KONSTRUKSI BETON I
DISUSUN OLEH :
I PUTU LAINTARAWAN, ST, MT.
I NYOMAN SUTA WIDNYANA, ST, MT.
I WAYAN ARTANA, ST.
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, atas
rahmatNya sehingga penyusunan Buku Ajar Konstruksi Beton I dapat diselesaikan.
Tulisan ini disusun untuk menunjang proses belajar mengajar untuk mata kuliah
Konstruksi Beton I sehingga pelaksanaannya dapat berjalan dengan baik dan lancar,
serta pada akhirnya tujuan dari mata kuliah ini dapat dicapai.Tulisan ini bukanlah satu-
satunya pegangan mahasiswa untuk mata kuliah ini, terdapat banyak buku yang bisa
digunakan sebagai acuan pustaka. Diharapkan mahasiswa bisa mendapatkan materi dari
sumber lain.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih banyak kelemahan dan
kekurangannya. Oleh karena itu kritik dan saran pembaca dan juga rekan sejawat
terutama yang mengasuh mata kuliah ini sangat kami perlukan untuk kesempurnaan
tulisan ini. Untuk itu penulis mengucapkan banyak terima kasih.
Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Hindu Indonesia iii
BAB X ANALISIS DAN PERENCANAAN PENAMPANG PERSEGI TERHADAP
LENTUR DENGAN TULANGAN RANGKAP ...........................................85
10.1 Analisis Penampang ............................................................................................... 85
10.2 Pemeriksanaan Keserasian Regangan ....................................................................87
10.3 Contoh Analisis Penampang dengan Tulangan Rangkap ......................................91
10.4 Perencanaan Penampang Persegi Terhadap Lentur dengan Tulangan Rangkap ....94
1.4.1 Kehalusan
Kehalusan sangat mempengaruhi penggeseran semen portlad dan juga
kekuatannya, makin halus semen makin cepat dan lebih cfektif terjadinya inleraksi
dengan air dan kekuatannya pun makin tinggi. Kehalusan tersebut setidaknya 80%
(berat) harus dapat melalui ayakan yang 4900 lubang tiap cm, biasanya kehalusan
dinyatakan luas permukaan tiap gram bahan.
1.5 Kekuatan
Kekuatan semen yang diukur adalah kekuatan tekan terhadap pasta, mortar,
beton.
Pasta : campuran antara semen dan air pada peibandingan tertentu
Mortar : campuran antara semen, air dan pasir pada perbandingan tertentu
Beton : campuran antara semen, air, pasir dan agregat/kerikil peda perbandingan
tertentu, kadang-kadang ditambah additive.
Umumnya kekuatan tekan diukur pada umur 28 hari. Kekuatan tekan yaitu kekuatan
tarik dan kekuatan lentur. Faktor-faktor yang mempengaruhi kekuatan tekan adalah :
1. Kualitas semen (makin halus semen makin tinggi kekuatan tekannya)
2. Kualitas selain semen
a. Kualitas air (suhu air 23° C ± 1,7° C )
b. Kualitas agregat
c. Kualitas additive
Untuk mengetahui mutu semen biasanya dibuat kubus-kubus untuk kuat
tekannya yang ukurannya bermacam-macam, bisa juga dibuat spesimen-spesimen uniuk
kuat tarik yang berbentuk khusus dan untuk kuat lentur prisma-prisma yang berukuran
4x4x16 cm2. Benda-benda percobaan (spesimen) tersebut dibuat dari campuran semen
portland.
2.1 Pendahuluan
Meningkatnya aktivitas perekonomian baik disektor industri, pariwisata,
perdagangan serta meningkatnya jumlah penduduk didaerah perkotaan & sentra-sentra
industri mengakibatkan kebutuhan penyediaan air akan terus meniangkat baik secara
kualitas maupun kuantitas. Secara umum bahwa pemanfaatan sumber daya air
digunakan untuk kebutuhan irigasi.
Agar kebutuhan air secara menyeluruh dapat dipenuhi maka perlu adanya
pengembangan dan pengelolaan sumber daya air secara terpadu, sehingga air dapat
dimanfaatkan secara efektif dan efesien. Pembangunan dibidang sumber daya air secara
bertahap dan berkelanjutan termasuk perbaikan dan peningkatan sebagian besar jaringan
irigasinya dari konstruksi sederhana seperti: kayu, batu, tanah menjadi bangunan air
yang permanen.
Agregat kreding lab Agregat kering udara Agregat dalam keadaan SSD ( pori -
(mengandung air pori agregat dipenuhi oleh air
didalamnya tetapi pori - tetapi permukaan agregat tetap
pori belum dipenuhi oleh air kering)
serta permukaan agregat
tetap kering)
Gambar 2.2 Proses agregat dari keadaan kering lab menjadi keadaan SSD
Selama proses pengerasan, beton akan mengalami reaksi kimia yaitu proses
hidrasi, proses hidrasi membutuhkan air dalam jumlah yang cukup, sehingga dihindari
terjadinya penguapan, sebab akan menghentikan proses hidrasi akibat kehilangan air.
Penguapan selain menghentikan proses hidrasi juga menyebabkan penyusutan kering
secara tepat, yang mengakibatkan beton menjadi retak-retak, untuk itu dilakukan
pekerjaan perawatan beton agar permukaannya selalu basah.
