Materi Langkah Awal Penentuan Usaha Bumdes
Materi Langkah Awal Penentuan Usaha Bumdes
KAJIAN PENENTUAN
UNIT USAHA
BUMDES
LANGKAH AWAL
KAJIAN PENENTUAN UNIT USAHA - BUM Desa
GAMBARAN UMUM
UU No. 6/2014 tentang Desa dinyatakan sebagai kesatuan masyarakat hukum yang memiliki
batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan,
kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/ atau
hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Substansi undang-undang ini menegaskan tentang janji pemenuhan
kebutuhan dalam konteks pembangunan nasional di tingkat desa. Selanjutnya dalam UU No.
6/2014 tentang Desa juga menyatakan bahwa "Desa dapat mendirikan Badan Usaha Milik
Desa". Pendirian badan usaha tersebut berpedoman pada peraturan perundang-undangan. Ini
merupakan bagian penting dan tidak terpisahkan dari keaslian otonomi desa.
Sejalan dengan dikeluarkannya berbagai kebijakan yang mengatur BUM Desa, telah banyak
pemerintah kabupaten menginisiasi pendirian Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa) yang
didasarkan atas kebutuhan dan potensi desa sebagai upaya peningkatan kesejahteraan
masyarakat.
BUM Desa dibangun atas prakarsa (inisiasi) masyarakat desa serta berdasar prinsip kooperatif,
partisipasi, dan emansipasi dengan mekanisme member-base dan self-help. Badan ini
diharapkan dapat menjadi wadah kegiatan ekonomi yang terdapat di desa. Karena itu,
pengelolannya harus dilakukan secara profesional, kooperatif, mandiri dan berkelanjutan.
Secara kelembagaan, permasalahan yang dihadapi terhadap pendirian BUMDesa pada dasarnya
dapat dikelompokkan kedalam hal-hal yang bersifat internal dan eksternal. Permasalahan
internal meliputi keterbatasan Sumber Daya Manusia (SDM), manajemen yang belum efektif
sehingga kurang efisien, serta keterbatasan modal. Sedangkan permasalahan eksternal meliputi
kemampuan monitoring yang belum efektif, kurangnya pengalaman, serta infrastruktur yang
kurang mendukung. Kondisi inilah yang mengakibatkan pelayanan dalam pengembangan BUM
Desa masih belum mampu menjangkau secara luas, padahal pelayanan dalam pengembangan
BUM Desa secara luas akan sangat penting perannya dalam membantu investasi bagi pelaku
usaha mikro di perdesaan.
BUM Desa merupakan bentuk kelembagaan desa yang memiliki kegiatan menjalankan usaha
ekonomi atau bisnis untuk memperoleh manfaat yang berguna bagi kesejahteraan masyarakat
desa. Desa mendirikan BUM Desa bukanlah semata-mata untuk mencari keuntungan ekonomis
atau laba, akan tetapi meliputi pula manfaat sosial dan manfaat non ekonomi lainnya. Manfaat
ekonomi yang ingin diperoleh dari kegiatan usaha BUM Desa adalah keuntungan atau laba
secara finansial, PADes bertambah, terbukanya lapangan kerja baru bagi warga desa, dan
kegiatan usaha ekonomi desa semakin dinamis. Manfaat sosial dan non ekonomi lain dari BUM
Desa, misal: memperkuat rasa kebersamaan diantara warga desa, memperkokoh kegotong
royongan, menumbuhkan kebanggaan dari warga terhadap desanya, warga menjadi lebih
kerasan tinggal di desa, mendorong tumbuhnya prakarsa dan gerakan bersama warga untuk
membangun desa secara mandiri, kelestarian lingkungan hidup, semakin baiknya pelayanan
pemerintah desa kepada warga, dan seterusnya.
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa pada pasal 87 menyebutkan (ayat 1) Desa
dapat mendirikan Badan Usaha Milik Desa yang disebut BUM Desa; (ayat 2) BUM Desa dikelola
dengan semangat kekeluargaan dan kegotong royongan; dan (ayat 3) BUM Desa dapat
menjalankan usaha di bidang ekonomi dan/atau pelayanan umum sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan. Kata "dapat" dalam undang-undang tersebut mengandung
pengertian bahwa desa diberi kesempatan, hak dan kewenangan untuk mendirikan BUM Desa.
Oleh karena itu, pendirian BUM Desa hendaknya dipahami sebagai peluang baru bagi desa
untuk mengembangkan perekonomian desa melalui pendayagunaan potensi desa untuk
memenuhi kebutuhan warga desa. Dengan kata lain, unit usaha yang akan dijalankan BUM
Desa hendaknya bertumpu pada potensi dan kebutuhan desa.
Pendirian BUM Desa merupakan inisiatif desa, bukan perintah dari pemerintah supra desa,
sehingga pengelolaannya harus berdasarkan prinsip kemandirian desa dan semangat
kekeluargaan serta kegotongroyongan.
Pendirian BUM Desa antara lain dimaksudkan untuk mengurangi peran para tengkulak yang
seringkali menyebabkan meningkatnya biaya transaksi antara harga produk dari produsen
kepada konsumen akhir. Melalui lembaga ini diharapkan setiap produsen di perdesaan dapat
menikmati selisih harga jual produk dengan biaya produksi yang layak dan konsumen tidak
harus menanggung harga pembelian yang mahal. BUM Desa dapat menjadi distributor utama
untuk memenuhi kebutuhan sembilan bahan pokok (sembako). Selain itu, BUM Desa berfungsi
menumbuh suburkan kegiatan pelaku ekonomi di perdesaan .
