Kalasiris
5. Minoan Peradaban Eropa Pertama
3.000 SM .- Dasar-dasar: gaun berjenjang
- 1450 SM. dengan rok bundar, berwarna-
warni, detail rumit dalam pakaian
dan gaya rambut, lipit, payudara
terbuka, pinggang yang diikat,
kerawang, perawatan penting,
mandi adalah ritual sehari-hari.
(bentuk jam pasir)
Stola
10. The Dark Akhir dunia
Ages Dasar-dasar: bliaut, cyclas, celana
(Carolingia panjang, plaids, camisa, pakaian
n and berkerudung, capuchon, rok penuh,
Romanesqu tabard, lengan panjang, utilitarian,
e) 476 A.D "barbar," knot, kepang, kepang,
.-- 1150 iklim dingin.
11. Abad Styling Nasional dan Kurva S-
Pertengaha Curve
n, Gotik,Dasar-dasar: dipengaruhi oleh gaun
Abad Bizantium, bentuk vertikal, lebih
Pertengaha pas, gaun yang mengalir,
n 1150- cotehardie, jubah, tunik, surcote,
1485. sutra, brokat, wol, flemish, sebagian
berwarna, lambang, dagging,
hennins, wimple, barbette,
chaperone, kompleksi pucat ,
poulaines, munculnya lambang,
kesatria, Perang Salib, Kematian
Hitam.
12. Renaissanc . Fashion For Fashion's Sake
e 14-16 Dasar-dasar: bentuk menjadi lebih
abad bulat, menonjolkan aksentuasi,
kentut, korset, laci, jubah lipit,
pembuatan renda, codpieces, perut
buncis, bantalan untuk pria,
menebas, flamboyan, penjahit, lebih
longgar, pakaian lebih seksi.
13. Elizabethan
/ Jacobean Dasar-dasar: kekakuan, kekakuan,
1558-1603 linieritas, ruff, penampilan
flatchested, V-waist, farthingale,
bumroll, Venetian, blus dengan peti
terbuka untuk pria, mutiara, sepatu
berhak, wiski, ketat, rumit, kain
tebal dan mewah.
25. TAHUN
1950 Setelah WW II atau Perang Dunia
AWAL ke-2 usai, mulai menggeliat
(NEW teknologi tekstil buatan. Baju-baju
LOOK) dibuat dengan kain nilon, orlon, dan
dracon. Pasca perang, Fashion pada
tahun ini lebih merujuk pada citra
yang lebih segar namun tidak
seglamour pada tahun 1920.
26. TAHUN Selain gaya berbusana New Look.
1950 Tahun 1950 juga dihiasi dengan
AKHIR berkembangnya pakaian yang lebih
(PIN UP) urban namun tetap modis.
Dipengaruhi oleh lagu-lagu Elvis
Presley yang bernuansa Rock and
Roll dan juga gaya berbusana
Merlyn Monroe. Gaya urban dan
pop culture ini dikenal dengan
sebutan Pin Up. Gaya busana Pin
Up lebih cenderung ringan dan semi
terbuka.
Berbicara mengenai perkembangan Trend Fashion di Indonesia, tidak terlepas dari nama-nama
desainer atau perancang busana dan peristiwa yang terjadi pada masa perkembangan dunia
fashion Indonesia. Secara historis, sejak 700-1000 SM, tekstil dan kain telah didokumentasikan
sebagai salah satu produk penting yang dipertukarkan atau diperdagangkan antara bangsa-bangsa
dan kerajaan di Asia Tenggara. Sebagai contoh, Kerajaan Sriwijaya (Palembang)
memperdagangkan sumber daya alamnya untuk untuk ditukar dengan sutra dan gerabah dari
Cina, dan dengan India, mereka menukarkannya untuk kapas.
Definisi Fashion adalah setiap mode pakaian atau perhiasan yang populer selama waktu tertentu
atau pada tempat tertentu. Istilah fashion sering digunakan dalam arti positif, sebagai sinonim
untuk glamour, keindahan dan gaya atau style yang terus mengalamai perubahan dari satu
periode ke periode berikutnya, dari generasi ke generasi. Juga berfungsi sebagai refleksi dari
status sosial dan ekonomi, fungsi yang menjelaskan popularitas banyak gaya sepanjang sejarah
kostum. Fashion atau mode semakin menjadi industri yang menguntungkan di
dunia Internasional sebagai akibat dari munculnya rumah-rumah mode terkenal di dunia dan
majalah fashion.
