Anda di halaman 1dari 10

DAMPAK EKOWISATA DAN AGROWISATAV (EKO-AGROWISATA) TERHADAP

SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DI DESA CIBUNTU


(Studi Kasus di Desa Cibuntu, Kecamatan Pasawahan Kabupaten Kuningan, Jawa Barat)

Oleh :
1
Chania Alfatianda, 2Endah Djuwendah
1,2
Departemen Sosial Ekonomi Pertanian Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas
Padjadjaran (UNPAD)

Abstrak
Ekowisata merupakan salah satu jenis pariwisata yang ada di Indonesia. Ekowisata adalah
suatu kegiatan wisata yang memanfaatkan alam dan masyarakat sebagai objek wisata. Kabupaten
Kuningan merupakan salah satu Kabupaten di Jawa Barat yang memiliki objek wisata salah
satunya ekowisata dan agrowisata (Eko-agrowisata) Desa Cibuntu Kecamatan Pasawahan. Eko-
agrowisata Desa Cibuntu menyajikan berbagai produk wisata seperti wisata alam Taman Nasional
Gunung Ciremai (TNGC) , wisata Curug (Air Terjun), wisata mata air alami, situs purbakala,dan
wisata budaya. Adanya Eko-agrowisata di Desa Cibuntu merupakan hal baru bagi masyarakat
setempat yang akan berdampak pada kehidupan sehari-hari.Dampak tersebut dapat berupa
dampak positif atau dampak negatif.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis keragaan eko-agrowisata
dan profil masyarakat, mengidentifikasi dan menganalisis partisipasi masyarakat dan lembaga
lainnya dalam pengelolaan eko-agrowisata serta mengetahui dan menganalisis dampak eko-
agrowisata terhadap keadaan sosial dan ekonomi masyarakat di Desa Cibuntu Kecamatan
Pasawahan Kabupaten Kuningan. Penelitian menggunakan metode desktiptif kualitatif dengan
teknis studi kasus. Teknis pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara mendalam
(deep interview), triangulasi dan studi kepustakaan.
Hasil penelitian menunjukan bahwa Eko-agrowisata berdampak positif terhadap kondisi sosial dan
ekonomi masyarakat. Dalam kondisi sosial dampak tersebut terlihat dari adanya perubahan
kualitas masyarakat dalam berbagai kegiatan sosial seperti gotong-royong menjaga kebersihan,
menjaga keamanan, membangun fasilitas umum, kegiatan sosial kemasyarakatan, penyelenggaraan
upacara kebudayaan dan kondisi fisik desa. Sedangkan dampak ekonomi terlihat adanya kenaikan
pendapatan dan tersedianya lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat.

Kata kunci : Ekowisata, agrowisata, dampak, masyarakat, sosial, ekonomi

PENDAHULUAN ekowisata ini terdapat kolaborasi yang apabila


Terbitnya Peraturan Menteri Dalam alam dijaga dan dilestarikan maka masyarakat
Negeri Nomor 33 Tahun 2009 tentang akan mendapatkan dampak yang positif dari
Pedoman Pengembangan Ekowisata di Daerah alam baik itu dalam jangka pendek atau jangka
telah mendorong Pemerintah Daerah untuk panjang. Dampak jangka pendek dapat berupa
mengembangkan ekowisata yang belakangan keuntungan materi yang diperoleh dari
ini telah menjadi trend dalam kegiatan pengelolaan ekowisata ini, sedangkan dampak
kepariwisataan di Indonesia. Peraturan ini jangka panjang adalah melestarikan lingkungan
menjelaskan bahwa ekowisata merupakan hidup.
potensi sumber daya alam, lingkungan, serta Menurut Drumm (dalam Sudiarta,
keunikan alam dan budaya yang dapat menjadi 2006) terdapat enam keuntungan dalam
salah satu sektor unggulan daerah. implementasi kegiatan ekowisata yaitu; (1)
Ekowisata tidak hanya bisa dijadikan memberikan nilai ekonomi dalam kegiatan
sektor unggulan namun juga bisa menjadi salah ekosistem didalam lingkungan yang dijadikan
satu solusi dalam menjaga kelestarian alam. sebagai objek wisata; (2) menghasilkan
Ekowisata merupakan suatu bentuk perjalan keuntungan secara langsung untuk pelestarian
wisata ke area alam yang dilakukan dengan lingkungann; 3) memberikan keuntungan
tujuan menjaga lingkungan dan kesejahteraan secara langsung dan tidak langsung bagi para
penduduk setempat. Dalam ekowisata terdapat stekholders; (4) membangun konstituensi untuk
adanya harmonisasi antara alam dengan konservasi secara lokal, nasional dan
massyarakat yang pada prinsipnya dalam internasional; (5) mempromosikan penggunaan

Halaman | 434
Jurnal Ilmiah Mahasiswa AGROINFO GALUH
Volume 4 Nomor 3, Sepetember 2017