Perawatan beton yang perlu dilakukan adalah menjaga kelembaban beton agar
terus menerus dalam keadaan basah selarna beberapa hari dan mencegah penguapan dan
penyusutan awal. Perawatan yang teratur dan terjaga akan memperbaiki kualitas beton
itu sendiri yaitu membuat beton tahan terhadap agresi kimia. Cara perawatan beton yang
dilakukan antara lain sebagai berikut :
1. Menyirami permukaan beton dengan air secara terus menerus
Hal ini dilakukan pada waktu beton belum mengeras, dilakukan sekitar satu minggu
setelah pencetakan beton. Perawatan dengan cara ini dapat dilakukan pada beton
untuk konstruksi balok, kolom dan dinding - dinding vertikal.
2. Mengenai permukaan beton dengan air.
Perawatan dengan cara ini sangat cocok untuk konstruksi pelat-pelat atap.
Penggenangan yang dilakukan minimal dua minggu untuk menurunkan suhu akibat
terjadi penguapan.
3. Menyelimuti permukaan beton dengan karung basah.
Perawatan dengan cara ini dilakukan minimal dua minggu secara terus menerus.
Bila karung kelihatan akan kering maka karung segera disiram lagi. Karena karung
basah dapat melindungi beton dari terik rnatahari langsung dan
menurunkan suhu penguapan beton.
2.4 Shrinkage
Kandungan air dari adonan semen dengan air yang telah mengeras dapat
diklasifikasikan menjadi 3 macam :
1. Air (H2O) yang telah terikat dalam senyawa - senyawa hydrat yang mengeras.
Air ini terikat secara ikatan kimiawi, biasanya disebut "combined water” atau "non-
evaporable water”.
2. Adsorber water atau gei water yaitu H2O yang terikat secara ikatan fisika dalam
molekul - molekul cement gel.
3. Air bebas (free water) adalah air yang terdapat diantara fase padat dan pasta, air ini
disebut "capillary water".
Pada proses pengeringan beton terjadi penguapan dari "capillary water" yang
menyebabkan terjadinya penyusutan dari volume beton atau shrinkage. Shrinkage ini
dipengaruhi oleh :
- Komposisi semen.
- Jumlah mixing water
- Concrete mix.
- Curing condition.
Pengaruh komposisi semen terhadap shrinkage
Pada dasarnya komponen yang terkandung pada semen yang melepaskan panas
hidrasi paling besar akan memberikan kontribusi terhadap shrinkage paling besar.
Karena panas hidrasi tersebut akan menaikkan suhu pengeringan.
Pengaruh jumlah mixing water terhadap shrinkage.
Makin besar mixing water yang dipakai maka makin besar terjadinya penguapan
capillary water selama proses pengeringan dan oleh karenanya makin besar
3.1 Pendahuluan
Pesatnya pembangunan sering mengalami kekurangan akan bahan-bahan
bangunan seperti semen, kayu dan agregat. Kekurangan akan bahan-bahan tersebut
diantaranya disebabkan karena belum berkembangnya industri-industri bahan bangunan
dan pengolahan bahan bangunan yang kurang sempurna, misalnya masih sering terjadi
campuran agregat untuk pemakaian beton yang rnengandung tanah (lempung) sehingga
hasilnya akan mempengaruhi kekuatan beton yang dihasilkan. Oleh karena itu perlu
dilakukan penelitian-penelitian mengenai sifat-sifat dan karakteristik dari bahan-bahan
bangunan khnsusnya agregat sehingga dapat mencegah kesalahan-kesalahan
dikemudian hari.
4.1 Pendahuluan
Adalah suatu bahan tambahan untuk beton yaitu suatu produksi disamping bahan
semen, agregat campuran dan air juga dicampurkan dalam campuran spesi beton.
Tujuan dari bahan ini adalah urituk memperbaiki sifat - sifat tertentu dari campuran
beton keras dan lunak. Takaran bahan tambahan ini sangat sedikit dibandingkan dengan
bahan utama hingga takaran bahan ini dapat diabaikan. Bahan tambahan tidak dapat
mengkoreksi komposisi spesi - beton yang buruk, karenanya harus diusahakan
komposisi beton seoptimal mungkm dengan bahan-bahan dasar yang cocok. Ide bahan
tambahan sering berdasarkan efek ball-bearing, dcngan kata lain gelombang udara kecil
dibentuk dengan massa spesi dan bekerja scbagai pelumas yang mana konsistensinya
terpengaruh.
Dalam praktek pcmbuatan konstruksi beton, bahan tambahan (admixture)
merupakan bahan yang dianggap penting, terutama untuk pembuatan beton di daerah
yang beriklim tropis seperti di Indonesia. Penggunaan bahan tambahan tersebut
dimaksudkan untuk memperbaiki dan menambah sifat beton sesuai dengan sifat beton
yang diinginkan. Definisi bahan tambahan ini mempunyai arti yang luas, yaitu meliputi
material-material seperti polimer, fiber, mineral yang mana dcngan adanya bahan
tambahan ini komposisi beton mempunyai sifat yang berbeda dcngan aslinya atau beton
biasa.
Kekuatan ditingkatkan
Kekuatan
(- air)
ditingkatkan (+ semen)
Kekuatan ditingkatkan
Kekuatan (tanpa merubah porsi campuran)
ditingkatkan (- air - semen)
2 A 19 40 45 79 69
B 19 38 43 81 71
19 36 41 83 75
Untuk campuran yang direncanakan, akan membahas dua metode, yaitu: metode
DOE dan metodc ACI.
Metode DOE
Di Indonesia, metode DOE paling sering digunakan dalam pencampuran beton.