Trend dan musim fashion sebagian besar didorong oleh perancang busana yang membuat dan
menghasilkan artikel pakaian. Dalam hal ini istilah Bisnis Fashion akan digunakan dalam arti
bisnis yang berhubungan dengan pakaian modis atau pakaian sebagai industri kreatif yang
diciptakan dan diproduksi oleh perancang busana. Tidak ada yang menyangkal bahwa karya
perancang busana memiliki kontribusi besar untuk industri garmen, karena saat ini para
pengusaha garmen akan perlu menggunakan keahlian para desainer 'untuk selalu up to date agar
tidak ketinggalan dengan trend fashion dunia.
Perkembangan Trend Fashion di Indonesia sangat dipengaruhi oleh budaya Eropa dan Asia
terutama Busana Korea belakangan ini. Fashion di Indonesia telah berkembang dengan baik
dalam sejarah. Sejak munculnya Non Kawilarang dan Peter Sie , pada tahun 1960, dunia mode
Indonesia telah menunjukkan potensi dan bakat yang luar biasa. Dalam perkembangan awalnya
Fashion Indonesia cenderung meniru gaya barat baik dalam bahan yang digunakan maupun
desain. Secara usia, orang tua di Indonesia umumnya lebih nyaman dengan kostum tradisional
seperti kebaya, terutama untuk menghadiri acara khusus, berbeda dengan usia muda yang lebih
sering tampil dengan mode gaya barat atau gaya busana korea. Sejak saat itu busana tradisional
secara harmonis berkembang sama baiknya dengan desain gaya barat hingga saat ini.
Tahun 1970 merupakan awal kemunculan dari Iwan Tirta, Harry Dharsono, Prajudi, Poppy
Dharsono dan Ramli yang telah memberikan signal dalam Dunia Fashion Indonesia kepada
dunia internasional melalui penciptaan mereka dan parade fashion di dalam maupun di luar
negeri. Dalam dekade tersebut, dunia fashion Indonesia mencatat kemajuan yang cukup besar.
Upaya dan kerja keras dari para desainer muda didukung oleh terbitnya majalah wanita
"Femina", majalah wanita baru yang dimulai penerbitan pada tahun 1972, yang banyak
memberikan perhatian serius terhadap dunia mode dengan menghadirkan berita trend fashion
dunia, sehingga memberikan spektrum yang lebih luas untuk fashion nasional di era ini.
Pia Alisjahbana merupakan wanita yang berpengaruh dalam mengelola majalah tersebut dan
memprakarsai Lomba Fashion Desainer pertama Tahunan pada tahun 1979. Acara ini menjadi
peristiwa penting yang berhasil mencetak banyak desainer muda berbakat seperti Samuel
Wattimena, Chossy Latu, Carmanita, Edward Hutabarat, dan Stephanus Hamy, menambah daftar
desainer yang ada seperti Arthur Harland, Susan Budiarjo, Thomas Sigar, Dandy Burhan,
Adrianto Halim, Corrie Kastubi, Ghea Panggabean, Biyan, Raizal Rais dan Itang Yunaz.
Nama mereka telah menjadikan titik sejarah untuk pengembangan industri fashion Indonesia.
Pada masa itu, peluang besar bagi perancang busana untuk mengembangkan design-nya
disupport oleh Pemerintah Indonesia. Departemen Perdagangan misalnya, mereka terlibat dalam
pameran internasional, pameran perdagangan, serta misi budaya, terutama di negara mode
terkemuka seperti Amerika Serikat, negara-negara Eropa dan Australia.
Sejarah Fashion Indonesia - Menurut Denys Lombard dalam bukunya Nusa Jawa: Silang
Budaya (1996) Kebaya berasal dari bahasa Arab ‘Kaba’ yang berarti ‘pakaian’ dan
diperkenalkan lewat bahasa Portugis ketika mereka mendarat di Asia Tenggara.
Kata Kebaya dapat diartikan sebagai jenis pakaian (atasan/blouse) pertama yang dipakai wanita
Indonesia pada kurun waktu abad ke-15 atau ke-16 Masehi. Argumen Lombard tentu dapat
diterima terutama lewat analogi penelusuran lingustik yang memang sampai saat ini kita masih
mengenal ‘Abaya’ yang dapat diartikan tunik panjang khas Arab.
