Lemak dan minyak merupakan senyawaan trigliserida atau triasgliserol, yang berarti “triester
dari gliserol” . Jadi lemak dan minyak juga merupakan senyawaan ester . Hasil hidrolisis
lemak dan minyak adalah asam karboksilat dan gliserol . Asam karboksilat ini juga disebut
asam lemak yang mempunyai rantai hidrokarbon yang panjang dan tidak bercabang.
Asam lemak jenuh merupakan asam lemak yang mengandung ikatan tunggal pada rantai
hidrokarbonnya. Asam lemak jenuh mempunyai rantai zig-zig yang dapat cocok satu sama
lain, sehingga gaya tarik vanderwalls tinggi, sehingga biasanya berwujud padat. Sedangkan
asam lemak tak jenuh merupakan asam lemak yang mengandung satu ikatan rangkap pada
rantai hidrokarbonnya . asam lemak dengan lebih dari satu ikatan dua tidak lazim,terutama
terdapat pada minyak nabati,minyak ini disebut poliunsaturat. Trigliserida tak jenuh ganda
(poliunsaturat) cenderung berbentuk minyak.
CARA KIMIA
1. penentuan angka penyabunan
angka penyabunan menunjukkan berat molekul lemak dan minyak secara kasar .minyak yang
disusun oleh asam lemak berantai karbon yang pendek berarti mempunyai berat molekul
ytang relatif kecil, akan mempunyai angka penyabunan yang besar dan sebaliknya bila minya
mempunyai berat molekul yang besar ,mka angka penyabunan relatif kecil . angka
penyabunan ini dinyatakan sebagai banyaknya (mg) NaOH yang dibutuhkan untuk
menyabunkan satu gram lemak atau minyak.
menyabunkan satu gram lemak atau minyak.
(titrasi blanko-titrasi sampel)x NHCl x MrNaOH
Angka penyabunan=
W sampel (gram)
Prosedur:
Sebanyak ± 5,0 gram minyak/lemak yang dimasukkan ke dalam erlenmeyer 200 ml, lalu
ditambah 50 ml larutan KOH-etanolik yang dibuat dari 40 g KOH dalam 1 L etanol. Setelah
itu ditutup dengan pendingin balik dan dididihkan dengan hati-hati selama 30 menit. Larutan
selanjutnya didinginkan dan ditambah beberapa tetes indicator PP. Kelebihan larutan KOH
dititrasi dengan larutan baku HCl 0,5 N. Untuk mengetahui kelebihan larutan KOH ini
diperlukan titrasi blanko, yakni prosedur sama tetapi tanpa lemak/minyak.
Dalam metode ini yang digunakan “halogenating agent” adalah ICl (metode Wijs) dan IBr
(metode Hanus).
Metode Wijs:
Sebanyak 16 gram ICl + 1 L asam asetat glacial, kemudian diambil 25 ml. Sebanyak 0,1 – 0,5
gram sampel + 25 ml reagent tersebut + 20 ml pelarut organic, dibiarkan ± 30 menit (25-
30oC), maka I2 yang bebas dititrasi dengan larutan natriumtiosulfat 0,1 N.
Metode Hanus:
Sebanyak 20 gram IBr + 1 L asam asetat glacial, kemudian diambil 25 ml. Sebanyak 0,25-0,5
gram sampel + 10 ml pelarut organic (CHCl3 / CCl4) + 25 ml reagent tersebut kemudian
dibiarkan ± 1 jam (dalam ruang gelap). Selanjutnya I 2 bebas dititrasi dengan larutan
natriumtiosulfat 0,1 N.
IV (Iodine Value) indikasi yang benar dari jumlah ketidakjenuhan lemak/minyak,
tetapi bila ikatan rangkap terdapat pada tempat-tempat yang tidak wajar dalam asam-asam
lemak atau dalam system terkonjugasi, maka IV itu tidak lagi menggambarkan jumlah
ketidakjenuhan secara benar.