Dengan demikian, BUM Desa merupakan pilar kegiatan ekonomi di desa yang berfungsi sebagai
lembaga sosial (social institution) dan sekaligus komersial (commercial institution). BUM Desa
sebagai lembaga sosial berpihak kepada kepentingan masyarakat melalui kontribusinya dalam
penyediaan pelayanan sosial. Sedangkan sebagai lembaga komersial bertujuan mencari
keuntungan (laba) dari berbagai usaha/bisnis yang dijalankannya.
PERENCANAAN USAHA
Rencana usaha atau Business Plan pada dasarnya merupakan uraian tertulis mengenai masa
depan usaha/bisnis, yang menjelaskan tentang: apa, dimana, oleh siapa, dan bagaimana
kegiatan usaha akan dijalankan. Rencana usaha biasanya digunakan oleh wirausahawan yang
sedang mencari calon investor untuk menyampaikan visi dan misinya kepada calon investor
atau pemodal. Menurut Pinson (2003), ada tiga tujuan utama menyusun rencana usaha.
Pertama, sebagai panduan dalam menjalankan usaha. Rencana usaha adalah cetak biru bisnis
yang memberi informasi lebih rinci atas seluruh aspek kegiatan usaha di masa lalu dan masa
sekarang, maupun proyeksi beberapa tahun ke depan. Ini bagi kegiatan usaha yang sudah
berjalan. Bagi kegiatan yang baru, tentu belum memiliki sejarah, sehingga informasi yang
termuat dalam rencana usaha lebih didasarkan proyeksi.
Kedua, sebagai dokumentasi pendanaan. Bila mencari dana, rencana bisnis akan merinci
bagaimana dana itu dapat memajukan tujuan perusahaan dan meningkatkan laba. Pemberi
pinjaman ingin mengetahui cara mengatur arus kas dan membayar pinjaman beserta bunganya
secara tepat waktu. Investor ingin tahu apakah investasinya dapat meningkatkan kekayaan
bersih serta memperoleh laba atas investasinya itu.
Ketiga, bila berbisnis secara internasional, rencana bisnis menjadi alat standar untuk
mengevaluasi potensi bisnis di pasar luar negeri. Rencana usaha/bisnis dapat menunjukkan cara
suatu perusahaan dapat bersaing di era global saat ini.
Rencana usaha perlu dibuat oleh siapapun yang akan atau bahkan sudah menjalankan suatu
kegiatan usaha. Bagi desa yang hendak menjalankan BUM Desa, terlebih dahulu perlu membuat
rencana usaha agar segala aspek yang berkenaan dengan kegiatan usaha yang akan dijalankan
dapat diperhitungkan dan dipersiapkan sebaik-baiknya. Demikian pula bagi desa yang sudah
menjalankan unit kegiatan usaha BUM Desa, rencana usaha perlu dibuat dalam rangka
pengembangan kegiatan usahanya.
Dalam praktek sehari-hari dokumen rencana usaha dapat disusun berdasarkan hasil kajian
kelayakan usaha untuk memulai usaha atau mengembangkan usaha yang sudah ada. Rencana
usaha itu bukanlah suatu kajian kelayakan usaha, hal ini seringkali disalah-artikan. Kajian
kelayakan usaha lebih bersifat sebagai kegiatan penelitian untuk mengkaji apakah suatu
kegiatan yang direncanakan itu layak atau tidak layak untuk dijalankan. Sedangkan rencana
usaha memiliki fungsi perencanaan yang berisikan langkah-langkah yang diperlukan untuk
mewujudkan suatu ide menjadi kenyataan. Hasil dari kajian kelayakan usaha akan menjadi
dasar bagi rencana usaha yang mulai dipersiapkan jika sudah diketahui bahwa suatu alternatif
itu layak untuk dilanjutkan.
Rencana usaha berisikan "cetak biru" pelaksanaan usaha. Ada 3 (tiga) bagian utama dari sebuah
rencana usaha, yaitu:
1. Managemen Bisnis, yang menjelaskan secara rinci kegiatan usaha yang digeluti, struktur
usaha, produk dan jasa yang ditawarkan, dan bagaimana rencana untuk mensukseskan
bisnis.
2. Pasar, yang membahas dan menganalisis calon konsumen: siapa dan dimana mereka
berada, apa yang menyebabkan mereka mau membeli, dan lain-lain. Dalam bagian ini,
perlu juga dijelaskan persaingan yang akan dihadapi dan bagaimana memenangkan-
nya.
3. Finansial, mencakup estimasi atau perkiraan pendapatan dan arus kas, neraca serta alat
analisis keuangan lainnya, misalnya analisis break even point. Untuk ini mungkin akan
memerlukan bantuan seorang akuntan dan program software spreadsheet yang bagus.
MENGAPA HARUS ADA KAJIAN KELAYAKAN PENENTUAN USAHA BUMDES ?
BUM Desa sebagai lembaga perekonomian desa hendaknya diselenggarakan dan dikelola
secara profesional, inovatif-kreatif, rasional dan mandiri. BUM Desa sebagai lembaga desa yang
menjalankan usaha ekonomi harus memperhatikan prinsip efisiensi dan efektifitas serta kehati-
hatian dalam menjalankan usaha. Oleh karena itu sebelum menjalankan suatu kegiatan usaha
terlebih dahulu harus dipertimbangkan matang-matang kelayakan dari jenis usaha yang akan
dijalankan itu. Keputusan untuk memilih suatu jenis usaha menjadi bidang usaha BUM Desa
bukanlah persoalan yang mudah. Bidang-bidang usaha yang direncanakan harus layak untuk
dijalankan. Cara yang paling lazim untuk menilai kelayakan usaha adalah dengan melakukan
Kajian Kelayakan Usaha. Oleh karena itu, pengetahuan tentang Kajian Kelayakan Usaha sangat
penting, karena dalam memulai suatu usaha tidak cukup hanya mengandalkan pengalaman dan
insting (naluri) saja.