Sementara sebagian yang lainnya percaya Kebaya kaitannya dengan pakaian tunik perempuan
pada masa Dinasti Ming di Cina, dan ini membawa pengaruh setelah imigrasi besar-besaran
menyambangi semenanjung Asia Selatan dan Tenggara di abad ke-13 hingga ke-16 Masehi.
Terlepas dari asal usulnya yang Arab, atau Portugis, atau Cina, kita sangat mahfum bahwa
penyebarannya ini memang dari arah utara kepulauan Indonesia. Artinya, negara-negara yang
dilewati oleh penyebaran ala bangsa Arab, Portugis, dan Cina bisa jadi mereka memiliki versi
berbeda dari kebayanya masing-masing.
Dan akhirnya, Jawa menjadi tujuan penyebaran paling selatan, karena tidak diketemukan
jejaknya lagi di kepulauan Pasifik barat atau semenanjung utara Australia.
Hingga pada pertengahan abad ke-18, ada dua jenis kebaya yang banyak dipakai masyarakat,
yakni kebaya Encim, busana yang dikenakan perempuan Cina keturunan di Indonesia, dan
kebaya Putu Baru, busana bergaya tunik pendek berwarna-warni dengan motif yang cantik.
Terlepas dari asal usulnya yang Arab, atau Portugis, atau Cina, kita sangat mahfum bahwa
penyebarannya ini memang dari arah utara kepulauan Indonesia. Artinya, negara-negara yang
dilewati oleh penyebaran ala bangsa Arab, Portugis, dan Cina bisa jadi mereka memiliki versi
berbeda dari kebayanya masing-masing.
Dan akhirnya, Jawa menjadi tujuan penyebaran paling selatan, karena tidak diketemukan
jejaknya lagi di kepulauan Pasifik barat atau semenanjung utara Australia.
Hingga pada pertengahan abad ke-18, ada dua jenis kebaya yang banyak dipakai masyarakat,
yakni kebaya Encim, busana yang dikenakan perempuan Cina keturunan di Indonesia, dan
kebaya Putu Baru, busana bergaya tunik pendek berwarna-warni dengan motif yang cantik.
Terlepas dari asal usulnya yang Arab, atau Portugis, atau Cina, kita sangat mahfum bahwa
penyebarannya ini memang dari arah utara kepulauan Indonesia. Artinya, negara-negara yang
dilewati oleh penyebaran ala bangsa Arab, Portugis, dan Cina bisa jadi mereka memiliki versi
berbeda dari kebayanya masing-masing.
Dan akhirnya, Jawa menjadi tujuan penyebaran paling selatan, karena tidak diketemukan
jejaknya lagi di kepulauan Pasifik barat atau semenanjung utara Australia.
Hingga pada pertengahan abad ke-18, ada dua jenis kebaya yang banyak dipakai masyarakat,
yakni kebaya Encim, busana yang dikenakan perempuan Cina keturunan di Indonesia, dan
kebaya Putu Baru, busana bergaya tunik pendek berwarna-warni dengan motif yang cantik.
Tahun 1950
Tahun '50-an ditandai dengan gaya berbusana klasik yang elegan, yang populer dengan sebutan
gaya "New Look" yang diadaptasi dari tren fashion dunia. Dahulu, model busana ini sering
dianggap sebagai model rancangan Christian Dior, yang pada tahun 1947 memperkenalkan
corolle line, namun kemudian lebih dikenal sebagai The New Look.
Desain busana New Look benar-benar merupakan kebalikan dari sikap ekonomis atau hemat.
Pasalnya, untuk satu busana saja membutuhkan bahan kira-kira sepanjang lebih dari 23 meter.
Gaya New Look menitikberatkan pada bentuk tubuh wanita yang dibesar-besarkan pada bagian
pinggang ke bawah. Dengan bantuan pakaian dalam yang bertulang (boned) dan bahan yang
dikakukan secara otomatis model rok New Look seakan mengembang besar. Ini adalah beberapa
desain busana dengan gaya new look:
Pada awal kemunculannya, New Look menimbulkan kontroversi di seluruh dunia Barat. Meski
banyak wanita pada zaman itu mengadopsi gaya ini, tetapi banyak pula yang menolak karena
New Look dianggap sebagai busana pemborosan dan artificial (palsu).