sumberdaya alam yang berkelanjutan, dan (6) Tabel 1. Jumlah dan Presentase Produk
mengurangi ancaman terhadap Wisata Di Kabupaten Kuningan Tahun
keanekaragaman hayati yang ada di objek 2016
wisata tersebut.
Pengembangan Ekowisata di No Produk Wisata Jumlah
Presentase
Indonesia telah mendapat dukungan dari pihak (%)
1. Alam (Nature) 20 56
Pemerintah. Seperti yang tercantum dalam
Pembangunan Kepariwisataan Nasional yang Budaya
2. 8 22
(Culture)
dikukuhkan dalam Peraturan Pemerintah No 50 Buatan
Tahun 2011 tentang RIPPARNAS 2010 -2025 3. 8 22
(Manmade)
menyantumkan bahwa pengembangan Jumlah 36 100
pariwisata sebanyak 35 % adalah pariwisata Sumber : Dinas Pariwisata dan Kebudayaan
berbasis alam (nature) dan lainnya sebanyak Kabupaten Kuningan, 2016.
60% wisata budaya (culture) serta 5% wisata
buatan manusia (man made). Dimana Dalam tabel 1. Dijelaskan bahwa 56
Pariwisata berbasis alam terbagi lagi menjadi % produk wisata di Kabupaten Kuningan
tiga kategori pengembangan produk wisata merupakan wisata alam (nature). Hal ini
yaitu wisata bahari (35%), Ekowisata (45%), menandakan bahwa di kabupaten ini begitu
dan wisata Petualangan (20%). potensial akan pariwisata alamnya. Oleh karena
Contoh-contoh ekowisata di Indonesia itu Pemerintah Kabupaten Kuningan terus
yang sudah berkembang saat ini diantaranya menggali potensi alam lainnya yang belum
Bajo Komodo Ecolodge di labuan Bajo Flores, tereksplor di kabupaten ini terutama potensi
Ekowisata di hutan bakau di Sanur Bali, yang berhubungan dengan wisata alam.
“Warung Opera” di Yogyakarta, Taman Konsep ekowisata di Kabupaten
Nasional Gunung Leuser (TNGL) di Sumatra Kuningan sudah dicanangkan dan tertuang
Utara, dan Taman Nasional Gunung Ciremai dalam Rencana Pembangunan Jangka
(TNGC) di Kuningan Jawa Barat. Menengah Daerah (RPJMD) tahun 2014-2018.
Kabupaten Kuningan adalah salah Dalam misi Kabupaten Kuningan No.2 yaitu
satu kabupaten yang berada di Provinsi Jawa “Memantapkan kawasan agropolitan,
Barat. Letaknya yang berada di kaki Gunung pariwisata daerah, sektor unggulan lainnya,
Ciremai menjadikan Kabupaten ini berada di peningkatan investasi ramah lingkungan, serta
kawasan Taman Nasional Gunung Ciremai peningkatan sarana dan prasarana daerah”.
(TNGC). Kabupaten Kuningan memiliki Selain itu dalam salah satu Urusan Wajib
karakter wilayah yang unik. Sebagian wilayah Rancangan Pembangunan Jangka Menengah
Kabupaten Kuningan berada pada kawasan Daerah (RPJMD) tahun 2013-2018 terdapat
pegunungan dataran tinggi dan sebagian program pengembangan Ekowisata dan Jasa
lainnya berada pada dataran rendah. Selain itu Lingkungan di Kawasan Konservasi hutan. Hal
Kabupaten Kuningan berada di wilayah Timur tersebut merupakan landasan kuat untuk
Provinsi Jawa Barat yang berbatasan langsung menjadikan Kabupaten Kuningan merupakan
dengan Provinsi Jawa Tengah yaitu Kabupaten salah satu kabupaten yang mengarah kepada
Cilacap dan Kabupaten Berebes. Kedua pembangunan yang peduli akan lingkungan,
kabupaten ini berada di dataran rendah dan pertanian dan kesejahteraan masyarakat
berada di kawasan Pantai Utara sehingga pedesaan. (Bapeda Kabupaten Kuningan, 2016)
jarang sekali ada destinasi wisata yang berbasis Desa Cibuntu merupakan Desa yang
pegunungan. Hal ini bisa menjadi peluang berada di kaki Gunung Ciremai. Keindahan
tersendiri bagi Kabupaten Kuningan untuk alam, sumber daya dan hasil pertaniannya
mengembangkan Priwisata alam berbasis alam membuat siapa saja yang berkunjung ke desa
(nature). tersebut pasti akan mendapatkan suatu kesan
Kabupaten Kuningan memiliki cukup dan kenyamanan. Keramahannya juga
banyak destinasi pariwisata. Terdapat sebanyak dirasakan dari tutur kata dan komunikasi
36 destinasi pariwisata yang kemudian dapat di dengan masyarakat sekitar Desa Cibuntu.
klasifikasikan mejadi tiga produk pariwisata Masyarakat Desa Cibuntu yang terbuka
yaitu wisata alam, wisata budaya, dan buatan terhadap pendatang (wisatawan) adalah suatu
manusia. Selengkapnya terdapat pata Tabel. 1 poin tambahan bagi desa tersebut bisa lebih
berikut ini . maju dan mandiri. Selain itu kekayaan alam
dan objek lainnya menjadikan desa ini
memiliki daya tarik yang sangat besar. Objek-

Halaman |435
DAMPAK EKOWISATA DAN AGROWISATAV (EKO-AGROWISATA) TERHADAP
SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DI DESA CIBUNTU
(Studi Kasus di Desa Cibuntu, Kecamatan Pasawahan Kabupaten Kuningan, Jawa Barat)
CHANIA ALFATIANDA DAN ENDAH DJUWENDAH