Kajian Kelayakan Penentuan Usaha adalah kegiatan untuk menilai sejauh mana manfaat yang
dapat diperoleh dalam melaksanakan suatu kegiatan usaha (Ibrahim, 2009). Hasil dari kegiatan
kajian kelayakan usaha sangat berguna sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan
keputusan, apakah menerima atau menolak suatu gagasan usaha yang direncanakan. Suatu
gagasan usaha dikatakan layak apabila terdapat kemungkinan untuk memperoleh manfaat atau
benefit ketika kegiatan usaha itu benar-benar dijalankan.
Pada dasarnya kajian kelayakan usaha dapat dilaksanakan untuk mendirikan usaha baru atau
dapat pula dalam rangka pengembangan usaha yang sudah ada (Suherman, 2011). Kajian
kelayakan usaha tidak hanya diperlukan pada awal pendirian usaha saja, tetapi perlu juga
dilakukan pada saat BUM Desa hendak melakukan pengembangan usaha.
Selain lengkap dan cermat dalam memperhitungkan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
jalannya usaha, penyusunan kelayakan usaha harus didasarkan pertimbangan-pertimbangan
yang rasional dan realistik. Pertimbangan rasional artinya, harus memperhitungkan keuntungan
atau kemanfaatan dan kerugian atau dampak negatif yang kemungkinan akan terjadi ketika unit
usaha tertentu itu nantinya benar-benar dijalankan. Pertimbangan yang realistis maksudnya,
jenis usaha yang akan dijalankan harus mendasarkan diri pada potensi desa, kebutuhan
masyarakat, dan kemampuan nyata atas sumberdaya yang dipertukan untuk menjalankan
usaha.
Penyusunan kelayakan penentuan usaha juga harus dilakukan secara partisipatif dengan
melibatkan secara aktif warga desa, karena unit usaha BUM Desa yang akan dijalankan pasti
akan bersentuhan baik langsung maupun tidak langsung dengan kehidupan warga desa. Perlu
diingat bahwa BUM Desa adalah lembaga ekonomi milik desa, bukan milik pribadi aparat desa
maupun pengelolanya, sehingga dalam pelaksanaan usahanya harus dapat dipertanggung-
jawabkan kepada warga desa.
5. Kesepakatan Unit Usaha Ekonomi Desa yang akan diwadahi BUM Desa.
Kesepakatan bersama warga desa sangat diperlukan untuk memperoleh dukungan
dalam menjalankan dan mengembangkan suatu unit usaha BUM Desa. Ketika warga
desa menyepakati pendirian unit usaha BUM Desa, maka tentunya mereka merasa ikut
memiliki dan bertanggungjawab atas keberlangsungan usaha. Kesepakatan mendirikan
unit usaha BUM Desa bersama warga desa hendaknya dilakukan melalui forum
musyawarah desa.
ASPEK APA YANG PERLU DIKAJI UNTUK MENENTUKAN KELAYAKAN USAHA BUMDES ?
Pada umumnya aspek-aspek yang dikaji dalam menentukan/menilai kelayakan usaha meliputi:
1. Aspek Pasar dan Pemasaran
2. Aspek Manajemen dan SDM
3. Aspek Keuangan
4. Aspek Ekonomi, Sosial Budaya, Politik, dan Lingkungan
5. Aspek Hukum (Yuridis)
Pemasaran adalah sebuah proses dalam memuaskan kebutuhan dan keinginan manusia. Jadi,
segala kegiatan dalam hubungannya dengan pemberian kepuasan terhadap kebutuhan dan
keinginan manusia merupakan bagian dari makna pemasaran. Pemasaran dimulai dengan
pemenuhan kebutuhan manusia yang kemudian tumbuh menjadi keinginan manusia.
Contohnya, setiap orang tentu membutuhkan pakaian. Ketika tersedia kain, maka kain tersebut
dapat dibuat sendiri atau dibawa ke penjahit untuk dijadikan pakaian sehingga kebutuhan
pakaian terpenuhi. Namun orang tidak hanya ingin memenuhi kebutuhannya, ia juga ingin
memenuhi keinginannya misalnya tersedianya "pakaian jadi" dengan model dan corak yang
memenuhi seleranya. Terlebih jika "pakaian jadi" tersebut harganya terjangkau, maka orang
lebih memilih untuk membeli "pakaian jadi" daripada membeli kain untuk dibuat pakaian,
karena selain sesuai dengan kebutuhannya (kebutuhan pakaian) juga sesuai dengan
keinginannya (praktis-tinggal pakai dan sesuai selera). Proses dalam pemenuhan kebutuhan
dan keinginan manusia inilah yang menjadi konsep pemasaran. Mulai dari pemenuhan produk
(barang dan/ atau jasa), penetapan harga, pengiriman barang, dan mempromosikan
barang/jasa.
Pelajaran berharga yang dapat kita peroleh dari makna pasar dan pemasaran tersebut adalah,
rencana kegiatan usaha BUM Desa tidaklah cukup hanya memusatkan perhatiannya pada
kemampuan memproduksi barang dan/atau jasa, melainkan harus dipikirkan pula kemampuan
menentukan pasar dan strategi pemasarannya. Dengan kata lain, kegiatan usaha BUM Desa
berpeluang sukses apabila kemampuan produksinya tinggi dan disertai kemampuan
penguasaan pasar dan pemasaran produk yang dihasilkan. Sebaliknya, apabila BUM Desa
memiliki kemampuan produksi (barang/jasa) yang tinggi, tetapi tidak ada kejelasan kepada
siapa produk itu hendak dijual, apakah produk itu dibutuhkan orang banyak dan bagaimana
cara pemasarannya, maka risikonya banyak produk tidak terjual dan akhirnya bangkrut. Oleh
karena itu, agar rencana kegiatan usaha BUM Desa dapat mencapai kesuksesan diperlukan
kajian terhadap kelayakan usaha dari aspek pasar dan pemasaran.