The House of Dior (rumah mode milik Christian Dior, red) dijaga ketat oleh wanita-wanita yang
berang masa itu. Beruntungnya, justru akibat pemberitaan kontroversi tersebut, publisitas New
Look semakin melambung dalam semalam saja. New Look kemudian terus berlanjut bahkan
dalam beragam variasi bentuk hingga pertengahan tahun 1950-an.
Tahun 1960
Mode di tahun '60-an terasa lebih berwarna dan bervariasi. Selain gaya berbusana elegan dan
chic ala Jackie O yang juga menyebar ke Indonesia, gaya ini juga dimeriahkan dengan gaya
serba mini. Menjelang akhir '60-an, gaya serba mini ini berkolaborasi dengan motif-motif berani,
yang kemudian di Indonesia dikenal dengan istilah A Go-go Look
Tahun 1970-1990
Tahun '70-an mode di Indonesia terlihat makin berwarna. Kehadiran perancang baru membuat
nuansa warna yang sudah ada terlihat semakin kuat dan menarik. Tahun '70-an ini identik dengan
gaya hippies serta gaya disco. Karena itulah gaya berbusana yang populer di era ini didominasi
oleh celana bell bottom, kemeja pas badan dengan kerah super lebar, dan sebagainiya. Siluet
untuk busana wanita sendiri masih banyak mengolah gaya mini serta potongan longgar.
Spoiler for Fashion Tahun 1970:
Tahun '80-an adalah era 'powerful women'. Sesuai dengan era tersebut, di masa ini bermunculan
busana dengan siluet serta besar, seperti padding yang menonjol di bagian bahu, siluet busana
yang besar dan cenderung longgar. Permaian detail dan aksen berukuran besar (seperti kancing-
kancing misalnya), serta paduan warna kontras. Perancang Indonesia di masa itu sangat
terpengaruh dengan gaya ini, sehingga gaya berbusana yang ada pun cenderung berukuran besar.
90-an hingga sekarang adalah masa di mana gaya individual terlihat semakin berani bersuara.
Tak heran jika di era ini, para perancang busana berbakat yang jumlahnya semakin banyak hadir
dengan keunikan sendiri yang mencerminkan karakter mereka masing-masing.
Ada yang menampilkan gaya busana serba tumpuk beraura vintage, ada yang bergaya maskulin,
bergaya cantik, terkesan mewah dan elegan hingga yang beragaya unik.
Dunia mode nasional mulai mengadaptasi kegiatan mode eropa. Salah satunya koreografi dalam
peragaan busana. Sejak diperkenalkan Norbert Schmitt pada tahun 1969 di Eropa, koreografi
untuk peragaan busana mendarat di Jakarta pada tahun 1974.
Perintis nasionalnya adalah Rudy Wowor yang merupakan murid Schmitt. Pada saat itu, istilah
show director dalam peragaan busana belum dikenal sehingga beliau tak saja mengatur langkah
dan ekspresi sang model, tapi juga menata pencahayaan, dekorasi dan musik pengiring. Profesi
koreografer ini lalu diikuti Doddy Haykel, Denny Malik dan Guruh Sukarnoputera.
Dalam dunia jurnalisme mode, majalah wanita Femina hadir pada tahun 1972. Menurut catatan
situsnya, Femina menunjukkan perhatian besar kepada dunia mode sejak edisi keduanya (bulan
Oktober) melalui sebuah reportase tren mode yang ditulis oleh Irma Hadisurya.
Selain menghadirkan berita mode dari pusat mode seperti Pierre Cardin, Femina pun
menunjukkan apresiasi terhadap mode nasional. Terutama saat Pia Alisjahbana dan Irma
Hadisurya mengusulkan Femi na mengadakan Lomba Perancang Mode secara tahunan sejak
tahun 1979. Dari ajang inilah hingga sekarang banyak disainer baru muncul seperti Chossy Latu,
Samuel Wattimena, Carmanita, Edward Hutabarat, dan Stephanus Hamy.
Sementara itu, keterbatasan kesempatan bersekolah mode atau rancang busana di tanah air tak
mematahkan semangat mereka yang ingin menjadi desainer. Sebagian melanglang buana ke luar
negeri. Harry Dharsono, Poppy Dharsono, dan Iwan Tirta adalah beberapa contohnya.