objek tersebut diantaranya objek wisata Penggerak Pariwisata. Lembaga ini didirikan
gunung, wisata situs purbakala dimana di desa untuk mengatur dan mengorganisir agar
ini terdapat lima belas situs purbakala yang ekowisata lebih tertata. Kompepar
meliputi berbagai macam peninggalan pada beranggotakan seluruh lapisan masyarakat
zaman batu/purbakala, patilasan Wali Sanga, Desa Cibuntu, namun ada beberpa orang yang
patilasan dinasti Ming China, agrowisata dan ditunjuk sebagaai pengurus inti.
kampung kambing, wisata mata air Ekowisata Desa Cibuntu diresmikan
“Kahuripan” dan wisata air terjun Gongseng. pada tahun 2012. Sebelumnya sudah banyak
Objek-objek ini tercover dengan lengkap di temuan-temuan situs dan arca-arca zaman
Desa Cibuntu, sehingga tidak diragukan lagi Neolitik dan Megalitik namun masyarakat
potensi ekowisata di desa tersebut. belum mengembangkan ke arah desa wisata
karena berbagai keterbatasan. Desa Wisata
METODE PENELITIAN Cibuntu dibangun secara gotong-royong oleh
Desain penelitian yang digunakan seluruh komponen masyarakat Desa Cibuntu
adalah desain kualitatif. Teknik penelitian yang dengan binaan dari Dinas Pariwisata dan
digunakan dalam penelitian ini adalah dengan Kebudayaan Kabupaten Kuningan
menggunakan pendekatan studi kasus (Case (DISPARBUD) dan institusi pendidikan STP
Study). Tujuan teknik ini adalah mengadakan Pasca Sarjana Trisakti Jakarta dengan konsep
telaah mendalam tentang suatu kasus yang Desa Wisata yang terintegrasi dengan
sifatnya terbatas. Bungin (2010) menjelaskan masyarakat, lingkungan dan pertanian.
bahwa teknik studi kasus akan melibatkan Ekowisata Desa Cibuntu memiliki
peneliti dalam penyelidikan yang lebih beraneka produk ekowisata. Terdapat sebanyak
mendalam dan pemeriksaan yang menyeluruh 17 produk ekowisata yang meliputi berbagai
terhadap perilaku seorang individu. Metode macam produk seperti agrowisata, produk
penelitian yang digunakan adalah metode wisata alam, wisata sejarah dan sebagainya.
deskriptif. Secara harfiah metode dekriptif Berikut penjelasan selengkapnya pada Tabel 2.
adalah metode penelitian untuk membuat Sistem pengelolaan Ekowisata dan Agrowisata
gambaran mengenai situasi atau kejadian (Moh Desa Cibuntu adalah swadaya masyarakat,
Nazir, 2005.) yang dibantu oleh dukungan Dinas Pariwisata
Data yang digunakan dalam penelitian dan Kebudayaan Kabupaten Kuningan.
ini meliputi data primer dan data sekunder. Pengelola eko-agrowisata merupakan seluruh
Data primer merupakan data yang diperoleh lapisan masyarakat yang berada dibawah
dari informan (pengelola eko-agrowisata organisasi KOMPEPAR.
(KOMPEPAR), budayawan, pemerintahan Ekowisata dan Agrowisata Desa
desa, petani, peternak, pedagang, penyedia jasa Cibuntu masih dalam tahap perencanaan
homestay dan catering, Dinas Pariwisata dan menuju BUMDes. Oleh karena itu sampai saat
Kebudayaan Kabupaten Kuningan, berdasarkan ini sistem pengelolaannya masih milik swadaya
pengamatan dari wawancara secara langsung masyarakat. Pemerintah desa berperan sebagai
dan mendalam kepada masyarakat Desa pendukung utama yang sangat penting
Cibuntu dengan menggunakan panduan terutama dalam sarana dan prasarana dan
wawancara untuk melakukan wawancara dukungan lainnya yang menunjang suksesnya
mendalam (deep interview). ekowisata seperti pemasaran, penyambutan
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan wisata, penerimaan tamu, dan fasilitator antara
cara observasi, wawancara mendalam (deep wisatawan dengan masyarakat dan antara
interview), triangulasi dan studi kepustakaan. masyarakat dengan instansi pemerintahan atau
Dinas terkait. Selain itu pemerintah desa juga
HASIL DAN PEMBAHASAN sbagai pendamping dan pelindung semua
Ekowisata dan Agrowisata (Eko- aktifis yang berhubungan dengan Ekowisata
Agrowisata) Desa Cibuntu dikelola langsung dan Agrowisata di Desa Cibuntu.
oleh masyarakat Desa Cibuntu dibawah
naungan Pemerintah Desa Cibuntu beserta
Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten
Kuningan (DISPARBUD). Untuk mengelola
eko-agrowisata agar lebih terstruktur maka
masyarakat, Pemerintah Desa dan
DISPARBUD membentuk suatu lembaga
bernama KOMPEPAR atau Komunitas

Halaman | 436
Jurnal Ilmiah Mahasiswa AGROINFO GALUH
Volume 4 Nomor 3, Sepetember 2017

Tabel 2. Produk Eko-Agrowisata Desa produktif, karena banyak yang tinggal di luar
Cibuntu kota.
Masyarakat Desa Cibuntu merupakan
Produk Eko-Agrowisata di Desa masyarakat yang homogen dengan rasa
No persatuan dan persaudaraan yang kuat serta
Cibuntu
1. Agrowisata Tanaman Pangan memiliki sistem sosial yang teratur dengan
2. Agrowisata Menangkap Ikan prilaku tradisional. Rasa persatuan dan
3. Agrowisata “Kampung Kambing” persaudaraan tercipta karena memang hampir
4. Membuat Kerajinan Gerabah seluruh masyarakat Desa Cibuntu memiliki
5. Membuat Cindramata dari Bambu ikatan saudara satu sama lain ada yang akibat
6. Kuliner dan Pembuatan kuliner pernikahan dan ada yang memang masih ikatan
7. Fun Game Tradisional darah. Masyarakat Desa Cibuntu memiliki
8. Ekowisata Sejarah ( 15 Situs) sistem sosial yang teratur dengan prilaku
tradisional seperti dalam upacara-upacara adat
9. Ekowisata Alam Mata Air
“Kahuripan” pernikahan, kematian, peringatan Maulid Nabi,
Hingga upacara syukuran masyarakat terhadap
10. Ekowisata Alam Curug “Gong-Seng”
hasil pertanian melalui peringatan sedekah
11. Berburu Sinyal
bumi atau Sabunian
12. Pawai Obor
Masyarakat Desa Cibuntu terdiri dari
13. Pawai Budaya dan Kesenian dua Tipe yaitu masyarakat Pertanian dan
14. Bermain Angklung Masyarakat Non Pertanian. masyarakat
15. Dialog Budaya pertanian merupakan masyarakat yang mata
16. Atraksi Penyambutan pencaharian pokoknya dibidang pertanian baik
17. Home Stay itu sebagai petani penggrarap, petani pemilik,
buruh tani dan peternak. Sedangkan
Profil Masyarakat Desa Cibuntu dalam masyarakat non pertanian adalah masyarakat
Kegiatan Eko-agrowisata yang mata pencahariannya bukan di sektor
Desa Cibuntu Merupakan desa yang pertanian seperti PNS, pedagang, Ibu Rumah
memiliki Luas wilayah 1167 Ha yang dihuni Tangga (IRT), pegawai swasta dan sebagainya.
258 Kepala Keluarga (KK). Jumlah Penduduk Partisipasi Stakeholder
di Desa Cibuntu adalah sebanyak 1012 Jiwa Dalam kegiatan Ekowisata dan
yang terdiri dari 49% Laki-laki dan 51 % Agrowisata (Eko-agrowisata) Desa Cibuntu
Perempuan. Menurut Profil Desa dan Hasil masyarakat memegang peranan utama. Namun
observasi, masyarakat Desa Cibuntu mayoritas ada pihak lainnya yang tidak kalah penting
penduduknya diatas usia 45 tahun dengan kata dalam mendukung segala proses dan kegiatan
lain merupakan masyarakat yang sudah program ekowisata. Pihak Pihak tersebut
menginjak usia tua. diantaranya Pemerintah Kabupaten Kuningan
Masyarakat Desa Cibuntu memiliki melalui Dinas Pariwisata dan Kebudayaan,
karakteristik yang unik yaitu diantaranya Dinas Pendidikan, dan Badan perencanaan
masyarakat yang tinggal dalam satu rumah daerah (Bapeda) , Sekolah Tinggi Pariwisata
hanya dua orang biasaanya suami istri, atau ibu (STP) Tri Sakti Jakarta serta Taman Nasional
dan anak nya saja. Hal tersebut dikarenakan Gunung Ciremai (TNGC).
anak-anaknya/suaminya memilih untuk bekerja Dalam Penelitian ini penulis akan
diluar kota dan bahkan menetap dinggal disana. menggunakan metode Boundary Partner untuk
Kondisi inilah menjadi alasan sekaligus potensi mengetahui peran dan relasi atau hubungan
untuk masyarakat membuat home stay. dari masing-masing lembaga dan masyarakat
Selain itu masyarakat desa cibuntu serta mengetahui bentuk dari partisipasinya.
memiliki pola kehidupan yang unik yakni Boundary partner Eko-agrowisata Desa
ketika usia muda masyarakat kebanyakan Cibuntu dapat dikelompokan menjadi tiga yaitu
memilih bekerja di luar kota seperti Jakarta dan benefeciaries, implementator dan inisiator.
kota-kota besar lain kemudian ketika suddah Beneficaries merupakan pelaku yang
menginjak usia tua mereka kembali lagi ke memperoleh manfaat dari Eko-agrowisata ini,
Desa Cibuntu bekerja sebagai petani dan implementator merupakan aktor pelaksana
tinggal di desa tersebut dengan warisan rumah program, dan inisiator merupakan aktor yang
dari orang tua. Begitu seterusnya pola ini merancang program ini.
terjadi hingga saat ini, sehingga tidak heran di
desa ini jarang menemukan penduduk berusia