Dari hasil riset pasar dapat diperoleh data dan informasi jenis produk yang dibutuhkan dan
diminati masyarakat. Hasil riset pasar ini kemudian digunakan sebagai bahan pertimbangan
dalam menentukan jenis produk yang akan dihasilkan. Sebagai contoh: apabila sebagian besar
warga desa menggeluti pekerjaan sektor pertanian, maka kegiatan usaha yang lebih cocok
adalah pelayanan kebutuhan sarana produksi pertanian (saprotan). Apabila warga masyarakat
terkendala dalam pemenuhan air bersih karena sumber airnya terletak di tempat yang jauh dari
permukiman, maka kegiatan usaha pelayanan air bersih dengan pemasangan sambungan pipa
ke rumah-rumah penduduk lebih layak untuk dilakukan. Bagi desa non-pertanian yang terletak
cukup jauh dari perkotaan, maka lebih layak untuk membuka usaha penyediaan/pelayanan
sembako, demikian seterusnya.
Dalam merencanakan kegiatan usaha BUM Desa langkah yang lebih tepat dilakukan adalah
memastikan terlebih dahulu jenis produk (barang/jasa) yang dibutuhkan masyarakat, baru
kemudian menentukan jenis produk yang akan dijual. Bukan sebaliknya, menentukan produk
dulu baru kemudian mencari pasar, karena pasar atau konsumen itu tidak dapat didikte atau
dipaksa oleh produsen (dalam hal ini oleh BUM Desa).
Perlu pula diperhatikan keadaan lingkungan desa dan sekitarnya. Apakah sudah ada kegiatan
usaha sejenis yang dilakukan oleh warga atau BUM Desa di desa-desa sekitarnya. Ini berkaitan
dengan analisis persaingan bisnis. Apabila ada warga desa yang sudah melakukan kegiatan
usaha yang menawarkan produk tertentu, maka tidak layak jika kegiatan usaha BUM Desa me-
nawarkan produk sejenis karena berpotensi menyaingi dan mematikan usaha milik warga.
Namun, bisa saja kegiatan usaha BUM Desa menawarkan produk sejenis dengan yang
diusahakan warga desa, sepanjang usaha BUM Desa tersebut untuk mendukung keber-
langsungan usaha warga. Misalnya: BUM Desa membuka usaha grosir untuk menyuplai barang
dagangan bagi kegiatan usaha warga. Selain itu, kegiatan usaha BUM Desa hendaknya
menghindari pemilihan produk yang sejenis dengan yang sudah diusahakan oleh
BUM Desa di desa tetangga. Sebaiknya produk yang dipilih adalah produk-produk yang
khas/berbeda tetapi tetap merupakan kebutuhan masyarakat. Tindakan ini dapat memberikan
dua keuntungan, yaitu: dapat menghindari konflik dengan desa tetangga karena bukan menjadi
pesaingnya, dan memungkinkan untuk perluasan pasar karena dapat memasarkan produk ke
desa tetangga.
2. Daya Beli Masyarakat
Perlu diingat bahwa setiap calon konsumen belum tentu memiliki daya beli atau kemampuan
untuk membeli. Meskipun produk yang ditawarkan unit usaha BUM Desa sesuai dengan
kebutuhan dan keinginan masyarakat/ calon konsumen, tetapi kalau tidak disertai kemampuan
atau daya beli, maka produk yang ditawarkan kemungkinan besar tidak laku jual (kurang/sedikit
pembeli). Pastikan bahwa masyarakat atau calon konsumen mempunyai kemauan dan
kemampuan membeli sehingga bersedia menerima produk yang ditawarkan oleh unit usaha
BUM Desa dan mereka akan membelinya.
Tidak dapat dipungkiri bahwa salah satu maksud dari kegiatan usaha BUM Desa itu untuk
memperoleh keuntungan atau laba usaha. Keuntungan itu dapat diperoleh apabila banyak
konsumen yang bersedia dan mampu membeli produk yang ditawarkan. Kemampuan
masyarakat untuk membeli produk atau daya beli masyarakat sangat berkaitan dengan tingkat
pendapatan masyarakat.
Untuk mendapatkan gambaran tentang daya beli masyarakat dapat dilakukan dengan cara
melakukan kajian data pendapatan warga masyarakat desa yang tercatat dalam dokumen profil
desa. Apabila administrasi pemerintahan desa dikelola dengan baik tentunya pemerintah desa
memiliki dokumen profil desa yang baik, sehingga sangat membantu dalam mengkaji daya beli
masyarakat. Selain melalui kajian data profil desa, gambaran daya beli masyarakat dapat pula
diperoleh melalui pengamatan. Dalam melakukan pengamatan perlu menggunakan indikator
(penanda) yang dapat menggambarkan tingkat pendapatan alias daya beli masyarakat.
Indikator daya beli itu misalnya: kualitas bangunan rumah warga, luas lahan, hasil panen,
pemilikan alat-alat rumahtangga dan barang-barang berharga (misalnya: hand phone, sepeda
motor, mobil, dan benda-benda berharga lainnya).
Apabila hasil kajian menunjukkan bahwa masyarakat memiliki daya beli terhadap produk yang
direncanakan, maka rencana kegiatan usaha BUM Desa dapat dinyatakan layak. Sebaliknya,
jika ternyata daya beli masyarakat rendah dan tidak ada cara untuk menyiasatinya, maka
rencana kegiatan usaha BUM Desa tidak layak dilakukan dan sebaiknya ditunda atau
dihentikan sama sekali.
