1. Pengalaman
Seorang wanita berusia 49 tahun datang ke UGD dengan keluhan diare >10x sehari, disertai
lendir, darah, muntah dan demam. Keadaan pasien tampak lemas. Pasien memiliki riwayat
DM dan sedang menjalani terapi DM. Setelah dilakukan pemeriksaan penunjang berupa
pemeriksaan feses dan darah rutin, pasien tersebut didiagnosis sebagai GEA e.c. bakterial
pada pasien DM.
3. Analisis
1.) Penyebab pasien diare disertai lender darah, muntah dan demam.
Diare atau gastroenteritis (GE) adalah peningkatan frekuensi dan penurunan konsistensi
pengeluaran tinja dibandingkan individu dengan keadaan usus besar yang normal.
Gastroenteritis Akut (GEA) diartikan sebagai buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk
cairan/setengah cair (setengah padat) dengan demikian kandungan air pada tinja lebih banyak
dari biasanya berlangsung kurang dari 7 hari terjadi secara mendadak. Gastroenteritis akut bisa
disebabkan oleh berbagai faktor, menurut dari World Gastroenterology Organisation, ada
beberapa agen yang bisa menyebabkan terjadinya gastroenteritis akut yaitu factor infeksi dan
factor non infeksi.
Faktor infeksi
a. Virus
Sejak tahun 1940-an, virus sudah dicurigai sebagai penyebab penting dari
gastroenteritis. Tetapi peranannya belum jelas sampai Kapikian etal. (1972)
mengidentifikasi adanya virus (Norwalk virus) pada feses sebagai penyebab
gastroenteritis. Satu tahun kemudian, Bishop et al., mengobservasi keberadaan
rotavirus pada mukosa usus anak dengan gastroenteritis, dan pada tahun 1975,
astrovirus dan adenovirus diidentifikasi pada feses anak yang mengalami diare
akut. Sejak saat itu, jumlah virus yang dihubungkan dengan gastroenteritis akut
semakin meningkat (Wilhelmi etal., 2003).Beberapa virus yang sering
menyebabkan gastroenteritis adalah :
Rotavirus
Rotavirus adalah virus yang paling sering menyebabkan diare yang parah pada
anak-anak di Amerika Serikat (Tucker et al., 1998). Hampir semua anak pernah
terinfeksi virus ini pada usia 3-5 tahun (Parashar dan Glass, 2012). Virus ini tercatat
menyebabkan sekitar 1/3 kasus diare yang dirawat inap dan menyebabkan 500.000
kematian di dunia setiap tahun (WGO guideline, 2012).Infeksi pada orang dewasa
biasanya bersifat subklinis. Pada tahun 1973, Bishop dan rekannya melihat dengan
mikroskop elektron, pada epitel duodenum anak yang mengalami diare, adanya
virus berukuran 70 nm yang kemudian dikenal sebagai rotavirus (dalam bahasa
Latin , rota = wheel) karena tampilannya.
Rotavirus adalah anggota suku Reoviridae dengan struktur non-enveloped
icosahedral dan ketika diobservasi di bawah mikroskop elektron, mereka memiliki
bentuk seperti roda.
Rotavirus diklasifikasikan kedalam grup, subgrup dan serotipe berdasarkan
protein kapsidnya. Virus ini memiliki 7 grup yaitu A-G. Kebanyakan virus yang
menyerang manusia adalah grup A , tetapi grup B dan C juga dapat menyebabkan
penyakit pada manusia.
Rotavirus menginfeksi enterosit yang matur padaujung vili usus halus dan
menyebabkan atrofi epitelium vilus, hal ini dikompensasi dengan repopulasi dari
epitelium oleh immature secretor cell, dengan hiperplasia sekunder dari kripta.
Sudah dikemukakan bahwa terjadi kerusakan selular yang merupakan akibat
sekunder dari iskemi vilus. Mekanisme yang menginduksi terjadinya diare akibat
virus ini belum sepenuhnya dimengerti, tetapi ada yang mengatakan bahwa diare
muncul dimediasi oleh penyerapan epitelium vilus yang relatif menurun
berhubungan dengan kapasitas sekretori dari sel kripta. Terdapat juga hilangnya
permeabilitas usus terhadap makromolekul seperti laktosa, akibat penurunan
disakaridase pada usus.Sistem saraf enterik juga distimulasi oleh virus ini,
menyebabkan induksi sekresi air dan elektrolit. Hal ini menyebabkan terjadinya
diare.