Halaman |437
DAMPAK EKOWISATA DAN AGROWISATAV (EKO-AGROWISATA) TERHADAP
SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DI DESA CIBUNTU
(Studi Kasus di Desa Cibuntu, Kecamatan Pasawahan Kabupaten Kuningan, Jawa Barat)
CHANIA ALFATIANDA DAN ENDAH DJUWENDAH

Tabel 3. Rata-rata Pendapatan perbulan


Informan Sebelum dan Setelah adanya Eko-
Agrowisata Desa Cibuntu

IMPLEMENTAT Rata-rata Pendapatan Per Bulan


BENEFECI Infor
OR Sebelum
ARIES man Setelah Ekowisata
INISIAT Ekowisata
MASYARA I Rp. 1.000.000 Rp. 2.500.000
PEMKAB KAT
KUNING STP KOMPEP MASYAR II Rp. 1.000.000 Rp. 1.500.000
DISPARBTRISAK AR
AN AKAT II Rp. 300.000 Rp. 600.000
UD TI
IV Rp. 500.000 Rp. 1.500.000
WISATAW
AN V Rp. 1.000.000 Rp. 1.500.000
DISPARBUD
VI Rp. 1.000.000 Rp. 1.500.000
VII 0 Rp. 500.000
VIII Rp. 500.000 Rp. 500.000
Gambar 1. Baundary Partner Eko- IX Rp.1.500.000 Rp.1.500.000.
Agrowisata Desa Cibuntu X Rp.1.000.000 Rp. 1.000.000
Rata-
Rp. 780.000 Rp. 1.260.000
rata
Ekowisata dan Agrowisata Desa
Cibuntu dirancang dan di dirikan oleh
Berdasarkan Tabel 3. diketahui bahwa
Pemerintah Kabupaten Kuningan melalui
pendapatan informan meningkat, informan ini
Dinas Pariwisata dan Kebudayaan yang bekerja
merupakan perwakilan dari masyarakat
sama dengan Sekolah Tinggi Pariwisata
sehingga jika pendapatan informan meningkat
Trisakti Jakarta oleh karena itu pihak ini
secara otomatis pendapatan masyarakat pun
disebut dengan aktor inisiator. Kemudian Eko-
secara umum dapat dikatan meningkat
agrowisata ini dilaksanakan oleh Masyarakat
meningkat. Dalam tabel 9 dicantumkan bahwa
yang tergabung dalam suatu lembaga bernama
rata-rata pendapatan informan adalah sebesar
KOMPEPAR dan didukung oleh Dinas
Rp.780.000 sebelum adanya Eko-Agrowisata
Pariwisata dan Kebudayaan sebagai pelaksana
di Desa Cibuntu. Kemudian pendanpatan
maka kedua aktor ini disebut implementator.
informan berubafh meningkat menjadi Rp.
Dan yang ketiga atau penerima manfaat dari
1.260.000 setelah adanya Eko-agrowisata di
Eko-agrowisata Desa Cibuntu adalah
Desa Cibuntu.
Masyarakat dan Wisatawan. Terdapat keunikan
Perubahan pendapatan dari adanya
dalam Boundary Partner ini dimana
Eko-agrowisata Desa Cibuntu baru dirasakan
masyarakat berperan ganda yakni sebagai
oleh masyarakat yang terlibat dalam kegiatan
implementator sekaligus debagai benefeciaries
ekowisata secara langsung dan masyarakat
serta Dinas Pariwisata dan Kebudayaan sebagai
yang mau berusaha sendiri seperti bertani dan
inisiator dan implementator.
berdagang, bertani dan memiliki home stay dan
sebagainya.
Dampak Ekonomi
Tidak seluruh masyarakat mengalami
Dampak Terhadap Pendapatan
kenaikan pendapatan karena adanya eko-
Sebelum adanya Eko-agrowisata di
agrowisata. Ada masyarakat yang tidak
Desa Cibuntu, rata-rata informan memiliki
mengalami kenaikan pendapatan. Untuk
penghasilan yang lebih kecil, tetapi setelah
masyarakat yang belum dapat terlibat,
adanya Eko-agrowisata Desa Cibuntu,
pendapatan mereka belum ada perubahan
masyarakat mendapatkan penghasilan
karena belum dapat pekerjaan atau usaha
tambahan serta pekerjaan tambahan seperti
sampingan. Namun masyarakat yang saat ini
pemilik home stay, tour guide, pemain
belum dapat telibat, sedang berusaha untuk
kesenian, pembuat oleh-oleh dan pembuat
dapat berpartisipasi seperti membenahi rumah
kerajinan. Sebelumnya masyarakat hanya
untuk dijadikan home stay dan membuka
memiliki satu pekerjaan sebagai petani,
warung untuk berdagang.
peternak atau tidak memiliki pekerjaan seperti
Menurut Drumm (dalam Sudiarta,
ibu rumah tangga.
2006) terdapat enam keuntungan dalam
implementasi kegiatan ekowisata yaitu salah
satu nmya adaalah memberikan nilai ekonomi.
Eko-agrowisata Desa Cibuntu dapat
memberikan dampak ekonomni bagi
masyarakat yang artinya sesuai dengan teori
Drumm.