3. Jumlah Konsumen
Konsumen yang memiliki kemauan dan kemampuan untuk membeli seringkali tidak sebanyak
yang kita harapkan sehingga kegiatan usaha tidak memperoleh keuntungan secara memadai,
atau bahkan mengalami kerugian. Sebelum kegiatan usaha BUM Desa dijalankan, pastikan
terlebih dahulu bahwa jumlah calon konsumen cukup banyak.
Semakin banyak konsumen yang memiliki kemauan (berminat) dan daya beli yang cukup/tinggi
maka produk yang ditawarkan BUM Desa dapat laku jual, sehingga dapat mendatangkan
keuntungan yang memadai. Keuntungan yang diperoleh dari kegiatan usaha itulah yang
memungkinkan BUM Desa dapat menjalankan dan mengembangkan usaha secara
berkelanjutan. Dengan demikian, apabila jumlah konsumen cukup banyak dan diperkirakan
mampu membeli sebagian besar atau semua produk yang ditawarkan, maka rencana kegiatan
usaha BUM Desa dapat dinyatakan layak untuk dijalankan.
Bagaimana kalau ternyata jumlah konsumen dari dalam desa hanya sedikit?
• Pertama, mempromosikan barang atau jasa yang akan ditawarkan oleh BUM Desa untuk
menarik minat warga desa untuk membelinya. Apabila melalui promosi tidak mampu
meningkatkan jumlah konsumen dari dalam desa sendiri, maka dapat diupayakan
menambah konsumen dari luar desa sehingga mencapai jumlah yang diharapkan. Apabila
upaya ini berhasil, maka rencana kegiatan usaha dapat menjadi layak untuk dijalankan.
• Kedua, apabila upaya menambah konsumen tidak mungkin dilakukan, maka rencana
kegiatan usaha dihentikan saja karena tidak layak dijalankan.
Peningkatan permintaan produk dapat terjadi karena dua hal. Pertama, permintaan unit produk
setiap konsumen sebenarnya relatif tetap, tetapi jumlah konsumennya bertambah banyak
sehingga permintaan unit produk secara kumulatif (secara keseluruhan) bertambah banyak. Ini
dapat terjadi manakala BUM Desa mampu memperluas wilayah pemasaran produknya. Dengan
demikian, BUM Desa dalam merencanakan kegiatan usaha harus memperhitungkan
kemungkinan perluasan pasarnya. Kedua, jumlah konsumen sebenarnya relatif tetap, tetapi
permintaan unit produksi setiap konsumen bertambah sehingga secara kumulatif permintaan
unit produk yang ditawarkan BUM Desa menjadi semakin banyak pula. Ini dapat terjadi karena
adanya peningkatan kebutuhan konsumen terhadap produk yang ditawarkan BUM Desa dan
didukung terjadinya perbaikan kondisi ekonomi konsumen. Oleh karena itu, dalam
merencanakan kegiatan usaha BUM Desa harus dipikirkan pemilihan produk secara tepat agar
produk yang ditawarkan selalu menjadi kebutuhan konsumen. Selain itu, perlu pula dibuat
perkiraan (proyeksi) tentang kecenderungan perubahan perekonomian masyarakat (cenderung
meningkat, relatif tetap, atau bahkan menurun). Untuk membuat perkiraan ini, dapat dilakukan
melalui kajian data profil desa atau dapat pula dengan mengamati perubahan kondisi ekonomi
masyarakat.
Apabila hasil Kajian Kelayakan Usaha menunjukkan permintaan produk (barang/jasa)
cenderung meningkat, maka kegiatan usaha BUM Desa yang direncanakan semakin layak untuk
dijalankan. Jika ternyata hasil kajian kelayakan menunjukkan permintaan produk cenderung
tetap, maka kegiatan usaha yang direncanakan dapat dinyatakan cukup layak, tetapi dengan
risiko BUM Desa akan mengalami kendala dalam pengembangan usahanya. Sebaliknya, jika
hasil kajian kelayakan menunjukkan permintaan produk di masa mendatang cenderung
menurun, maka sebaiknya kegiatan usaha yang direncanakan dihentikan saja karena kalau
kegiatan usaha tersebut dilaksanakan tidak akan berumur panjang.
Dalam konteks harga, yang lebih penting dipertimbangkan adalah harga yang ditawarkan dapat
diterima masyarakat/konsumen dan tidak merugikan BUM Desa. Oleh karena itu, meskipun
dengan harga tertentu BUM Desa hanya mendapatkan sedikit laba tetapi unit usaha yang akan
dijalankan dapat memberikan kemanfaatan bagi kesejahteraan warga desa, maka suatu unit
usaha dapat dipertimbangkan layak untuk dijalankan. Ini sekaligus untuk menegaskan bahwa
pendirian BUM Desa bukan semata-mata untuk mengejar keuntungan setingi-tingginya, tetapi
demi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Namun demikian, apabila harga yang dapat
diterima oleh konsumen di bawah biaya produksi sehingga merugikan BUM Desa, maka
kegiatan usaha yang direncanakan tidak perlu dilanjutkan karena tidak layak dilaksanakan.
atau konsumen akan membeli produk yang sama kepada pihak lain yang mampu memberikan
kemudahan dalam memperolehnya. Saat ini persaingan bisnis sangat ketat. Ini dapat kita
ketahui dari banyaknya pelaku usaha yang menawarkan produk sejenis. Kualitas pelayanan
menjadi salah satu kunci untuk memenangkan dalam persaingan bisnis. Meskipun sebuah
produk ditawarkan dengan harga yang lebih murah tetapi pelayanannya kurang baik sehingga
merepotkan konsumen untuk memperolehnya, kemungkinan besar tidak banyak konsumen
yang mau membeli produk tersebut.