Enterik adenovirus
Virus ini menyebabkan 2-12% episode diare pada anak (Parashar dan Glass,
2012). Human adenovirus merupakan anggota keluarga Adenoviridae dan
merupakan virus DNA tanpa kapsul, diameter 70 nm, dan bentuk icosahedral
simetris. Ada 4 genus yaitu Mastadenovirus, Aviadenovirus, Atadenovirus, dan
Siadenovirus. Pada waktu kini terdapat 51 tipe antigen human adenovirus yang
telah diketahui. Virus ini diklasifikasikan ke dalam enam grup (A-F)
berdasarkan sifat fisik, kimia dan kandungan biologis mereka (WHO, 2004).
Astrovirus
Human calcivirus
Virus lain
b. Bakteri
Salmonella
Shigella
Ada dua bentuk yaitu bentuk diare (air) dan bentuk disentri (Noerasid dan
Asnil, 1988). Shigella tertentu melekat pada tempat perlekatan pada permukaan
sel mukosa usus. Organisme ini menembus sel dan berproliferasi. Multiplikasi
intraepitel merusak sel dan mengakibatkan ulserasi mukosa usus. Invasi
epitelium menyebabkan respon inflamasi. Pada dasar lesi ulserasi, erosi
pembuluh darah mungkin menyebabkan perdarahan. Spesies Shigella yang lain
menghasilkan exotoksin yang dapat menyebabkan diare.
Campylobacter
Campylobacter memanfaatkan mobilitas dan kemotaksis untuk menelusuri
permukaan epitel saluran cerna, tampak menghasilkan adhesin dan sitotoksin
dan memiliki kemampuan untuk bertahan hidup pada makrofag, monosit dan
sel epitel tetapi terutama dalam vakuola
E. coli
E. coli terdapat sebagai ko mensal dalam usus manusia mulai dari lahir
sampai meninggal. Walaupun umumnya tidak berbahaya , tetapi beberapa jenis
dapat menyebabkan gastroenteritis (Noerasid dan Asnil, 1988).E. coli yang
dapat menyebabkan diare dibagi dalam tiga golongan, yaitu:
•Enterotoxigenic (ETEC)
•Enteroinvasive (EIEC)
Cryptosporidium
Entamoeba histolytica
Protozoa ini ditransmisikan melalui jalur fekal-oral. Infeksi protozoa ini
dimulai dengan tertelannya dalam bentuk kista. Eksitasi terjadi pada ko lo n
kemudian dilepaskan dalam bentuk trofozoid yang selanjutnya menginvasi
mukosa mengakibatkan peradangan dan ulserasi mukosa.
d. Faktor makanan
Malabsorbsi
1 Malabsorbsi karbohidrata.
2 Malabsorbsi lemak : terutama Long Chain Triglyceridea.
3 Malabsorbsi protein : asam amino, B laktoglobulina.
4 Malabsorbsi vitamin dan mineral
Keracunan makanan
1.Staphylococcus
2.Bacillus cereus
Imunodefisiensi
Kondisi seseorang dengan imunodefisiensi yaitu hipogamaglobulinemia,
panhipogamaglobulinemia (Bruton), penyakit granulomatose kronik, defisiensi
IgA dan imunodefisiensi IgA heavycombination.
Terapi Obat
Orang yang mengonsumsi obat- obatan antibiotic, antasida dan masih kemoterapi
juga bisa menyebabkan gastroenteritis akut.
Lain-lain
Tindakan gastrektomi, terapi radiasi dosis tinggi, sindrom Zollinger-Ellison,
neuropati diabetes sampai kondisi psikis juga dapat menimbulkan gastroenteritis
akut
2.) Penatalaksanaan diare akut karena infeksi pada orang dewasa terdiri atas:
Terapi Rehidrasi
Langkah pertama dalam menterapi diare adalah dengan rehidrasi, dimana lebih
disarankan dengan rehidrasi oral. Akumulasi kehilangan cairan (dengan
penghitungan secara kasar dengan perhitungan berat badan normal pasien dan
berat badan saat pasien diare) harus ditangani pertama. Selanjutnya, tangani
kehilangan cairan dan cairan untuk pemeliharaan. Hal yang penting diperhatikan
agar dapat memberikan rehidrasi yang cepat dan akurat, yaitu :
a. Jenis cairan
Pada saat ini cairan Ringer Laktat merupakan cairan pilihan karena tersedia
cukup banyak di pasaran, meskipun jumlah kaliumnya lebih rendah bila
dibandingkan dengan kadar Kalium cairan tinja. Apabila tidak tersedia cairan ini,
boleh diberikan cairan NaCl isotonik. Sebaiknya ditambahkan satu ampul Na
bikarbonat 7,5% 50 ml pada setiap satu liter infus NaCl isotonik. Asidosis akan
dapat diatasi dalam 1-4 jam. Pada keadaan diare akut awal yang ringan, tersedia di
pasaran cairan/bubuk oralit, yang dapat diminum sebagai usaha awal agar tidak
terjadi dehidrasi dengan berbagai akibatnya. Rehidrasi oral (oralit) harus
mengandung garam dan glukosa yang dikombinasikan dengan air.