Halaman | 438
Jurnal Ilmiah Mahasiswa AGROINFO GALUH
Volume 4 Nomor 3, Sepetember 2017

Dampak Terhadap Lapangan Pekerjaan memperluas lapangan pekerjaan tidak ada


Lapangan pekerjaan yang dimaksud dampak negatif yang muncul dalam
dalam penelitian ini adalah kesempatan bekerja perekonomian masyarakat. Seperti yang
yang diberikan Eko-Agrowisata Desa Cibuntu diungkapkan Karyani (2007) mengenai dampak
kepada masyarakaat yang berada di Desa negatif yang ditimbulkan agrowisata yaitu
Cibuntu. Tenaga kerja yang ikut terlibat dalam menimbulkan persaingan antara pelaku
pengelolaan eko-agrowisata berasal dari ekonomi lokal dengan pengusaha luar yang
penduduk lokal asli Desa Cibuntu dari mulai menanam investasi di lokasi agrowisata baik
anak-anak, remaja, dewasa dan bahkan berupa pembangunan hotel, rumah makan
manulaikut berpartisipasi dalam maupun pembuatan souvenir, sehingga dapat
penyelenggaraan eko-agrowisata ini. mematikan ekonomi masyarakat kecil. Hingga
saat ini persaingan tersebut belum dirasakan
Dampak Terhadap Lapangan Pekerjaan oleh masyarakat setempat bahkan masyarakat
Lapangan pekerjaan yang dimaksud saling gotong royong dan membantu antar
dalam penelitian ini adalah kesempatan bekerja masyarakat. Tidak ada persaingan antar
yang diberikan Eko-Agrowisata Desa Cibuntu masyarakat dikarenakan juga fator Sember
kepada masyarakaat yang berada di Desa Daya Manusia yang sudah mampu mengatur
Cibuntu. Tenaga kerja yang ikut terlibat dalam dan memposisikan dirinya masing-masing
pengelolaan eko-agrowisata berasal dari sehingga tercipta kerukunan dan ketentraman
penduduk lokal asli Desa Cibuntu dari mulai di Desa Cibuntu. Sampai saat ini tidak ada
anak-anak, remaja, dewasa dan bahkan manula investor luar yang membangun hotel dan
ikut berpartisipasi dalam penyelenggaraan eko- restoran karena masyarakat memberdayakan
agrowisata ini. apa yang dimilikinya seperti rumah masyarakat
Berdasarkan hasil wawancara dengan yang dijadikan rumah singgah atau penginapan
key informan dan ke tujuh informan (home stay).
pendukung, menyatakan bahwa dengan adanya
Eko-agrowisata Desa Cibuntu dapat Dampak Terhadap Kegiatan Sosial
memperluas lapangan pekerjaan bagi Kemasyarakatan
masyarakat. Lapangan pekerjaan yang tersedia Mayarakat merupakan salah satu
setelah berkembangnya Eko-Agrowisata Desa unsur penting dalam pengembangan ekowisata
Cibuntu diantaranya terdapat pada Tabel 4. dan agrowisata. Pada penelitian ini masyarakat
Desa Cibuntu merupakan subjek dari ekowisata
Tabel 4. Daftar Lapangan Pekerjaan yang yang berperan dalam pengelola. Hal ini
Muncul Setelah adanya Eko-agrowisata memberikan mobilitas baru bagi masyarakat
Desa Cibuntu sehingga hadirnya ekowisata dan agrowisata
dapat mempengaruhi proses sosial yang ada di
N0 Jenis Lapangan Pekerjaan Desa Cibuntu. Hubungan kerjasama tolong
1. Penyedia Home Stay menolong dan gotong royong dan kegiatan
2. Penyedia Kuliner Tradisional kemasyarakatan lainnya yang biasanya menjadi
3. Cattering ciri khas dalam suatu pedesaan dapat
4. Homeindustri oleh-oleh Khas Desa mengalami perubahan semenjak adanya
Cibuntu ekowisata. Perubahan tersebut dapat berupa
5. Pemandu Wisata (Tour Guide) perubahan positif dan perubahan negatif.
6. Industri Kerajinan Tangan Dampak positif terjadi apabila dengan adanya
7. Penjaga Karcis, ekowisata masyarakat menjadi sering
8. Penjaga parkir dan Petugas Keamanan berinteraksi dengan masyarakat lainnya dan
9. Pedagang warung atau toko menciptakan kerjasama yang semakin erat.
10 Petugas Kebersihan Sedangkan perubahan negatif apabila
11. Pemain Gamelan ekowisata mengakibatkan hubungan antar
12. Pemain Tarian Atraksi Penyambutan masyarakat semakin renggang bahkan dapat
13 Penari Tradisional wanita dan anak- menimbulkan konflik karena persaingan yang
anak terjadi dalam bidang ekowisata.
14. Petani Pemandu Agrowisata Menurut hasil wawancara dengan
informan terdapat empat jenis gotong royong di
Sejauh ini dampak Eko-agrowisata masyarakat Desa Cibuntu diantaranya gotong-
terhadap perekonomian masyarakat positif royong kebersihan, gotong-royong
yaitu meningkatkan pendapatan dan pembangunan yang meliputi pembangunan