Prosedur:
Minyak cair disaring dengan kertas saring. Sebanyak 5 gram sampel ditimbang lalu
dimasukkan ke dalam labu destilasi 300 ml. Selanjutnya ditambah 20 ml larutan NaOH-
gliserol (20 ml NaOH 50% dalam 180 ml gliserol pekat). Campuran tersebut dipanaskan
sampai minyak tersabunkan dengan sempurna (sampai diperoleh cairan jernih). Campuran
dijaga agar tidak terbentuk busa dengan menggoyangkan labu pelan-pelan. Campuran
selanjutnya + 135 ml air mendidih tetes demi tetes untuk menghindari terbentuknya busa lalu
+ 5 ml larutan asam sulfat 20% dan batu didih. Labu destilasi dihubungkan dengan lat
destilasi dan didestilasi pada suhu yang tidak terlalu tinggi sehingga asam lemaknya tidak
mendidih. Pemanasan diatur sedemikian rupa sehingga selama 30 menit I akan diperoleh
destilat sebanyak 120 ml. Destilat yang masuk ke dalam penampung bersuhu tidak boleh
lebih dari 20oC. Jika telah diperoleh destilat sebanyak 110 ml, api dimatikan. Destilat yang
masih ke luar setelah api dimatikan, ditampung dalam botol lain. Destilat dari kedua botol
dicampurkan sambil dikocok pelan-pelan, lalu direndam dalam air yang mempunyai suhu
15oC selama 15 menit dan disaring dengan kertas saring. Selanjutnya sebanyak 100 ml
destilat yang telah disaring dititrasi dengan larutan baku NaOH 0,1 N dengan indicator PP
sampai diperoleh warna merah jambu. Dilakukan pula titrasi blanko.
4.1.2 Penentuan Kualitas Lemak
Faktor penentu kualitas lemak atau minyak,antara lain:
1. Penentuan angka asam
angka asam menunjukkan banyaknya asam lemak bebas yang terdapat dalam suatu lemak
atau minyak . angka asam dinyatakan sebagai jumlah miligram KOH yang dibutuhkan untuk
menetralkan asam lemak bebas yang terrdapat dalam satu gram lemak atau minyak.
A-F
Kadar air = x 100%
A
2. Hidrolisa
Dalam reaksi hidrolisis, lemak dan minyak akan diubah menjadi asam-asam lemak bebas dan
gliserol. Reaksi hidrolisi mengakibatkan kerusakan lemak dan minyak. Ini terjadi karena
terdapat terdapat sejumlah air dalam lemak dan minyak tersebut.
3. penyabunan
Reaksi ini dilakukan dengan penambhan sejumlah larutan basa kepada trigliserida. Bila
penyabunan telah lengkap,lapisan air yang mengandung gliserol dipisahkan dan gliserol
dipulihkan dengan penyulingan.
4. Hidrogenasi
Proses hidrogenasi bertujuan untuk menjernihkan ikatan dari rantai karbon asam lemak pada
lemak atau minyak . setelah proses hidrogenasi selesai , minyak didinginkan dan katalisator
dipisahkan dengan disaring . Hasilnya adalah minyak yang bersifat plastis atau keras ,
tergantung pada derajat kejenuhan.
5. Pembentukan keton
Keton dihasilkan melalui penguraian dengan cara hidrolisa ester.
6. Oksidasi
Oksidasi dapat berlangsung bila terjadi kontak antara sejumlah oksigen dengan lemak atau
minyak . terjadinya reaksi oksidasi ini akan mengakibatkan bau tengik pada lemak atau
minyak.
DAFTAR PUSTAKA
1. Harold Hart,” Organic Chemistry”, a Short Course, Sixth Edition,
Michigan State University, 1983, Houghton Mifflin Co.
2. Ralp J. Fessenden and Joan S. Fessenden, “ Organic Chemistry,”
Third Edition, University Of Montana, 1986, Wadsworth, Inc,
Belmont, Califfornia 94002, Massachuset, USA.