Cara ini dikembangkan oleh Departement of Environmental dari kerajaan Inggris dan
telah dikembangkan oleh Prof. Torben C, Hansen dengan sedikit modifikasi. Pada
metode DOE ini, beton terdiri dari campuran air, semen pasir dun bahan kerikil batu
pecah. Baik buruknya hasil campuran tergantung dan mutu bahan beton dan proporsi
dari masing-masing bahan tersebut.
Rencanakan adukan beton sesuai dengan ketentuan-ketentuan diatas dan data-data dari
bahan yang ada.
Tabel 5.7c Daftar Isian (Formulir) Rancangan Campuran Beton
Tabel/Grafik
Uraian Nilai
Perhitungan
2
1. Kuat tekan karakteristik Ditentukan 22,5 N/mm pada 28 hari bagian cacat 5%
2. Standar deviasi Diketahui 7 N/mm2 atau tanpa data (k = 1,64)
3. Nilai tambah 1,64 * 7 = 11,5 N/mm2
4. Kekuatan rata-rata yang hendak 1+3 22,5 + 11,5 = 34 N/m2
dicapai
5. Jenis semen Ditetapkan Semen normal type I
6. Jenis agregat : kasar Ditetapkan Batu pecah alami
halus Ditetapkan
7. Faktor air semen bebas Ditetapkan 0,6
8. Faktor air semen maksimum Ditetapkan 0,6
9. Slump Ditetapkan Slump 30 – 60
10. Ukuran agregat maksimum Ditetapkan 40 mm
11. Kadar air bebas Tabel 4 170 kg/m2
12. Kadar semen 11:8 170” 0,6 = 283 kg/m3
13. Kadar semen minimum Ditetapkan/PBI 265 kg/m3 pakai bila > 12, hitung no. 15
14. Kadar semen maksimum ......... Kg/m3
15. Faktor air semen yang disesuaikan Ditetapkan
16. Susunan butir agregat halus Grafik 3-9 PBI Daerah (zone) susunan butir 2
17. Persen bahan lebih halus dari 4,8 mm Grafi 8 35%
18. Berat jenis relatif agregat (kering 2,59 diketahui
permukaan)
19. Berat jenis beton Grafik 7 2,380 kg/m3
20. Kadar agregat gabungan 19, 12, 11 2,380 – 283 – 170 = 1.927 kg/m3
21. Kadar agregat halus 1927 * 0,35 = 674 kg/m3
22. Kadar agregat kasar 20 – 21 1927 – 647 = 1253 ko/m3
Tabel 5.7f Perkiraan Kekuatan Tekan (N/mm2) Beton dengan Faktor Air
Semen 0,5 dan Jenis Semen dan Agregat Kasar yang Biasa dipakai di
Indonesia
Kekuatan Tekan (N/mm2)
Jenis Semen Jenis Agregat Pada Umur (hari)
3 7 28 91
Semen Portland (tipe I) Alami (koral) 20 28 40 48
Batu pecah 23 32 45 54
- Dari tabel, untuk semen Portland tipe I dan batu pecah, pada umur 28 hari
’
bk = 45 N/mm2
- Dari grafik / gambar 1 :
Tabel 5.7g Perkiraan Kadar Air Bebas (kg/m3) yang dibutuhkan untuk Beberapa
Tingkat Kemudahaan Pengerjaan Adukan Beton
Ukuran Besar Butir Slump ( mm )
Agregat Maksimum Jenis Agregat 0 -10 10 -20 20-60 60-80
( mm )
10 Alami 150 180 205 225
Batu pecah 180 205 230 250
20 Alami 135 130 180 190
Batu pecah 170 190 210 225
30 Alami 115 140 160 175
Batu pecah 155 175 190 205
Karena dalam tabel ukuran butir maksimum adalah 30 mm, maka untuk butir
maksimum 40 mm, juga memiliki nilai yang sama, maka dan tabel didapat:
- Alami = 160 kg/m3
- Batu pecah = 190 kg/m3
- Slump = 30 -60 mm
Untuk agregat gabungan digunakan rumus :
2/3 Wf + 1/3 Wc
Wf = jumlah air pada agregat halus
Wc = jumlah air pada agregat kasar
Sehingga 2/3. 160 + 1/3 . 190 = 170 kg/m3 kadar air bebas.
Metode ACI
Contoh :
Beton dikehendaki mempunyai kekuatan tekan rata-rata pada 28 hari sebesar 35
MPa (500 lb/m2) untuk kondisi pengecoran, slump dianjurkan antara 25 sampai 50 mm
(1 dan 2 inch) dan ukuran agregat maksirnum tidak boleh melebihi 20 mm (¼ inch).