Tahun 1990-2008
Tahun 1990-an ditandai dengan isu globalisasi dan internet. Artinya, kemudahan masyarakat
mengakses informasi mode dari luar negeri menyebabkan kegandrungan akan budaya barat yang
glamour. Glamoritas ini terasa pada karya disainer-disainer yang naik daun di tahun 1990-an.
Sebastian Gunawan, misalnya.
Setelah menggelar koleksinya yang terdiri atas ballgown dan ane ka payet, manik dan kristal,
demam kemewahan ala selebritas Hollywood pun mewabah. Kemewahan ini juga terasa melalui
gaun-gaun Biyan, Arantxa Adi, Adjie Notonegoro dan Eddy Betty. Hingga akhir 1990-an,
persaingan untuk mendapatkan tempat di hati para pecinta mode semakin ketat diikuti semakin
banyaknya nama-nama baru, apalagi dengan kehadiran sekolah mode franchisee seperti Esmod
dan Lasalle.
Di tahun 2000-an, mode Indonesia semakin kaya akan ide dan inspirasi. Setiap disainer memiliki
ciri tersendiri. Adrian Gan, Obin, Kiata Kwanda, Sally Koeswanto, Tri Handoko dan Irsan selalu
memukau dengan busana-busana mereka yang sangat bernafaskan seni. Ada juga yang sukses
mensosialisasikan busana tradisional sebagai busana modern seperti Edward Hutabarat dan Anne
Avantie.
Beberapa meraih penghargaan melalui event seperti Indonesian Mercedes Benz Fashion Award
dan Harper’s Bazaar fashion Concerto. Ada pula yang ditampilkan melalui film seperti busana
Tri Handoko, Sebastian Gunawan dan Didi Budiarjo yang dikenakan Aida Nurmala dalam film
Arisan. Namun, ada juga yang lebih sukses di luar negeri seperti Farah Angsana di Paris atau
Mardiana Ika dan Ali Charisma di Hongkong.
2010 hingga sekarang.
Demam K-pop yang melanda Indonesia turut mempengaruhi perkembangan fashion di tanah air.
Lihat saja gaya remaja Indonesia sekarang yang mengikuti tren fashion korea. Hal ini
dikarenakan semakin banyaknya boy band dan girl band korea yang begitu popular , bahkan
sekarang begitu banyak bermunculan boy band dan girl band Indonesia yang meniru gaya
maupun fashion mereka.
"History of The Flapper Dress"
Tahun itu merupakan tahun “kebangkitan” dan emansipasi wanita dalam dunia fashion yang kini
mewarnai dan mempercantik penampilan kita. Salah satu model pakaian yang paling menonjol
dalam tahun kebangkitan itu adalah flapper dress. Beragam arti pun tersimpan dalam pengertian
flapper.
a. Pertama, flapper diartikan seekor anak burung yang sudah ditumbuhi bulu-bulu halus
dan sedang belajar mengepakan sayap untuk terbang.
b. Flapper juga dimaknai sebagai seorang wanita dalam masa tanggung (belum dewasa, namun
sudah bukan anak-anak lagi).
c. Makna lainnya, flapper juga digambarkan sebagai seorang wanita muda yang berkesan
mandiri, bebas, sensual, berani dengan tantangan, dan ceria.
Selain itu, istilah flapper dalam versi lain muncul karena gaya berbusana yang minim, dengan
sepatu boots yang dilonggarkan sehingga berbunyi ‘flap-flap’ saat dipakai ketika berjalan.
Flapper sendiri kemudian dijadikan sebuah sebutan untuk sebuah dress yang populer hingga saat
ini. Inilah flapper dress.
TUGAS 3
MAKALAH
Dosen Pengampu:
Oleh :
Dita Bella
NIM 1800841
2019
DAFTAR PUSTAKA
Riyanto, A. A. (2005). Sejarah dan perkembangan mode busana. [Online]. Diakses melalui
http://file.upi.edu/Direktori/FPTK/JUR._PEND._KESEJAHTERAAN_KELUARGA/194
608291975012ARIFAH/2005__Sejarah_%26_Perkemb_Mode_Busana__19_Juli_2005_.
pdf (4 Maret 2019).
Wati, S. (2018). Sejarah asal usul busana. [Online]. Diakses melaui https://www.menggambar-
unik.com/2018/02/sejarah-asal-usul-busana.html (4 Maret 2019).