Uraian di atas ingin menegaskan bahwa cara produsen atau penjual dalam
mendistribusikan/mengantarkan produk ke konsumen sangat mempengaruhi terjadinya
transaksi. Dalam dunia usaha sangat dikenal istilah "pembeli adalah raja". Artinya, pembeli
akan merasa senang dan bersedia membeli secara berulang-ulang (berlangganan) apabila
dirinya merasa dipermudah dalam memperoleh barang/jasa yang dibutuhkan.
Dalam kaitannya dengan BUM Desa, kegiatan usaha yang direncanakan harus mampu
memberikan jaminan kemudahan bagi konsumen untuk memperoleh produk yang ditawarkan.
Misalnya: produk diantar sampai ke rumah konsumen. Apabila konsumen yang harus datang ke
tempat pelayanan, maka tempat pelayanan harus dipilih yang paling mudah dijangkau oleh
semua konsumen.
Aspek Manajemen
Aspek manajemen untuk membangun usaha didasarkan pada pendekatan fungsi manajemen,
meliputi: perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengendalian. Tujuan kajian
kelayakaan penentuan usaha pada aspek manajemen adalah untuk mengetahui apakah
pembentukan dan pelaksanaan usaha dapat direncanakan, dilaksanakan, dan dikendalikan.
1. Perencanaan
Tujuan dari gagasan menjalankan usaha/proyek adalah untuk memperoleh keuntungan atau
kemanfaatan. Untuk mencapai tujuan ini diperlukan suatu perencanaan secara menyeluruh
beserta kebijakan yang diperlukan. Untuk itu perlu disusun suatu program kerja
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan serta menyusun kegiatan-kegiatan yang
diperlukan (Ibrahim, 2009). Perencanaan dalam anggaran unit usaha BUM Desa juga harus
dilakukan dengan sebaik mungkin, misalnya membuat anggaran pembelian, anggaran produksi,
anggaran penjualan, dan anggaran lainnya disesuaikan keperluan usaha yang akan dijalankan.
Dalam merencanakan anggaran harus detail, misalnya anggaran pembelian bahan, bahan apa
dan berapa jumlahnya yang akan dibeli, berapa harganya, siapa yang menangani pembelian,
dimana membelinya, dan sebagainya. Pastikan bahwa unit usaha BUM Desa yang akan
dijalankan/dikembangkan dapat direncanakan dengan baik.
Perencanaan dalam pengadaan karyawan disesuaikan dengan rencana proses produksi,
kegiatan yang akan dilakukan, persyaratan yang diperlukan dan jumlah karyawan yang
dibutuhkan. Demikian pula perencanaan dalam bidang produksi, perlu direncanakan jenis
produk, jumlah produk (untuk barang) dan standar kualitas produk yang akan dihasilkan, bahan
baku yang diperlukan, peralatan yang akan digunakan, petugas yang menangani proses
produksi, dan sebagai- nya. Perencanaan dalam bidang penjualan juga perlu dibuat, antara lain:
jumlah produk yang akan dijual, bentuk promosi yang diperlukan, daerah penjualan, cara
mendistribusikan produk, biaya penjualan, pene- tapan harga, saluran pemasaran, sistem
pembayaran, dan sebagainya.
2. Pengorganisasian
Dalam menilai kelayakan usaha, BUM Desa mengkaji beberapa hal, seperti:
3. Pelaksanaan
Unit usaha BUM Desa yang akan dijalankan hendaknya telah memiliki asas dan struktur
organisasi yang jelas, efektif dan efisien. Sebelum unit usaha BUM Desa dijalankan, harus
dipastikan bahwa seluruh kegiatan usaha yang direncanakan dapat dilaksanakan dengan baik.
Salah satu fungsi manajemen adalah pelaksanaan kegiatan. Apakah suatu kegiatan usaha dapat
dilaksanakan, sangat dipengaruhi oleh kualitas perencanaan, pengorganisasian, dan kualitas
sumber daya manusia. Oleh karena itu seluruh kegiatan usaha harus direncanakan dengan
matang dan rinci, serta sistem pengorganisasian harus baik. Selain itu, diperlukan sumber daya
manusia yang cukup jumlahnya, terampil dan menguasai bidang tugasnya. Ini semua
dimaksukan agar aktifitas-aktifitas untuk menjalankan unit usaha BUM Desa dapat dilaksanakan
dengan baik.
4. Pengendalian
Pengendalian atau pengawasan di dalam manajemen memiliki berbagai fungsi. Pastikan bahwa
Fungsi pokok pengendalian terhadap pengendalian tersebut adalah: unit usaha BUM Desa yang
akan dijalankan
a. Mencegah terjadinya dapat berjalan dengan penyimpangan-penyimpangan atau
kesalahan. Ini dapat dilakukan dengan pengawasan secara rutin disertai adanya
ketegasan ketegasan dalam pemberian sangsi terhaap penyimpangan yang terjadi.
b. Memperbaiki berbagai penyimpangan yang terjadi. Jika penyimpangan telah terjadi,
hendaknya pengawasan/pengendalian dapat menghasilkan perbaikan.
c. Mendinamisasikan organisasi. Dengan adanya pengawasan diharapkan sedini mungkin
dapat dice gah terjadinya penyimpangan-penyimpangan, sehingga setiap unit organisasi
selalu dalam keadaan bekerja secara efektif dan efisien.
d. Mempertebal rasa tanggung jawab. Dengan adanya pengendalian/ pengawasan yang
rutin, setiap unit organisasi berikut karyawannya dapat selalu mengerjakan semua tugas
yang diberikan dengan benar.