Sifat - sifat bahan beton adalah sebagai berikut:
- Semen : tipe I berat jenis = 3,15
- Agregat kasar : berat jenis (SSD) = 2,70
Resapan = 1,0%
kelembapan = 2,5%
berat kering = 1600 kg/m3 (100 lb/ft1)
- Agregat halus berat jenis = 2,65
Resapan = 1,3%
kelembapan = 5,5%
modulus kehalusan = 2,7
Informasi ini sangat penting pada Mix Disain yang biasanya rangkaian tahapannya
sebagai berikut:
Tahap 1 : Diperlukan informasi material
Tahap 2 : Pemilihan slump
Tahap 3 : Ukuran agregat maksirnum
Tahap 4 : Perhatikan tabel berikut
Tabel 5.7h Kandungan Udara
1-2 30 - 50 350 205 335 200 315 105 300 180 275 160 260 155 240 145
3-4 80 - 100 305 225 365 215 340 200 325 195 300 175 285 170 265 160
6-7 150 - 180 410 240 385 230 360 210 340 205 310 185 300 180 285 170
Perkiraan jumlah 3 2,5 2 1,5 1 0,5 0,5
udara di beton
tanpa rongga (5)
Beton dengan rongga udara
1-2 30 - 50 305 180 295 175 280 165 270 160 250 145 240 140 225 135
3-4 80 - 100 340 200 325 190 305 175 295 175 275 160 265 155 250 150
6-7 150 - 180 365 215 245 205 325 185 310 180 290 170 280 165 270 160
Dianjurkan kandungan udara total rata-rata (%)
Permukaan dari yang didapat :
Ringan 4,5 4,0 3,5 3,0 2,5 2,0 1,5d
Sedang 6,0 5,5 5,0 4,5 4,5 4,0 1,5d
Berat 7,5 6,0 6,0 5,5 5,5 5,0 4,5d
Tabel 5.7j Volume dari Agregat Kasar per Unit Volume Belon
Ukuran maksimum Volume kering agregat kasar per unit volume untuk
agregat modulus kehalusan yang berbeda dari pasir
in mm 2,4 2,6 2,8 3,0
1/8 10 0,50 0,48 0,46 0,44
½ 12,5 0,59 0,57 0,55 0,53
¾ 20 0,66 0,64 0,62 0,60
1 25 0,71 0,69 0,67 0,60
1 ½ 40 0,76 0,74 0,72 0,70
2 50 0,78 0,76 0,74 0,72
3 75 0,82 0,80 0,78 0,76
6 150 0,87 0,85 0,83 0,81
Berdasarken tabel diatas, untuk modulus kehalusan 2,7 maka volume dry radded
agregat kasar menjadi 0,63 m3/m3 atau 0,63 x 27 = 17,61 ft3 /yd3. Berat oven agregat
kasar adalah 0,63 x 1600 = 1008 kg (1701 lb). Berat SSd adalah 1008 x 1,01 = 1018 kg
(1718 lb).
Tabel 5.7k Mencari kebutuhan agregat halus dengan menggunakan metode berat
Ukuran maksimum Estimasi pertania dari beto
agregat Beton non air entrained Beton air entrained
Dari tabel diatas, berat beton diperkirakan 2280 kg/m3 atau 3840 Ib/yd3.
Berdasarkan persamaan Um = 10Ga (100 - A) + Cm (1 – Ga/ge) – Wm (Ga – 1)
dimana :
Um (U) = Berat beton segar, kg/m3 (lb/yd3)
Ga = Berat rata-rata bulk spesific gravity (SSD) dari kombinasi agregat halus dan
agregat kasar, asumsi rasional yang proporsi agregat kasar dan halus
Ge = Spesific gravity semen (umumnya 3,15 )
A = Kandungan udara, %
Wm, W = Jumlah kebutuhan air, kg/m3 (lb/yd3)
Cm, C = Kebutuhan semen, kg/m3 (lb/yd3)
Maka nilai yang digunakan :
Um = 10 (2,68)(100-6)+ 413(1 – 2 , 68
3,15 ) – 165 (2,68 - 1).
6.1 Pendahuluan
Beton merupakan bahan bangunan yang sampai saat ini merupakan sangat
populer karena beberapa sifat yang unggul dibandingkan bahan lain. Diantaranya adalah
mudah dalam mendapatkan bahan bakunya, tahan api dalam tingkat suhu tertentu,
mudah mengikuti bentuk arsitektur yang diinginkan.
Meskipun teknologi beton telah terbukti kemampuannya, namun karena tuntutan
konstruksi terhadap kekuatan dan keawetan, teknologi ini dapat ditingkatkan efektifitas
kinerjanya dengan memperbaiki mutu beton yang dikcnal dengan sobutan beton mutu
tinggi. Banyak yang mendifinisikan tentang kategori beton mutu tinggi disesuaikan
dengan kuat tekannya, seperti misalnya :
a. CSA mendifinisikan beton mutu tinggi untuk beton dengan kuat tekan f’c lebih
besar dari 70 MPa.
b. ACI mendifinisikan beton mutu tinggi untuk beton dengan kuat tekan f’c lebih besar
dari 60 MPa.
c. Sedangkan Firlandia telah kategori beton sebagai berikut :
- Normal Strength Concrete adalah beton yang mempunyai kekuatan tekan
nominal berkisar antara 20 MPa - 60 MPa.
- High Strength Concrete adalah beton yang mempunyai kekuatan tekan nominal
sampai dengan 100 MPa.
Karena beton ini memiliki kekuatan yang tinggi maka sering disebut dengan
High Strength Concrete (HSC), selain memiliki kekuatan yang tinggi, beton ini juga
memiliki keawetan yang tinggi schingga disebut juga High Performance Concrete
(HPC).
Perbedaan yang jelas antara beton mutu tinggi dengan beton normal adalah
faktor air semen (f.a.s) yang digunakan. Pada beton mutu tinggi faktor air semen yang
digunakan rendah sehingga proses pengeringannya lebih cepat.