Halaman |439
DAMPAK EKOWISATA DAN AGROWISATAV (EKO-AGROWISATA) TERHADAP
SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DI DESA CIBUNTU
(Studi Kasus di Desa Cibuntu, Kecamatan Pasawahan Kabupaten Kuningan, Jawa Barat)
CHANIA ALFATIANDA DAN ENDAH DJUWENDAH

fasilitas umum, gotong-royong menjaga Tabel 5. Bidang Ilmu Pengetahuan yang


keamanan atau siskamling dan gotong-royong Muncul Setelah Adanya Eko-Agrowisata di
dalam kegiatan sosial seperti menjenguk orang Desa Cibuntu
sakit, melayat orang meninggaal dan
menghadiri undangan pernikahan. Empat jenis Bidang Ilmu Pengetahuan yang
gotong royong ini didasarkan pada kondisi No Muncul Setelah Adanya Eko-
sosial yang ada di Desa Cibuntu itu sendiri dan Agrowisata di Desa Cibuntu
kegiatan paling dominan dan umum di setiap 1. Penerimaan dan Pelayanan Wisatawan
desa. (Service Tourism)
Kondisi sosial masyarakat sebelum 2. Menu makanan Sehat dan Ideal untuk
dan sesudah adanya Ekowisata adalah positif. Wisatawan
Desa cibuntu dari sebelum ada ekowiisata dan 3. Penataan Home stay
agrowisata sudah kompak masyarakatnya baik 4. Kesehatan
dalam kegiatan gotong royong menjaga 5. Kebersihan
kebersihan, pembangunan fasilitas umum, 6. Peternakan
siskamling, dan kegiatan sosial kemasyarakan, 7. Kuliner
setelah adanya eko-agowisata masyarakat Desa 8. Bahasa Inggris
Cibuntu semakin kompak. 9. Tabble Maneer (tata cara makan)
Adanya ekowisata dan agrowisata 10. Kerajinan Tangan
Desa Cibuntu membuat masyarakat semakin
kompak di segala hal gotong royong. Seperti Dampak Terhadap Budaya dan Adat
dalam kegiatan gotong-royong menjaga Masyarakat
kebersihan, setelah ada ekowisata masyarakat Desa Cibuntu merupakan desa yang
semakin kompak karena adanya kesadaran masih memegang teguh kebudayaan lokal.
yang lebih untuk menjaga kebersihan, terlebih Kebudayaan tersebut diantaranya peringatan
semenjak menjadi tempat wisata banyak tamu upacaraa adat tahunan yang konsisten
yang berwisata di desa. Hal ini menjadi salah dilakukan setiap tahunnya dari zaman dahulu
satu alasan mengapa masyarakat lebih hingga sekaraang. Upacara adat tersebut
kompak.Masyarakat lebih kompak dikarenakan merupakan upacara yang bertajuk sedekah
adanya rasa memiliki dan bangga akan desa bumi atau masyarakat menyebutnya sabumian.
nya yang di kunjungi oleh tamu atau wisatawan Upacara adat ini berupa syukuran hasil
dari berbagai daerah dan negara. Selain itu pertanian atau hasil bumi (sayur, buah, umbi,
gotong royong dalam pembangunan fasilitas dsb) yang dilakukan masyarakat khususnya
umum seperti pembangunan jalan, wc umum petani biasanya dilaksanakan setiap Bulan
dan aula terbuka pun semakin kompak Oktober.
semenjak adanya eko-agrowisata di Desa Adanya Eko-agrowisata di Desa
Cibuntu. Cibuntu tidaklah berdampak negatif terhadap
budaya dan adat istiadat, justru sebaliknya
Dampak Terhadap Ilmu Pengetahuan menjadi suatu dampak yang positif. Dampak
Eko-agrowisata Desa Cibuntu tersebut terdapat pada kualitas
memberikan dampak yang begitu nyata bagi penyelenggaraan upacara adat dan partisipasi
masyarakat diantaranya dalam bidang ilmu masyarakat dalam perayaan upacara sedekah
pengetahuan. Menurut hasil wawancara dengan bumi tersebut.
key informan, pengetahuan masyarakat banyak Sebelum adanya eko-agrowisata
mengalami perkembangan setelah adanya eko- penyelenggaraan adat sabumian dilaksanakan
agrowisata terutama di bidang pengetahuan secara sederhana dan kecil-kecilan serta
yang berhubungan dengan kepariwisataan. biasanya dilaksanakan di sekitar balai desa saja
Selain itu informan pendukung juga dengan dihadiri oleh beberapa tokoh
menyatakan bahwa ilmu pengetahuan masyarakat dan petani. Kemudian setelah
masyarakat bertambah baik dari bidang kuliner, adanya eko-agrowisata penyelenggaraan
keahlian berbahasa dan berbagai bidang ilmu upacara sabumian dilaksanakan dengan meriah
pengetahuan lainnya. Berikut selengkapnya dan dilaksanakan besar besaran serta
mengenai bidang ilmu pengetahuan baru yang melibatkan hampir seluruh lapisan masyarakat
muncul setelah adanya eko-agrowisata mulai dari anak-anak hingga oraang tua.
(Tabel.5). Meskipun setelah adanya Eko-
agrowisata penyelengaraan upacara
kebudayaan sedekah bumi dilaksanakan secara