b. Jumlah Cairan
Pada prinsipnya jumlah cairan yang hendak diberikan sesuai dengan jumlah
cairan yang keluar dari badan.
Terapi Simtomatik
Pemberian terapi simtomatik haruslah berhati-hati dan setelah benar-benar
dipertimbangkan karena lebih banyak kerugian daripada keuntungannya. Hal yang
harus sangat diperhatikan pada pemberian antiemetik, karena Metoklopropamid
misalnya dapat memberikan kejang pada anak dan remaja akibat rangsangan
ekstrapiramidal. Pada diare akut yang ringan kecuali rehidrasi peroral, bila tak ada
kontraindikasi dapat dipertimbangkan pemberian Bismuth subsalisilat maupun
loperamid dalam waktu singkat. Pada diare yang berat obat-obat tersebut dapat
dipertimbang dalam waktu pemberian yang singkat dikombinasi dengan
pemberian obat antimicrobial
Terapi Antibiotik
Pemberian antibiotik secara empiris jarang diindikasikan pada diare akut
infeksi, karena 40% kasus diare sembuh kurang dari 3 hari tanpa pemberian
antibiotic.
Antibiotik diindikasikan pada pasien dengan gejala dan tanda diare infeksi,
seperti demam, feses berdarah, leukosit pada feses, mengurangi ekskresi dan
kontaminasi lingkungan, persisten atau penyelamatan jiwa pada diare infeksi, diare
pada pelancong dan pasien immunocompromised. Pemberian antibiotic dapat
secara empiris, tetapi antibiotic spesifik diberikan berdasarkan kultur dan resistensi
kuman.
Dari kasus ini pasien awal datang pasien langsung diberi rehidrasi dengan Nacl
500 ,ranitidin (iv), dan ondensatron. Disini ondensatron serta ranitidine digunakan
sebagai terapi simtomatik.
Tatalaksana pada pasien tersebut terdiri atas rehidrasi, antibiotik, simptomatik,
dan terapi DM.
Rehidrasi
Infus RL 20 tpm
Antibiotik
Inj Ciprofloxacin 2 x 200 mg
Simptomatik
Paracetamol 3 x 500 mg antipiretik
New Diatab 2 x 2 mg antidiare
Injeksi Tomit 2 x 1 mg antiemetik
Terapi DM
Diet DM 1600 kal
Metformin 1- 0 - 1
Novorapid 3 x 8 mg insulin
Setelah dilakukan pemeriksaan lebih lanjut dan didiagnosis pasien terkena GEA
causa bakteri pasien diterapi cifotaxime 2×200, novorapid, metformin, glimtrid,
neurodex, paracetamol. Karena diketahui penyebab diare pasien karena bakteri maka
diberi antibiotic serta di beri obat metformin sebagai pengobatan untuk diabetesnya. Ini
sesuai dengan tatacara penanganan pasien GEA.
4.) Dokumentasi
Lampiran 1. Salinan Rekam Medis Pasien
Lampiran 2. Foto Kegiatan
Lampiran 1. Salinan Rekam Medis Pasien
REKAM MEDIS Ny. W / Female / 49 th
5 April 2019
IGD
GCS = E 4 V 5 M 6
Pupil = normal ASSESMENT AWAL
5.) Refrensi
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/43345/Chapter;jsessionid=4134B
3455CD4A350EC359F2422B5E6EF?sequence=4
Tanto C, Liwang F, Hanifari S, Pradipta EA. Kapita Selekta Kedokteran Ed.4. Jakarta:
Media Aesculapius. 2014.
Setiati, Siti, et.al. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: InternaPublishing. 2014.
https://www.inhealth.co.id/assets/collections/doc/ih-gazette-edisi-des14-mar15-ok-
5b5ed03cda4aa.pdf