Teknologi beton mutu tinggi telah banyak digunakan dalam konstruksi
konstruksi, baik dalam konstruksi gedung, jembatan maupun untuk konstruksi beton
pratekan. Ada beberapa alasan mengapa betcn mutu tinggi ini digunakan, diantaranya
adalah:
Tabel 6.3.3 Perkiraan volume agregat kasar per satuan volume beton untuk agregat
halus dengan modulus kehalusan 2,5 - 3,2
Ukuran maksimum agregat kasar Volume agregat kasar kondisi kering padat
(inch)
3/8 0,66
½ 0,68
¼ 0,72
1 0,75
Berat agregat kasar kondisi kering padat adalah volume menurut tabel diatas
kalikan dengan be rat isi kering padat agregat.
Dengan jumlah air menurut tabel dan kadar udara pasir 35%, maka void agregat
halus adalah :
Berat isi kering agregat halus
V= 1
Bulk spesific gravity dry
6. Kebutuhan semen
Jumlah kebutuhan semen adalah jumlah kebutuhan air dibagi dengan rasio (w/c+p)
menurut tabel 2.6. diatas.
7. Menghitung berat agregat halus kerina
Volume agregat halus kering adalah :
Vah = 1 - (Va + Vs + Vu + Vak)
Dimana :
Va : Volume air
Vs : Volume semen
6.5 Contoh dan Perhitungan Mix Disain Sesuai Dengan Jenis campuran
Sebuah contoh disajikan disini untuk menggarnbarkan prosedur perbandingan
beton mutu tinggi. Pada contoh ini semen yang digunakan adalah tipe I.
Beton mutu tinggi yang diinginkan untuk kolom pada tiga lantai pertama dun
bangunan tingkat tinggi. Persyaratan kekuatan tckan adalah 9000 Psi atau 62 MPa pada
umur 28 hari. Akibat jarak tulangan yang dekat dalam kolom. Ukuran maksimum
nominal agregat yang dapat digunakan adalah 1/4 inch. Pasir alami dalam bata 5 ASTM
C33 akan digunakan, yang mempunyai sifat seperti : modulus kehalusan (FM) = 2,90 ;
bulk specific gravity pada berat kering (BSG dry) 2,59 ; resapan pada berat kering (Abs)
= 1,1% ; dry roppcd unit weight (DKUW) 103 lb/ft3. Juga digunakan HRWR dan
sejumlah retander admixture.
1. Menentukan slump dan kekuatan yang diinginkan
Karena HRWR digunakan, beton didesain berdasarkan slump antara 1 sampai inch
sebelum penambahan HRWR. Kekuatan rata-rata yang digunakan untuk
menentukan perbandingan bcton adalah:
(f ' c 1400) (9000 1400)
f’cr = = = 11.556 Psi,... yaitu ... 11.600 Psi
0,90 0,90
2. Menentukan ukuran maksimum agregat
Batu pecah (crushed limestone) yang mempunyai ukuran maksimum nominal ½
inch yang digunakan. Sifat-sifal material ini adalah: bulk specific gravity pada berat
kering (BSG dry) 2,76; resapan pada berat kering (Abs) 0,7%, dry ropped unit
weight (DRUW) =101 lb/ft3.
V = 1 DRUW x100%
BSG dry
103
V= 1 x 100% 36%
(2.59) x (62.4)
Volume pasir yang diperlukan adalah (27 - 21,33) + 5,6 ft3. Perubahan pada
berat pasir kering per yd3 beton, berat yang diperlukan adalah (5,67) x (62,4) x
(2,59) = 916, 1b.
Perbandingan campuran beton untuk masing-masing campuran adulah
Campuran gabungan #1
Semen 782 lb
Fly ash 195 lb
Pasir, kering 916 lb
Agregat kasar, kering 1854 lb
Air, termasuk 2,5 ons / cwt* retanding admixture 303 Ib
Campuran gabungan #2
Semen 733 lb
Fly ash 244 lb
Pasir, kering 908 lb
Agregat kasar, kering 1854 lb
Air, termasuk 2,5 ons / cwt* retanding admixture 303 Ib
Campuran gabungan #4
Semen 782 lb
Fly ash 195 lb
Pasir, kering 916 lb
Agregat kasar, kering 1854 lb
Air, termasuk 2,5 ons / cwt* retanding admixture 303 Ib
9. Trial Campuran
Trial mixtures (trial campuran) dilakukan untuk campuran dasar dan masing-masing
dari keempat campuran gabungan tersebut. Pasir ditentukan yang mempunyai total
kelembaban 6,4% dan agregat kasar mempunyai total kelembaban 0,5%, pada
kondisi kering. Koreksi untuk menentukan bcrat batching untuk campuran dasar
dilakukan sebagai berikut: pasir, basah (947) x (1+ 0,064) = 1008 lb; agregat kasar,
basah (1854) x (1 + 0,005) = 1863 lb; dan air, koreksi = (303)- (947) (0,064 - 0,01
1) - (1854) -0,007) = 257 lb.
Ukuran trial campuran menjadi 3,0 ft3. Pengurangan berat batch untuk
menghasilkan 3,0 ft3 adalah sebagai berikut:
Campuran Dasar Camp. # 1 Camp. # 2 Camp. # 3 Camp. #,4
Air, lb
28,56 28,67 28,67 28,78 28,78
c. Percobaan kekuatan balok beton tanpa dan dengan begel telah diselidiki, diperoleh
kesimpulan :
- Balok tanpa tulangan dengan rasio a/d = 2,5 - 3,0 seperti pada beton normal
akan gagal secara getas setelah retak lentur merambat sampai titik tangkap
beban terpusat.
