpukat.

3.2 Saran
Dari uraian makalah yang telah disajikan maka kita harus selalu menjaga
kebersihan lingkungan, makanan yang dikonsumsi harus hygiene dan perlunya
penyuluhan kepada masyarakat tentang demam tifoid.

Anda mungkin juga menyukai