Kajian aspek keuangan dimaksudkan untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan
biaya dan manfaat yang diharapkan, dengan membandingkan antara pengeluaran dan
pendapatan, seperti ketersediaan dana, biaya modal, kemampuan usaha untuk membayar
kembali dana tersebut dalam waktu yang telah ditentukan dan menilai apakah usaha akan
dapat berlanjut.
Tujuan menganalisis aspek keuangan adalah untuk mengetahui perkiraan pendanaan dan aliran
kas dari rencana usaha, sehingga dapat diketahui layak atau tidaknya suatu unit usaha BUM
Desa dijalankan.
Perkiraan Laba-Rugi
Perkiraan atau proyeksi laba-rugi penting dilakukan, karena salah satu tujuan BUM Desa
melakukan kegiatan usaha adalah mendapatkan keuntungan atau laba usaha. Apabila dari
proyeksi laba-rugi menunjukkan rugi, maka sebaiknya rencana kegiatan usaha perlu dicari
alternatif usaha lain dengan cara memperhitungkan kembali aspek-aspek keuangan agar
mencapai keadaan yang dapat menghasilkan laba. Jika tidak ada alternatif, dan hasil proyeksi
tetap rugi, sebaiknya rencana kegiatan usaha dihentikan saja.
Penilaian Investasi
Jika dalam periode yang sama terdapat beberapa usulan rencana usaha yang ternyata layak
untuk dijalankan, sedangkan dana yang tersedia tidak mencukupi, maka perlu dicari jalan
keluar. Salah satunya adalah dengan melakukan urutan prioritas terhadap usulan-usulan bisnis
itu. Untuk melakukan penilaian investasi serta melakukan analisis urutan prioritas adalah
sebagai berikut.
Aspek sosial budaya, ekonomi, politik, dan lingkungan perlu dipertimbangkan dalam menilai
kelayakan usaha. Perlu ditegaskan kembali bahwa tujuan usaha- usaha yang akan dijalankan
oleh BUM Desa tidak semata-mata untuk mengejar keuntungan materi semata (profit), tetapi
juga bertujuan untuk mendatangkan kemanfaatan (benefit) bagi seluruh stakeholders desa dan
lingkungan hidup. Oleh karena itu, setiap usaha yang akan dijalankan oleh BUM Desa harus
layak berdasarkan aspek-aspek tersebut.
Aspek Politik
Usahakan unit kegiatan usaha BUM Desa mendapatkan dukungan politik dari berbagai
pemangku kepentingan desa (Kepala Desa, BPD, Tokoh Masyarakat, Lembaga-lembaga
Kemasyarakatan, Pemerintah Kabupaten, dll). Aspek politik merupakan hal penting yang harus
dipertimbangkan dalam merencanakan suatu kegiatan usaha, karena aspek politik dapat
mendukung atau sebaliknya menggagalkan kegiatan usaha yang akan dijalankan. Dari aspek
politik yang perlu dipertimbangkan antara lain: apakah warga desa memberi dukungan ataukah
menolak adanya rencana membuka suatu kegiatan usaha BUM Desa? Apabila masyarakat
memberi dukungan atas rencana tersebut, maka kegiatan usaha yang direncanakan dapat
dilanjutkan. Sebaliknya, jika masyarakat tidak mendukung atau bahkan menolak, sebaiknya
rencana kegiatan usaha ditunda sambil melakukan pendekatan kepada masyarakat agar
bersedia mendukung. Akan tetapi, jika masyarakat tetap menolak kehadiran kegiatan usaha
yang direncanakan, maka sebaiknya rencana itu dihentikan. Demikian pula sikap pemerintah
desa (Kepala Desa) dan BPD perlu juga diperhitungkan. Apabila pemerintah desa dan/atau BPD
tidak berkomitmen terhadap rencana kegiatan usaha, sebaiknya rencana itu ditunda terlebih
dahulu. Demikian juga komitmen Pemerintah Kabupaten sangat penting untuk diperhatikan.
Adakah kebijakan Pemerintah Kabupaten yang mendukung rencana kegiatan usaha? Jika ada,
maka ini merupakan hal baik untuk melanjutkan rencana kegiatan usaha. Berikutnya yang perlu
dipertimbangkan adalah seberapa amankah kegiatan usaha yang direncanakan dari pengaruh
politik paska pilkades atau pilkada. Apabila kegiatan usaha yang direncanakan itu diyakini tidak
begitu terpengaruh terhadap dinamika politik lokal yang bersifat mengganggu, maka kegiatan
usaha yang direncanakan dapat dilanjutkan/dilaksanakan.
Analisis lingkungan usaha secara sederhana dapat dilakukan dengan menjawab beberapa
pertanyaan berikut ini:
♦♦♦ Bagaimana situasi dan kondisi ancaman bagi BUM Desa sebagai pendatang baru ke
dalam bidang usaha yang akan dijalankan?
♦♦♦ Bagaimana situasi persaingan antarperusahaan dalam bidang usaha yang akan
dijalankan BUM Desa?
♦♦♦ Adakah produk pengganti yang beredar di pasaran sehingga menjadi ancaman bagi
usaha BUM Desa?.
♦♦♦ Bagaimana kekuatan tawar-menawar dari pembeli (buyers) dan pemasok (suppliers)?
♦♦♦ Bagaimana kekuatan pengaruh stakeholder lainnya (pemerintah, serikat pekerja,
lingkungan masyarakat, kreditor, pemasok, asosiasi dagang, kelompok yang mempunyai
kepentingan lain, dan pemilik modal)?
Apabila jawaban dari setiap pertanyaan tersebut mengarah pada keadaan yang aman bagi
usaha yang akan dijalankan BUM Desa, maka kegiatan usaha yang direncanakan dapat
dilanjutkan.