- Balok dengan rasio a/d < 5 untuk beton mutu tinggi memberikan keruntuhan
yang dapat dikategorikan sebagai keruntuhan geser lentur. Dengan pemasangan
begel ternyata kekuatan geser balok mencapai lebih dari 2x kekuatan yang
ditaksir oleh rumus ACI. Balok menunjukkan perilaku daktail.
0,2 f ' c
min = CSA
fy
f. Tulangan tranversal
f'c x b w x s
Avmin 0,06
fy
7. 1 Pengertian
Beton didefinisikan sebagai campuran antara sement portland atau semen
hidraulik yang lain, agregat halus, agregat kasar dan air, dengan atau tanpa bahan
tambahan yang membentuk massa padat.
Beton Bertulang adalah beton yang ditulangi dengan luas dan jumlah tulangan
yang tidak kurang dari nilai minimum yang diisyaratkan dengan atau tanpa prategang,
dan direncanakan berdasarkan asumsi bahwa kedua material bekerja bersama-sama
dalam menahan gaya yang bekerja.
Keunggulan sifat dari masing-masing bahan dimanfaatkan untuk menahan beban
secara bersama-sama atau dikatakan terjadi aksi komposit yaitu dengan kekuatan
tekannya dan baja dengan kekuatan tariknya.
Beton sangat mampu menahan tegangan tekan tetapi hampir tidak dapat
menahan tegangan tarik (kuat tarik beton berkisar 9%-15% dari kuat tekannya). Hasil
pengujian tekan benda uji beton diperlihatkan pada gambar di bawah. Nilai-nilai ’c dan
’c didapat dari hasil pengujian tekan tersebut. Tegangan tekan maksimum/ultimit ’cu
terjadi saat regangan beton ’c mencapai ±0,002.
’s
putus
daerah elastik
idealisasi
y
batas leleh
s (mm/mm)
y
Ketentuan Kekuatan dan Kemampuan Layan yang digunakan dalam analisis dan
perencanaan struktur beton bertulang berdasarkan SNI 03-2847-2002, Pasal 11.1 s/d
11.5). Kekuatan didefinisikan dimana struktur dan komponen struktur harus
direncanakan sedemikian rupa sehingga semua penampang mempunyai kuat rencana
minimum sama dengan kuat perlu, yang dihitung berdasarkan kombinasi beban dan
gaya terfaktor yang sesuai dengan ketentuan dalam tata cara ini. Disamping itu,
komponen struktur juga harus memenuhi ketentuan lain yang tercantum dalam tata cara
Adapun istilah-istilah yang umum digunakan dalam analisis dan disain beton
bertulang adalah sebagai berikut:
1. Beban Kerja : beban rencana yang digunakan untuk merencanakan komponen
struktur.
2. Beban Terfaktor : beban kerja yang telah dikalikan dengan faktor beban yang
sesuai.
3. Kuat Perlu : kekuatan suatu komponen struktur atau penampang yang diperlukan
untuk menahan beban terfaktor atau momen dan gaya dalam yang berkaitan dengan
beban tersebut dalam suatu kombinasi seperti yang ditetapkan dalam tata cara ini.
4. Kuat Nominal : kekuatan suatu komponen struktur atau penampang yang dihitung
berdasarkan ketentuan atau asumsi metode perencanaan sebelum dikalikan dengan
nilai faktor reduksi kekuatan yang sesuai.
5. Kuat Rencana : kuat nominal dikalikan dengann suatu faktor reduksi kekuatan .
cu
d
As c
c-d’
d h
garis netral
As d-c
s
b
Gambar 8.1a Regangan pada tulangan dan beton
εs c d εs d c
ε cu c ε cu d
(c) Regangan maksimum yang dapat digunakan pada serat tekan beton terluar harus
diasumsikan sama dengan 0,003
cu=0,003
d
As c c-d’
d h
garis netral
As d-c
s
b
Gambar 8.1b Regangan maksimum yang digunakan pada serat tekan beton terluar
(d) Tegangan pada tulangan yang nilainya lebih kecil dari kuat leleh fy harus diambil
sebesar (Es x s). Regangan yang nilainya lebih besar dari regangan leleh yang
berhubungan dengan fy, tegangan pada tulangan harus diambil sama dengan fy.
I=L+h I = L1 + h
cu=0,003 0,85 f c
Cc
c
d h
garis netral
As
Ts
s
cu=0,003 0,85 f c
Cc
c
d h
garis netral
As
Ts
s
1,4
Persentase tulangan minimum : min
fy
Persentase tulangan maksimum : m aks 0,75b
Dimana : adalah perbandingan luas total penampang tulangan dengan luas total
penampang beton ( = As/bd)
0,85 f 'c 600
b 1
fy (600 f y )
cu=0,003 0,85 f c
a= 1 c Cc
c
d h
d- a/2
As
Ts
s
b
cu=0,003 0,85 f c
a= 1 c Cc
c
d h
d- a/2
As
Ts
s
b
1,4 1,4
min 0,003
fy 413,4
As 2580
ρ 0,0222 ρ min OK
bd 254 x 457,2
a a
Mn Ts d As f y d
2 2
143,51
Mn 2580 x 413,4 457,2
2
Mn = 411104844 Nmm = 411 kNm
As f y 2580 x 413,4
a 79,8 mm
0,85 f'c b 0,85 x 62,1 x 254
79,8
Mn 2580 x 413,4 457,2
2
Mn = 445080495,6 Nmm = 445 kNm
a
M = 0 ; Mn Ts d (2)
2
Ada 3 bilangan yang tidak diketahui (b, d, dan As), tetapi hanya ada dua persamaan. Hal
ini dapat diselesaikan dengan menetapkan terlebih dahulu persentase tulangan terpasang
( ),
As
dimana ρ atau As ρbd
bd
Dari persamaan (1):
Cc = Ts 0,85 f’c a b = As fy
0,85 f’c a b = b d fy
fy
a ρd (3)
0,85 f'c
Substitusi nilai a pada persamaan (3) ke persamaan (2) menghasilkan:
ρ fy
Mn ρ b d fy d d (4)
2 0,85f'c
Nilai Mn pada persamaan (4) dibagi dengan (bd2) menghasilkan suatu besaran yang
disebut dengan koefisien lawan (resistence coeffisient) Rn.