Halaman | 440
Jurnal Ilmiah Mahasiswa AGROINFO GALUH
Volume 4 Nomor 3, Sepetember 2017

meriah dan besar-besaran, bukan berarti esensi Desa Cibuntu, namun juga memimbulkan
dan ke ke khidmatan upacara ini berkurang perubahaan terhadap keadaan fisik desa.
atau hilang. Sebaliknya penyelenggaraan secara Keadaan fisik yang dimaksud adalah keadaan
meriah ini menambah esensi dari syukuran atau lingkungan meliputi unsur-unsur saranaa dan
sedekah karena penyelenggaraannya bisa prasarana desa dan masyarakat seperti
mendatangkan tamu (wisatawan). Saat itulah bangunan gedung kepala desa, perumahan
masyarakat benar-benar merasakan rasanya penduduk dan jalan lingkungan baik itu jalan
berbagi hasil pertanian mereka dengan raya atau gang.
masyarakat lainnya (wisatawan). Selain itu Menurut Ibnu Sungkawa selaku key
penyelenggaraan sedekah bumi yang meriah ini informan dan Sekretaris Desa Cibuntu,
dijadikan sebagai sarana bersilaturahmi antar perubahan fisik terlihat setelah ada eko-
sesama masyarakat, dan antara masyarakat agrowisata. Sebelum ada eko-agrowisata di
dengan tamu undangan penting seperti pejabat Desa Cibuntu terdapat tempat penambangan
pemerintahan karena padaa saat batu dan pasir sehingga setiap harinya banyak
penyelenggaraan banyak tamu pemerintahan kendaraan besar yang keluar masuk desa. Hal
yang di undang seperti bupati dan jajarannya. ini menyebabkan kondisi jalan desa sat itu
cepat rusak dan berlubang. Namun setelah
Dampak Kelembagaan dan Fisik Desa adanya eko-agrowisata, aktifitas penambangan
Cibuntu tersebut di tutup. Kemudian tidak ada lagi
Adanya eko-agrowisata saat ini kendaraan besar pengangkut batu dan pasir
berpengaruh terhadap kelembagaan di Desa masuk ke dalam desa, kondisi jalan pun tidak
Cibuntu. Sebelumnya sudah terdapat semakin buruk. Bahkan saat Desa Cibuntu
kelembagaan diantaranya, Badan menjadi desa wisata pemerintah Desa semakin
Permusyawaratan Desa (BPD), Lembaga memperhatikan kondisi jalan desa dengan
Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD/LPMD), menyediakan anggaran untuk perbaikan jalan
lembaga Pemberdayaan & Kesejahteran dan sarana prasarana lainnya. Saat ini kondisi
Keluarga (PKK), Posyandu, Kelompok Wanita jalan semakin baik, terrmasuk saat ini jalan
Tani (KWT), Kelompok Simpan Pinjam Gang pun turut diperhatikan dengan cara di
(Koperasi), Kelompok Tani, Karang Taruna lebarkan dan di hotmix agar bisa masuk
dan Kelompok Peternak. Terdapat kendaraan roda empat serta memudahkan
kelembagaan baru setelah adanya eko- dalam mobilisasi wisatawan.
agrowisata yaitu Komunitas Penggerak Adanya lahan bekas galian tambang di
Pariwisata (KOMPEPAR). wilayah eko-agrowisata, saat ini tengah di
KOMPEPAR merupakan lembaga manfaatkan oleh masyarakat dan dijadikan
baru yang didirikan pada tahun 2013 oleh sebagaai lapangan untuk berkemah karena
masyarakat Desa Cibuntu dengan Dinas lokasinya yang strategis menghadap ke curug
Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten dan sungai. Walaupun pada saat ini masih
Kuningan. Lembaga ini di dirikan dengan dalam proses pembangunan. Pada intinya
tujuan untuk melakukan gerakan sadar wisata perubahan fisik terjadi semakin baik di Desa
kepada masyarakat dan menjadi pengelola Cibuntu setelah adanya eko-agrowisata.
wisata di suatu kawasan. KOMPEPAR Selain perubahan fisik jalan,
merupakan lembaga yang beranggotakan perubahan fisik juga terjadi pada kondisi
masyarakat dari berbagai kalangan seperti bangunan kantor kepala desa dan bangunan
perangkat desa, petani, peternak, guru, bidan perumahan penduduk. Setelah adanya eko-
dan remaja (pemuda/i). agrowisata kantor kepala desa menjadi jauh
Anggota kompepar dipilih lebih baik dari sebelumnya. Hal ini karena
berdasarkan hasil musyawarah dan masyarakat adanya pengaruh tamu atau wisatawan yang
Desa Cibuntu sehingga beberapa orang saja sedang berwisata di Desa Cibuntu pasti
yang tergabung dalam lembaga ini. Anggota berkunjung ke balai desa, sehingga
kompepar memiliki tanggung jawab sebagai pemerintahan desa lebih menyadari untuk
koordinator bidang yang terdapat dalam menyediakan tempat yang lebih layak dan
susunan kepengurusan. Seperti bidang seni, nyaman.
budaya, atraksi, keamanan dan sebagainya. Dampak eko-agrowisata di desa
Selebihnya yang menjadi anggota adalah cibuntu terhadaap fisik lainnya yang dapat
masyarakat. teridentifikasi adalah pada bangunan rumah
Keberadaan eko-agrowisata tidak penduduk. Sebelum adanya eko-agrowisata
hanya memicu munculnya lembaga baru di bangunan rumah penduduk biasa saja bahkan