Pilihlah jenis kegiatan usaha yang ramah lingkungan, dan diutamakan yang dapat mendukung
pelestarian lingkungan hidup.
kajian aspek hukum untuk menilai kelayakan usaha yang akan diselenggarakan oleh BUM Desa
merupakan langkah penting yang harus dilakukan. Hasil kajian aspek hukum ini sangat
diperlukan untuk menghindari terjadinya protes warga dan penutupan/pembekuan usaha oleh
pemerintah karena pelanggaran hukum positif yang berlaku.
Berdasarkan UU No. 6/2014 tentang Desa pada Pasal 87 (khususnya ayat 1 dan 3) dan Pasal 88,
apabila pendirian BUM Desa itu berdasarkan kesepakatan Musyawarah Desa dan ditetapkan
dengan Peraturan Desa, maka BUM Desa itu legal atau sah menurut hukum. Namun demikian,
khusus untuk unit-unit usaha BUM Desa yang akan ditangani, perlu memperhatikan aspek
hukum sebagai berikut:
Apabila ternyata rencana usaha BUM Desa yang akan dij alankan itu berskala kecil dan semata-
mata merupakan unit usaha yang beroperasi di wilayah desa sendiri serta tidak melibatkan
masyarakat luar desa, maka tidak perlu berbadan hukum. Hal ini sesuai dengan yang diatur
dalam UU No. 6/2014 khususnya Penjelasan Pasal 87 ayat (1).
RPJM Desa merupakan bagian tak terpisahkan dari Peraturan Desa, sehingga RPJM Desa itu
merupakan bagian dari produk hukum desa. Oleh karena itu, unit usaha BUM Desa yang
dibentuk di luar RPJM Desa dapat dikatakan inkonstitusional (cacat hukum), dan ini tidak boleh
terjadi.
Berdasarkan hasil kajian hukum ini, apabila rencana usaha yang akan dijalankan berkesesuaian
dengan hukum yang berlaku atau tidak berdampak terhadap pejanggaran hukum, maka
rencana usaha tersebut dapat dinyatakan layak untuk dijalankan.
PENUTUP
Pada dasarnya hal yang paling esensial dari keberadaan Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa)
terletak pada unit kegiatan usaha yang dijalankan. Ini sesuai dengan sebutannya sebagai
"badan usaha", sehingga kegiatan utama dari BUM Desa adalah melakukan kegiatan usaha
ekonomi atau bisnis untuk memperoleh kemanfaatan ekonomi maupun kemanfaatan lain yang
lebih luas. Apabila ada kelembagaan BUM Desa tetapi tidak memiliki atau tidak menjalankan
kegiatan usaha ekonomi dapat diandaikan sebagai wadah tanpa isi.
Dalam rangka merencanakan suatu unit kegiatan usaha atau merencanakan pengembangan
usaha yang akan dijalankan BUM Desa, perlu diawali dengan kajian kelayakan penentuan
usaha. Menjalankan suatu kegiatan usaha yang didasarkan coba-coba tanpa perhitungan yang
matang sangat beresiko mengalami kegagalan. Itu sebabnya kajian kelayakan menjadi penting
untuk dilakukan sejak awal.
Kajian kelayakan penentuan usaha merupakan kegiatan untuk menganalisis berbagai aspek
yang terkait dengan kegiatan bisnis. Aspek-aspek yang perlu dikaji meliputi: aspek pemasaran,
aspek teknis dan teknologi, aspek manajemen dan SDM, aspek keuangan, aspek sosial budaya,
ekonomi, politik, lingkungan, dan hukum. Hasil kajian terhadap berbagai aspek tersebut akan
menunjukkan layak atau tidak layak suatu gagasan/ide dijalankan sebagai suatu jenis kegiatan
usaha tertentu. Pengertian layak dalam kajian ini adalah kemungkinan dari gagasan
usaha/bisnis yang akan dijalankan BUM Desa memberikan manfaat finansial (profit) maupun
manfaat sosial (social benefit). Apabila hasil kajian dari berbagai aspek menunjukkan "layak"
maka ide/ gagasan usaha BUM Desa dapat direalisasikan. Apabila sebaliknya, hasil kajian
menunjukkan "tidak layak", sebaiknya gagasan usaha ditunda dulu sambil mencari alternatif
usaha lain untuk mengkondisikan aspek-aspek yang tidak layak menjadi layak, atau gagasan
usaha itu tidak perlu dilanjutkan.
Kajian kelayakan penentuan usaha perlu dilakukan baik dalam rangka sedang merencanakan
untuk menjalankan kegiatan usaha yang baru maupun dalam rangka pengembangan usaha
yang sudah ada.
Untuk melakukan kajian kelayakan usaha diperlukan setidaknya pengetahuan dasar mengenai
beberapa disiplin ilmu, antara lain: manajemen dan organisasi, marketing, akuntansi, dan
pengetahuan teknis. Ini semua untuk menunjang tercapainya ketepatan dalam menilai berbagai
aspek usaha.
Untuk menilai kelayakan aspek keuangan, khususnya penilaian terhadap investasi, banyak
metode yang dapat digunakan. Untuk kajian kelayakan usaha BUM Desa yang skala usahanya
masih terbatas (kecil), dipandang cukup untuk menggunakan metode yang sederhana. Dalam
hal ini, menggunakan perhitungan Periode Kembali Modal (Pay Back Period) dan Titik Impas
(Break Even Point) dirasa sudah cukup memadai.
Akhirnya, kajian kelayakan sebaik apapun belum cukup menjamin keberhasilan suatu kegiatan
usaha yang akan dijalankan jika dalam pengelolaan usaha nantinya tidak didukung komitmen
yang kuat dari berbagai stakeholders desa, terutama integritas diri dan komitmen pemimpin
desa beserta pengurus dan pengelola BUM Desa.