fy
Bila m, maka :
0,85f'c
Mn 1
Rn ρ fy 1 ρm (5)
b d2 2
Karena ukuran penampang beton telah diperkirakan terlebih dahulu sehingga nilai b dan
d besarnya sudah diketahui, maka nilai Rn dapat dihitung. Nilai dapat dicari dengan
menyelesaikan persamaan (5).
1,4
min dan m aks 0,75ρb
fy
Mn
2. Hitung nilai (bd2) yang diperlukan : b d2
Rn
1 fy
dimana : Rn ρ fy 1 ρ m dan m
2 0,85f'c
3. Pilih suatu nilai b dan d yang memenuhi besar (bd2) di atas.
Pendekatan : b/d 0,25 – 0,60, saran b/d 0,50
4. Hitung harga Rn dan untuk ukuran penampang (b dan d) yang dipilih.
Mn
R n , baru
b d2
1 2 m R n , baru
ρbaru 1 1
m fy
5. Hitung luas tulangan tarik As; As = baru bd
6. Pilih tulangan yang akan dipasang dan periksa kekuatan nominal penampang untuk
Mu
memastikan bahwa Mn atau Mn ≥ Mu.
a A st f y
Mn A st f y d dengan a
2 0,85 f'c b
d’ As’
As’
(d-d’) d +
h
As As1
As2
b bagian 1 bagian 2
Gambar 10.1a Penampang balok bertulangan rangkap
As’
Cc Cs
a
garis netral + Z2
Z1
As1 Ts1
Ts2
As2
As A' s
dimana dan '
bd bd
d'
's 0,003 1 0,85 1 f 'c
( ') fy d
fy
Dengan nilai 's dan Es = 200.000 MPa maka persamaan diatas menjadi:
Es
f’s = Es ’s
f 's
b b '
fy
dengan b adalah persentase tulangan dari balok bertulangan tunggal dengan luas
tulangan tarik As1 dalam keadaan tulangan seimbang.
0,85 f 'c 600
b 1
fy 600 fy
Persentase tulangan maksimum untuk balok bertulangan rangkap:
f 's
m aks 0,75 b '
fy
Diketahui:
b, d, d’, As, A’s, f’c, fy
As A' s
; '
bd bd
f 'c 1,4
min atau min
4 fy fy
tidak
ditingkatkan > min
As f y A's f 's
a
0,85 f 'c b
a
Mu = {(As – A’s) fy d + As fy (d – d’)}
2
Selesai
2D20
450 mm
5D20 10 mm
300 mm
Penyelesaian :
Tinggi efektif penampang d:
d’ = 30 + 10 + 20/2 = 50 mm
d = 450 – 50 = 400 mm
b
As’
Cc Cs
a
garis netral + Z2
Z1
As1 Ts1
Ts2
As2
a= 1 c ; z1 = d – a/2 ; z2 = d-d’
Periksa tulangan tekan leleh atau tidak :
0,85 1 f 'c d ' 600
' tulangan tekan leleh
fy d 600 f y
0,85 f 'c d ' 600
1 0,85 0,85 25 50 600
0,0169 ' 0,00786
fy d 600 f y 400 400 600 400
tulangan tekan belum leleh (f’s < fy)
0,85 0,85 25 50
f 's 600 1 169 MPa
0,00786 400 400
f 's
m aks 0,75 b '
fy
289
m aks 0,0203 0,00523 0,0241
400
f 'c 25
min 0,0031
4 fy 4 400
1,4 1,4
min 0,0035
fy 400
Dipilih min = 0,0035
min < = 0,01309 < maks (under - reinforced)
a
Mn = (As fy – A’s f’s) d + A’s f’s (d – d’)
2
Contoh :
Diketahui balok beton bertulang persegi dengan tulangan rangkap mempunyai dimensi
(300 x 450) mm2, menahan momen terfaktor Mu = 25,23 tm (termasuk berat sendiri).
Beton deking d’ = 40 mm. Mutu baha: f’c = 25 MPa dan fy = 400 MPa. Rencanakan
tulangan lentur balok tersebut.