Halaman |441
DAMPAK EKOWISATA DAN AGROWISATAV (EKO-AGROWISATA) TERHADAP
SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DI DESA CIBUNTU
(Studi Kasus di Desa Cibuntu, Kecamatan Pasawahan Kabupaten Kuningan, Jawa Barat)
CHANIA ALFATIANDA DAN ENDAH DJUWENDAH

belum tertata, perumahan pun masih bersatu kondisi kantor kepala desa dan bangunan
dengan kandang ternak. Setelah ada eko- rumah masyarakat lebih baik dan tertata.
agrowisata, perumahan msyarakat mulai tertata
dengan dipisahkannya rumah dengan kandang Saran
ternak sehingga lingkungan rumah lebih tertata Melakukan pengembangan, penataan
dan lebih asri. Kualitas pembangunan rumah lokasi, pembenahan dan penambahan fasilitas-
pun semakin meningkat, karena eko-agrowisata fasilitas penunjang eko-agrowisata dan
salah satu produknya ada home stay atau menyelenggarakan pelatihan kepariwisataan
rumah singgah (penginapan rumah) maka dan Bahasa Inggris kepada masyarakat agar
masyarakat menjadi termotivasi untuk kualitas SDM semakin meningkat mengingat
membenahi rumahnya masing-masing, semakin banyaknya wisatawan mancanegara
meskipun tidak menjadi rumah yang mewah, yang berkunjung ke Desa Cibuntu.
tetapi cukup menjadi rumah yang nyaman, Mengadakan jasa trasnportasi lokal
indah, dan resik sehingga masyarakat dapat seperti delman atau becak untuk tour wisata
berparisipasi sebagai pemilik home stay. keliling desa karena di desa ini tidak ada
kendaraan khusus untuk keliling. Meskipun
KESIMPULAN DAN SARAN jarak nya tidak begitu jauh namun perlu
Kesimpulan diadakan untuk antisipasi bagi wisatawan yang
Ekowisata dan agrowisata (Eko- berusia lanjut dan kondisi fisik yang idak
agrowisata) Desa Cibuntu merupakan salah memungkinkan (sakit) agar tetap bisa
satu tempat wisata yang memiliki potensi yang menikmati keindahan dan pesona Desa
besar. Potensi tersebut diantaranya potensi Cibuntu. Selain untuk memfasilitasi wisatawan,
alam dan potensi sumer daya manusia diharapkan dengan adanya model transportasi
(masyarakat). Terdapat tujuh belas produk ini bisa menarik lebih banyak wisatawan dan
wisata pada eko-agrowisata ini diantaranya; menjadi lapangan pekerjaan bagi masyarakat.
Agrowisata Tanaman Pangan, Ageowisata Pemilihan model transportasi ini adalah agar
Menangkap Ikan, Agrowisata “Kampung tidak menimbulkan polusi dan ramah
Kambing”, Membuat Kerajainan Gerabah, lingkungan.
Membuat Cindramata Bambu, Kuliner dan Kepada pihak pemerintah terutama
Pembuatan Kuliner, Fun Game Tradisional, Dinas Pertanian untuk melakukan pelatihan dn
Ekowisata Sejarah (Situs), Ekowisata Alam penyuluhan pertanian yang lebih intensif
Mata Air “Kahuripan”, Ekowisata Alam Curug karena Desa Cibuntu merupakan desa yang
“Gong Seng”, Berburu Sinyal, Pawai Obor, mayoritas penduduknya bekerja di bidang
Pawai Budaya dan Kesenian, Bermain pertanian. selain itu pelu diadakan pelatihan
Angklung, Dialog Budaya, Atraksi khusus untuk fokus agrowisata dikarenakan
Penyambutan, dan Home Stay. desa ini belum memiliki spesifikasi produk
Eko-agrowisata Desa Cibuntu telah agrowisata yang berupa fresh product seperti
memberikan dampak positif bagi masyarakat. agrowisata pada umumnya. Diperlukan jenis
Hal ini diketahui dari hasil wawancara dengan tanaman buah-buahan yang cocok ditanam di
informan dan hasil observasi di lapangan. Desa Cibuntu. Selain itu diharapkan kepada
Dampak terhadap ekonomi terdapat pada Kementrian Pariwisata untuk lebih
peningkatan pendapataan masyarakat dan memperhatikan ekowisata dengan memberikan
bertambahnya lapangan pekerjaan di anggaran khusus untuk pengembangan eko-
masyarakat. Sedangkan dampak sosial terjadi agrowisata agar penataan dan fasilitas-
pada peningkatan kualitas kekompakan fasilitasnya lebih baik dn lengkap
masyarakat pada kegiatan sosial seperti Kepada pihak Akedemisi diharapkan
gotong-royong menjaga kebersihan, keamanan, untuk melakukan penelitian lanjutan untuk
pembangunan fasilitas umum dan dan kegiatan menggali potensi yang ada Disa Cibuntu dan
sosial kemasyarakatan (menjenguk warga yang mengembangkan Desa Cibuntu agar menjadi
sakit dan ibu melahirkan). Selain itu dampak eko-agrowisata yang lebih baik lagi.
sosial terdapat pada bertambahnya ilmu
pengetahuan masyarakat, meningkatnya UCAPAN TERIMAKASIH
kualitas penyelenggaraan upacara adat dan Terimakasih kepada semua pihak
kebudayaan yang semakin meriah yang telah
pelaksanaannya, bertambahnya lembaga baru membantu dalam penelitian ini, terutama
serta perubahaan kondisi fisik desa seperti kepada Ibu Endah Djuwendah, SP., MSi.
kondisi jalan menjadi lebih bagus dan lebar, selaku dosen pembimbing, Masyarakat Desa

Halaman | 442
Jurnal Ilmiah Mahasiswa AGROINFO GALUH
Volume 4 Nomor 3, Sepetember 2017

Cibuntu dan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan


Kabupaten Kuningan.

DAFTAR PUSTAKA
Badan Perencanaan Daerah Kabupaten
Kuningan (BAPEDA). 2016. Rencana
Pembangunan Jangka Menengah
Daerah (RPJMD) 2014-2018.
Kabupaten Kuningan.
Bungin, B. 2007. Penelitian Kualitatif :
Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan
Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya.
Jakarta. Kencana.
Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten
Kuningan. 2016. Data Pengunjung
Objek Wisata di Kabupaten kuningan.
Kuningan
Nurpilihan Bafdal, Barlia R L, dkk.
Penyusunan Peta Potensi Desa
Agrowisata Berbasis Masyarakat Di
Desa Cibuntu Kesamatan Pesawahan
Kabupaten Kuningan. Dharma Karya.
Jurnal Aplikasi Ipteks untuk
Masyarakat. UNPAD. Jatinangor

Halaman |443

Anda mungkin juga menyukai