Penyelesaian
Mu = 25,23 tm = 252,3 kNm
Mn = 252,3 / 0,8 = 315,375 kNm
d = 450 – 40 = 410 mm2, f’c = 25 MPa 1 = 0,85
a A s1 f y
Mn1 = As1 fy d dengan a
2 0,85 f'c b
1660 400
Mn1 = 1660 x 400 x 400
2 0,85 25 300
237659922 Nmm 237,660 kNm
Mn1 < Mn = 315,375 kNm (diperlukan tulangan rangkap)
Periksa keadaan tulangan tekan:
0,85 1 f 'c d ' 600
' tulangan tekan leleh
fy d 600 f y
0,85 f 'c d ' 600
1 0,85 0,85 25 40 600
0,0132 ' 0,0135
fy d 600 f y 400 410 600 400
tulangan tekan belum leleh (f’s = fy)
Dipasang tulangan :
Tulangan tarik 7D20 (As = 2198 mm2)
Tulangan tekan 2D20 (As = 628 mm2)
f 'c 25
min 0,0031
4 fy 4 400
1,4 1,4
min 0,0035
fy 400
Dipilih min = 0,0035
min < = 0,01309 < maks (under - reinforced)
Tinggi garis netral c
(2198 400 628 289)
a 98,5 mm
0,85 25 300
98,5
c 115,9 mm
0,85
a
Mn = (As fy – A’s fy) d + A’s f’s (d – d’)
2
98,5
Mn = (2198 x 400 – 628 x 400) 400 + {628 x 400 (400 – 40)
2
= 319495000 Nmm = 319,495 kNm
Pada umumnya balok beton biasanya dicor monolit dengan pelat sehingga
lendutan pada balok mengakibatkan bagian pelat yang bersebelahan dengan balok ikut
melendut. Tegangan tekan terjadi pada bagian badan balok dan sambungan pelat. Dalam
kondisi ini perlu diketahui berapa bagian lebar pelat yang efektif menerima distribusi
gaya-gaya balok (berapa bagian lebar efektif flens).
b1 bw b2
L1 L2
be Be
t1 t2
b1 bw b2
bw b3
d - a/2
d h
As
Ts
s
bw
hf Cf = Asf fy
a Cc
Asf c
d h d - a/2 d - hf/2
As As Ts = (As - Asf) fy
Tf = Asf fy
bw
Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Hindu Indonesia 100
Komponen gaya tarik : Tf = Asf fy
Cf Tf
0,85 f'c (b e b w ) h f
A sf
fy
d As f y d
a hf
d 0,85 f'c b e d
As f y 1
dimana dan 1,18
f'c b e d 0,85
sehingga hf < a
hf (1,18 d)
Persentase tulangan kondisi tulangan seimbang (balanced reinforced) untuk balok T
adalah :
bw
ρb ( ρb ρf )
be
0,85f'c 600
dimana ρ b β1
fy 600 f y
A sf
ρf
bw d
0,85f'c (b e b w ) h f
A sf
fy
Agar terjadi keruntuhan daktail maka persentase penulangan balok T harus memenuhi
batasan :
As
ρ ρ maks 0,75 ρ b
be d
Persyaratan tulangan minimum
Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Hindu Indonesia 101
As 1,4
ρw ρ min
bw d fy
Pemeriksaan keserasian regangan tidak perlu dilakukan dalam analisis balok T
karena baja imajiner (Asf) dianggap selalu dalam keadaan leleh. Analisis dan
perencanaan tulangan balok T identik dengan analisis dan perencanaan yang dilakukan
pada balok bertulangan tunggal atau rangkap, yaitu dengan menganggap tulangan tarik
sebagai 2 bagian yaitu As1 yang harus mengimbangi gaya tekan segieMPat dengan luas
(bw x a) dan As2 yang harus mengimbangi luas baja imajiner Asf.
Sehingga kuat momen nominal total dari balok T :
Mn Mn1 Mn2
a a
M n1 A s1 f y d (A s A sf ) f y d
2 2
hf hf
M n2 A s2 f y d A sf f y d
2 2
Kuat momen rencana:
a hf
Mu Mn (A s A sf ) f y d A sf f y d
2 2
Contoh
Diketahui balok T dengan jarak spasi antar balok 800 mm, bw = 250 mm, hf = 50 mm, d
= 300 mm, tulangan tarik 3D29, dimana fy = 400 MPa dan f’c = 20 MPa. Hitung kuat
momen batas penampang.
Penyelesaian :
Lebar efektif penampang dengan flens (be)
be = bw + 16hf = 250 + (16x50) = 1050 mm
be = jarak antar balok = 800 mm
dipilih be = 800 mm
Asumsi tulangan baja tarik sudah mengalami leleh (3D29), As = 1982 mm2), maka :
Ts = As fy = 1982 x 400 = 792800 N = 792,8 kN
Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Hindu Indonesia 102
Gaya tekan total pada flens :
Cf = 0,85 f’c be hf = 0,85 x 20 x 800 x 50 = 680 kN
Karena Ts > Cf berarti blok tegangan tekan terdiri dari seluruh flens dan sebagian badan
balok, sehingga garis netral jatuh di badan balok sehingga penampang dianalisis sebagai
balok T murni.
Sisa gaya tekan yang bekerja:
Ts – Cf = 792,8 – 680 = 112,8 kN
1,4 1,4
ρ min 0,0035
fy 400
As 1982
ρ aktual 0,0264 0,0035
bw d 250 300
Titik berat blok tegangan tekan dicari dengan menghitung momen statis terhadap tepi
atas penampang:
Ay {(800 50) 25 (250 26.5) (50 13.25)}
y 30,4 mm
A {(800 50) (250 26,5)
Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Hindu Indonesia 103
DAFTAR PUSTAKA
4. Wahyudi dan Rahim (1999). Struktur Beton Bertulang (Standar Baru SNI T-15-
1991-03). PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
5. Wang dan Salmon (1993). Disain Beton Bertulang. Diterjemahkan oleh Binsar
Hariandja, Jilid 1. Erlangga, Jakarta.
Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Hindu Indonesia 104